LAPORAN TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PRODESUR PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA
O L E H
NAMA : M. ICHSAN SYAHPUTRA NIM : 102600112
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :
NAMA : M. ICHSAN SYAHPUTRA NIM : 102600112
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN JUDUL : PROSEDUR PENDAFTARAN WAJIB PAJAK
DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PRATAMA MEDAN KOTA
Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Administrasi Perpajakan
Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Ibu Arlina, S.H, M.Hum Jeffry Sianturi, S.E, Ak., MM NIP : 195608311986011001 NIP : 197505061995031001 NIP :1970011021998031001
Dekan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan ridhoNya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat beriring salam
penulis hanturkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW yang telah
menjadi utusanNya dan panutan bagi seluruh umat manusia.
Tugas Akhir dengan judul Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak
Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan merupakan sebuah karya tulis ilmiah
yang diperlukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara. Terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala hormat dan ketulusan hati, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. For the special one, my beloved mom, Ibu Syahlinarti yang selalu mendoakan dan
memberikan kasih sayang serta dukungan yang begitu luar biasa yang
menguatkan dan membuat kakak jadi semangat untuk menyelesaikan penulisan
Laporan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya demi mama dan almarhum papa.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Ibu Arlina, S.H, M.Hum selaku Sekertaris Jurusan Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
5. Staf/pegawai Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak/Ibu Dosen pengajar Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan
membimbing penulis selama perkuliahan.
7. Ibu Arlina, S.H, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan masukan serta saran
guna membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
8. Bapak Jeffry Sianturi, S.E, Ak., MM selaku Kepala Seksi Pelayanan Kantor
Pelayanan Pajak Medan Kota yang sangat baik dan ramah.
9. Bapak Taslani dan Bapak Rusman Affandi Nasution selaku Pelaksana Seksi
Pelayanan yang telah membantu penulis dalam hal pemberian data dan saat
buat waktunya, bapak selalu menyediakan waktu untuk menjawab pertanyaan umi
dan menjelaskan hal-hal yang tidak umi mengerti. Penulisan Laporan Tugas
Akhir ini bisa selesai dengan cepat karena kebaikan hati bapak.
10.Minem, tante dan funni yang telah memberikan ide buat judul Tugas Akhir ini
dan nemenin ke Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, serta buat semua hal
bahagia/sedih yang udah kita lakuin bareng-bareng. love you girls.
11.Teman-teman Administrasi Perpajakan 2010 khususnya buat anak-anak kelas C
yang the best. I’ll miss you guys.
12.Kak khariah yang baik, makasih buat referensi, informasi dan sarannya.
13.Miss yun, thanks for help me to translate my thesis title and for your advice, I’ll
always remember it.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini, untuk
itu penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf atas kesalahan penulisan
dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dengan senang hati penulis akan
menerima kritik dan saran dari pembaca yang akan memebawa perbaikan dalam
penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Kiranya Laporan Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……… I
DAFTAR ISI ………...…….…... IV
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
C.Uraian Teoritis ... 5
D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7
F. Metode Pengumpulan Data ... 8
G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 9
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A.Sejarah Singkat KPP Medan Kota ... ... 10
B.Gambaran Umum KPP Medan Kota ... ... 14
C.Tugas dan Fungsi KPP Medan Kota ... ... 17
E. Fasilitas dan Pelayanan Pada KPP Medan Kota ... ... 22
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Halaman A.Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak ... ... 25
B.Utang Pajak yang Diperbolehkan Ditunda/Diangsur ... ... 27
C.Wajib Pajak yang Diperbolehkan Menunda/Mengangsur ... ... 30
D.Persyaratan Pengajuan Permohonan Penundaan/Pencicilan ... ... 39
E. Penelitian Terhadap Permohonan Penundaan/Pencicilan ... ... 42
F. Prosedur Pelaksanaa/Kerja Permohonan Penundaan/Pencicilan ... ... 43
G.Keputusan Atas Permohonan Penundaan/Pencicilan ... ... 47
H.Bunga Atas Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak ... ... 49
I. Ketetapan Atas Keputusan Persetujuan Penundaan/Pencicilan ... ... 50
J. Alur Dan Jadwal Proses Permohonan Hingga Keputusan Penundaan/ Pengangsuran Pembayaran Utang Pajak ... ... 52
K.Contoh Penghitungan Pengenaaan Sanksi Administrasi Berupa Bunga .... ... 53
BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI A.Jumlah Wajib Pajak Yang Mengajukan Permohonan Penundaan/ Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada KPP Medan Kota ... ... 55
