LAPORAN TUGAS AKHIR
PERANAN PEMERIKSAAN SEDERHANA DALAM PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)
PRATAMA MEDAN KOTA O
L E H
NAMA : MEGA YURISTIRA NIM : 112600080
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat
berupa iman dan kesehatan serta nikmat lain yang tak terhingga yang dirasakan oleh
penulis, tak lupa pula shalawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW,keluarga dan para sahabatnya hingga akhir jaman sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini guna memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Dengan mengucapkan Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan ridha-Nya
jugalah yang disertai dengan usaha-usaha dan kemampuan yang ada pada
penulis,maka penulis telah dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini
dengan judul “Peranan Pemeriksaan Sederhana Dalam Penerimaan Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota”.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis merasa berkewajiban
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir
ini, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K),
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. H. Alwi Hashim Batubara, M. Si selaku Ketua Jurusan
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Arlina, S.H. M.Hum selaku sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. H. Alwi Hashim Batubara, M. Si selaku Dosen Pembimbing
6. Bapak Irwan Harefa, selaku Kepala Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.
7. Ibu Mesta, selaku supervisor yang membantu saya untuk mengumpulkan
data di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.
8. Bapak dan Ibu Dosen beserta Pegawai yang berada di Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
9. Kepada Orang Tua saya, Ayahanda Rahmadsyah dan Ibunda saya Sunarni
Wati yang selalu memberikan semangat, serta memberi dukungan moril
dan materil, terimakasih nasehat yang selalu terucap dari ayahanda dan
ibunda sangat mendorong semangat saya untuk menyelsaikan Laporan
Tugas Akhir, semoga saya bisa menjadi anak yang selalu kalian
10.Kepada kakak dan adik saya yang selalu menghibur saya dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Kepada Teman yang paling spesial Dendy Nugraha Siregar yang selalu
menemani, memberikan semangat, serta memberi motivasi dan membantu
saya dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
12.Kepada Sahabat saya Mira Febriani yang selalu menghibur saya dan
memberi semangat untuk menyelesikan Laporan Tugas Akhir ini
13.Kepada Semua teman-teman saya stambuk 2011 Program Studi D-III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
14.Kepada teman-teman seperjuangan saya terkhususnya TAX B 2011, Astari
Ramadhani, Dahlia Syah Putri, Ihdan Mayandri, Ipak Purnama, Dian
Rahma, Giezla Muttaqien, Mira Febriani, Putri Ulandari, Ade Wahyuni ,
Reza Haridsyah dan yang lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya
disini, terimakasih telah menghibur, memberikan motivasi serta semangat
untuk saya dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, Harapan Saya
Akhir kata penulis mohon maaf jika didalam penulisan Tugas Akhir
ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, semoga Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, rekan-rekan mahasiswa, dan para
pembaca sekalian.
Medan, Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 5
C. Uraian Teoritis ... 8
D. Ruang Lingkup PKLM ... 16
E. Metode PKLM ... 17
F. Metode Pengumpulan Data ... 18
G. Sistematika Penulisan Laporan ... 19
BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA ... 22
A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota ... 22
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota ... 27
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota ... 28
D. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota ... 29
BAB III GAMBARAN DATA PKLM... 33
A. Pemeriksaan ... 33
C. Standar Pemeriksaan Pajak ... 37
D. Kebijaksanaan Pemeriksaan Pajak ... 53
E. Hak dan Kewajiban Pemeriksa dan Wajib Pajak Dalam Pemeriksaan Pajak 56 F. Peranan Pemeriksaan Pajak... 62
G. Peran Aparat Pajak ... 63
H. Kendala – Kendala Yang Dihadapi Pemeriksa Dalam Menjalankan Tugasnya Sebagai Pemeriksa ... 63
I. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak ... 64
J. Peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Pelaksaan Pemeriksaan Lapangan.. 65
K. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dari Pemeriksa Terhadap Perkembangan Kegiatan Usaha Dan Memahami Setiap Peraturan Pajak ... 68
L. Produk Dari Hasil Pemeriksaan ... 69
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Sehubungan negara membutuhkan sejumlah dana yang tidak sedikit didalam
menjalankan pemerintahan dan pembangunan. Karenanya potensi sumber daya yang
dimiliki suatu negara harus di manfaatkan secara optimal, baik berupa hasil kekayaan
alam maupun iuran yang didapat dari masyarakat berupa pajak.
Pajak merupakan fungsi yang sangat penting dan strategis dalam
penyelenggaraan negara dan pemerintah. Pajak bersama pendapatan lainnya seperti
laba Badan Usaha Milik Negara, retribusi daerah kini semakin diandalkan perannya
dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah seiring menurunnya peran migas terhadap penerimaan negara. Dengan
demikian peranan bantuan luar negeri diusahakan semakin bergeser, hanya sebagai
pelengkap dan penunjang untuk pencapaian program – program pembangunan.
