• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. URAIAN TEORITIS

2.3. Kebijakan Moneter Dalam Pembangunan

Untuk memudahkan analisa permasalahan pengendalian inflasi dalam perspektif kebijakan moneter, maka penulis terlebih dahulu akan memabahas secara singkat berkaitan dengan pengertian moneter dan inflasi ini. Mengatakan kebijakan moneter (monetary policy) adalah suatu pengaturan di bidang moneter yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang dan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Inflasi adalah merupakan suatu proses dimana nilai uang semakin turun, dan untuk mengatasinya harus diperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan uang. Penyebab perubahan nilai uang dipengaruhi oleh tiga factor yaitu M, V dan T. factor M dan V adalah vaktor uang, sedangkan factor T adalah factor jumlah barang yang diperdagangkan. Kenaikan harga atau adanya inflasi disebabkan oleh

naiknya M dan V, ataupun mungkin karena kenaikan T tidak sebanding dengan kenaikan kedua factor M dan V. untuk mengatasi inflasi ini dapat dilakukan dengan mengurangi M atau V atau pula dengan menaikkan T.

Cara-cara mengatasi inflasi dengan kebijaksanaan moneter sebagian besar sebenarnya berhubungan dengan politik bank sentral. Tujuanyya adalah untuk mengurangi pengeluaran dari masyarakat seluruhnya.

Bank sentral dapat menyempitkan pemberian kredit atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalm masyarakat dengan 3 cara, yaitu :

1. Politik Diskonto

Keinginan dari orang-orang atau badan-badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada badan-badan kredit berhubungan erat dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankan dan besarnya bunga yang harus dibayar dari modal yang dipinjam. Jika bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan tertahannya aktivitas yang besar yang pembiayaannya didasarka atas pinjaman dari badan kredit. Dengan demikian jika bank sentral menetapkan bunga kredit yang tinggi maka akan menyebabkan bank-bank umum mengurangi pinjamannya dari bank sentral. Hal ini akan menyebabkan pinjaman kemasyarakatpun akan berkurang dari bank-bank umum atau badan-badan kredit, yang berarti akan mengurangi tekanan inflasi.

2. Politik Pasar Terbuka

Salah satu cara umum yang dipergunakan untuk mengatasi inflasi oleh Bank Sentral adalah dengan mengadakan Politik Pasar Terbuka. Politik pasar terbuka yang digunakan untuk mengatasi inflasi ini kadang-kadang disebut juga sabagai “tight money policy”. Dengan kebijakan ini diharapkan bank sentral diharapkan akan menjual

surat-surat berharga seperti obligasi kepada masyarakat. Karena penjualan surat-surat-surat-surat berharga ini ditujukan pula kepada bank-bank umum maka hal ini mengakibatkan berkurangnya uang dari tangan masyarakat dan juga dari bank-bank tersebut.

3. Menaikkan Cash Ratio

Cash Ratio adalah perbandingan antara uang tunai bank-bank ditambah dengan dmand deposit pada bank sentral terhadap demand deposit daripada masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Menaikkan cast ratio daripada bank-bank dagang merupakan suatu tindakan anti inflasi, oleh karena hal ini selain mengurangi reserve yang berlebihan dari bank, juga dapat mengurangi kemungkinan memenuhi permintaan kredit daripada masyarakat.

Selain dari kebijaksanaan moneter usaha untuk mengatasi masalah inflasi dapat juga dilakukan dengan suatu kebijaksanaan fiscal, yaitu:

1. Penurunan Pengeluaran Pemerintah

Ada 2 sektor yang manimbulkan inflasi yaitu sector pemerintah dan sector swasta. Dalam mempengaruhi sector pengeluaran sector swasta ini dapat dilakukan dengan kebijaksanaan moneter. Tetapi upaya pengeluaran tersebut benar-benar dapat dikurangi kebijaksanaan tersebut harus dibarengi dengan kebijaksanaan fiscal berupa pengeluaran pemerintah, untuk bias menetralisir kenaikan pengeluaran swasta sehingga pengeluaran agregat dalam perekonomian bias dikendalikan.

2. Menaikkan Pajak

Dalam keadaan dimana dalam perekonomian jumlah uang beredar terlalu besar, sehingga menyebabkan terjadinya inflasi, sehingga dengan mengurangi jumlah uang beredar dengan jalan menaikkan pajak dapat mengurangi tingkat inflasi tersebut. Dengan

adanya kenaikkan pajak, berarti penghasilan seseorang akan berkurang oleh karena sebagian dari penghasilannya itu dalam bentuk pajak diberikan kepadapemerintah.

