• Tidak ada hasil yang ditemukan

Olahraga sebagai kata majemuk berasal dari kata olah dan raga. Olah artinya upaya untuk mengubah atau mematangkan, seperti olah tanah yang berarti menyiapkan tanah yang ditanami. Arti yang lain adalah upaya untuk menyempurnakan, seperti dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Interpretasi lain adalah bahwa kata olah merupakan perubahan bunyi dari ulah, jadi ulah raga. ulah artinya perbuatan, tindakan atau tingkah (laku) hingga ulah raga dapat disamakan dengan aktivitas fisik.

Timbulnya kerancuan di lapangan adalah karena kata olahraga sudah lama dipakai untuk padanan kata asing sport. Sport sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari isi pengertian olahraga. Ia berasal dari kata disportare, bahasa Inggris Kuno, yang berarti bersenang-senang, pengisi waktu luang dari kaum ningrat Inggris. Di halaman istana-istana kecil yang banyak bertebaran di negara tersebut. Kaum ningrat biasa ber-disportare.

18

Disportare Inggris Kuno ini kemudian tumbuh terus menjadi kegiatan sport seperti keadaannya sekarang yaitu competitive sport yang bersifat formal terorganisir dalam wadah yang disebut asosiasi. Dari kata asosiasi (association) inilah pula timbul kata soccer untuk sepakbola. Di Malaysia sport diterjemahkan menjadi sukan, terjemahan yang mungkin lebih mendekati aslinya.

Sekolah, menurut Dewey bukan merupakan suatu lembaga yang mempunyai tujuan tersendiri tetapi mempunyai multitujuan sebagai lembaga sosial dan berhubungan dengan masyarakatnya di mana dia merupakan bagian di dalamnya. Sekolah adalah suatu komunitas dan guru sekolah merupakan bagian dari masyarakat, oleh sebab itu pintu-pintu sekolah terbuka untuk masyarakat. Kurikulum bukannya merupakan sesuatu yang telah dideskripsikan sebelumnya tetapi merupakan pengalaman, minat, kebutuhan dan masalah dari peserta didik sendiri.

Sekolah dan kemajuan sosial (social progress) pendidikan merupakan suatu metode fundamental untuk mengadakan perubahan serta kemajuan. Hal ini disebabkan karena pendidikan adalah pengaturan dari proses untuk mengambil bagian dari kesadaran sosial dan merupakan penyesuaian dari perkembangan pribadi tadi di dalam rekonstruksi sosial. Dalam lembaga sekolah terjadi rekonsiliasi antara cita-cita individu dan cita-cita lembaga sekolah. Tugas masyarakat mengenai pendidikannya merupakan tugas sosial. Masyarakat menyusun undang-undang dan hukuman, namun melalui

19

pendidikan masyarakat dapat menyusun peraturan-peraturan yang mengarahkan peserta didik menjadi anggota masyarakatnya yang konstruktif. Kelas olahraga merupakan suatu kelas yang terdiri dari kegiatan-kegiatan olahraga dari berbagai cabang olahraga yang dilakukan di suatu lingkup sekolah, siswa mendapatkan pembinaan dan latihan khusus oleh masing-masing pelatih di tiap-tiap cabang. Sehingga kelas olahraga dapat dijadikan suatu wahana untuk pembinaan kegiatan kesiswaan dalam bidang olahraga di sekolah untuk menghasilkan atlit yang handal dan profesional baik dalam tingkat daerah, nasional maupun tingkat internasinal.

Tujuan dari kegiatan kelas olahraga (Kemdiknas, 2010: 5) adalah sebagai berikut:

1.Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam bidang olahraga.

2.Meningkatkan kemampuan sekolah dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga di sekolah.

3.Meningkatkan mutu akademis dan prestasi siswa di dalam bidang olahraga. 4.Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.

5.Meningkatkan kemampuan berkompetisi secara sportif atau fair play. 6.Meningkatkan mutu pendidikan sebagai bagian dari pembangunan karakter. C. Kepelatihan Olahraga

Melatih adalah coaching yang sering digunakan untuk menggambarkan aktivitas atau latihan yang bermakna luas. Jadi melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain (atlit) mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahanya mencapai tujuan

20

tertentu. Dengan kata lain, bahwa intervensi latihan, atlit dipacu untuk memperbaiki sistem organisme tubuhnya, perbaikan fungsinya secara optimal dalam rangka mencapai performa yang baik serta keunggulan dalam cabang olahraganya.

Pelatih harus memahami bahwa latihan yang sistematis merupakan konsep yang kompleks. Pelatihlah yang harus merencanakan ini semua secara cermat. Itulah sebabnya pelatih harus selalu tampil dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti aspek psikologis, fisiologis dan sosial dalam sekuens pelatihannya. Pengetahuan dan keterampilan menjabarkan aspek-aspek tersebut dalam praktik pelatihan merupakan tuntutan yang harus dilakukan pelatih. Pada dasarnya coaching menjangkau peran sebagai melatih, mengajar, mendidik, memberikan petunjuk dan arahan bagi atlit untuk mencapai kesempurnaan penampilannya. Bahkan konsekuensi melatih juga memberikan pemahaman dan bantuan untuk kebutuhan bagi para atlitnya. Oleh karena itu, pelatih selalu saja dipacu untuk mengembangkan diri, cermat dan peduli terhadap pembinaan keharmonisan dan pergaulan sosial para atlitnya.

