• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1. Teori Kebijakan Publik

DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Teori Kebijakan Publik

Secara umum, kebijakan digunakan untuk menunjukkan perilaku seorang aktor, misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah, atau juga sejumlah aktor dalam suatu bidang tertentu (Winarno 2014: 19). Kebijakan publik pada dasarnya merupakan keputusan yang bertujuan untuk mengatasi suatu permasalahan publik, untuk melakukan kegiatan tertentu yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan dan kebijakan publik mengikat banyak orang. Banyak para ahli yang mengeluarkan pendapatnya mengenai arti dari kebijakan publik, masing-masing definsi tersebut memberi penekanan yang berbeda. Perbedaan ini timbul karena masing-masing ahli memiliki latar belakang yang berbeda. Salah satunya adalah Robert Eyestone mengatakan bahwa kebijakan publik sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya (Winarno 2014: 20).

Menurut Carl Friedricih (dalam Winarno 2014: 20) memandang kebijakan publik sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk

menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau meralisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Definisi yang diberikan Friedrich ini merupakan define yang sangat luas karena tidak hanya mencakup pemerintah saja, namun juga mencakup tindakan kelompok dan individu yang memberikan dampak atau outcomes. Menurut Anderson (dalam Winarno 2014: 21) mengatakan pengertian kebijakan publik sebagai berikut: “Arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan”. Konsep yang dikatakan Anderson menurut Winarno sangat tepat karena memusatkan perhatiannya pada apa yang dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan.

Menurut Anderson, konsep kebijakan publik mempunyai beberapa implikasi, yakni pertama, titik perhatian dalam membicaraka kebijakan publik berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku serampangan. Kedua, kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan keputusan-keputusan yang tersendiri. Ketiga, kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Keempat, kebijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif atau negatif.

Beberapa konsep kunci yang dapat digunakan untuk memahami kebijakan publik yang dikemukakan oleh Young dan Quinn (dalam Ayuningtyas 2015: 8) antara lain:

a. Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah dan perwakilan lembga pemerintah yang meiliki kewenangan hukum, politis, dan finansial untuk melakukannya.

b. Kebijakan publik merupakan sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan konkret yang berkembang di masyarakat, oleh karena itu, pada umumnya kebijakan publik merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial.

c. Merupakan seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan.

d. Juga merupakan sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Menurut Nugroho kebijakan publik adalah suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus di taati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi dengan bobot pelanggarya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan di depan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi (Nugroho 2004: 3). Sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami dalam beberapa kategori, yaitu adalah tuntutan-tuntutan kebijakan, keputusan-keputuan kebijakan, pernyataan-pernyataan kebijakan, hasil-hasil kebijakan, dan dampak-dampak kebijakan.

2.1.1.1 Pelaksana/Implementor Kebijakan Publik

Ada lima implementor kebijakan publik, yaitu birokrasi, lembaga legislative, lembaga peradilan, kelompok penekan, dan organisasi-organisasi masyarakat. (Winarno 2014: 221). Berikut penjelasan dari lima implementator tersebut.

1. Birokrasi

Birokrasi mempunyai keleluasaan yang besar dalam menjalankan kebijakan-kebijakan publik yang berada dalam yuridiksinya, karena mereka bekerja berdasarkan mandate perundang-undangan yang luas. Oleh karena kompleksitasnya isu yang dibahas, atau kurangnya waktu, perhatian, dan informasi, mereka yang berperan serta dalam proses legislasi seringkai tidak mampu atau tidak berminat untuk membuat garis-garis pedoman yang tepat.

2. Lembaga Legislatif

Badan-badan legislatif seringkali terlibat dalam proses implementasi kebijakan publik. Sekarang ini semakin meningkatnya keterlibatan badan-badan legislatif dalam implementasi, dan dengan demikian, merancang undang-undang yang sangat spesifik ketika berkaitan dengan implementasi.

3. Lembaga Peradilan

Keterlibatan lembaga peradilan yang paling penting adalah dalam konteks mempengaruhi tata kelola/administrasi melalui interpretasi nyata terhadap perundang-undangan dan peraturan-peraturan administrasi dan regulasi, dan pengkajian ulang terhadap keputusan-keputusan administrative dalam kasus-kasus yang dibawa ke pengadilan. Lembaga peradilan bisa memfasilitasi, menghambat, atau secara luas mementahkan implementasi kebijakan-kebijakan tertentu melalui keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh lembaga itu.

4. Kelompok-Kelompok Penekan

Berdasarkan diskresi yang berlaku dalam banyak badan administrasi, sebuah kelompok yang berhasil mempengaruhi tindakan suatu badan administrasi mungkin mempunyai efek secara substansial pada arah dan dampak dari kebijakan publik.

5. Organisasi-Organisasi Masyarakat

Pada tingkat lokal, organisasi-organisasi masyarakat seringkali terlibat dalam implementasi program-program publik, berbagai pemeran serta mempengaruhi tata kelola suatu kebijakan tertentu.

2.1.1.2 Faktor Penentu Pelaksanaan Kebijakan

Ada beberapa faktor yang menentukan sebuah kebijakan dapat dilaksanakan dengan baik, yang tercantum beriku ini:

1. Respek anggota masyarakat terhadap otoritas dan keputusan pemerintah. 2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan.

3. Adanya sanksi hukum. 4. Adanya kepentingan publik. 5. Adanya kepentingan pribadi.

2.1.1.3 Faktor Penentu Penolakan Kebijakan

Terdapat juga faktor penentu penolakan atau penundaan kebijakan, yakni sebagai berikut:

1. Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem nilai yang ada. 2. Tidak adanya kepastian hukum.

3. Adanya keanggotaan seseorang dalam organisasi.

Dokumen terkait