• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pemerintah

Dalam dokumen 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Model Input Output (Halaman 29-34)

5. Intensitas persaingan

2.4 Kebijakan Pemerintah

Kebijakan adalah kebutuhan, nilai atau kesempatan yang tidak terealisir namun dapat diatasi melalui tindakan publik. Dan tindakan publik dipacu, didorong, dan dikondisikan oleh aksi kebijakan pemerintah. Namun secara substansial, masalah kebijakan itu sendiri pada dasarnya merupakan serangkaian konstruksi mental atau konseptual yang diabstraksikan dari situasi masalah oleh para pelaku kebijakan. Kebijakan dapat dibedakan menjadi kebijakan publik dan kebijakan privat. Kebijakan publik adalah tindakan kolektif yang diwujudkan melalui kewenangan pemerintah yang legitimate untuk mendorong, menghambat, melarang atau mengatur tindakan private (individu atau lembaga swasta). Kebijakan publik memiliki dua ciri pokok. Pertama, dibuat atau diproses oleh lembaga pemerintahan atau berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah. Kedua, bersifat memaksa atau berpengaruh terhadap tindakan privat masyarakat luas (publik) (Dunn 2000). Sebagai contoh, kebijakan harga BBM adalah kebijakan publik karena dibuat oleh pemerintah bersifat memaksa dan dapat berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi penduduk, konsumen maupun pengusaha.

Kebijakan privat adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga swasta dan tidak bersifat memaksa kepada orang atau lembaga lain. Misalnya, keputusan suatu perusahaan swasta untuk menetapkan harga jual produk yang dihasilkannya merupakan contoh kebijakan privat. Perusahaan swasta adalah lembaga privat dan keputusannya tidak mengikat atau bersifat memaksa bagi perusahaan lain atau masyarakat luas. Kebijakan privat hanya berlaku internal, bagi lembaga atau individu itu saja.

Kebijakan pembangunan perikanan ialah keputusan dan tindakan pemerintah untuk mengarahkan, mendorong, mengendalikan dan mengatur pembangunan perikanan guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Kebijakan pembangunan perikanan haruslah dipandang dalam konteks

pembangunan nasional yang tujuannya tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan saja tetapi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Ini berarti, kebijakan pembangunan perikanan termasuk dalam kategori kebijakan publik, dilakukan oleh pemerintah dan berpengaruh terhadap kehidupan orang banyak.

Dalam perekonomian modern, seperti perekonomian Indonesia saat ini, keragaan sektor-sektor ekonomi saling mempengaruhi dan keragaan per-ekonomian dalam negeri sangat dipengaruhi oleh kondisi perper-ekonomian inter-nasional. Oleh karena itu, berbagai kebijakan yang dibuat pada sektor non-perikanan berpengaruh nyata terhadap keragaan pembangunan non-perikanan, dan demikian pula sebaliknya. Sebagai contoh, kebijakan perkreditan dan kurs mata uang yang merupakan Kebijakan moneter jelas berpengaruh terhadap keragaan pembangunan sektor perikanan. Kebijakan investasi industri perkapalan, yang merupakan kebijakan pembangunan sektor industri, yang sangat berpengaruh terhadap keragaan sektor perikanan, sementara kebijakan harga pupuk, yang merupakan kebijakan sektor perikanan, jelas sangat berpengaruh terhadap keragaan industri pupuk, yang berarti pula keragaan pembangunan sektor industri. Dengan demikian, cakupan kebijakan pembangunan perikanan tidak dapat dibatasi berdasarkan delineasi sektoral maupun secara jenjang organisasi pemerintahan.

Dasar delineasi yang lebih tepat dalam menentukan cakupan kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan ialah pendekatan fungsional. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua keputusan dan tindakan pemerintah yang secara fungsional berpengaruh nyata terhadap keragaan pembangunan perikanan termasuk dalam kategori kebijakan pembangunan perikanan. Kebijakan perkreditan, kurs mata uang, dan bahkan pembangunan jalan raya, pelabuhan, kelistrikan, maupun jaringan telekomunikasi termasuk dalam kebijakan pembangunan perikanan. Jelaslah, cakupan kebijakan pembangunan perikanan sangatlah luas, yang dapat dikelompokkan ke dalam tujuh bidang atau "tujuh inti" pembangunan perikanan: inovasi input, investasi dan modal kerja, insentif, infrastruktur, institusi dan industri.

