Pasal 4
(1) Semua kegiatan pelayanan dan kegiatan non pelayanan di Rumah Sakit dikenakan tarif layanan.
(2) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan seluruh biaya yang dibebankan kepada masyarakat atas penyelenggaraan kegiatan di BLU Rumah Sakit.
(3) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan asas gotong royong, adil dengan mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah, dan tidak mengutamakan untuk mencari keuntungan.
Pasal 5
Dalam penyusunan tarif layanan di BLU Rumah Sakit, perhitungan jasa sarana untuk: a. kelas III (tiga) lebih kecil dari titik impas (break even point);
b. kelas II (dua) sesuai titik impas (break even point); dan
c. kelas selain huruf a dan huruf b, lebih besar dari titik impas (break even point) dengan besaran yang ditetapkan berdasarkan asas kepatutan oleh Direktur Rumah Sakit. Di dalam BEP terdapat unsur-unsur yakni ;
1. Total Biaya Tetap adalah keseluruhan biaya tetap yang dikeluarkan selama satu periode tertentu. Biaya tetap yakni biaya yang dikeluarkan sehubungan proses produksi atau jasa yang ada pada pelayanan RSUD AA tanpa mempengaruhi jumlah kuantitas jasa yang dikeluarkan. Biaya tetap tersebut antara lain, biaya penyusutan, biaya pemeliharaan gedung biaya listrik pada RSUD AA
2. Total Biaya Variabel adalah keseluruhan biaya variabel yang dikeluarkan pada satu periode tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang keluar sehubungan dengan pelayanan yang diberikan di RSUD AA. Makin tinggi jumlah kuantitas
32
pelayanan yang diberikan maka makin tinggi juga biaya variabel yang akan dikeluarkan, sebaliknya jika makin rendah jumlah kuantitas pelayanan yang diberikan maka makin rendah juga biaya variabel yang akan dikeluarkan. Contoh biaya Bahan Medis Habis Pakai
3. Total Biaya adalah penjumlahan antara total biaya tetap dengan total biaya variabel
4. Harga jual per unit adalah total keseluruhan pendapatan yang diberikan kepada masyarakat atau konsumen pada periode tertentu dan pada layanan atau bagian tertentu dibagikan dengan jumlah kuantitas pelayanan jasa yang diberikan pada pelayanan tertentu pula.
Gambar 4.3 Cara Penentuan Jasa Sarana
Dari laporan keuangan RSUD Arifin Ahmad pada Tahun 2015, maka peneliti mengadakan perbaikan laporan keuangan berdasarkan jenis biaya tetap dan biaya variabel berdasarkan operasional yang ada.. Adapun jenis biaya variabel pada RSUD Arifin Ahmad untuk biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang sehubungan dengan pelayanan yang diberikan dan berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan biaya tetap adalah biaya sehubungan dengan proses pelayanan pasien.
Berdasarkan pengertia n BEP tersebut peneliti tidak perlu menghitung jasa sarana lagi karena di dalam penghitungan tarif jasa rawat inap sudah termasuk biaya tetap. Yang perlu lakukan adalah menghitung biaya variabel per pelayanan yang diberikan.
Break Even Point (Unit) = Total Biaya Tetap
4.2 Biaya Variabel Unit Cost Per Pelayanan
Dalam penelitian ini, peneliti menghitungan biaya variabel unit cost per pelayanan berdasarkan identifikasi pelayanan yang diberikan kepada pasien. Biaya variabel unit cost dalam hal ini peneliti mengambil berdasarkan bahan medis habis pakai yang digunakan. Berdasarkan hasil isian dan identifikasi clinical pathway di bagian pelayanan di RSUD Arifin Ahmad diperoleh hanya dari 3 (tiga) pelayanan yang ada memberikan informasi yang cukup baik. Adapun bagian tersebut adalah bagian haemodialisa, radiologi, poli gigi serta bagian kebidanan dan kandungan. Hasil analisis pada bagian kebidanan dan kandungan serta bagian poli gigi bahwa pelayanan yang diberikan hanyalah bagian rawat jalan, bukan pelayanan rawat inap. Sehingga peneliti hanya bisa menganalisis pada bagian haemodialisa dan radiologi.
