• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KOTA JATINOM DALAM PELAYANAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP DAERAH SEKITARNYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KOTA JATINOM DALAM PELAYANAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP DAERAH SEKITARNYA."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Pada Fakultas Geografi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

HASANUDIN

NIM: E100 050 090 NIRM : 97.6.106.09010.5.0089

FAKULTAS GEOGRAFI

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PERANAN KOTA JATINOM

DALAM PELAYANAN SOSIAL EKONOMI

TERHADAP DAERAH SEKITARNYA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

HASANUDIN

NIM: E100 050 090 NIRM : 97.6.106.09010.5.0089

Telah dipertahankan di depan Team Penguji pada Hari / tanggal: Jum’at, 29 Mei 2009

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Team Penguji Tanda Tangan

Ketua : Dra. Hj. Umrotun, M.Si

( )

Sekretaris : Drs. Muhammad Musyiam, MTP

( )

Anggota : Dra. Hj. Wahyuni Apri Astuti, M. Si

( )

Pembimbing I :Dra. Hj. Umrotun, M.Si

( )

Pembimbing II :Drs. Muhammad Musyiam, MTP

( )

Surakarta, 29 Mei 2009 Dekan

Drs. H. Yuli Priyana, M.Si

(3)

MOTTO

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam

kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal

sholeh dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling

berpesan dengan kesabaran. (Al ‘Ashr 1-3)

(4)

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk

Yang tercinta:

Bapak ibu

Istri & Rendra ksatria Kecilku

Adek-adekku

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peranan Kota Jatinom dalam Pelayanan Sosial Ekonomi Terhadap Daerah Sekitarnya”. Data yang digunakan adalah data tahun 2003 karena penelitian dimulai pada tahun 2003 dan baru dapat diselesaikan pada tahun 2009 disebabkan oleh kesibukan kerja peneliti. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana S-1 Geografi Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan sehingga tanpa dukungan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Yuli Priyana, M.Si selaku Dekan Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Hj. Umrotun, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran demi terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Drs. Muhammad Musyiam, MTP selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah meluangkan waktu, pikiran, dan memberikan bimbingan serta pengarahan dengan penuh kesabaran demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis untuk mendukung penelitian ini.

5. Seluruh staf tata usaha Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(6)

6. Instansi pemerintah Kecamatan Jatinom dan Kabupaten Klaten yang telah memberikan bantuan baik berupa saran maupun data.

7. Bapak dan ibu tersayang yang telah menyelimutiku dengan kasih dan kesabaranmu serta selalu memberikan dorongan baik moral maupun material. 8. Istri dan Rendra ksatria kecilku.

Semoga Alloh SWT membalas semua yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan segala kerendahan hati. Akhir kata penulis mengharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum wr wb.

Surakarta, Mei 2009 Penulis

Hasanudin

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Kota Jatinom dengan kajian peranan Kota Jatinom dalam pelayanan sosial ekonomi terhadap daerah sekitarnya. Dalam penelitian ini digunakan metode survey, di mana informasi dikumpulkan dari instansi terkait serta dari responden dengan menggunakan kuisioner. Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survey instansional sedangkan data sekunder diperoleh melalui wawancara kepada 240 responden (120 responden pengguna fasilitas perdagangan dan 120 responden pengguna fasilitas jasa perbankan). Data yang diperoleh kemudian dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif.

Kota Jatinom telah memiliki fasilitas sosial (pendidikan dan kesehatan) dan fasilitas ekonomi (perdagangan dan jasa/perbankan) yang cukup lengkap. Namun, sudahkah fasilitas tersebut dimanfaatkan dengan optimal oleh penduduk Kota Jatinom dan penduduk daerah-daerah hinterland, inilah yang menjadi permasalahan yeng di angkat oleh penulis. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji orientasi pemanfaatan fasilitas pelayanan sosial ekonomi di Kota Jatinom oleh penduduk Kota Jatinom dan daerah sekitarnya.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Kota Jatinom telah miliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang lengkap. Fasilitas pendidikan tingkat TK (84,3%) dan SD (81,1%) pemanfaatnya didominasi oleh penduduk kota Jatinom sendiri. Hal ini dikarenakan di masing-masing daerah hinterland telah memiki fasilitas tersebut. Sedangkan pengguna fasilitas pendidikan tingkat SLTP (77,1%) dan SMU (87,3%) didominasi oleh penduduk daerah sekitar. Fasilitas kesehatan yang ada di kota Jatinom (puskesmas dan RSU) dimanfaatkan oleh penduduk Kota Jatinom maupun daerah sekitarnya. Pemanfaatnya didominasi oleh penduduk daerah sekitar (53,84%)karena puskesmas dan RSU di Kota Jatinom telah memiliki fasilitas pelayanan yang lengkap.

Fasilitas perdagangan untuk barang orde rendah misalnya kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, garam, dll di Kota Jatinom lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk Kota Jatinom sendiri (30,83%) karena di masing-masing daerah sekitar Kota Jatinom telah memiliki penyedia kebutuhan tersebut. Sedangkan untuk barang orde tinggi lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk daerah sekitar (37,50%) karena di tempat mereka belum tersedia penyedia kebutuhan tersebut. Sedangkan fasilitas jasa, terutama perbankan, baik milik pemerintah maupun swasta juga lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar Kota Jatinom (65,84%).

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR PETA ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Kegunaan Penelitian ... 7

1.5.Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya ... 7

1.6.Kerangka Pemikiran ... 14

1.7.Hipotesis ... 15

1.8.Metode Penelitian ... 15

1.9.Definisi Operasional ... 17

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1.Letak, Luas dan Batas ... 19

2.2.Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 21

2.2.1. Tanah ... 21

2.2.2. Iklim ... 21

2.3.Bentuk Penggunaan Lahan ... 22

2.4.Penduduk 2.4.1. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk ... 23

2.4.2. Pertumbuhan Penduduk ... 24

(9)

2.4.3. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis

Kelamin ... 25

2.4.4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ... 25

2.4.5. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan .. 26

2.5.Fasilitas Pelayanan 2.5.1. Fasilitas Pelayanan Sosial ... 27

1.5.1.1.Fasilitas Pelayanan Pendidikan ... 28

1.5.1.2.Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 30

1.5.1.3.Fasilitas Administrasi ... 32

2.5.2. Fasilitas Transportasi ... 32

2.5.3. Fasilitas Pelayanan Transportasi ... 33

2.5.4. Fasilitas Pelayanan Ekonomi ... 33

1.5.4.1.Fasilitas Perdagangan ... 34

1.5.4.2.Fasilitas Jasa ... 36

BAB III KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH 3.1. Karakteristik Dasar dan Perkembangan Kota ... 38

3.2. Struktur Tata Ruang Kota ... 40

BAB IV PERANAN KOTA JATINOM SEBAGAI PUSAT PELAYANAN SOSIAL EKONOMI BAGI PENDUDUK DAERAH SEKITARNYA 4.1.Peranan Kota Jatinom Sebagai Sebagai Pusat Pelayanan Sosial Ekonomi ... 43

4.1.1. Orientasi Penduduk Kota Jatinom dan Sekitarnya dalam Menggunakan Fasilitas Sosial 43 4.1.1.1.Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan ... 44

4.1.1.2.Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan ... 48

4.1.2. Orientasi Penduduk Kota Jatinom dan Sekitarnya dalam Menggunakan Fasilitas Ekonomi ... 51

4.1.2.1. Pelayanan Kebutuhan Barang ... 51

(10)

4.1.2.2.Pelayanan Kebutuhan Keuangan / Perbankan ... 54 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKSANAAN

5.1. Kesimpulan ... 57 5.2. Implikasi Kebijaksanaan ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 59

(11)

DAFTAR TABEL

1.1. Fasilitas Sosial Ekonomi Kota Jatinom Kabupaten Klaten Tahun

2003 ... 5

2.1. Luas Wilayah Kota Jatinom Tahun 2003 ... 19

2.2. Penggunaan Lahan di Kota Jatinom dan Daerah Hinterland Kota Jatinom Tahun 2003 ... 22

2.3. Jumlah PK dan Kepadatan Penduduk di Kota Jatinom Tahun 2003 ... 24

2.4. Pertambahan Penduduk di Kota Jatinom Tahun 1998-2003 ... 2.5. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kota Jatinom Tahun 2003 ... 25

2.6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Jatinom Tahun 2003 ... 26

2.7. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kota Jatinom Tahun 2003 ... 27

2.8. Fasilitas Pelayanan Pendidikan di Kota Jatinom Tahun 2003 ... 28

2.9. Fasilitas Kesehatan di Kota Jatinom Tahun 2003 ... 30

2.10. Fasilitas Jalan di Kota Jatinom Tahun 2003 ... 32

2.11. Fasilitas Perdagangan Kota Jatinom Tahun 2003 ... 34

2.12. Fasilitas Jasa Kota Jatinom Tahun 2003 ... 36

4.1. Banyaknya Pengguna Fasilitas Pendidikan (Murid) dari Kota Jatinom dan Daerah Lain Tahun 2003 ... 44

4.2. Perbandingan antara Jumlah Murid dengan Jumlah Penduduk usia Pendidikan (Sekolah) di Kota Jatinom Tahun 2003 ... 47

4.3. Data Jumlah Pasien yang Dirawat di Tempat-Tempat Kesehatan Kota Jatinom (Puskesmas dan RSU Muhammadiyah Jatinom) Sampai Akhir Tahun 2003 ... 49

4.4. Orientasi Penduduk Kota Jatinom dan Sekitarnya dalam Memanfaatkan Pelayanan Kebutuhan Barang di Kota Jatinom ... 52

4.5 Pelayanan Kebutuhan Keuangan / Perbankan... 54

(12)

