• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pemerintah dalam Mewujudkan Indonesia Menjadi Lumbung Pangan

Dalam dokumen Institut Teknologi Sepuluh Nopember COVER (Halaman 17-0)

BAB III PEMAPARAN FAKTA DAN DATA

3.6 Kebijakan Pemerintah dalam Mewujudkan Indonesia Menjadi Lumbung Pangan

11

dengan mengatasi kendala teknis di lapangan, dengan menjaga kesiapan dukungan infrastruktur serta sarana dan prasarana serta permodalan dalam produksi pangan untuk mengatisipasi dinamika lingkungan strategis (termasuk perubahan iklim) yang mempengaruhi proses produksi pertanian

f. Melanjutkan dan mendorong lebih kuat sinergi antarsektor dan subsektor dalam mewujudkan swasembada pangan yang telah dicapai g. Mewariskan semangat kerja keras untuk swasembada pangan dan

mewujudkan kedaulatan pangan pada generasi selanjutnya secara berkesinambungan

h. Menjaga political will pemerintah dalam swasembada pangan dan kedaulatan pangan pada masa pemerintahan sekarang dan akan datang, melalui dukungan berbagai kebijakan yang nyata dan positif

i. Meningkatkan SDM pertanian secara nyata dan berkesinambungan j. Menciptakan, mengembangkan, dan memanfaatkan inovasi teknologi

pertanian secara konsisten untuk mengatasi kelemahan, menjawab tantangan, memanfaatkan peluang, dan mengantisipasi ancaman dalam pembangunan pertanian

k. Mendorong peningkatan ekspor komoditas unggulan dan potensial serta menekan impor komoditas non-unggulan untuk meningkatkan arus masuk devisa yang dapat berkontribusi dalam pembiayaan pembangunan

l. Meningkatkan daya tarik investasi di bidang pertanian, baik di hulu maupun hilir

3.6 Kebijakan Pemerintah dalam Mewujudkan Indonesia Menjadi Lumbung Pangan Dunia 2045

12

Di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, konsep swasembada pangan direfleksikan sebagai upaya penyediaan pangan melalui peningkatan kapasitas produksi di dalam negeri untuk memperkuat ketahanan pangan dan daya saing pangan dalam rangka mencapai kedaulatan pangan. Konsep ini selanjutnya dimaknai sebagai upaya mewujudkan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045. Artinya, dalam konsep swasembada pangan menurut Presiden Joko Widodo, di samping upaya memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri (swasembada pangan) secara berkelanjutan, juga ditujukan untuk memperkuat daya saing pangan nasional sehingga mampu memanfaatkan peluang ekspor pangan ke pasar global.

Terdapat 5 tahapan dalam mewujudkan Indoneisa menjadi lumbung pangan dunia, yaitu :

a. Pencapaian swasembada pangan yang mampu memenuhi minimal 90%

dari kebutuhan domestik, terutama pangan strategis

b. Penciptaan daya saing produk/komoditas, terutama terkait kualitas dan spesifikasi produk, harga, efisiensi hulu-hilir, dan profit

c. Maksimalisasi produksi pangan strategis (produksi melimpah dan stabil) untuk memenuhi kebutuhan domestik lebih dari 100%, terciptanya rantai pasok, dan tersedianya komoditas sebagai cadangan untuk kebutuhan intervensi dan bencana

d. Melakukan ekspor setelah terpenuhinya kebutuhan domestik dan selebihnya menjadi target ekspor melalui pengembangan pangsa pasar dunia. Dalam konteks ini, nilai tambah ekspor sebagai akumulasi keberhasilan tahapan sebelumnya

e. Terciptanya lumbung pangan dunia dengan mempertahankan ekspor secara berkelanjutan guna menjamin tercapainya kesejahteraan petani Realisasi strategi pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045 saat ini adalah dengan menetapkan wilayah Kalimantan Tengah, tepatnya Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas sebagai lokasi program Food Estate.

13

BAB IV REKOMENDASI

4.1 Penyikapan dari Sisi Perencanaan

Sebagai seorang perencana, masalah yang berkaitan lahan merupakan masalah berprioritas strategis yang perkembangannya bisa sangat dinamis. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang optimal dalam mengelola dan merencanakan lahan pertanian yang ada sehingga bisa memaksimalkan potensi swasembada pangan itu sendiri.

Terdapat beberapa hal yang bisa ditempuh dari sisi perencanaan demi terwujudnya swasembada pangan di Indonesia, diantaranya :

a. Memaksimalkan RTRW sebagai alat pengendali penataan ruang

RTRW menjadi sangat krusial terhadap administrasi pertanahan sesuai peruntukannya. Diperlukan sinergi dan antara instansi terkait serta masyarakat sebagai objek implementasi RTRW, karena pelaksanaan RTRW tidak akan berhasil apabila tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat sebagai pelaku produk perencanaan tersebut.

Dengan diimplementasikannya RTRW sesuai pengaturannya, diharapkan kontrol akan alih fungsi lahan dapat lebih terestriksi serta teratur dalam perubahan konversinya.

b. Pembenahan sumber daya manusia di bidang pertanian

Apabila kita berbicara mengenai pengelolaan lahan dan produktivitas pertanian yang optimal, maka kita tidak boleh melupakan sumber daya yang bergerak di bidang tersebut. Pengembangan sumber daya menjadi suatu urgensi dan dapat dikatakan sebagai sebuah investasi jangka panjang. Pengembangan sumber daya dapat berbasis pengembangan pendidikan, kompetensi, dan kecakapan adaptasi petani.

