• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Kebijakan Ekspor Karet di Indonesia

Berdasarkan pada kebijakan pengelolaan ekspor karet yang dilakukan

oleh pemerintah sejak tahun 1990 sampai tahun 2007. Menurut teori ekonomi,

kebijakan ekspor karet akan mengurangi atau menambah kompetisi untuk

memperoleh karet dan menekan harga karet domestik maupun luar negeri. Untuk

meningkatkan daya saing industri nasional secara umum dan industri perkaretan

agar dapat bersaing dengan industri perkaretan negara lain dikeluarkan Perpres

No 28 tahun 2008 Tentang kebijakan Industri Nasional dalam rangka

mendukung sektor perkaretan Nasional. Untuk menjaga kestabilan harga

komoditas perkaretan Nasional Peraturan menteri pertanian No 90 tahun 2008

tentang kestabilan pertanian dikeluarkan. Secara ringkas kebijakan perkaretan

nasional dapat terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel II.1

Kebijakan Ekspor karet di Indonesia

No Kebijakan Pemerintah Tujuan Kebijakan

1 Perpres No 28 tahun 2008 Tentang kebijakan Industri Nasional dalam rangka mendukung sektor perkaretan Nasional.

Untuk meningkatkan daya saing industri nasional secara umum dan industri perkaretan agar dapat bersaing dengan industri perkaretan negara lain 2 Permen pertanian No 90 tahun 2008

tentang kestabilan pertanian

Untuk menjaga kestabilan harga komoditas perkaretan Nasional.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Karet di Indonesia

Perkembangan ekspor karet di Indonesia berkaitan dengan industri

perkaretan telah menyebabkan industri perkaretan Indonesia tumbuh dengan cepat

dan mengalami perubahan struktur selama periode 1990 – 2007. Kontribusinya

terhadap nilai ekspor barang-barang industri terus menurun pada periode tersebut

yang mengindikasikan lebih lambatnya pertumbuhan industri perkaretan

dibandingkan dengan pertumbuhan sektor industri secara keseluruhan.

1. Produksi Karet di Indonesia

Pengertian Produksi adalah usaha manusia yang baik secara langsung

maupun tidak langsung menghasilkan barang dan jasa supaya lebih berguna untuk

memenuhi suatu kebutuhan manusia (Gilarso, 2004).

Perbedaan produksi di Indonesia pada dasarnya dipengaruhi oleh perbedaan

tingkat konsumsi karet baik di dalam pasar dalam negeri maupun pasar luar

negeri. Penentuan perbedaaan harga karet selain mempengaruhi tingkat produksi

di dalam negeri juga akan mempengaruhi arus ekspor dan impor, selain

dipengaruhi oleh faktor diatas juga dipengaruhi oleh kebijakan yang dilakukan

oleh pemerintah di dalam proses produksi baik yang diekspor maupun yang

diimpor.

Karet merupakan industri yang menjadi kontributor penting terhadap

penerimaan devisa, produk domestik bruto, penerimaan negara, dan penyerapan

tenaga kerja. Konsumsi dan produksi karet dunia semakin menunjukkan adanya

defisit produksi, sehingga menjadi potensi bagi Indonesia untuk pengembangan

budidaya karet di masa yang akan datang.

2. Konsumsi Karet di Indonesia

Gilarso (2002), menyatakan bahwa, konsumsi adalah penggunaan barang

dan jasa yang langsung dapat memenuhi kebutuhan manusia. Juga dipakai untuk

pengeluaran masyarakat (konsumen) untuk membeli barang/ jasa konsumsi.

Konsumsi dapat mempengaruhi ekspor maupun impor, hal ini dikarenakan

karena konsumsi merupakan permintaan dari masyarakat. Permintaan ini akan

secara langsung mempengaruhi penawaran yang dilakukan oleh produsen

(Gilarso, 2003).

Pemanfaatan karet alam di dalam negeri masih sangat sedikit. Hal ini

disebabkan masih belum berkembangnya industri pengolahan karet di dalam

negeri. Saat ini, konsumsi karet alam di dalam negeri hanya sekitar 7% dari total

produksi karet nasional. Karet yang dihasilkan perkebunan rakyat saat ini masih

dijual dalam bentuk gelondongan dengan mutu rendah karena industri hilir

berbasis karet alam belum berkembang. Tetapi di sisi lain, peluang pasar karet

alam di dalam negeri akan meningkat apabila industri pengolahan karet juga

berkembang. Dengan demikian untuk saat ini peluang pemasaran karet alam

Indonesia lebih cenderung untuk pasar global. Padahal apabila usaha industri

pengolahan karet berkembang dan ekspor dilakukan dalam bentuk barang jadi

maka akan lebih menguntungkan dan menghasilkan nilai tambah bagi devisa

negara. Masih rendahnya pemanfaatan karet alam di Indonesia, terjadi karena

masih banyaknya permasalahan yang ada pada perkebunan karet maupun industri

yang mengikutinya. Permasalahan ini tidak lain juga karena masih sedikitnya

investasi yang bergerak dalam bidang komoditi karet. Sehingga di waktu

mendatang sangat diharapkan adanya investasi yang akan sangat mendukung

perkembangan komoditi karet di Indonesia.