Sejak tahun 2007 Indonesia menerapkan asas Self Assessment dalam Undang -
Undang pajak menggantikan Official Assessment yang berlaku sebelumnya. Dalam
Self Assessment, wajib pajak diberikan kepercayaan atau wewenang penuh dalam
menghitung pajak terutangnya dan melaporkannya sendiri secara teratur jumlah
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang
adalah adanya pengalihan sebagian wewenang Direktorat Jenderal Pajak dalam
menetapkan kewajiban pajak kepada wajib pajak.
Membangun sebuah kesadaran adalah hal yang tidak mudah, apabila yang ingin
dibangun merupakan suatu kesadaran permanen. Kesadaran membayar pajak dengan
sukarela dan patuh sampai saat ini juga masih sulit dilakukan. Untuk itu pemerintah
mengimbangkan kepercayaan yang diberikan kepada wajib pajak melalui penegakan
hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
kepercayaan tersebut.
Pajak merupakan penerimaan negara yang sangat penting. Membayar pajak
merupakan kewajiban setiap negara. Besarnya pajak ditetapkan berdasarkan Undang -
Undang atau dalam Undang - Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2 yang menyatakan
bahwa : Segala penerimaan pajak harus berdasarkan Undang -Undang.
Namun demikian masih banyak wajib pajak yang menghindarinya karena kurang
menyadari akan arti dan fungsi pajak. Beberapa ahli perpajakan mengemukakan
pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang
dikemukakan tersebut mempunyai makna dan tujuan yang sama.
Menurut Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut S.I Djajadiningrat menyatakan bahwa pajak adalah suatu kewajiban
menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberi kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan umum (Resmi,2008:1).
Menurut Rochmat Soemitro bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang - Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo,2006:1)
Dari pendapat diatas, jelas bahwa pajak kas negara yang sangat penting dalam
pemerintahan terutama bagi pembangunan yang bermanfaat untuk masyarakat umum.
Hanya saja sebagaimana baiknya sistem dan peraturan pajak itu diciptakan, namun
yang akan sangat menentukan keberhasilannya adalah kesadaran dari pelaksananya.
Direktorat Jenderal Pajak, dalam rangka melaksanakan tugas pemungutan pajak
pajak yang terutang dan keperluan - keperluan lain dalam rangka pengawasan
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan peraturan perundang -
undangan.
Menurut Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang - Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat Atas Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan menerangkan pengertian pemeriksaan pajak yang terdapat
didalam pasal 1 angka 25, pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standart pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan. Pemeriksaan
pajak terdapat dua bagian yaitu :
1. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan ditempat
kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib
2. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak.
Dengan demikian sudah menjadi salah satu tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak
yakni melakukan pengawasan terhadap wajib pajak dengan tujuan untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Dengan kata lain petugas pajak hanya menjalankan fungsi kontrol, agar penerapan
asas ini tidak melenceng dari tujuannya.
Dari pembahasan tersebut, penulis menyusun sebuah Laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri dengan judul : “Peranan Pemeriksaan Sederhana Dalam Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota”
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:
1.1Untuk mengetahui proses pemeriksaan dalam menjalankan tugasnya
sebagai pemeriksa.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.1.Bagi Mahasiswa
a. Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang pemeriksa pajak
yang kelak dapat membekali penulis untuk terjun langsung
kelingkungan kerja.
b. Melihat penerapan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam
permasalahan yang timbul selama melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Kota.
c. Meningkatkan motivasi.
d. Mempelajari perilaku dan keahlian baru serta mempelajari bentuk
tim dan kerjasama.
e. Agar dapat mempraktikkan teori - teori yang telah diperoleh selama
masa perkuliahan dalam kegiatan selama pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM).
f. Agar dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bidang
perpajakan maupun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
g. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja
diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM).
h. Mempersiapkan mahasiswa yang terampil dalam menghadapi
persaingan bebas.
2.2. Bagi Instansi/Tempat PKLM (KPP Pratama Medan Kota)
a. Membina kerjasama antar lembaga pendidikan dengan instansi
pemerintah.
b. Meningkatkan mutu dan kualitas dengan adanya Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM).
c. Mmemperoleh masukan atau pemikiran baru.
d. Mempromosikan image Institusi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Kota.
2.3. Bagi Universitas
a. Sarana bagi praktikum mahasiswa.
b. Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan.
c. Membuka interaksi antara program studi Administrasi Perpajakan
dan instansi pemerintah.
d. Mempromosikan kegunaan sumber daya
e. Mengusahakan adanya umpan baik untuk revisi dan evaluasi
2.4. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi pajak sekaligus menambah pengetahuan
tentanng perpajakan terutama dalam hal Pemeriksaan Sederhana.
