• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

III. TINJAUAN TENTANG MINYAK DAN LEMAK DUNIA, PERDAGANGAN SERTA INDUSTRI MINYAK SAWIT MALAYSIA DAN INDONESIA

3.4.6. Kebijakan Harga dan Pajak

Tujuan kebijakan pemerintah Malaysia terhadap komoditi-komoditi primer seperti kelapa sawit adalah untuk menstabilkan harga komoditi di tingkat petani dengan demikian meningkatkan pendapatan petani serta menjamin masuknya devisa dari ekspor, terutama pada saat harga sangat tinggi. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah juga menetapkan pajak ekspor untuk komoditi-komoditi pada minyak sawit (Jenkins dan Lai, 1989).

Semenjak tahun 1980, pajak ekspor minyak kelapa sawit di Malaysia

menganut prinsip biaya tambahan (cost-plus) yang digunakan untuk

menentukan pajak ekspor yang harus dibayar ketika harga melampaui harga ambang batas RM 500 per ton. Berdasarkan prinsip ini, rata-rata produksi minyak kelapa sawit dikurangi dengan harga FOB, kemudian baru ditentukan pajak ekspor. Pajak ekspor didasarkan pada harga bulanan rata-rata harga FOB dari CPO dan PKO dihitung sebagai harga rata-rata yang sedang berlaku dalam 4 minggu terakhir. Berdasarkan prinsip di atas, jika harga melebihi RM RM 500 kemudian pajak ekspor ditetapkan dan besarnya sejalan dengan kenaikan harga, dimulai dengan pengenaan pajak ekspor sebesar 30% untuk harga RM 549 per ton, dan meningkat lagi jika harga naik sebagai contoh, 45% pajak ekspor jika harga mencapai RM 1,000 per ton.

Perubahan pajak ekspor minyak kelapa sawit di Malaysia dilakukan pada tahun 1986. Prinsip pengenaan pajak ekspor masih tetap sama yaitu pada saat harga mencapai RM 500 per ton, yang berubah adalah pajak ekspor

dimulai dengan 10 persen plus pajak ad valorem setiap kenaikan harga RM

Indikator Harvard Tradition Chicago School Contestable Market Game Theory New-Harvard Tradition

Behavior dari Martin

Kondisi Dasar 0 0 0 0 Υ Υ

Struktur Υ Υ Υ Oligopoli "cooperativenon-" Υ Υ

Perilaku Υ Υ Υ Υ Υ Υ

Kinerja Υ Υ Υ Υ Υ Υ

Mekanisme S-C-P S-C-P P-C-S P-"entry"-C-S Asumsi S-C-P Interaktif S-C-P Interaktif

Strategi 0 0 Tetentu (given) Asumsi 0 Υ

Kondisi "entry" Terkendali Terkendali Bebas Asumsi Terkendali Terkendali

Peran Pemerintah 0 0 0 0 Υ 0

Peran Teknologi Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Υ

Upaya Penjualan Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Υ

Permintaan Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Asumsi Tetentu (given) Υ

Kemajuan Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Tetentu (given) Υ

Bauran Marketing 4 P 4 P 4 P 4 P 4 P 4 P

Bauran Komunikasi

Satu Arah Satu Arah Satu Arah Satu Arah Satu dan dua Arah

Satu dan dua Arah Catatan : 0 = Tidak Penting 4 P = (Product, Place, Price, Promotion)

Υ = Sangat Penting 4 Cs = (Customer, Cost, Convenience, Communication) Sumber : Data Diolah, 2009.

Industri Sawit di Malaysia Menurut Model SCP-MPO

Indikator

Strategic Behavior dari Martin

Model SCP-MPO Modifikasi Strategic Behavior dari Martin

Kondisi Dasar Υ Υ

Struktur Υ Υ

Perilaku Υ Υ

Kinerja Υ Υ

Mekanisme S-C-P S-C-P Interaktif S-C-P Interaktif Terkendali

Strategi Υ Υ

Kondisi "entry" Terkendali Terkendali

Peran Pemerintah 0 Υ

Peran Teknologi Υ Υ

Permintaan Υ Υ

Kemajuan Υ Υ

Upaya Penjualan Υ Υ

Bauran Marketing 4 P 4 P dan 4 Cs Bauran Komunikasi Satu dan dua Arah Terintegrasi "IMC"

Catatan : 0 = Tidak Penting 4 P = (Product, Place, Price, Promotion)