DAFTAR DIAGRAM

1.1. Diagram Alir Penelitian ... 14

(13)

DAFTAR PETA

1. Peta Administrasi Kota Jatinom ... 20

2. Peta Persebaran Fasilitas Pendidikan Kota Jatinom ... 29

3. Peta Persebaran Fasilitas Kesehatan Kota Jatinom ... 31

4. Peta Persebaran Fasilitas Kebutuhan Barang Kota Jatinom ... 35

5. Peta Persebaran Fasilitas Jasa/Perbankan Kota Jatinom ... 37

6. Peta Asal Pengguna Fasilitas Pendidikan Kota Jatinom ... 46

7. Peta Asal Pengguna Fasilitas Kesehatan Kota Jatinom ... 50

8. Peta Asal Pengguna Fasilitas Kebutuhan Barang Kota Jatinom ... 53

9. Peta Asal Pengguna Fasilitas Jasa/Perbankan Kota Jatinom ... 56

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan wilayah di Indonesia pada mulanya didasarkan pada konsep kutub pertumbuhan (growth pole). Konsep ini meletakkan industri sebagai sektor unggulan, dengan memusatkan industri pada pusat-pusat pertumbuhan, maka pusat-pusat tersebut diharapkan akan mampu memecahkan kemiskinan dan keterbelakangan di pedesaan melalui mekanisme efek tetesan ke bawah (tricle down effect). Namun dalam hal pelaksanaan konsep tersebut justru memacu kesenjangan ekonomi antara daerah pusat dengan daerah pinggiran. Munculnya gejala urbanisasi yang berlebihan dan pada gilirannya menyebabkan tumbuhnya perkampungan-perkampungan kumuh dan menjamurnya sektor informal di pusat-pusat pertumbuhan (Effendi, 1994)

Konsep kutub pertumbuhan yang ternyata mempunyai beberapa kelemahan-kelemahan, sehingga untuk mengembangkan wilayah, muncul konsep baru yakni konsep peranan kota kecil. Dalam perkembangan wilayah pedesaan, konsep ini didasari asumsi bahwa system yang terintegrasi dari berbagai pusat pelayanan, dengan berbagai ukuran/ tingkatan serta mempunyai ciri-ciri yang fungsional, dapat berperan penting dalam memfasilitasi perkembangan pedesaan yang lebih merata (Rondinelli, 1983).

Kota kecil yang dilengkapi dengan fasilitas pelayanan dan fungsinya sebagai pusat perdagangan dapat mendukung perekonomian daerah sekitarnya yang merupakan daya tarik penduduk pedesaan untuk datang atau menggunakan fasilitas pelayanan yang ada dan melakukan aktivitas di kota kecil ini. Sejarah kota kecil di Jawa yang setingkat dengan ibukota kecamatan mempunyai fasilitas pelayanan dan fungsinya sebagai pusat perdagangan (Effendi, 1994).

Kota kecil mempunyai peranan yang sesuai dengan fungsinya dapat mendukung perekonomian daerah sekitarnya maupun kota-kota lain sekitarnya. Sehingga antara kota-kota kecil dan daerah sekitarnya perlu ada keterkaitan.

(15)

Kebanyakan perekonomian pedesaan masih mengacu pada sector pertanian. Lebih lanjut Rondinelli (1983) mengemukakan bahwa perkembangan kota-kota kecil dapat berperan membantu perkembangan pedesaan karena setidaknya mempunyai 7 fungsi sebagai berikut :

1) sebagai penyedia barang-barang konsumsi bagi penduduk desa, 2) sebagai pusat pelayanan jasa bagi penduduk desa,

3) sebagai pusat pemasaran bagi penduduk desa,

4) sebagai penyedia sarana produksi pertanian dan non pertanian bagi pedesaan, 5) sebagai pusat pengolahan hasil pertanian yang berasal dari pedesaan,

6) sebagai penyerap tenaga kerja non pertanian dari pedesaan,

7) sebagai pusat informasi dan inovasi yang berguna bagi pengembangan pedesaan.

Kota kecil dalam hal peranannya yaitu menjalankan roda perekonomian perlu adanya keterkaitan berupa hubungan antara kota kecil dengan daerah sekitarnya.

(16)

Keterkaitan kota kecil dengan daerah lain di sekitarnya / hinterland yang menimbulkan interaksi ekonomi dan social akan memberikan keuntungan dan perubahan pada ekonomi daerah sekitarnya/hinterland. Meningkatkan ekonomi tentu saja akan menguntungkan penduduk yaitu pendapatan dan kesejahteraan penduduk akan meningkat sehingga kualitas penduduk akan menjadi lebih baik. Sementara di kota kecil dengan adanya interaksi ekonomi dan sosial akan lebih maju.

Kota merupakan pusat berbagai kegiatan yang menentukan atau mempengaruhi berbagai kegiatan yang terjadi di daerah sekitarnya/ hinterland atau daerah pengaruhnya, dengan demikian kota mempunyai peranan terhadap daerah hinterland terutama yang berkaitan untuk meningkatkan pendapatan maupun kemakmuran penduduk sekitarnya. Dengan alur pemikiran yanig demikian penelitian ini berusaha mengungkapkan sampai seberapa jauh peranan kota kecil terhadap perekonomian daerah hinterland.

Penyediaan fasilitas yang memadai dan layak diharapkan mampu memenuhi kebutuhan penduduk. Penyediaan fasilitas tidak mampu memenuhi permintaan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat tiap tahun. Timbullah perspektif bahwa fasilitas merupakan kendala bagi pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya memiliki potensi yang cukup tinggi. Faktor pertama, yang membatasi pembangunan fasilitas adalah keterbatasan dana pemerintah. Kedua, standar kelayakan bagi penduduk disamping juga memperkecil kesenjangan antara permintaan dan penyediaan. Ketiga, kenaikan permintaan sebagai akibat meningkatnya kegiatan ekonomi. Keempat, banyaknya fasilitas pelayanan di Indonesia yang memerlukan peningkatan kualitas (Sri Handoko, 1994).

(17)

sesuai dengan sistem kota. Kota ini ditetapkan sebagai pusat pengembangan utama, terutama untuk wilayah kabupaten Klaten. Salah satunya adalah pada sub wilayah pembangunan VI yang meliputi Kecamatan Karanganom, Kecamatan Tulung, Kecamatan Jatinom, dengan pusat pertumbuhan kota Jatinom. Dominasi kegiatan di kota Jatinom yaitu sebagai pusat perdagangan dan jasa pelayanan. Sebagai kota pusat pelayanan terbadap wilayah sekitarnya, Kota Jatinom telah mempunyai berbagai fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi yang disediakan untuk penduduk kota dan sekitarnya

Sejarah Kota Jatinom pada masa lalu menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang boleh dikatakan lamban, sampai kurang dari dua puluh tahun peningkatan dalam fungsinya sebagai pusat pelayanan bagi daerah hinterlandnya, (Pande,1989). Daerah hinterland bagian barat yang kondisi wilayahnya, pegunungan sehingga kondisi ini membatasi ruang komunikasi/hubungan. Lahan yang kurang subur di masa lalu membuat kota Jatinom dan daerah sekitamya kurang maju. Kota Jatinom yang terletak di sebelah timur Gunung Merapi ditunjuk sebagai kota Kawedanan. Mulai inilah kota Jatinom mengalami perkembangan dikarenakan dibuka dan diperbaiki jalur transportasi yang menghubungkan daerah sekitar khususnya bagian barat dengan Kota Jatinom. Selain itu dibarengi dengan munculnya pusat-pusat pelayanan dan jasa serta pemerintahan. Kemajuan kota ini selain dipacu fasilitas transportasi baik itu jalan, maupun armada transportasi.

Kedudukan dan letak Kota Jatinom yang sangat menguntungkan yaitu pada jalur perlintasan antara kota Klaten dan kota Boyolali. Sedangkan untuk menghubungkan kota dengan daerah hinterland terdapat jalur yang menghubungkannya serta didukung dengan armada Angkutan Desa dan alat transportasi yang lain. Dengan adanya jalur transportasi dan Armada Angkutan Desa ini sangat membantu penduduk desa dalam beraksesibilitas serta mendukung dalam peningkatan ekonomi.

(18)

serta 1 kalurahan yaitu Kalurahan Jatinom, sehingga wilayah yang termasuk kota memiliki jumlah penduduk 12.283 jiwa.

Kota yang ditunjuk sebagai pusat pelayanan wilayah belakang, Kota Jatinom telah memiliki berbagai fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi yang disediakan untuk penduduk Kota Jatinom dan daerah sekitarnya. Rincian fasilitas pelayanan yang disediakan Kota Jatinom tercantum pada tabel: 1.1

Tabel 1.1 Fasilitas Sosial Ekonomi Kota Jatinom Kabupaten Klaten Tahun 2003

No Jenis Fasilitas Jumlah

1

(19)

Fasilitas pelayanan sosial ekonomi di Kota Jatinom, serta sarana transportasi yang telah cukup menjadikan Kota Jatinom sebagai tujuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan sosial dan ekonominya. Dengan demikian penduduk sekitarnya akan menggunakan fasilitas pelayanan serta melakukan kegiatan ekonomi di Kota Jatinom yang dapat membantu meningkatkan pendapatan penduduk sekitarnya.

