• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

III. TINJAUAN TENTANG MINYAK DAN LEMAK DUNIA, PERDAGANGAN SERTA INDUSTRI MINYAK SAWIT MALAYSIA DAN INDONESIA

5.1. Analisis Deskriptif Struktur Industri Sawit Malaysia

5.1.2. Rasio Konsentrasi dan Pangsa Pasar Empat Besar Perusahaan Sawit Malaysia

Analisis struktur, perilaku dalam penelitian ini hanya meneliti pasar Industri Minyak Sawit Malaysia dari sisi penjual, mengingat pembelian impor minyak sawit Malaysia tidak signifikan. Data menunjukkan pada tahun 2006 impor Minyak Sawit Malaysia hanya 602 000 ton, pada tahun 2007 turun menjadi 267 000 ton, sedangkan impor sawit Malaysia tahun 2008 adalah 538 000 ton atau 3 % dari produksi total Minyak Sawit Malaysia tahun 2008 yaitu 17,7 juta ton.

Semenjak tahun 1999, Industri kelapa sawit Malaysia berada dibawah pengelolaan dan pengawasan tiga kementerian yaitu Kementerian Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia, Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan Antar Bangsa dan Industri. Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Association-MPOA), Badan Minyak

Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Board-MPOB) dan Konsulat Minyak

Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Council-MPOC), Asosiasi Perusahaan

Minyak Makan Orang Malayu (MEOMA), Kelompok Perusahaan Olekimia

Malaysia (MOMG), Persatuan Petani Kecil Sawit Malaysia (NASH), Asosiasi

Perusahaan Penjernih Minyak Sawit Malaysia (PORAM) yang bekerja

menurut bidangnya secara profesional. Lihat Lampiran 3.

Lembaga tertinggi pengelola industri sawit Malaysia adalah Kementerian Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia yang mengatur arah kebijakan industri sawit dan pasar produk sawit secara makro dimasa lalu, sekarang dan masa yang akan datang seperti dalam rencana

pembangunan jangka panjang ke-3 (IMP3) tahun 2000-2020 sektor

pertanian, perikanan, kehutanan sesuai Undang-undang Kerajaan Malaysia. Disamping instansi pemerintahan, juga terdapat perkumpulan pengusaha industri Minyak Sawit Malaysia yang tergabung dalam Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA), mengatur dan mengkoordinir anggotanya

dan dapat bertindak sebagai kartel dalam strategi menguasai pasar, bahkan memiliki cabang di Indonesia dengan nama (APIMI). Lihat Lampiran 3a.

Sedangkan Badan Minyak Sawit Malaysia (MPOB), bertugas pada

bidang penelitian teknologi produksi, prosesing, fabrikasi dan berbagai jenis minyak sawit dan produk sawit, mengatur lembaga ekonomi dalam industri sawit, melakukan penelitian menyangkut isu kesehatan konsumen dan isu lingkungan industri produk berbasis kelapa sawit. Lihat Lampiran 3b.

MPOB berdiri pada tanggal 1 Mei 2000 menurut Undang-undang Negara Malaysia Akta 582 hasil penggabungan dari Badan Perizinan Minyak Sawit Malaysia (PORLA) akta 179 dan Institut Penyelidikan Minyak Sawit Malaysia (PORIM) Akta 218. Tujuan pendirian MPOB adalah : untuk menggalakkan dan memajukan industri sawit Malaysia, untuk mewujudkan tujuan pembangunan negara Malaysia dibidang sawit agar industri sawit Malaysia maju dan teratur. Dua bidang pekerjaan hasil penggabungan PORLA dan PORIM ada pada dua skop pekerjaan yaitu :

1. Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) meliputi :

- Penelitian dan pengembangan kelapa sawit dan produk turunannya serta lainnya minyak dan lemak menyumbang kepada keinginan industri sawit

- Temuan dari penelitian dan pengembangan adalah untuk memberi manfaat kepada keinginan industri kelapa sawit

- Untuk memajukan dan mengkomersialkan temuan-temuan dari penyelidikan bagi kepentingan industri sawit Malaysia.

- Menggalakkan penggunaan temuan penyelidikan secara komersial 2. Perizinan

- Untuk memastikan industri sawit berkembang secara teratur dan sejahtera melalui kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan penyelarasan

- Produk kelapa sawit yang dikeluarkan sesuai standar kontrak dan memenuhi kehendak pembeli

- Industri mematuhi peraturan MPOB agar industri berdisiplin dan maju Khusus bidang marketing, baik cakupan Nasional, Internasional, Multinasional maupun marketing global lebih khusus ditangani oleh Kementerian Perdagangan Antar Bangsa dan Industri (MITI), Konsulat

Minyak Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Council-MPOC) yang telah

memiliki perwakilan di berbagai tempat di seluruh dunia. Gambaran umum dari MPOC dapat dilihat pada Lampiran 3c.

