• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebelum ditetapkan menjadi kota, Langsa adalah bagian dari kabupaten Aceh Timur yang ibukota kabupatennya adalah Langsa dan merupakan kota administratif yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1991 Tanggal 22 Oktober 1991, dan diresmikan oleh menteri dalam negeri Republik Indonesia Pada Tanggal 2 April 1992. Kemudian, sesuai dengan perkembangan Provinsi Aceh baik 92Abdul Halim El Muhammady, Undang-Undang Muamalat & Aplikasinya Kepada

dari segi budaya, politik dan ekonomi, propinsi ini semakin dituntut mengembangkan diri, khususnya dari segi pemerintahan sehingga pada tahun 2001 terbentuklah Kota Langsa yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001 pada tanggal 21 Juni 2001 dan Peresmiannya dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2001 Oleh menteri dalam negeri atas nama presiden republik Indonesia. Kota Langsa terdiri dari 5 Kecamatan yaitu:93

a. Langsa Barat (9 desa/kelurahan) b. Langsa Kota (10 desa/kelurahan) c. Langsa Lama (9 desa/kelurahan) d. Langsa Baro (9 desa/kelurahan) e. Langsa Timur (14 desa/kelurahan)

Kota Langsa mempunyai luas wilayah 262,41 km2, jarak Kota Langsa dari ibukota provinsi yaitu Banda Aceh sekitar kurang lebih 439 km atau sekitar kurang lebih delapan jam perjalanan dengan menggunakan alat transportasi darat dan berjarak sekitar kurang lebih 169 km dari ibukota provinsi Sumatera Utara yaitu Medan, dan dapat di tempuh dengan waktu empat jam perjalanan dengan transportasi darat, serta mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur .

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang.

Kota Langsa dengan luas 26.241 Ha, merupakan daerah Perdagangan, Industri dan Pertanian, dimana area perkebunan mencapai 39,88 persen dari keseluruhan luas daerah Kota Langsa atau sebesar 10.466 Ha. Luas area untuk bangunan/pekarangan mencapai 6.037 Ha atau 23,01 persen dari total luas Kota Langsa, lahan sawah mencapai 1.925 Ha atau sebesar 7,34 persen, ladang/huma mencapai 1.864 Ha atau sebesar 7,10 persen, tambak/kolam seluas 1.344 Ha atau 5,08 persen, tegalan/kebun 1.267 Ha atau 4,83 persen, dan perkebunan rakyat 1.244 Ha atau 4,74 persen. Jumlah kepala keluarga sesuai sensus tahun 2010 sebanyak 28.682 kepala keluarga.

Pada dasarnya rata-rata kepala keluarga dari sampel yang dilakukan paham akan adanya hak langgeh (syuf’ah) yang tumbuh dan berkembang dalam tataran hukum adat masyarakat Aceh khususnya di Kota Langsa, namun mereka tidak mengerti akan istilah “Hak Langgeh” nya, yang masyarakat ketahui kebanyakan hanya pengertian dari hak langgeh (syuf’ah) tersebut yaitu hak untuk membeli terlebih dahulu tanah dari ketiga unsur masyarakat yaitu saudara, tetangga, dan sesama anggota masyarakat. Namun masyarakat masih kurang mengetahui akan adanya peradilan adat dan peradilan Mahkamah Syar’iah terkait akan sengketa hak langgeh tersebut. Hanya sebagian kecil masyarakat yang mengetahui tentang

penyelesaian sengketa hak langgeh pada peradilan adat saja, tanpa mengetahui adanya pilihan penyelesaian sengketa melalui jalur Mahkamah Syar’iah.94

Tabel I

Daftar Responden di Kecamatan Langsa Kota No. Nama Kepala

Keluarga Paham

Tidak

Paham Melaksanakan

Tidak Melaksanakan

1 Ir. Zahlul Pasha  

2 Rahmat   3 T. Zainuddin   4 Ir. Sunaryo   5 Baharuddin   6 Yusuf Adam, ST   7 Drs. Razali Yusuf   8 Rahmad Adi   9 T. Zulkifli Bardan   10 Abdullah Itam  

Sumber: Data diperoleh dari survey di Kecamatan Langsa Kota Tabel II

Daftar Responden di Kecamatan Langsa Lama No. Nama Kepala

Keluarga Paham Tidak Paham Melaksanakan Tidak Melaksanakan 1 Zulhelmi   2 Bahtiar   3 Abdullah   4 Effendi   5 Rizal  

94Wawancara dengan kepala keluarga di 3 (tiga) kecamatan di Kota Langsa, pada tanggal 2 Juni 2014.