1.2. Perumusan Masalah

Pemerintah Kabupaten Klaten dalam kebijaksanaannya yang tertuang pada Rencana Tata Ruang Kota kabupaten Klaten, Kota Jatinom memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang telah cukup, serta lokasi Kota Jatinom dekat dengan pusat pelayanan yang lebih besar yaitu Kota Klaten, dan Kota Boyolali. Jarak yang mengbubungkan antara Kota Klaten dengan daerah sekitar Kota Jatinom 6-12 Km dan jarak Kota Boyolali ke daerah sekitarnya Kota Jatinom 6-12 Km,. Sedangkan jarak Kota Jatinom ke daerah sekitar 5 Km serta adanya sarana transportasi yang cukup, maka hubungan antara kota-kota tersebut dengan daerah sekitar dapat berjalan dengan baik. Dengan keadaan Kota Jatinom serta adanya jarak dan transportasi yang cukup baik ke kota-kota selain Kota Jatinom (Klaten dan Boyolali) memungkinkan penduduk sekitar kota Jatinom untuk memilih kota mana yang sesuai dengan keinginan penduduk tersebut untuk melakukan kegiatan ekonomi maupun penggunaan fasilitas pelayanan yang ada, Dengan demikian maka perlu diketahui seberapa jauh peranan Kota Jatinom dalam melayani atau memberikan masukan pada daerah sekitar untuk kemajuan perekonomian pedesaan. Sehubungan dengan hal tersebut timbul pertanyaan, yaitu:

1) Apakah penduduk Kota Jatinom dan penduduk daerah sekitarnya telah menggunakan fasilitas pelayanan di Kota Jatinom, terutama pelayanan sosial? 2) Apakah penduduk Kota Jatinom dan penduduk daerah sekitarnya telah

(20)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji orientasi penggunaan/pemanfaatan fasilitas pelayanan sosial di kota Jatinom bagi penduduk Kota Jatinom dan daerah sekitar / hinterland.

2. Mengkaji orientasi pengguna/pemanfaatan fasilitas pelayanan ekonomi di kota Jatinom bagi penduduk Kota Jatinom daerah sekitar / hinterland.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk menempuh ujian akhir tingkat sarjana di Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam menyusun kebijaksanaan di bidang rencana struktur tata ruang.

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Scbelumnya a. Telaah Pustaka

Geografi terpadu (integrated geography) mendekati atau menghampiri masalah dalam goegrafi digunakan bermacam-macam pendekatan yaitu pendekatan analisa keruangan, analisa ekologi, dan analisa kompleks wilayah. Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Analisa ekologi mempelajari interaksi antara manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya. Sedangkan analisa kompleks wilayah merupakan kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi. Dalam analisa kompleks wilayali ini, wilayah-wilayah tertentu didekati dengan pengertian areal differentiantion yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karen pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayab yang lainnya, oleh karena terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Pada analisa ini diperhatikan pula penyebaran fenomena dan interaksi antara variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya. Dalam hubungan dengan analisa kompleks wilayah ini ramalan wilayah (regional forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning)

(21)

Analisa regional merupakan suatu masalah alokasi geografis dari sumber daya suatu negara (Fisher, dalarn prisma 3, 1975). Selanjutnya Fisher menyebutkan ada dua jenis temuan analisa regional. Ialah analisa yang berhubungan dengan konsep homogenitas (regional homogenity or co;nmonality)

dan analisa yang berhubungan dengan konsep sentralitas regional (regional centrality or nodality). Konsep homogenitas memandang suatu daerah sebagai suatu wiayah tata ruang yang mempunyai ciri khas kurang lebih sama. Konsep sentralitas memandang suatu daerah dari segi tata ruang (Spatial organization)

dan berbagai aktivitas dan sumberdayanya. Masing-rnasing daerah dianggap heterogen dan penekanan diletakkan pada hubungan antara pusat-pusat atau sentra-sentra kegiatan dan sumber daya dalam tata ruang yang tersebar. Setiap sentra diangggap mempunyai daerah belakang (hinterland) atau lingkungan daerah pengaruh (zones of influence) yang sesuai dengan hirarki. Kota Jatinom dianggap sebagai sentra bagi daerah belakangnya baik itu desa-desa yang berada di lingkungan kecamatan Jatinom maupun dua kecamatan yang termasuk dalam sub wilayah pengembangan VI. Teori tempat sentral (sentra place theory) yang dikemukakan oleh Christaler merupakan salah satu media pengembangan wilayah atas dasar konsep heterogenitas.

(22)

permukiman hirarki II dan lebih banyak lagi pemukiman hirarki III. Permukiman yang terbesar dalam suatu wilayah akan menyediakan barang dan pelayanan yang paling besar jumlahnya dan paling banyak macamnya sedangkan permukiman terkecil menyediakan barang dan pelayanan yang paling sedikit jumlahnya dan paling terbatas macamnya (Huisman, 1987). Makin besar permukiman makin hanyak barang-barang dan pelayanan yang tersedia.

Teori tempat sentral ini menuntut adanya hirarki tempat-tempat sentral, yang berarti juga hirarki tempat permukiman yang ada. Sitohang, Paul (1977) menyebutkan bahwa suatu sistem pusat yang hirarki dapat menghindarkan duplikasi dan pembocoran. Sistem hirarkis adalah suatu cara yang relalif efisien untuk pengadministrasian dan pengalokasian sumber daya di dalam suatu daerah, memudahkan terwujudnya manfaat-manfaat sosial yang timbul oleh keuntungan-keuntungan skala.

Sistem hirarki yang dikembangkan di kota-kota sangat menguntungkan bagi perkembangan kemajuan kota. Sedangkan di Klaten kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan wilayah menurut Rencana Umum Tata Ruang Kota Klaten menggunakan sistem Pewilayahan. Pembagian wilayah ke dalam sub-sub wilayah pengembangan baik ke I, ke II dan seterusnya sangat menguntungkan dari segi pengelolaan khususnya. Sistem pewilayahan ini juga akan membantu pertumbuhan dan perkembangan daerah pedesaan dan juga memperbesar kemudahan penduduk pedesaan dalam mendapatkan pelayanan barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan mereka. Kota-kota menengah dan kota-kota kecil diharapkan sebagai “Central p/aces” bagi daerah pedesaan disekitarnya.

Pernukiman ini sebagai “central places” adalah ibukota kecamatan dan merupakan kota kecil menurut Lubell dalam (Rondinelli, 1983). Kota dibagi menjadi tiga tingkat yaitu:

(23)

2. Secondary centers yaitu kota-kota yang mempunyai jumlah penduduk 100.000-2.500.000 atau lebih.

3. The rural-urban interface yaitu kota-kota kecil menurut konteks negara dengan jumlah penduduk 100.000 — ke bawah.

Definisi kota sekunder yang menyatakan batasan terendah kota sekunder adalah (1) kota-kota kecil yang dipertimbangkan oleh pemerintah negara sedang berkembang menjadi urban secondary centers dan tentu saja mempunyai karakteristik-karakteristik kota. (2) kota yang melakukan fungsi urban secara essensial. (3) kota kecil yang penduduknya kurang dari 100.000 orang yang didominasi oleh pusat-pusat pelayanan pertanian dan pusat-pusat di pedesaan. Berdasarkan definisi kota sekunder dengan pernyataan batasan terendah kota sekunder maka kota kecil dapat digolongkan dalam kota sekunder. Jadi penggolongan kota kecil dalam kota sekunder tidak hanya berdasarkan jumlah pcnduduknya saja tetapi berdasarkan karakteristik-karakteristik lain seperti yang ada pada batasan terendah kota sekunder.

Kota kecil menurut definisi kota sekunder dengan pernyataan batasan terendahnya, mempunyai peranan yang paling penting bagi pembangunan daerah hinterland karena kota kecil dapat sebagai pusat perdagangan, aktivitas pelayanan dan menyediakan kesempatan kerja non pertanian untuk daerah hinterland (daerah pedesaan). Fungsi ini membantu meningkatkan produk pertanian, pendapatan pedesaan, dan kesejahteraan pedesaan. Fungsi kota kecil sendiri untuk ekonomi pedesaan dibatasi menjadi pusat penerimaan dan distribusi barang-barang konsumsi di pusat kota (metropolis). Kota kecil tidak menjalankan sebagai pusat produksi tetapi sebagai pusat distribusi barang konsumsi, karena barang itu dibuat di pusat kota.

(24)

pusat dengan daerah belakang (pedesaan). Keterkaitan antara pusat dengan daerah belakang menimbulkan interaksi, antara lain interaksi sosial, ekonomi, politik.

Lebih lanjut Ullman dalam (Daldjoeni, 1997) mengemukakan tiga syarat bagi terjadinya interaksi keruangan :

1) Asas saling melengkapi tejadi apabila ada perbedaan sumber daya alam dan budaya antar daerah satu dengan daerah lainnya. Sehingga antara kedua daerah tesebut terjadi interaksi terhadap suplai dan penawaran terhadap produksi tertentu.

2) Saling melengkapi terjadi apabila, tidak dijumpai hambatan yang menghalangi atas wilayah yang berinteraksi. Apabila saling melengkapi telah terjadi maka akan terbentuk rute untuk melayani kebutuhan pertukaran antar wilayah. Saling melengkapi ini dapat didorong oleh wilayah lainnya. Dalam hal ini wilayah ketiga akan menawarkan jenis barang yang sama dari lokasi yang lebih jauh jaraknya. Dengan kata lain faktor peluang terjadinya substitusi wilayah.

3) Faktor jarak dimana interaksi akan terjadi apabila wilayah-penawaran dan permintaan tidak terlampau jauh.