C. Uraian Teoritis
1. Definisi dan Fungsi Pajak 1.1. Definisi pajak
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yaitu
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang – Undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo,2006:1)
Pengertian pajak menurut S.I Djajadiningrat menyatakan bahwa
pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberi kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi
tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk
Mr. Dr. N. J. Feldman, memberi definisi sebagai berikut : pajak
adalah prestasi yang dipaksakan sepihak dan terutang kepada penguasa
(menurut norma – norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata – mata digunakan untuk menutup
pengeluaran - pengeluaran umum (Mardiasmo,2003).
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang
– Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas
Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang,
dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.
Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pajak memliki beberapa apek dasar :
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang – Undang. 2. Sifatnya dapat dipaksakan
3. Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh
4. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara baik pemerintah
maupun daerah.
5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan
masyarakat umum.
1.2. Fungsi Pajak
1. Fungsi Budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluaran – pengeluarannya.
2. Funggsi Regurelend, pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi (Mardiasmo,2006,2).
1.3. Jenis Pajak
a. Menurut golongannya
Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak (WP) dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan.
Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan
atau dilimpahkan pada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan
b. Menurut Sifatnya
Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib
pajak. Contoh : Pajak Penghasilan.
Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak .
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
c. Menurut Lembaga Pemungutnya
Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak
Daerah terdiri atas dua yaitu Pajak Provinsi (Pajak Kendaraan
Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) dan pajak
1.4. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan
Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan
yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk
Wajib Pajak dalam negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib
Pajak.
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak di hubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
1.5. Sistem Pemungutan Pajak a. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
c. Withholding System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
1.6. Pengertian Pemeriksaan
Menurut SE-04/PJ.7/2000 (Kebijakan Pemeriksaan Tahun 2009)
pemeriksaan adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak,
untuk seluruh jenis pajak atau jenis – jenis tertentu, dan/atau untuk
tujuan lain, baik untuk tahun berjalan dan/atau tahun – tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik – teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.
Selain itu menurut Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang –
Perpajakan menerangkan pengertian pemeriksaan pajak yang terdapat
didalam pasal 1 angka 25, pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standart
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.
Pengertian pemeriksaan pajak menekankan pada pemeriksaan bukti
yang berupa buku – buku, dokumen dan catatan yang dilaksanakan secara objektif oleh pemeriksa pajak yang profesional berdasrkan suatu
standart pemeriksaan ; pemeriksaan pajak tidak mencari – cari kesalahan wajib pajak tetapi untuk kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
1.7. Jenis – Jenis Pemeriksaan
Direktorat Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan
dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan yang dimana tertuang dalam Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
pemeriksaan pajak terdapat dua bagian yaitu :
1. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang
dilakukan ditempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lain
yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
2. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di
kantor Direktorat Jenderal Pajak.
1.8. Tujuan Pemeriksaan pajak
Pemeriksaan juga mempunyai tujuan yaitu :
a. Menguji kepatuhan perpajakan.
b. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan.
Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan dalam hal :
a. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak
dan/atau rugi.
b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak
c. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban
penyampaian Surat Pemberitahuan yang tidak dipenuhi.
d. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
e. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang – undangan perpajakan.
f. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma perhitungan.
g. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau pencabutan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
h. Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding pemberian
Norma Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) dan
pengukuhan atau pencabutan Norma Penghitungan Pengusaha
Kena Pajak (NPPKP).
i. Penentuan besarnya jumlah angsuran pajak dalam suatu Masa
Pajak bagi Wajib Pajak baru.
j. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
k. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan
perpajakan untuk tujuan lain selain huruf a sampai huruf f.
l. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah tertentu.
m. Penentun satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam suatu penelitian sangat penting dibuat ruang lingkup masalah
terlebih dahulu dengan jelas. Hal ini dimaksudkan agar peneliti memiliki fokus
dan arah yang jelas. Pnegasan tersebut sekaligus menggambarkan fokus yang
diteliti nantinya dalam proses penelitian.
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam menjalani Praktik Kerja
Lapangan Mandiri yaitu :
1. Proses pemeriksaan dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa.
2. Kendala – kendala dalam peningkatan penerimaan pajak melalui pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana serta upaya untuk mengatasi
kendala tersebut.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan persiapan – persiapan mulai dari
penentuan judul Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penentuan
tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), pengajuan proposal
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), seminar proposal Praktik Kerja
Mandiri (PKLM), dan penentuan dosen pembimbing Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM).
2. Studi Literature
Penulis mencari berbagai sumber - sumber bacaan seperti buku - buku,
majalah, Undang - Undang maupun literature yang berhubungan dengan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
3. Observasi Lapangan
Di dalam tahap ini penulis melakukan observasi lapangan selama satu
bulan. Yaitu dengan mencari key informan, mengetahui waktu untuk
memberikan surat pengantar, melaksanakan wawancara dan mengamati
peranan pemeriksaan sederhana dalam penerimaan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.
4. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data - data yang berhubungan dengan peranan
pemeriksaan sederhana.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Kegiatan - kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis dan
a. Penggunaan teknik – teknik analisis yang sesuai dengan bentuk dan macam data yang diperoleh sesuai dengan tuntutan permasalahan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
b. Pengolaha n data dengan memberikan penjelasan secara sistematis
atas permasalahan yang diangkat.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut :
1. Observasi Lapangan
Pengumpulan data tentang peranan pemeriksaan sederhana, melakukan
pengamatan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) serta mempelajari laporan – laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
2. Wawancara
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan
melibatkan pegawai (key informan) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Kota baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi yang berhubungan
dengan peranan pemeriksaan sederhana.
G. Sistematika Penulisan Laporan
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam BAB I penulis mengemukakan Latar Belakang Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Uraian Teoritis, (PKLM),
Ruang Lingkup Masalah, Metode Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM), Metode Pengumpulan Data, dan
Sistematika Penulisan Laporan.
BAB II : GAMBARAN LOKASI PKLM
Dalam BAB II berisi tentang Sejarah Umum Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota, Tugas dan
Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota,
Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
BAB III : GAMBARAN DATA PKLM
Dalam BAB III ini penulis menggambarkan suatu data yang
didapat dari penelitian Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Kota.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Dalam BAB IV ini penulis menganalisis dan membahas
masalah yang dihadapi oleh para pelaksana Pemeriksa
Lapangan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Penulis menari kesimpulan dari uraian yang ada dan
memberikan saran yang dapat dijadikan masukan bagi Kantor
Pelayanan Pajak dalam menghadapi permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA
A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota
Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan
Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi
menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak
Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga
Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:
a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu
Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk
memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur
(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan
Kota). dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat dalam
pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan
diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang
mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor
Pelayan pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994
didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor
Pelayanan pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah
menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
443/KMK.01/2001 tentang “ Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota madya Medan Menjadi enam
wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
1. Kecamatan Medan timur
2. Kecamatan Medan Area
3. Kecamatan Medan Tembung
4. Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi
wilayah:
1. Kecamatan Medan Barat
2. Kecamatan Medan Sunggal
3. Kecamatan Medan Petisah
4. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
1. Kecamatan Medan kota
2. Kecamatan Medan Denai
3. Kecamatan Medan Johor
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
1. Kecamatan Medan Polonia
2. Kecamatan Medan Maimun
3. Kecamatan Medan Baru
4. Kecamatan Medan Tuntungan
5. Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
1.Kecamatan Medan Belawan
2.Kecamatan Medan Marelan
3.Kecamatan Medan Labuhan
4.Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang
mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Karena Pajak
merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya untuk laporan rakyat. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di
Sukamulia Nomor. 17A Medan. Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan
Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari kantor
Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
443/KMK/.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
58/kmk.01/2002 tanggal 26 Februari 2002
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
58/KMK/.01/2002 tanggal 26 Februari 2002
2. Yang mengepalai Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat ini adalah
Bapak Yan Santoso Purba,SH.MM
Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota,
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 Sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan prilaku pegawai DJP. Tetapi lebih
jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan
praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan
visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:
VISI
“Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integritas dan profesionalisme yang tinggi”
MISI
“Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu
menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota
Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari
hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang
dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai bersama.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa
seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1(satu)
bagian dan 10 (sepuluh) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.
Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Kota antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sub Bagian Umum
2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3) Seksi Pelayanan
4) Seksi Penagihan
5) Seksi Pemeriksaan
7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11) Kelompok Jabatan Fungsional
D. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan
Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi
Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak
Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan
Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan
tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata
3. Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak,
penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakn,
urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasia dan penatausahaan bagi hasil
Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan,
pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan
penyiapan laporan kinerja.
5. Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III, IV)
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan
Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan
kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak,
analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan
evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama
terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian
tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).
7. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan
perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan
dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan
pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen
penagihan.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP
berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi.
[image:39.612.143.534.305.578.2]Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.
Tabel 2.2
Berdasarkan Jabatan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota
Jabatan Jumlah %
Kepala Kantor 1 1.16
Kasi/Kasubbag 10 11.63
Fungsional 12 13.95
AR 27 31.40
Pelaksana 36 41.86
Jumlah 86 100
BAB III
GAMBARAN DATA PKLM A.Pemeriksaan
Dasar hukum pemeriksaan adalah pasal 29 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu:
1. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2. Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda
pengenal pemeriksa dan dilengkapi Surat Perintah Pemeriksaan serta
memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
3. Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib
Pajak, atau objek yang terutang pajak.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
c. Memberikan keterangan lain yang diperlukan.
4. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh
permintaan untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
Direktorat Jenderal Pajak, dalam rangka melaksanakan tugas pemungutan pajak,
diberi wewenang untuk melaksanakan pemeriksaan, guna keperluan penetapan pajak
yang terutang dan keperluan-keperluan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Perpajakan :
1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak,
yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan
Pemeriksaan.
3. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak.