Halaman
B.Analisis Terhadap Penelitian Atas Permohonan Pengangsuran
Pembayaran Utang Pajak ... ... 57
C.Analisis Terhadap Prosedur Pelaksanaan/Kerja Permohonan
Mengangsur Pembayaran Pajak ... ... 60
D.Analisis Terhadap Keputusan Atas Permohonan Pengangsuran
Pembayaran Pajak ... ... 60
E. Analisis Terhadap Bunga Atas Pengangsuran Pembayaran Pajak ... ... 61
F. Pelaksanaan Pembayaran Angsuran ... ... 62
G.Kendala Dalam Proses Permohonan Penundaan/Pengangsuran
Pembayaran Utang Pajak ... ... .. 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan berkembang serta
memiliki cita-cita yang luhur untuk mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang
maju dan makmur. Untuk mewujudkan cita-ciata tersebut negara dalam
menyelenggarakan pemerintahan mempunyai kewajiban untuk menjaga
kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan, dan pertahanan
maupun kecerdasan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan tujuan negara yang
dicantum dalam pembukaan Undang-Undang 1945 pada alinea ke-4 yang berbunyi
‘’Melidungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
mewujudkan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadialan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia’’.
Dari uraian diatas terlihat bahwa pemerintah memerlukan dana dalam
memenuhi kepentingan rakyatnya. Dana tersebut diperoleh dari rakyat itu sendiri dari
pemungutan yang disebut pajak. Hal ini dapat dilihat dari anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN), bahwa pemerintah negara dari sektor pajak merupakan
telah direncanakan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN).
Menurut Undang-Undang RI No 6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang No 16 Tahun 2009 pasal 1 angka 4 menyebutkan bahwa pengusaha
adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan barang perdagangan , manfaat barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 angka 5 menyebutkan bahwa Pengusaha Kena Pajak
adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang
Pajak Pertambahan Nilai (UUPPN) 1984 dan perubahannya.
Terhadap Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang tidak memenuhi
kewajibannya untuk mendaftarkan diri dan/atau melaporkan usahanya dapat
diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
secara jabatan. Hal ini dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau
dimilki oaleh Direktorat Jendral Pajak ternyata orang pribadi atau badan atau
Pengusaha tersebut telah memenuhi syarat untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Secara umum Pengusaha Kena Pajak masih sering salah dalam melaporkan
dan menyetor jumlah pajaknya sehingga dapat menumbulkan kendala bagi pengusaha
dan juga Kantor Pelayanan Pajak itu sendiri. Hal-hal seperti ini dapat menyebabkan
terhambatnya penyelenggaraan pajak sehingga akan berpengaruh tehadap penerimaan
negara.
Agar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) terlaksana secara efektif dan lancar, sudah sewajarnya apabila
pengusaha yang sejak semula bermaksud melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP
dapat melaporkan usahanya untuk dikukuhkan seabagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP). Dengan demikian dibuatlah proposal PKLM ini dengan judul ‘’Prosedur
Pendaftaran Wajib Pajak Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib
dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Progran Diploma III
Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1.1.Mengetahui prosedur pendaftaran wajib pajak dan pengukuhan pengusaha
1.2.Mengetahui apakah penerapan prosedur pendaftaran wajib pajak dan
pengukuhan pengusaha kena pajak telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
1.3.Mengkaji dan menganalisa permasalahan yang terjadi dalam penerapan
prosedur pendaftaran wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi manfaat penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri:
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Agar dapat berguna bagi mahasiswa yang ingin mengetahui tentang
prosedur pendaftaran wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena
pajak.
b. Mangaplikasi disiplin ilmu yang telah dipelajari dalam permasalahan
yang timbul selama melaksanakan PKLM.
c. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmunya khusus di bidang perpajakan.
d. Mendapat kesempatan melakukan Kerja Praktik di suatu instansi
pemerintah yang merupakan tempat terbaik bagi seorang mahasiswa
2.2 Bagi kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota
a. Untuk menigkatkan mutu Praktik Kerja Lapangan dalam jangka pendek.
b. Untuk menjaga hubungan baik dengan universitas.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
a. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah dalam
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
b. Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah di sampaikan selama
perkuliahan.
c. Membuka interaksi antara dosen dan instansi pemerintah.
d. Promosi Sumber Daya Universitas Sumatera Utara.
