• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

1. Kondisi Ekonomi Nasional

Kondisi perekonomian secara makro di Indonesia cenderung tumbuh secara positif, hal ini salah satunya ditunjukkan oleh laju inflasi yang dapat ditekan pada angka yang paling rendah pada satu dekade ini. Kondisi ini memperkuat pertumbuhan sektor perdagangan dan industri karena didukung oleh kemampuan daya beli masyarakat yang juga cukup kuat.

Pemulihan perekonomian global pada tahun 2010 membawa dampak pada perekonomian domestik yang juga tumbuh secara linear. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1%, lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 5,8%, pertumbuhan ekonomi tersebut juga jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 4,5%. Pertumbuhan ekonomi secara global, meskipun ditengah krisis global pertumbuhan ekonomi yang membaik juga terkonfirmasi oleh peningkatan perekonomian daerah.

Secara umum, peningkatan kondisi perekonomian ditunjukkan dengan semakin kuatnya kemampuan beli masyarakat, sehingga menggerakkan sektor perdagangan kearah yang positif. Peningkatan juga ditunjukkan semakin kuatnya kegiatan ekspor dan meningkatnya kegiatan investasi di seluruh wilayah, yang juga didukung dengan meningkatnya realisasi belanja modal Pemerintah Daerah (APBD) secara umum pada akhir tahun 2010.

Sampai dengan tahun 2010 dominasi swasta dalam struktur pertumbuhan ekonomi masih dominan. Sumbangan tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi adalah dari konsumsi rumah tangga sebesar 2,7%. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi menyumbang sebesar 2%, sedangkan ekspor sebesar 6,4%. Disisi lain kegiatan impor

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 85

masih cukup kuat yaitu sebesar 5,6%, sehingga mengurangi kontribusi kekuatan perdagangan luar negeri menjadi sebesar 0,8%.

Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 mencapai Rp 6.422,9 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp.2.310,7 triliun. PDB per kapita atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar Rp. 23,9 juta pada tahun 2009 menjadi Rp 27 juta pada tahun 2010. Selama tahun 2010 pada semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan, tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 13,5%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,7%, sektor konstruksi sebesar 7%, dan sektor jasa-jasa sebesar 6%. Pada tahun 2010, Nilai Tukar Petani (NTP) nasional juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 101,20 menjadi 102,75.

Penyerapan tenaga kerja sampai dengan bulan Agustus 2010 mengalami peningkatan menjadi 108,21 juta orang, meningkat sebesar 3,34 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 104,87 juta orang (per Agustus 2009). Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% pada tahun 2010, maka setiap 1% pertumbuhan ekonomi menciptakan lapangan kerja sebanyak 548 ribu orang (Bank Indonesia dan BPS).

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Tahun 2010 mencapai 6,96%, sebagai dampak dari kenaikan harga bahan pangan yang terjadi pada akhir tahun. Kenaikan harga pangan tersebut merupakan fenomena global dan telah menimbulkan tekanan inflasi di berbagai negara. Tingginya inflasi juga didukung oleh harga pangan yang sering bergejolak (volatille foods) sebesar 17,74% (yoy). Inflasi administered prices sebesar 5,40% (yoy), terutama karena kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Namun tekanan inflasi inti masih terkendali yang tercatat sebesar 4,28%, didorong oleh apresiasi Rupiah dan cukupnya kapasitas perekonomian.

Pemintaan investor asing di Indonesia juga semakin tumbuh yang memperkuat pada sisi penanaman modal asing. Daya tarik ini menunjukkan bahwa prospek dan ketahanan ekonomi di Indonesia

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 86

semakin menguat. Namun investasi asing di Indonesia masih didominasi bidang-bidang usaha yang tergolong resourced based, seperti pertambangan. Hal ini terlihat dari aliran Foreign Direct Investment yang mencapai US$ 12,6 miliar, hampir tiga kali lipat dari nilai tahun 2009 yang hanya berada pada kisaran US$ 4,9 miliar.

Pada neraca pembayaran terlihat posisi yang cukup solid, yang ditunjukkan oleh jumlah cadangan devisa semakin besar serta posisi likuiditas eksternal (external liquidity) semakin kuat. Kombinasi kedua ratio tersebut dibandingkan dengan ratio utang luar negeri terhadap PDB menunjukkan penurunan (29,5% dari PDB per Oktober 2010). Hal ini juga menunjukkan adanya peningkatan tingkat ketahanan eksternal yang semakin membaik.

