• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan dan Langkah Pendukung untuk Efektivitas RAN GRK

IV. Upaya Mewujudkan Ekonomi Hijau Indonesia

4.3 Kebijakan dan Langkah Pendukung untuk Efektivitas RAN GRK

Pendidikan dan peningkatan kapasitas

a) Peningkatan kapasitas dan fasilitas keterlibatan privat dan masyarakat di dalam sektor pengelolaan sampah b) Kampanye dan pendidikan

pengurangan sampah

-

4.3. KEBIJAKAN DAN LANGKAH PENDUKUNG UNTUK EFEKTIVITAS RAN GRK

Setelah berbagai kebijakan dan langkah untuk menjabarkan komitmen dan meletakkan kerangka kerja untuk menjabarkan rencana dan pelaksanaan sampai di daerah, termasuk mempersiapkan K/L untuk memfasilitasi dan mendorong upaya penurunan emisi di kalangan pelaku usaha dan masyarakat, masih terdapat paling tidak terdapat 3 (tiga) hal penting yang perlu dibangun secara paralel yaitu: (i) pengembangan alat ukuran dan mekanisme pemantauan/monitoringnya; (ii) pembentukan sistem dan instrumen insentif/disinsentif; dan (iii) peningkatan kapasitas lembaga dan sumber daya manusia.

4.3.1. Pengukuran dan Monitoring RAN GRK

Penyusunan alat ukur untuk mengukur dan mengkuantifikasi penurunan emisi menjadi unsur yang sangat penting dan baru di dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengukuran limbah padat dan

cair sudah dapat dilakukan, namun emisi GRK (baca emisi udara) merupakan benda tidak kasat mata (intangible). Dengan demikian, untuk pengukuran merupakan dimensi baru dan sekaligus penting untuk mengetahui kemajuan hasil penurunan emisi GRK.

30 Sesuai dengan kaidah yang ditentukan oleh UNFCC, sudah ada standar pengukuran yang dibakukan, dan sering disebut harus memenuhi kriteria MRV, measurable, reportable dan verifiable (MRV), artinya terukur, dapat dilaporkan, dan mudah diverifikasi. Dengan demikian, unsur yang dipentingkan adalah “make the intangible become tangible”, membuat yang tidak kasat mata dapat dinyata(/kasat)-kan. Sehubungan dengan pentingnya sistem informasi/data yang memenuhi kaidah MRV ini maka hampir bersamaan dengan terbitnya Perpres RAN GRK, Bapak Presiden juga telah menandatangani Perpres No. 71/2011 tentang Inventarisasi Penurunan Emisi GRK. Penanggungjawab dari pelaksanaan Perpres ini adalah Kementerian Lingkungan Hidup.

Namun demikian, sehubungan dengan indikator dan sistem informasi sesuai MRV sedang dalam proses penyusunan secara terpadu, maka monitoring berkaitan dengan penyusunan dan pelaksanaan RAD GRK maka monitoring yang sementara dapat dilakukan adalah: monitoring kegiatan yang berkontribusi terhadap penurunan emisi GRK. Mengingat yang dimonitor dan dilaporkan adalah kegiatan yang menurunkan emisi GRK, maka lembaga yang mengkoordinasikan pelaporan adalah Bappeda Provinsi selaku Sekretariat RAD GRK. Laporan disampaikan ke Kementerian PPN/Bappenas sesuai dengan mekanisme Monitoring dan Evaluasi sebagaimana diatur di dalam Peraturan Pemerintah No. 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Pemantauan dan kegiatan yang dilaporkan adalah kegitaan yang menyumbang terhadap penurunan emisi GRK. Dalam RAD GRK, Pemda dan masyarakat mengidentfikasi dan menyusun kegiatan-kegiatan di 5 (lima) sektor utama yang akan dilakukan oleh Pemda. Selanjutnya, dilakukan penghitungan/pembakuan penghitungan emisi GRK per jenis dan skala kegiataan. Dengan demikian, Pemda akan melaporkan hanya pelaksanaan kegiatan dan standar kegiatan yang memenuhi adanya kepastian penurunan emisi (agar dapat diverifikasi). Dengan melaksanakan kegiatan tersebut, maka penurunan emisi yang dilakukan akan dapat diukur dan dijumlahkan secara nasional.