(25)

b. Penelitian Sebelumnya

Najidin (2001), dalam penelitianya yang berjudul “ Peranan Tanah Grogot Kabupaten Pasir Kalimantan Timur. Sebagai pusat pelayanan Sosial Ekonomi bagi Penduduk Pedesaan Di Kecamatan Tanah Grogot”. Penelitian ini bertujuan : 1) Untuk mengetahui orientasi Penggunaan fasilitas Sosial ekonomi di kota

Tanah Grogot bagi penduduk di daerah sekitarnya.

2) Mengetahui hubungan karakteristik pengguna fasilitas sosial ekonomi dan jenis fasilitas sosial ekonomi yang ada

3) Untuk mengetahui hubungan antara jarak dengan pengguna fasilitas sosial ekonomi.

Adapun metode yang digunakan adalah metode survey yaitu pengumpulan data dari responden melalui wawancara yang berupa kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa :

1) Kondisi wilayah demografi dan kultural daerah penelitian potensial untuk dikembangkan

2) Kota kecil dapat berfungsi sebagai terminal jasa distribusi bagi daerah pelayanan serta untuk pemenuhan kebutuhan kota itu sendiri.

3) Jumlah penduduk yang pergi ke kota Tanah Grogot didominasi penduduk dari sekitar kota yang mempunyai jarak terdekat karena kekurangan seimbangan tingkat aksesbilitas.

4) Kecilnya jumlah penduduk yang menggunakan fasilitas sosial ekonomi di Tanah Grogot disebabkan oleh minimnya transportasi.

(26)

maksimal, 2) Sebagian besar fasilitas pelayanan yang digunakan adalah dengan pelayanan orde tinggi yang terdapat di pusat kota sedangkan orde rendah terdapat di daerah sekitar mereka masing-masing, 3) Fasilitas yang banyak digunakan adalah Fasilitas kesehatan, 4) Penggunaan fasilitas ekonomi perdagangan lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk kota Salatiga sendiri. Rendahnya pemanfaatan fasilitas ekonomi oleh penduduk sekitar lebih disebabkan oleh mata pencaharian dan tingkat pendapatan mereka, yang hanya memanfaatkan fasilitas ekonomi pada waktu-waktu tertentu.

1.6. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tujuan penetitian yang telah dikemukakan di muka, maka untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian tentang peranan kota kecil (Kota Jatinom). Dalam hal ini peranan mempunyai arti sebagai fungsi kota kecil. Kota kecil menyediakan berbagai macam fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tempat untuk melakukan aktivitas ekonomi seperti perdagangan. Kota kecil mempunyai fungsi sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa bagi penduduk daerah belakang. Penduduk daerah belakang akan menggunakan fasilitas tersebut di kota kecil. Penduduk daerah belakang akan melakukan kegiatan ekonomi seperti perdagangan dengan menjual hasil produknya . Selain itu penduduk daerah belakang akan mendapatkan barang konsumsi di kota kecil. Dengan demikian produk pertanian, pendapatan dan kesejahteraan penduduk daerah belakang akan meningkat Rondenel1i (1983).

(27)

dan prasarana suatu wilayah ditentukan oleh faktor kehidupan yang berlangsung di dalam wilayah dan sekitar wilayah (hinterland). Pertambahan penduduk menyebabkan semakin berkembangnya aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan akan menambah jumlah sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Gambar diagram alir kerangka pemikiran dan penelitian ini dapat dilihat di bawah ini:

DIAGRAM ALIR KERANGKA PEMIKIRAN

Sumber : Hasanudin 2003 Peranan Kota Jatinom dalam

Pelayanan Sosial Ekonomi terhadap Daerah Sekitarnya

Fasilitas Sosial :

* Pendidikan • TK • SD • SMP • SMU/SMK • Kursus * Kesehatan

• RSU

• Dokter/Bidan • Puskesmas • Apotek

Fasilitas Ekonomi :

* Fasilitas Ekonomi Perdagangan • Pasar

• Toko • Warung • Kaki Lima • Pasar hewan

* Fasilitas Ekonomi Jasa Keuangan

• Bank

Pemanfaatan Fasilitas Sosial Ekonomi :

(28)

1.7. Hipotesa

Dalam penelitian ini hipotesa yang dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Fasilitas sosial ekonomi yang ada di Kota Jatinom selain dimanfaatkan oleh

penduduk Kota Jatinom juga dimanfaatkan oleh penduduk daerah sekitar. 2. Fasilitas sosial ekonomi di Kota Jatinom lebih banyak dimanfaatkan oleh

penduduk Kota Jatinom sendiri .

1.8. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penetitian ini adalah metode survai. Didalam metode survai informasi dikumpulkan dari responden dari sebagian populasi dengan menggunakan kuesioner (daftar pernyataan). Tujuan metode survai adalah untuk meneliti hubungan antara variabel penelitian dengan cara mempelajari fenomena-fenomnena sosial (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1984). Umumnya pengertian survai dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sempel untuk mewakili seluruh populasi

1.8.1. Pemilihan Daerah Penelitian

Daerah penelitian yang dipilih adalah Kota Jatinom yang meliputi Desa Krajan, Desa Bonyokan, Desa Pandeyan dan Kalurahan Jatinom dengan alasan : (1) Menurut Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan Jatinom, Kota Jatinom merupakan pusat pertumbuhan dan pusat pengembangan utama dalam sistem pewilayahan untuk Kecamatan Jatinom. (2) Kota Jatinom mempunyai tingkat perkembangan perekonomian lebih tinggi dibanding dengan desa-desa lain (3) Kota Jatinom yang merupakan bekas pusat pemerintahan kawedanan memperoleh keuntungan adanya tambahan fasilitas-fasilitas pelayanan.

1.8.2. Pengambilan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer :

a. Wawancara

(29)

melakukan aktifitas di pusat kegiatan pelayanan sosial ekonomi dengan alat kuesioner. Dalam penelitian ini responden yang diwawancarai adalah pengguna fasilitas ekonomi (perdagangan dan keuangan). Sedangkan pengguna fasilitas sosial (pendidikan dan kesehatan) didasarkan pada data sekunder yang berasal dari institusi terkait. Populasi penelitian adalah seluruh para pengguna fasilitas perdagangan dan keuangan Kota Jatinom. Sampel diambil secara random sampling dan quota sampling, yaitu sampel diambil secara acak dari populasi pengguna fasilitas perdagangan dan keuangan Kota Jatinom sehingga memenuhi quota dengan jumlah sebesar 240 responden fasilitas ekonomi yaitu 120 responden pengguna fasilitas ekonomi perdagangan meliputi 30 responden warung, 30 responden toko, 30 responden pasar hewan 30 responden toko yang berada dipasar. Untuk 120 pengguna fasilitas ekonomi keuangan meliputi 60 responden bank pemerintah sedangkan untuk bank swasta 60 responden. Dari sistem penggambilan tersebut diharapkan dapat mewakili pengguna fasilitas pelayanan sosial ekonomi di Kota Jatinom.

b. Pencatatan

Digunakan untuk memperoleh data sekunder , yang diperoleh dari survai instansi-instansi yang terkait yang terdiri dari Bappeda, Biro Pusat Statistik, Monografi Desa di Kota Jatinom, Rumah Sakit dan pendidikan/sekolah.

1.8.3. Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Setelah data di analisa dan diinformasikan yang lebih sederhana diperoleh hasilnya yang harus diintepretasikan untuk mencapai makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian.(Sofyan Effendi dan Masri Singarimbun, 1984) Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa data secara kualitatif dan kuantitatif.

(30)

b. Analisa data secara kuantitatif dipakai untuk menganalisa hubungan antara variabel fasilitas pelayanan sosial ekonomi (pengaruh) dan Variabel jangkauan wilayah pelayanan (terpengaruh) selanjutnya dilakukan perhitungan persentase jenis fasilitas dan asal pengguna fasilitas. Setelah itu dilakukan analisa secara kualitatif unutk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi dari analisa kuantitatif.

1.9. Definisi Operasional

- Peranan : diartikan sebagai fungsi. Fungsi di sini merupakan fungsi kota. Menurut Urban Function Rural Development, fungsi kota adalah pelayanan, fasilitas, infrastruktur, institusi atau aktivitas ekonomi yang terkumpul di pemukiman dengan jumlah penduduk sedikit dengan maksud memberikan tawaran secara ekonomis dan efisien.

- Kota kecil : kota-kota yang diperintahkan pemerintah menjadi “Second urban Centre” dan mempunyai karakteristik kota. Dan kota yang mempunyai penduduk 100,000 jiwa ke bawah (Rondinelli 1983). Daerah sekitar: daerah yang mengitari (Kamus Indonesia). Dalam hal ini daerah sekitar sama dengan daerah hinterland.

- Daerah hinterland (sekitar) daerah yang dalam perkembangannya dipengaruhi daerah lain, yang mempengaruhi daerah pusat (Rondinelli 1985).

- Keterkaitan : merupakan keterkaitan atas hubungan antar wilayah, dapat dibedakan menjadi 3 macam bentuk yaitu antara pusat kota dan daerah hinterlandnya. Antara pusat-pusat dalam wilayah internal. Serta pusat-pusat dalam wilayah dengan daerah luar (external) (Rondinelli 1985).

Analisis keterkaitan wilayah yang digunakan adalah keterkaitan antara pusat dengan daerah hinterlandnya. Keterkaitan ini dipengaruhi oleh frekuensi kendaraan yang lewat.

(31)

- Interaksi terjadi hubungan (keterkaitan) antara dua wilayah atau lebih dan hubungan itu dapat timbul suatu kenyataan yang baru dalam wujud tertentu yang sedang atau sudah terjadi (Bintarto, 1983).