C.Uraian Teoritis
1. Definisi dan Fungsi Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 angka 1 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), Pajak adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Beberapa ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai
dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang
sama. Diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh :
Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H , dalam Suandy (2000 : 8), berpendapat bahwa :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dilaksanakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum”.
DR. N. J. Feldmann, dalam Resmi (2008 : 2), berpendapat bahwa :
“Pajak dalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkan secar umum), tanpa danya kontraprestasi,
dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada
pengertian perpajakan diatas, yaitu :
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
c. Pajak oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
public investment.
Dari kesimpulan diatas dapat ditarik dua fungsi pajak, yaitu :
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah.
D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi ruanng lingkup yang paling mendasar dalam
melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Kantor Pelayanan Pajak
Medan Kota berhubungan dengan prodesur dan tata cara pendaftaran wajib pajak dan
pengukuhan pengusaha kena pajak, penerapan prosedur dan menganalisa permasalah
yang terjadi.
E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini, penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pemilihan
objek dan lokasi PKLM, pengajuan Proposal PKLM dan surat pengantar.
2. Studi Literatur
Didalam tahap ini penulis mencari berbagai sumber bacaan seperti : buku,
Undang-undang, dan lain-lain maupun yang berhubungan dengan objek PKLM.
Pada tahap ini penulis melakukan observasi secara langsung untuk mengetahui
keadaan kinerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota untuk
mendapatkan gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.
4. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan prosedur pendaftaran wajib pajak
dan pengukuhan pengusaha kena pajak melalui Data Primer yaitu Wawancara
dan Observasi dan Data Sekunder yaitu Penelitian Kepustakaan.
5. Analisis dan Evaluasi
Setelah data yang diperluka telah terkumpul secara lengkap untuk penelitian ini,
maka penulis sudah dapat mulai menganalisis dan mengevaluasi data tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data yang diperlukan untuk penulisan laporan
PKLM ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Dalam metode ini data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dan
penelitian langsung kegiatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
2. Metode Wawancara
Dalam metode ini dapat diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung
dengan supervisor lapangan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang
berwenang dan terkait dengan penerapan prosedur pendaftaran wajib pajak dan
3. Metode Dokumen (Optional)
Dalam metode ini penulis berusaha mengumpulkan dokumen-dokumen atau
data-data pendukung mengenai pajak dan penerapan sanksi di bidang perpajakan.
G.Sistematika Penulisan Laporan PKLM
Untuk lebih mempermudah pemahaman materi yang disajikan, maka laporan
ini disusun didalam 5 bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini dikemukakan latar belakang penulisan, tujuan
penulisan, uraian teoritis, pembatasan masalah, metode penelitian dan
sistematika penyajian Laporan PKLM ini.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Bab ini menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota, struktur organisasi, serta gambaran umum kepegawaian.
BAB III : GAMBARAN PROSEDUR PENDAFTARAN WAJIB PAJAK
DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK Berisikan tentang Pajak, Hak Wajib Pajak, Pajak Pertambahan Nilai,
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Fungsi NPWP dan Pengukuhan
PKP, Dasar Hukum, Sanksi-sanksi yang berkaitan.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Dalam Bab III telah diuraikan data dan fakta yang terjadi di lapangan,
merupakan Bab inti laporan yang berisikan tentang Prosedur
Pendaftaraa Wajib Pajak, Prosedur Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak, dan Realisasi Penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari laporan kegiatan PKLM ini akan dikemukakan dalam
bab ini. Selain penulis juga akan memberikan saran kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dalam penerapan prosedur pendaftaran
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Direktorat Jenderal Pajak merupakan
sarana yang memberi pelayanan kepada masyarakat di bidang Perpajakan.
Visi Direktorat Jenderal Pajak
Visi Direktorat Jendral Pajak adalah “Menjadi Institusi Pemerintah yang
menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efesien, dan
dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”.
Visi tersebut menjelaskan bahwa DJP ingin menjadi institusi pemerintah yang
menjalankan sistem administrasi perpajakan modern, efektif, efesien, dan dipercaya
masyarakat, efektif dan efesien artinya bahwa DJP melakukan pengukuran dan
pertanggungjawaban terhadap sistem modern yang dijalankan tersebut, dipercaya
perpajakan memberikan manfaat yang sebesarnya kepada masyarakat, bangsa dan
negara.
