• Tidak ada hasil yang ditemukan

UP XII SAMBIKEREP  Kec Pakal

“TERWUJUDNYA SANITASI KOTA SURABAYA YANG RAMAH LINGKUNGAN PADA TAHUN 2015”

B. Kebijakan Umum Sektor Sanitas

Sebuah kota selalu mengalami perkembangan dari waktu kewaktu, sejalan dengan dinamika masyarakatnya. Hal ini terjadi karena perkembangan ruang kota ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu masyarakat, kegiatan masyarakat, dan pola pergerakan antar pusat kegiatan masyarakat satu dengan lainnya. Ketiga hal inilah yang secara fisik akan termanifestasikan dalam perubahan kebutuhan ruang kota dari waktu ke waktu. Struktur ruang wilayah menggambarkan hirarki system kota dan perkotaan serta fungsi yang diemban suatu Unit Pengembangan (UP). Rencana struktur ruang wilayah Kota Surabaya meliputi sistem pusat pelayanan dan fungsi wilayah serta system prasarana wilayah kota. C. Kebijakan Penyehatan Lingkungan Permukiman

1) Air Limbah

Berdasarkan kondisi fisik, analisa dan arahan dari hasil studi yang telah dilakukan untuk Kota Surabaya, maka rencana pengembangan penanganan limbah domestik dapat dibagi menjadi 4 (empat) zona sanitasi dengan perincian sebagia berikut :

a. Zona 1; Wilayah ini mempunyai kepadatan bersih (Net Density) tinggi yaitu rata- rata > 450 jiwa/Ha, muka air tanah cukup tinggi, daya resap tanah rendah yang tidak memungkinkan untuk diterapkan sistem on-site. Persentase fasilitas septik tank yang dimiliki penduduk pada wilayah ini cukup rendah sehingga sistem off- site yang paling memungkinkan untuk digunakan adalah "Shallow Sewer". b. Zona 2; Wilayah ini mempunyai kepadatan bersih sedang yaitu antara 150 - 450

jiwa/Ha, muka air tanah cukup tinggi, daya resap tanah rendah, sehingga wilayah ini diarahkan untuk menggunakan sistem off-site. Wilayah ini cukup potensial terhadap kemungkinan gangguan penyakit yang berasal dari pencemaran hasil buangan, sebab masih banyak penduduk yang menggunakan air dari sumur dangkal, sehingga pada wilayah ini diarahkan untuk menggunakan Small bore dan saluran pembuangan secara konvensional.

c. Zona 3; Umumnya wilayah ini mempunyai kepadatan bersih < 50 jiwa/Ha dan sebagian kecil mempunyai kepadatan antara 50 - 150 jiwa/Ha, muka air tanah rendah antara 2-6 meter dari permukaan tanah. Diarahkan untuk menggunakan cubluk kembar dengan sumur resapan.

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 103 d. Zona 4, Wilayah ini mempunyai kepadatan bersih rata-rata < 50 jiwa/Ha,

diarahkan untuk menggunakan septik tank dengan sumur resapan.

Untuk limbah industri penanganannya sudah diatur sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyebutkan bahwa setiap pabrik yang membuang limbah ke badan air penerima, diwajibkan untuk mengolah limbah tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan melalui "Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor : 414 Tahun 1987 Tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air Limbah di Jawa Timur". Dalam keputusan tersebut diuraikan jenis golongan limbah yang dapat dibuang ke badan air penerima sesuai dengan jenis golongan badan air penerima yang telah ditetapkan pada "Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor : 413 Tahun 1987 Tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air di Jawa Timur”.

Sedangkan untuk penanganan limbah bahan berbahaya beracun melalui proyek nasional “Centralized Hazardous and Toxic Waste Treatment Facility in GKS Region”. Fasilitas tersebut direncanakan mampu mengolah buangan jenis tersebut di atas dengan kapasitas sampai dengan tahun 2013. Dengan adanya fasilitas ini, limbah jenis B3 yang dihasilkan Kota Surabaya serta daerah lain di Provinsi Jawa Timur dapat tertangani.

