• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Hipotesis Kerja

Dalam penelitian kualitatif, hipotesis kerja yang dimaksud sebagai paduan dalam proses analisis data dan dapat terus menerus disesuaikan dengan data lapangan yang didapat. Adapun hipotesis kerja dalam penelitian ini yaitu Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam penanggulangan kemiskinan di Medan meliputi ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikapnya/kecenderungan (diposisi) para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, serta lingkungan ekonomi, sosial, politik.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Sugiyono (2010:160), menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dalam penelitiannya.

Penelitian ini mengenai Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam penanggulangan kemiskinan di Medan. Metode ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang dianggap sesuai dalam penelitian ini. Metode merupakan cara yang utama dipergunakan untuk mencapai suatu sasaran penelitian yang dilakukan oleh si peneliti itu sendiri, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis atau jawaban sementara, dengan mempergunakan teknik dan alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut. Pemilihan metode yang tepat sasaran merupakan keberhasilan didalam melakukan suatu penelitian.

Metode penelitian pada hakikatnya adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian yang menyangkut apa dan bagaimana penelitian itu dilakukan.

Menurut Sugiyono (2016:3), secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.Selanjutnya Sugiyono (2016: 2), menyatakan bahwa terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, adapun metode deskriptif kualitatif yang dipakai karena sangat cocok dengan permasalahan dan merupakan pemecahan masalah.

3.2 Lokasi Penelitian

Kantor Camat Medan Selayang yang berada Jl, Bunga Cempaka No.54 A padang bulan selayang II, Medan Selayang Kota Medan, Sumatera Utara Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu daerah sasaran PKH.

3.3 Informan Penelitian

Menurut Sugiyono (2015:302), dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih bersifat sementara. Namun demikian pembuat proposal perlu menyebutkan siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data. Menurut Arikunto (2014:173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Sugiyono (2015: 298), dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi. Informan dalam penelitian ini adalah Fasilitator Kecamatan, Badan Keswadaayaan Masyarakat, Dan Camat.

Informan biasa adalah Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat yang dipilih secara purposive sumpling.

Menurut pendapat Arikunto (2013:174) purposive sampling merupakan orang yang dapat dijadikan sumber informasi dengan tujuan untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian. Untuk itu sampel dalam penelitian ini memilih responden yang dianggap sebagai kunci informasi dalam memberikan data-data yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan.

Tabel 1.Matriks Informan

No Informan Jumlah Informasi yang dibutuhkan 1 Kordinaator

Kecamatan Medan Selayang

1 Informasi tentang pelaksanaan program PKH

2 pendamping PKH di Kecamatan Medan Selayang

1 Informasi tentang partisipasi

masayarakat dalam pelaksanaan PKH 3 Sekretaris Kecamatan

Medan Selayang

1 Data-data yang terkait dengan judul penelitian Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam penanggulangan kemiskinan di kota Medan

4 Masyarakat setempat yang menerima bantuan PKH

2 Informasi mengenai dampak yang diberikan PKH terhadap kehidupan masyarakat tersebut

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

3.4.1.1 Jenis Data Berdasarkan Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2009:308), data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data. Data primer dalam penelitian adalah informan yang dianggap memiliki kemampuan dibidangnya dengan tujuan memperoleh data yang valid, yang didapatkan dari sumbernya.

2. Data Sekunder

Sugiyono (2009:309), berpendapat bahwa data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku, jurnal ilmiah, artikel, surat kabar, dan tulisan-tulisan di internet serta dokumen-dokumen resmi yang dapat membantu penulis untuk melakukan penelitian ini.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah ataupun cara yang penting dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2015:308), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpul data yaitu:

1 Observasi atau mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian dalam rangka mengumpulkan data dari suatu penelitian. Peneliti mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian yang bertempatkan di Jl, Bunga Cempaka No.54 A padang bulan selayang II, Medan Selayang Kota Medan, Sumatera Utara.

2 Wawancara. Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara tidak berstruktur yang menurut Sugiyono (2015:320), wawancara tidak berstruktur merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur dilakukan secara mendalam (depth interview), sampai diperoleh keterangan tentang hal yang diinginkan. Sejumlah pertanyaan yang ditanyakan kepada berbagai pihak yang terkait dan berkompeten dalam permasalahan dalam penelitian ini guna memperoleh informasi yang akurat. Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber berkaitan dengan pengalaman narasumber, pendapat narasumber, perasaan narasumber, pengetahuan narasumber, dan latar belakang narasumber.