Misi Direktorat Jenderal Pajak
Misi Direktorat Jenderal Pajak adalah “ Menghimpun penerimaan pajak
negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan
kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem
administrasi perpajakan yang efektif dan efesien”
Misi tersebut menjelaskan bahwa keberadaan DJP adalah untuk menghimpun
pajak dari masyarakat guna menunjang pembiayaan pemerintah. Peran DJP tersebut
dijalankan melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efesien.Sistem
administrasi tersebut dapat diukur dan dipertanggungjawabkan dalam rangka
melayani masyarakat secara optimal untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya.
Nilai Direktorat Jenderal Pajak
Integritas
“Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik
dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan
Professionalisme
“Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan
sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sesuai
dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.”
Sinergi
“Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif
serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk
menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Dari pengertian ini terlihat dua
dimensi sinergi yang selayaknya terjalin, yaitu dimensi internal dan dimensi
ekternal.”
Pelayanan
“Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang
dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman.”
Kesempurnaan
“Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan
B. Sejarah Umum Berdirinya KPP Medan Kota
Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan
Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi
menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak
Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga
Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:
a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua
yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk
memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan
pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak
Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan
masyarakat dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan
Menteri Keuangan Replubik Indonesia Nomor : 267/KMK.01/198, diadakanlah
perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup
reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayan pajak,
yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993,maka pada tanggal 1 April 1994
didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor
Pelayanan pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah
menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai.
Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
443/KMK.01/2001 tentang “ Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota madya Medan Menjadi enam
wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Timur
b. Kecamatan Medan Tembung
c. Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Barat
b. Kecamatan Medan Sunggal
c. Kecamatan Medan Petisah
d. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
b. Kecamatan Medan Denai
c. Kecamatan Medan Johor
d. Kecamatan Medan Amplas
e. Kecamatan Medan Area
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia,dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Polonia
b. Kecamatan Medan Maimun
c. Kecamatan Medan Baru
d. Kecamatan Medan Tuntungan
e. Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan,dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Belawan
b. Kecamatan Medan Marelan
c. Kecamatan Medan Labuhan
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang
mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Karena Pajak
merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya untuk laporan rakyat. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di
Gedung Keuangan Negara 1 lantai IV dan beralamat di jalan Diponegoro Nomor.
30A Medan . Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah
sebagai berikut :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari kantor Pelayanan
Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
443/KMK/.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 5
8/kmk.01/2002 tanggal 26 Februari 2002
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
2. Yang mengepalai Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat ini adalah Bapak
Yan Santoso Purba
Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota,
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 Sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 67/PMK.01/2008.
C. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota
1. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota
Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap
dari hubungan hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan
kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum
Struktur Organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Kota adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala
kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara , dimana seluruh pegawai
adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara
Replubik Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Medan Kota membawahi 1(satu)
bagian dan 6 (enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun
bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Kepala Kantor
b. Sub Bagian Umum
c. Seksi Ekstensifikasi
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
e. Seksi Pelayanan
f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III,IV )
g. Seksi Pemeriksaan
i. Kelompok Jabatan Fungsional
D. Uraian Tugas dan Fungsi
a. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan
Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi
Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak
Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan
Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
b. Sub Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan
tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata
usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.
c. Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakn,
urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasia dan penatausahaan bagi
hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan,
pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan
penyiapan laporan kinerja.
e. Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan
sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan
Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan
analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan
evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama
terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian
tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).
g. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan
perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan
dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
h. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan
pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen
penagihan.
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP
berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi.
BAB III
GAMBARAN UMUM PROSEDUR PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
A. PENGERTIAN PAJAK
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus- menerus dan
berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik
materil maupun spiritual. Untuk merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak
memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan .
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemadnirian suatu bangsa atau negara
dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari
dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang
berguna bagi kepentingan bersama. Lembaga pemerintah yang mengelolah
perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
merupakan Direktorat Jenderal Pajak yang ada di bawah naungan Departemen
Keuangan Republik Indonesia.
Supramono dan Damayanti (2005: 2) mengemukakan, ‘’Pajak adalah Iuran
kepada Kas Negara berdasarkan Undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan
Dari definisi pajak di atas dapat dijelaskan bahwa pajak merupakan Iuran dari
Rakyat kepada Negara, maka yang berhak memungut pajak adalah Negara, baik
melalui pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Iuran yang dibayarkan berupa
uang bukan barang, dan dalam pembayaran pajak tidak ada kontraprestasi secara
langsung dari pemerintah.