Dalam mewujudkan penerapan kebijakan di bidang perikanan, maka langkah-langkah yang ditempuh adalah meningkatkan keterkaitan fungsional antar subsistem sehingga setiap kegiatan pada masing-masing subsistem dapat berjalan secara berkelanjutan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Selain itu

pengembangan agribisnis juga harus mampu meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan dengan diarahkannya pada pengembangan kemitraan usaha antara usaha skala besar dan skala kecil secara serasi dan dilakukan melalui pengembangan sentra produksi perikanan dalam suatu skala ekonomi yang efisien.

FAKTOR KONDISI -SUMBER DAYA ALAM - SDM - PENGETAHUAN - MODAL - INFRA STRUKTUR - TEKNOLOGI STRATEGI PERUSAHAAN / STRUKTUR PERSAINGAN - STRUKTUR, LOKASI - PERSAINGAN, RESIKO

INDUSTRI PERIKANAN & TERKAIT

- PERSAINGAN INDUSTRI PENDUKUNG

-PERSAINGAN INDUSTRI TERKAIT

PENENTUAN PERMINTAAN - BESAR PERMINTAAN -SEGMEN USAHA - PERMINTAAN GLOBAL - SALING KETERGANTUNGAN PELUANG -KEJADIAN TIDAK DAPAT DIPREDIKSI -HAMBATAN EKSTERNAL -TEKNOLOGI PEMERINTAH

-FASILITAS & KENDALA KEBIJAKAN

-INVESTASI UNTUK UMUM

Gambar 3 Strategi kebijakan pemerintah dalam mendukung industri perikanan (Porter 1990)

Keterkaitan antar faktor dalam pengembangan industri perikanan perlu dukungan dan peranan pemerintah terutama dalam penyediaan fasilitas dan ketentuan investasi. Sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumen, industri perikanan perlu mendapat suplai dari dukungan infrastruktur, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan faktor permodalan. Dilain pihak faktor internal perusahaan yaitu strategi perusahaan dalam memanfaatkan faktor pendukung, cara menghadapi pesaing, pemanfaatan infrastruktur yang efektif, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar optimal dengan biaya minimal atau dengan resiko yang paling kecil.

Pada kebijakan pemerintah, antara lain kebijakan pemerintah pusat dan daerah, dengan indikator untuk mengetahui tingkat keberhasilan kebijakan tersebut dapat diukur dari bagaimana pada kebijakan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan apakah telah memiliki peran dalam meningkatkan kinerja sektor perikanan dan mampu mendorong tujuan pembangunan yang telah direncanakan. Selain kebijakan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, kebijakan

pada infrastruktur, perijinan, permodalan, kelembagaan dan teknologi juga memiliki peranan dalam pembangunan perikanan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS) dalam penelitian ini antara lain : pendidikan yang dapat di akses dan bermutu(X11), permodalan dengan interest/tingkat suku bunga yang murah dan dapat di akses(X12), pelatihan dan bimbingan yang dapat di akses, (X13) tersedianya fasilitas sekolah yang memadai(X14), dan tersedianya fasilitas puskesmas yang memadai (X15).

Untuk mengukur variabel kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE) indikator yang digunakan antara lain: pelatihan dan penyuluhan yang dapat di akses dan bermutu (X16), pelabuhan dan Tempat Pelelangan ikan yang baik(X17), proses perizinan yang cepat dengan biaya yang wajar(X18), Kelembagaan koperasi, LSM yang berjalan dengan baik(X19), teknologi yang memberi nilai tambah ke prosesing (X20), pelatihan dan bimbingan yang dapat di akses(X21), pungutan pajak, biaya operasi, retribusi yang membebani (X22), tersedianya fasilitas sekolah yang memadai(X23), dan tersedianya fasilitas puskesmas yang memadai(X24).

2.5 Kinerja

Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Bernardin dan Russel (1993) mendefinisikan kinerja (performance) sebagai: “ ...

as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period” (...adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari

fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pencapaian kinerja yang tinggi merupakan suatu prestasi bagi setiap organisasi dan bagian (unit) organisasi yang oleh karenanya setiap organisasi dituntut untuk dapat selalu meningkatkan kinerjanya. Semakin tinggi kinerja organisasi, semakin tinggi tingkat pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.

Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Konsep kinerja itu sendiri menurut Rummler dan Brache yang diacu

dalam Salusu (1998) dapat diterapkan pada tiga tingkatan dalam organisasi, yaitu tingkatan organisasi (organization level), tingkat proses (process level), dan tingkat tugas atau pelaksana tugas (job performer level). Tingkat organisasi menekankan pada hubungan organisasi dengan pasar dan fungsi-fungsi utamanya yang tergambar dalam kerangka dasar struktur organisasi serta mekanisme kerja yang ada. Variabel yang mempengaruhi kinerja pada tingkat ini antara lain adalah strategi-strategi tujuan yang meliputi kerja keseluruhan organisasi dimana pengukurannya perlu memperhatikan struktur organisasi dan penggunaan sumberdaya yang ada secara tepat.

Tingkat proses menekankan pada proses kegiatan antara fungsi. Variabel kinerja pada tingkat ini menyangkut kesesuaian proses kegiatan dengan kebutuhan konsumen, efisiensi dan efektivitas proses, kesesuaian pengukuran dan tujuan proses dengan persyaratan-persyaratan yang diinginkan organisasi maupun konsumen. Sedangkan tingkat tugas atau pelaksana tugas menekankan pada individu-individu yang melaksanakan proses pekerjaan. Variabel kinerja pada tingkat ini antara lain mencakup sistem penggajian dan promosi. Secara otomatis tingkat efektivitas pelaksanaan tugas berkaitan dengan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh organisasi secara keseluruhan.

Secara umum kinerja akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Faktor personel/individual antara lain : pengetahuan, ketrampilan (skill),

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen.

2. Faktor kepemimpinan antara lain : kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang di berikan manager dan team leader. 3. Faktor tim antara lain : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh

rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

4. Faktor sistem antara lain : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur dalam organisasi. 5. Faktor kontekstual (situasional) antara lain : tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal.

Menurut Kotler (1997) variabel keberhasilan kinerja suatu perusahaan antara lain dapat diukur dari kinerja keuangan yang diukur dari 1) tingkat laba ( dan rugi) perusahaan, 2) tingkat pengembalian investasi (Return of investment/

Selain kinerja keuangan, variabel kinerja yang lain adalah dalam pemasaran, antara lain 4) informasi pasar 5) mutu produk, dan 6) harga produk. 7) volume penjualan, 8) Pertumbuhan penjualan; 9) pertumbuhan pelanggan.

Disamping kinerja keuangan dan kinerja pemasaran, peranan kinerja sumberdaya manusia untuk menghasilkan nilai tambah yang tinggi, dengan indikator antara lain penyerapan tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja.

Dengan demikian dari penjelasan diatas secara umum untuk mengukur kinerja industri perikanan dan kinerja usaha perikanan tangkap dalam penelitian ini indikator yang digunakan antara lain :

1. Peningkatan kinerja keuangan, dengan indikator antara lain : laba dan rugi, ROI dan ROE.

2. Pemasaran dengan indikator antara lain : informasi pasar, diversifikasi produk, mutu produk, harga produk, peningkatan volume penjualan, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pelanggan).

3. Sumberdaya manusia dengan indikator antara lain : penyerapan tenaga kerja, produktivitas kerja, kesejahteraan tenaga kerja).

Untuk menyesuaikan kepentingan penelitian, variabel kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG), diukur dengan indikator antara lain : laba dan rugi (R/L) (X25), return on investment (ROI) (X26), informasi Fishing Ground (FG) (X27), peningkatan pendapatan anak buah kapal (ABK) (X28), ikut menciptakan keamanan(X29), kebersihan lingkungan(X30), sarana dan prasarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) (X31), dan ketersediaan es atau garam (X32).

Untuk variabel kinerja industri pengolahan (KI_PROS) indikator yang digunakan antara lain : laba dan rugi (R/L) (X33), return on investment (ROI) (X34), peningkatan pendapatan pekerja (X35), penyediaan pangan yang bergizi (X36), informasi harga ikan (X37), dan teknologi dan nilai tambah (X38).

Dalam dokumen 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Model Input Output (Halaman 29-34)

Dokumen terkait