4. Pembahsan Akhir Hasil Pemeriksaan adalah pembahasan antara Wajib Pajak
dan Pemeriksa Pajak atas temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan
dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi baik yang disetujui
maupun yang tidak disetujui.
5. Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan
dan hasil Pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan
jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan Pemeriksaan.
Tujuan Pemeriksaan adalah untuk:
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Dalam menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, pemeriksaan dapat
dilakukan dalam hal:
1. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak dan/atau
rugi.
2. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu
3. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Penyampaian SPT yang
tidak dipenuhi.
4. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak.
Dalam tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:
1. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan.
2. Pemberian dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak.
3. Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding.
4. Pemberian Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) dan
pengukuhan atau pencabutan NPPKP.
5. Penentuan besarnya jumlah angsuran pajak dalam suatu Masa Pajak bagi
Wajib Pajak baru.
6. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
7. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk
tujuan lain selain angka 1 sampai dengan angka 6.
8. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah tertentu.
9. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai dan/atau
B.Jenis – Jenis Pemeriksaan
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang di mana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya ditulis UU. No.16/2009)
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011,
pemeriksaan pajak terdapat dua bagian yaitu:
1. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat
kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib
Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
2. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak.
C.Standar Pemeriksaan Pajak
Standar pemeriksaan pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
82/PMK.03/2011. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan. Standar
1. Standar Umum
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan
1. Standar Umum
Standar Umum adalah standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan
persyaratan Pemeriksa Pajak dan mutu pekerjaannya. Standar umum sebagaimana
dimaksud pada pasal 4 yang terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
82/PMK.03/2011 meliputi :
a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta
memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak, dan menggunakan
keterampilannya secara cermat dan seksama.
1. Persyaratan ini merupakan syarat kompetensi untuk dapat menjadi
seorang Pemeriksa Pajak, baik sebagai individu maupun sebagai Tim
Pemeriksa Pajak (kompetensi kolektif).
2. Untuk menunjang tugasnya sebagai Pemeriksa Pajak, pendidikan yang
berkaitan dengan pemeriksaan sangat diperlukan. Selain pendidikan
formal dan pelatihan teknis, seorang Pemeriksa Pajak juga harus
mampu menggunakan keterampilan yang telah diperoleh dari
3. Pemeriksa Pajak yang melaksanakan pemeriksaan harus memiliki
pengetahuan dan keahlian yang memadai di bidang perpajakan ,
akuntansi, dan pemeriksaan.
4. Pemeriksa Pajak diharuskan memiliki pengetahuan umum tentang
lingkungan dan proses bisnis Wajib Pajak, termasuk di antaranya
adalah kemampuan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku.
5. Pemeriksa Pajak agar menguasai keterampilan berkomunikasi secara
jelas dan efektif, baik secara lisan maupun tulisan.
6. Pemeriksa Pajak harus memelihara dan meningkatkan keahlian dan
kompetensinya melalui pendidikan berkelanjutan. Pendidikan
dimaksud dapat berupa diklat-diklat, kursus singkat, maupun seminar,
baik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun oleh instansi lainnya, di
dalam maupun di luar negeri.
7. Dalam pelaksanaan pemeriksaan dan penyusunan LHP, Pemeriksa
Pajak wajib menggunakan kemahirannya secara profesional, cermat
dan seksama, objektif dan independen, serta selalu memelihara
integritas.
b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa
1. Pemeriksa Pajak dituntut untuk selalu jujur dan bersih dari tindakan
tercela serta mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan
pribadi ataupun golongan.
2. Pemeriksa Pajak harus tunduk pada kode etik yang telah ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak.
3. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pemeriksaan, Pemeriksa
Pajak harus bersikap independen, yaitu tidak mudah dipengaruhi oleh
keadaan/kondisi/perbuatan dan/atau Wajib Pajak yang diperiksanya.
Gangguan independensi yang dapat dialami oleh Pemeriksa Pajak
selama pemeriksaan meliputi hal-hal berikut:
a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau
semenda sampai dengan derajat kedua dengan Wajib Pajak;
b. Memiliki kepentingan keuangan, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan Wajib Pajak;
c. Pernah bekerja atau memberikan jasa di bidang yang berhubungan
dengan masalah perpajakan, akuntansi, ataupun keuangan kepada
Wajib Pajak dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
d. Memiliki teman dekat/keluarga yang bekerja dalam posisi kunci di
tempat Wajib Pajak;atau
e. Keadaan/kondisi/perbuatan tertentu lainnya yang menurut
pandangan pihak lain dapat mengganggu independensi Pemeriksa
c. Dalam hal Pemeriksa Pajak mengalami gangguan independensi
sebagaimana dimaksud pada angka (3) di atas, maka Pemeriksa Pajak
harus secepatnya memberitahukan kepada Kepala UP2 tentang adanya
gangguan independensi tersebut. Selanjutnya, Kepala UP2 harus segera
mengambil tindakan untuk mengatasi gangguan independensi tersebut.
d. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan,
termasuk taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan. Dalam hal
diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari dalam
dan luar Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pajak.