Pajak merupakan sumber terpenting dalam penerimaan Kas negara yang
dipungut berdasarkan ketentuan Undang- Undang sampai dengan keputusan Dirjen
Pajak.
Untuk mendukung dan mengimplementasikan ketentuan tersebut di lapangan
diperlukan kesadaran dalam memahami dan mengetahui ketentuan perpajakan yang
berlaku. Dengan kesadaran dan pengetahuan yang memadai, Wajib Pajak dapat
menjalankan pemenuhan kewajiban perpajakannya secara benar, sedangkan aparatur
pajak dapat memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin.
Pada hakikatnya yang memikul beban pajak adalah rakyat, masalah tax base
dan tax rate harus melalui persetujuan rakyat yang diwakili oleh lembaga perwakilan
rakyat. Hasil persetujuan tersebut dituangkan dalam suatu Undang- Undang yang
harus dipatuhi oleh setiap pihak yang dikenakan Kewajiban Perpajakan.
Jika tidak dipenuhinya kewajiban perpajakan maka wajib pajak dapat
dikenakan tindakan hukum oleh pemerintah berdasarkan Undang- Undang. Fiskus
selaku pemungut pajak dapat memaksakan wajib pajak untuk memenuhi dan
Wajib pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung dengan apa yang
telah dibayarkannya kepada pemerintah. Pemerintah tidak memberikan nilai atau
penghargaan atau keuntungan kepada wajib pajak secara langsung. Apa yang telah
dibayarkan oleh wajib pajak kepada pemerinatah digunakan untuk keperluan umum
pemerintah.
Wajib pajak hanya dapat merasakan secara tidak langsung bentuk- bentuk
kontraprestasi dari pemerintah, seperti melihat banyak dibangunnya fasilitas umum
dan prasarana yang dibiayai dari APBN atau APBD. Merasakan keamanan dan
stabilitas negara karena aparatur negara telah dibiayai denagan pajak.
Menurut sukardji (1999: 1), ‘’ Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan dan atau Undang- Undang, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintah’’.
Dari definisi tersebut di atas dapat diketahui ciri- ciri yang melekat pada
pengertian pajak yaitu adalah:
a. Pajak dipungut berdasarkan Undang- Undang serta aturan pelaksanaannya yang
sifatnya dapat dipaksakan.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
d. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan apabilah
pemasukannya masih surplus, dipergunakan untuk membiayai Public Investment.
Sedangkan menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 16
Tahun 2009, ‘’Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya untuk memakmurkan rakyat.”
Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli lainnya
adalah sebagai berikut:
a. Menurut Mr. Dr. N.J. Feldmann pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak dan terhutang kepada penguasa (menurut norma- norma yang
ditetapkannya secara umum) tanpa adanya kontraprestasi, dan semata- mata
digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum.
b. Menurut Prof. Dr. Rahmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang- Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapatkan jasa-timbal (kotraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu
pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga
pemungutannya.
1. Menurut Golongan
Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu;
1.1.Pajak Langsung, Yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang
lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang
bersangkutan.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditanggung oleh pihak- pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.
1.2.Pajak Tidak Langsung, Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung
terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang
menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau
jasa
Contoh: Pajak Pertamabahan Nilai (PPN). PPN terjadi kena terdapat penambahan nilai terhadap barang atau jasa.
2. Menurut Sifat
2.1.Pajak Subjektif, Yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib atau pengenaan pajak yang memperhatikan subjeknya.
Contoh: Pajak penghasilan (PPh). Dalam PPh terdapat subjek pajak (Wajib Pajak) orang pribadi. Pengenakan PPh untuk orang pribadi tersebut
memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (status perkawinan, banyaknya
anak, dan tanggungan lain). Keadaan pribadi wajib pajak tersebut
selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya Penghasilan Tidak Kena
Pajak.
2.1.Pajak Opjektif, Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan
pribadi wajib pajak maupun tempat tinggal.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta Pajak Bumi dan Bangunan.
3. Menurut Lembaga Pemungut
Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu:
3.1.Pajak Negara (Pajak Pusat), Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Penjualan Barang yang tergolong Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), dan Bea Materai.
