• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) TENTANG

TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

Disusun O L E H

NAMA : RATIH AYUDYA RAHAYU DAULAY NIM : 072600026

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim,

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, dengan segenap kerendahan hati, penulis

memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq

dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul “Tata Cara Penghitungan Pajak Bumi

dan Bangunan Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)”.

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus

untuk segala pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, kepercayaan, bantuan

serta doanya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Khususnya kepada :

1. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta Ayahanda Amri Bakti Sentosa

Daulay dan Ibunda Lely Ismawati Rahman, yang telah mengasuh dan mendidik

serta selalu memberikan Do’a dan dorongan kepada penulis, juga buat abangku

Agung, dan ketiga adikku Ade, Aditya, dan Allisya yang lucu yang telah banyak

(3)

2. Bapak Prof. Dr. M. Arifin Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Jurusan Diploma III

Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Ibu Tetty Marlina Tarigan, SH, M.Kn, Selaku Pembimbing saya yang telah

banyak memberikan perhatian, petunjuk dan pengarahan dalam menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

5. Bapak serta ibu Dosen serta seluruh Staf dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Pimpinan, staff dan pegawai PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang

telah memberikan izin, kesempatan maupun informasi bagi penulis dalam

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

7. Bapak Turyono yang telah berkenan memberikan bantuan kepada penulis dalam

mengumpulkan informasi dan data-data sehingga selesainya Tugas Akhir ini.

8. Khususnya buat sahabatku : Nola Sari Dalimunthe ‘Rossa’, Lely Fitri Harefa,

Naily, dan Mona ‘Beyonce’ yang telah meberikan dukungan dan semangat serta

menemaniku dalam menyelesaikan tugas akhir. “Semoga Sukses”

9. Untuk seluruh teman-teman Stambuk 2007 Program Diploma III Administrasi

Perpajakan FISIP USU.

10.Buat anak-anak Kost Pangkas Surbakti : Dewi, Ina, Rose, Yona, Isal dan leny.

(4)

11.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir

ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini belum sempurna, oleh karena itu

Penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi kita semua. Dengan keridhoan Allah SWT penulis mohon perlindungannya dan

semoga tetap dalam limpahan rahmat dan karunia-Nya.

Medan, Juni 2010

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 4

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 6

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)... 6

E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 8

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 9

BAB II GAMBARAN UMUM PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT.Perkebunan IV (Persero) ... 11

B. Unit-Unit Usaha PPTPN IV (Persero) ... 13

C. Struktur Organisasi PTPN IV (Persero) ... 16

D. Kegiatan dan Usaha Pokok Perusahaan ... 19

E. Strategi Perusahaan... 21

(6)

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN

A. Pengertian Umum Tentang Pajak ... 31

B. Pengerian Pajak Bumi dan Bangunan ... 35

C. Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi PBB ... 39

D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan ....

Pajak Terutang (SPPT) ... 41

E. Klasifikasi Bumi dan/atau Bangunan ... 42

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Prosedur Penyampaian SPPT Sektor Perkebunan di

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) ... 49

B. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan ... 50

C. Pendataan dan Penilaian Objek PBB Sektor Perkebunan ... 53

D. Tata Cara Penghitungan PBB Sektor Perkebunan di

PT. Perkebunan Nusantar IV (Persero) ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. ... Kesimpulan……… 62

B... Saran……….. 64

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja LapanganMandiri ( PKLM )

Dalam rangka meningkatkan pendidikan bagi mahasiswa maka diadakan

suatu usaha yang telah disusun dengan kurikulum dengan syarat-syarat untuk

menyelesaikan suatu program pendidikan yaitu dengan mengikuti dan melaksanakan

Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Hal ini bertujuan untuk menghubungkan

antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang sesungguhnya.

Universitas Sumatera Utara sebagai lembaga pendidikan formal akan

melahirkan lulusan yang akan menghadapi dunia kerja untuk meningkatkan kualitas

para lulusannya. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara, mengadakan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri untuk setiap mahasiswa melakukan praktek kerja secara langsung

disuatu lembaga, instansi maupun perusahaan yang ada di kota Medan maupun

daerah lainnya.

Universitas Sumatera Utara merupakan wujud nyata salah satu lembaga

pendidikan tinggi di Indonesia yang lebih menekankan pada pendidikan terampil dan

(8)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini akan menjadi modal dan pedoman yang baik bagi

penulis yang akan menghadapi dunia kerja.

Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya

sebagian besar bercorak agraris, Bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun masyarakat

adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – undang 1945. Oleh sebab itu,

kekayaan alam yang ada di bumi ini yang dimiliki oleh negara dan dipergunakan

untuk kemakmuran rakyat. Orang ataupun badan yang memperoleh manfaat atas

bumi dan bangunann tersebut harus memberikan kontribusi kepada negara. Iuran

tersebut adalah pajak yang digunakan untuk membiayai pembangunan di segala

sektor, bertujuan untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat.

Di Negara – Negara yang sedang berkembang, pelaksanaan pembangunan

merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Peran serta

pemerintah dan aparatnya sangatlah penting. Pembangunan merupakan tanggung

jawab bersama antara pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat

harus ikut serta dalam proses pembangunan tersebut.

Salah satu jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah adalah Pajak Bumi dan

Bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan dikenakan terhadap semua lapisan masyarakat

yang memperoleh manfaat atas bumi dan atau bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan

(9)

kemudian diubah menjadi Undang – undang No. 12 Tahun 1994 yang mulai berlaku

sejak Januari 1995.

Pajak bumi dan bangunan terbagi ke dalam beberapa sektor, salah satunya

adalah sektor perkebunan. Setiap orang pribadi ataupun badan yang menjalankan

usaha di sektor perkebunan harus membayar pajak atas usahanya. Pajak Bumi dan

Bangunan tersebut penggunaannya adalah untuk kepentingan pembangunan sarana

dan prasarana di wilayah tersebut.

Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan merupakan salah satu

pendapatan yang besar bagi pemerintah. Hasil Pengenaan PBB sektor Perkebunan

sangat membantu dalam percepatan pembangunan Daerah. Wilayah perkebunan yang

ada di Tanah Air sangat luas dan merupakan usaha yang produktif, jadi wajar bila

setiap wilayah dikenakan PBB sektor Perkebunan.

Oleh sebab itu sesuai dengan tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis

mengangkat judul “ TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK BUMI DAN

(10)

B.Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Prosedur penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang) Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

b. Untuk mengetahui dasar penetapan Pajak Bumi dan Bangunan sektor

perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

c. Untuk mengetahui Tata Cara Peghitungan Pajak Bumi dan Bangunan sektor

perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PLKM)

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini (PKLM) ini dapat dijadikan sebagai

wadah dalam pengembangan Ilmu dan Memperluas wawasan mengenai Pajak

Bumi dan Bangunan sektor Perkebunan.

b. Agar dapat menerapkan teori – teori yang didapat selama perkuliahan

khususnya tentang Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkebunan .

c. Dengan melaksanakan PKLM ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk

(11)

kerja yang semakin sulit, karena telah dibekali keterampilan, pengalaman –

pengalaman lingkungan kerja dalam melakukan PKLM tersebut.

2.2 Bagi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara instansi dengan dunia

pendidikan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui tingkat

perkembangan Ilmu Pengetahuan di lembaga Pendidikan khususnya Program

study Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Mendapat masukan dan saran untuk penambahan pengetahuan.