Neraca pembayaran yang surplus direprentasikan dengan nilai tukar rupiah yang secara umum relatif stabil. Sepanjang tahun 2010, nilai tukar rupiah menguat 4,2% atau antara Rp 9.100,00 sampai dengan Rp 9.400,00. Hal ini konsisten dengan kondisi makro yang berlaku, salah satunya laju inflasi yang cukup terkendali, sehingga menjadi salah satu daya tarik dan memberikan kepastian bagi dunia usaha.

Meningkatnya kegiatan ekonomi selama tahun 2010 juga ditopang oleh kinerja sektor perbankan yang terlihat dari meningkatnya fungsi intermediasi dan terjaganya likuiditas dan stabilitas perputaran nilai kredit yang berjalan. Hal ini tercermin dari ekspansi kredit selama 2010 yang mencapai 22,8%, dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequancy Ratio atau CAR) yang cukup tinggi, serta rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan atau NPL) yang cukup rendah, yaitu berada di bawah 5%. Secara keseluruhan ketahanan pasar keuangan domestik semakin membaik yang secara linear berdampak pada kondisi keuangan daerah.

Meski kondisi nilai perputaran kredit sudah semakin membaik, namun kondisi ini belum memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan penguatan UMKM. Hal ini disebabkan suku bunga kredit untuk dunia usaha masih berada pada kisaran 12%, karena spread (selisih) BI rate

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 87

dengan suku bunga kredit masih berada antara 6,5% - 6,75%, sehingga belum cukup terjangkau oleh mayoritas UMKM yang ada. Suku bunga kredit perbankan yang kompetitif untuk dunia usaha diharapkan dapat turun hingga dibawah 10%.

Dalam rangka mengantisipasi resiko global maupun domestik selama tahun 2010, kebijakan moneter dan makro yang hati-hati telah diimplementasikan. Untuk menghadapi derasnya arus masuk modal dan masih tingginya akses likuiditas, respon terhadap tekanan inflasi dirasa tidak dapat sepenuhnya bersandar pada instrumen kebijakan konvensional seperti suku bunga. Oleh karena itu ditempuh dengan kebijakan untuk menjaga stabilitas eksternal, seperti nilai tukar dan pengelolaan lalu lintas modal, agar neraca pembayaran makin kuat secara berkesinambungan. Sementara itu untuk menjaga stabilitas internal seperti harga dan permintaan domestik, ditujukan untuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil, serta pertumbuhan yang berkualitas.

Berdasarkan asumsi makro perekonomian nasional tahun 2011, peluang pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan semakin tinggi dan sampai dengan bulan April 2011 telah mencapai 6,5%. Prospek pertumbuhan ini akan ditopang oleh kinerja eksternal yang tetap solid. Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 7.019,9 triliun, sementara itu laju inflasi tahun kalender (yoy) sampai dengan bulan April 2011 sebesar 6,16%. Penguatan kegiatan ekonomi diperkirakan akan disertai peningkatan tekanan inflasi, terutama yang berasal dari kenaikan harga bahan pangan dan kemungkinan penyesuaian harga-harga pangan serta penyesuaian harga-harga yang ditetapkan pemerintah. Nilai kurs rupiah terhadap dollar akan berada pada kisaran Rp 9.250,-. Posisi ekspor akan semakin terdiversifikasi dan tumbuh tinggi, sementara impor tumbuh pesat seiring dengan semakin kuatnya kegiatan investasi dan konsumsi. Harga minyak mentah Indonesia diasumsikan sebesar 80 US$/barrel dan produksi minyak per hari sebesar 970.000 barrel.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 88

Penanaman modal langsung (FDI) diperkirakan akan mempunyai peran yang besar dalam komposisi arus modal masuk. Secara keseluruhan, neraca pembayaran pada tahun 2011 diperkirakan akan mengalami surplus US$ 16,4 miliar, dengan cadangan devisa mancapai US$ 112,6 miliar pada akhir tahun 2011. Jumlah tersebut diperkirakan akan menutup 7,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri jangka pendek, serta semakin memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia dalam memitigasi berbagai kejutan eksternal (self insurance). Kondisi perekonomian diperkirakan masih terkendala peminatan investasi terutama investasi asing yang memang cenderung belum begitu kuat. Perlu ada penguatan infrastruktur dan penguatan iklim investasi yang kondusif.