Langkah pemantauan tersebut merupakan langkah yang sementara dapat dilakukan, sambil menunggu: (i) pengukuran kondisi baseline emisi GRK sebelum kegiatan tersebut dilakukan; (ii) menunggu sistem informasi pemantauan emisi GRK yang disusun sesuai kaidah MRV dari IPPC yang perlu disusun secara nasional. Dengan demikian, sementara menunggu terbentuknya sistem MRV yang sedang disusun oleh Kementerian Lingkungan Hidup berdasarkan Perpres No. 71/2011, maka pemantauan pelaksanaan RAD GRK sebagai bagian dari pelaksanaan RAN GRK dapat dilakukan dan dilaporkan setiap tahunnya dalam Sidang Dewan Nasional Perubahan iklim (DNPI) yang diketuai oleh Bapak Presiden.

4.3.2. Pembentukan Sistem dan Instrumen Insentif/Disinsentif

Sejak tahun 2007, Kementerian Keuangan telah memulai studi pendanaan untuk perubahan iklim. Hasil studi pada 2010 telah menghasilkan Green Paper yang pada intinya mencoba menginventarisasi berbagai peluang pendanaan dan berbagai bentuk pendanaan untuk perubahan iklim. Pada saat ini kajian masih dilanjutkan oleh Kementerian Keuangan dan terutama pada pembentukan instrumen (insentif) fiskal yang akan dibutuhkan dalam

31 pelaksanaan RAN GRK, teruama penyediaan insentif fiskal untuk REDD+. Instrumen pendanaan lain yang diperlukan adalah yang akan diterapkan kepada pihak swasta yang telah berhasil menurunkan emisi GRK dari industri yang telah mereka jalankan. Indikator-indikator yang dijadikan dasar pemberian insentif harus disesuaikan dengan standar yang ditetapkan oleh K/L di 5 (lima) sektor di atas, untuk REDD+ adalah yang ditentukan oleh Satgas REDD+ bersama Kementerian Kehutanan dan untuk energi adalah ukuran dan standar yang ditentukan oleh Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian.

Tugas dari Kementerian Keuangan selain menentukan instrumen insentif/disinsentif fiskal adalah menyusun mekanisme perdagangan karbon (emisi GRK) dalam pasar domestik Indonesia, yang pada akhirnya perlu diselaraskan (compatible) dengan sistem pasar karbon di dunia. Pada saat ini mekanisme pasar karbon yang sudah terjadi memang baru di wilayah Uni Eropa, sementara di tempat-tempat lain belum diterapkan. Untuk itu, waktu yang ada sangat perlu dimanfaatkan dan sekaligus mendorong pembangunan sistem domestik, sehingga proses internalisasi dampak lingkungan ke dalam setiap kegiatan ekonomi dapat dilakukan.

4.3.3. Peningkatan Kapasitas Lembaga dan Sumber daya Manusia

Dengan luasnya cakupan penurunan emisi dan pada akhirnya aksi perubahan iklim, maka pihak-pihak yang terlibat dalam penurunan emisi juga luas dan banyak. Pada saat ini masih dirasakan pemahaman tentang perubahan iklim dan penurunan emisi GRK masih beragam. Berdasarkan proses komunikasi dengan para pihak terutama di daerah dalam proses sosialisasi RAD GRK, dapat diketahui bahwa masih perlu dilakukan berbagai hal yaitu: (i) Komunikasi; (ii) peningkatan kemampuan sumber daya manusia; dan (iii) kapasitas Lembaga.

1. Komunikasi

Komunikasi yang perlu dibangun meliputi: (i) bahan komunikasi; (ii) sistem komunikasi; dan (iii) proses komunikasi, sebagaimana digambarkan berikut ini.

a. Bahan komunikasi perlu disusun dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah diakses serta digunakan dan disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat. Untuk ini berbagai bentuk leaflet sederhana dan buku-buku saku dengan bahasa yang mudah dipahami perlu disusun dan dibuat dalam jumlah yang mencukupi dan selalu tersedia. Bahan dasar komunikasi ini sudah ada, yang perlu disusun adalah dibuat dengan isi yang sesuai dengan sasaran/target audiance, baik masyarakat umum atau kalangan birokrasi dan peneliti.

b. Penyusunan sistem informasi melalui internet yang dapat menjadi hub untuk berbagai sistem informasi dalam perubahan iklim, sehingga informasi dapat dikomunikasikan kepada semua pihak. Komunikasi melalui jalur internet (web) ini akan memudahkan akses ke semua pihak dan juga merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap publik.