- Fasilitas pelayanan : merupakan fungsi dan kebijakasanaan pemerintah yaitu fasilitas yang disediakan oleh pemerintah seperti puskesmas, sekolah-sekolah negeri, bank pemerintah serta pelayanan-pelayanan yang perkembangannya dilakukan sendiri seperti warung, toko, bengkel (ESCAP, 1919).

- Pelayanan sosial-ekonomi : pelayanan yang penggolongannya berdasarkan dampak langsung yang ditimbulkan oleh pelayanan tersebut (ESCAP, 1979). - Pelayanan sosial, pelayanan yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup masyarakat (ESCAP, 1979).

- Pelayanan ekonomi : merupakan pelayanan yang mendukung secara langsung pada kegiatan ekonomi dan produksi atau memberi keuntungan Finansial (ESCAP, 1979).

- Perdagangan : aktivitas jual beli untuk menukarkan uang dengan barang non pertanian maupun pertanian di tempat pelayanan perdagangan yaitu pasar, toko, warung (Pande, 1989),

- Pasar : suatu tempat dengan sekelompok los-los bangunan yang dipergunakan untuk tempat bagi pedagang-pedagang berjual beli dengan konsumen (Rodinelli, 1985).

- Warung : sebuah usaha dengan skala usaha yang lebih kecil dari pada toko dan hanya menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hani terutama bahan makanan, kegiatan jual beli setiap hari (Pande, 1989).

(32)

BAB II

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

2.1. Letak, Luas dan Batas

Secara astronomis Kota Jatinom terletak pada 110011’ – 110015’ BT dan antara 706’ – 7010’ LS yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.

Sebagai bekas wilayah pembantu bupati, kota Jatinom menampung hampir semua kegiatan yang berciri kekotaan bagi kecamatan Jatinom. Domisili kegiatan yang menonjol di Kota Jatinom antara lain Perdagangan dan Pekerjaan Umum. Kota Jatinom ini telah cukup tinggi invertasi perkembangan serta mempunyai pengaruh yang besar terhadap Kecamatan Jatinom dan kecamatan lainya di Kabupaten Klaten. Dan Kota Jatinom merupkan satuan wilayah pengembangan VI (SWP VI). Kota Jatinom terletak di persimpangan jalan antara Klaten, Solo dan Boyolali.

Secara jelas Kota Jatinom terletak kurang lebih 10 Km dari kota Klaten, kea rah selatan dan kurang lebih 10 Km dari Kota Boyolali kearah utara. Secara administrasi Kota Jatinom merupakan bagian dari Kecamatan Jatinom. Kota Jatinom terdiri dari 1 kelurahan dan 3 desa.

Kota Jatinom mempunyai luas 378 Ha, terdiri dari Kelurahan Jatinom 44 Ha, Desa Krajan 150 Ha, Desa Bonyokan 96 Ha, Desa Pandeyan 88 Ha . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kota Jatinom Tahun 2003

Desa Luas (Ha) Persentase (%)

Sumber : Monografi Kecamatan Jatinom, 2003

Menurut RUTRK Jatinom 2003 daerah hinterland (belakang) Kota Jatinom berasal dari desa- desa di wilayah Kecamatan Jatinom dan kecamatan yang berdekatan dengan Kecamatan Jatinom. Yaitu Kecamatan Karanganom, Kecamatan Tulung, Kecamatan Ngawen.

(33)
(34)

2.2.Kondisi Fisik Wilayah

Kota Jatinom mempunyai topografi berupa dataran dengan kemiringan lereng sekitar 2%-15% (datar agak curam). Kemiringan lereng menurun kearah timur sejajar dengan jalur-jalur sungai. Ketinggian Kota Jatinom berada pada 340-375 m diatas permukaan laut. Keadaan topografi Kota Jatinom yang berupa dataran mempunyai segala aktivitas yang ada di kota Jatinom. Karena tidak ada hambatan terhadap kelancaran aktivitas yang ad di kota tersebut. Untuk kemiringan lereng di daerah hinterland bervareasi yaitu 2-10% (datar-sangat curam)

2.2.1 Tanah

Kota Jatinom mempunyai kedalaman tanah lebih 50 dengan tekstur tanah sedang (agak kasar sampai agak lembut). Tanah yang berada di Kota Jatinom ini merupakan endapan vulkanik gunung berapi yang terdiri atas Sanddune, alluvium. Jenis tanah yang ada di kota Jatinom adalah Regosol Kelabu, ini merupakan bahan Induk abu dan volkan intermedier.

Menurut Hardjowigeno (1987) tanah yang terbentuk dari endapan volkanik merupakan tanah yang subur, tanah yang subur ini sangat baik untuk pertanian. Hasil pertanian yang meningkat menjadikan pendapatan masyarakat Kota Muntilan juga meningkat. Dan ini mempengaruhi perdagangan di Kota Jatinom. Di hinterland Kota Jatinom bagian barat gunung berapi yaitu Gunung Merapi, gunung ini menghasilkan batuan vulkanik yang relative muda. Tanah yang berada di daerah hinterland Kota Jatinom berasal dari endapan Vulkanik, jenis tanah di daerah hinterland adalah regosol kelabu.

Iklim

(35)

20-300C. sehingga iklimnya tropis lembab. Keadaan iklim demikian membantu meningkatkan aktivitas pertanian yang ad di kota Jatinom. Produktivitas pertanian yang meningkat akan berdampak baik pada system perdagangan yang ada, bagitu juga pendapatan penduduk Kota Jatinom juga akan meningkat pula.

Bentuk Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di kota Jatinom dan di daerah hinterland kota Jatinom terdiri dari lahan bentuk sawah, permukiman, tegal. Penggunaan lahan untuk sawah merupakan penggunaan lahan yang terbesar disbanding dengan penggunaan lahan lainnya (lihat tabel 2.2.).

Sebagian besar sawah di Kota Jatinom dan di daerah hinterland ditanami padi sepanjang tahun. Sawah ini merupakan sawah irigasi dalam satu tahun mempunyai pola tanam dua kali padi. Tanah yang di tanami padi mendapatkan air dari sumber mata air. Sedangkan sawah yang memiliki pola tanam non padi terletak pada dataran agak tinggi dan untuk dataran tinggi khususnya sebelah barat kota Jatinom yang tanahnya merupkan tanah tegalan di tanami tanaman polowijo dengan mengandalkan sumber air tadah hujan. Tanaman non padi seperti sayur-sayuran (cabe, tomat, sawi, kacang panjang, timun) tumbuh di Kota Jatinom dan daerah hinterland bagian timur, selatan dan utara. Sedangkan hinterland bagian barat yang didominasi dataran tinggi serta lahan kering ditanami tanaman polowijo, pisang, rambutan, mangga, jeruk, kayu. Penggunaan lahan di kota Jatinom dan daerah hinterland Kota Jatinom pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Penggunaan Lahan di Kota Jatinom dan Daerah Hinterland Kota Jatinom Tahun 2003

No Wilayah Luas Penggunaan Lahan (Ha)

Permukiman Sawah Tegal Lain* Jumlah

1

(36)

Tabel 2.2. menunjukkan bahwa lahan di kota Jatinom dan daerah hinterland Kota Jatinom banyak digunakan sebagai lahan pertanian (44,6 %) sedangkan untuk permukiman (33,4 %) sehingga penduduk kota Jatinom dan daerah hinterland sumber perekonomiannya berasal dari pertanian.

Penggunaan lahan sawah yang terluas antara Kota Jatinom hinterland adalah Kecamatan Karanganom (74,6 %), sedangkan penggunaan lahan sawah yang luasnya kecil adalah Kecamatan Jatinom (18,4 %). Penggunaan lahan untuk permukiman yang paling luas adalah Kota Jatinom (90,5 %), sedangkan penggunaan lahan untuk pemukiman yang luasnya kecil adalah Karanganom (25,3%). Hal ini disebabkan kecamatan Karanganom mempunyai daerah yang datar dengan sumber mata air cukup banyak. Sedangkan Kecamatan Jatinom mempunyai topografi bergelombang, dengan kondisi wilayah pegunungan sehingga dominasi lahan adalah tegalan (46,3%). Penggunaan lahan untuk kota Jatinom lebih dominan untuk pemukiman (90,5%), sesuai dengan fungsi Kota Jatinom sebagai pusat perdagangan dan jasa maka Kota Jatinom dapat mendukung perekonomian daerah sekitar yaitu kecamatan-kecamatan sekitar Kota Jatinom untuk menjual hasil pertanian ke kota ini.

Penduduk

2.4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

(37)

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Jatinom Tahun 2003

No Luas (Ha) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/Ha)

2003 % 2003

Sumber: Monografi Kecamatan, 2003

2.4.2 Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk penduduk Kota Jatinom selama 5 tahun terakhir (1998-2003), dihitung berdasarkan rumus Barcley yaitu :

Pt = Po . (1+r)t

Tabel 2.4. Pertambahan Penduduk di Kota Jatinom Tahun 1998-2003 No Desa/Kelurahan Σ PK Pertumbuhan

(38)

2.4.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin menunjukkan susunan penduduk berdasarkan interval umur tertentu pada masing-masing jenis kelamin (Mantra 1985).

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di kota Jatinom seperti tersaji pada tabel 2.5. berikut.

Tabel 2.5. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kota Jatinom Tahun 2003

No Umur Jenis Kelamin

Sumber: Monografi Kecamatan, 2003

Suatu kenyataan bahwa pada umumnya Kota lebih banyak dihuni oleh wanita dari pada pria (Bintarto,1983). Berdasarkan tabel tersebut jumlah wanita lebih banyak dari pada jumlah pria yaitu pada tahun 2003 jumlah wanita 6391 jiwa dan jumlah pria 5892 jiwa. Angka beban ketergantungan yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk usia kerja (produktif) dan non produktif, juga dapat dihitung berdasarkan tabel 2.5.