Proses melatih merupakan strategi yang sarat dengan kepandaian untuk merangkai berbagai isu-isu pelatihan agar atlit termotivasi untuk terlibat dalam suasana latihan yang bergairah, tekun, dan bersemangat. Dalam kaitan ini aspek membangkitkan semangat berlatih merupakan keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh setiap pelatih. Dalam proses latihan, pelatih harus terampil pula memberikan pemahaman tentang

nilai-21

nilai spiritual, pembinaan sikap dan perilaku yang terpuji agar dalam diri atlit tercemin sikap ketulusan, kesucian moral yang utuh, di samping tetap memperhatikan kesempurnaan penampilan dan kemampuan fisik atlitnya.

Oleh karena itu, harus disadari betul bahwa melatih adalah suatu proses membantu atlit untuk memperbaiki atau meningkatkan penampilannya, prestasinya dengan tetap memberikan perhatian pada perbaikan kebugaran jasmaninya dan mental spiritualnya. Dengan kata lain, bahwa melatih juga membantu atlit untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, ketangkasan, keterampilan, dan perbaikan sikap dan perilaku. Pelatih akan merasa puas dan bangga hati manakala atlitnya dapat tampil dalam arena pertandingan/kejuaraan dengan karakter dan sifat-sifat terpuji disertai usaha keras untuk mencapai prestasi dan keunggulan. Biasanya tampilan ini dapat terlihat pada gerakan-gerakan dan aktivitas gerak atlit tersebut, yang dilakukan dengan baik, lebih efisien, harmonis dengan koordinasi gerak yang tepat.

Kunci keberhasilan pelatihan olahraga akan tergambar pada kemampuan dan keterampilan pelatih mengaplikasikan semua bentuk/materi latihan yang sudah dirancang sebelumnya dengan sistematis. Penerapan latihan yang sistematis, penuh variasi, bersinambung merupakan faktor yang dapat menjawab tantangan pelatihan itu. Dalam hubungan ini aspek pendekatan psikologis, merupakan pergaulan sosial yang harmonis dan merupakan upaya strategi pelatihan yang harus dicermati oleh setiap pelatih. Faktor peningkatan kebugaran jasmani, penampilan fisik atlit sangat

22

gampang terlihat pada seorang atlit. Orang lain akan begitu gampang memberikan penilaian, baik yang bersifat positif maupun negatif, hanya

dengan melihat “kondisi fisik dan penampilan” atlit di lapangan. Kesalahan

dan kekurangan yang tampak pada aspek individual skill, pelatih harus berusaha merekam dengan seksama pula. Oleh karena kesalahan teknik yang berulang-ulang yang dilakukan oleh seorang atlit, tanpa adanya upaya pelatih untuk memperbaikinya, kelak atlit tersebut prestasinya akan mandek, bahkan mengalami penurunan prestasi.

Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bagian Kedua Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Pendidikan

Pasal 25

(1)Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan sebagai satu kesatuan yang sistemis dan berkesinambungan dengan sistem pendidikan nasional.

(2)Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru/dosen olahraga yang berkualifikasi dan memiliki sertifikat kompetensi serta didukung prasarana dan sarana olahraga yang memadai.

(3)Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan pada semua jenjang pendidikan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan bakat dan minat.

23

(4)Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan potensi, kemampuan, minat, dan bakat peserta didik secara menyeluruh, baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

(5)Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan secara teratur, bertahap, dan berkesinambungan dengan memperhatikan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

(6)Untuk menumbuhkembangkan prestasi olahraga di lembaga pendidikan, pada setiap jalur pendidikan dapat dibentuk unit kegiatan olahraga, kelas olahraga, pusat pembinaan dan pelatihan, sekolah olahraga, serta diselenggarakannya kompetisi olahraga yang berjenjang dan berkelanjutan.

(7)Unit kegiatan olahraga, kelas olahraga, pusat pembinaan dan pelatihan, atau sekolah olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disertai pelatih atau pembimbing olahraga yang memiliki sertifikat kompetensi dari induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan dan/atau instansi pemerintah.

(8)Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dapat memanfaatkan olahraga rekreasi yang bersifat tradisional sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran.

