• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI PADA NELAYAN DI PULAU PASARAN

KEBERDAYAAN NELAYAN Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keberdayaan nelayan di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung dan merumuskan model dan strategi yang dapat meningkatkan penggunaan media komunikasi menuju keberdayaan nelayan. Penelitian ini dilakukan di Pulau Pasaran yang terletak pada Kelurahan Kota Karang di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Pemilihan lokasi penelitian ditetapkan, karena Pulau Pasaran merupakan salah satu wilayah penghasil ikan kering terbesar di Provinsi Lampung. Pengambilan data dilakukan secara sensus terhadap seluruh anggota kelompok yang tergabung dalam kelompok usaha kelautan dan perikanan (KUKP) berjumlah 125 orang nelayan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan menggunakan path analysis yang digunakan untuk menemukan model empiris pengaruh antar peubah. Strategi keberdayaan nelayan dirancang berdasarkan analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal nelayan yang dikenal dengan analisis SWOT. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat keberdayaan nelayan dipengaruhi secara langsung oleh pengalaman bekerja dibidang perikanan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan RTN, dukungan lingkungan dan efektivitas fungsi media komunikasi, sedangkan umur, pendidikan formal dan penggunaan media komunikasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap keberdayaan nelayan. Rancangan strategi untuk peningkatan keberdayaan nelayan dirancang dengan penguatan sumber daya manusia, pengembangan produksi dan pemasaran, sehingga dapat menjalin kemitraan dengan pengusaha yang lebih besar.

Kata kunci: keberdayaan, nelayan, strategi Pendahuluan

Keberhasilan suatu kegiatan pemberdayaan tidak mungkin dipengaruhi oleh satu faktor saja, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberdayaan seseorang atau sekelompok orang akan sangat membantu dalam meningkatkan evektifitas kegiatan pemberdayaan. Dikurahman dan Sofhan (2013) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat nelayan antara lain meliputi tingkat kesamaan, kepemimpinan, interaksi dan komunikasi, tingkat partisipasi, aset yang dimiliki dan motivasi. Sementara itu Mardin (2009) mengungkap bahwa pendidikan formal dan pengalaman merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keberdayaan nelayan. Selanjutnya dijelaskan bahwa tingkat partisipasi tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, usia dan pekerjaan. Ada pun Mubarak (2010) mengungkapkan bahwa faktor jenis kelamin turut mempengaruhi tingkat partisipasinya dalam kegiatan pemberdayaan.

90

kegiatan pemberdayaan memerlukan campur tangan semua pihak. Disamping itu berbagai kondisi juga telah memberikan kontribusi terhadap keberhasilan suatu program/kegiatan pemberdayaan. Agar supaya keseluruhan aspek dapat tergambar secara sistematis dan sederhana, maka diperlukan suatu model pemberdayaan yang dapat menyajikan faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan seseorang atau sekelompok orang. Model adalah rencana, penggambaran, atau deskripsi yang menjelaskan suatu obyek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Berdasarkan uraian di atas maka dalam bab ini persoalan yang diangkat adalah (1) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keberdayaan nelayan, dan (2) merumuskan model dan strategi yang dapat meningkatkan penggunaan media komunikasi menuju keberdayaan nelayan

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang diperkuat dengan kualitatif. Untuk memperoleh data kuantitatif digunakan instrumen penelitian berupa angket (kuesioner), sedangkan data kualitatif diperoleh dari pengamatan terhadap aktivitas komunikasi masyarakat, Penelitian ini dilakukan di Pulau Pasaran yang terletak pada Kelurahan Kota Karang di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Pemilihan lokasi penelitian ditetapkan, karena Pulau Pasaran merupakan salah satu wilayah penghasil ikan kering terbesar di Provinsi Lampung. Pengambilan data dilakukan secara sensus terhadap seluruh anggota kelompok yang tergabung dalam kelompok usaha kelautan dan perikanan (KUKP) berjumlah 125 orang nelayan.

Penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai Maret 2014. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan menggunakan path analysis.

Hasil dan Pembahasan

Penggunaan path analysis untuk mengetahui sejauhmana pengaruh peubah-peubah dalam hubungan antara karakteristik, penggunaan media dan efektifitas fungsi media dengan keberdayaan nelayan. Berdasarkan regresi baku tersebut menjadi ajuan model dalam analisis lintas. Berikut disajikan diagram lintas awal yang meliputi kedelapan peubah yang memengaruhi keberdayaan nelayan. Adapun kedelapan peubah tersebut meliputi karakteristik nelayan (X1-X5), dukungan lingkungan (X6) penggunaan media komunikasi (X7) dan efektivitas fungsi media komunikasi(X8).

91 0.018* 0.194 0.205 0.329 0.075 0.582 0.211 0.074 0.057 0.003 0.997** 0.184 0.162 0.401** 0.195 0.117 0.566 0.158 0.261** 0.378** 0.653** Umur Tingkat pendidikan Pengalaman bekerja Jumlah tanggungan keluarga Dukungan lingkungan Tingkat pendapatan RTN Efektifitas fungsi media komunikasi Media Komunikasi Keberdayaan Nelayan

Gambar 6 Diagram antar peubah yang memengaruhi keberdayaan nelayan

Berdasarkan diagram lintas tersebut, terdapat delapan peubah yang secara langsung mempengaruhi keberdayaan nelayan. Kedelapan peubah tersebut adalah umur (X1), tingkat pendidikan (X2), pengalaman bekerja (X3), jumlah tanggungan keluarga (X4), tingkat pendapatan RTN (X5), dukungan lingkungan (X6), moda komunikasi (X7), dan efektivitas fungsi media (X8). Analisis jalur ini bertujuan untuk mengetahui besar hubungan seberapa jauh pengaruh/keterkaitan antar peubah. Menurut Santoso (2007) bahwa uji hipotesis dengan analisis regresi linier jika nilai probabilitas >0,01, maka H0 diterima dan jika nilai probabilitas < 0,01, maka H0 ditolak.

Hasil analisis regresi yang melibatkan delapan peubah termasuk didalamnya karakteristik nelayan (X1-X5), dukungan lingkungan (X6), moda komunikasi (X7), dan efektivitas fungsi media (X8) sebagai peubah bebas yang memengaruhi keberdayaan nelayan, diperoleh nilai-nilai uji koefisien regresi baku bersifat nyata untuk enam peubah bebas tersebut, sementara dua peubah lainnya yaitu umur (X1) dan tingkat pendidikan (X2) menunjukkan nilai koefisien regresi bakunya tidak nyata pada taraf = 0,01-0,05. Nila uji yang tidak nyata ini mungkin menunjukkan adanya multikolinearitas yang terjadi pada peubah-peubah tersebut.

92

Pengaruh Peubah-peubah yang Memengaruhi Keberdayaan Nelayan

Keterkaitan antar peubah yang memengaruhi keberdayaan nelayan ditampilkan dalam Gambar 6 dan Gambar 7, sedangkan pengaruh langsung dan pengaruh tak langsung yang terjadi antara peubah-peubah terhadap keberdayaan nelayan disajikan pada Tabel 21

Berdasarkan data pada Tabel 21, terlihat bahwa sebagian besar peubah-peubah tersebut mempunyai pengaruh langsung yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah pengaruh tak langsungnya. Ini membuktikan bahwa model yang dibangun relatif sudah cukup baik untuk menggambarkan hubungan kausal antara peubah keberdayaan dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya secara langsung.