3. Mengadakan Pinjaman Pemerintah

Suatu cara untuk mengatasi masalah inflasi yang cukup efektif adalah dengan mengadakan pinjaman pemerintah, terutama pinjaman paksaan. Hal ini juga dianjurkan oleh Keynes dalam rencananya untuk membiayai peperangan, yaitu sebagian dari gaji pegawai dan buruh dipotong untuk disimpan menjadi pinjaman pemerintah selama jangka waktu yang ditentukan.

Kebijaksanaan Non-Moneter, Non-Fiskal juga merupakan kebijakan untuk menanggulangi inflasi, Kebijaksanaan Non-Moneter, Non-Fiskal yang ditujukan untuk mengatasi inflasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

1. Menaikkan hasil produksi

Salah satu cara untuk menaikkan nilai uang adalah dengan cara menaikkan T, yaitu menaikkan produksi. Cara ini cukup efektif karena inflasi pada dasarnya terjadi karena kenaikkan jumlah barang yang diperdagangkan tidak seimbang dengan banyaknya uang yang beredar di masyarakat. Untuk bias mencapai tujuan tersebut terutama dapat dilakukan dengan pengelolaan factor-faktor produksi pada kapasitas penuh, atau dengan jalan “reallocation of recources”, artinya menaikkan hasil barang yang sejenis dengan jalan menarik sebagian factor-faktor produksi dari sector lain untuk menghasilkan barang yang persediaannya sangat terbatas atau dapat juga dilakukan dengan cara system pemberian prioritas atau dengan memberikan subsidi atau bantuan kepada sector produksi yang sangat sensitive terhadap inflasi.

2. Kebijaksanaan upah

Kebijaksanaan ini menyangkut tidak dinaikkannya upah/ gaji. Setidak tidaknya kenaikkan gaji dapat dilakukan hanya apabila produktivitas umum bertambah. Jadi sejalan dengan naiknya hasil produksi para pekerja upah boleh dinaikkan sebanding dengan peningkaan produktivitas tersebut. Hal ini dapat juga dilakukan dengan menganjurkan kepada orghanisasi-organisasi buruh agar mereka tidak melakukan tuntutan kenaikkan upah.

3. Pengawasan harga dan distribusi barang-barang

Kecenderungan naiknya harga barang-barang dapat pula diatasi melalui penetapan dan pengawasan harga oleh pemerintah dengan sangsi yang cukup berat. Pengawasan harga oleh pemerintah sering kemudian menimbulkan pasar gelap. Dan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya pasar gelap, pemerintah dapat mendistribusikan barang kebutuhan masyarakat, sebagaimana dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan didirikannya Bulog. Namun menurut Keynes cara ini tidak akan menghasilkan suatu keseimbangan antara permintaan dan penawaran.keynes lebih setuju jika pengendalian inflasi dilakukan dengan cara pemajakan dan simpanan paksaan untuk mengurangi daya beli masyarakat.

2.4. PENGANGGURAN

1. Pengertian Pengangguran

Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran. Sebagai contoh, seorang ibu rumah tangga yang tidak ingin bekerja karena ingin mengurus keluarganya tidak tergolong sebagai pengangguran.

2. Sebab dan Akibat Buruk Pengangguran a. Sebab Pengangguran

Factor utama yang menyebabkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh keuntungsn. Keuntungan tersebut hanya akan dapat di peroleh apabila para pengusaha dapat menjual barang yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan semakin banyak barang dan jasa yang mereka wujudkan. Kenaikkan produksi yang dilakukan akan menambah penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian terdapat perhubungan yang erat diantara tingkat pendpatan nasional yang dicapai dengan menggunakan tenaga kerja yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan nasional semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian.

Pada umumnya pengeluaran agregat yang terwujud dalam perekonomian adalah lebih rendah dari pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan permintaan agregat ini adalah factor penting yang menimbulkan pengangguran.

Selain pernyataan diatas, ada beberapa factor-faktor lainnya yang menyebabkan pengangguran, yaitu :

1. Factor pendidikan

keterampilan.

2. Faktor Pembangunan

Dimana adanya anggapan bahwa pemerintah mengalami kegagalan dalam melakukan pembangunan disuatu Negara, padahal pemerintah merupakan agen of change yang seharusnya melaksanakan perubahan-perubahan.

3. Sikap Pekerja

Dimana mereka tidak lagi berjuang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dasar mereka masing-masing tetapi berjuang menuntut persamaan hak terkadang sehingga mereka lebih baik memilih menganggur daripada bekerja.