3. Harga Karet Internasional

Di pasar karet Internasional, keinginan untuk berdagang karet adalah selisih

antara permintaan dan sediaan karet di dalam negeri dimana permintaan

konsumen terhadap produksi karet, harga akhir yang menjadi hasil kesepakatan

dalam perdagangan antara dua negara dapat kita tentukan setelah kita memiliki

analisis yang terdiri dari kurva permintaan karet dan kurva sediaan karet di pasar

domestik dan Internasional.

Perbedaan harga karet di Internasional pada dasarnya dipengaruhi oleh

perbedaan dalam jumlah produksi karet, tingkat konsumsi karet baik di dalam

pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Penentuan perbedaaan harga selain

mempengaruhi tingkat konsumsi karet di dalam negeri juga akan mempengaruhi

arus ekspor dan impor, selain dipengaruhi oleh faktor diatas juga dipengaruhi

oleh kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah di dalam proses penentuan harga

karet baik yang diekspor maupun yang diimpor.

Perbedaan harga mempengaruhi arus ekspor dan impor misalnya kebijakan

pemerintah yang menerapkan kebijakan tarif yang bertujuan untuk melindungi

produksi karet di dalam negeri tehadap impor karet dari luar negeri, dimana

kebijakan ini untuk meningkatkan hasil produksi di negeri terutama untuk produk

yang masih diimpor. Penentuan sebuah tarif di dalam negeri dapat berfungsi

untuk menekan harga pasar untuk kepentingan suatu negara, batasan kekuatan

pasar suatu negara, dapat kita lihat bahwa sebuah tarif yang berfungsi sebagai

penghambat tidak akan berfungsi sebagai pengahambat secara optimal.

Perbedaan harga ekspor dan impor juga ditentukan oleh tingkat tarif optimal,

sebagai bagian dari harga yang dibayarkan pada pemasok luar negeri sama

dengan elastisitas timbal balik dari sediaan luar negeri untuk ekspor dan impor

suatu negara. Keuntungan nasional sebuah tarif yang mepengaruhi harga

penjualan ekspor dan impor penjualan luar negeri. Kalau kemiringan kurva

sediaan luar negeri naik, sebuah negara yang mengimpor maka akan memiliki

kekuatan atas harga yang dibayarkanya pada pemasok luar negeri untuk

impornya. Negara yang memiliki kekuatan monopsoni nasionalnya akan

mempergunakan di dalam mempengaruhi harga komoditi impornya

(Linderd,1994).

4. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat

Perubahan nilai tukar berpengaruh terhadap nilai ekspor dan impor. Sifat

kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual beli

valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar maka kurs valuta asing akan

berubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran secara langsung

akan mempengaruhi nilai ekspor dan impor, hal ini dapat terjadi karena di dalam

nilai kurs, selain hal diatas juga dipengaruhi oleh perubahan dan permintaan kurs

valuta asing. Pemerintah juga dapat mengusai sepenuhnya transaksi valuta asing,

dalam hal ini kurs tidak dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, berdasarkan

pada uraian diatas maka. nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serikat, dapat

dibedakan menjadi dua:

a. Nilai tukar tetap (Fixed Exchange Rate)

Merupakan nilai tukar dimana pemerintah masih bisa melakukan

devaluasi (penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing ),

dengan kata lain pemerintah menetapkan tingkat kurs mata uang negara tersebut

dengan mata uang negara lain, dan berusaha untuk mempertahankan dengan

berbagai kebijakan. Pertama, tindakan secara langsung berupa pembelian mata

uang sendiri dengan mata uang asing oleh bank sentral apabila kurs di pasar

merosot di bawah tingkat yang sudah ditentukan oleh otoritas moneter, maupun

melonjok di atas tingkat yang ditentukan. Kedua, tindakan langsung berupa

penjatahan nilai tukar tetap pada tingkat kurs yang ditetapkan.

Nilai tukar tetap pada saat devaluasi (penurunan nilai mata utang dalam

negeri terhadap mata uang asing yang sengaja dilakukan oleh pemerintah),

maupun revaluasi (menaikan nilai mata utang dalam negeri terhadap mata uang

asing yang sengaja dilakukan oleh pemerintah), akan mempengaruhi nilai ekspor

dan impor.

Pada saat devaluasi maka akan menaikan nilai ekspor dan menurukkan

nilai impor, karena nilai tukar rupiah memiliki nilai yang tinggi terhadap mata

uang di luar negeri (nilai dolar AS), misalnya; nilai tukar rupiah terhadap dolar

AS sebesar Rp 13.000,00 (di luar negeri) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar

AS sebesar Rp 9.800,00 ( di dalam negeri) maka nilai ekspor akan naik dan nilai

impor mengalami penurunan di dalam negeri, hal ini dapat terjadi karena untuk

mengimpor, suatu negara harus mengunakan nilai tukar rupiah terhadap dolar

sebesar Rp 13.000,00 sehingga suatu negara akan memilih menaikan ekspor

untuk memperoleh devisa dibandingkan dengan melakukan impor.