Bank Indonesia memiliki target untuk mengarahkan Suku Bunga/BI rate guna mencapai target inflasi jangka menengah, menuju kisaran 3,5%, sedangkan SBI 3 bulan diasumsikan 6,5%. Penetapan BI rate ini dilakukan dengan takaran yang tepat agar inflasi mengarah pada target inflasi tersebut, tanpa mengorbankan pertumbuhan.

Target inflasi jangka menengah yang rendah dan stabil disertai perbaikan berbagai kendala struktural ini sangat relevan untuk menjaga daya saing perekonomian domestik, terutama dalam menghadapi ASEAN Economic Community pada tahun 2015.

Kedepan berbagai persoalan dan tantangan domestik masih perlu diantisipasi, terutama dalam mentransformasikan ekonomi Indonesia menjadi ekonomi yang lebih berdaya saing dan tumbuh secara berkesinambungan. Meski secara makro struktur perekonomian semakin menguat, namun secara sektoral, dinamika struktur pertumbuhan ekonomi perlu dicermati, terutama pada sektor yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan memfasilitasi alih teknologi, seperti industri pengolahan yang kontribusinya semakin kecil. Mendasarkan pada hal tersebut, prediksi Bank Indonesia, pada tahun 2012 pertumbuhan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 89

ekonomi akan berada pada kisaran 6,1%- 6,6% yang didorong oleh konsumsi, investasi dan ekspor.

Tantangan selanjutnya adalah mengarahkan inflasi ke tingkat yang lebih rendah dan stabil sesuai dengan target yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu pada tahun 2012 tingkat inflasi diperkirakan menurun dan berada pada kisaran 4,5 + 1%. Untuk itu kebijakan suku bunga (BI-rate), nilai tukar, kepastian dunia usaha diarahkan agar tetap konsisten terhadap pencapaian sasaran inflasi yang sudah ditetapkan.

Dalam skala regional, daya saing perbankan dari sisi efisiensi dan permodalan masih kurang bila dibandingkan negara lain di kawasan ASEAN. Kedepan perlu diarahkan pada peluang yang cukup potensial dan cukup menarik bagi tumbuh kembang UMKM sebagai motor penggerak perekonomian, karena selama ini UMKM yang mendominasi total kredit perbankan. Oleh karena itu, bunga pinjaman pada sektor UMKM diharapkan dapat diturunkan untuk memberikan manfaat yang lebih besar dalam mendorong kegiatan perekonomian.

2. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2010 dan Perkiraan Tahun 2011

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2010 menunjukkan perkembangan yang positif dan meningkat cukup tinggi (5,8%) dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 4,7%. Kekuatan perekonomian masih terletak pada tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian, sektor industri, dan sektor perdagangan. Selain itu hotel dan restoran (PHR) masih tumbuh cukup kuat dalam menopang ekonomi Jawa Tengah tersebut.

Tahun 2010, besaran struktur kontribusi PDRB yang terbesar adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar 32,9%, disusul Sektor PHR sebesar 19,6%, Sektor Pertanian sebesar 19,4% dan Sektor Jasa-jasa sebesar 10,5% (Tabel 3.1). Namun bila dilihat dari pertumbuhannya, Sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun 2010 mengalami

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 90

kenaikan menjadi sebesar 7,1 % meskipun kontribusinya terhadap PDRB relatif kecil yaitu 1,0%.

Tabel 3.1

Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Berdasarkan Harga Berlaku di Jawa Tengah

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2009-2010 (diolah).

Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa Tengah tercatat sebesar 6,88% (yoy) pada tahun 2010, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 3,32%. Dari sisi perkembangan harga, tekanan inflasi pada tahun 2010 menunjukkan peningkatan. Relatif tingginya inflasi tersebut terutama disebabkan oleh inflasi volatille foods, yang terkait pada terbatasnya pasokan beberapa komoditas pangan, seperti beras dan kelompok aneka bumbu sehubungan dengan pola musimannya. Sejauh ini, tekanan inflasi dari sisi eksternal antara lain disebabkan oleh kenaikan harga komoditas internasional, seperti kenaikan harga emas dan gula.

Dari sisi perbankan, dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah tercermin pada pertumbuhan kredit yang cukup tinggi. Selain itu, indikator kinerja perbankan lainnya juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Aset bank dan DPK tumbuh cukup No Sektor Pertumbuhan Kontribusi

2009 2010*) 2009 2010*)

1. Pertanian 4,40 2,5 19,9 19,4

2. Pertambangan dan Penggalian 5,50 7,1 1,0 1,0

3. Industri Pengolahan 1,80 6,9 32,8 32,9

4. Listrik, Gas dan Air Minum 5,60 8,4 1,0 1,0

5. Bangunan 6,80 6,9 6,1 6,1

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,00 6,1 19,7 19,6

7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,00 6,7 6,0 5,9

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 7,80 5,0 3,6 3,6

9. Jasa-jasa 7,80 7,4 9,9 10,5

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 91

tinggi, dengan LDR berada pada level yang sangat baik serta rasio NPL yang rendah.