3 Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain sebagainya.

3.6 Tehnik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2015:334), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Maka deksriptif analisis yang disajikan dalam bentuk paparan atau gambaran dari temuan-temuan yang ada dilapangan berupa informasi hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dianalisis dengan cara:

1. Pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi langsung ke lokasi penelitian untuk melengkapi data-data dan memperoleh informasi yang akurat.

2. Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal penting, mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.Tri angulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda.

3. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, bagan, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun, dalam pola hubungan, sehingga mudah dipahami.

4. Penyimpulan data dengan menggabung data yang telah ada untuk meningkatkan pemahaman terhadap apa yang telah ditemukan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Kondisi Fisik Wilayah

Sesuai dengan data yang diperoleh dari kantor Camat Medan Selayang disebutkan bahwa kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan yang memiliki luas sekitar 23,89 km2 atau 4,83% dari seluruh luas wilayah Kota Medan.

Kecamatan ini berada pada ketinggian 26-50 meter di atas permukaan laut.

Kecamatan Medan Selayang merupakan pemecahan dari Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan. Sebelum menjadi kecamatan definitif (kecamatan yang berdiri sendiri), maka terlebih dahulu diproses melalui Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/1991 tentang Penetapan dan Perubahan 10 Perwakilan Kecamatan yang merupakan pemekaran wilayah Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan dengan nama “Perwakilan Kecamatan Medan Selayang” dengan 5 (lima) kelurahan. Ketika itu, kantor masih menyewa bangunan rumah berukuran 6x12 m2 di Jalan Bunga Cempaka Kelurahan Padang Bulan Selayang II.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 1991 tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara termasuk 8 (delapan) Kecamatan Pemekaran di Kota Medan maka secara resmi Perwakilan

Kecamatan Medan Selayang menjadi kecamatan definitif yaitu kecamatan Medan Selayang. Kantornya pun telah menempati bangunan permanen dengan luas tanah lebih kurang 2000 m2 dan luas bangunan 396 m2 dan dibangun atas adanya bantuan masyarakat. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 146.1/1101/k/1994 tentang Pembentukan 7 (tujuh) Kelurahan Persiapan di Kota Medan maka Kecamatan Medan Selayang berkembang dari 5 (lima) kelurahan menjadi 6 (enam) kelurahan, yaitu Kelurahan Beringin, Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kelurahan Padang Bulan Selayang II, Kelurahan Tanjungsari, Kelurahan Swasembada dan yang terakhir adalah Kelurahan Sempakata. Sejak terbentuknya perwakilan kecamatan medan selayang dari tahun 1991 sampai sekarang, wilayah ini telah dipimpin oleh beberapa camat.

Secara geografis, kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang secara spasial merupakan dataran kemiringan antara 0-5%. Wilayah-wilayah yang berdekatan dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang adalah :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor Sebelah Timur : Kecamatan Polonia

Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Luas wilayah Kecamatan Medan Selayang adalah lebih kurang 2.379 Ha.

Disebutkan bahwa Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 (enam) kelurahan dan 63 lingkungan dengan status Kelurahan Swasembada. Kelurahan yang terluas di kecamatan ini adalah Kelurahan Padang Bulan Selayang II dengan

luas 700 Ha dan memiliki 17 lingkungan. Adapun kelurahan yang lain adalah Kelurahan Tanjung Sari 510 Ha dan memiliki 14 lingkungan, Sempakata dengan luas 510 Ha dan memiliki 6 (enam) lingkungan, Asam Kumbang dengan luas 400 Ha dan memiliki 10 lingkungan, Padang Bulan Selayang I dengan luas 180 Ha dan memiliki 10 lingkungan, kemudian yang terakhir adalah Kelurahan Beringin sebagai Kelurahan terkecil dengan luas yang hanya 79 Ha dan memiliki 6 lingkungan.

b. Kondisi Non Fisik Wilayah

Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan tidak berhak untuk menyelenggarakan rumah tangga sendiri. Struktur organisasi Kecamatan Medan Selayang Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Strukturnya ialah sebagai berikut :

Gambar 4.1 Struktur PPKH Kecamatan Medan Selayang

Sumber : Dari hasil wawancara yang disampaikan secara lisan oleh informan Kasi Kesos