2.3 Bagi Universitas

a. Dapat memperkenalka sumber daya manusia Universitas Sumatera Utara

khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) USU dengan instansi

yang bersangkutan khususnya di Kantor PT. Perkebunan Nusantara IV

(Persero).

c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum

yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP

(12)

C.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

Adapun yang menjadi ruang lingkup praktik kerja lapangan mandiri yaitu

melakukan pengumpulan data yang menyangkut tatacara penghitungan Pajak Bumi

dan Bangunan sektor perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) mulai

dari :

1. Prosedur penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) Sektor

Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

2. Dasar penetapan pajak bumi dan bangunan sektor Perkebunan.

3. Tata Cara penghitungan pajak bumi dan bangunan sektor perkebunan.

D.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai

dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM

ini, mulai dari pengajuan judul, penentuan judul, tempat praktik kerja lapangan

mandiri, mencari bahan untuk membuat Proposal, konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data – data yang menyangkut masalah yang akan dibahas

melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, undang-undang, artikel ilmiah

(13)

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung pada

objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung kondisi serta keadaan

objek tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku

pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

4. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui 2 cara yaitu data primer dan

data sekunder.

Data Primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang memahami dan

menguasai objek kajian dalam PKLM.

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang mendukung

laporan penyajian PKLM.

5. Analisis Data dan Evalusi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan

mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian akan dipresentasikan secara

(14)

E.Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

1. Daftar Pertanyaan

Dalam metode ini penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada

para pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi

yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan.

2. Daftar Observasi

Dalam metode ini penulis melakukan pengamatan langsung kelapangan untuk

melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek

penelitian.

3. Daftar Dokumentasi

Dalam tahap ini penulis berusaha mengumpulkan dokumen-dokumen atau

(15)

F.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang Praktik Kerja

Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri,

Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja

Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan

Mandiri dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK

KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat PT. Perkebunan

Nusantara IV (Persero), Struktur Organisasi, Kegiatan dan Usaha Pokok

Perusahaan, serta Strategi Perusahaan.

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SEKTOR PERKEBUNAN

Dalam bab ini penulis memaparkan tentang data yang berkaitan dengan

pajak bumi dan bangunan mulai dari pengertian Umum Tentang Pajak,

(16)

PBB, Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan

Pajak Terutang (SPPT).

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menganalisa tentang Dasar Pengenaan Pajak

Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan, Pendataan dan Penilaian Objek

PBB sektor Perkebunan, Tata Cara Penghituangan PBB Sektor Perkebunan,

Prosedur Penyampaian SPPT Sektor Perkebunan, dan Faktor Penghambat

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dalam penghitungan PBB Sektor

Perkebunan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini Penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran

(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

A. Sejarah singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik

Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Pada umumnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara memiliki

sejarah panjang sejak zaman belanda.

Pada awalnya keberadaan perkebunan ini merupakan milik maskapai Belanda

yang dinasionalisasi pada tahun 1959, dan selanjutnya berdasarkan kebijakan

pemerintah telah mengalami beberapa kali perubahan organisasi sebelum akhirnya

menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Pada tahun 1985 sesuai Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958,

perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti HVA dan RCMA dinasionalisasikan oleh

Pemetintah R.I, dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan milik Pemerintah melalui

peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1959. Selanjutnya pada tahun 1967

Pemerintah melakukan pengelompokkan menjadi perusahaan Terbatas Persero,

dengan nama resmi PT. Perkebunan I s.d. IX (Persero)

Pada tahun 1994 PTP VI, VII, dan VIII, digabung dalam kelompok PTP.

Sumut –III, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1996 semua

PTP yang ada di Indonesia dikelompokkan kembali melalui penggabungan dan

pemisahan proyek-proyek yang melahirkan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN-I s.d.

(18)

Terhitung sejak 11 Maret 1996, gabungan PTP VI, VII, dan VIII diberi nama

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero), yang kini ber Kantor Pusat di Jl. Letjend

(19)

B. UNIT-UNIT USAHA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) S.D. BULAN APRIL 2010

Di bawah ini merupakan Unit Usaha yang dikelola PTPN-IV, yaitu sejumlah

38 Unit Usaha, terletak di 10 Daerah Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi Sumatera

Utara.

NAMA UNIT USAHA BUDIDAYA/

KEGIATAN LOKASI

-Kantor Pusat Medan

-Kantor Perwakilan Jakarta

- Group Unit Usaha I

1. Kebun Bah Jambi

2. Kebun Balimbingan

3. Kebun Tonduhan

4. Kebun Pasir Mandoge

5. Kebun Sei Kopas

6. Kebun Dolok Sinumbah

7. Kebun Marihat

- Group Unit Usaha II

1. Kebun Gunung Bayu

2. Kebun Mayang

3. Kebun Bukit Lima

4. Kebun Dolok Ilir

Pusat Badan Usaha

Perwakilan

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS

(20)

5. Kebun Laras

6. Kebun Tanah Itam Ulu

- Group Unit Usaha III

1. Kebun Pabatu

2. Kebun Adolina

3. Kebun Air Batu

4. Kebun Tinjowan

5. Kebun Padang Matinggi

6. Kebun Aek Nauli

7. Kebun Sawit Langkat

- Group Unit Usaha IV

1. Kebun Pulu Raja

2. Kebun Berangir

3. Kebun Ajamu

4. Kebun Meranti Paham

5. Kebun Sosa

6. PKS Sosa

- Group Unit Usaha V

1. Kebun Marjandi

2. Kebun Bah Birung Ulu

3. Kebun Bah Butong

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

K. Sawit +PMS + PPIS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit + PMS

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Pabrik Minyak Sawit

Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Teh + Pabrik + Teh

Kabupaten Simalungun

Kabupaten Asahan

Kab. Serdang Bedagei

Kab. Serdang Bedagei

Kabupaten Asahan Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Langkat Kabupaten Asahan

Kab. Labuhan Batu

Kab. Labuhan Batu

Kabu. Labuhan Batu

Kabupaten Tapsel

Kabupaten Tapsel

Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun

(21)

4. Kebun Sidamanik

5. Kebun Tobasari

- Group Unit Usaha VI

1. Rumah Sakit Laras

2. Rumah Sakit Pabatu

3. Rumah Sakit Balimbingan

- Pengembangan

1. Proyek Panai Jaya

2. Proyek Timur

3. Proyek Balap

4. Proyek Plasma Madina

PMT Dolok Ilir

Teh + Pabrik + Teh

Teh + Pabrik + Teh

Unit Kesehatan Unit Kesehatan Unit Kesehatan Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kelapa Sawit Perakitan/Erection Pabrik Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun

Kab. Serdang Bedagai

Kabupaten Simalungun

Kab. Labuhan Batu

Kab. Mandailing Natal

Kab. Mandailing Natal

Kab. Mandailing Natal

(22)

C. Sruktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Sesuai SK Menteri Negara BUMN No. Kep-133/MBU/2006 tanggal 27

Desember 2006, terdapat perubahan struktur organisasi ditingkat direktorat yaitu

penghapusan Direktorat Pemasaran dan pembentukan baru Direktorat Perencanaan

dan Pengembangan Usaha.

