• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. UMUM Tujuan

1. Mengatur perlakuan akuntansi persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.

Ruang Lingkup

2. Kebijakan ini diterapkan dalam akuntansi persediaan yang disusun dan disajikan dengan menggunakan akuntansi berbasis akrual.

3. Kebijakan ini mengatur perlakuan akuntansi persediaaan yang meliputi definisi, pengakuan, pengukuran dan pengungkapannya.

4. Pernyataan kebijakan ini berlaku untuk entitas akuntansi/pelaporan Pemerintah Daerah, yang memperoleh anggaran berdasarkan APBD, tidak termasuk perusahaan daerah.

Definisi

5. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau social di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

6. Nilai Wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.

7. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Klasifikasi

8. Persediaan merupakan aset yang berupa:

a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah daerah;

b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi;

c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;

d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan daerah.

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Cianjur 83

9. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

10. Dalam hal pemerintah daerah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian.

11. Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya alat-alat pertanian setengah jadi.

12. Persediaan dapat terdiri dari : a. Barang konsumsi

b. Barang pakai habis c. Barang Cetakan d. Perangko dan Materai

e. Obat-obatan dan bahan farmasi f. Persediaan alat listrik

g. Persediaan material/bahan h. Amunisi

i. Bahan untuk pemeliharaan j. Suku cadang

k. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga l. Bahan Baku

m. Barang dalam proses/setengah jadi

n. Tanah/bangunan/peralatan dan mesin untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat

o. Hewan dan tanaman, untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat.

13. Pembelian barang dengan tujuan untuk dikonsumsi/digunakan sesegera mungkin diperlakukan sebagai beban, misalnya bahan bakar minyak, suku cadang bengkel kendaraan yang langsung dipasang pada saat perbaikan. 14. Dalam hal pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan strategis

seperti cadangan energy (misalnya minyak) atau untuk tujuan berjaga-jaga seperti cadangan pangan (misalnya beras), barang-barang dimaksud diakui sebagai persediaan.

15. Persediaan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada paragraph 10 huruf o misalnya sapi, kuda, ikan, benih padi dan bibit tanaman.

16. Barang yang memiliki kriteria barang “pecah belah” seperti gelas dan piring tidak diperlakukan sebagai persediaan pakai habis, tetapi dicatat sebagai barang ekstra komptabel dengan pertimbangan barang tersebut relatif mudah tidak berfungsi karena mudah pecah atau rusak.

17. Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

18. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan, tidak dimasukkan sebagai persediaan.

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Cianjur 84

B. PENGAKUAN

19. Persediaan diakui pada saat:

a. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemeritah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal; dan

b. Diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. 20. Pengakuan persediaan akhir pada periode akuntansi, dilakukan berdasarkan

hasil inventarisasi fisik (Stock Opname). C. PENGUKURAN

21. Metode pencatatan persediaan dilakukan secara periodik, maka pengukuran persediaan pada saat periode penyusunan laporan keuangan dilakukan berdasarkan hasil inventarisasi dengan menggunakan harga perolehan terakhir/harga pokok produksi terakhir/nilai wajar.

22. Persediaan disajikan sebesar:

a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.

b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis.

c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar (arm length transaction).

23. Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproudksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis.

24. Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakan dinilai dengan menggunakan nilai wajar

25. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar.

Beban Persediaan

26. Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods). 27. Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian Laporan

operasional.

28. Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka pengkuruan pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit sesuai metode penilaian yang digunakan.

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Cianjur 85

29. Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan investarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan.

30. Persedian dalam kondisi sudah tidak layak pakai/usang/rusak/sejenisnya berdasarkan hasil verifikasi/pengecekan/inventarisasi yang dituangkan dalam Berita Acara Stock Opname, disajikan sebagai beban persediaan dan dilaporkan dalam laporan operasional serta diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

D. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

31. Persediaan disajikan sebagai bagian dari Aset Lancar.

32. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan: a. Persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam

pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan diserahkan kepada masyarakat; dan

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Cianjur 86

BAB XI