2) Persampahan

Arahan konsep dan strategi pengembangan pengelolaan kebersihan melalui system persampahan adalah:

 Pengendalian Volume persampahan, yang dapat dilakukan melalui daur ulang dan komposting pada skala kawasan/TPS dan rumah tangga, memberikan penyuluhan dan sosialisasi kebersihan.

 Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, melalui pengadaan lahan TPA yang memadai, pembangunan LPS di beberapa lokasi yang membutuhkan, perbaikan system pengangkutan persampahan, dan pembangunan instalasi pengolahan limbah tinja di daerah pengembangan Kota Surabaya.

 Peningkatan pelayanan dan optimalisasi sumberdaya yang ada, melalui peningkatan peran serta masyarakat. Disamping itu dikembangkan pula sistem pengelolaan sampah yang memadukan program uji coba (pilot project) dengan suatu mekanisme kerja yang dikendalikan oleh prinsip-prinsip bottom-up (melibatakan pihak swasta dan kerjasama antar kota).

 Intensifikasi dan ekstensifikasi penarikan retribusi sebagai salah satu sumber pendanaan bagi instansi pengelolaan persampahan di Kota Surabaya.

3) Drainase

Konsep dan strategi tersebut dibagi dalam 5 zona sistem pematusan yang ada.

a. Zona 1, dengan karakteristik kepadatan penduduk yang tinggi dan sistem drainase yang telah ada, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap kinerja

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 104 sistem pematusan tersebut dengan penekanan pada peningkatan operasi dan pemeliharaan.

b. Zona 2, terdiri dari zona 2A dan 2B. Kawasan aliran pematusan yang ada terpengaruh pada elevasi muka air Kali Mas dan Kali Surabaya sehingga kinerjanya akan tergantung pada pompa untuk membuang air pematusan. Konsep dan strateginya lebih diarahkan pada mengatur elevasi muka air sungai sehingga dapat diidentifikasi perbaikanperbaikan untuk mengurangi kejadian banjir.

c. Zona 3, memiliki karakteristik wilayah yang tumbuh cepat, bebas dari pengaruh pasang surut, akan tetapi memiliki sistem pematusan yang kurang sempurna. Konsep dan strategi pengembangan diarahkan pada perlunya menetapkan kembali dan mengembangkan system pematusan lebih lanjut. Wilayah ini dibagi dalam 3 zona, yaitu: Sub- zona barat, timur dan selatan.

d. Zona 4, memiliki karakteristik wilayah yang rendah dan bergantung pada pengaruh pasang surut. Pengembangan fasilitas-fasilitas drainase baru menjadi prioritas bagi pengembangan sistem pematusan di sana.

e. Zona 5, merupakan kawasan reklamasi untuk proyek pengembangan Pelabuhan Surabaya. Pembangunan sistem pematusan yang baru haruslah memperhatikan pada semua sungai yang bermuara ke pantai utara.

3.2.5.2. Tujuan, Sasaran dan Strategi Sektor Sanitasi A. Sub Sektor Air Limbah Domestik

Sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang ada di Kota Surabaya terkait dengan system pengelolaan air limbah yang diterapkan. Untuk sistem on-site, maka fasilitas air limbahnya adalah jamban (keluarga ataupun umum/MCK) dilengkapi dengan cubluk atau tangki septik dan sumur resapan. Penerapan sitem ini membutuhkan keberadaaan IPLT untuk mengolah lumpur tinja yang berasal dari pengurasan tangki septik. Pengurasan tangki septik dan pengangkutan lumpur hasil pengurasan menuju IPLT dilakukan dengan unit mobil penguras tinja.

Pengadaan prasarana pengelolaan air limbah on-site individual yang berupa jamban keluarga dan cubluk atau tangki septik beserta sumur resapannya dilakukan atau menjadi tanggungjawab masingmasing kepala keluarga. Adapun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang diperlukan untuk mengolah lumpur tinja hasil pengurasan tangki septik harus disediakan oleh pemerintah kota melalui institusinya. Sementara penyedotan tinja bisa dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh swasta yang menawarkan jasa sedot tinja.