Isnur Zariah Ritonga Di Bawah Naungan Dinas

Sosial

Koordinator PPKH Kecamatan

Budi Setiawan Tarigan

Pelaksana Program Keluarga Harapan 1. Yulie Hutagalung 6. Riri

2. Eva Rizki Utami 3. Rentauli

4. Friska 5. Vivi

4.1.2 Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan

Pemaparan hasil wawancara ini dibuat secara berurutan menurut urutan Informan yang diwawancarai, yaitu Koordinator PPKH Kota Medan Selayang, dan Pendamping Program Keluarga Harapan beserta masyarakat setempat.

a. Standard dan Sasaran Kebijakan

Penetapan sasaran dilakukan dalam rangka perluasan jangkauan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH, dimana dalam penetapan sasaran memperhatikan sumber data, yaitu data terpadu program penanganan fakir miskin dan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan salah satunya skala prioritas percepatan wilayah penanggulangan kemiskinan, wilayah korban bencana sosial, dan wilayah perbatasan dan Komunitas Adat Terpencil (KAT). Berkaitan dengan sasaran kebijakan peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan.

Adapun pertanyaannya adalah mengenai tujuan dan sasaran yang terdapat pada Program Keluarga Harapan yang disampaikan oleh informan selaku ketua PPKH Kota Medan Selayang, pada tanggal 30 Mei 2018.

“Tujuan dari PKH ini, yaitu untuk meningkatkan taraf hidup keluarga penerima manfaat (KPM)melalui akses layanan pendidikan kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Selain itu PKH ini tujuannya mengurangi beban pengeluaran dan peningkatan pendapatan keluarga miskin dan rentan. Bisa dibilang ya kalau tujuan PKH ini untuk memutuskan rantai kemiskinan yang ada di masyarakat inilah, biar mereka dapat terbantu sekalipun tidak semua dapat ditolong tapi setidaknya pendidikan sudah lebih diperhatikanlah karena telah ada PKH ini dek”. Wawancara tanggal 30 Mei 2018 (Transkip wawancara hal : 68)

Pernyataan ini didukung oleh Koordinator PKH Kota Medan Selayang.

Kepala Seksi (KASI) Pembangunan Sosial, pada tanggal pada tanggal 30 Mei 2018, yang mengemukakan :

“ PKH ini tentunya akan membantu masyarakat lah dek, tujuan PKH ini untuk menciptakan perubahan perilaku dimasyarakatlah salah satunya yang sebelum nya tidak memperhatikan pendidikan dengan adanya PKH ini mereka telah memperhatikan pendidikan anak-anaknya dan juga masyarakat atau keluarga penerima manfaat (KPM )akan semakin mandiri dalam mengakses layanan kesehatan serta kesejahteraan sosial. Yang pasti untuk mengentaskan kemiskinan dimasyarakat terkhusus KPM lah ya dek”. Wawancara tanggal 30 Mei 2018(Transkip wawancara hal: 71) Berdasarkan hasil wawancara di atas maka peneliti dapat menyatakan bahwa tujuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan PKH ini adalah mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta merubah perilaku KPM yang relatif kurang memperhatikan peningkatan kesejahteraan. meningkatkan kondisi sosial ekonomi KPM, meningkatkan taraf pendidikan anak-anak KPM, meningkatkan status kesehatan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi KPM.

Pertanyaan kedua, yang berhubungan dengan sasaran program yang menjadi target dalam menerima bantuan PKH ini, disampaikan oleh informan selaku ketua PPKH Kota Medan Selayang, pada tanggal 30 Mei 2018 :

“Kalau dibilang sasarannya telah tepat sasaran karena telah memenuhi kriteria-kriteria yang layak untuk menerima bantuan PKH. Dan kami selalu pelaksana PKH ini kami juga hanya memverivikasi data yang telah di berikan dari pusat, artinya kami tidak berhak menentukan siapa orangnya yang menerima bantuan PKH ini, kami hanya meneruskan data yang telah diberikan dan sasaran nya sesuai data yang ditetapkan oleh pusat telah tepat sasaran. Sebagian memang sangat kasihan juga karena data BPS mungkin dilakukan 5 tahun yang lalu, sehingga banyak masayarakat yang juga termasuk miskin dan layak menerima bantua PKH itu tetapi tidak mendapatkan bantuan”. Wawancara tanggal 30 Mei 2018 (Transkip wawancara hal: 68)

Pernyataan ini didukung oleh Kepala Seksi (KASI) Pembangunan Sosial informan, pada tanggal pada tanggal 30 mei 2018:

