• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM PT.PERKEBUNAN NUSANTARA

F. Kebijakan Perusahaan

Untuk mencapai sasaran perusahaan yang telah ditetapkan maka perusahaan menetapkan kebijakan-kebijakan dasar sesuai bidang masing-masing sebagai berikut :

A. Direktorat Produksi 1)Bidang Tanaman

a. Menanam dengan bahan tanaman yang unggul.

b. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan secara rutin dan konsekwen.

c. Penyisipan yang konsisten dan berkesinambungan tetap dilaksanakan. Untuk komoditi teh dilakukan penyisipan dengan bibit tua berumur± 2 tahun.

d. Jenis dosis dan waktu pelaksanaan pemupukan merujuk pada rekomendasi pemupukan.

e. Pemberian pupuk suplemen (OST,PHE,LCKS, Kompos dan Tandan Kosong) sebagai substitusi pupuk anorganik dengan tujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah.

f. Kriteria matang panen TBS 5 brondolan per piringan. g. Sistem panen Teh dengan mekanisasi (mesin petik).

h. Intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan kebun benih kakao.

i. Penggunaan pestisida nabati untuk pengendalian Organisasi pengganggu Tanaman (OPT).

j. Melaksanakan penyerbukan bantuan diareal TBM III yang prosentase bunga betina terhadap bunga jantan ±80%.

2. Bidang Pengolahan

a. Semua hasil produksi kebun yang dipanen setiap hari, harus dapat diolah pada hari itu juga.

b. Pabrik hanya mengolah hasil produksi yang kualitasnya memenuhi persyaratan mutu.

c. Mesin dan Instalasi yang menjadi titik kritis dalam system pengolahan akan menjadi objek pengawasan dan pengendalian yang utama.

d. Setiap pabrik harus selalu siap beroperasi dengan kapasitas nominalnya. 1. Bidang Teknik

a. Penggantian mesin-mesin dan peralatan pabrik agar disesuaikan dengan jadwal dan memperhatikan masa manfaat.

b. Rehabilitasi/penggantian sarana dan prasarana produksi lainnya harus memperhatikan urgensinya.

c. Melaksanakan program penghematan energy secara optimal dalam pengoperasian pabrik dan alat produksi lainnya.

B.Direktorat Keuangan : 1)Bidang Keuangan

a. Pelaksanaan kegiatan-kegitan yang ada dalam RKAP mengacu kepada RKO yang dibahas setiap tiga bulan.

b. Pelaksanaan Investasi hanya dilakukan jika kondisi keuangan mendukung dan memperhatikan skala prioritas.

c. Pelaksanaan pengawasan kredit perbankan dilakukan dengan membuat daftar/skala prioritas seperti yang diarahkan oleh konsultan.

2)Bidang Akuntansi

a. Mengoptimalkan kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan prakterk akuntansi yang lazim. b. Mereview seluruh SE dan SI yang berhubungan dengan bidang akuntansi

keuangan.

c. Menigkatkan kualitas pelaporan menjadi lebih cepat, lebih akurat dan lebih informatif.

3)Bidang Pemasaran

a. Memenuhi permintaan / order pembeli tepat waktu dengan mutu sesuai ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam kontrak.

C. Direktorat SDM dan Umum 1)Bidang Sumber Daya Manusia

a. Pendidikan dan latihan SDM dilakukan sesuai kebutuhan perusahaan dengan mengutamakan system In House Training.

b. Penerimaan / rekrutmen pegawai dilaksanakan secara selektif sesuai kebutuhan urgensi standar informasi.

2)Bidang Umum

a. Penyelesaian pekerjaan / urusan harus sesuai dengan peraturan perusahaan dan norma-norma yang ada serta berpedoman kepada RKAP.

3)Bidang Pengadaan

a. Pengadaan barang dan bahan sesuai kebutuhan baik jumlah maupun mutu. b. Lavering tepat waktu.

c. Harga wajar.

d. Pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai peraturan perusahaan yang berlaku dan berpedoman kepada RKAP.

D. Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha : 1)Bidang Perencanaan

a. Objek kajian diarahkan untuk peningkatan produktifitas, efisiensi dan ramah linkungan.

b. Mengembangkan Teknologi informasi (TI) guna kepentingan perusahaan. 2)Bidang Pengembangan

a. Pelaksanaan pengembangan Proyek Madina dan Panai Jaya berpedoman kepada SPO.

b. Mengoptimalkan Pemanfaatan TI. 3)Bidang PKBL

a. Penyaluran dana PKBL harus didasarkan pada kebutuhan sesuai sasaran agar memberikan manfaat paling besar bagi perusahaan.

b. Membuat SKB dengan BUMN lain dalam rangka pengalihan Mitra Binaan diluar Propinsi Sumatera Utara.

c. Penyaluran dana PKBL berdasarkan usulan unit kebun dan ditetapkan kantor pusat berdasarkan usulan unit kebun dan ditetapkan kantor pusat berdasarkan otoritas kebutuhan.

E.Unit Penunjang 1) Bidang Kesehatan

a. Pengiriman pasien ke Rumah Sakit rujukan diupayakan seminimal mungkin. b. Pemakaian obat diupayakan seoptimal mungkin obat generik.

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN

A. Pengertian Umum Tentang Pajak 1. Pengertian Pajak

1. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani

Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

2. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H,

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

3. Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi pajak

a. Fungsi Budgetair

Pajak merupakan suatu alat untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, yang pada waktunya nanti akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara..

b. Fungsi Regulasi

Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Pemerintah dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan dalam berbagai bidang, antara lain : bidang ekonomi, bidang sosial, bidang kebudayaan, dsb.

3. Pengelompokan Pajak

1. Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewa, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah, yaitu Pajak yang dipungut oleh oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah Terbagi atas:

a. Pajak Provinsi

contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dsb.

b. Pajak Kabupaten/Kotamadya

B. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

1. Pengertian Umum Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 12 tahun 1994.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar )tidak ikut menentukan besarnya pajak.

2. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

a. Yang menjadi objek PBB adalah bumi dan atau bangunan.

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Contohnya : sawah, ladang, kebun, tanah, perkarangan, tambang, dll.

b. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :

a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan. b. Jalan tol.

c. Kolam renang. d. Pagar mewah. e. Tempat olah raga.

f. Galangan kapal/dermaga. g. Taman mewah

h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

c. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

1. Yang menjadi objek pajak yaitu bumi dan atau bangunan

2. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terutang.

d. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan klasifikasi bumi atau tanah adalah :

1. Letak. 2. Peruntukan. 3. Pemanfaatan.

4. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

e. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penentuan klasifikasi bangunan adalah : a. Bahan yang digunakan.

b. Rekayasa. c. Letak.

d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

f. Yang termasuk Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan yaitu : a. Areal Pengusahaan Benih.

b. Penanaman Baru. c. Perluasan.

d. Perubahan Jenis Tanaman.

g. Pengecualian Objek Pajak

Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah objek pajak yang :

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan, antara lain :

1)Di bidang ibadah. Contoh : masjid, gereja, vihara. 2)Di bidang kesehatan. Contoh : rumah sakit.

3)Di bidang pendidikan. Contoh : madrasah, pesantren. 4)Di bidang social. Contoh : panti asuhan.

5)Di bidang kebudayaan nasional. Contoh : museum, candi.

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu. c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,

tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan azas perlakuan timbale balik.

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

h. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

a. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau ; b. Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau ; c. Memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau ; d. Memperoleh manfaat atas bangunan.

Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.

C. Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi PBB

1. Tata Cara Pendaftaran PBB

Orang atau badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek Pajaknya ke Kantor Pelayanan PBB atau Kantor Penyuluhan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di Kantor Pelayana PBB atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

Pendaftaran objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP secara jelas, benar dan lengkapserta ditandatangani dan dikembalikan ke kantor Pelayanan PBB yang bersangkutan atau tempat yang ditunjuk untuk pengambilan dan pengembalian SPOP.

2. Sanksi PBB

a. Sanksi Administrasi

1)Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari PBB yang terutang.

2)Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar (lebih kecil), maka akan diterbitkan SKP dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari selisih besarnya PBB yang terutang.

b. Sanksi Pidana

1) Barangsiapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga menimbulkan kerugian bagi Negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya 2(dua) kali lipat pajak yang terutang.

2) Barang siapa karena dengan sengaja :

a. Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Direktorat Jenderal Pajak;

b. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang tidak benar;

c. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu atau dipalsukan seolah-oleh benar;

d. Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya;

e. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan;

Sehingga menimbulkan kerugian pada Negara. Dipidana dengan pidana penjara selama-lamaya 2 (dua) tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali pajak yang terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda.