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Kondisi Dasar BelumTertata Pembinaan secara Internal dan ekaternal Terkondisi Menuju Mapan Pengembangan Teknologi dan Analisis Permintaan secara Intensif

Penggunaan Teknologi Terkini dengan Manajemen Komunikasi

Terpadu adalah Pilihan Terbaik Menjawab Permintaan

Konsumen Struktur Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat

menuju Sedang

Menuju Pengusaan Pasar Global, Oligopoli Kuat Dalam Negeri, Penguasaan Teknologi

suatu Kondisi Keharusan Jumlah Penjual Sedikit Sedikit Beberapa, Oligopoli

Kuat dengan Asosiasi

4 Kelompok Besar, Oligopoli Kuat dan

Asosiasi

Menjadi Oligopoli Kuat Sebagai Taktik mendapatkan Kinerja

yang Baik Jumlah Pembeli Terbatas Mulai Ekspansi Berkembang Sangat

Berkembang

Memperbanyak Pembeli adalah Tujuan yang Mesti Dicapai Kondisi "entry" Terbatas Terbatas Mulai Banyak dan

Terkendali

Mulai Banyak dan Terkendali

Pengendalian Perusahaan Masuk dan Keluar Industri

Menjadi Kunci Efisiensi Differensiasi Belum

Berkembang

Mulai Digalakkan Terus digalakkan Menuju Mapan

Terus digalakkan Menuju Mapan

Diferensiasi Produk Menjadi Sumber Kekuatan Industri Sawit

Malaysia Diversivikasi Belum

Berkembang

Mulai Digalakkan Terus digalakkan Menuju Mapan

Mapan Diversifikasi Berkelanjutan, Kiat Memperkuat Struktur Pasar Sumber : MPOB, 2009.

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Kondisi Dasar BelumTertata BelumTertata Menuju Liberalisasi Ekonomi

Penerapan Teknologi diserahkan kepada

Mekanisme Pasar

Penggunaan Teknologi tidak dintervensi Pemerintah, Jumlah Permintaan Diserahkan kepada

Mekanisme Pasar Struktur Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat

Menuju Sedang

Oligopoli Lemah Dalam Negeri, Penguasaan Teknologi

Diserahkan kepada Pelaku Pasar

Jumlah Penjual Banyak & Belum Tertata

Banyak & Belum Tertata

Banyak & Belum Tertata

Banyak & Belum Tertata

Mekanisme Pasar Bebas Dianggap sebagai Acuan Pengembangan Pasar Sawit

Indonesia

Jumlah Pembeli Beberapa Beberapa Banyak Banyak Memperbanyak Pembeli Menjadi Solusi Ditengah Ketatnya

Persaingan Pasar tKondisi "entry" Terbatas Terbatas Terkendali Terkendali Bebas Masuk dan Keluar Pasar

Menjadi Keharusan dalam Mekanisme Pasar Bebas Differensiasi Belum

Berkembang

Belum Berkembang

Belum Berkembang Mulai Dikembangkan

Diferensiasi Produk Menjadi Urusan Pelaku Pasar Diversivikasi Belum

Berkembang

Mulai Dikembangkan

Mulai Dikembangkan Mulai Berkembangkan

Diversifikasi Berterusan sebagai Kiat Penetrasi Pasar Sumber : Deptan RI, 2009.

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Perilaku Pasar Masih Mencari Formasi Mengarah ke Mazhab "Harvard Tradition" Mengarah ke Mazhab "New-Harvard Tradition" Kombinasi Model Strategic Behavior

Martin dan "New-Harvard Tradition"

Prinsip Pragmatis, Efektifitas Model, Kearifan Lokal, Menjadi

Acuan dalam Pengembangan Industri Sawit Malaysia Lokasi

Perkebunan, Pabrik Kelapa Sawit dan Pergu-

dangan Minyak Sawit Malaysia BelumTertata Pengembangan Kebun Terfokus pada Semenanjung Malaysia Mulai Mengembangkan Kawasan Sabah dan

Serawak Menjadikan Semenanjung Malaysia Sebagai Pusat Prosesing, Sedangkan Sabah dan Serawak Pusat

Pengembangan Kebun

Pengaturan Tata Ruang Kebun dan Industri Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi untuk Menjawab Permintaan

Konsumen Global Penelitian dan Pengembangan Terbatas pada Penelitian Bibit Unggul Dibentuk Pusat Penelitian Bibit dan Prosesing (PORLA, PORIM) Menuju Penelitian Terpadu yang Lebih