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 pasal 5
pelaksanaan pemeriksaan harus dilakukan sesuai Standar Pelaksanaan Pemeriksaan,
yaitu :
a. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik,
sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang
seksama.
b. Luas pemeriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan petunjuk yang
diperoleh yang harus dikembangkan melalui pencocokan data,
pengujian lainnya berkenaan dengan pemeriksaan. Persiapan pemeriksaan
yang harus dilakukan yaitu :
1. Mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak, meliputi :
a. Mempelajari profil Wajib Pajak
b. Menganalisis data keuangan Wajib Pajak minimal dua tahun
terakhir atau sesuai dengan data yang tersedia.
c. Mempelajari data lain yang relevan
2. Menyusun Rencana Pemeriksaan
a. Setelah mempelajari data Wajib Pajak, supervisor harus menyusun
Rencana Pemeriksaan.
b. Rencana Pemeriksaan harus disusun sebelum diterbitkan SP2.
c. Rencana Pemeriksaan harus ditelaah dan disetujui oleh Kepala
UP2
d. Rencana Pemeriksaan antara lain berisi :
1. Identitas Wajib Pajak yang berisi gambaran umum Wajib
Pajak.
2. Identitas Tim Pemeriksa Pajak yang berisi susunan tim dan
jumlah SP2 yang sedang dikerjakan.
3. Uraian rencana pemeriksaan yang berisi :
a. Kriteria pemeriksaan
1. Kriteria pemeriksaan terdiri atas Pemeriksaan Rutin dan
2. Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang dilakukan
terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan
hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakannya
atau karena diwajibkan oleh Undang-Undang KUP.
3. Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang
dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko terhadap
ketidakpatuhan Wajib Pajak.
b. Jenis Pemeriksaan
1. Jenis pemeriksaan terdiri atas Pemeriksaan Kantor dan
Pemeriksaan Lapangan.
2. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang
dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.
3. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang
dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak atau
tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
c. Ruang lingkup pemeriksaan.
Ruang lingkup pemeriksaan terdiri atas semua jenis pajak
(all taxes), PPh Badan/Orang Pribadi, PPN, PPh
atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak, baik tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
d. Identifikasi masalah.
Identifikasi masalah dilakukan setelah mempelajari berkas
Wajib Pajak. Berdasarkan data dan analisis yang telah
dilakukan, Pemeriksa Pajak harus mengidentifikasi
masalah-masalah yang mungkin ada dan perlu dilakukan
pengujian.
e. Tanggal selesai pemeriksaan.
f. Tanggal jatuh tempo penyelesaian permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
g. Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam pemeriksaan
h. Sarana pendukung yang diperlukan.
a. Pos-pos SPT yang akan diperiksa.
1. Yang dimaksud dengan pos-pos SPT yang akan
diperiksa adalah pos-pos SPT atau pos turunannya
yang ditentukan akan diperiksa. Sebagai contoh,
pada saat Pemeriksa Pajak melakukan pemeriksaan
atas Pos Peredaran Usaha, maka Pemeriksa Pajak
dapat menentukan untuk memeriksa Pos Penjualan
Afiliasi saja. Penentuan pos-pos SPT yang akan
pemeriksaan dan ditentukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang telah
disebutkan dalam huruf (a) sampai dengan (h).
Penentuan pos yang akan diperiksa ini akan
membantu Pemeriksa Pajak untuk :
a. Membuat Program Pemeriksaan yang efektif
karena tidak perlu memeriksa seluruh pos yang
ada dalam SPT.
b. Melakukan peminjaman buku, catatan, dan
dokumen serta data, informasi, dan keterangan
lain dari Wajib Pajak dalam jumlah tertentu
sesuai dengan program pemeriksaan yang
dibuat untuk melakukan pemeriksaan atas
pos-pos dalam SPT yang akan diperiksa tersebut.
c. Rencana Pemeriksaan dapat diperbaiki jika Pemeriksa Pajak menemukan
kondisi yang berbeda saat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dengan kondisi awal yang dijadikan pertimbangan saat membuat Rencana
Pemeriksaan.
d. Perubahan Rencana Pemeriksaan harus dengan persetujuan kepala UP2
dan Rencana Pemeriksaan yang lama tetap menjadi lampiran dalam
Rencana Pemeriksaan yang baru.
