• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

Hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seutuhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang dilaksanakan mempunyai cakupan yang luas dan kompleks. Untuk itu perlu adanya perencanaan pelaksanaan pembangunan dilaksanakan dengan sistem pembangunan daerah.

Pembangunan merupakan orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir bagi perubahan yang dikehendaki untuk mencapai pertumbuhan atau perkembangan yang sesuai arah dan tujuan. Berdasarkan pada rumusan pembangunan nasional, pembangunan dapat diartikan sebagai pembangunan yang berorientasi kepada kepentingan nasional dan merupakan kegiatan yang tidak ada hentinya bagi perubahan yang dikehendaki sesuai dengan arah yang ditetapkan dalam GBHN 1993/1994. Pembangunan di Kota Jatinom sebagaimana pembangunan daerah, pada dasarnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

3.1 Karakteristik Dasar dan Perkembangan Kota

Rencana dasar perkotaan diperlukan untuk menilai seberapa besar potensi maupun masalah fisik dalam perannya terhadap perwujudan fisik kotanya. Fisik dasar merupakan dasar dari pengembangan fisik, oleh karena itu rencana ini merupakan titik tolak untuk menilai kemampuan, kesesuaian dan keserasian suatu lahan. Sedangkan perkembangan suatu kota tidak hanya menyangkut masalah perkembangan fisik suatu kota saja, melainkan juga memuat dinamisasi suatu kota meliputi perkembangan kegiatan dan perkembangan fungsi selain perkembangan fisik kota sendiri.

Kota Jatinom terletak di Jawa Tengah bagian tengah, tepatnya di dalam wilayah Kabupaten Klaten, berjarak kurang lebih 24 Km ke arah selatan dari Kota

Surakarta. Secara geografis, letak Kota Jatinom cukup strategis kerena berada pada jalur transportasi darat utama Solo – Yogyakarta.

Pembangunan yang menjadi tujuan Kota Jatinom adalah mengembangkan permukiman secara merata serta dengan menyediakan fasilitas, meningkatkan jaringan jala dan sebagainya. Kecenderungan perkembangan linier ke arah utara-selatan di Kota Jatinom masih cukup besar. Pertumbuhan yang demikian akan menambah beban atau kapasitas jalur jalan terhadap sarana transportasi yang ada. Dengan demikian sebenarnya yang dinamakan pusat Kota Jatinom adalah kegiatan-kegiatan yang berada di sepanjang jalan utama yang membelah Kota Jatinom. Hal ini dapat dilihat dari :

⎯ Asal mula tumbuhnya permukiman Kota Jatinom juga terletak di sepanjang jalan, misalnya bangunan-bangunan yang masih menunjukkan ciri arsitektur Jawa.

⎯ Kegiatan-kegiatan utama penduduk pusat kota semakin berkembang di sepanjang jalan, misalnya perdagangan dan jasa, fasilitas sosial dan sebagainya.

⎯ Dibelakang kegiatan yang berkembang di sepanjang jalan berkembang kampung-kampung yang mulai padat.

Hal ini umum terjadi pada kota-kota yang sedang berkembang atau berkembang secara alamiah. Agak ke dalam dari jalan berkembang permukiman semi perkotaan dan perumahan baru yang bersifat ke kota yang sekarang berkembang diantara hamparan daerah hijau. Struktur daerah hijau terutama sawah dan bukit-bukit nampaknya sangat potensial untuk tetap dipertahankan sebagai unsur pembentukan struktur Kota Jatinom di masa mendatang.

a. Identitas Kota

Yang dimaksud dengan identitas kota adalah ciri khas kota yang mudah dikenali secara visual dan aktivitas spesifik serta bisa dirasakan suasananya oleh masyarakat umum dari aspek fisik.

Aspek fisik tersebut didapat dari pencerminan wajah arsitektur permukiman Kota Jatinom yang masih banyak mencerminkan arsitektur kerajaan

jawa dan para wali. Hal ini berkaitan dengan sejarah Kota Jatinom pada era kerajaan Islam sebagai basis penyebaran Agama Islam.

b. Peran atau Fungsi Kota Jatinom

Sektor kegiatan pada skala regional dan lokal, akan memerlukan wadah fisik bagi setiap pelayanan kegiatan tersebut dengan jangkauan tertentu. Semakin banyak sektor kegiatan yang muncul maka semakin banyak pula wadah fisik yang daperlukan bagi pelayanannya, sehingga semakin luas jangkauan pengaruh yang dimilikinya.

Kota merupakan tempat yang sesuai untuk menempatkan wadah-wadah pelayanan tersebut sesuai dengan fungsi kota sebagai pusat konsentrasi kegiatan dan sekaligus pusat pelayanan. Dengan demikian sektor-sektor kegiatan yang ada yang tumbuh yang berkembang terutama di kota sedikit banyak mempengaruhi struktur kota.

Faktor lain yang mendukung perkembangan fungsi Kota Jatinom adalah letak strategis Kota Jatinom pada sabuk merapi, merbabu. Hal ini memungkinkan untuk pengembangan sektor pariwisata sehingga obyek-obyek wisata yang terletak di sekitar Kota Jatinom dapat dimanfaatkan sebagai pendukung fungsi Kota Jatinom sebagai kota simpul pariwisata.