Kompleks (PORLA,

PORIM)

Lebih Kompleks Dikendalikan oleh

MPOB dan MPOC

Menjadikan R&D Sebagai Dasar Penguasaan Pasar Global Regulasi Investasi Tahap

Penataan, Kekuatan Sendiri Mulai Melibatkan Investor Luar Negeri Harmonisasi Investor Lokal dan Luar

Negeri

Investasi Terbuka Terutama pada Industri Prosesing

Awalnya Keberpihakan pada Petani Lokal, Setelah itu Investasi Terbuka pada Usaha

Berteknologi Tinggi Kegiatan

Advertensi dan Promosi

Terbatas Mulai Intensif Pembentukan Divisi Advertensi dan Promosi di Daerah Tujuan Ekapor Pembentukan Lembaga Khusus Bidang Promosi MPOC

Profesionalitas, Taat Azas

RSPO, Ekspansi Marketing, Komersialisasi Penuh Menjadi

Target yang harus Dicapai Sumber : MPOB, 2009.

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Perilaku Pasar Masih Mencari Formasi Mengarah ke Mazhab "Harvard Tradition" Mengarah ke Mazhab "New-Harvard Tradition" Mengarah ke Mazhab "New-Harvard Tradition"

Prinsip Pasar Bebas, Ekonomi Terbuka, Liberalisasi Perdagangan Sebagai Acuan Pengembangan Industri Sawit di

Indonesia Lokasi

Perkebunan, Pabrik Kelapa Sawit dan Pergu-

dangan Minyak Sawit Malaysia BelumTertata Pengembangan Kebun Sawit Masih di Sumatera Mulai Mengembangkan Kawasan ke Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi Menjadikan Sumatera, Kalimantan dan Papua Sebagai Basis Produsen Sawit Indonesia

Masih Diperlukan Pengaturan Tata Ruang Kebun dan Industri

Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi untuk

Konsumen Global Penelitian dan Pengembangan Terbatas pada Penelitian Bibit Unggul Dibentuk Pusat Penelitian Bibit dan Prosesing Tapi Masih di Tingkat Akademis Menuju Penelitian Terpadu yang Lebih

Kompleks

Lebih Kompleks Melibatkan Peranan Swasta

Industri Sawit Indonesia Masih Belum Menjadikan R&D Sebagai

Dasar Penggembanagn Pasar Global

Regulasi Investasi Tahap Penataan, Kekuatan Sendiri Mulai Melibatkan Investor Luar Negeri Harmonisasi Investor Lokal dan Luar

Negeri

Investasi Sangat Terbuka

Diminasi Perusahaan Swasta dalam Menguasai Lahan Perkebunan Cukup Dominan di

Indonesia Kegiatan

Advertensi dan Promosi

Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas Belum Profesional dalam Pengelolaan Industri Sawit, Tidak aat Azas RSPO, Bidang Marketing Belum Berkembang Sumber : Deptan RI, 2009.

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Kinerja Pasar Masih Terbatas pada Ekspor CPO saja Mulai Pengembangan Seri Produk Turunan CPO Differensiasi dan Diversivikasi serta Nilai Tambah Semakin Besar Produktivitas Tinggi, Efisiensi Tinggi, Usaha Terpadu

Penguasaan Pangsa Pasar Mimyak Sawit Global Dapat Dicapai dengan Nilai Tambah

Produk Industri Sawit yang Tinggi dan Berkualitas Perilaku Harga BelumTertata

(Price Taker) Pengembangan Seri Produk, Menyiasati Harga untuk Profit Tinggi di Seluruh Dunia

Pada Produk dan Daerah Tertentu, Produk Turunan Sawit Malaysia Penentu Harga (Price Leader) Beberapa Seri Produk Turunan Sawit Malaysia Unggul di Pasar Minyak Nabati Dunia

(price setter)

Pengembangan Seri Produk, Produktivitas Tinggi, Efisiensi Tinggi, Produk Unggul dapat Merubah Status Industri Sawit Malaysia dari Pengambil Harga

