• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Moneter :

Dalam dokumen Internal dan Eksternal Monetary Shock Te (Halaman 23-35)

Kebijakan moneter menjadi salah satu aspek penting dari perkembangan ekonomi suatu negara yang semakin terbuka. Keterbukaan tersebut, tentu akan

LM1 LM2

IS

Nilai tukar(e)

Pendapatan, output,Y Sumber : Mankiw (2003: 297)

membawa konsekuensi pada perencanaan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi makro termasuk kebijakan moneternya. Hal ini karena kebijakan moneter mempunyai pengaruh terhadap perdagangan internasional dan investasi domestik yang kemudian akan mempengaruhi perekonomian dalam dan luar negeri.

Ada beberapa definisi tentang kebijakan moneter. Menurut Warjiyo, (2004:116) Kebijakan moneter merupakan kebijakan Bank Indonesia dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Sedangkan definisi kebijakan moneter menurut Mischin adalah manajemen tentang uang dan suku bunga untuk mempengaruhi perekonomian. Tujuan dasar yang ingin dicapai oleh Bank Sentral (Mischin,2003:454-457), yaitu antara lain (1) pertumbuhan ekonomi / economic growth (2) kestabilan harga / price stability (3) Kesempatan kerja yang tinggi / high employment (4) Stabilitas suku bunga / interest stability (5) Stabilitas pasar keuangan / stability of financial market (6) Stabilitas nilai tukar / stability in foreign exchange rate.

Definisi lain diungkapkan oleh Tony Cavoly dan Ramkishen S. Rajan (2005), yang menyatakan bahwa :

“Monetary policy is how instrument of monertary policy is to be changed given the characteristics of the macro economy and the policy objectives of the monetary authority. Monetary policy implicitly assumes that the instrument of monetary policy will always react strongly to inflation (or some forecast of future inflation).Monetary policy provides a guide to the policymaker as to how to manipulate the instrument of monetary policy;

the inflation target simply makes a statement of what the instrument is being ultimately used for.

Secara umum, ada dua kebijakan moneter yang dilaksanakan sesuai dengan siklus kegiatan bisnis (bussiness cycle) yaitu pertama, kebijakan moneter ekspansif, yang ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi yang sedang mengalami resesi berkepanjangan. dan kedua kebijakan moneter kontraktif, yang ditujukan untuk memperlambat laju inflasi yang umumnya terjadi pada saat kegiatan perekonomian sedang mengalami boom.

Kebijakan moneter dalam perekonomian terbuka adalah kebijakan moneter yang telah memperhitungkan perilaku ekonomi pada saat hubungan perdagangan dan keuangan antar negara-negara di dunia terintegrasi. Semakin besar transaksi perdagangan dan keuangan internasional, maka semakin besar pula aliran dana yang keluar masuk pada negara yang bersangkutan, sehingga akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar, suku bunga, nilai tukar yang pada tahap akhir akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Besarnya pengaruh aliran dana luar negeri tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem nilai tukar dan sistem devisa yang dianut. Berikut adalah uraian dari sistem nilai tukar dan sistem devisa yang secara umum diterapkan :

 Sistem Nilai Tukar

Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relative dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Secara umum ada tiga sistem nilai tukar (Warjiyo:2004, 69-71)., yaitu :

1. Sistem nilai tukar tetap / Fixed Exchange Rate:

Yaitu penetapan nilai tukar mata uang terhadap mata uang negara lain pada suatu nilai tertentu yang tidak berubah dalam periode waktu tertentu. Kelebihan system ini adalah adanya kepastian nilai tukar bagi pasar. Namum disisi yang lain, kelemahan dari system ini adalah dibutuhkannya cadangan devisa yang besar. Hal ini karena Bank Sentral harus mempertahankan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan. Selain itu system ini juga mendorong dunia usaha untuk tidak melakukan perlindungan pada nilai valuta asingnya bila terjadi perubahan nilai tukar. Pada umumnya, system nilai tukar tetap diterapkan oleh negara yang mempunyai cadangan devisa besar dengan system devisa yang relative terkontrol.

2. Sistem Nilai Tukar Mengambang terkendali / Managed Floating Exchange Rate:

Adalah system nilai tukar dimana Bank Sentral menetapkan batasan pergerakan nilai tukar pada suatu kisaran tertentu. Nilai tukar dibiarkan sesuai dengan mekanisme pasar selama masih berada dalam batas kisaran intervensi, tetapi akan dikontrol oleh pemerintah ketika keluar dari batas kisaran intervensi. Intervensi pemerintah atas nilai tukar terjadi ketika pemerintah membeli atau menjual valuta asing untuk mempengaruhi kurs. 3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas / Free Floating Exchange Rate:

Pada sistem nilai tukar mengambang bebas, pergerakan nilai tukar murni berasal dari permintaan dan penawaran (Samuelsen.2001:319). Intervensi

yang dilakukan oleh pemerintah tidak diarahkan pada pencapaian target nilai tukar pada suatu kisaran tertentu, tetapi diarahkan untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar. Kelebihan system ini adalah tidak diperlukannya cadangan devisa yang besar karena Bank Sentral tidak harus mempertahankan nilai tukar pada suatu kisaran tertentu. Sedangkan kelemahan sistem ini adalah adanya resiko ketidakpastian pada dunia usaha akibat berfluktuasinya nilai tukar. Sistem ini umumnya banyak diterapkan pada negara yang mempunyai cadangan devisa yang relative kecil sedangkan sistem devisa yang dianut cenderung bebas.