3.2 Struktur Tata Ruang Kota

Tata ruang mempunyai dua pengertian yaitu bersifat obyektif dan subyektif. Obyektif tata ruang adalah manifestasi keseluruhan tempat dan saluran yang mewadahi kegiatan manusia. Dan dalam pengertian subyektif, tata ruang adalah keseluruhan usaha untuk mencapai manfaat sumber daya yang setinggi-setingginya dengan jalan mengatur lokasi dan alokasi tempat.

Dari waktu ke waktu, sejalan dengan selalu meningkatnya jumlah penduduk perkotaaan serta meningkatnya tuntutan kebutuhan kehidupan dalam aspek-aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi telah mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang kekotaan yang besar.

Dalam melakukan rencana dan menata sebuah ruang berarti menggabungkan empat unsur ruang beserta isinya yang terlihat. Unsur yang

pertama adalah manusia sebagai subyeknya yang berperan sebagai pengatur ruang lingkungan. Unsur kedua adalah sumber daya alam sebagai obyek yang digali atau dimanfaatkan oleh manusia. Unsur ketiga adalah ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat yang digunakan manusia untuk menggali sumber daya alam dan memenuhi kebutuhannya. Dan unsur yang keempat adalah aspek spasial yang mencakup lokasi, jarak, arah, kepadatan dan rangkaian dari unsur tersebut.

Suatu struktur ruang kota yang ideal adalah struktur yang mampu mencerminkan daya guna dan hasil guna distribusi di dalam fungsi-fungsi ruang kota tersebut dan mampu sebagai elemen kota untuk kehidupan sosial ekonomi tersebut. Dalam upaya membentuk struktur tata ruang kota yang di tuju, maka konsep pengembangan harus didasarkan atas kondisi, situasi dan kecenderungan perkembangan seluruh kota. Dengan demikian beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah :

- Morfologi daerah pinggiran kota untuk melihat area-area yang dapat dikembangkan.

- Struktur ruang yang ada sebagai usaha meminimalisasi penambahan struktur kota yang tidak perlu.

- Pola pergerakan antara pusat kegiatan fungsional yang satu dengan pusat kegiatan yang lainnya, sehingga usaha mendayagunakan pola pergerakan tersebut secara berdayaguna dan berhasil guna untuk masa mendatang.

Struktur tata ruang Kota Jatinom pada saat ini cenderung berbentuk linier, yang berkembang pada sepanjang jalan utama. Didasarkan atas kondisi fisik Kota Jatinom, pada wilayahnya masih terlihat adanya sifat pedesaan dan kota yang masih melekat. Kegiatan perkotaan yang terpusat pada jalan utama yang menyebabkan perkembangan wilayah kota lebih dominan menuju ke arah Selatan dan Utara serta Barat Daya, yang merupakan arah Kota Yogyakarta – Surakarta.

Pewilayahan pembangunan merupakan suatu batas wilayah ruang yang ditetapkan sebagai suatu wilayah pengembangan. Pewilayahan ini detetapkan dengan maksud untuk :

1. Percepatan laju pertumbuhan dan pengendalian pembangunan.

3. Peningkatan koordinasi, kerja sama dan keterpaduan pembangunan antar wilayah dan antar sector.

4. Pemanfaatan ketergantungan antar wilayah menuju upaya keserasian pertumbuhan dan pembangunan antar wilayah dan antar sector.

5. Efisiensi dan efektivitas dan pelaksnaan pembangunan.

Penetapan perwilayahan pembangunan di Kota Jatinom berpedoman pada beberapa pendekatan:

1. Pendekatan pertumbuhan yang dikaitkan dengan upaya peningkatan produktivitas wilayah.

2. Pendekatan pemerataan yang dikaitkan dengan upaya pemerataan pelayanan wilayah dan peluang pembangunan, khususnya pada wilayah yang kurang/belum berkembang.

3. Pendekatan lingkungan yang dikaitkan dengan upaya pelestarian lingkungan guna menjamin terciptanya pola pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Atas dasar pendekatan tersebut tujuan perwilayahan di arahkan pada : 1. Peningkatan hubungan kerja sama yang lebih erat antar wilayah/daerah dalam

bentuk kerja sama perencanaan, pengelolaan dan pengendalian serta pengembangan wilayah/daerah secara saling menguntungkan.

2. Peningkatan perencanaan terpadu antar wilayah dan antar sektor terutama pada sektor-sektor strategis dengan mempertimbangkan potensi dari masalah spesifik wilayah yang bersangkutan.

3. Pemerataan kesempatan kerja dan peluang pertumbuhan antar wilayah termasuk pemerataan penyediaan sarana dan prasarana dasar secara proposional.

4. Percepatan laju pertumbuhan di dalam antar wilayah guna meningkatkan standar kehidupan masyarakat serta mendukung laju pertumbuhan ekonomi. 5. Penciptaan kelestarian lingkungan hidup untuk menjamin terwujudnya

kesinambungan pembangunan melalui pembangunan berwawasan lingkungan. 6. Pada wilayah yang kurang/belum berkembang perlu penanganan secara

BAB IV

PERANAN KOTA JATINOM SEBAGAI PUSAT PELAYANAN

Dokumen terkait