(Price Taker ) Menjadi Penentu

Harga (price setter) Produk yang

Dikembangkan

Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO

Pengembangan Bioteknologi dan Teknologi Prosesing oleh (PORLA, PORIM) Lebih 300 Item Produk Penelitian dan sekurangnya 28 Macam Produk Unggul di Pasar LN Lebih 450 Item Produk Penelitian dan sekurangnya lebih 90 Macam Produk Unggul Sawit

di Pasar LN

Pengembangan Produk Baru Upaya Penguasaan Pasar

Global

Nilai Ekspor Minyak Sawit

dan Produk Swit

Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia dibawah

RM 3 Milyar per Tahun

Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia dibawah

RM 8 Milyar per Tahun

Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia Masih dibawah RM 25 Milyar per Tahun

Total Nilai Ekspor Produk Sawit Malaysia Mencapai

RM 65 Milyar atau US$ 17.2 Milyar per

Tahun

Setiap Dasawarsa, Kenaikan nilai Ekspor Minyak Sawit dan Produk sawit Malaysia Tumbuh

melebihi 12 % per tahun.

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Kinerja Pasar Masih Terbatas pada Ekspor CPO saja Mulai Pengembangan Seri Produk Turunan CPO Pengembangan Seri Produk Turunan CPO

dan Diversivikasi Pasar Masih

Terbatas

Pengembangan Seri Produk Turunan CPO

dan Diversivikasi Pasar Masih

Terbatas

Industri Sawit Indonesia Lebih Fokus pada Produksi Minyak Sawit Mentah dan Nilai Tambah

Produk Industri Sawit Masih Belum Berkembang Perilaku Harga BelumTertata

(Price Taker) Industri Sawit Indonesia Fokus pada Penguasaan Produksi Minyak Sawit Mentah Dunia

Pada Produk CPO, Minyak Sawit Indonesia sudah Dapat Mempengaruhi

Harga Dunia (Price

Leader)

Indonesia Menjadi Produsen Minyak

Sawit Mentah Terbesar dan Penentu Harga Dunia

(price setter), Produk

Turunan Sawit, Belum Berkembang

Industri Sawit Indonesia Lebih Fokus Memproduksi dan Menguasai Pasar Minyak Sawit

Mentah Dunia dan sebagai Penentu Harga (Price Setter) namun pada Produk Turunan

Sawit Belum Banyak Perkembangan Produk yang

Dikembangkan

Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO

Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO

Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan

Baku CPO

Terbatas pada Bibit Unggul dan Bahan Baku CPO dan Mulai

Dikembangkan Produk Turunan

Terus Melakukan Pengembangan Luas Areal

Kebun untuk Memproduksi Minyak Sawit Mentah sebagai

Strategi Penguasaan Pasar Global

Nilai Ekspor Minyak Sawit

dan Produk Swit

Total Nilai Ekspor Produk Sawit

Indonesia dibawah US$ 254 Juta per

Tahun

Total Nilai Ekspor Produk Sawit

Indonesia dibawah US$ 247 Juta per

Tahun

Total Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia Masih

dibawah US$ 1 326 Juta per

Tahun

Total Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia Mencapai

US$ 8 866 Juta per Tahun

Pada Tiga Dasawarsa 1960-1990 nilai Ekspor Minyak Sawit

Indonesia tidak Berkembang namun Dua Dasawarsa terakhir telah Banyak Perkembangannya Sumber : Deptan RI, 2009.

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008 Perubahan Main Stream Menurut Zaman Kebun Sawit untuk Memberantas Kemiskinan Masyarakat di Pedesaan Penambahan Out Let Pemasaran di Negara Pengimpor

Produk Sawit Aman bagi Kesehatan, dan

Lingkungan serta Sesuai Selera Konsumen Menjadikan R&D sebagai Basis Inovasi Produk Unggul. Menciptakan Produk Pro Konsumen Pragmatisme, Responsif terhadap Selera Konsumen, ditopang R&D dan Teknologi Moderen Menjadikan Industri Sawit Malaysia Unggul di Pasar

Minyak Nabati Dunia Jumlah Penjual Banyak Penataan Penjual

Melalui Asosiasi

Penjual dapat Digolongkan kedalam

4 Kelompok Besar Asosiasi Saja

Oligopoli Kuat Dalam Negeri dengan CR4

+ 90%

Strategi Memperkecil Penjual Dalam Negeri Melalui Asosiasi

dapat Memperbesar Posisi Tawar Produk Sawit Malaysia di

Pasar Minyak Nabati Dunia Jumlah Pembeli Terbatas Diversivikasi Pasar dan Differensiasi Produk mulai Dikembangkan Diversivikasi Pasar dan Differensiasi Produk terus Dikembangkan untuk Memperbanyak Pembeli Diversivikasi, Penetrasi Pasar dan Differensiasi Produk Berkualitas Tinggi

terus Dilakukan, Konsep Brand

Malaysia Diluncurkan

Inovasi Secara Terus Menerus, Penguasaan Informasi dan Komunikasi dengan Konsumen