Peubah umur secara langsung memengaruhi keberdayaan dengan nilai koefisien sebesar -0,205, tetapi dalam hal ini pengaruh peubah tersebut nilainya negatif. Ini artinya peningkatan pada peubah umur akan menurunkan tingkat keberdayaan nelayan terhadap kegiatan pengolahan perikanan. Faktor umur berpengaruh negatif terhadap keberdayaan nelayan, karena pada umumnya responden yang berumur tua sudah mulai berkurang atau mengurangi aktivitasnya terhadap kegiatan melaut atau mencari bahan mentah, ataupun terhadap kegiatan pembangunan yang sarat dengan inovasi dan sangat memerlukan dukungan pendidikan, karena pada umumnya responden yang berumur tua memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Selanjutnya pendidikan formal secara langsung memengaruhi keberdayaan nelayan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,194, artinya bahwa peningkatan pendidikan formal akan menyebabkan semakin meningkat keberdayaan nelayan. Seperti yang dikemukakan Rogers dan Shoemaker (1995), bahwa orang-orang yang lebih inovatif cenderung lebih lama memperoleh pendidikan, dengan demikian maka semakin tinggi pendidikan nelayan, maka akan semakin tinggi pula kemampuan untuk ikut atau menerima keterlibatannya dalam kegiatan pengembangan pengolahan perikanan. Hal ini dijelaskan bahwa pendidikan nelayan menjadi pendorongnya untuk lebih inovativ terhadap pembangunan atau pengembangan perikanan, dan dirinya akan lebih banyak terlibat dalam kegiatan tersebut. Adapun pengaruh total tak langsung peubah pendidikan formal lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pengaruh langsungnya, yaitu sebesar 0,069, berarti semakin tinggi pendidikan formal nelayan secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap peningkatan keberdayaan nelayan.

93 Tabel 21 Koefisien pengaruh langsung dan tak langsung peubah-peubah yang

memengaruhi keberdayaan nelayan

Peubah-peubah yang memengaruhi keberdayaan nelayan

Peubah Langsung

(besarnya)

Tidak langsung

Pengaruh total Melalui peubah Besar pengaruh

X1 -0,205 X7 -0,019 -0,179 X8 0,047 X7 -> X8 -0,002 X2 0,194 X7 0,033 0,490 X8 0,030 X7-> X8 0,003 X3 0,018 X7 0,004 0,044 X8 -0,008 X7 -> X8 0,030 X4 0,653 X7 -0,010 0,568 X8 -0,001 X7 -> X8 0,074 X5 0,378 X7 0,011 0,256 X8 -0,065 X7 -> X8 -0,078 X6 0,261 X7 0,005 0,278 X8 0,007 X7 -> X8 0,004 X7 0,057 X8 0,032 0,089 X8 0,401 - - 0,401 Keterangan : X1 : Umur nelayan

X2 : Tingkat pendidikan formal X3 : Pengalaman bekerja

X4 : Jumlah tanggungan keluarga X5 : Tingkat pendapatan RTN X6 : Dukungan lingkungan X7 : Moda komunikasi

X8 : Efektivitas fungsi media komunikasi

Adapun pengalaman bekerja dibidang perikanan secara langsung mempengaruhi keberdayaan dengan nilai koefisien sebesar 0,018, dengan kata lain peubah ini secara langsung dapat berpengaruh terhadap keberdayaan nelayan, sedangkan pengaruh total tak langsung pengalaman bekerja dibidang perikanan lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh langsungnya yaitu 0,012, berarti semakin lama nelayan bekerja maka secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap keberdayaan nelayan. Secara umum nelayan pengolah yang memiliki pengalaman bekerja yang lama, setidaknya pengolah sudah mempunyai kompetensi dalam meningkatkan mata pencahariannya yaitu dengan memiliki keterampilan khusus dalam pengolahan dam memiliki jaringan komunikasi di luar dari Pulau Pasaran.

Peubah jumlah tanggungan keluarga secara langsung memengaruhi keberdayaan dengan nilai koefisien sebesar 0,653. Peubah ini secara langsung

94

dapat berpengaruh terhadap keberdayaan nelayan, sedangkan pengaruh total tak langsung pengalaman bekerja dibidang perikanan lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh langsungnya sebesar 0,084, berarti semakin banyak jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki nelayan maka secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap keberdayaan nelayan. Selanjutnya peubah penggunaan media komunikasi secara lagsung memengaruhi keberdayaan nelayan dengan nilai koefisien 0,057, dengan kata lain bahwa peubah penggunaan media komunikasi secara langsung dapat berpengaruh terhadap peningkatan keberdayaan nelayan, sedangkan pengaruh total tak langsung penggunaan media komunikasi lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh langsungnya 0,032. Artinya semakin tinggi penggunaan media komunikasi secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap peningkatan keberdayaan nelayan.