Pada tahun 2011 perekonomian Jawa Tengah diharapkan masih menunjukkan prospek positif, yang diperkirakan tumbuh sebesar 5,75% - 6,25% meningkat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2010. Berdasarkan Data BPS Jawa Tengah, pertumbuhan ekonomi (y-o-y) sampai dengan triwulan pertama tahun 2011 telah mencapai 5,9%, sedangkan secara q-to-q mencapai 6,4%. Kontribusi terbesar masih didominasi 3 (tiga) sektor utama yaitu pertanian, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, yang diperkirakan masih menjadi pendorong utama pertumbuhan tahun 2011.

Salah satu pendukung struktur perekonomian adalah pada industri pengolahan yang berdasarkan hasil liaison KBI Semarang, tumbuh kembangnya antara lain dipengaruhi oleh: Permintaan domestik pada industri rokok yang tetap tumbuh cukup baik, Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan mebel yang optimis mengalami peningkatan usaha, serta rencana investasi pada salah satu industri TPT di Jateng senilai Rp. 1,02 Triliun. Namun, perlu diwaspadai dampak pemberlakuan kenaikan TDL penuh pada industri mulai 1 Januari 2011 yang diperkirakan sedikit berpengaruh pada industri, khususnya TPT.

Pembangunan berbagai proyek infrastruktur juga akan menjadi pendorong yang kuat bagi perkembangan perekonomian di Jawa Tengah, diantaranya akan beroperasinya jalan tol Semarang-Solo seksi I Semarang- Ungaran, pembebasan tanah seksi II Ungaran – Bawen dan Tol Trans Jawa dari Pejagan-Semarang, pembangunan waduk Jatibarang, pembangunan Polder Kalibanger, pengembangan bandara Ahmad Yani, peningkatan sarana prasarana pelabuhan Tanjung Mas dengan pelabuhan Kendal, peningkatan jalan Pantura Timur serta pembangunan pabrik gula di Blora. Pelaksanaan Pemilukada di 7 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah pada tahun 2011 diperkirakan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian di Jawa Tengah.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 92

Laju inflasi Tahun 2011 diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu berkisar antara 5,0–5,5%, namun diperkirakan tekanan dari sisi volatille food masih akan terjadi. Dengan gambaran tersebut tantangan yang dihadapi antara lain terkait upaya untuk mendorong investasi terutama infrastruktur dan meningkatkan penyaluran kredit dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi serta pengendalian inflasi terkait gangguan pasokan dan distribusi.

Sampai dengan bulan Juni Tahun 2011 (y-o-y), angka inflasi dapat ditekan yaitu sebesar 4,72%. Hal ini disebabkan adanya kenaikan harga pada indeks kelompok bahan makanan (1,51%); sandang (0,38%); kesehatan (0,32%); makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,24%); transportasi, komunikasi serta jasa keuangan (0,20%). Untuk kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tidak mengalami perubahan indeks (stabil). Sedangkan kelompok yang mengalami penurunan indeks (deflasi) yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,05%).

Strategi untuk mengendalikan inflasi pada tahun 2011, antara lain akan ditempuh beberapa hal seperti: peningkatan koordinasi antar TPPH se-Jawa Tengah dan DIY, pemetaan produksi dan distribusi komoditas penting di Jawa Tengah, survei lapangan untuk pemantauan harga kebutuhan pokok secara terpadu dan lintas, serta rekomendasi untuk pembentukan Badan Penyangga Komoditas Daerah (Sumber: Bank Indonesia) serta percepatan perbaikan infrastruktur prasarana jalan dan irigasi.

Nilai Ekspor Non Migas pada tahun 2010 mengalami kenaikan dibanding tahun 2009 yaitu dari 2.885,30 juta US$ menjadi 3.674,04 juta US$, atau meningkat 27,34% dan ekspor migas juga meningkat dari 181,16 juta US$ menjadi 194,55 juta US$ atau meningkat (7,39%). Di sisi lain nilai impor non migas mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 2.469,19 juta US$ menjadi 4.071,64 juta US$ atau sebesar 64,90%, dan nilai impor migas mengalami kenaikan dari 3.861,85 juta US$ menjadi

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 93

5.573,41 juta US$ atau meningkat sebesar 44,32%, sehingga berpengaruh pada defisit neraca perdagangan.