Menjadi Dasar Penguasaan Pangsa Pasar

Kondisi "entry" Bebas Terkendali, Penataan Petani Berlahan Sempit untuk Skala Usaha Optimum Terkendali, Petani dan Perusahaan Baru Masuk Industri

Dikendalikan agar Mencapai Skala Optimum Terkendali Pada Tataran Kebun, Bebas Investasi Pada Industri Prosesing dan Produk Jadi

Keberpihakan pada Petani yang Pro Pasar dan Industri Maju, Transfer Teknologi Memberi Kontribusi yang Tinggi bagi

Perekonomian Nasional Malaysia Sumber : Data Diolah, 2009.

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Differensiasi Terbatas Setelah Kampanye Negatif dari ASA

1980, Mulai Dikembangkan Differensiasi Produk Berbasis Sawit Secara Luas Dikembangkan Pusat Penelitian Bioteknologi, Oleokimia, Lingkungan, Differensiasi Produk Berbasis Sawit Lebih

Luas Dikembangkan Pusat Penelitian Bioteknologi, Oleokimia, Biodiesel Lingkungan, Teknologi Prosesing, Differensiasi Produk Berbasis Sawit Sangat Luas

Menjadikan R & D Sebagai Basis Kekuatan Industri Sawit

Malaysia dalam Menguasai Pangsa Pasar Ekspor Produk Minyak dan Lemak Nabati Dunia

Integrasi Vertikal

Terbatas Pendirian industri Pengolahan Minyak Sawit di Malaysia dan di Negara Tujuan Ekspor Penguasaan Teknologi, Ekspansi Usaha Industri Hilir di

Negara Tujuan Ekspor Makin Diintensifkan Dikembangkan Berbagai Model Integrasi, di Tingkat Kebun dan di Tingkat

Prosesing

Menjadikan Konsep Integrasi Usaha sebagai Upaya Efisiensi

dan Meingkatkan Produktivitas Lahan dan Peralatan Pabrik

Pengolahan Produk Sawit Diversivikasi

Pasar

Terbatas Produk Inovasi, Produk Substitusi Mulai Digalakkan untuk Penetrasi Pasar Luar Negeri Produk Inovasi, Produk Substitusi, dan Berbagai Kemanfaatan Produk Sawit Terus

Dikembangkan Dengan Produk Inovasi, Produk Substitusi, dan Kemanfaatan Sawit Ditingkatkan dan Biodiesel sebagai Produk dari Strategi

Laut Biru,

Permintaan Tanpa Batas Masa Datang

Dengan Diversifikasi Secara Terus Menerus, Dicapai Struktur

Pasar yang Kuat Dalam Negari Malaysia dan Penguasaan Pangsa Pasar Produk Minyak

Sawit Duina

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008 Perubahan Main Stream Menurut Zaman Komoditi Sawit sebagai Produk Diversifikasi Komoditi Tanaman Karet Komoditi Sawit Menjadi Komoditi Unggul

Minyak Sawit dan Produk Turunan Sawit Menjadi Komoditi Paling Primadona Melalui Kepiawaian Pengelolaan Industri Sawit, Malaysia Ekspansi Usaha ke Negara Lain

Berawal dari Sesuatu yang Sederhana, Dikelola Secara Serius dan Profesional, Kelapa

Sawit Menjadi Komoti paling Handal Merambah Pasar Dunia Perilaku Pasar Belum Terarah Mulai Ditata oleh

FELDA

Masih Belum Fokus Komoditi Sawit Dijadikan sebagai Komoditi Komersial Penuh, Arahan dari

MPOB

Strategi Mengarahkan Perilaku Pasar Mesti dilakukan Pemerintah yang Profesional melalui MPOB dengan Sistem

Bagi Hasil Lokasi Perkebunan, Pabrik Kelapa Sawit dan Pergu- dangan Minyak Sawit Malaysia Terbatas pada Kawasan Semenanjung Malaysia Mulai dikembangkan ke Sabah dan Serawak Ekspansi ke Luar Negeri Melalui Strategi Penguasaan Sumber Daya (Resources Seeker Strategy) Intensifikasi Pertanian Melalui Berbagai Integrasi Usaha, Ekspansi Investasi Industri ke Luar Negeri