Berdasarkan uraian diatas, terdapat beberapa peubah yang memiliki koefisien regresi yang nyata pada taraf ≤ 0,05 sampai 0,10. Hal ini

menunjukkan adanya keterkaitan antar peubah-peubah yang memengaruhi keberdayaan nelayan, namun jika dilihat dari besarnya keragaman keberdayaan nelayan yang dijelaskan oleh umur, tingkat pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman bekerja, pendapatan RTN, dukungan lingkungan, penggunaan media komunikasi dan efektifitas fungsi media dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,727. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dibuat sudah cukup baik dengan menyisakan koefisien lintas sisa sebesar 0,273 yang berarti masih adanya peubah lain yang memengaruhi keberdayaan nelayan tetapi tidak termasuk dalam model tersebut.

Pengaruh Peubah-peubah yang Memengaruhi ModaKomunikasi

Seperti yang telah dikemukakan pada model sebelumnya bahwa keterkaitan antar peubah yang memengaruhi keberdayaan nelayan ini merupakan hasil perhitungan dari tingkat keterhubungan individu dengan individu lainnya di dalam suatu sistem yang dibandingkan dengan jumlah kemungkinan hubungan yang dapat terjadi. Adapun pengaruh langsung dan tak langsung yang terjadi antara peubah-peubah yang memengaruhi penggunaan media komunikasi dapat dilihat pada Tabel 22.

Berdasarkan pembahasan model kedua ini, dijelaskan bahwa hanya mempunyai nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,969 berarti ke enam peubah bebas tersebut mampu menjelaskan keragaman peubah penggunaan media komunikasi sebesar 97 persen. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dibuat lengkap karena menyisakan koefisien lintas sisa sebesar 0,03 yang berarti masih adanya peubah lain yang memengaruhi moda komunikasi.

95 Tabel 22 Koefisien pengaruh langsung dan tak langsung peubah-peubah yang

memengaruhi moda komunikasi

Peubah-peubah yang memengaruhi moda komunikasi

Peubah Langsung

(besarnya)

Tidak langsung Pengaruh total

Melalui peubah Besar pengaruh

X1 0.329 - - 0.329 X2 0.582 - - 0.582 X3 0.074 - - 0.074 X4 0.184 - - 0.184 X5 0.195 - - 0.195 X6 0.566 - - 0.566 Keterangan : X1 : Umur nelayan

X2 : Tingkat pendidikan formal X3 : Pengalaman bekerja

X4 : Jumlah tanggungan keluarga X5 : Tingkat pendapatan RTN X6 : Dukungan lingkungan

Peubah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan RTN dan dukungan lingkungan berpengaruh positif terhadap aktivitas komunikasi kelompok. Ini artinya semakin tinggi peubah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan RTN dan dukungan lingkungan maka memengaruhi peningkatan penggunaan media komunikasi. Nelayan merasakan media komunikasi yang tersedia dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan nelayan. Informasi selalu nelayan dapatkan dengan media interpersonal, yaitu komunikasi sesama nelayan atau penyuluh, Informasi yang selalu nelayan dapatkan dan diskusikan adalah mengenai penentuan harga produksi ikan dan pemasaran. Seperti diungkapkan Hakim dan Sugihen (2009) bahwa informasi yang akurat merupakan syarat pokok yang menjamin kelangsungan usahatani dan penyuluh dapat berperan sebagai fasilitator yang membantu tersedianya informasi tersebut.