Disamping factor-faktor lain yang menimbulkan pengangguran adalah : 1. Menganggur karena ingin mencari pekerjaan yang jauh lebih baik

2. Pengusaha menggunakan peralatan produksi moderen yang mengurangi penggunaan tenaga kerja

3. Ketidaksesuaian diantara keterampilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang diperlukan dalam industri-industri

b. Akibat buruk pengangguran

Salah satu factor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat pengangguran tenaga kerja panuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat., dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai.

Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan beberapa masalah ekonomi dan social kepada yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan

para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Disamping itu juga mereka dapat menggangu taraf kesehatan keluarga. Pengangguran yang berkepanjangan menimbulkan efek psikologis yang buruk keatas diri penganggur dan keluarganya.

Apabila keadaan pengangguran di suatu Negara adalah buruk, kekacauan politik dan social selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk pada kesejahteraan masyarakat dan prospek pengangguran ekonomi dalam jangka panjang.

Nyatalah masalah pengangguran adalah masalah yang sangat buruk efeknya kepada perekonomian dan masyarakat. Dan oleh sebab-sebab itu secara terusmenerus usaha-usaha harus terus dilakukan untuk mengatasinya.

3. Macam-macam Pengangguran

1. Pengangguran Struktural

Pengangguran structural adalah pengangguran yang terjadi karena adanya structural perekonomian, sebagai akibat dari gelombang conjungtur ( pasang surutnya perekonomian ), atau didunia pertanian produksi kurang sehingga menimbulkan terjadinya pengangguran.

2. Pengangguran Frictionil

Pengangguran Frictionil adalah pengangguran yang terjadi karena pada disuatu pihak disuatu lapangan pekerjaan terjadi pergeseran .

3. Pengangguran Seasonal

tertentu tidak dibutuhkan lagi tenaga tersebut. Ada 2 macam pengangguran musiman ini yaitu :

a. Natural

b. Artificial (buatan)

4. Pengangguran Potential

Pengangguran Potential,missal penemuan takhnik baru dalam pertanian akan menimbulkan pengangguran. Dimana tenaga penganggur ini adalah potential.

4. Upaya Mengatasi Pengangguran

Masalah pengangguran ini juga terjadi di Indonesia, tingginya jumlah pengangguran tentunya juga akan membawa pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi makro Indonesia. Pemerintah telah menargetkan dan mengupayakan adanya peningkatan aktifitas ekonomi di Indonesia. Dilihat secara ekonom biasanya menganalisis pertumbuhan ekonomi dengan melihat menggunakan Produk Nasional, yakni :

 Untuk konsumsi masyarakat ( C )

 Investasi ( I )

 Pengeluaran Pemerintah ( G )

 Ekspor ( X )

Dikurangi dengan Impor ( M ) atau disebut Ekspor Netto

Pernyataan ini sering disebut dibuat dengan sebuah persamaan identitas, yaitu Y = C + I + G + ( X – M )

termasuk kedunia industri, diantaranya inflasi akan mempengaruhi biaya produksi sehingga akan menyebabkan kenaikkan harga pokok produksi dan harga jual barang ataupun jasa. Naiknya harga di dua kelompok harga ini akan berpengaruh pada biaya angkutan barang ataupun orang, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga jual barang. Pengaruh-pengaruh ini mempunyai efek domino,yang akan terus melebar pada berbagai harga lainnya.

Proses kenaikkan harga ini tidak berjalan sekali tetapi berkali-kali sehingga persentase kenaikkan harga barang ataupun jasa akan lebih besar dari persentase kenaikkan harga BBM maupun listrik. Semua kenaikkan harga-harga ini tentu akan dipikul oleh konsumen, akhirnya masyarakat akan berupaya sendiri untuk mempertahankan hidupnya.

Komponen lain yang kurang mendapat perhatian adalah Investasi ( I ). Hal ini berkaitan dengan adanya penutupan perusahaan asing. Akibat hal ini juga beberapa rencana investasi dalam negeri justru akan semakin terganggu akibat hal itu. Hengkangnya beberapa perusahaan modal asing di Indonesia tersebut dan juga terhambatnya rencana investasi dari dalam negeri tentunya akan menyebabkan masalah baru yaitu masalah pengangguran.

Hilangnya daya dorong investor untuk berinvestasi akan mempersulit Indonesia memperkecil jumlah penganggur yang ada pada saat ini. Disamping mempengaruhi perekonomian masyarakat dan tingkat kesejahteraan rakyat adalah sangat potensial mengganggu stabilitas social dan keamanan.

Dokumen terkait