Nilai tukar tetap pada saat revaluasi (menaikan nilai mata uang dalam

negeri terhadap mata uang asing yang sengaja dilakukan oleh pemerintah), maka

akan menaikan impor dan menurunkan ekspor, hal ini dapat terjadi karena pada

saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami kenaikan maka nilai ekspor

akan turun, misalnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 9.800,00 (di

luar negeri), dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 13.000,00

(dalam negeri), maka akan menyebabkan suatu negara lebih memilih mengimpor

dari luar negeri, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan membeli di

dalam negeri dengan biaya yang lebih mahal.

b. Nilai tukar mengambang (Floating Exchange Rate)

Merupakan suatu nilai tukar rupiah dimana nilai tukar kurs mengambang

ditentukan secara bebas oleh tarik menarik kekuatan pasar. Keuntungan dari

sistem nilai tukar mengambang adalah bahwa tingkat kurs yang berlaku selalu

sama dengan tingkat kurs keseimbangan, tidak ada masalah surplus atau defisit

neraca pembayaran.

Nilai tukar mengambang pada saat depresiasi (penurunan harga dalam

valuta domestik dari valuta luar negeri sesuai dengan mekanisme pasar) maupun

apresiasi (kenaikan harga yang dinyatakan dalam valuta domestik dari valuta luar

negeri sesuai dengan mekanisme pasar), akan mempengaruhi nilai ekspor dan

impor.

Pada saat depresiasi maka akan menyebabkan nilai ekspor naik dan

menurunkan impor, hal ini dapat terjadi karena nilai tukar rupiah terhadap dolar

akan turun, misalnya; nilai dolar terhadap rupiah di dalam negeri Rp 9.800,00 dan

nilai dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di luar negeri Rp 13.000,00 maka

akan menaikan ekspor di dalam negeri, hal ini dapat terjadi karena negara lebih

memilih mengekspor ke luar negeri karena akan mendapatkan devisa yang lebih

tinggi dibandingkan dengan melakukan impor.

Nilai tukar mengambang pada saat apresiasi (kenaikan harga yang

dinyatakan dalam valuta domestik dari valuta luar negeri dengan mekanisme

pasar), hal ini dapat mempengaruhi ekspor dan impor, nilai ekspor akan

mengalami penurunan dan nilai impor mengalami kenaikan, hal ini dapat terjadi

karena nilai tukar rupiah terhadap dolar akan naik, misalnya nilai tukar rupiah

terhadap dolar AS di luar negeri sebesar Rp 9.800 dan nilai tukar rupiah terhadap

dolar AS di dalam negeri sebesar Rp 13.000,00 maka suatu negara akan memilih

mengimpor dibandingkan dengan mengekspor, karena akan mendapatkan barang

dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan produksi di dalam negeri

(Nopirin,1996).

Kurva 2.1 Kurva Permintaan Valas

Rp D

1

Do S

1

0

Do D

1

US$

E

o

E

1

Keterangan kurva:

Do : permintaan awal

D

1

: permintaan setelah adanya perubahan

Eo : keseimbangan pada saat permintaan awal

E

1

: keseimbangan pada saat perubahan harga

S : penawaran akan valuta asing

Pergerakan di dalam satu kurva berarti bahwa kenaikan atau

penurunan kurs akan mengakibatkan penurunan atau kenaikan jumlah

valuta asing yang diminta. Sedangkan pergeseran kurva permintaan (dari

Do Do ke D

1

D

1

) diakibatkan misalnya, oleh kenaikan pengeluaran

pemerintah, kenaikan jumlah uang yang beredar, dan perubahan

permintaan dari mata uang rupiah ke mata uang US$.

Kurva 2.2

Kurva Penawaran Valas

Rp

S

1

1

So

0

Do

E

1

Eo US$

Keterangan kurva:

So : penawaran awal

S

1

: penawaran setelah adanya perubahan

Eo : keseimbangan pada saat perubahan valas pada saat penawaran awal

E

1

: keseimbangan pada saat perubahan valas setelah adanya perubahan

D : permintaan akan valuta asing

Pergerakan di dalam satu kurva berarti bahwa kenaikan atau

penurunan kurs akan mengakibatkan penurunan atau kenaikan jumlah

valuta asing yang ditawarkan. Sedangkan pergeseran kurva penawaran

(dari So So ke S

1

S

1

) diakibatkan misalnya, oleh kenaikan pendapatan

pemerintah, penurunan jumlah uang yang beredar, kebutuhan

masyarakat akan valuta asing yang bergeser dari mata uang US$ ke mata

uang rupiah (Nopirin, 1996).

Dokumen terkait