Mulai dari Optimalisasi Lahan dalam Negari Menuju Penguasaan Lahan Pertanian ke Berbagai Negara di Seluruh

Dunia

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008 Penelitian dan Pengembangan Terbatas pada Penelitian Bibit Unggul Dibentuk Pusat Penelitian Terpadu (PORLA, PORIM) tapi Belum Fokus Menuju Penelitian Terpadu dan Lebih Kompleks Melibatkan

Banyak Kalangan Dalam dan Luar

Negeri

Pusat R & D dan Pengendalian Industri oleh MPOB

dan Pemasaran oleh

MPOC Melibatkan Banyak Peneliti Antar

Bangsa

Dengan Sistem Pengelolaan dan Motivasi yang Tepat Seperti

Bagi Hasil dan Bonus yang Tinggi dapat Dilahirkan Temuan

Ilmiah Inovatif Regulasi Investasi Tahap Penataan, Relokasi Petani ke Daerah Potensial dengan Kekuatan Pemerintah Sendiri Mulai Melibatkan Investor Luar Negeri Membangun Kota Satelit di Daerah Pedesaan Pemerintah Mengatur Tata Ruang Lahan Usaha antara Petani

Lokal dan Investor Luar Negeri

Memberi Keringanan Syarat Investasi Bagi

Investor Asing Terutama pada Industri Prosesing

dan Memberi Transfer Teknologi

Keberpihakan pada Petani Lokal dengan Penguasaan Lahan, Dibangun Kota di Pedesaan Setelah itu Investasi Terbuka Bagi Asing, Khususnya yang

Berteknologi Tinggi Kegiatan Advertensi dan Promosi Terbatas pada Prromosi CPO ke Negara Tujuan Ekspor

Ekspansi Out Let ke Konsumen Akhir di Berbagai Negara Tujuan Ekspor Menjalin Kerjasama dengan Perusahaan lain dan

Pembentuk-an Divisi Advertensi dan Promosi di Daerah Tujuan Ekspor Pembentukan Lembaga Khusus Bidang Promosi

MPOC, Kerja Sama

bidang Marketing, Merger, Akuisisi

Beberapa Perusahaan Asing, Diluncurkan Konsep "The Brand Malaysia"

Dengan Konsep Ramah Lingkungan, ProduktivitasTinggi

dan Usaha Berkelanjutan, Makanan Sehat Bagi Manusia,

Dibangun Konsep "The Brand

Malaysia" sebagai Armada

Ekspansi Marketing Produk Sawit Malaysia ke Pasar Dunia

Jenis Produk

Volume (Ton) Nilai (RM Juta) Volume (Ton) Nilai (RM Juta) Volume (Ton) Nilai (RM Juta) Minyak Sawit Mentah CPO 31 303 41.9 398 352 341.4 1 239 578 1 870.0 Minyak Sawit Olahan PPO 7 458 667 10 539.1 8 683 143 9 875.7 11 026 486 18 013.5

Total Minyak Swit 7 489 969 10 581.0 9 081 495 10 217.4 12 266 064 19 883.5

Minyak Inti Sawit Mentah PKO 17 808 29.2 20 071 32.3 79 696 120.7 Minyak Inti Sawit Olahan PPKO 378 977 730.4 500 209 1 033.8 788 962 1 462.6

Total Minyak Inti Swit 396 785 759.6 520 280 1 066.1 868 658 1 583.3

Kernel Cake Sawit 1 087 732 207.2 1 349 932 196.4 1 809 957 337.9 Oleokimia 553 131 1 208.3 1 137 871 3 032.3 1 568 239 3 846.9

Produk Jadi 77 815 135.7 249 647 401.5 259 472 535.7

Lainnya 2 433 2.5 26 619 15.2 48 945 39.1

Total Produk Minyak Sawit 9 607 866 12 894.3 12 365 844 14 928.6 16 821 334 26 226.4

Jenis Produk

Volume (Ton) Nilai (RM Juta) Volume (Ton) Nilai (RM Juta) Minyak Sawit Mentah CPO 2 376 542 3 440.5 2 336 577 6 379.4 Minyak Sawit Olahan PPO 12 046 626 19 246.4 13 075 935 41 546.6