3. Menyusun Program Pemeriksaan.
a. Penyusunan Program Pemeriksaan dilakukan secara mandiri,
objektif, profesional serta memperhatikan Rencana Pemeriksaan
yang telah ditelaah dan disetujui oleh Kepala UP2
b. Program Pemeriksaan disusun oleh Supervisor dan dibantu oleh
Ketua Tim berdasarkan pos-pos yang akan diperiksa dalam
Rencana Pemeriksaan.
c. Program Pemeriksaan yang harus disusun ada 2 (dua), yaitu
Rencana Program Pemeriksaan dan Realisasi Program
Pemeriksaan. Rencana Program Pemeriksaan disusun sebelum
pemeriksaan dilakukan, sedangkan Realisasi Program
Pemeriksaan disusun setelah program pemeriksaan tersebut
dilakukan sesuai dengan kondisi yang ditemui Pemeriksa Pajak
saat pemeriksaan.
d. Kepala UP2 menandatangani Rencana Program Pemeriksaan
untuk mengetahui apakah Program Pemeriksaan yang dibuat
relevan dengan pos-pos yang akan diperiksa sebagaimana
tercantum dalam Rencana Pemeriksaan, sedangkan Realisasi
Program Pemeriksaan tidak perlu ditandatangani oleh Kepala
e. Rencana dan Realisasi Program Pemeriksaan berisi tentang tujuan,
metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh
Pemeriksa Pajak.
f. Program Pemeriksaan merupakan bagian dari KKP
d. Menyiapkan sarana pemeriksaan.
Untuk kelancaran dan kelengkapan dalam menjalankan
pemeriksaan, Tim Pemeriksa Pajak harus menyiapkan Tanda
Pengenal Pemeriksa Pajak, SP2, Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan, dan sarana pemeriksaan lainnya
e. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dengan mengacu pada
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan,Pedoman Pemeriksaan, dan
Petunjuk Teknis Pemeriksaan, antara lain :
1. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
2. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor;
3. Pedoman Penyusunan Rencana Pemeriksaan;
4. Pedoman Penyusunan Program Pemeriksaan;
5. Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan;
6. Pedoman Penyusunan KKP;
7. Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Bantuan Tenaga Ahli
Dalam Pemeriksaan;
8. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Transfer Pricing;
10.Petunjuk Teknis Pemeriksaan Pertambangan Umum;
11.Petunjuk Teknis Pemeriksaan Perusahaan Grup;
12.Petunjuk Teknis Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai;dan
13.Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan, pedoman pemeriksaan, dan
petunjuk teknis pemeriksaan lainnya.
f. Temuan pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang
cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
1. Bukti kompeten adalah bukti yang valid dan relevan.
a. Validitas bukti dipengaruhi oleh tiga hal dibawah ini :
1. Indepedensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti.
2. Bukti yang diperoleh dari sumber eksternal (misalnya
konfirmasi) memiliki validitas lebih tinggi
dibandingkan bukti yang diperoleh dari sumber
internal. Meskipun sumber informasi independen, bukti
tidak valid jika orang yang menyediakan informasi
tidak mempunyai kualifikasi untuk melakukan hal
tersebut. Sebagai contoh, penyedia informasi yang
dapat diakui adalah DJBC, Bapepam, dan lain-lain.
3. Kondisi di mana bukti diperoleh.
Bukti yang dihasilkan oleh entitas yang memiliki
lebih tinggi dibandingkan bukti yang dihasilkan oleh
entitas yang memiliki sistem pengendalian internal
lemah.
4. Cara bukti diperoleh.
Bukti yang diperoleh secara langsung oleh Pemeriksa
Pajak (misalnya observasi persediaan) lebih handal
dibandingkan bukti yang diperoleh secara tidak
langsung (misalnya hasil wawancara dengan Wajib
Pajak).
b. Relevan berarti bahwa bukti pemeriksaan harus berkaitan
dengan pos-pos yang akan diperiksa sebagaimana
tercantum dalam Program Pemeriksaan.
2. Bukti yang cukup adalah bukti yang memadai untuk
mendukung LHP. Kecukupan terkait dengan pertimbangan
Pemeriksa Pajak (auditor judgment) dan biasanya didasarkan
pada materialitas dan
kecukupan sistem pengendalian internal. Pemeriksa Pajak
akan meminta jumlah bukti yang lebih banyak untuk pos-pos
utama. Sebagai contoh, penambahan aset tetap pada Wajib
Pajak manufaktur akan diperiksa lebih intensif dibandingkan
g. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu Tim Pemeriksa Pajak yang
terdiri dari seorang Supervisor, seorang Ketua Tim, dan seorang
atau lebih Anggota Tim.
h. Tim Pemeriksa Pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian tertentu yang bukan merupakan Pemeriksa
Pajak, baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak maupun
instansi lain yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak
sebagai tenaga ahli seperti penerjemah bahasa, tenaga ahli di
bidang teknologi informasi, dan pengacara.
i. Laporan tenaga ahli yang digunakan dalam pemeriksaan
merupakan bagian dari KKP. Laporan tersebut antara lain berisi
tujuan, langkah-langkah yang dilakukan, informasi yang
dihasilkan dan pendapat atau simpulan dari tenaga ahli yang
bersangkutan.
j. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara
bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain.
k. Pemeriksa dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak,
di tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, di
tempat tinggal Wajib Pajak, atau ditempat lain yang dianggap
l. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan
dapat dilanjutkan di luar jam kerja.
m. Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk KKP.