2.4.4 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

(39)

Tabel 2.6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Jatinom Tahun 2003 ( Diatas 5 Tahun )

No

Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa)

2003 Persentase %

Sumber: Monografi Kecamatan, 2003

Tabel 2.6. menunjukkan bahwa penduduk yang tamat SD dan SMP mempunyai jumlah yang besar (49,7 %) dan SMP (20,8 %) pada tahun 2003 karena sekolah SLTA/ Sederajat baru berdiri pada tahun 1990, penduduk kota Jatinom untuk bersekolah tingkat SLTA harus ke Klaten. Sehingga jarak sekolahan yang jauh tersebut membuat penduduk Kota Jatinom malas melanjutkan kejenjang SLTA.. Perkembangan bagi lulusan SMA semakin banyak setelah berdiri SMK maupun SMU, karena sekolahan tersebut sangat dekat dengan tempat tinggal. Dengan melihat jumlah penduduk yang tamat SLTA ( 14,6 % ) maupun perguruan tinggi ( 1,7 ) ini menunjukkan penduduk Kota Jatinom telah mengalami kemajuan serta akan mempengaruhi perkembangan kota ini.

2.4.5 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah mata pencaharian yang sedang atau pernah dilakukan oleh orang-orang yang termasuk golongan bekerja / orang-orang yang mencari pekerjaan dan bekerja penuh (BPS,1974).

(40)

pada berbagai lapangan kerja. Adapun komposisi penduduk menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 2.7. dibawah ini.

Tabel 2.7. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kota Jatinom Tahun 2003

Jenis pekerjaan Jumlah (KK) Persentase (%)

Petani

Lain* (peternak, parkir, satpam)

Sumber: Monografi Kecamatan, 2003

Penduduk Kota Jatinom menggambarkan hidup pada sektor perdagangan, dan sekitarnya bekerja pada sektor lain yaitu pegawai, petani, pertukangan dll.

Persentase penduduk yang bekerja di sektor perdagangan sebesar 28,2%, untuk sektor yang lain menempati peringkat dibawahnya. Ini menunjukkan bahwa perekonomian Kota Jatinom berasal dari perdagangan.

2.5 Faktor Pelayanan

2.5.1 Faktor Pelayanan Sosial

(41)

2.5.1.1Faktor Pendidikan

Kegiatan penduduk diinterpolasikan dengan kegiatan sekolah yang ada baik yang merupakan pendidikan formal maupun non formal, negeri atau swasta. Di kota Jatinom meliputi TK, SD, SLTP, SMA dan kursus-kursus seperti montir, menjahit, elektronika/kursus lain (tabel 2.8.).

Tabel 2.8. Fasilitas Pelayanan Pendidikan di Kota Jatinom Tahun 2003 No Desa/Kalurahan Fasilitas Pelayanan

TK SD SMP SLTA KURSUS

Sumber: Monografi Kecamatan, 2003

Pendidikan ini berperan dalam perkembangan Kota Jatinom, karena akan meningkatkan SDM. Dari tabel 2.8. diketahui bahwa penyebaran faktor pendidikan di Kota Jatinom cukup merata, terutama untuk pendidikan TK, SD, SMP, dan SLTA, tempat kursus. Desa/Kelurahan yang mempunyai fasilitas pendidikan yang paling banyak adalah Kalurahan Jatinom, yaitu sebesar 13 pada tahun 2003.

(42)
(43)

2.5.1.2Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan di Kota Jatinom meliputi rumah sakit, rumah sakit bersalin, posyandu, puskesmas, klinik, apotik dan dokter/bidan praktek. Persebaran jumlah fasilitas kesehatan tersaji pada tabel 2.9.

Tabel 2.9. Fasilitas Kesehatan di Kota Jatinom Tahun 2003

No Desa/Kalurahan Fasilitas Kesehatan Jumlah Rumah

Sumber: Monografi Kecamatan, 2003

Berdasarkan tabel 2.9. diketahui bahwa kelurahan/desa yang memiliki jumlah fasilitas kesehatan terbanyak adalah kelurahan Jatinom, dikarenakan kelurahan Jatinom merupakan pusat kota. Sedangkan untuk praktik dokter/bidan hampir semua desa ada. Dengan adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan berperan dalam peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang merupakan modal manusia untuk melakukan aktivitas.

(44)
(45)

2.5.1.3Fasilitas Administrasi

Fasilitas Administrasi pemerintah (pelayanan umum) meliputi kantor kecamatan Jatinom, kantor pos dan giro, kantor polisi, markas komando rayon militer, dan kantor urusan agama kecamatan Jatinom serta kantor Pembantu Bupati untuk wilayah Jatinom (Kawedanan Jatinom).

2.5.2 Fasilitas Transportasi

Transportasi mencakup alat transportasi dan kondisi jalan lebih jauh ditegaskan oleh Bintarto (1983), bahwa adanya lalu lintas atau transportasi dapat mencerminkan tingkat pendidikan, kebudayaan penduduk setempat dan mencerminkan tingkat frekuensi hubungan dan pergaulan yang sangat mempengaruhi proses sosial, ekonomi, kultur dan sebagainya.

Sesuai dengan sistem transportasi sistem jaringan jalan di Kota Jatinom terdiri dari sistem jaringan jalan propinsi, kabupaten, protokol, desa, dusun. Sistem jaringan jalan propinsi melalui pusat kota membelah Kota Jatinom menjadi bagian barat dan timur. Jalur propinsi ini merupakan jalan yang menghubungkan Jogja, Solo, Semarang, jalan propinsi yang melalui Kota Jatinom merupakan jalan singkat yang menghubungkan ketiga kota tersebut. Sistem jaringan jalan kabupaten yaitu yang menghubungkan Kota Jatinom dan daerah sekitar dengan Kabupaten Klaten. Seperti Kecamatan Tulung dengan Klaten. Sistem jaringan jalan protokol melalui hubungan antar kawasan dalam kota dan jalan-jalan desa dibagian tepi kota. Seperti pusat kota dengan daerah hinterland. Sedangkan jalan desa ini menghubungkan antara desa satu dengan desa yang lain.

Tabel 2.10. Fasilitas Jalan di Kota Jatinom Tahun 2003

No Desa/Kalurahan Jalan (Km)

(46)

Berdasarkan tabel 2.13. Desa Bonyokan dan Kelurahan Jatinom merupakan desa/kelurahan yang dilalui oleh jalan yang sangat bervariatif, baik itu jalan propinsi maupun kabupaten. Kondisi yang demikian ini akan mempengaruhi tingkat keramaian/kesibukan desa tersebut, Serta akan berdampak pada terkonsentrasinya aktivitas, perdagangan, perkantoran, dll. Yang akan mengikuti posisi jalan penghubung.

2.5.3 Fasilitas Pelayanan Transportasi

Fasilitas pelayanan transportasi di kota Jatinom yang ada meliputi POM Bensin, sub terminal tidak resmi. Pada sub terminal tidak resmi ini berbagai macam jenis angkutan transit dan parkir serta menunggu penumpang. Jalur-jalur angkutan tersebut yang ada meliputi, (1) jalur angkutan Klaten, Boyolali dengan armada bis dan colt, (2) jalur angkutan Penggung-Jatinom dengan armada angkutan kota kode C, (3) jalur angkutan Jatinom ke daerah hinterland dengan armada Colt dan Angkot. Sedangkan untuk jarak di luar jam trayek transportasi menggunakan ojek yang berpangkal di dekat terminal tersebut. Armada yang lain yaitu dokar, armada ini sifatnya tradisional dan telah ada sejak jaman dahulu.

Fasilitas pelayanan transportasi di Kota Jatinom mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang lain. Mudahnya aktivitas-aktivitas fasilitas pelayanan transportasi yang ada tersebut memudahkan jalannya aktivitas kota yang akan mempengaruhi maju tidaknya suatu kota.

2.5.4 Fasilitas Pelayanan Ekonomi

(47)

2.5.4.1Fasilitas Perdagangan

Sifat umum dari kota adalah sekaligus pusat perdagangan. Sifat umum ditunjukkan dengan fasilitas-fasilitas perdagangan yang ada di kota-kota tersebut. Faktor-faktor perdagangan meliputi, pedagang kaki lima, warung, toko, pasar induk, pasar kota dan pasar hewan. Fasilitas perdagangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.11. Fasilitas Perdagangan Kota Jatinom Tahun 2003

No Desa/Kelurahan Fasilitas Perdagangan Jumlah Kaki

Sumber: Monografi Kecamatan, 2003

Berdasarkan tabel 2.11. jumlah fasilitas perdagangan yang paling banyak yaitu warung berjumlah 252, sedangkan desa/kelurahan yang mempunyai fasilitas perdagangan paling banyak adalah kelurahan Jatinom dengan jumlah 152 disusul dengan Bonyokan 135.

Fasilitas perdagangan yang ada akan mempengaruhi perkembangan kota karena adanya fasilitas perdagangan tersebut maka penduduk di Kota Jatinom dan sekitarnya akan memanfaatkannya. Disamping itu dengan berjalannya waktu akan timbul aktivitas lain lambat laun sehingga Kota Jatinom akan lebih berkembang.