Untuk kegiatan Operasional, perusahaan tetap mempertahankan unit-unit

usaha yang ada dengan penambahan beberapa unit usaha khusus di daerah proyek

pengembangan yaitu proyek pengembangan Panai Jaya (PAJ), proyek pengembangan

Madina(Timur dan Balap), serta proyek pengembangan revitalisasi perkebunan di

(23)
(24)
(25)

D. Kegiatan Dan Usaha Pokok Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola 3 (tiga) budidaya

perkebunan yang berupa tanaman kelapa sawit, Kakao, dan Teh dengan 31 unit kebun

yang dilengkapi dengan sarana pengolahannya berupa 16 unit Pabrik Kelapa Sawit

(PKS), 1 unit Pabrik Pemurnian Minyak Sawit, 1 unit Pabrik Pengolahan inti Sawit, 4

unit Pabrik Pengeringan Biji Kakao, 6 unit Pabrik Pengolahan The, 1 unit

Perbengkelan dan 3 unit Rumah Sakit.

Kegiatan usaha Perusahaan tersebut terletak di atas lahan seluas ±175.244 Ha

areal konsesi, yang tersebar di 9 (Sembilan) Kabupaten dan Kota, yaitu Kabupaten

Simalungun, Serdang Bedagai, Asahan/Batu Bara, Labuhan Batu, Langkat, Toba

Samosir, Tapanuli Selatan/ Padang Lawas, Mandailing Natal (Madina) dan Kota

Madya Medan.

Kegiatan usaha lainnya yang dikelola Perusahaan, antara lain :

1. Pabrik Kompos

Perusahaan telah membangun 2 (dua) unit Pabrik Kompos dengan

memanfaatkan limbah padat berupa tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan

baku produk di Unit kebun Dolok Sinumbah yang selesai dibangun pada tahun

2005 dan Unit Kebun Pulu Raja selesai dibangun tahun 2006.

Pada tahun 2009 sedang dibangun 1(satu) unit Pabrik Kompos di Unit Kebun

(26)

2. Tanaman Jagung

Sesuai dengan penugasan Pemegang Sahan dan sebagai wujud dukungan

terhadap Program Ketahanan Pangan Nasional, perusahaan turut serta

melaksanakan penanaman jagung di areal-areal yang sementara belum

dimanfaarkan, seperti areal TTAD ( Tahun Tanam Akan Datang) dan persiapan

TU ( Tanaman Ulang). Program ini dilaksanakan dengan mengikutsertakan peran

warga masyarakat terutama yang berdomisili di sekitar Unit Kebun PTPN IV.

3. Kebun Benih Kelapa Sawit

Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bibit kelapa sawit yang berkualitas,

maka pada tahun 2009 perusahaan akan membuat pembibitan kelapa sawit dengan

memanfaatkan areal seluas 150 Ha pada Unit Kebun Adolina dan mendatangkan

pohon indukan dari luar negeri.

4. Kebun Benih Kakao

Dalam rangka mengembangkan benih Kakao, maka pada tahun 2009

perusahaan akan mengelola kebun benih dengan memanfaatkan areal seluas 150

Ha pada Unit Kebun Adolina dan bekerjasama dengan pusat penelitian (Puslit)

Kakao Jember. Benih yang dihasilkan pertahun sebanyak 10 juta butir dengan total

pendapatan Rp 5 milyar, total biaya eksploitasi yang akan dikeluarkan sebesar Rp.

(27)

E. Strategi Perusahaan

Strategi yang akan dilaksanakan adalah meningkatkan kinerja

perusahaan melalui upaya peningkatan pengendalian biaya dan produktifitas

sumber-sumber yang tersedia.

A.Direktorat Produksi

1) Bidang Tanaman

a. Meningkatkan produktifitas tanaman (Kelapa Sawit dan Teh) dengan

pemeliharaan, kebijakan pemupukan, dan panen yang benar.

b. Perluasan Areal Kelapa Sawit dengan penambahan HGU.

2) Bidang Pengolahan

a. Melaksanakan proses pengolahan dengan menerapkan “Standart

Operating Procedure” (SOP) secara benar dan konsekwen.

b. Mengoptimalkan kapasitas PKS dengan melakukan pembelian TBS

pihak III.

c. Meningkatkan mutu produk yang dihasilkan untuk setiap komoditi

(Kelapa Sawit, Teh, dan Kakao)

3) Bidang Teknik

a. Melaksanakan pemeliharaan (maintenance) mesin-mesin dan instalasi

pabrik secara konsisten sehingga kondisi setiap mesin dan instalasi

dalam keadaan Runnig Well/ Top performance/ siap pakai.

(28)

c. Melaksanakan replacement atas mesin dan sarana pabrik.

B.Direktorat Keuangan

1) Bidang Keuangan

a. Mengendalikan Cash Flow perusahaan.

b. Menigkatkan pengendalian pelaksanaan anggaran sesuai RKAP.

c. Pengendalian biaya melalui RKO.

d. Menigkatkan Sosialisasi dan Manajemen Perpajakan dan Asuransi.

e. Mengawasi penggunaan dana Kredit sesuai peruntukannya.

2) Bidang Akuntansi

a. Penyempurnaan system informasi Akuntansi Keuangan berbasis

computer yang andal dan akurat.

b. Peningkatan efektifitas pengendalian biaya yang sudah ada.

3) Bidang Pemasaran Hasil

a. Mempertahankan pasar yang telah ada.

b. Menigkatkan pelayanan kepada pelanggan, pengujian dan sertifikasi.

c. Melakukan koordinasi dengan lembaga pemasaran dalam rangka

memperluas pasar dan mencari peluang pasar baru.

d. Menigkatkan komunikasi dengan pembeli dalam rangka

(29)

C.Direktorat SDM dan Umum

1) Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Penyempurnaan struktur organisasi perusahaan yang sesuai dengan

kebutuhan agar dapat dicapai efisiensi dan efektifitas kerja yang

tinggi.

b. Menyempurnakan sistem imbal jasa yang lebih kompetitif dan

mengarah pada prestasi kerja.

c. Meningkatkan kualitas SDM dan disiplin kerja agar mampu

melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan perusahaan.

d. Menyusun man power planning untuk mengoptimalkan pemanfaatan

tenaga kerja yang tersedia.

e. Meningkatkan hubungan industrial, kesehatan dan K3.

2) Bidang Umum / Hukum dan Pertanahan

a. Inventarisasi permasalahan yang belum terlaksana sesuai jadwal.

b. Menindaklanjuti permasalahan yang belum selesai pada waktunya.

c. Mempelajari kendala yang ada dalam permasalahan untuk mencari

jalan keluar yang terkoordinasi.

3) Bidang Pengadaan

a. Melaksanakan pengadaan barang dan jasa dengan harga yang wajar,

mutu terjamin, tepat waktu, jumlah sesuai kebutuhan dan

pengadaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(30)

c. Mengendalikan persediaan barang/bahan.

d. Membina hubungan yang baik dengan seluruh mitra kerja serta

membina pengusaha kecil dan koperasi.

e. Melakukan cek harga pasar secara luas ke beberapa sumber informasi

sehingga harga perhitungan sendiri (HPS) yang diterbitkan dapat

dipertanggung jawabkan.

f. Dalam memproses suatu objek pekerjaan, P2BJ akan mengundang

para mitra kerja yang benar-benar memiliki kemampuan dan keahlian

sesuai kualifikasi dan sub bidangnya masing-masing.

D.Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha

1) Bidang Perencanaan

a. Mengadopsi inovasi dan melakukan kerjasama dengan strategic

partner.

b. Menciptakan inovasi secara mandiri.

c. Menigkatkan integrasi sistem informasi yang dimiliki perusahaan

(PTPN IV online)

d. Implelmentasi teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi

proses bisnis.