Secara institusional, industri sawit Malaysia diatur secara profesional dan memiliki fokus yang jelas bahwa komoditi sawit adalah komoditi komersial penuh (full commercial). Untuk mampu bersaing di pasar

internasional maka prinsip efektifitas, efisensi dan profitabilitas amat diperhatikan dengan seksama, bahkan struktur pasar industri minyak sawit dan produk sawit dalam negeri Malaysia adalah oligopoli kuat (hight

oligopoly) dengan konsentrasi CR4 mendekati 90 %. Pada Tabel 47. dan

Tabel 48., dapat dilihat rasio konsentrasi CR4 pangsa pasar empat besar

perusahaan sawit dalam negeri Malaysia dan persentase pangsa pasar industri sawit Malaysia pada pasar dunia.

Tabel 47. Tingkat Konsentrasi Empat Perusahaan Terbesar CR4 Tahun 1980-2008

Sumber : Hasil Analisis, 2009.

Dari tabel hasil perhitungan CR4 di atas, yaitu dengan membagi jumlah output empat perusahaan terbesar dengan jumlah output pada industri kelapa sawit, maka pada tahun 1980, struktur pasar industri kelapa sawit CPO dalam negeri Malaysia adalah monopoli, karena pada tahun ini tingkat konsentrasi industri ini sangat tinggi yaitu mencapai 93%. Sedang di tahun 1985-2008, tingkat konsentrasi mulai mengalami penurunan yaitu dari 91% menjadi 86%, ini menandakan struktur pasar Industri Kelapa Sawit

Kepemilikan/ Tahun CR4 1980 (%) CR4 1985 (%) CR4 1990 (%) CR4 1995 (%) CR4 2000 (%) CR4 2006 (%) CR4 2008 (%) 1. Perusahaan 56 50 45 49 59 59 60 Swasta (MPOA) Perusahaan Pemerintah : 2. FELDA (MPOA) 29 31 30 27 18 16 15 3. FELCRA 19 33 54 56 46 38 36 4. Milik Negara Kerajaan 61 64 86 78 72 78 72 Total 93 91 89 89 89 87 86

Malaysia menuju struktur oligopoli kuat. Menurut teori yang sudah dikemukakan sebelumnya, jika tingkat konsentrasi suatu pasar tinggi salah satu faktor penyebabnya adalah faktor hambatan masuk. Berarti, pada tahun mulai 1995 hingga 2008 seiring dengan perkembangan pasar, maka semakin banyak produsen baru memasuki pasar. Ini menandakan, bahwa hambatan pasar pada tahun tersebut mulai melonggar. Selanjutnya dapat dilihat pangsa pasar CPO Malaysia pada pasar dunia, lihat Tabel 48.

Tabel 48. Pangsa Pasar Empat Besar Perusahaan Sawit Malaysia dari kode Produk MSIC 15142 pada Pasar Dunia Tahun 1998-2008

Tahun Pangsa Pasar Ekspor Sawit

Dunia (%)

Perubahan (%)

Pangsa Pasar Minyak dan Lemak

Dunia (%) Perubahan (%) 1998 68.5 - 26.0 - 1999 64.3 -6.1 29.0 11.4 2000 60.5 -5.9 27.6 -4.8 2001 60.5 0 30.6 10.6 2002 56.0 -7.4 29.1 -4.8 2003 56.0 0 30.2 3.8 2004 51.9 -7.3 28.8 -4.5 2005 50.7 -2.3 28.6 -0.8 2006 48.1 -5.1 27.3 -4.5 2007 46.3 -3.7 26.0 -4.9 2008 45.8 -1.5 25.3 -2.7

Sumber : Hasil Analisis, 2009.

Meskipun pada Tabel 48., jumlah ekspor Minyak sawit dan produk sawit Malaysia dari kode (MSIC 15142) naik dari tahun 1998 sampai

tahun 2008, namun dari penguasaan pangsa pasar mengalami penurunan dari 68.5 % tahun 1998 secara periodik sampai tahun 2008 menjadi 45.8 %, kemungkinan karena terbatasnya perluasan lahan perkebunan di Malaysia dan cepatnya perluasan kebun sawit dan pertumbuhan produksi sawit di Indonesia, Vietnam dan Brazil dan ada indikasi bahwa terjadi perubahan formasi industri Sawit Malaysia dari penghasil minyak mentah mengarah ke

industri prosesing produk setengah jadi dan produk jadi, bahkan sebagai penyedia komponen industri berbasis sawit di seluruh dunia.