D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Sarana bagi Wajib Pajak (WP) untuk mendaftarkan Objek Pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang.

2. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang

Surat Keputusan kepala Kantor Pelayanan Pajak Buni dan Bangunan (KPPBB) mengenai pajak yang terutang yang harus dibayar dalam 1 (satu) tahun pajak.

E. Klasifikasi Bumi dan/ atau Bangunan

Dalam hal memudahkan penghiitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang atas suatu objek pajak berupa tanah (bumi) dan atau bangunan harus diketahui pengelompokkan objek pajak menurut nilai jualnya, tarif, Nilai jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Pengelompokkan Objek Pajak menurut nilai jual tersebut sering disebut dengan Klasifikasi tanah (bumi) dan bangunan.

Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terhutang.

Di bawah ini merupakan tabel Klasifikasi, Penggolongan dan ketentuan Nilai Jual Bumi dan Bangunan Tahun 2009.

I. Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok A.

Klas

Penggolongan,

Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah ) Nilai Jual (Rp/M2) 1 > 3.000.000 s/d 3.200.000 3.100.000 2 > 2.850.000 s/d 3.000.000 2.925.000 3 > 2.708.000 s/d 2.850.000 2.779.000 4 > 2.573.000 s/d 2.708.000 2.640.000 5 > 2.444.000 s/d 2.573.000 2.508.000 6 > 2.261.000 s/d 2.444.000 2.352.000 7 > 2.091.000 s/d 2.261.000 2.176.000 8 > 1.934.000 s/d 2.091.000 2.013.000 9 > 1.789.000 s/d 1.934.000 1.862.000 10 > 1.655.000 s/d 1.789.000 1.722.000 11 > 1.490.000 s/d 1.655.000 1.573.000 12 > 1.341.000 s/d 1.490.000 1.416.000 13 > 1.207.000 s/d 1.341.000 1.274.000 14 > 1.086.000 s/d 1.207.000 1.147.000 15 > 977.000 s/d 1.086.000 1.032.000 16 > 855.000 s/d 977.000 916.000 17 > 748.000 s/d 855.000 802.000 18 > 655.000 s/d 748.000 702.000 19 > 573.000 s/d 655.000 614.000 20 > 501.000 s/d 573.000 537.000 21 > 426.000 s/d 501.000 464.000

22 > 362.000 s/d 426.000 394.000 23 > 308.000 s/d 362.000 335.000 24 > 262.000 s/d 308.000 285.000 25 > 223.000 s/d 262.000 243.000 26 > 178.000 s/d 223.000 200.000 27 > 142.000 s/d 178.000 160.000 28 > 114.000 s/d 142.000 128.000 29 > 91.000 s/d 114.000 103.000 30 > 73.000 s/d 91.000 82.000 31 > 55.000 s/d 73.000 64.000 32 > 41.000 s/d 55.000 48.000 33 > 31.000 s/d 41.000 36.000 34 > 23.000 s/d 31.000 27.000 35 > 17.000 s/d 23.000 20.000 36 > 12.000 s/d 17.000 14.000 37 > 8.400 s/d 12.000 10.000 38 > 5.900 s/d 8.400 7.150 39 > 4.100 s/d 5.900 5.000 40 > 2.900 s/d 4.100 3.500 41 > 2.000 s/d 2.900 2.450 42 > 1.400 s/d 2.000 1.700 43 > 1.050 s/d 1.400 1.200 44 > 760 s/d 1.050 910 45 > 550 s/d 760 660 46 > 410 s/d 550 480 47 > 310 s/d 410 350 48 > 240 s/d 310 270 49 > 170 s/d 240 200 50 > 170 s/d 140

Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok B

Klas Penggolongan,

Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )

Nilai Jual (Rp/M2) 1 > 67,390,000 s/d 69,700,000 68,545,000 2 > 65,120,000 s/d 67,390,000 66,255,000 3 > 62,890,000 s/d 65,120,000 64,000,000 4 > 60,700,000 s/d 62,890,000 61,795,000 5 > 58,550,000 s/d 60,700,000 59,625,000 6 > 56,440,000 s/d 58,550,000 57,495,000 7 > 54,370,000 s/d 56,440,000 55,405,000 8 > 52,340,000 s/d 54,370,000 53,355,000 9 > 50,350,000 s/d 52,340,000 51,345,000 10 > 48,400,000 s/d 50,350,000 49,375,000 11 > 46,490,000 s/d 48,400,000 47,445,000 12 > 44,620,000 s/d 46,490,000 45,555,000 13 > 42,790,000 s/d 44,620,000 43,705,000 14 > 41,000,000 s/d 42,790,000 41,895,000 15 > 39,250,000 s/d 41,000,000 40,125,000 16 > 37,540,000 s/d 39,250,000 38,395,000 17 > 35,870,000 s/d 37,540,000 36,705,000 18 > 34,240,000 s/d 35,870,000 35,055,000 19 > 32,650,000 s/d 34,240,000 33,445,000 20 > 31,100,000 s/d 32,650,000 31,875,000 21 > 29,590,000 s/d 31,100,000 30,345,000 22 > 28,120,000 s/d 29,590,000 28,855,000 23 > 26,690,000 s/d 28,120,000 27,405,000 24 > 25,300,000 s/d 26,690,000 25,995,000 25 > 23,950,000 s/d 25,300,000 24,625,000 26 > 22,640,000 s/d 23,950,000 23,295,000

27 > 21,370,000 s/d 22,640,000 22,005,000 28 > 20,140,000 s/d 21,370,000 20,755,000 29 > 18,950,000 s/d 20,140,000 19,545,000 30 > 17,800,000 s/d 18,950,000 18,375,000 31 > 16,690,000 s/d 17,800,000 17,245,000 32 > 15,620,000 s/d 16,690,000 16,155,000 33 > 14,590,000 s/d 15,620,000 15,105,000 34 > 13,600,000 s/d 14,590,000 14,095,000 35 > 12,650,000 s/d 13,600,000 13,125,000 36 > 11,740,000 s/d 12,650,000 12,195,000 37 > 10,870,000 s/d 11,740,000 11,305,000 38 > 10,040,000 s/d 10,870,000 10,455,000 39 > 9,250,000 s/d 10,040,000 9,645,000 40 > 8,500,000 s/d 9,250,000 8,875,000 41 > 7,790,000 s/d 8,500,000 8,145,000 42 > 7,120,000 s/d 7,790,000 7,455,000 43 > 6,490,000 s/d 7,120,000 6,805,000 44 > 5,900,000 s/d 6,490,000 6,195,000 45 > 5,350,000 s/d 5,900,000 5,625,000 46 > 4,840,000 s/d 5,350,000 5,095,000 47 > 4,370,000 s/d 4,840,000 4,605,000 48 > 3,940,000 s/d 4,370,000 4,155,000 49 > 3,550,000 s/d 3,940,000 3,745,000 50 > 3,200,000 s/d 3,550,000 3,375,000

II. Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan Kelompok A

Klas Penggolongan,

Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )

Nilai Jual (Rp/M 2) 1 > 1,034,000 s/d 1,366,000 1,200,000 2 > 902,000 s/d 1,034,000 968,000 3 > 744,000 s/d 902,000 823,000 4 > 656,000 s/d 744,000 700,000 5 > 534,000 s/d 656,000 595,000 6 > 476,000 s/d 534,000 505,000 7 > 382,000 s/d 476,000 429,000 8 > 348,000 s/d 382,000 365,000 9 > 272,000 s/d 348,000 310,000 10 > 256,000 s/d 272,000 264,000 11 > 194,000 s/d 264,000 225,000 12 > 188,000 s/d 194,000 191,000 13 > 136,000 s/d 188,000 162,000 14 > 128,000 s/d 136,000 132,000 15 > 104,000 s/d 128,000 116,000 16 > 92,000 s/d 104,000 98,000 17 > 74,000 s/d 92,000 83,000 18 > 68,000 s/d 74,000 71,000 19 > 52,000 s/d 68,000 60,000 20 > 52,000 s/d 50,000

Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual bangunan Kelompok B

Klas Penggolongan,

Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )

Nilai Jual (Rp/M 2) 1 > 14,700,000 s/d 15,800,000 15,250,000 2 > 13,600,000 s/d 14,700,000 14,150,000 3 > 12,550,000 s/d 13,600,000 13,075,000 4 > 11,550,000 s/d 12,550,000 12,050,000 5 > 10,600,000 s/d 11,550,000 11,075,000 6 > 9,700,000 s/d 10,600,000 10,150,000 7 > 8,850,000 s/d 9,700,000 9,275,000 8 > 8,050,000 s/d 8,850,000 8,450,000 9 > 7,300,000 s/d 8,050,000 7,675,000 10 > 6,600,000 s/d 7,300,000 6,950,000 11 > 5,850,000 s/d 6,600,000 6,225,000 12 > 5,150,000 s/d 5,850,000 5,500,000 13 > 4,500,000 s/d 5,150,000 4,825,000 14 > 3,900,000 s/d 4,500,000 4,200,000 15 > 3,350,000 s/d 3,900,000 3,625,000 16 > 2,850,000 s/d 3,350,000 3,100,000 17 > 2,400,000 s/d 2,850,000 2,625,000 18 > 2,000,000 s/d 2,400,000 2,200,000 19 > 1,666,000 s/d 2,000,000 1,833,000 20 > 1,366,000 s/d 1,666,000 1,516,000

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Prosedur penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) Sektor Perkebunan di PTPN IV (Persero)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 pasal 10 yang berisi Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) diterbitkan atas dasar Surat

Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), namun untuk membantu wajib pajak Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang dapat diterbitkan berdasarkan data objek pajak yang telah ada pada Direktorat Jenderal Pajak.

Berikut ini merupakan hasil wawancara dari salah satu pegawai PTPN IV (Persero) mengenai prosedur penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

1. Kantor pusat PTPN IV (Persero) menerima blangko SPOP dari kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

2. Blangko SPOP tersebut diteruskan atau disebar ke kebun/unit sesuai dengan kantor Pelayanan Pajak Pratama yang dimaksud.

3. Setelah diisi oleh kebun/unit dan telah ditandatangani oleh masing-masing manajer, SPOP tersebut dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar menerbitkan SPPT dan dasar perhitungannya untuk dasar penagihan ke PTPN IV (Persero).

Dalam melakukan penyetoran pajak ini, PTPN IV (Persero) akan meyetorkan ke rekening yang telah tersedia dalam surat pembertitahuan rekening penyetoran PBB sektor Perkebunan.

B.Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan berbeda dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Dibawah ini akan dijelaskan yang merupakan dasar pengenaan PBB Sektor Perkebunan.

Dasar pengenaan PBB Sektor Perkebunan adalah hasil penjumlahan antara perkalian luas areal perkebunan dengan NJOP bumi per meter persegi dan perkalian luas bangunan dengan NJOP bangunan per meter persegi, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. NJOP bumi per meter persegi sebesar hasil konversi nilai tanah per meter persegi kedalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual permukaan bumi (tanah); dan

b. NJOP bangunan per meter persegi sebesar hasil konversi nilai bangunan per meterpersegi ke dalam klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual bangunan.

1. Pengertian yang berhubungan dengan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.

Dibawah ini terdapat beberapa pengertian tentang PBB Sektor Perkebunan antara lain :

a. Sektor Perkebunan adalah objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang digunakan untuk pengusahaan tanaman perkebunan dengan luasan paling sedikit 2 (dua) hektar, termasuk emplasemen.

b. Standar Investasi Tanaman yang selanjutnya disebut SIT adalah jumlah biaya tenaga kerja, bahan dan alat yang diinvestasikan untuk pembukaan lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman.

c. Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor Perkebunan yang selanjutnya disebut SPOP adalah surat yang digunakan oleh subjek pajak/Wajib Pajak untuk melaporkan data objek pajak Sektor Perkebunan ke Direktorat Jenderal Pajak.

d. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor Perkebunan yang selanjutnya disebut LSPOP adalah formulir yang dipergunakan oleh subjek pajak/Wajib Pajak untuk melaporkan data rinci objek pajak Sektor Perkebunan.

e. Formulir Data Masukan yang selanjutnya disebut FDM adalah formulir yang digunakan sebagai sarana perekaman data ke dalam aplikasi SISMIOP untuk Sektor Perkebunan.

Pembentukan Basis Data adalah rangkaian kegiatan membentuk basis data objek pajak untuk pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor

Perkebunan ke dalam basis data SISMIOP untuk Sektor Perkebunan.

2. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Dalam penghitungan pajak bumi dan bangunan sektor perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) tarif yang dikenakan yaitu sebesar 40 % (empat puluh persen). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2002. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) dikenakan sebesar 40% untuk Pajak Bumi dan Bangunan Sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan, dan yang Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) satu milyar rupiah atau lebih. Dan NJKP 20% untuk NJOP kurang dari satu milyar rupiah.

Rumus Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

NJKP = 40% × (NJOP – NJOPTKP) PBB = 0,5% × 40% (NIOP – NJOPTKP)

B. Pendataan dan Penilaian Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

1. Dalam rangka pelaksanaan pendataan dan penilaian, areal perkebunan dikelompokkan menjadi:

a. Areal Produktif, yaitu areal yang sudah ditanami meliputi areal tanaman belum menghasilkan dan areal tanaman menghasilkan;

b. Areal Belum Produktif, terdiri dari:

1) Areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami; dan/atau 2) Areal belum diolah

c. Areal Emplasemen, yaitu areal yang digunakan untuk berdirinya bangunan dan sarana pelengkap lainnya dalam perkebunan;

d. Areal Lainnya, terdiri dari:

1) Areal tidak produktif/tidak dapat dimanfaatkan, seperti rawa, cadas, dan jurang; dan/atau

2) Areal jalan meliputi jalan utama yang terletak di dalam dan/atau di luar areal perkebunan, jalan produksi yang berfungsi untuk pengumpulan hasil dan jalan kontrol yang berfungsi untuk pengawasan areal perkebunan.

2. Penghitungan nilai tanah areal perkebunan ditentukan sebagai berikut: a. Nilai tanah Areal Produktif:

1) Nilai tanah Areal Produktif merupakan penjumlahan Nilai Dasar Tanah Areal Produktif dan SIT.

2) Nilai Dasar Tanah Areal Produktif merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi Areal Produktif.

3) Pedoman penentuan SIT ditetapkan sebagaimana pada Lampiran II Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak .

b. Nilai tanah Areal Belum Produktif:

1) Nilai tanah Areal kebun yang sudah diolah tetapi belum ditanami merupakan perkalian luas dengan nilai dasar tanah per meter persegi areal kebun yang sudah diolah tetapi belum ditanami, termasuk di dalamnya biaya pembukaan lahan.

2) Nilai tanah Areal kebun belum diolah merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi areal kebun yang belum diolah.

c. Nilai tanah Areal Emplasemen merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi areal emplasemen, termasuk di dalamnya biaya pematangan tanah.

d. Nilai tanah Areal Lainnya:

1) Nilai tanah Areal tidak produktif merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah per meter persegi areal tidak produktif.

2) Nilai tanah Areal jalan merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah permeter persegi areal jalan, termasuk di dalamnya biaya pematangan tanah. e. Nilai tanah per meter persegi areal perkebunan merupakan jumlah nilai tanah

Areal Produktif, Areal Belum Produktif, Areal Emplasemen dan Areal Lainnya dibagi dengan jumlah luas Areal Produktif, Areal Belum Produktif, Areal Emplasemen dan Areal Lainnya.

3. Penghitungan nilai bangunan ditentukan sebagai berikut:

a. Nilai bangunan tiap-tiap jenis bangunan merupakan perkalian luas dengan nilai bangunan per meter persegi tiap-tiap jenis bangunan.

b. Nilai bangunan per meter persegi merupakan jumlah nilai seluruh bangunan dibagi dengan jumlah luas seluruh bangunan.

C.Tata Cara Penghitungan PBB Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Di bawah ini merupakan contoh tatacara penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkenunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

PT. A Suatu Perkebunan Kelapa Sawit di Bahjambi menguasai tanah dan bangunan dengan rincian sebagai berikut :

A. Tanah

1. Areal Produktif

Kelapa Sawit seluas 3.2315.000 m2 kelas A36 dengan SIT 185.224.440.000

2. Areal Belum Produktif

Areal Kebun yang belum diolah seluas 1.910.000 m2 kelas A36

3. Areal Emplasemen

Areal Emplasemen seluas 5.135.000 m2 kelas A32

4. Areal Lainnya

a.Areal Tidak Produktif seluas 635.000 m2 kelas A41 b. Areal Jalan seluas 305.000 m2 kelas A36

Dokumen terkait