Jenis fasilitas pembuangan limbah domestik yang ada di Kota Surabaya adalah berdasarkan konstruksi bangunan atas :

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 105 a. Jamban Keluaga (Jaga) : Fasilitas ini biasanya dimiliki secara pribadi terdiri dari pelat jongkok dan leher angsa yang dilengkapi dengan saluran pembuangan berupa cubluk atau tangki septik.

b. Mandi Cuci Kakus (MCK) : Fasilitas ini merupakan fasilitas yang digunakan bersama yang terdiri dari kamar madi dan kakus. Pada umumnya pemeliharaan MCK tersebut kurang diperhatikan.

c. Mandi Kakus (MK) : Fasilitas ini merupakan fasilitas umum yang terdiri dari kamar mandi dan kakus. Pada umumnya terdapat di tempat-tempat umum seperti terminal, statiun kereta api, sekolah dan lain-lain.

d. Tanpa Fasilitas : Sebagian penduduk Kota Surabaya yang belum mempunyai fasilitas sanitasi memanfaatkan sungai atau saluran-saluran drainase sebagi tempat pembuangan air limbahnya.

Instalasi Pengolahan Limbah Domestik khususnya lumpur tinja di Surabaya adalah sebagai berikut :

a. Ada 1 fasilitas pengolahan lumpur tinja di Surabaya yaitu di Keputih dengan kapasitas desain 400 m3/hari. Saat ini menerima sekitar 100 m3/hari. Limbah tinja dikumpulkan dari tangki septik dari seluruh Surabaya dengan mobil-mobil tangki yang dioperasikan swasta/jasa pengurasan tinja. Setiap mobil tangki memiliki daya tampung ± 4 m3 dan jumlah rata-rata yang beroperasi tiap harinya 80 unit mobil. b. Tidak semua mobil tangki membuang limbahnya ke IPLT karena ada sarana di

Kelurahan Wonorejo yang dipergunakan untuk membuang langsung ke Kali Wonokromo. Rata-rata 20 unit mobil tangki tiap harinya memanfaatkan pembuangan langsung ini. Atau sekitar 20 m3/hari masih dibuang ke kali Wonorejo, bagian hilir sungai Wonokromo. Tempat pembuangan langsung tidak menyediakan pengolahan lumpur tinja sama sekali. Kapasitas pembuangan diasumsikan sama dengan kapasitas mobil tangki. Pipa menyalurkan limbah secara langsung dan membuangnya ke sungai yang kira-kira berjarak 10 m.

Tanggung jawab untuk pengelolaan prasarana sanitasi di Surabaya khususnya untuk pemusnahan limbah tinja menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Untuk pengangkutan tinja dari sumbernya sampai ke IPLT diserahkan ke swasta untuk mengelolanya, dimana setiap mobil tinja yang membuang limbahnya ke IPLT harus mendapat ijin dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya serta dikenakan biaya retribusi sesuai yang ditetapkan pada lampiran Peraturan Daerah No.4 tahun 2000 tentang struktur dan besarnya tarif retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Peraturan Wali Kota No. 91 Tahun 2008 tentang penanganan air limbah.

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 106 B. Sub Sektor Persampahan

Penanganan persampahan suatu kota bertujuan untuk meningkatkan sistem pengelolaan persampahan, baik ditinjau dari aspek teknik dan manajemen, aspek pengaturan/produk hukum, aspek pembiayaan serta aspek peran serta masyarakat, sehingga sistem tersebut dapat dipertanggungjawabkan, mudah dipahami dan siap diterapkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan Pemerintah daerah/kota setempat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam membuat rencana penanganan persampahan suatu kota adalah :

a. Aspek fisik suatu kota yang meliputi kondisi fisik kota, data letak dan keadaan geografi, topografi, hidrologi dan geologi.

b. Aspek kondisi sosial-ekonomi dan budaya yang meliputi kondisi sosekbud, pemerintahan, demografi, distribusi kegiatan kota, pendidikan, sarana dan prasarana umum, industri, anggaran pemerintah daerah, dan pendapatan per kapita.

c. Kondisi penyehatan lingkungan pemukiman yang berupa kondisi sistem pengelolaan air buangan, kondisi drainase, penyediaan air bersih dan program perbaikan kampung.

d. Rencana pengembangan kota, merupakan proyeksi perkembangan kota di masa mendatang, untuk pedoman dalam rangka perencanaan sistem pengelolaan sampah yang meliputi perkembangan penduduk, perkantoran, pengembangan kebutuhan fasilitas perumahan, pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa pengembangan industri.

Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah di Kota Surabaya, maka dalam pengelolaannya harus cukup layak diterapkan yang sekaligus disertai upaya pemanfaatannya sehingga diharapkan mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu pemilihan cara dan teknologi yang tepat, perlu partisipasi aktif dari masyarakat sumber sampah berasal dan perlu dilakukan kerjasama antar lembaga pemerintah yang terkait. Disamping itu, untuk melakukan perencanaan penanganan sampah Kota Surabaya, diperlukan pula dukungan aspek kelembagaan, pengaturan/hukum, aspek pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat selain aspek teknis operasional.

Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan adalah keterlibatan masyarakat dalam bertanggung jawab pasif maupun aktif, secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk mewujudkan kebersihan bagi diri sendiri dan lingkungan. Bentuk peran serta masyarakat dalam pengelolaan kebersihan adalah :

a. Membayar retribusi sampah setiap bulan melalui pembayaran rekening PDAM bagi masyarakat yang berlangganan PDAM dan melalui kelurahan bagi masyarakat yang tidak berlangganan PDAM. Sistem ini kurang efektif karena bagi masyarakat yang tidak berlangganan PDAM, retribusi yang masuk tidak dapat diharapkan secara kontinyu, karena hanya berdasarkan kesadaran masyarakat, tidak ada sistem penagihan secara langsung. Berdasarkan data retribusi yang masuk dari tahun ke

Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kota Surabaya Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3 - 107 tahun terlihat bahwa selalu terjadi kenaikan jumlah retribusi, namun jika dibandingkan dengan kebutuhan anggaran pengelolaan sampah, nilai tersebut masih sangat kurang. Salah satu penyebabnya adalah karena retribusi yang harus dibayar terlalu kecil dan tidak didasarkan atas jumlah sampah yang dihasilkan oleh setiap rumah tangga, dan pengelolaan sampah lebih dipandang sebagai pengelolaan yang bersifat sosial. Diperlukan peninjauan ulang terhadap dasar penentuan retribusi dan besarnya retribusi yang harus dibayar masyarakat.

b. Masyarakat dalam lingkup RT/RW membayar iuran bulanan untuk pengumpulan sampah dengan menggunakan jasa pasukan kuning untuk melakukan pengumpulan sampah dari tiap-tiap rumah tangga ke TPS terdekat. Peran masyarakat dalam tahap pengumpulan sampah ini meringkankan biaya operasional yang harus disediakan Dinas Kebersihan dan Pertamanan karena pemerintah tidak perlu menyediakan biaya pengumpulan sampah.

c. Sebagian masyarakat/swasta turut serta dalam pelaksanaan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dengan menjadi mitra Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Hal ini dilakukan karena jumlah armada pengangkutan dan personil Dinas Kebersihan saat ini belum dapat mengangkut semua sampah yang ada.

d. Sebagian kecil masyarakat telah berpartisipasi pada proses pengolahan sampah di beberapa kelurahan dengan melakukan pengolahan sampah menggunakan sistem komposting individual.

Untuk menunjang kebersihan dalam keseluruhan pengelolaan sampah dimana salah satunya adalah reduksi volume sampah yang dibuang ke TPA, seharusnya peran serta masyarakat dimulai dari tahap pewadahan sampah. Hal ini penting karena pada tahap kegiatan pewadahan diharapkan terjadi proses pemilahan sampah, yaitu sampah kering dan sampah basah, sehingga proses pengolahan sampah yang merupakan bagian penting dalam mereduksi volume sampah dapat berhasil dengan baik dan target reduksi volume sampah yang dibuang ke TPA dapat dicapai. Keberadaan peran serta masyarakat dalam penanganan sampah saat ini telah menunjukkan peningkatan. Tampilnya beberapa LSM atau kelompok masyarakat murni melalui pendampingan beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta memberikan kontribusi yang cukup baik dalam membantu Pemerintah Kota Surabaya untuk menangani sampah.