32 c. Proses komunikasi melalui media massa, baik tertulis secara teratur dan mutakhir

isi beritanya, maupun menggunakan media radio dan televisi di daerah sehingga dapat diikuti secara interaktif.

Pembentukan jaringan komunikasi yang difasilitasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi dapat mempercepat dan memfasilitasi komunikasi secara terstruktur dan kontinyu.

2. Kemampuan Sumberdaya Manusia

Dalam pelaksanaan RAN-RAD GRK, dapat diidentifikasi terdapat 4 (empat) kelompok pelaku yaitu: (i) Pemerintah dan Pemda; (ii) Universitas dan Lembaga Penelitian; (iii) NGO yang terdiri dari kelompok masyarakat/LSM dan Asosiasi; (iv) pelaku sawsta dan masyarakat umum (rumah tangga). Sehubungan dengan itu maka berbagai peningkatan kemampuan sumber daya manusia perlu dilakukan:

a. Pelatihan bagi aparat Pemerintah dan Pemda dalam memfasilitasi dan mendorong pelaku penurunan emisi. Jenis pelatihan perlu dikenalkan antara lain: (i) pengembangan kebijakan dan instrumen kebijakan yang diperlukan; (ii) menghubungkan kegiatan penurunan emisi dengan pembangunan secara keseluruhan (penurunan emisi harus menyelesaikan masalah pembangunan); (iii) kemampuan untuk memfasilitasi dan memonitor capaian yang dihasilkan; dan (iv) menghubungkan langkah lokal, nasional, global.

b. Universitas dan Lembaga Penelitian: (i) membentuk jaringan kompetensi dan menghubungkannya dengan pelaksanaan penurunan emisi; (ii) membentuk backstopping unit bagi pelaksanaan RAD GRK di daerah dan RAN GRK secara nasional, terutama menyediakan scientific based on analysis, pengukuran dan penciptaan instrumen MRV dan insentif/disinsentif.

c. Bagi Asosiasi dan LSM: mendukung Pemerintah dan Pemda dalam mengawal para pelaku penurunan emisi GRK, terutama pelaksanaan di lapangan.

d. Bagi pelaku swasta dan masyarakat: (i) pengenalan standar-standar yang diberlakukan secara kontinyu; (ii) pelatihan mengenai best practices dan pengembangan di lokasi masing-masing; (iii) pengembangan kegiatan yang menghasilkan emisi rendah karbon atau rendah GRK lainnya.

Sebagai bagian dari proses peningkatan kemampuan sumber daya manusia tersebut, perlu disusun sistem pelatihan, modul pelatihan, dan mekanisme pelatihan yang tidak bersifat klasikal namun lebih berorientasi praktek, sehingga dapat mendukung efektivitas pelaksanaan RAN dan RAD GRK.

3. Kapasitas Lembaga

Sejalan dengan fungsi berbagai lembaga baik Pemerintah, Pemda, maupun non pemerintah, maka kapasitas lembaga perlu ditingkatkan pula, yang mencakup: (a) program

33 dan kegiatan lembaga agar dapat menjalankan peran dan fungsi dalam memfasilitasi dan mendorong penurunan emisi; (b) mekanisme kerja agar sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, terutama adanya standar teknis dari sektor; (c) instrumen/alat dan fasilitas yang mendukung berjalannya fungsi lembaga sesuai program dan kegiatan dalam butir a dan sejalan dengan mekanisme kerja dalam butir b.

Dalam kaitan dengan adanya perbedaan peran dan fungsi lembaga pemerintah di pusat, provinsi dan kabupaten/kota, maka diperlukan pembedaan materi untuk peningkatan kapasitas. Sehubungan dengan itu, baik materi untuk sosialisasi pemahaman umum perlu dibedakan dan dibahasakan sesuai dengan tingkat penerapan di lapangan. Selain itu, materi untuk peningkatan kapasitas terutama yang memerlukan pelatihan dan penguasaan teknis tertentu perlu pula dibedakan sesuai tingkatan-tingkatan peran dan fungsi yang perlu dilakukan. Dengan demikian, peningkatan kapasitas akan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan di lapangan dan dimungkinkan adanya keterkaitan dan sinergi yang utuh dalam pelaksanaan RAN/RAD GRK di setiap bidang/sektor/program/kegiatan penurunan emisi GRK.

34

Gambar 6 Pilar Pembangunan Berkelanjutan

V. EKONOMI RENDAH KARBON, EKONOMI HIJAU DAN PEMBANGUNAN

Dokumen terkait