2) Bidang Pengembangan

a. Optimalisasi pengembangan usaha

b. Meningkatkan peran dalam penigkatan efektifitas dan efisiensi dalam

(31)

3) Bidang PKBL

a. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dan kebun unit

untuk penyaluran dan penagihan dana PKBL.

b. Mengalihkan mitra binaan yang berada diluat Provinsi Sumatera

Utara kepada BUMN lain.

c. Meningkatkan pelaksanaan evaluasi dan monitoring kepada mitra

binaan.

d. Melakukan penyuluhan hukum kepada Mitra Binaan agar mempunyai

kesadaran dalam membayar kembali pinjaman.

E.Sekretaris Perusahaan :

a. Menigkatkan image perusahaan serta melaksanakan good corporate

governance (GCG).

F. Unit Kerja Penunjang :

1) Bidang Kesehatan

a. Meningkatkan pelayanan kesehatan karyawan.

b. Mengadakan penyuluhan yang berkaitan dengan pemeliharaan

kesehatan.

(32)

F. KEBIJAKAN PERUSAHAAN

Untuk mencapai sasaran perusahaan yang telah ditetapkan maka perusahaan

menetapkan kebijakan-kebijakan dasar sesuai bidang masing-masing sebagai berikut :

A. Direktorat Produksi

1)Bidang Tanaman

a. Menanam dengan bahan tanaman yang unggul.

b. Pemeliharaan tanaman dilaksanakan secara rutin dan konsekwen.

c. Penyisipan yang konsisten dan berkesinambungan tetap dilaksanakan.

Untuk komoditi teh dilakukan penyisipan dengan bibit tua berumur± 2

tahun.

d. Jenis dosis dan waktu pelaksanaan pemupukan merujuk pada rekomendasi

pemupukan.

e. Pemberian pupuk suplemen (OST,PHE,LCKS, Kompos dan Tandan

Kosong) sebagai substitusi pupuk anorganik dengan tujuan untuk

meningkatkan kesuburan tanah.

f. Kriteria matang panen TBS 5 brondolan per piringan.

g. Sistem panen Teh dengan mekanisasi (mesin petik).

h. Intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan kebun benih kakao.

i. Penggunaan pestisida nabati untuk pengendalian Organisasi pengganggu

(33)

j. Melaksanakan penyerbukan bantuan diareal TBM III yang prosentase

bunga betina terhadap bunga jantan ±80%.

2. Bidang Pengolahan

a. Semua hasil produksi kebun yang dipanen setiap hari, harus dapat diolah

pada hari itu juga.

b. Pabrik hanya mengolah hasil produksi yang kualitasnya memenuhi

persyaratan mutu.

c. Mesin dan Instalasi yang menjadi titik kritis dalam system pengolahan akan

menjadi objek pengawasan dan pengendalian yang utama.

d. Setiap pabrik harus selalu siap beroperasi dengan kapasitas nominalnya.

1. Bidang Teknik

a. Penggantian mesin-mesin dan peralatan pabrik agar disesuaikan dengan

jadwal dan memperhatikan masa manfaat.

b. Rehabilitasi/penggantian sarana dan prasarana produksi lainnya harus

memperhatikan urgensinya.

c. Melaksanakan program penghematan energy secara optimal dalam

pengoperasian pabrik dan alat produksi lainnya.

B.Direktorat Keuangan :

1)Bidang Keuangan

a. Pelaksanaan kegiatan-kegitan yang ada dalam RKAP mengacu kepada

(34)

b. Pelaksanaan Investasi hanya dilakukan jika kondisi keuangan mendukung

dan memperhatikan skala prioritas.

c. Pelaksanaan pengawasan kredit perbankan dilakukan dengan membuat

daftar/skala prioritas seperti yang diarahkan oleh konsultan.

2)Bidang Akuntansi

a. Mengoptimalkan kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan prakterk akuntansi yang lazim.

b. Mereview seluruh SE dan SI yang berhubungan dengan bidang akuntansi

keuangan.

c. Menigkatkan kualitas pelaporan menjadi lebih cepat, lebih akurat dan lebih

informatif.

3)Bidang Pemasaran

a. Memenuhi permintaan / order pembeli tepat waktu dengan mutu sesuai

ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam kontrak.

C. Direktorat SDM dan Umum

1)Bidang Sumber Daya Manusia

a. Pendidikan dan latihan SDM dilakukan sesuai kebutuhan perusahaan

dengan mengutamakan system In House Training.

b. Penerimaan / rekrutmen pegawai dilaksanakan secara selektif sesuai

(35)

2)Bidang Umum

a. Penyelesaian pekerjaan / urusan harus sesuai dengan peraturan perusahaan

dan norma-norma yang ada serta berpedoman kepada RKAP.

3)Bidang Pengadaan

a. Pengadaan barang dan bahan sesuai kebutuhan baik jumlah maupun mutu.

b. Lavering tepat waktu.

c. Harga wajar.

d. Pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai peraturan perusahaan yang

berlaku dan berpedoman kepada RKAP.

D. Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha :

1)Bidang Perencanaan

a. Objek kajian diarahkan untuk peningkatan produktifitas, efisiensi dan ramah

linkungan.

b. Mengembangkan Teknologi informasi (TI) guna kepentingan perusahaan.

2)Bidang Pengembangan

a. Pelaksanaan pengembangan Proyek Madina dan Panai Jaya berpedoman

kepada SPO.

b. Mengoptimalkan Pemanfaatan TI.

3)Bidang PKBL

a. Penyaluran dana PKBL harus didasarkan pada kebutuhan sesuai sasaran

(36)

b. Membuat SKB dengan BUMN lain dalam rangka pengalihan Mitra Binaan

diluar Propinsi Sumatera Utara.

c. Penyaluran dana PKBL berdasarkan usulan unit kebun dan ditetapkan

kantor pusat berdasarkan usulan unit kebun dan ditetapkan kantor pusat

berdasarkan otoritas kebutuhan.

E.Unit Penunjang

1) Bidang Kesehatan

a. Pengiriman pasien ke Rumah Sakit rujukan diupayakan seminimal mungkin.

(37)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SEKTOR PERKEBUNAN

A. Pengertian Umum Tentang Pajak

1. Pengertian Pajak

1. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani

Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang

wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi

kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan.

2. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H,

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk

membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang

(38)

3. Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi pajak

a. Fungsi Budgetair

Pajak merupakan suatu alat untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas

negara, yang pada waktunya nanti akan digunakan untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara..

b. Fungsi Regulasi

Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang

keuangan. Pemerintah dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan dalam berbagai

(39)

3. Pengelompokan Pajak

1. Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak

Penghasilan

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh :

Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

(40)

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewa, Pajak Bumi dan

Bangunan, dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah, yaitu Pajak yang dipungut oleh oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah Terbagi atas:

a. Pajak Provinsi

contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Kendaraan Bermotor,

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dsb.

b. Pajak Kabupaten/Kotamadya

(41)

B. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

1. Pengertian Umum Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang

dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang

Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-undang nomor 12 tahun 1994.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang bersifat

kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan

objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang

membayar )tidak ikut menentukan besarnya pajak.

2. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

a. Yang menjadi objek PBB adalah bumi dan atau bangunan.