Pengaruh langsung pendidikan formal terhadap penggunaan media komunikasi adalah 0,582. Ini berarti bahwa peningkatan pendidikan formal akan menyebabkan semakin meningkat penggunaan media komunikasi, karena semakin tinggi pendidikan nelayan, semakin tinggi pula kemampuannya baik dalam melakukan komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, maupun komunikasi pada saluran media massa dan media hybrid yang sangat diperlukan dalam mendapatkan informasi pembangunan. Peubah pengalaman bekerja secara langsung memengaruhi penggunaan media komunikasi dengan nilai koefisien regresi 0,074. Walaupun relatif keil, tetapi nilainya positif, yang berarti bahwa tinggi pengalaman nelayan akan menyebabkan nelayan aktif dalam menggunakan media komunikasi dan dapat mengkomunikasikan informasi, baik dengan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok.

Pada media kelompok, informasi terbaru diperoleh dari kegiatan pertemuan antara ketua dan anggota. Ketua kelompok selalu dilibatkan dalam kegiatan pelatihan yang diadakan oleh pemerintah daerah, yang dilaksanakan di daerah

96

kota. Hakim dan Sugihen (2009) mengungkapkan bahwa komunikasi dan kerjasama yang baik dalam kelompok hanya dapat tercapai jika informasi pertanian yang diperoleh petani dapat dipercaya. Ditambahkannya bahwa kelompok tani sebagai media pembelajaran dapat dikembangkan dengan tersedianya informasi yang relevan dan terpercaya. Untuk penggunaan media hybrid, handphone adalah alat komunikasi yang dimiliki seluruh responden, jenis handphone yang dimiliki sebagian responden merupakan smartphone, tetapi sebagian responden menggunakan handphone hanya untuk panggilan dan SMS saja.

Pengaruh Peubah-peubah yang Memengaruhi Efektivitas Fungsi Media Komunikasi

Seperti yang telah dikemukakan pada diagram awal (Gambar 7) bahwa keterkaitan antar peubah yang memengaruhi efektivitas fungsi media komunikasi ini merupakan hasil perhitungan dari tingkat keterhubungan individu dengan individu lainnya di dalam suatu sistem yang dibandingkan dengan jumlah kemungkinan hubungan yang terjadi. Berikut disajikan nilai koefisien pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung yang terjadi antara peubah-peubah yang memengaruhi efektivitas fungsi media, disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23 menampilkan data pengaruh langsung dari peubah umur terhadap efektfitas fungsi media lebih besar dibandingkan dengan jumlah pengaruh tak langsungnya. Peubah umur ini secara langsung memengaruhi efektivitas fungsi media tetapi nilainya dangat kecil dengan nilai koefisien lintas sebesar 0,075. Peubah umur ini secara langsung kurang berpengaruh terhadap efektivitas fungsi media, tetapi nilai positif ini artinya bahwa peningkatan pada umur tidak terlalu berpengaruh terhadap efektivitas fungsi media. Selanjutnya adalah peubah pendidikan formal secara langsung memengaruhi terhadap efektivitas fungsi media dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,211. Peningkatan pendidikan formal akan menyebabkan fungsi media komunikasi menjadi efektif sesuai dengan kebutuhan. Sebagaimana hasil penelitian Susilowati (1998), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula kemampuannya untuk menanggapi, menyaring, menerima dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan tertentu.

Peubah pengalaman bekerja dan jumlah tanggungan keluarga secara langsung memengaruhi efektivitas fungsi media dengan masing-masing nilai koefisien yang relative kecil dan negatif yaitu sebesar -0,003 dan -0,162. Artinya bahwa semakin tinggi pengalaman bekerja nelayan, maka akan menyebabkan menurunnya fungsi media komunikasi untuk kebutuhan informasi, karena nelayan merasa cukup dengan pengalaman yang dimilikinya tidak menggunakan media komunikasi sebagai sarana informasi.