 Sistem Devisa,

Devisa merupakan asset keuangan yang digunakan dalam transaksi internasional. Secara umum ada tiga sistem devisa, yaitu :

1. Sistem Devisa terkontrol :

Devisa pada dasarnya adalah milik negara, sehingga perolehan devisa harus diserahkan kepada negara, sedangkan penggunaan devisa harus mendapatkan izin dari pemerintah.

2. Sistem Devisa semi terkontrol :

Pada sistem ini, kewajiban penyerahan dan izin penggunaan devisa dari negara hanya diterapkan untuk jenis devisa tertentu, sedangkan untuk jenis devisa lainnya, masyarakat bebas untuk memperoleh dan menggunakannya.

Masyarakat bebas untuk memperoleh dan menggunakan devisa. 2.1.2.1 Tujuan dan Target kebijakan Moneter :

a. Stabilitas Harga (Price Stability):

Strategi kebijakan moneter diarahkan secara konsisten pada kestabilan harga melalui pencapaian target inflasi jangka panjang. Stabilitas harga dapat dilihat dari dua hal (Svensson,1999), yaitu : (1) Consumer Price Index,yang mencerminkan tingkat inflasi atau biaya rata-rata kebutuhan pokok konsumen, dan (2) Level Inflasi, dengan menggunakan dua acuan yaitu point target dan mid point of the target range.

Ada beberapa alasan mengapa kestabilan harga diperlukan dalam pembangunan ekonomi. Yaitu karena inflasi menyebabkan sejumlah biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat, antara lain (Blanchard, 2000: 535-536) :

1. Money Ilution : Kekayaan seseorang menjadi berkurang akibat adanya inflasi (Nominal versus Real Money), sehingga menimbulkan dampak negatif pada distribusi pendapatan. Masyarakat berpendapatan rendah menanggung biaya inflasi dengan turunnya daya beli mereka, sedangkan masyarakat menengah ke atas memiliki aset finansial seperti tabungan dan deposito yang dapat melindungi kekayaan mereka dari inflasi.

2. Inflation Variability : Timbulnya ketidakpastian / uncertainty akibat semakin banyaknya variabel inflasi. Hal ini berarti bahwa aset finansial seperti obligasi dan saham menjadi lebih berisiko. Iklim perekonomian

yang tidak pasti, menyebabkan investor domestik dan asing enggan untuk berinvestasi, sehingga akan mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi. 3. Shoe-Leather Cost : Dalam jangka pendek, inflasi yang tinggi

menyebabkan tingkat suku bunga nominal meningkat. Hal ini dilakukan oleh bank agar nasabahnya tetap menyimpan uangnya di bank, tetapi disisi lain, hal ini mengakibatkan bunga kredit akan naik, sehingga para pelaku ekonomi enggan untuk berinvestasi.

4. Tax Distortion : Semakin tinggi inflasi maka semakin tinggi pajak.

5. Inflasi menyebabkan eksport lebih mahal dan tidak kompetitif dalam pasar regional dan dunia. Hal ini menyebabkan neraca pembayaran semakin terpuruk dan meningkatkan hutang sehingga menimbulkan ketergantungan pada negara lain (pemberi bantuan).

6. Ketidakstabilan perekonomian, yang tercermin dari tingginya volatilitas nilai tukar, tidak stabilnya pasar keuangan, serta tingginya sensitivitas aliran modal.

Inflasi terjadi melalui 2 cara, yaitu : 1. Demand Pull Inflation :

Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan. Bila permintaan agregat meningkat maka menyebabkan kurva permintaan bergeser kekanan sehingga harga naik.

Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya faktor produksi, seperti kenaikan harga faktor produksi, seperti kenaikan harga minyak, kenaikan upah tenaga kerja,devaluasi atau depreciasi mata uang yang meningkatkan harga import, pajak tidak langsung.

Gambar 2.8

Kurva Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation

Demand Pull Inflation Cost Push Inflation b. Kenaikan Output (Gross Domestik Product / GDP).

Pertumbuhan ekonomi menurut Blanchard (2000:190) didefinisikan sebagai kenaikan dalam agregat output dari barang atau jasa yang pada umumnya diukur dengan Produk Domestik Bruto. Pertumbuhan ekonomi ini bisa dicapai melalui perbaikan dalam bidang kuantitas dan kualitas dalam faktor produksi, seperti tanah, tenaga kerja, modal dan skill.

c. Stabilitas Suku Bunga (Interest Rate Stability) :

Stabilitas dalam suku bunga adalah hal yang sangat penting, karena fluktuasi dalam suku bunga menyebabkan ketidakpastian dalam perekonomian.