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi

meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan)

serta laut wilayah Republik Indonesia. Contohnya : sawah, ladang, kebun, tanah,

perkarangan, tambang, dll.

b. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada

(42)

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :

a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan.

b. Jalan tol.

c. Kolam renang.

d. Pagar mewah.

e. Tempat olah raga.

f. Galangan kapal/dermaga.

g. Taman mewah

h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak

i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

c. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

1. Yang menjadi objek pajak yaitu bumi dan atau bangunan

2. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah

pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan

sebagai pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang

(43)

d. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan klasifikasi bumi atau

tanah adalah :

1. Letak.

2. Peruntukan.

3. Pemanfaatan.

4. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

e. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam penentuan klasifikasi bangunan adalah :

a. Bahan yang digunakan.

b. Rekayasa.

c. Letak.

d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

f. Yang termasuk Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan yaitu :

a. Areal Pengusahaan Benih.

b. Penanaman Baru.

c. Perluasan.

d. Perubahan Jenis Tanaman.

(44)

g. Pengecualian Objek Pajak

Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah objek pajak

yang :

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk

mencari keuntungan, antara lain :

1)Di bidang ibadah. Contoh : masjid, gereja, vihara.

2)Di bidang kesehatan. Contoh : rumah sakit.

3)Di bidang pendidikan. Contoh : madrasah, pesantren.

4)Di bidang social. Contoh : panti asuhan.

5)Di bidang kebudayaan nasional. Contoh : museum, candi.

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.

c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,

tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum

dibebani suatu hak.

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan azas perlakuan

timbale balik.

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan

oleh Menteri Keuangan.

h. Subjek Pajak dan Wajib Pajak

(45)

a. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau ;

b. Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau ;

c. Memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau ;

d. Memperoleh manfaat atas bangunan.

Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.

C. Tata Cara Pendaftaran dan Sanksi PBB

1. Tata Cara Pendaftaran PBB

Orang atau badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek

Pajaknya ke Kantor Pelayanan PBB atau Kantor Penyuluhan Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi letak objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat

Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di Kantor Pelayana PBB

atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

Pendaftaran objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilakukan oleh

subjek pajak dengan cara mengambil dan mengisi formulir SPOP secara jelas,

benar dan lengkapserta ditandatangani dan dikembalikan ke kantor Pelayanan PBB

yang bersangkutan atau tempat yang ditunjuk untuk pengambilan dan

(46)

2. Sanksi PBB

a. Sanksi Administrasi

1)Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan setelah

ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat

teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi berupa

denda administrasi sebesar 25% dari PBB yang terutang.

2)Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar (lebih

kecil), maka akan diterbitkan SKP dengan sanksi berupa denda administrasi

sebesar 25% dari selisih besarnya PBB yang terutang.

b. Sanksi Pidana

1) Barangsiapa karena kealpaannya tidak mengembalikan SPOP atau

mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau

melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga menimbulkan kerugian bagi

Negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau

denda setinggi-tingginya 2(dua) kali lipat pajak yang terutang.

2) Barang siapa karena dengan sengaja :

a. Tidak mengembalikan atau menyampaikan SPOP kepada Direktorat Jenderal

Pajak;

b. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan atau

melampirkan keterangan yang tidak benar;

c. Memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau dokumen yang palsu atau

(47)

d. Tidak memperlihatkan data atau tidak meminjamkan surat atau dokumen

lainnya;

e. Tidak menunjukkan data atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan;

Sehingga menimbulkan kerugian pada Negara. Dipidana dengan pidana penjara

selama-lamaya 2 (dua) tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali

pajak yang terutang. Sanksi pidana tersebut dilipatkan dua apabila seseorang

melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu tahun,

terhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang

dijatuhkan atau sejak dibayarnya denda.

D. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

1. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

Sarana bagi Wajib Pajak (WP) untuk mendaftarkan Objek Pajak yang akan

dipakai sebagai dasar untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang

terutang.

2. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang

Surat Keputusan kepala Kantor Pelayanan Pajak Buni dan Bangunan (KPPBB)

(48)

E. Klasifikasi Bumi dan/ atau Bangunan

Dalam hal memudahkan penghiitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

yang terutang atas suatu objek pajak berupa tanah (bumi) dan atau bangunan harus

diketahui pengelompokkan objek pajak menurut nilai jualnya, tarif, Nilai jual Objek

Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).

Pengelompokkan Objek Pajak menurut nilai jual tersebut sering disebut dengan

Klasifikasi tanah (bumi) dan bangunan.

Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan

menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan

(49)

Di bawah ini merupakan tabel Klasifikasi, Penggolongan dan ketentuan Nilai

Jual Bumi dan Bangunan Tahun 2009.

I. Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok A.

Klas

Penggolongan,

Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )

Nilai Jual (Rp/M2)

1 > 3.000.000 s/d 3.200.000 3.100.000

2 > 2.850.000 s/d 3.000.000 2.925.000

3 > 2.708.000 s/d 2.850.000 2.779.000

4 > 2.573.000 s/d 2.708.000 2.640.000

5 > 2.444.000 s/d 2.573.000 2.508.000

6 > 2.261.000 s/d 2.444.000 2.352.000

7 > 2.091.000 s/d 2.261.000 2.176.000

8 > 1.934.000 s/d 2.091.000 2.013.000

9 > 1.789.000 s/d 1.934.000 1.862.000

10 > 1.655.000 s/d 1.789.000 1.722.000

11 > 1.490.000 s/d 1.655.000 1.573.000

12 > 1.341.000 s/d 1.490.000 1.416.000

13 > 1.207.000 s/d 1.341.000 1.274.000

14 > 1.086.000 s/d 1.207.000 1.147.000

15 > 977.000 s/d 1.086.000 1.032.000

16 > 855.000 s/d 977.000 916.000

17 > 748.000 s/d 855.000 802.000

18 > 655.000 s/d 748.000 702.000

19 > 573.000 s/d 655.000 614.000

20 > 501.000 s/d 573.000 537.000

(50)

22 > 362.000 s/d 426.000 394.000

23 > 308.000 s/d 362.000 335.000

24 > 262.000 s/d 308.000 285.000

25 > 223.000 s/d 262.000 243.000

26 > 178.000 s/d 223.000 200.000

27 > 142.000 s/d 178.000 160.000

28 > 114.000 s/d 142.000 128.000

29 > 91.000 s/d 114.000 103.000

30 > 73.000 s/d 91.000 82.000

31 > 55.000 s/d 73.000 64.000

32 > 41.000 s/d 55.000 48.000

33 > 31.000 s/d 41.000 36.000

34 > 23.000 s/d 31.000 27.000

35 > 17.000 s/d 23.000 20.000

36 > 12.000 s/d 17.000 14.000

37 > 8.400 s/d 12.000 10.000

38 > 5.900 s/d 8.400 7.150

39 > 4.100 s/d 5.900 5.000

40 > 2.900 s/d 4.100 3.500

41 > 2.000 s/d 2.900 2.450

42 > 1.400 s/d 2.000 1.700

43 > 1.050 s/d 1.400 1.200

44 > 760 s/d 1.050 910

45 > 550 s/d 760 660

46 > 410 s/d 550 480

47 > 310 s/d 410 350

48 > 240 s/d 310 270

49 > 170 s/d 240 200

(51)

Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok B

Klas Penggolongan,

Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )

Nilai Jual (Rp/M2)