Proses pendidikan sebagai pengembangan kepribadian mencakup upaya yang sangat luas. Terdapat banyak teori mengenai kepribadian, strukturnya, pengembangannya, tujuannya dan sebagainya sehingga proses pendidikan sebagai pengembangan kepribadian mencakup berbagai upaya

24

yang luas sehingga kehilangan fokusnya. Setiap masyarakat meminta sumbangan yang berbeda-beda dari msing-masing pribadi yang sesuai bakat dan kemampuannya. Tujuannya adalah benar bahwa manusia itu haruslah mengembangkan kepribadiannya di dalam pengertian etis sehingga dia terbagi bukan hanya dapat berkembang tetapi juga dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga untuk masyarakatnya. Barangkali yang lebih tepat adalah pengembangan kepribadian seseorang sesuai dengan bakat yang dimilikinya sehingga dengan bakat itu dia dapat menyumbangkan secara optimal kemampuannya untuk diri sendiri maupun masyarakat bangsanya.

Pengembangan kepribadian bukan hanya berarti perkembangan kepribadian dalam arti personal tetapi perkembangan kepribadian yang menyangkut aspek-aspek personal dan sosial. Perkembangan keduanya harus seimbang, saling mengisi sehingga terjadi simbiosis antara kepribadian yang berkembang dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari perkembangan kepribadian itu.

Kenyataan bahwa tidak ada manusia atau pribadi yang sempurna. Manusia diciptakan dan dilahirkan dengan dikaruniai bakat yang berbeda-beda. Tidak ada dua manusia yang sama meskipun kembar satu sel pun melahirkan dua pribadi yang berbeda. Keragaman manusia merupakan tanda kemerdekaan manusia. Apabila semua manusia di dunia ini sama maka tidak akan ada kreativitas dan kemajuan. Manusia hanyalah sekadar robot-robot dari suatu mesin raksasa. Kenyataannya manusia diciptakan menurut

25

harkatnya masing-masing. Oleh sebab itu, dia bertanggung jawab untuk mengembangkannya bagi dirinya sendiri dan sesamanya.

Atlit yang kurang memiliki kesadaran, sering kali ditunjukkan dengan produk dan proses yang dicapai tidak memuaskan. Keterlibatan dalam proses latihan sangat memprihatinkan, dan atlit tidak sadar dengan perannya sendiri sebagai atlit. Oleh karena itu, atlit harus didorong untuk mengikuti apa yang menjadi tanggung jawabnya.

Kesadaran diri merupakan bagian penting untuk mencapai penampilan puncak dalam olahraga. Kesadaran merupakan langkah awal dalam menetapkan tujuan, meregulasi diri, mengembangkan keterampilan, mengelola stres dan mengelola masalah psikologis lainnya.

Untuk memahami kesadaran diri (self awareness), penulis mendefinisikan menurut beberapa ahli, diantaranya Kartono & Gulo (2000:441) mendefinisikan kesadaran diri merupakan kondisi pembiasaan terhadap perasaan-perasaan dan emosi-emosi sendiri. Selain itu, Lubis (2012) menjelaskan bahwa kesadaran diri adalah perhatian yang berlangsung ketika seseorang mencoba memahami keadaan internal dirinya. Proses berupa refleksi dimana seseorang secara sadar memikirkan hal-hal yang ia alami berikut emosi-emosi mengenai pengalaman tersebut. Dengan kata lain, kesadaran diri merupakan keadaan ketika kita membuat diri sendiri sadar tentang emosi yang sedang kita alami dan juga pikiran-pikiran kita mengenai emosi tersebut.

26

Model kepercayaan diri dalam olahraga dirancang untuk memberikan kerangka bermakna untuk memperluas kajian mengenai kepercayaan diri dalam olahraga. Kepercayaan diri dalam olahraga didefinisikan sebagai tingkat keyakinan yang dimiliki seseorang berkaitan dengan kemampuan mereka untuk meraih sukses dalam olahraga. Kepercayaan diri dalam olahraga merupakan konseptualisasi yang lebih general dibandingkan dengan kepercayaan diri (2001:556).

Pemikiran yang dilakukan oleh atlit bisa positif dan negatif. Kedua pemikiran tersebut memberikan pengaruh terhadap penampilannya. Pemikiran positif dan positif memberikan pengaruh terhadap penampilan atlit. Oleh karena itu, pelatih harus mengarahkan pemikiran atau ungkapan atlit supaya tetap positif, karena pemikiran atau ungkapan atlit yang positif memberikan dampak positif terhadap pencapaian prestasi yang ingin dicapai. Rushall (2008: 8.20) menjelaskan bahwa ungkapan positif harus sering digunakan untuk memotivasi diri,mengatasi beban latihan, mengevaluasi tujuan, serta mempertahankan pendekatan positif dalam performa kompetitif. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Prestasi

Pasal 27

(1)Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.

27

(2)Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah.

(3)Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh pelatih yang memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi yang dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(4)Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dengan memberdayakan perkumpulan olahraga, menumbuhkembangkan sentra pembinaan olahraga yang bersifat nasional dan daerah, dan menyelenggarakan kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan.

(5)Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melibatkan olahragawan muda potensial dari hasil pemantauan, pemanduan, dan pengembangan bakat sebagai proses regenerasi.

Dokumen terkait