Total Minyak Swit 14 423 168 22 687.0 15 412 512 47 925.9

Minyak Inti Sawit Mentah PKO 96 719 178.0 149 182 521.0 Minyak Inti Sawit Olahan PPKO 833 956 1 979.8 898 236 3 638.8

Total Minyak Inti Swit 930 676 2 157.8 1 047 418 4 159.8

Kernel Cake Sawit 2 134 723 424.9 2 261 268 990.9

Oleokimia 2 111 271 5 484.5 2 075 897 8 706.4

Biodiesel 47 986 120.9 182 108 610.7

Produk Jadi 420 650 896.3 670 612 2 656.6

Lainnya 91 420 79.3 114 114 164.8

Total Produk Minyak Sawit 20 159 893 31 850.7 21 763 929 65 215.2

1 Inti Kelapa Sawit 20 548 7 657

2 Minyak Sawit Mentah 5 701 286 3 738 652

3 Minyak Sawit 511 085 337 463

4 Konsetrat Sawit RBD 3 692 092 2 525 922

5 Konsetrat Sawit RBD Lainnya 936 134 592 398

6 Minyak Sawit RBD 838 702 562 183

7 Minyak Sawit dan Turunan Lainnya 196 118 112 021

8 Minyak Inti Sawit Mentah 1 107 450 807 873

9 Minyak Suling Inti Sawit 1 143 1 040

10 Turunan Minyak Inti Sawit 40 485 28 859

11 Inti Sawit Olein (RBD) 6 998 5 534

12 Inti Sawit Stearin (RBD) 138 325 118 363

13 Turunan Minyak Inti Sawit 20 008 18 742

14 Turunan Minyak Inti Sawit Babassu 20 915 17 394

15 Residu Minyak Kue dan Bentuk Lainnya 1 969 444 204 182 Total Nilai 15 200 733 9 078 283 Sumber : Dirjen Perkebunan, 2008.

Sumber : Dirjen Perkebunan, 2008.

Tahun Minyak Lainnya Minyak Inti Lainnya Volume (Ton) Nilai (000 US $) Volume (Ton) Nilai (000 US $) Volume (Ton) Nilai (000 US $) Nilai (RM 000 ) 1980 502 902 254 739 - - 502 902 254 739 - 1983 345 777 111 462 - - 345 777 111 462 253 465 1986 566 885 112 918 41 863 9 670 608 748 122 588 302 792 1989 781 844 244 639 135 447 48 089 917 291 292 728 798 972 1992 1 030 272 356 494 222 541 109 841 1 252 813 466 335 1 225 762 1995 1 265 024 747 414 311 399 187 267 1 576 423 934 681 2 390 166 1998 1 479 278 745 277 347 009 195 447 1 826 287 940 724 4 275 591 2001 4 903 218 1 080 906 581 926 146 259 5 485 144 1 227 165 4 663 227 2004 8 661 647 3 441 776 904 327 502 681 9 565 974 3 944 457 14 988 937 2007 11 875 418 7 868 640 1 335 324 997 805 13 210 742 8 866 445 31 045 857

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Kondisi Dasar BelumTertata Pembinaan secara Internal dan ekaternal Terkondisi Menuju Mapan Pengembangan Teknologi dan Analisis Permintaan secara Intensif

Penggunaan Teknologi Terkini dengan Manajemen Komunikasi

Terpadu adalah Pilihan Terbaik Menjawab Permintaan

Konsumen Struktur Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat

menuju Sedang

Menuju Pengusaan Pasar Global, Oligopoli Kuat Dalam Negeri, Penguasaan Teknologi

suatu Kondisi Keharusan Jumlah Penjual Sedikit Sedikit Beberapa, Oligopoli

Kuat dengan Asosiasi

4 Kelompok Besar, Oligopoli Kuat dan

Asosiasi

Menjadi Oligopoli Kuat Sebagai Taktik mendapatkan Kinerja

yang Baik Jumlah Pembeli Terbatas Mulai Ekspansi Berkembang Sangat

Berkembang

Memperbanyak Pembeli adalah Tujuan yang Mesti Dicapai Kondisi "entry" Terbatas Terbatas Mulai Banyak dan

Terkendali

Mulai Banyak dan Terkendali

Pengendalian Perusahaan Masuk dan Keluar Industri

Menjadi Kunci Efisiensi Differensiasi Belum

Berkembang

Mulai Digalakkan Terus digalakkan Menuju Mapan

Terus digalakkan Menuju Mapan

Diferensiasi Produk Menjadi Sumber Kekuatan Industri Sawit

Malaysia Diversivikasi Belum

Berkembang

Mulai Digalakkan Terus digalakkan Menuju Mapan

Mapan Diversifikasi Berkelanjutan, Kiat Memperkuat Struktur Pasar Sumber : MPOB, 2009.