1 > 67,390,000 s/d 69,700,000 68,545,000

2 > 65,120,000 s/d 67,390,000 66,255,000

3 > 62,890,000 s/d 65,120,000 64,000,000

4 > 60,700,000 s/d 62,890,000 61,795,000

5 > 58,550,000 s/d 60,700,000 59,625,000

6 > 56,440,000 s/d 58,550,000 57,495,000

7 > 54,370,000 s/d 56,440,000 55,405,000

8 > 52,340,000 s/d 54,370,000 53,355,000

9 > 50,350,000 s/d 52,340,000 51,345,000

10 > 48,400,000 s/d 50,350,000 49,375,000

11 > 46,490,000 s/d 48,400,000 47,445,000

12 > 44,620,000 s/d 46,490,000 45,555,000

13 > 42,790,000 s/d 44,620,000 43,705,000

14 > 41,000,000 s/d 42,790,000 41,895,000

15 > 39,250,000 s/d 41,000,000 40,125,000

16 > 37,540,000 s/d 39,250,000 38,395,000

17 > 35,870,000 s/d 37,540,000 36,705,000

18 > 34,240,000 s/d 35,870,000 35,055,000

19 > 32,650,000 s/d 34,240,000 33,445,000

20 > 31,100,000 s/d 32,650,000 31,875,000

21 > 29,590,000 s/d 31,100,000 30,345,000

22 > 28,120,000 s/d 29,590,000 28,855,000

23 > 26,690,000 s/d 28,120,000 27,405,000

24 > 25,300,000 s/d 26,690,000 25,995,000

25 > 23,950,000 s/d 25,300,000 24,625,000

(52)

27 > 21,370,000 s/d 22,640,000 22,005,000

28 > 20,140,000 s/d 21,370,000 20,755,000

29 > 18,950,000 s/d 20,140,000 19,545,000

30 > 17,800,000 s/d 18,950,000 18,375,000

31 > 16,690,000 s/d 17,800,000 17,245,000

32 > 15,620,000 s/d 16,690,000 16,155,000

33 > 14,590,000 s/d 15,620,000 15,105,000

34 > 13,600,000 s/d 14,590,000 14,095,000

35 > 12,650,000 s/d 13,600,000 13,125,000

36 > 11,740,000 s/d 12,650,000 12,195,000

37 > 10,870,000 s/d 11,740,000 11,305,000

38 > 10,040,000 s/d 10,870,000 10,455,000

39 > 9,250,000 s/d 10,040,000 9,645,000

40 > 8,500,000 s/d 9,250,000 8,875,000

41 > 7,790,000 s/d 8,500,000 8,145,000

42 > 7,120,000 s/d 7,790,000 7,455,000

43 > 6,490,000 s/d 7,120,000 6,805,000

44 > 5,900,000 s/d 6,490,000 6,195,000

45 > 5,350,000 s/d 5,900,000 5,625,000

46 > 4,840,000 s/d 5,350,000 5,095,000

47 > 4,370,000 s/d 4,840,000 4,605,000

48 > 3,940,000 s/d 4,370,000 4,155,000

49 > 3,550,000 s/d 3,940,000 3,745,000

(53)

II. Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan Kelompok A

Klas Penggolongan,

Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )

Nilai Jual (Rp/M

2)

1 > 1,034,000 s/d 1,366,000 1,200,000

2 > 902,000 s/d 1,034,000 968,000

3 > 744,000 s/d 902,000 823,000

4 > 656,000 s/d 744,000 700,000

5 > 534,000 s/d 656,000 595,000

6 > 476,000 s/d 534,000 505,000

7 > 382,000 s/d 476,000 429,000

8 > 348,000 s/d 382,000 365,000

9 > 272,000 s/d 348,000 310,000

10 > 256,000 s/d 272,000 264,000

11 > 194,000 s/d 264,000 225,000

12 > 188,000 s/d 194,000 191,000

13 > 136,000 s/d 188,000 162,000

14 > 128,000 s/d 136,000 132,000

15 > 104,000 s/d 128,000 116,000

16 > 92,000 s/d 104,000 98,000

17 > 74,000 s/d 92,000 83,000

18 > 68,000 s/d 74,000 71,000

19 > 52,000 s/d 68,000 60,000

(54)

Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual bangunan Kelompok B

Klas Penggolongan,

Nilai Jual Permukaan Bumi ( Tanah )

Nilai Jual (Rp/M

2)

1 > 14,700,000 s/d 15,800,000 15,250,000

2 > 13,600,000 s/d 14,700,000 14,150,000

3 > 12,550,000 s/d 13,600,000 13,075,000

4 > 11,550,000 s/d 12,550,000 12,050,000

5 > 10,600,000 s/d 11,550,000 11,075,000

6 > 9,700,000 s/d 10,600,000 10,150,000

7 > 8,850,000 s/d 9,700,000 9,275,000

8 > 8,050,000 s/d 8,850,000 8,450,000

9 > 7,300,000 s/d 8,050,000 7,675,000

10 > 6,600,000 s/d 7,300,000 6,950,000

11 > 5,850,000 s/d 6,600,000 6,225,000

12 > 5,150,000 s/d 5,850,000 5,500,000

13 > 4,500,000 s/d 5,150,000 4,825,000

14 > 3,900,000 s/d 4,500,000 4,200,000

15 > 3,350,000 s/d 3,900,000 3,625,000

16 > 2,850,000 s/d 3,350,000 3,100,000

17 > 2,400,000 s/d 2,850,000 2,625,000

18 > 2,000,000 s/d 2,400,000 2,200,000

19 > 1,666,000 s/d 2,000,000 1,833,000

(55)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Prosedur penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang)

Sektor Perkebunan di PTPN IV (Persero)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 pasal 10 yang berisi

Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) diterbitkan atas dasar Surat

Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), namun untuk membantu wajib pajak Surat

Pemberitahuan Pajak Terhutang dapat diterbitkan berdasarkan data objek pajak

yang telah ada pada Direktorat Jenderal Pajak.

Berikut ini merupakan hasil wawancara dari salah satu pegawai PTPN IV

(Persero) mengenai prosedur penyampaian SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

1. Kantor pusat PTPN IV (Persero) menerima blangko SPOP dari kantor

Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar.

2. Blangko SPOP tersebut diteruskan atau disebar ke kebun/unit sesuai dengan

kantor Pelayanan Pajak Pratama yang dimaksud.

3. Setelah diisi oleh kebun/unit dan telah ditandatangani oleh masing-masing

manajer, SPOP tersebut dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang

(56)

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar menerbitkan SPPT dan

dasar perhitungannya untuk dasar penagihan ke PTPN IV (Persero).

Dalam melakukan penyetoran pajak ini, PTPN IV (Persero) akan meyetorkan ke

rekening yang telah tersedia dalam surat pembertitahuan rekening penyetoran PBB

sektor Perkebunan.

B.Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan berbeda

dengan Pajak Bumi dan Bangunan. Dibawah ini akan dijelaskan yang merupakan

dasar pengenaan PBB Sektor Perkebunan.