(48)
(49)

2.5.4.2Fasilitas Jasa

Pelayanan jasa merupakan pelengkap fungsi kota. Semakin tinggi hirarki suatu kota, maka pelayanan jasa yang terdapat di Kota tersebut semakin bervariasi. Pelayanan jasa di Kota Jatinom meliputi notaris, perbankan, pegadaian, wartel. Jumlah pelayanan jasa di Kota Jatinom tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.12. Fasilitas Jasa Kota Jatinom Tahun 2003

No Desa/Kelurahan Fasilitas Jasa Jumlah

Notaris Bank Pegadaian Wartel Koperasi 1

Sumber: Monografi Kecamatan, 2003

Berdasarkan tabel diatas bahwa jumlah pelayanan jasa di Kota Jatinom paling banyak adalah wartel, yaitu dengan jumlah 13. Desa yang mempunyai jumlah fasilitas pelayanan jasa yang terbanyak adalah Desa Jatinom, ini disebabkan karena wilayah tersebut merupakan pusat kota. Untuk fasilitas pelayanan jasa koperasi tersebar rata diberbagai wilayah kota. Adanya pelayanan jasa di kota Jatinom ini akan meningkatkan perkembangan kota.

(50)
(51)

BAB III

KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

Hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seutuhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang dilaksanakan mempunyai cakupan yang luas dan kompleks. Untuk itu perlu adanya perencanaan pelaksanaan pembangunan dilaksanakan dengan sistem pembangunan daerah.

Pembangunan merupakan orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir bagi perubahan yang dikehendaki untuk mencapai pertumbuhan atau perkembangan yang sesuai arah dan tujuan. Berdasarkan pada rumusan pembangunan nasional, pembangunan dapat diartikan sebagai pembangunan yang berorientasi kepada kepentingan nasional dan merupakan kegiatan yang tidak ada hentinya bagi perubahan yang dikehendaki sesuai dengan arah yang ditetapkan dalam GBHN 1993/1994. Pembangunan di Kota Jatinom sebagaimana pembangunan daerah, pada dasarnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

3.1 Karakteristik Dasar dan Perkembangan Kota

Rencana dasar perkotaan diperlukan untuk menilai seberapa besar potensi maupun masalah fisik dalam perannya terhadap perwujudan fisik kotanya. Fisik dasar merupakan dasar dari pengembangan fisik, oleh karena itu rencana ini merupakan titik tolak untuk menilai kemampuan, kesesuaian dan keserasian suatu lahan. Sedangkan perkembangan suatu kota tidak hanya menyangkut masalah perkembangan fisik suatu kota saja, melainkan juga memuat dinamisasi suatu kota meliputi perkembangan kegiatan dan perkembangan fungsi selain perkembangan fisik kota sendiri.

Kota Jatinom terletak di Jawa Tengah bagian tengah, tepatnya di dalam wilayah Kabupaten Klaten, berjarak kurang lebih 24 Km ke arah selatan dari Kota

(52)

Surakarta. Secara geografis, letak Kota Jatinom cukup strategis kerena berada pada jalur transportasi darat utama Solo – Yogyakarta.

Pembangunan yang menjadi tujuan Kota Jatinom adalah mengembangkan permukiman secara merata serta dengan menyediakan fasilitas, meningkatkan jaringan jala dan sebagainya. Kecenderungan perkembangan linier ke arah utara-selatan di Kota Jatinom masih cukup besar. Pertumbuhan yang demikian akan menambah beban atau kapasitas jalur jalan terhadap sarana transportasi yang ada. Dengan demikian sebenarnya yang dinamakan pusat Kota Jatinom adalah kegiatan-kegiatan yang berada di sepanjang jalan utama yang membelah Kota Jatinom. Hal ini dapat dilihat dari :

⎯ Asal mula tumbuhnya permukiman Kota Jatinom juga terletak di

sepanjang jalan, misalnya bangunan-bangunan yang masih menunjukkan ciri arsitektur Jawa.

⎯ Kegiatan-kegiatan utama penduduk pusat kota semakin berkembang di sepanjang jalan, misalnya perdagangan dan jasa, fasilitas sosial dan sebagainya.

⎯ Dibelakang kegiatan yang berkembang di sepanjang jalan berkembang kampung-kampung yang mulai padat.

Hal ini umum terjadi pada kota-kota yang sedang berkembang atau berkembang secara alamiah. Agak ke dalam dari jalan berkembang permukiman semi perkotaan dan perumahan baru yang bersifat ke kota yang sekarang berkembang diantara hamparan daerah hijau. Struktur daerah hijau terutama sawah dan bukit-bukit nampaknya sangat potensial untuk tetap dipertahankan sebagai unsur pembentukan struktur Kota Jatinom di masa mendatang.

a. Identitas Kota

Yang dimaksud dengan identitas kota adalah ciri khas kota yang mudah dikenali secara visual dan aktivitas spesifik serta bisa dirasakan suasananya oleh masyarakat umum dari aspek fisik.

(53)

jawa dan para wali. Hal ini berkaitan dengan sejarah Kota Jatinom pada era kerajaan Islam sebagai basis penyebaran Agama Islam.

b. Peran atau Fungsi Kota Jatinom

Sektor kegiatan pada skala regional dan lokal, akan memerlukan wadah fisik bagi setiap pelayanan kegiatan tersebut dengan jangkauan tertentu. Semakin banyak sektor kegiatan yang muncul maka semakin banyak pula wadah fisik yang daperlukan bagi pelayanannya, sehingga semakin luas jangkauan pengaruh yang dimilikinya.

Kota merupakan tempat yang sesuai untuk menempatkan wadah-wadah pelayanan tersebut sesuai dengan fungsi kota sebagai pusat konsentrasi kegiatan dan sekaligus pusat pelayanan. Dengan demikian sektor-sektor kegiatan yang ada yang tumbuh yang berkembang terutama di kota sedikit banyak mempengaruhi struktur kota.

Faktor lain yang mendukung perkembangan fungsi Kota Jatinom adalah letak strategis Kota Jatinom pada sabuk merapi, merbabu. Hal ini memungkinkan untuk pengembangan sektor pariwisata sehingga obyek-obyek wisata yang terletak di sekitar Kota Jatinom dapat dimanfaatkan sebagai pendukung fungsi Kota Jatinom sebagai kota simpul pariwisata.

3.2 Struktur Tata Ruang Kota

Tata ruang mempunyai dua pengertian yaitu bersifat obyektif dan subyektif. Obyektif tata ruang adalah manifestasi keseluruhan tempat dan saluran yang mewadahi kegiatan manusia. Dan dalam pengertian subyektif, tata ruang adalah keseluruhan usaha untuk mencapai manfaat sumber daya yang setinggi-setingginya dengan jalan mengatur lokasi dan alokasi tempat.

Dari waktu ke waktu, sejalan dengan selalu meningkatnya jumlah penduduk perkotaaan serta meningkatnya tuntutan kebutuhan kehidupan dalam aspek-aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi telah mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang kekotaan yang besar.

(54)

pertama adalah manusia sebagai subyeknya yang berperan sebagai pengatur ruang lingkungan. Unsur kedua adalah sumber daya alam sebagai obyek yang digali atau dimanfaatkan oleh manusia. Unsur ketiga adalah ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat yang digunakan manusia untuk menggali sumber daya alam dan memenuhi kebutuhannya. Dan unsur yang keempat adalah aspek spasial yang mencakup lokasi, jarak, arah, kepadatan dan rangkaian dari unsur tersebut.

Suatu struktur ruang kota yang ideal adalah struktur yang mampu mencerminkan daya guna dan hasil guna distribusi di dalam fungsi-fungsi ruang kota tersebut dan mampu sebagai elemen kota untuk kehidupan sosial ekonomi tersebut. Dalam upaya membentuk struktur tata ruang kota yang di tuju, maka konsep pengembangan harus didasarkan atas kondisi, situasi dan kecenderungan perkembangan seluruh kota. Dengan demikian beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah :

- Morfologi daerah pinggiran kota untuk melihat area-area yang dapat dikembangkan.

- Struktur ruang yang ada sebagai usaha meminimalisasi penambahan struktur kota yang tidak perlu.

- Pola pergerakan antara pusat kegiatan fungsional yang satu dengan pusat kegiatan yang lainnya, sehingga usaha mendayagunakan pola pergerakan tersebut secara berdayaguna dan berhasil guna untuk masa mendatang.

Struktur tata ruang Kota Jatinom pada saat ini cenderung berbentuk linier, yang berkembang pada sepanjang jalan utama. Didasarkan atas kondisi fisik Kota Jatinom, pada wilayahnya masih terlihat adanya sifat pedesaan dan kota yang masih melekat. Kegiatan perkotaan yang terpusat pada jalan utama yang menyebabkan perkembangan wilayah kota lebih dominan menuju ke arah Selatan dan Utara serta Barat Daya, yang merupakan arah Kota Yogyakarta – Surakarta.

Pewilayahan pembangunan merupakan suatu batas wilayah ruang yang ditetapkan sebagai suatu wilayah pengembangan. Pewilayahan ini detetapkan dengan maksud untuk :

1. Percepatan laju pertumbuhan dan pengendalian pembangunan.

(55)

3. Peningkatan koordinasi, kerja sama dan keterpaduan pembangunan antar wilayah dan antar sector.

4. Pemanfaatan ketergantungan antar wilayah menuju upaya keserasian pertumbuhan dan pembangunan antar wilayah dan antar sector.

5. Efisiensi dan efektivitas dan pelaksnaan pembangunan.

Penetapan perwilayahan pembangunan di Kota Jatinom berpedoman pada beberapa pendekatan:

1. Pendekatan pertumbuhan yang dikaitkan dengan upaya peningkatan produktivitas wilayah.

2. Pendekatan pemerataan yang dikaitkan dengan upaya pemerataan pelayanan wilayah dan peluang pembangunan, khususnya pada wilayah yang kurang/belum berkembang.