6 Danato  

7 Sahrul Azhar  

8 Dedi Ilhami  

9 Fakhrurrazi  

10 Asnawi  

Sumber: Data diperoleh dari survey di Kecamatan Langsa Lama Tabel III

Daftar Responden di Kecamatan Langsa Barat No. Nama Kepala

Keluarga Paham Tidak Paham Melaksanakan Tidak Melaksanakan 1 Budiman, S. Sos. i   2 Musliadi   3 Putra Bahagia, ST   4 Indra Ilhami   5 Jafaruddin   6 Ridwan Kamil   7 Panca Trisna   8 Ramli Piah   9 Drg. Alwi   10 T. Zulfadlin  

Sumber: Data diperoleh dari survey di Kecamatan Langsa Barat

Dari data responden yang telah diuraikan dalam tabel di atas terlihat dari ketiga kecamatan yang telah dilakukan penelitian, 87 % (delapan puluh tujuh persen) kepala keluarga paham akan adanya hak langgeh (syuf’ah) yang berlaku di Aceh, 13 % (tiga belas persen) kepala keluarga tidak paham, 63 % (enam puluh tiga persen) kepala keluarga melaksanakan dan 37 % (tiga puluh tujuh persen) kepala keluarga

tidak melaksanakan hak langgeh (syuf’ah) dalam hal transaksi jual beli tanah yang pernah dilakukan.

Menurut penelitian yang telah di lakukan, dan berdasarkan informasi dari para narasumber, di Kota Langsa juga belum ada satu pun kasus sengketa tentang hak langgeh yang masuk ke Mahkamah Syar’iah Kota Langsa, karena hingga saat ini penyelesaian sengketa hak langgeh selesai pada tingkat peradilan adat di gampong-gampong (desa-desa). Dari informasi yang didapatkan bahwa di kecamatan Langsa Barat dan Langsa Kota pernah terjadi kasus sengketa tentang hak langgeh, di Kecamatan Langsa Barat misalnya, kasus tersebut bermula dari pemilik tanah menjual bebas sebidang tanahnya yang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani kepada developer untuk pembangunan 2 (dua) pintu Rumah Toko (RUKO). Namun pemilik tanah tidak mentaati hak langgeh yang tumbuh dan berkembang di Aceh. Maka pemilik tanah tetangga tersebut menggugat pemilik tanah yang menjual tanahnya kepada developer ke Geuchik (Kepala Desa), agar mengupayakan pemilik tanah tersebut dapat menjual tanahnya kepada dia sebagai pemilik tanah tetangga dari objek yang diperkarakan, karena dia yang lebih berhak membeli. Namun penyelesaian kasus tersebut tidak sampai ke Mahkamah Syar’iah, dan dapat diselesaikan pada tingkat peradilan gampong dengan dasar Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Yang didalam qanun tersebut menegaskan bahwa tugas dan kewajiban Pemerintahan Gampong adalah:

b. Menjaga dan memelihara kelestarian adat dan adat istiadat

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban serta mencegah munculnya perbuatan maksiat dalam masyarakat

d. Bersama dengan Tuha Peuet dan Imeum Meunasah menjadi hakim perdamaian.

Di Kecamatan Langsa Kota juga pernah terjadi sengketa adat pada tahun 2004 silam tentang hak langgeh (syuf’ah) yang bermula dari persengketaan tentang sebidang tanah yang diatasnya berdiri sebuah bangunan rumah yang awalnya dimiliki oleh orang tua dan menjadi milik keluarga setelah orang tua mereka meninggal, namun beberapa tahun terakhir sebelum berperkara, tanah tersebut telah beralih hak nya menjadi milik anak paling tua, dan kemudian anak tertua tersebut hendak menjual lepas tanah beserta bangunan kepada pihak lain tanpa memperdulikan adanya hak langgeh (syuf’ah) yang seharusnya dapat mengutamakan keluarga terlebih dahulu untuk membeli tanah beserta bangunan tersebut. Lalu pihak keluarga menggugat ke Pengadilan Negeri Langsa untuk menggugat beberapa pokok gugatan yang salah satunya menggugat untuk dapat menguasai (membeli kembali) tanah tersebut yang sebelumnya milik orang tua mereka dengan dasar adanya hak langgeh (syuf’ah) yang tumbuh dan berkembang di Aceh. Namun Pengadilan Negeri menolak gugatan tentang hak langgeh (syuf’ah) karena bukan merupakan kompetensi (wewenang mengadili) pada Pengadilan Negeri.95 Yang seharusnya kompetensi di pegang oleh

95 Wawancara dengan Geuchik gampong jawa kecamatan Langsa kota, pada hari Rabu, 2 April 2014.

Mahkamah Syar’iah Kota Langsa yang berhak menyelesaikan sengketa hak langgeh (syuf’ah) tersebut dengan dasar Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Peradilan Syariat Islam Pasal 49 yaitu Mahkamah Syar'iyah bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara pada tingkat pertama, dalam bidang96:

a. Ahwal al – syakhshiyah; b. Mu'amalah;

c. Jinayah

Dokumen terkait