Dasar pengenaan PBB Sektor Perkebunan adalah hasil penjumlahan antara

perkalian luas areal perkebunan dengan NJOP bumi per meter persegi dan perkalian

luas bangunan dengan NJOP bangunan per meter persegi, dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. NJOP bumi per meter persegi sebesar hasil konversi nilai tanah per meter persegi

kedalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual permukaan bumi

(tanah); dan

b. NJOP bangunan per meter persegi sebesar hasil konversi nilai bangunan per

meterpersegi ke dalam klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual

(57)

1. Pengertian yang berhubungan dengan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan.

Dibawah ini terdapat beberapa pengertian tentang PBB Sektor Perkebunan antara

lain :

a. Sektor Perkebunan adalah objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang

digunakan untuk pengusahaan tanaman perkebunan dengan luasan paling

sedikit 2 (dua) hektar, termasuk emplasemen.

b. Standar Investasi Tanaman yang selanjutnya disebut SIT adalah jumlah biaya

tenaga kerja, bahan dan alat yang diinvestasikan untuk pembukaan lahan,

penanaman, dan pemeliharaan tanaman.

c. Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor Perkebunan yang selanjutnya

disebut SPOP adalah surat yang digunakan oleh subjek pajak/Wajib Pajak

untuk melaporkan data objek pajak Sektor Perkebunan ke Direktorat Jenderal

Pajak.

d. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak Sektor Perkebunan yang

selanjutnya disebut LSPOP adalah formulir yang dipergunakan oleh subjek

pajak/Wajib Pajak untuk melaporkan data rinci objek pajak Sektor

Perkebunan.

e. Formulir Data Masukan yang selanjutnya disebut FDM adalah formulir yang

digunakan sebagai sarana perekaman data ke dalam aplikasi SISMIOP untuk

Sektor Perkebunan.

(58)

Pembentukan Basis Data adalah rangkaian kegiatan membentuk basis data

objek pajak untuk pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor

Perkebunan ke dalam basis data SISMIOP untuk Sektor Perkebunan.

2. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Dalam penghitungan pajak bumi dan bangunan sektor perkebunan PT.

Perkebunan Nusantara IV (Persero) tarif yang dikenakan yaitu sebesar 40 %

(empat puluh persen). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2002.

Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) dikenakan sebesar 40% untuk Pajak Bumi dan

Bangunan Sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan, dan yang Nilai Jual

Objek Pajak (NJOP) satu milyar rupiah atau lebih. Dan NJKP 20% untuk NJOP

kurang dari satu milyar rupiah.

Rumus Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan PT.

Perkebunan Nusantara IV (Persero).

NJKP = 40% × (NJOP – NJOPTKP)

PBB = 0,5% × 40% (NIOP – NJOPTKP)

(59)

B. Pendataan dan Penilaian Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan

1. Dalam rangka pelaksanaan pendataan dan penilaian, areal perkebunan

dikelompokkan menjadi:

a. Areal Produktif, yaitu areal yang sudah ditanami meliputi areal tanaman belum

menghasilkan dan areal tanaman menghasilkan;

b. Areal Belum Produktif, terdiri dari:

1) Areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami; dan/atau

2) Areal belum diolah

c. Areal Emplasemen, yaitu areal yang digunakan untuk berdirinya bangunan dan

sarana pelengkap lainnya dalam perkebunan;

d. Areal Lainnya, terdiri dari:

1) Areal tidak produktif/tidak dapat dimanfaatkan, seperti rawa, cadas, dan

jurang; dan/atau

2) Areal jalan meliputi jalan utama yang terletak di dalam dan/atau di luar areal

perkebunan, jalan produksi yang berfungsi untuk pengumpulan hasil dan

(60)

2. Penghitungan nilai tanah areal perkebunan ditentukan sebagai berikut:

a. Nilai tanah Areal Produktif:

1) Nilai tanah Areal Produktif merupakan penjumlahan Nilai Dasar Tanah

Areal Produktif dan SIT.

2) Nilai Dasar Tanah Areal Produktif merupakan perkalian luas dengan Nilai

Dasar Tanah per meter persegi Areal Produktif.

3) Pedoman penentuan SIT ditetapkan sebagaimana pada Lampiran II Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak .

b. Nilai tanah Areal Belum Produktif:

1) Nilai tanah Areal kebun yang sudah diolah tetapi belum ditanami

merupakan perkalian luas dengan nilai dasar tanah per meter persegi areal

kebun yang sudah diolah tetapi belum ditanami, termasuk di dalamnya biaya

pembukaan lahan.

2) Nilai tanah Areal kebun belum diolah merupakan perkalian luas dengan

Nilai Dasar Tanah per meter persegi areal kebun yang belum diolah.

c. Nilai tanah Areal Emplasemen merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar

Tanah per meter persegi areal emplasemen, termasuk di dalamnya biaya

pematangan tanah.

d. Nilai tanah Areal Lainnya:

1) Nilai tanah Areal tidak produktif merupakan perkalian luas dengan Nilai

(61)

2) Nilai tanah Areal jalan merupakan perkalian luas dengan Nilai Dasar Tanah

permeter persegi areal jalan, termasuk di dalamnya biaya pematangan tanah.

e. Nilai tanah per meter persegi areal perkebunan merupakan jumlah nilai tanah

Areal Produktif, Areal Belum Produktif, Areal Emplasemen dan Areal Lainnya

dibagi dengan jumlah luas Areal Produktif, Areal Belum Produktif, Areal

Emplasemen dan Areal Lainnya.

3. Penghitungan nilai bangunan ditentukan sebagai berikut:

a. Nilai bangunan tiap-tiap jenis bangunan merupakan perkalian luas dengan nilai

bangunan per meter persegi tiap-tiap jenis bangunan.

b. Nilai bangunan per meter persegi merupakan jumlah nilai seluruh bangunan

(62)

C.Tata Cara Penghitungan PBB Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Di bawah ini merupakan contoh tatacara penghitungan Pajak Bumi dan

Bangunan Sektor Perkenunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

PT. A Suatu Perkebunan Kelapa Sawit di Bahjambi menguasai tanah dan

bangunan dengan rincian sebagai berikut :

A. Tanah

1. Areal Produktif

Kelapa Sawit seluas 3.2315.000 m2 kelas A36 dengan SIT 185.224.440.000

2. Areal Belum Produktif

Areal Kebun yang belum diolah seluas 1.910.000 m2 kelas A36

3. Areal Emplasemen

Areal Emplasemen seluas 5.135.000 m2 kelas A32

4. Areal Lainnya

a.Areal Tidak Produktif seluas 635.000 m2 kelas A41

(63)

5. Bangunan

1. Pabrik/Kilang seluas 444 m2 kelas A5

2. Perkantoran seluas 1.760.300 m2 kelas A5

3. Perumahan seluas 128.851 m2 kelas A7

4. Gudang seluas 1.196 m2

5. Ruang Workshop seluas 275 m2

6. Poliklinik seluas 88 m2

7. Jalan diperkeras 12409 m2

8. Bangunan Lainnya 6072 m2

(64)

Penyelesaian :

I.Perhitungan Nilai Tanah

1. Areal Produktif

Kelapa Sawit seluas 32.315.000 m2 x 14000 = Rp 452.410.000.000

SIT = Rp.

= RP. 637.634.440.000 185.224.440.000 +

2. Areal belum Produktif

Areal Kebun yang belum diolah seluas

1.910.000 m2 ×14.000 = Rp. 26.740.000.000

3. Areal Emplasemen

Areal Emplasemen seluas

5.135.000 m2 ×48000 = Rp 246.480.000

4. Areal Lainnya

a. Areal Tidak Produktif seluas

635.000 m2 ×2450 = Rp. 1.555.750

b. Areal Jalan seluas 305.000 m2 ×14000 = Rp.