3. Pendekatan lingkungan yang dikaitkan dengan upaya pelestarian lingkungan guna menjamin terciptanya pola pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Atas dasar pendekatan tersebut tujuan perwilayahan di arahkan pada : 1. Peningkatan hubungan kerja sama yang lebih erat antar wilayah/daerah dalam

bentuk kerja sama perencanaan, pengelolaan dan pengendalian serta pengembangan wilayah/daerah secara saling menguntungkan.

2. Peningkatan perencanaan terpadu antar wilayah dan antar sektor terutama pada sektor-sektor strategis dengan mempertimbangkan potensi dari masalah spesifik wilayah yang bersangkutan.

3. Pemerataan kesempatan kerja dan peluang pertumbuhan antar wilayah termasuk pemerataan penyediaan sarana dan prasarana dasar secara proposional.

4. Percepatan laju pertumbuhan di dalam antar wilayah guna meningkatkan standar kehidupan masyarakat serta mendukung laju pertumbuhan ekonomi. 5. Penciptaan kelestarian lingkungan hidup untuk menjamin terwujudnya

kesinambungan pembangunan melalui pembangunan berwawasan lingkungan. 6. Pada wilayah yang kurang/belum berkembang perlu penanganan secara

(56)

BAB IV

PERANAN KOTA JATINOM SEBAGAI PUSAT PELAYANAN SISOAL EKONOMI PENDUDUK DAERAH

SEKITARNYA

Pada bab terdahulu telah diuraikan mengenai macam, jumlah dan penyebaran fasilitas pelayanan sosial ekonomi. Penyebaran fasilitas pelayanan sosial ekonomi sudah ada yang merata pada suatu tempat tetapi ada juga yang belum merata. Mengenai jumlah fasilitas pelayanannya sudah lengkap bagi penduduk Kota Jatinom dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan sosial ekonomi.

4.1 Peranan Kota Jatinom Sebagai Pusat Pelayanan Sosial Ekonomi

Fasilitas pelayanan yang tersedia ada yang menurut kebijaksanaan pemerintah dan ada yang tidak menurut kebijaksanaan pemerintah. Fasilitas pelayanan yang tersedia menurut pemerintah seperti sekolah, puskesmas, bank, dan pasar, sedangkan yang tidak disediakan pemerintah seperti warung dan toko.

Seperti telah disebutkan dalam bab I, analisis terhadap penduduk yang memanfaatkan fasilitas soaial yaitu: pendidikan dan kesehatan menggunakan analisis data sekunder. Sedangkan untuk fasilitas ekonomi yaitu perdagangan dan keuangan/perbankan dengan analisis data primer yang diambil dari 240 responden yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Responden diambil secara insidental di lokasi fasilitas pelayanan.

4.1.1. Orientasi Penduduk Kota Jatinom dan Sekitarnya dalam Menggunakan Fasilitas Sosial

(57)

4.1.1.1. Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan

Orientasi penduduk di Kota Jatinom dan sekitarnya untuk mendapatkan pelayanan pendidikan TK dan SD hampir semua penduduk memilih tempat pelayanan yang paling dekat dengan tempat tinggal mereka. Karena pelayanan pendidikan TK dan SD sudah ada di tempat mereka masing-masing.

Untuk mendapatkan pelayanan pendidikan SLTP dan SMU penduduk kota Jatinom telah memanfaatkan fasilitas pelayanan pendidikan yang ada di kota tersebut. Fasilitas pendidikan SLTP dan SMU di kota Jatinom tersebut selain dimanfaatkan oleh penduduk kota Jatinom sendiri juga dimanfaatkan oleh penduduk di luar kota Jatinom, bahkan jumlah pemanfaat dari luar kota jatinom lebih besar jumlahnya seperti terlihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Banyaknya Pengguna Fasilitas Pendidikan (Murid) dari Kota Jatinom dan Daerah Lain Tahun 2003

No Jenis Fasilitas

Asal Pengguna (Murid ) Jumlah Murid (jiwa)

Sumber : Data Sekunder, 2003 Keterangan:

Kota Jatinom: - Kalurahan Jatinom - Desa Krajan

- Desa Bonyokan

- Desa Pandeyan

Desa Sekitar: - Desa Kayumas - Desa Bengking

- Desa Temuireng - Desa Mranggen

- Desa Bandungan - Desa Randulanang

- Desa Beteng - Desa Cawan

- Desa Bengking - Desa Gedaren

- Desa Tibayan - Desa Jemawan

- Desa Socokangsi - Desa Glagah

- Desa Puluhan - Kecamatan Karanganom

- Kecamatan Musuk - Kecamatan Tulung

(58)

penduduk Kota Jatinom sendiri, TK (84%) dan SD (81%). Hal ini dikarenakan di masing-masing desa sudah mempunyai fasilitas pendidikan TK dan SD. Sedangkan untuk fasilitas pendidikan SMP dan SMA tidak semua desa ada. Sehingga fasilitas pendidikan SMP dan SMA yang ada di Kota Jatinom banyak dimanfaatkan oleh penduduk di luar Kota Jatinom, SMP (77,1%), SMA (87,3 %).

(59)
(60)

Apabila dikaitkan dengan jumlah penduduk menurut usia pendidikan (sekolah), maka diketahui rasio antara jumlah murid dengan jumlah penduduk menurut usia pendidikan sebagai berikut :

Tabel 4.2. Perbandingan Antara Jumlah Murid dengan Jumlah Penduduk Usia Pendidikan (Sekolah) di Kota Jatinom Tahun 2003

Jenis Usia Sekolah (c:d) TK

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2003 Keterangan :

C : D < 1, = penduduk usia pendidikan (sekolah) belum tertampung pada jenis pendidikan yang sesuai atau penduduk belum/tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan.

C : D ≥ 1, = penduduk usia pendidikan (sekolah) telah tertampung pada jenis pendidikan yang sesuai atau penduduk memanfaatkan fasilitas pendidikan.

(61)

memilih sekolah SMA/SMK diluar kota Jatinom karena untuk SMA diluar kota Jatinom kualitas SMA yang ada lebih baik Sedangkan untuk SMK diluar kota Jatinom terdapat sekolah SMK Negeri yang kualitasnya lebih baik serta lebih murah..

4.1.1.2. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan yang biasa digunakan penduduk adalah puskesmas, dokter praktek, pelayanan bidan, apotek dan klinik bersalin. Dalam memilih fasilitas kesehatan tersebut, penduduk Kota Jatinom dan daerah sekitar mempunyai pilihan sendiri yang didasarkan pada kecocokan, kelengkapan dan mutu pelayanan kesehatan.

Penduduk Kota Jatinom dan daerah sekitar untuk memeriksakan penyakit yang berat biasanya ke tempat pelayanan kesehatan di Kota Jatinom dan untuk melakukan persalinan sebagian penduduk melakukannya di klinik bersalin yang berada di Kota Jatinom. Untuk penyakit yang ringan penduduk Kota Jatinom dan daerah sekitar cenderung memeriksakan ke puskesmas atau puskesmas pembantu di kecamatan mereka masing-masing karena setiap kecamatan sudah memiliki puskesmas atau puskesmas pembantu. Dengan memeriksakan di puskesmas atau puskesmas pembantu penduduk Kota Jatinom dan sekitarnya tersebut merasa pengobatannya sudah dapat terpenuhi dan biayanya lebih ringan.

Untuk penyakit yang lebih berat selain ke rumah sakit yang ada di Kota Jatinom, penduduk daerah sekitar Kota Jatinom ada yang memeriksakan ke rumah sakit di Kota lain. Kerena penduduk daerah sekitar Kota Jatinom merasa cocok dan menganggap peralatan sudah lengkap serta pelayanan kesehatannya lebih baik.

Gambar

Tabel 1.1 Fasilitas Sosial Ekonomi Kota Jatinom Kabupaten Klaten Tahun 2003
Gambar diagram alir kerangka pemikiran dan penelitian ini dapat dilihat di
Tabel 2.1. Luas Wilayah Kota Jatinom Tahun 2003
Tabel 2.2. Penggunaan Lahan di Kota Jatinom dan Daerah Hinterland Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lapangan Mandiri dengan judul : “ Peranan Pemeriksaan Sederhana Dalam Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota ”.. Tujuan dan Manfaat Praktik

JUDUL TUGAS AKHIR : DAMPAK PEMBANGUAN PUSAT PERDAGANGAN JODOH DI KOTA BAT AM TERHADAP KONDISI SO SIAL EKONOMI PEDAGANG.. NAMA :

JUDUL TUGAS AKHIR : DAMPAK PEMBANGUAN PUSAT PERDAGANGAN JODOH DI KOTA BAT AM TERHADAP KONDISI SO SIAL EKONOMI PEDAGANG.. NAMA :

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan sosial dengan judul “ Tinjauan Sosial Ekonomi Di Kota Binjai”.. Pengemis

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa; 1) Penumpukan pelayanan ekonomi di pusat kota diikuti oleh permasalahan terkait dengan ruang, 2) Pilihan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peranan kepemimpinan dalam kinerja pelayanan pada badan Kesbangpol Linmas kota Pematangsiantar yang dilakukan dengan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peranan kepemimpinan dalam kinerja pelayanan pada badan Kesbangpol Linmas kota Pematangsiantar yang dilakukan dengan

Oleh sebab itu penulis merasa perlu melalukan penelitian dengan judul “Peranan Media Sosial Dalam Meningkatkan Omset Restoran Padang Sederhana Jakarta Pusat selama