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Kondisi Dasar BelumTertata BelumTertata Menuju Liberalisasi Ekonomi

Penerapan Teknologi diserahkan kepada

Mekanisme Pasar

Penggunaan Teknologi tidak dintervensi Pemerintah, Jumlah Permintaan Diserahkan kepada

Mekanisme Pasar Struktur Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat Oligopoli Kuat

Menuju Sedang

Oligopoli Lemah Dalam Negeri, Penguasaan Teknologi

Diserahkan kepada Pelaku Pasar

Jumlah Penjual Banyak & Belum Tertata

Banyak & Belum Tertata

Banyak & Belum Tertata

Banyak & Belum Tertata

Mekanisme Pasar Bebas Dianggap sebagai Acuan Pengembangan Pasar Sawit

Indonesia

Jumlah Pembeli Beberapa Beberapa Banyak Banyak Memperbanyak Pembeli Menjadi Solusi Ditengah Ketatnya

Persaingan Pasar tKondisi "entry" Terbatas Terbatas Terkendali Terkendali Bebas Masuk dan Keluar Pasar

Menjadi Keharusan dalam Mekanisme Pasar Bebas Differensiasi Belum

Berkembang

Belum Berkembang

Belum Berkembang Mulai Dikembangkan

Diferensiasi Produk Menjadi Urusan Pelaku Pasar Diversivikasi Belum

Berkembang

Mulai Dikembangkan

Mulai Dikembangkan Mulai Berkembangkan

Diversifikasi Berterusan sebagai Kiat Penetrasi Pasar Sumber : Deptan RI, 2009.

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Perilaku Pasar Masih Mencari Formasi Mengarah ke Mazhab "Harvard Tradition" Mengarah ke Mazhab "New-Harvard Tradition" Kombinasi Model Strategic Behavior

Martin dan "New-Harvard Tradition"

Prinsip Pragmatis, Efektifitas Model, Kearifan Lokal, Menjadi

Acuan dalam Pengembangan Industri Sawit Malaysia Lokasi

Perkebunan, Pabrik Kelapa Sawit dan Pergu-

dangan Minyak Sawit Malaysia BelumTertata Pengembangan Kebun Terfokus pada Semenanjung Malaysia Mulai Mengembangkan Kawasan Sabah dan

Serawak Menjadikan Semenanjung Malaysia Sebagai Pusat Prosesing, Sedangkan Sabah dan Serawak Pusat

Pengembangan Kebun

Pengaturan Tata Ruang Kebun dan Industri Prosesing yang Baik Menuju Efisiensi Tinggi untuk Menjawab Permintaan

Konsumen Global Penelitian dan Pengembangan Terbatas pada Penelitian Bibit Unggul Dibentuk Pusat Penelitian Bibit dan Prosesing (PORLA, PORIM) Menuju Penelitian Terpadu yang Lebih

Kompleks (PORLA,

PORIM)

Lebih Kompleks Dikendalikan oleh

MPOB dan MPOC

Menjadikan R&D Sebagai Dasar Penguasaan Pasar Global Regulasi Investasi Tahap

Penataan, Kekuatan Sendiri Mulai Melibatkan Investor Luar Negeri Harmonisasi Investor Lokal dan Luar

Negeri

Investasi Terbuka Terutama pada Industri Prosesing

Awalnya Keberpihakan pada Petani Lokal, Setelah itu Investasi Terbuka pada Usaha

Berteknologi Tinggi Kegiatan

Advertensi dan Promosi

Terbatas Mulai Intensif Pembentukan Divisi Advertensi dan Promosi di Daerah Tujuan Ekapor Pembentukan Lembaga Khusus Bidang Promosi MPOC

Profesionalitas, Taat Azas

RSPO, Ekspansi Marketing, Komersialisasi Penuh Menjadi

Target yang harus Dicapai Sumber : MPOB, 2009.

Komponen Kesimpulan 1960-1980 1981-1990 1991-2000 2001-2008

Perilaku Pasar Masih Mencari Formasi Mengarah ke Mazhab "Harvard Tradition" Mengarah ke Mazhab "New-Harvard Tradition" Mengarah ke