668.892.475.000

(65)

5. Perhitungan Nilai Bangunan

1. Pabrik/Kilang seluas 444 m2 × 595.000 = Rp. 264.180.000

2. Perkantoran seluas 1.760.300 m2 × 595.000 =Rp.1.047.378.500.000

3. Perumahan seluas 128.851 m2 × 429.000 = Rp. 55.277.079.000

4. Gudang seluas 1.196 m2 × 429.000 = Rp. 513.084.000

5. Ruang Workshop seluas 275 m2 ×429.000 = Rp. 117.975.000

6. Poliklinik seluas 88 m2 × 310.000 = Rp. 27.280.000

7. Jalan Diperkeras 12409 m2 × 116.000 = Rp. 1.439.444.000

8. Bangunan Lainnya 6072 m2 × 428.593 = Rp.

(66)

6. Perhitungan PBB Terhutang

Objek Pajak :

Luas Bumi 40.300.000 m2 kelas A35 (20.000) = Rp. 80.600.000.000 Luas Bangunan 1.909.275 m2 kelas A06 ( 505.000) = Rp.

NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = Rp. 1.044.183.875.000 964.183.875.000 +

NJOPTKP = Rp. 0

NJOP untuk Penghitungan PBB =Rp. 1.044.183.875.000

NJKP (Nilai Jual Kena Pajak)

40%×1.044.183.875.000 = Rp. 417.673.550.000

(67)

Dalam hal penghitungan pajak bumi dan bangunan yang dilakukan PTPN

IV (Persero) tidak mengalami kendala ataupun kesulitan karena kantor PTPN IV

(Persero) telah menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan penghitungan

yaitu dasar pengenaan, tarif dan tatacara penghitungan dari kantor Pelayanan Pajak

Pratama.

Kantor PTPN IV (Persero) selanjutnya hanya menyetorkan kerekening

yang tertera pada Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang nantinya akan

(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan data hasil Penelitian Lapangan dalam bab sebelumnya,

maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan adalah hasil

penjumlahan antara perkalian luas areal perkebunan dengan Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP) bumi per meter persegi dan perkalian luas bangunan dengan NJOP

bangunan per meter persegi.

2. Sektor Perkebunan adalah objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang digunakan

untuk pengusahaan tanaman perkebunan dengan luasan paling sedikit 2 (dua)

hektar, termasuk emplasemen.

3. Tatacara penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan PT.

Perkebunan Nusantara IV (Persero) dilakukan dengan cara mengalikan luas

objek pajak bumi dan bangunan dengan nilai jual objek pajak bumi dan bangunan

yang terdapat dalam tabel klasifikasi nilai jual bumi dan bangunan. Setelah

diketahui hasilnya kemudian seluruh hasil dari perkalian baik itu perhitungan nilai

(69)

terhutang. Untuk menghitungan PBB terhutang dilakukan dengan cara

mengalikan Nilai Jual Kena Pajak dengan Nilai Jual Objek Pajak.

4. Prosedur penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) di PT.

Perkebunan Nusantara IV (Persero) yaitu kantor PTPN IV (Persero) menerima

blangko Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dari Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Pematang Siantar kemudian blangko tersebut disebar ke kebun/unit,

setelah blangko tersebut diisi maka SPOP tersebut dikirim ke Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Pematang Siantar. Setelah itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Pematang Siantar menerbitkan SPPT dan dasar perhitungannya.

5. PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) setelah menerima SPPT dan dasar

perhitungan untuk Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan dari Kantor

Pelayanan Pajak Pratama maka selanjutnya menyetorkan PBB tersebut ke

(70)

B. SARAN

Untuk perbaikan dimasa yang akan datang, penulis mengemukakan saran yang

kiranya dapat dijadikan sebagai masukan.

1. Diharapkan pihak perusahaan dalam melakukan penghitungan Pajak Bumi dan

Bangunan dengan benar dan teliti serta berdasarkan Ketentuan Peraturan

undangan Perpajakan yang berlaku, mengingat Peraturan

Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku di Indonesia sering mengalami perubahan

sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang melanggar Peraturan

Perundang-undangan.

2. Diharapkan pihak perusahaan agar melakukan pengisian Surat Pemberitahuan

Objek Pajak dengan benar serta berdasarkan Ketentuan Peraturan

Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku sehingga nantinya tidak menyebabkan hal-hal

yang tidak diinginkan seperti dikenakan sanksi administrasi ataupun denda dan

sebagainya.

3. Agar sumber daya manusia pegawai PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero)

ditingkatkan melalui sarana pendidikan dan latihan. Hal ini dilakukan karena

pegawai PTPN IV (Persero) merupakan pegawai dengan latar belakang usia,

pendidikan, adat/budaya, dan agama yang berbeda-beda sehingga dengan adanya

pelatihan di bidang pekerjaan masing-masing akan meningkatkan kinerja pegawai

(71)

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku

Budyatmoko, Y. Sri, Pajak Bumi dan Bangunan, Bandung: PT. Eresco, 2001

Markus muda, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2005

Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta: Andi Ofset, 2009

Ngadiman, Perpajakan, Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP)

UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press), 2009

B.Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan, KEP-817/KMK.04/1991

Tentang Tatacara Pendaftaran dan Pendataan Objek dan Subjek Pajak

Bumi dan Bangunan.

Republik Indonesia, Undang-undang No. 12 Tahun 1994, Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985, tentang Pajak Bumi dan

Bangunan.

Direktur Jenderal Pajak, Keputusan, KEP-16/PJ.6/1998, Tentang Pengenaan Pajak

Bumi dan bangunan.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 Tentang

Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk Penghitungan Pajak

(72)

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Perubahan

Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, Tentang Ketentuan

Umum dan Tatacara Perpajakan.

Surat Edaran Nomor SE-81/PJ/2008, tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-50/PJ/2008, tentang Pengenaan

(73)

DAFTAR ISTILAH

HGU : Hak Guna Usaha

SOP : Sistem Prosedur Perusahaan

Cash flow (aliran kas) : merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang

masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan

dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari

aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar

perusahaan serta berapa saldonya setiap periode.

Good Corporate Governance

(GCG) : Tidak lain pengelolaan bisnis yang melibatkan

kepentingan stakeholders serta penggunaan sumber

daya berprinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan

akuntabilitas

In House Trainig Sistem : Sebagai sarana untuk memberi bekal pengetahuan

dan keterampilan bagi para pegawai di lingkungan

unit kerja, agar dapat memahami ketentuan dan

(74)

pemerintah, serta mampu mengimplementasikan

pemahaman tersebut dalam menyusun dan

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan-hubungan yang ada dalam Model Persamaan Struktural (SEM), baik itu model peubah laten, maupun model peubah pengukuran dapat dengan baik digambarkan

Telah dilakukan analisa kadar seng (Zn) dan kromium (Cr) dari sampel air baku yang berasal dari sungai Belawan Sunggal dan air reservoir yang diproduksi sebagai air

Pengujian karakter monyet menggunakan file motion capture gerakan berjalan menghasilkan gerakan yang cukup natural, gerakan terasa cukup halus dan sesuai dengan

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa CSF shunts adalah terapi definitif dan standar baku untuk hidrosefalus, tetapi komplikasi yang terjadi seperti infeksi dapat

[r]

dapat berpotensi sebagai vektor filariasis jika ditemukan mikrofilaria di dalam tubuh nyamuk dan nyamuk pernah menghisap darah manusia, yang dapat diketahui dengan

Berdasarkan data pada tabel 3 nilai gulma dominan pada pertanaman padi organik adalah jenis Echinochloa crus-galli dengan nilai SDR 36,80 %, sedangkan gulma

______ murid dapat mencapai objektif yang ditetapkan dan ______ murid yang tidak mencapai objektif akan diberi bimbingan khas dalam sesi akan datang. PdP