Berdasarkan pembahasan model ini, dijelaskan bahwa model ini hanya memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,370. Berarti peubah-peubah bebas tersebut hanya mampu menjelaskan keragaman peubah efektivitas fungsi media komunnikasi sebesar 37,0 persen, menunjukkan bahwa model yang dibuat kurang lengkap, karena menyisakan koefisen lintas sisaan relatif besar yaitu 0,630 yang berarti masih ada peubah lain yang memengaruhi efektivitas fungsi media komunikasi tetapi tidak termasuk dalam model tersebut.

97

Akhirnya setelah dilakukan pembahasan dari masing-masing model diatas, maka dapat disusun suatu diagram lintas baru (Gambar 7) yang hanya berdasarkan

kepada nilai koefisien lintas yang nyata antara α=0,01 sampai 0,05

Tabel 23 Koefisien pengaruh langsung dan tak langsung peubah-peubah yang memengaruhi efektivitas fungsi media komunikasi

Peubah Besar pengaruh Pengaruh total

Langsung Tidak langsung

X1 X8 8 0.075 -0.328 -0.253 X2  X8 0.211 0.580 0.560 X3  X8 -0.003 0.074 0.071 X4 X8 -0.162 -0.183 -0.345 X5 X8 0.117 -0.194 -0.077 X6 X8 0.158 0.041 0.199 X7 0.997 - 0.997 Keterangan : X1 : Umur nelayan

X2 : Tingkat pendidikan formal X3 : Pengalaman bekerja

X4 : Jumlah tanggungan keluarga X5 : Tingkat pendapatan RTN X6 : Dukungan lingkungan X7 : Moda komunikasi

X8 : Efektivitas fungsi media komunikasi

Berdasarkan hasil analisis uji statistik terhadap peubah-peubah penelitian yang memengaruhi keberdayaan nelayan, serta hasil analisis kualitatif, dapat dirancang suatu model pengembangan keberdayaan nelayan. peningkatan penggunaan media komunikasi akan menyebabkan fungsi media komunikasi akan efektif, sehingga keberdayaan nelayan akan meningkat. Tingkat keberdayaan nelayan direfleksikan oleh indikator indikator: (1) kemampuan manajerial, (2) kemampuan meningkatkan nilai tambah, (3) kemampuan pemasaran dan (4) kemampuan bertahan. Model yang disajikan pada Gambar 8 menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan nelayan dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh karakteristik nelayan, dukungan lingkungan, penggunaan media komunikasi dan efektivtas fungsi media komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan nelayan tergolong rendah. Rendahnya tingkat keberdayaan nelayan disebabkan rendahnya karakteristik nelayan, rendahnya penggunaan media komunikasi dan kurang memadainya dukungan lingkungan.

98 0.018* 0.329** 0.582** 0.074** 0.997** 0.184** 0.401** 0.195** 0.566** 0.261** 0.378** 0.653** Umur Tingkat pendidikan Pengalaman bekerja Jumlah tanggungan keluarga Dukungan lingkungan Tingkat pendapatan RTN Efektifitas fungsi media komunikasi Moda Komunikasi Keberdayaan Nelayan

Gambar 7 Faktor yang memengaruhi keberdayaan nelayan secara nyata, 2014

Strategi Pengembangan Keberdayaan Nelayan

Berdasarkan input data individu nelayan, kelembagaan masyarakat dan kondisi sumberdaya alam pesisir, maka dilakukan suatu analisis strategis dengan menggunakan analisis SWOT yang menggunakan elemen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam analisis SWOT ada dua faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan arah dan strategi pemberdayaan masyarakat pesisir, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi komponen kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman. Kedua faktor tersebut dijabarkan menjadi beberapa elemen yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat pesisir secara terpadu dan berkelanjutan.

Matrik SWOT menggambarkan dengan rinci tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk pemberdayaan masyarakat pesisir dalam pengendalian degradasi sumber daya pesisir, yang dipadukan dengan unsur peluang dan ancaman yang dimilikinya. Matrik SWOT tersebut memberikan kemungkinan empat alternatif strategi SO (strenght opportunity) dengan ciptakan

99 strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, ST (Strenght Treaths) yaitu ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman, WO (Weaknesses Opportunity) dengan ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan WT (Weaknesses Treaths) dengan ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman, yang dirumuskan dengan menyesuaikan kekuatan dan kelemahan berdasarkan ancaman dan peluang yang ada secara lengkap disajikan pada Tabel 24.