14

c. Pencerdasan mengenai dampak penataan ruang

Masih banyak orang Indonesia yang bekum mengetahui pentingnya perencanaan dalam penataan ruang. Oleh karena itu, perlu diberlakukan suatu sistem sosialisasi yang informatif dan terpadu khususnya kepada masyarakat, petani, serta pengembang (developer).

d. Pogram pemberian insentif oleh pemerintah

Pemberian insentif tidak semata hanya memberikan bantuan berupa modal, tapi juga insentif kepastian produk komoditas pertanian serta insentif pemotongan atau pembebasan pajak tanah sawah.

e. Penerapan teknologi tepat guna

Dengan lahan pertanian yang semakin sempit, maka teknologi menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Penggunaan teknologi yang tepat seperti penggunan bibit varietas unggul, alat mesin pertanian (alsintan), digitalisasi e-catalog, sampai penggunaan Internet of Things (IoT) seperti pemetaan dengan citra satelit untuk mengetahui kebutuhan lahan diharapkan bisa memaksimalkan produktivitas juga meminimalisir gagal panen.

15

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Irawa, Bambang dan Ening Ariningsih. 2015. Dinamika Kebijakan dan Ketersediaan Lahan Pertanian. Jakarta:IAARD PRESS Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian

Subdirektorat Statistik Demografi. 2018. Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 Hasil SUPAS 2015 (Edisi Revisi). Jakarta:BPS RI

Kariyasa, Ketut dkk. 2019. Statistik Lahan Pertanian Tahun 2014-2018. Jakarta:Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal – Kementerian Pertanian Republik Indonesia

Amran Sulaiman, Andi dkk. 2018. Kebijakan Penyelamat Swasembada Pangan.

Jakarta:IAARD PRESS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jurnal

Purwanti, Tari. 2018. Petani, Lahan dan Pembangunan: Dampak Alih Fungsi Lahan terhadapKehidupan Ekonomi Petani. UMBARA Indonesian Journal of Anthropology Volume 3 (2) Desember 2018 (eISSN 2528-1569). Bandung:Universitas Padjajaran

Mulyani, Anni, Dedi Nursyamsi, dan Muhammad Syakir. 2017. Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Lahan untuk Pencapaian Swasembada Beras Berkelanjutan. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 11 No. 1 (2017) (ISSN 1907-0799). Bogor:Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Kementrian Pertanian

Yoga Prasada, I Made, Tia Alfina Rosa. 2018. Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap Ketahanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 14, No. 3, Oktober 2018. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada

16

Janah, R, B. T. Eddy, dan T. Dalmiyatun. 2017. Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya terhadap Kehidupan Penduduk di Kecamatan Sayung kabupaten Demak.

Agrisocionomics:Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Vol. 1, No. 1 (2017).

Semarang:Universitas Diponegoro

Pareke, JT. 2017. Harmonisasi Pelaksanaan Pengaturan Penataan Ruang Kawasan Perdesaan dalam Konsep Tiga Kesatuan Perlindungan Berkelanjutan. AL IMARAH:Jurnal Pmerintahan dan Politik Islam Vol. 2, No. 1 (2017). Bengkulu:Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Dewei, Ika Arsianti. 2011. Analisis Efektivitas Tata Ruang sebagai Instrumen Pengendali Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Menjadi Penggunaan Lahan Non Pertanian di Kabupaten Bekasi. Masters Thesis. Bogor:Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor

Suhendrata, Tota. 2008. Peran Inovasi Teknologi Pertanian dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah untuk Mendukung Ketahanan Pangan. IPB University Scientific Repository Proceedings. Bogor:Institut Pertanian Bogor

Jati, Lusi Aulia. 2020. Analisis Penerapan IoT untuk Meningkatkan Produktivitas Pangan Masyarakat Daerah Lampung di Era Industri 4.0. Jurnal Sains, Prodi Matematika.

Lampung:Institut Teknologi Sumatera

Septiadi, Ahmad Fattaa. 2018. Analisis Daya Dukung Lahan Pangan untuk Beras di Kabupaten Jepara. Undergraduate Thesis. Semarang:Universitas Diponegoro

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 207 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Situs

17

Handayani,S dan F Nurdiana. 2003. Aspek Kependudukan vs Ketahanan Pangan.

http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/F10727/Aspek%20Kependud ukan%20vs%20Ketahanan.htm

Katadata.com. 2020. Badan Pusat Statistik (BPS)/Proyeksi Penduduk Indonesia.

https://databoks.katadata.co.id/series?id_kategori=551#

Wikan Prasetya, Anggara. 2020. Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Ini Inovasi dan

Modernisasi yang Dilakukan Kementan.

https://money.kompas.com/read/2020/06/26/173509626/tingkatkan-produktivitas-pertanian-ini-inovasi-dan-modernisasi-yang-dilakukan?page=all

Pertanian.go.id. Swasembada Pangan Suatu Keharusan.

https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=2496#:~:text=Swasembada%

20Pangan%20Suatu%20Keharusan,-Swasembada%20pangan%20menjadi&text=Ketersediaan%20pangan%20dalam%20jumlah%

20yang,pemerintahan%20untuk%20dapat%20mencapai%20swasembada.

Dalam dokumen Institut Teknologi Sepuluh Nopember COVER (Halaman 17-0)

Dokumen terkait