Pada bagian haemodialisa biaya yang terendah adalah sebesar Rp. 7.356 dan biaya tertinggi adalah sebesar Rp. 575.289 (lampiran 10) . pada bagian radiologi biaya yang terendah adalah sebesar Rp. 9.524 dan biaya tertinggi adalah sebesar 1.956.227 (lampiran 11).
4.3 Penentuan Tarif Non Kapitasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2014, Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Di dalam praktiknya, tarif non kapitasi harus diajukan oleh RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau sesuai dengan tarif yang telah ditentukan melalui penghitungan unit cost. Meskipun pembayaran maksimal menggunakan tarif INA CBG’s setelah melalui verifikasi. Sebagai ilustrasi seorang pasien rawat inap di kelas II dengan identifikasi haemodialisa dan harus melalui radiologi berupa Abdonem USG. Adapun penghitungan unit costnya adalah sebagai berikut ;
Unit Cost = (Tarif Kelas II x 3 hari ) + (haemodialisa5) + (Abdonem USG) Unit Cost = (118.158 x 3) + (20.148) +(356.987)
34
Hasil penghitungan sebesar Rp. 731.609 merupakan unit cost sehingga pimpinan RSUD Arifin Achmad harus mengambil prosentase keuntungan. Di samping itu juga RSUD Arifin Achmad juga harus memperhitungan pemakaian bahan habis pakai yang meskipun kecil seperti sarung tangan dan masker.
4.4 Pembahasan
Dari hasil penghitungan, peneliti menganalisis tarif yang berlaku dengan tarif hasil penghitungan unit cost pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 . Perbandingan unit cost dengan Tarif
Kelas Penghitungan Unit
Cost Tarif Berlaku Selisih a. Royal VIP / VIP 356.466 350.000 6.466
b. Kelas I 177.494 125.000 52.494 c. Kelas II 118.158 75.000 43.158 d. Kelas III 87.991 45.000 42.991 e. ICU 377.059 250.000 127.059 f. CVCU 405.678 350.000 55.678 g. PICU 343.356 200.000 143.356 h. SCN 335.127 200.000 135.127 i. HCU 359.390 300.000 59.390
Sumber : Data Olahan, 2014
Terdapat selisih yang cukup signifikan antar tarif rawat inap yang berlaku dengan penghitungan unit cost, sehingga perlu adanya penyesuaian tarif. Untuk penghitungan unit cost tarif non kapitasi peneliti menentukan rumus sebagai berikut ; Unit Cost = (Tarif Kelas x jumlah hari rawat ) + (unit cost tarif non kapitasi per layanan)
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ABC sangat tepat dilakukan sebagai upaya penghitungan unit cost, sehingga pimpinan RSUD Arifin Achmad bisa mengambil keputusan secara tepat. Hal ini senada dengan penelitian Agus (2006), Asri (2012), Primandita (2011) dan Ronnie (2009) dalam pengembangannya penghitungan
unit cost menggunakan DRG (Diagnosis Related Group’s) atau kelompok diagnosis
penetapan tarif seharusnya adalah total biaya per penyakit rawat inap yang telah dihitung berbasis clinical pathway tadi ditambah dengan kemungkinan margin yang diharapkan oleh rumah sakit atau cukup dengan pola Break Even Point (BEP) saja dimana tarif yang di tetapkan cukup sama dengan nilai biaya yang telah dikeluarkan oleh rumah sakit. Atau dengan istilah singkatnya penentuan unit cost adalah menggunakan metode ABC dengan metode simple distribution. Hasil penelitian juga selain penentuan menggunakan penghitungan ABC berdasarkan clinical pathway untuk penentuan unit cost juga dengan
36