Matriks SWOT yang disusun diketahui bahwa terdapat beberapa strategi yang didapat untuk alternatif strategi yang perlu dikembangkan untuk segera dilakukan. Strategi tersebut adalah:

1. Strategi S-O (Strenght-Opportunity)

adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal individu untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar individu tersebut yaitu mengikuti pelatihan manajemen usaha dan keterampilan teknis perikanan (SO1) dan mengembangkan diversifikasi usaha dan peningkatan mutu produk (SO2). Strategi ini sangat diperlukan agar nelayan mampu merencanakan dan mengevaluasi usaha, serta terjadinya peningkatan skill secara umum maupun khusus dan nelayan juga dapat menerapkan diversifikasi usaha dan mampu menerapkan standar mutu produk pengolahan.

2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)

Merupakan strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara melakukan kemitraan dengan pengusaha yang lebih besar (WO1) dan mengikuti pendampingan dengan instansi perikanan setempat (WO2). Hal ini sangat memudahkan agar terbentuknya jaringan pemasaran, terjadinya kesepakatan harga pokok penjualan produk serta nelayan dapat memahami situasi pasar sesuai dengan demand.

3. Strategi S-T (Strenght-Threat)

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki pemangku kepentingan lain untuk mengatasi ancaman, yaitu dalam hal ini memanfaatkan pelatihan, pendampingan, penyuluhan dan pembinaan. Kegiatan tersebut terutama menjadi permintaan khusus dari pihak nelayan karena mereka terkadang merasa kesulitan dalam mendapatkan informasi dan melakukan pengembangan teknologi, sehingga nelayan mendapatkan keterampilan tambahan dalam pengelolaan usaha.

4. Strategi W-T (Weakness-Threat)

Merupakan strategi yang didasarkan pada usaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman, yaitu mengikuti program pemberdayaan yang dikembangkan oleh instansi pemerintah dan BUMN (WT1) serta mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pemerintah dan swasta (WT2). Strategi ini akan membentuk program pemberdayaan secara struktur, koperasi ditingkat nelayan bisa bersinergi dengan koperasi bentukan pemerintah dalam pengembangan kegiatan usaha.

100

Tabel 24 Matriks SWOT kualitatif untuk penentuan strategi pemberdayaan nelayan di Pulau Pasaran

Kekuatan (s) Kelemahan (w)

1. Kemampuan ini

ditentukan oleh satu jenis usaha

2. Salah satu produk memiliki nilai jual yang tinggi (ikan teri)

1. Tidak memiliki kemampuan

merencanakan dan

mengevaluasi usaha

2. Ketidakmampuan

mengembangkan usaha

secara sistematis.

3. Keterampilan teknis terbatas

4. Pendapatan terbatas

5. Peralatan produksi

menggunakan teknologi

sederhana

6. Modal kerja terbatas Peluang (O)

1. Sudah ada koperasi perikanan bentukan pemerintah

2. Ada Program CSR dari Bank Indonesia yang bekerja sama dengan Bappeda

3. Sudah ada pembinaan secara sporadis dari instansi lain, perguruan tinggi dan swasta tertentu.

Strategi S/O :

1. Mengikuti pelatihan manajemen usaha dan keterampilan teknis perikanan.

2. Mengembangkan

diversifikasi usaha dan peningkatan mutu produk.

Strategi W/O:

1. Melakukan kemitraan

dengan pengusaha yang lebih besar.

2. Mengikuti pendampingan dengan instansi perikanan setempat.

Ancaman (T)

1. Kurangnya pengembangan jaringan pemasaran ditingkat nelayan.

2. Harga ditentukan oleh juragan

3. Kualitas produk yang

Dokumen terkait