• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menimbang bahwa bahwa sistem jaminan sosial nasional merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Maka untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, harus dibentuk Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial dengan Undang-Undang yang merupakan transformasi keempat Badan Usaha Milik Negara untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Atas persetujuan bersama Dewan Perwalilan Rakyat (DPR) dan Presiden menetapkan Undang-Undang nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial yang merupakan bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

BPJS terdiri dari dua bentuk yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT ASKES, dana tabungan dan asuransi pegawai negeri PT TASPEN, Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia PT ASABRI dan lembaga jaminan sosial ketenagakerjaan PT JAMSOSTEK. Transformasi PT Askes serta PT JAMSOSTEK menjadi BPJS yang akan dilakukan pada tanggal 1 Januari 2014, PT Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, dan PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan

penyelenggaraannya menggunakan mekanisme Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan merupakan pelaksana sistem jaminan sosial nasional dibidang ketenagakerjaan. A. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Sistem Jaminan Sosial Nasional (National Social Security System) adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara Republik Indonesia guna menjamin warga negaranya dalam memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Guy Standing (2000) Jaminan sosial adalah suatu sistem untuk memberikan jaminan pendapatan untuk menghadapi risiko kontingensi kehidupan seperti sakit, bersalin, kecelakaan kerja, pengangguran, cacat, hari tua dan kematian; penyediaan perawatan medis, dan pemberian subsidi untuk keluarga dengan anak-anak. Jaminan sosial diperlukan apabila terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya pendapatan seseorang, baik karena memasuki usia lanjut atau pensiun, maupun karena gangguan kesehatan, cacat, kehilangan pekerjaan dan lain sebagainya. Sistem Jaminan Sosial Nasional disusun dengan mengacu pada penyelenggaraan jaminan sosial yang berlaku universal dan telah diselenggarakan oleh negara- negara maju dan berkembang sejak lama (Arifianto:2004).

Landasan Yuridis SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) adalah (Putri:2014):

1. Dasar Hukum pertama dari Jaminan Sosial Nasional ini adalah UUD 1945 dan perubahannya tahun 2002, pasal 5, pasal 20, pasal 28, pasal 34.

2. Deklarasi HAM PBB ata

dan konvensi

3. TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang menugaskan kepada presiden RI untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional.

4. UU No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Keterangan:

UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN menggantikan program-program jaminan sosial yang ada sebelumnya (Askes, Jamsostek, Taspen, dan Asabri) yang dinilai kurang berhasil memberikan manfaat yang berarti kepada penggunanya, karena jumlah pesertanya kurang, jumlah nilai manfaat program kurang memadai, dan kurang baiknya tata kelola manajemen program tersebut. Manfaat program Jamsosnas tersebut cukup komprehensif, yaitu meliputi jaminan hari tua, asuransi kesehatan nasional, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Program ini akan mencakup seluruh warga negara Indonesia, tidak peduli apakah mereka termasuk pekerja sektor formal, sektor informal, atau wiraswastawan.

B. Program Jaminan Sosial Nasional (Jamsosnas)

Sesuai dengan pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, program jamsosnas dibidang ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

1) Jaminan Kecelakaan Kerja

Program jaminan kecelakaan kerja adalah suatu program pemerintah dan pemberi kerja dengan tujuan memberikan kepastian jaminan pelayanan dan santunan apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan saat menuju, melaksanakan, dan selesai melaksanakan tugas

perkerjannya dan berbagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut (Naskah akademik SJSN (Putri:2014))

2) Jaminan Hari Tua

Program jaminan hari tua (JHT) adalah sebuah program manfaat pasti (defined benefit) yang beroperasi berdasarkan asas “membayar sambil jalan” (pay-as-you-go). Manfaat pasti program ini adalah suatu persentasi rata-rata pendapatan tahun sebelumnya, yaitu antara 60% hingga 80% dari Upah Minimum Regional (UMR) daerah di mana penduduk tersebut bekerja. Setiap pekerja akan memperoleh pensiun minimum pasti sejumlah 70% dari UMR setempat (Naskah Akademik UU N0 40 tahun 2004 (Putri:2014)).

3) Jaminan Kematian

Santunan kematian adalah program jangka pendek sebagai pelengkap program jaminan hari tua yang dibiayai dari iuran dan hasil pengelolaan dana santunan kematian dan manfaatnya diberikan kepada keluarga atau ahli waris yang sah pada saat peserta meninggal dunia (Naskah Akademik UU N0 40 tahun 2004 (Putri:2014)).

4) Jaminan Pensiun

Program jaminan pensiun adalah pembayaran berkala jangka panjang sebagai substitusi dari penurunan/hilangnya penghasilan karena peserta mencapai usia tua (pensiun), mengalami cact total permanan, atau meninggal dunia (Naskah Akademik SJSN (Putri:2014)).

C. Tenaga Kerja (Pekerja)

Tenaga kerja secara umum dapat diartikan sebagai bagian dari penduduk suatu negara yang sanggup menghasilkan pekerjaan yang mempunyai nilai ekonomis, baik pekerjaan itu berupa mengerjakan tanah, tambang, dalam pabrik, dalam pengangkutan atau perdagangan maupun pekerjaan administrasi atau kegiatan ilmiah. Dr Edgar C. McVoy mengatakan bahwa: “angkatan kerja adalah bagian dari populasi negara yang terlibat dalam aktivitas nilai ekonomi. Tenaga kerja potensial terdiri dari orang-orang dalam populasi yang saat ini tidak terlibat dalam aktivitas nilai ekonomi, tetapi yang mungkin ditarik ke dalam kegiatan tersebut melalui bujukan motivasi, program pelatihan, dan lainnya. Tenaga kerja itu, termasuk kedua kelompok ini, tenaga kerja dan angkatan kerja potensial.” (Benggolo:1981).

Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja

Menurut MT Rionga dan Yoga Firdaus, 2007:2 tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan antara lain mereka yang sudah atau sedang bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, serta yang sedang melaksanakan pekerjaan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Dokumen terkait