“Saya rasa telah tepat sasaranlah PKH ini diberikan , karena memang yang menerima bantuan ini itu adalah warga yang di bawah yang maksudnya ya miskin lah, dan yang pasti ada Ibu Hamil, anak – anak sekolah dan yang lainnya, ya saya rasa kalau di Medan Selayang ini“, tapi ada juga di Medan Selayang kondisi ekonominya sama, misalnya sebagian masyarakat telah memiliki kriteria terdiri dari Ibu Hamil, Nifas, Balita, anak persekolahan dari mulai SD hingga SMA, Disabilitas, seta Lansia dulu sebutan mereka ini RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin), tapi gak dapat, Cuma ya mau apalagi yang di bilang, kita bekerja hanya sebagai pendamping, dan pendamping itu tidak punya hak untuk memasukan nama – nama calon peserta PKH, itu uda domainnya pusat dan BPS, tugas kita memvalidasi data yang kita terima dari PPKH Kota Medan selayang. Perlu juga adek ketahui KPM (Keluarga Penerima Manfaat) ya, dimana KPM ini terdiri dari Ibu Hamil, Nifas, Balita, anak persekolahan dari mulai SD hingga SMA, Disabilitas, seta Lansia dulu sebutan mereka ini RTSM (Rumah Tangga sangat Miskin), berubah lagi menjadi KSM (Keluarga Sangat Miskin), berubah lagi menjadi KSM (Keluarga Sangat Miskin), berubah lagi jadi KM (Keluarga Miskin) dan pada akhir tahun 2016 hingga sekarang berubah menjadi KPM, dimana pemerintah mengubah ini bukan tanpa alasan, setau saya dasar dari pemerintah mengubah nama sasaran penerima PKH ini supaya masyarakat miskin ini tidak lagi selalu merasa terkucilkan dengan embel – embel miskin yang melekat pada mereka, ya walaupun tidak bisa dipungkiri keadaan yang sebenarnya mereka memang tidak mampu”. Wawancara tanggal 30 Mei 2018 (Transkip wawancara hal : 69)

Berdasarkan hasil wawancara yang berhubungan dengan ketepatan sasaran penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di Medan Selayang, sasaran penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di kecamatan Medan Selayang masih banyak masyarakat yang belum terakomodir sejumlah program sosial salah satu program keluarga harapan (PKH) dari pemerintah pusat. dapat dinyatakan bahwa masyarakat yang belum mendapatkan bantuan sosial dikarenakan data dari BPS menjadi acuan sebagai instansi yang memiliki kewenangan pendataan, sehingga dimungkinkan data data yang diperoleh BPS

yang ada bisa meningkat, bisa turun atau stagnan. Dalam penetapan sasaran penerima PKH ini berasal dari data BPS daerah yang melakukan survei di lapangan.

Setelah itu dikirim ke pusat dan diolah di pusat untuk selanjutnya pusatlah dalam hal ini (BPS pusat bekerja sama dengan Kemensos RI) yang menentukan berapa kuota dan berapa penerima bantuan PKH di daerah setelah data itu berada di daerah (PPKH Kota Medan) tugas pendampinglah untuk memvalidasi atau memeriksa apakah penerima bantuan ada apa tidaknya, seperti yang disampaikan oleh informan selaku ketua PPKH Kota Medan Selayang, pada tanggal 30 Mei 2018 :

“ Kami di lapangan ini hanya memverifikasi data yang datang dari pusat, atau BPS Jadi kami hanya memastikan benar tidaknya masyarakat itu membutuhkan bantuan tersebut. Tepatnya atau tidaknya karna datanya telah 5 tahun yang lalu, misalnya sebagian masyarakat itu telah mampu, mampu dalam artian bahwa masih ada orang lain yang lebih membutuhkan karena sebagian yang telah menerima bantuan PKH ini telah bisa mandiri.

Jadi memang bukan kita jurinya, data itu dari pusat, kalau tidak layak lagi dapat kita bisa menyampaikan itu sehingga data ini juga nantinya bisa berubah itulah tugas kami untuk memverifikasi”. Wawancara tanggal 30 Mei 2018 (Transkip wawancara hal:68)

Pertanyaan selanjutnya berkaitan dengan standar dan sasaran kebijakan, yaitu tentang manfaat dari adanya bantuan Program Keluarga Harapan.