1. KKP - Rencana Pemeriksaan disusun oleh Supervisor dan
ditelaah serta disetujui oleh Kepala UP2.
2. KKP - Rencana Program Pemeriksaan disusun oleh Supervisor
dengan bantuan Ketua Tim dan diketahui oleh Kepala UP2.
3. KKP selain KKP- Rencana Pemeriksaan dan KKP- Rencana
Program Pemeriksaan disusun oleh Ketua Tim dan/atau
Anggota Tim dan ditelaah oleh Supervisor.
3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan
Kegiatan pemeriksaan harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun
sesuai Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan, yaitu :
a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau
pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat
simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang
ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan
perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain
yang terkait dengan pemeriksaan.
b. LHP antara lain berisi :
2. Identitas Wajib Pajak;
3. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak
4. Pemenuhan kewajiban perpajakan;
5. Data/informasi yang tersedia;
6. Lampiran yang diwajibkan;
7. Buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan
lain yang dipinjam;
8. Materi yang diperiksa;
9. Uraian hasil pemeriksaan;
10.Ikhtisar hasil pemeriksaan;
11.Penghitungan pajak terutang; dan
12.Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.
c. LHP disusun dan ditandatangani oleh Ketua Tim dan Anggota Tim.
d. LHP ditelaah dan ditandatangani oleh Supervisor.
e. Penelaahan LHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
d meliputi penelaahan untuk meyakini bahwa :
1. Pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan rencana pemeriksaan.
2. Pemilihan metode pemeriksaan, teknik pemeriksaan, prosedur
pemeriksaan, penghitungan koreksi, dasar hukum koreksi, dan
penghitungan pajak terutang, telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan dan didasari oleh
3. Semua data, informasi, dan fakta material yang diketahui Ketua
Tim dan/atau Anggota Tim telah dilaporkan dalam LHP dan tidak
menutupi praktik-praktik yang tidak patut atau tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
f. LHP ditandatangani oleh Kepala UP2 untuk mengetahui apakah :
1. Pos-pos yang diperiksa telah sesuai dengan Rencana Pemeriksaan.
2. Dasar hukum koreksi telah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan.
Bentuk, isi, dan format LHP disusun dengan merujuk pada Pedoman
Penyusunan LHP. LHP digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak
dan/atau Surat Tagihan Pajak.
D.Kebijaksanaan Pemeriksaan Pajak
Beberapa kebijaksanaan Direktorat Jenderal Pajak yang harus diketahui Wajib
Pajak mengenai pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut:
1. Surat Perintah Pemeriksaan
Setiap pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan
yang mencantumkan identitas Wajib Pajak, identitas pemeriksa, tahun pajak
yang diperiksa, dan ditandatangani oleh pejabat berwenang. Kebanyakan
2. Jenis Pajak Yang Diperiksa
Pada umumnya setiap pemeriksa pajak mencakup seluruh jenis pajak yang
menjadi kewajiban wajib pajak yang diperiksa.
3. Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan instruksi atau
persetujuan Direktorat Jenderal Pajak, yang diberikan apabila:
a. Terdapa indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindakan pidana di
bidang perpajakan.
b. Terdapat data baru dan atau data semula yang belum terungkap yang
dapat mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
c. Hal lainnya yang dianggap perlu oleh Direktorat Jenderal Pajak.
4. Pemeriksaan Keberatan
Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap keberatan yang ditujukan Wajib Pajak.
Pemeriksaan tersebut harus berdasarkan instruksi dan Kepala Kantor
Wailayah atau Direktur Pemeriksaan Pajak.Apabila keberatan berasal dari
Laporan Hasil Pemeriksaan, maka dapat terjadi pemeriksaan ulang dalam
rangka penyelesaian keberatan.
5. Peminjaman Buku dan Catatan
Pemeriksa berhak meminjam buku, catatan, dan bukti pembukuan dari Wajib
Pajak. Atas peminjaman buku tersebut Wajib Pajak harus mendapatkan bukti
6. Tempat Pemeriksaan
Pada Pemeriksaan lapangan, pemeriksaan harus dilakukan ditempat usaha
Wajib Pajak atau ditempat lain yang dipandang perlu.
7. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dianggap selesai seluruhnya dengan disetujui Laporan
Pemeriksaan Pajak oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kepala Kantor
Wilayah atau Direktorat Jenderal Pajak.
1. Pemeriksaan Kantor
Jangka waktu pemeriksaan kantor yang dilihat dari menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6
(enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi
surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal
Laporan Hasil Pemeriksaan sedangkan dilihat dari tujuan lain yang di
mana jangka waktu Pemeriksaan Kantor terkait dengan Pemeriksaan
untuk tujuan lain adalah paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang
menjadi paling lama 14 (empat belas) hari yang dihitung sej