Target impor non migas tahun 2011 sebesar 2000 juta US$ sebagaimana target tahunan di dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi substitusi bahan baku impor dan ketergantungan terhadap bahan baku impor, khususnya untuk mendorong produk UMKM agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan mampu bersaing di pasar ekspor.

Kesenjangan pendapatan masyarakat yang ditunjukan oleh Indeks Gini (IG) tahun 2009 sebesar 0,25 sedikit menurun dibandingkan tahun 2008 (0,30). Kesenjangan antar wilayah juga diharapkan semakin menurun, yang ditunjukkan dengan Indeks Ketimpangan Regional (Indeks Williamson/IW) yang pada tahun 2008-2009 relatif tetap yaitu 0,66 atau lebih kecil dari target akhir RPJMD sebesar 0,69. Penurunan IG maupun IW menunjukan kondisi kesenjangan pendapatan masyarakat dan kesenjangan wilayah atau daerah semakin membaik.

Nilai Tukar Petani (NTP) dari tahun 2009 ke 2010 mengalami pertumbuhan dari 100,03 menjadi 103,12. Peningkatan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan semakin baik.

Jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 sebanyak 5,369 juta jiwa (16,56%), tahun 2011 menurun menjadi 5,107 juta jiwa (15,76%). Demikian pula dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga persentasenya makin menurun, dari 6,21% (1.046.883 orang) pada tahun 2010 menjadi 6,07% (1.042.496 orang) sampai dengan Februari 2011.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2009 adalah 72,10 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 72,90. Hal ini menunjukkan kondisi yang semakin membaik karena terdapat peningkatan pendapatan perkapita masyarakat, derajat kesehatan, angka melek huruf dan lama sekolah.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 94

Secara rinci perkembangan indikator makro ekonomi tahun 2009 – 2010 dan target tahun 2011 tercantum pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Perkembangan Indikator Makro Pembangunan Jawa Tengah Tahun 2009 – 2011

No Indikator Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 **)

1. PDRB :

Atas dasar harga berlaku (trilyun rupiah) Atas dasar harga konstan (trilyun rupiah)

397,903 176,673 444,396* 186,995* 471,058 198,214 2. PDRB/Kapita

Atas dasar harga berlaku (juta rupiah) Atas dasar harga konstan (juta rupiah)

12,323 5,471 13,724* 5,774* 14,547 6,121

3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,70 5,80* 5,75 – 6,25

4. Inflasi (%) 3,32 6,88* 5 – 5,5

5. Pembentukan Modal Tetap Bruto (trilyun rupiah):

a. Investasi Swasta b. Investasi Pemerintah c. Investasi Masyarakat d. Investasi Lembaga Keuangan

75,945 10,108 5,833 23,064 36,940 72,279* 9,619* 5,550* 21,950* 35,160* 92,307 12,286 7,089 28,034 44,898 6. Ekspor Januari s/d Desember (juta US $)

- Migas - Non Migas 181,16 2.885,30 194,55* 3.674,04* N.A 3.515,40 7. Impor Januari s/d Desember (juta US $)

- Migas - Non Migas 3.861,85 2.469,19 5.573,41* 4.071,64* N.A 2.000 8. Jumlah Pengangguran (Juta Jiwa)

Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

1,252 7,33 1,046 6,21 1,042 a) 6,07 a)

9. Jumlah Penduduk Miskin (Juta Jiwa) 5,725 5,369 5,107 b)

10. Prosentase Penduduk Miskin (%) 17,72 16,56 15,76 b)

11. Indeks Gini 0,28 0,25* 0,24

12. Indeks Ketimpangan Regional 0,66 0,72* 0,71

13. Nilai Tukar Petani (NTP) 100,03 103,12 103,30

14. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72,6 72,9 73,7

15. Indeks Pembangunan Gender (IPG) 65,03 - -

16. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 59,96 - -

Sumber : BPS, BPMD, RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2009 – 2011 (diolah) *) Angka Sementara

**) Angka Prediksi a) Periode Februari 2011 b) Periode Maret 2011

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 95

Secara makro kondisi perekonomian di Jawa Tengah cenderung mengalami peningkatan pada berbagai sisi. Hal ini menunjukkan semakin kuatnya arah pembangunan pada berbagai sektor sehingga diharapkan akan semakin menarik investasi baik PMA maupun PMDN. Penguatan struktur perekonomian diharapkan dapat mengendalikan laju inflasi guna menopang kemampuan daya beli masyarakat dan perputaran roda perekonomian.

