• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGAPAN ASPEK PENATAAN RUANG

TRADISIONAL (modal kecil,

6. Keberlangsungan Ruang Publik

Ada beberapa ruang terbuka (RTH dan RTNH) yang dikategorikan sebagai ruang publik yang sangat penting dijaga keberlangsungannya dalam suatu lingkungan permukiman kota, diantaranya sebagai berikut:

a. taman dan pekarangan, seperti taman perkotaan, taman hutan raya, dan pekarangan rumah; b. fasilitas olahraga luar ruang (dengan permukaan alami atau buatan, baik dimiliki oleh publik

maupun privat), seperti lapangan tenis, lapangan golf, sekolah, dan lapangan bermain;

c. RTH untuk amenitas (pada umumnya berada di perumahan), seperti ruang rekreasi informal, RTH komunal di dalam dan sekitar perumahan, serta perdesaan;

d. penyediaan fasilitas untuk anak dan remaja, seperti taman bermain, lapangan basket, dll; e. koridor hijau, seperti sungai, jalur pejalan kaki, dan jalur sepeda;

f. RTH yang bersifat alami dan semi-alami, seperti hutan kota, lapangan rumput, dll; g. pemakaman; dan

h. ruang publik, seperti pasar dan area perkerasan yang dirancang untuk pejalan kaki.

Dalam Undang-Undang Tentang Penataan Ruang juga ditegaskan pentingnya ruang terbuka, baik RTH maupun RTNH yang dijadikan sebagai salah satu muatan RTRW Kota. Kita tahu bahwa RTH dan RTNH memuat 2 (dua) komponen yaitu RTH dan RTNH Publik dan Privat. RTH Publik dan RTNH Publik menjadi bagian utama yang penting disediakan untuk menjamin keberlangsungan tersedianya ruang publik di kota-kota di Indonesia. Perda RTRW Kota seyogianya menyediakan pasal khusus tentang penyediaan RTH Publik dan RTNH Publik.

Tetapi perlu diperhatikan pula kalau ruang publik tidak otomatis dapat dikategorikan sebagai RTH atau RTNH. Ruang publik yang baik harus dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berkumpul, berinteraksi, dan beraktivitas dengan aman dan nyaman. Tanpa adanya aktivitas dan interaksi sosial manusia di dalamnya, maka suatu ruang publik telah gagal mengemban misinya. Lain halnya dengan RTH ataupun RTNH dimana ketika tidak ada aktivitas manusia dan interaksi sosial pun di dalamnya, fungsi RTH dan RTNH masih dapat berlangsung dengan baik.

Satu faktor yang perlu diperhatikan adalah melibatkan peran serta masyarakat didalam penyediaan ruang publik. Hal ini dapat ditawarkan kepada pihak swasta dengan melakukan kerjasama pemerintah dan swasta (public private partnership). Dalam hal ini swasta dapat diberikan insentif dengan menyediakan iklan di arena ruang publik sebagai pendorong bagi pembangunan fasilitas yang harus disediakan dalam ruang publik.

Disamping itu, pemerintah kota harus memperhatikan aspek arsitektural dan estetika (termasuk penerangan ruang publik). Ketika merancang harus memenuhi kebutuhan masyarakat kota dan menjamin keamanan serta kenyamanan masyarakat penggunanya.

Di Indonesia, pengembangan ruang publik sedang digalakkan secara intensif. Contoh pengembangan ruang publik yang berhasil adalah ruang publik di Pantai Losari, Makassar, dimana interaksi sosial masyarakat dapat berlangsung dengan baik. Sementara itu, RTH Taman Suropati, Jakarta merupakan contoh pengembangan ruang publik yang kurang berhasil mengingat lokasinya yang berada di lingkungan yang berpolusi udara dan tidak nyaman untuk aktivitas masyarakat.

Daftar Pustaka

Alexander C, Neis H, Anninou A, King 1. 1978. A New Theory of Urban Design. Oxford University Press. New York.

Cullen, G. 1971. The Concise Townscape. Butterworth. Sevenoaks, Kent. Krier, R. 1979. Urban Space. Academy Editions. London.

Lynch, K. 1960. The Image of City. MIT Press. Cambridge, MA.

Madanipour, A. 1999. Why are The Design and Development of Public Spaces Significant for Cities ? Environment and Planning B: Planning and Design Volume 26 Pages 879-891.

Sennett, R. 1994. Flesh ans Stone. Faber and Faber. London.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan.

Kota Kekerabatan Maja dan Masa Depan

Oleh : Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

Persoalan perumahan masih menjadi salah satu issue penting dalam pembangunan ekonomi mengingat sektor perumahan memiliki peran sebagai salah satu motor penggerak perekonomian dan memiliki multiplier effect pertumbuhan suatu daerah. Persoalan perumahan sampai saat ini adalah bagaimana mengatasi jumlah backlog perumahan yang pada tahun 2009 sudah mencapai 7,4 juta.

Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian kita dalam menangani persoalan perumahan tersebut adalah tersedianya lahan untuk perumahan permukiman. Dalam kaitan ini tentunya peran pemerintah daerah untuk memastikan tersedianya lahan untuk perumahan dan permukiman menjadi sangat penting. Upaya pemerintah daerah untuk mencari lahan untuk dijadikan kawasan permukiman yang strategis, layak dan nyaman serta sesuai dengan tata ruang menjadi faktor kunci keberhasilan pembangunan perumahan.

Jakarta sebagai kota inti Metropolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan memiliki daya tarik tinggi bagi pencari kerja dan urbanisasi membutuhkan perumahan yang layak bagi masyarakatnya. Karena kelangkaan lahan dan tingginya harga lahan di Jakarta menyebabkan penyediaan perumahan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan bawah menjadi kendala. Upaya mendorong pengembangan kawasan perumahan yang berada disekitar Jakarta menjadi satu kesatuan sistem pembangunan dengan Metropolitan Jabodetabek merupakan salah satu langkah untuk mengatasi kendala kebutuhan lahan tersebut. Demikian juga dukungan yang diberikan Pemerintah untuk mengatasi hal ini akan membantu upaya Pemerintah Daerah dalam mengatasi persoalan kebutuhan perumahan.

Guna menjawab permasalahan tersebut, salah satu lokasi yang potensial untuk mendukung sebagian kebutuhan perumahan wilayah Jabodetabek adalah Maja. Berada pada koridor barat dari sisi Kota Jakarta, sedangkan secara administrasi Maja ini terletak pada 3 kabupaten yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang. Maja berpotensi sebagai salah satu penyangga Metropolitan Jakarta. Guna meningkatkan dan mendorong pembangunannya Maja ditetapkan sebagai

Kota Kerabatan Maja berdasarkan Surat Kemenpera No.02/KPTS/M/1998. Maja merupakan kawasan permukiman skala besar guna menampung kebutuhan perumahan kedepan. Bahkan pada tahun 1996 pengembangan Maja menjadi agenda pembahasan pada sidang kabinet dan rapat kerja DPR. Tak hanya itu, pengembangan Maja sebagai pusat pertumbuhan baru akan memberikan kontribusi dalam menanggulangi kebutuhan perumahan di Jabodetabek khususnya Jakarta.

Gambaran Umum Kota Kekerabatan Maja

Kota Kekerabatan Maja diproyeksikan menjadi salah satu penyangga di bagian barat Metropolitan Jakarta. Kedudukannya dalam konteks wilayah yang lebih luas,cukup strategis dan terletak di 2 propinsi (Jawa Barat dan Banten) seperti terlihat pada gambar 1 (satu). Beberapa area Bodetabek yang saat ini menjadi penyangga kota Jakarta untuk beberapa tahun yang akan datang akan menjadi sangat padat.

Sementara, saat ini disisi barat Jabodetabek terdapat lahan yang masih luas dan memiliki potensi yaitu Maja, yang terletak pada 3 kabupaten yaitu Lebak, Tangerang dan Bogor. Luas area Maja secara keseluruhan mencapai 10.900 Ha dengan rincian Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak seluas 5250 Ha, Kecamatan Cisoka dan Tigaraksa di Kabupaten Tangerang seluas 2650 Ha, dan Kecamatan Tenjo di Kabupaten Bogor seluas 3000 Ha. Hingga sekarang terdapat 17 develepor yang memiliki sekitar 3.565 Ha dan telah mulai membangun dan kemudian berhenti semenjak Indonesia mengalami krisis pada tahun 1997 – 1998.

Potensi yang ada disekitar maupun yang dimiliki Maja sangat mendukung langkah agar Maja menjadi pusat kegiatan baru di bagian barat Jabodetabek. Tak hanya itu, tidak jauh dari Maja, tepatnya sebelah utara terdapat kawasan atau Zona Industri Banten (Tangerang), dengan pusat kota di daerah Balaraja. Keberadaan kawasan industry ini tentunya sangat membantu dengan member peluanbg bagi Kota Baru Maja menjadi sebuah pusat pertumbuhan yang dapat difokuskan pada kegiatan agro-industri. Sementara itu, salah satu program andalan yang memiliki nilai strategis pemerintah berada di sisi barat Jabodetabek, tepatnya di lokasi Bojonegoro, dengan dibangunnya pelabuhan curah kering dalam kapasitas dan skala internasional.

Dengan adanya pembukaan pelabuhan ini pastinya akan memberikan dorongan terhadap berbagai kegiatan sehingga akan banyak menyerap tenaga kerja dalam menjalankan operasionalnya. Tak hanya itu, pengembangan Kota Baru Maja dengan prioritas keunggulan yang memanfaatkan posisi (dari segi wilayah), dapat diarahkan untuk mendukung tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas tersebut.

Dokumen terkait