Sehingga dalam implementasi kebijakan moneter Bank Indonesia menggunakan pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Definisi bunga menurut Samuelsen dan Nordhauss (2002: 514) adalah “ the payment made for the use of money”,sedangkan suku bunga adalah “the amount of interest paid per unit of time expressed as a percentage of the amount borrowed…”. dan tingkat bunga adalah “the price of borrower must pay to secure scarce loanable funds form a lender for an agreed upon time period”.

Secara umum suku bunga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pertama, suku bunga nominal, yaitu tanpa ada penyesuaian terhadap inflasi, dan kedua, suku bunga riil, yang sudah disesuaikan dengan tingkat inflasi. Fisher merumuskan suku bunga nominal dan riil dalam persamaan berikut ini :

i = r + π atau i = r - π Dimana :

i : Tingkat bunga nominal r : Tingkat bunga riil π : Tingkat inflasi

d. Stabilitas Pasar Keuangan / stability of financial market :

Pasar keuangan mempunyai peran penting dalam mendukung suatu perekonomian yang diinginkan. Pasar keuangan adalah suatu pasar yang menghubungkan pihak yang kelebihan dana dengan pihak-pihak yang

membutuhkan dana, sehingga melalui proses ini akan tercipta suatu efisiensi ekonomi. Sistem keuangan yang efektif dan efisien memberi sumbangan terhadap terciptanya suatu makroekonomi yang stabil.

2.1.2.3 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter.

Kebijakan moneter menjadi salah satu aspek penting untuk menunjang perkembangan ekonomi suatu negara. Hal ini karena kebijakan moneter sebagai usaha dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada tingkat inflasi yang diinginkan. Kebijakan moneter yang ditempuh tersebut dipengaruhi oleh suatu proses tentang bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Proses tersebut biasa dikenal dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter yang pada awalnya mengacu pada peranan uang dalam perekonomian (Direct Monetary Channel). Dalam perkembangan selanjutnya, mekanisme transmisi kebijakan moneter juga terjadi melalui 5 jalur lainnya (Warjiyo, Agung, 2002:9-20 dan Cavoly,2005 ), yaitu :

a. Interest Rate Channel :

Bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan suku bunga. Dalam kebijakan moneter Ekspansif : M↑→ ir↓→I↑→Y↑

Skema :

Kebijakan Moneter

JUB

b. Exchange Rate Channel :

Bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi perkembangan penawaran dan permintaan agregat, selanjutnya output dan harga. Dalam kebijakan moneter Ekspansif : M↑→ ir↓→E↓→NX ↑→Y ↑. Skema :

c. Other Asset Price Channel :

Bahwa kebijakan moneter berpengaruh pada perubahan harga aset dan kekayaan masyarakat, yang selanjutnya mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi.

Dalam kebijakan moneter Ekspansif : M↑→ ir ↓→P aset ↑→ I ↑→ Y ↑.

Skema :

d. Credit Channel :

Bahwa kebijakan moneter mempengaruhi harga dan output melalui kredit perbankan. Jalur : (1). Bank Lending Channel yang menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kredit karena kondisi keuangan bank, dan (2). Firm Balance sheet Channel Channel yang menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kredit karena kondisi keuangan bank. Skema :

Kebijakan moneter

Nilai tukar Harga relatif import Harga

Permintaan agregat JUB

Kebijakan Moneter

JUB

Suku bunga Biaya Modal Investasi / konsumsi

Kebijakan Moneter Liabilities Bank Ketersediaan

Kredit Bank JUB

e. Expectation Channel :

Bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi pembentukan ekspektasi inflasi dan kegiatan ekonomi. Dalam kebijakan moneter Ekspansif : M↑→ P(Inflasi) ↑→ Ekspektasi Inflasi ↑. Skema :

2.1.2.4 Kerangka Operasional Kebijakan Moneter.

Kerangka operasional kebijakan moneter meliputi instrument, sasaran operasional,dan sasaran antara untuk mencapai sasaran akhir yang diinginkan. Instrument digunakan untuk mempengaruhi sasaran operasional yang ditetapkan, sedangkan sasaran operasional diperlukan agar proses transmisi berjalan sesuai dengan rencana. Akibat adanya tenggat waktu antara pelaksanaan kebijakan moneter dan hasil pencapaian sasaran akhir, maka diperlukan sasaran antara untuk mengetahui pergerakan ekonomi dan inflasi kedepan serta respon kebijakan moneter yang diperlukan.

Gambar 2.8

Suku Bunga /

Harga Saham Nilai Bersih Perusahaan Pemberian Kredit Bank

Investasi

Kebijakan Moneter

JUB

Ekspektasi inflasi / kegiatan ekonomi

Kerangka Opersional Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Sumber: Warjiyo. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (2004).

Dalam dokumen Internal dan Eksternal Monetary Shock Te (Halaman 23-35)

Dokumen terkait