Berdasarkan wawancara dengan informan selaku ketua PPKH Kota Medan Selayang, pada tanggal 30 Mei 2018 menyatakan bahwa manfaatnya bagi masyarakat terkhusus di Medan Selayang ini sangatlah berdampak posistif. PKH ini sendiri memiliki manfaat, yaitu merubah perilaku keluarga sangat miskin untuk memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan dan kesehatan anaknya. Kemudian untuk jangka pendek memeberikan incomeeffect kepada

rumah tangga miskin melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga sangat miskin. Selanjutnya jangka panjangnya dapat memutuskan rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak di masa depan dan memberikan kepastian kepada anak akan masa depannya. Hal ini dikemukakan oleh informan selaku ketua PPKH Kota Medan Selayang, pada tanggal 30 Mei 2018:

“Mereka mengatakan sangat tertolong dengan adanya PKH ini, tidak hanya lumayan tetapi sangat tertolong,apalagi di bididang pendidikan ini, sebelumnya mereka kurang memperhatikan pendidikan, sebenarnya mereka ingin menyekolahkan anaknya hanya saja banyak mereka yang terkendala karena biaya, dengan adanya bantuan PKH ini telah terbantu lah untuk menyekolahkan anak mereka. Itulah manfaat yang mereka katakan dan masyarakat rasakan”. Wawancara tanggal 30 Mei 2018 ( Transkip nilai hal : 69)

Berdasarkan pemaparan hasil wawancara tersebut peneliti dapat menyatakan bahwasanya dana bantuan PKH ini cukup membantu KPM dalam mengurangi beban pengeluaran rumah tangga, terkhusus untuk biaya pendidikan yang semangkin tahun semangkin mahal dan kesehatan anak – anak mereka.

Namun jika di lihat dari besaran bantuan PKH yang tidak begitu besar tidak dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga untuk keperluan lainnya.

Selain ada manfaat yang dirasakan oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) ada juga kendala-kendala yang dialami oleh pendamping/pelaksana Program Keluarga Harapan (PPKH) ini seperti yang dikatakan oleh informan selaku ketua PPKH Kota Medan Selayang, pada tanggal 30 mei 2018:

“Kendala yang dialami sering dialami misalnya dalam observasi kerumah KPM banyak KPM yang pindah-pindah rumah karena sebagian mereka ngontrak sehingga kita sering kesulitan dalam menjumpai KPM. Selain itu banyak tantangan yang kami alami di lapangan, jadi kami pendamping ini harus banyak belajar di lapangan lah gimana meningkatkan kapasitas yang terbatas ini, kami sebagai pendamping ini memang ada pelatihan dan

komunikasi tapi kalau masalah di lapangan peningkatam kapisitas harus belajar sesuai pengalaman sendiri sambil menjalankan tugas keseharian, Karena pendamping ini sebenarnya bukan lah hal yang mudah dek, masalah yang dialami harus bisa menyiasati situasi lewat manajemen pengetahuan yang dikelola secara mandiri maupun partisipatif”.

Wawancara tanggal 30 Mei 2018 (Transkip wawancara hal: 69)

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh informan dapat dinyatakan bahwa bahwa selain kendala dari masyarakat berpindah-pindah tempat,dari pelaksanaan pendampingan juga memiliki tantangan yang dihadapi pendamping terletak pada program peningkatan kapasitas yang terbatas, sehingga pendamping harus belajar menghadapi persoalannya sambil melaksanakan tugas kesharian, pendamping harus menyiasati situasi lewat manajemen pengetahuan yang dikelola secara mandiri maupun partispatif mengumpulkan fakta, melakukan kategori arealitas dan menjadikan pengetahuan tersebut sebagai pengetahuan kolektif.

Secara bersama, pengetahuan ini kemuadian dibagikan kepada rekan kerja dalam ruang lingkup kegiatannya.

Beberapa kondisi dari observasi yang mendukung

Sasaran peserta PKH adalah Keluarga Miskin (KM) dan yang memiliki komponen kesehatan (ibu hamil, nifas, balita, anak prasekolah) dan komponen pendidikan (SD sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat) atau anak usia 7 - 21 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan wajib 12 tahun, penyandang disabilitas berat, dan lanjut usia diatas 70 tahun.

Program Keluarga Harapan terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen pendidikan yang mensyaratkan anak-anak peserta PKH terdaftar dan hadir di

Program Keluarga Harapan terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen pendidikan yang mensyaratkan anak-anak peserta PKH terdaftar dan hadir di

Dokumen terkait