Berlakunya perdagangan bebas, khususnya ASEAN - China Free Trade Agreement (ACFTA) diantisipasi dengan peningkatan kualitas dan daya saing di pasar domestik maupun global melalui kebijakan kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi yang lebih transparan, efektif dan efisien antara negara-negara anggota untuk meminimalisir dampak negatif perdagangan bebas.

3. Tantangan dan Prospek Ekonomi Daerah Tahun 2012

Pada Tahun 2012, kondisi perekonomian di Jawa Tengah diharapkan akan mengalami peningkatan sejalan dengan kondisi perekonomian Nasional, hal ini sejalan dengan gerakan “Bali nDeso mBangun Deso” yang berorientasi pada pedesaan dan diarahkan pada kegiatan yang langsung menyentuh pada masyarakat, bersifat padat karya dan merupakan upaya konkrit dalam rangka mendorong perkembangan sektor riil. Selain itu juga didukung dengan pembangunan yang lebih menitikberatkan pada pengembangan dan penguatan keberadaan koperasi dan UMKM sebagai penopang ekonomi kerakyatan terbesar di Jawa Tengah.

Kejadian bencana alam pasca erupsi Merapi, banjir lahar dingin, iklim yang tidak menentu dan cenderung ekstrem, kemungkinan timbulnya dampak negatif pasca Pemilukada, dan tuntutan kenaikan upah ketenagakerjaan, secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja sektor riil. Selain itu faktor eksternal antara lain dampak terjadinya perubahan ekonomi global khususnya pasar bebas, fluktuasi perekonomian negara-negara maju dan perubahan harga minyak dunia

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 96

yang belum stabil akan menjadi perhatian sehingga tidak akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian daerah.

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Nasional dan peranan Provinsi Jawa Tengah dalam Koridor Ekonomi Jawa, maka tantangan ke depan yang dihadapi adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan merata melalui peningkatan kualitas produk barang dan jasa secara lebih kompetitif, perekonomian berbasis pertanian dan UMKM, dengan mendorong kemandirian ekonomi dan daya saing produk-produk lokal dan UMKM di pasar regional ataupun global dengan tetap mengacu pada Standar Mutu Nasional maupun Standar Mutu Internasional serta kejelasan akan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Di sisi lain meningkatkan pendapatan perkapita dan mengurangi pengangguran, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, mandiri, berkemampuan dan berdaya saing tinggi dalam lingkungan alam yang lestari.

Pertumbuhan ekonomi nasional diprediksi akan berada pada kisaran 6,1 – 6,6%. Sejalan dengan target RPJMD sebesar 6,52% pada tahun 2012, maka pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2012 diproyeksikan tidak jauh berbeda dari prediksi angka nasional maupun RPJMD, yaitu berada pada kisaran 6,25 – 6,75%. Sementara angka laju inflasi diperkirakan akan berada dibawah 2 digit berkisar antara 4 – 6%, dengan perkiraan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sebesar 3,5 dengan catatan harus dilakukan efisiensi.

PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga berlaku diprediksikan dapat mencapai kurang lebih Rp. 501,676 trilyun. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas harga terjaga, maka pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin akan semakin menurun. Pengangguran terbuka diperkirakan turun menjadi 5,8% dari angkatan kerja dan jumlah penduduk miskin diperkirakan turun menjadi 13,44% pada tahun 2012.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 97

Kebutuhan investasi sebagai komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%, diperkirakan akan mencapai Rp.110,805 Trilyun. Diharapkan kebutuhan investasi tersebut dapat dipenuhi dari investasi swasta (PMA/PMDN, migas, proyek PPP di Jawa Tengah) sebesar 14 – 18 %, investasi pemerintah (belanja modal APBD Provinsi dan Kab./Kota, APBN di Jawa Tengah) sebesar 9 – 14 %, investasi masyarakat sebesar 30 – 38% dan investasi lembaga keuangan sebesar 40 – 45 %.

Untuk mendorong tercapainya pemenuhan kebutuhan investasi swasta dan berkembangnya sektor riil, diperlukan berbagai kebijakan pemerintah, meliputi: penciptaan iklim kondusif bagi dunia usaha, peningkatan kerjasama Pemerintah dengan Swasta (Public Private Partnership/PPP) peningkatan daya saing wilayah/daerah melalui promosi