Dari Tabel 48., dapat dijelaskan bahwa makin turun persentase pangsa pasar minyak sawit Malaysia terhadap pasar dunia dan pasar minyak dan lemak dunia, berarti kemampuan industri sawit Malaysia mendominasi pasar minyak sawit mentah (CPO) dunia makin turun. Begitu juga

penguasaan pangsa pasar minyak dan lemak nabati dunia sepuluh tahun 2008 relatif lemah dan tetap, rata-rata pangsa pasar CR4 hanya + 55.3 %.

Sedangkan pangsa pasar empat besar industri minyak inti sawit Malaysia (PKO) dari kode (MSIC 15143) terhadap pangsa pasar industri

minyak inti sawit dunia bersifat berfluktuatif dan relatif kuat (medium

oligopoly) CR4 sekitar 43.2 %, namun sangat lemah pada pasar minyak dan

lemak dunia CR4 hanya sekitar 1,7%, lihat Tabel 49.

Tabel 49. Pangsa Pasar Empat Besar Perusahaan Minyak Inti dan Produk Inti Sawit Malaysia kode MSIC 15143 pada Pasar Dunia Tahun 1998-2008

Tahun

Pangsa Pasar terhadap Ekspor Minyak inti Sawit

Dunia (%)

Perubahan (%)

Pangsa Pasar terhadap Minyak dan

Lemak Dunia (%) Perubahan (%) 1998 44.4 17.2 1.4 16.9 1999 42.5 -4.3 1.6 11.5 2000 42.6 0.4 1.4 -8.5 2001 48.4 13.6 1.8 21.4 2002 44.3 -8.5 1.7 2.2 2003 48.6 9.6 2.0 14.1 2004 41.5 -14.7 1.7 -15.7 2005 45.3 9.3 1.9 12.4 2006 39.0 -13.9 1.6 -12.8 2007 41.2 5.6 1.8 13.0 2008 37.6 -8.7 1.7 -5.6 Rata-rata 43.2 1.7 Sumber : MPOB, 2007.

5.1.3. MES

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa MES merupakan proksi dari hambatan masuk ke dalam suatu pasar. Semakin minim biaya produksi suatu pasar, maka akan membuat para entrant enggan memasuki

pasar tersebut. Hal ini karena susah bagi mereka untuk menyaingi pemain lama yang sudah dapat memproduksi komoditi tersebut dengan biaya yang rendah. Karena hal ini tentunya membutuhkan proses yang cukup panjang. Terlebih lagi, para pemain lama dapat menentukan harga yang lebih rendah dikarenakan keberhasilan mereka dalam berproduksi di batas AC minimum. Berikut perkembangan MES pada industri kelapa sawit pada tahun 1985-2008. Lihat Tabel 50.

Tabel 50. Nilai Skala Efisiensi Minimun Industri Kelapa Sawit Malaysia Tahun 1990-2008

Tahun Tingkat Skala Usaha Minimum dari Empat Perusahaan Terbesar (%) 1990 23 1995 22 2000 22 2005 22 2006 22 2008 21

Sumber : Hasil Analisis. 2010.

Jika dibandingkan dengan grafik perkembangan CR4 sebelumnya,

maka pada tahun 1985 tingkat MES adalah sebesar 23% dan mengalami penurunan pada sampai tahun 2008 yaitu sebesar 22%. Sedangkan tingkat konsentrasi yang terjadi antara 1985-2008 juga mengalami

penurunan. Hal ini menandakan semakin kecil MES maka menjadikan hambatan masuk para pemain baru ke dalam perusahaan ini menjadi melonggar.

Semakin efisien suatu perusahaan dalam berproduksi maka semakin tinggi kesempatan mereka untuk menguasai pasar, dan semakin tinggi kemungkinan terjadinya tingkat konsentrasi yang tinggi yang akhirnya membuat struktur pasar cenderung ke arah monopoli. Biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan kelapa sawit cukup tinggi. Hal ini membuat biaya produksi dalam industri ini menjadi mahal. Pemain pasar yang sudah lama dalam industri ini, mereka lebih dapat memproduksi dengan biaya minimum dibandingkan dengan pemain pasar yang baru memasuki industri ini. Hal inilah yang dapat menghambat pemain pasar tersebut untuk menguasai pasar. Berdasarkan teori ekonomi industri, berproduksi pada titik biaya minimum memerlukan proses waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, meskipun jumlah perusahaan yang masuk ke dalam pasar bertambah banyak, jika tidak dapat berproduksi dengan biaya minimum yang sama dengan pesaing yang sudah menguasai pasar sejak lama, maka para pemain lama tersebut dapat lebih meningkatkan pangsa pasarnya.