3.2.Pajak Daerah, Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (Pajak Provinsi) maupun daerah tingkat II (Pajak
Kabupatan/Kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
masing- masing. Pajak provinsi meliputi Pajak Kenderaan Bermotor, Bea
balik Nama Kenderaan Bermotor, Pajak bahan Bakar Kenderaan Bermotor,
Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok. Sadangkan Pajak Kabupanten/Kota
meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir,
Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea prolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB).
C. FUNGSI PAJAK
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan, karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasauk pengeluaran
Devano dan Rahayu (2006:25) mengemukakan, fungsi terdiri dari:
1. Fungsi Budgeter
2. Fungsi Reguler
1. Fungsi Budgeter
Pajak berfungsi untuk menutup biaya yang harus dikeluarkan pemerintah
dalam menjalankan pemerintahannya, oleh karenanya pengenaan pajak
dipandang dari sudut ekonomi harus diatur senetral- netralnya dan tidak boleh
dipergunakan untuk mencapai tujuan- tujuan yang menyimpang.
Fungsi budgeter ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiscal,
yaitu suatu fungsi dalam mana pajak digunakan sebagai alat untuk memasukkan
dana secara optimal ke kas negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang
berlaku.
2. Fungsi Reguler
Fungsi legeler disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat
kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu.
Merupakan fungsi lain dari pajak sebagai fungsi budgeter. Disamping
usaha untuk memasukkan uang untuk keuangan kas negara, pajak dimaksudkan
pula sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana
perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta. Fungsi
D. MANFAAT PAJAK BAGI NEGARA
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga,
perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos
pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara, tanpa pajak
sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dilaksanakan penggunaan pajak meliputi
mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek
pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah,
ruma sakit/ puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang
berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka
memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai
saat dilahirkan sampai meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari
pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dan
demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat
dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintah dan pembiayaan pembagunan.
Disamping fungsi budgeter ( fungsi penerimaan) di atas, pajak juga
melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari rakyat/masyarakat yang
mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang
kemampuannya lebih rendah. Oleh karna itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewjiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat
kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurang secara
maksimal.
E. MANFAAT PAJAK BAGI PERUSAHAAN
Selain untuk melakukan ekstensifikasi pajak, DJP juga saat ini memberikan
insentif pajak berupa banyak potongan-potongan. Insentif pajak ini sebagai stimulus
bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan pengembangan bisnisnya. “Jadi
walaupun katanya keadaan sedang tidak baik untuk bisnis, diharapkan dengan adanya
insentif pajak, perusahaan tetap dapat melakukan ekspansi bisnis dan menghindari
PHK dan sebagainya.”
Adapun manfaat pajak bagi perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya Fasilitas Insentif Pajak.
2. Tersedianya Fasilitas Jalan Dan Listrik.
3. Adanya Penanggulangan Bencana.
4. Adanya Pertahanan Dan Keamanan.
F. MANFAAT BAGI MASYARAKAT
Pajak merupakan sumber utama untuk pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan suatu negara. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban
kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan
nasional. Sesuai filsafah Undang-Undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya
berpartisipasi dalam bentuk peran terhadap pembiayaan negara dan pembangunan
nasional.
Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak sebagai cermin kewajiban
kenegaraan dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk
memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment
yang dianut dalam sistem Perpajakan Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan
/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan dalam melaksanakan fungsinya tersebut,
Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak.
Secara umum tujuan adanya pajak adalah untuk memperoleh dan yang
digunakan untuk pembangunan, pertahanan negara, kesejahteraan dan pelayanan
umum masyarakat serta biaya rutin adminitrasi negara. Dalam pelaksanaannya, faktor
redistribusi dana pajak yang dipungut dari warga yang mampu dan diperuntukan bagi
warga yang kurang mampu dan harus dilakukan secara demokratis, sehingga tidak
menimbulkan distoris. Selain itu tujuan umum, pajak dapat pula digunakan untuk
tujuan-tujuan tertentu, misalnya pajak atau Bea cukai tembakau/rokok dinaikkan
sehingga dampak negatif dari merokok terhadap kesehatan masyarakat berkurang.
Adapun manfaat yang dapat dirasakan bagi masyarakat, yaitu:
1. Tersedianya Fasilitas Dan Inflastruktur
3. Tersedianya Subsidi Pangan dan BBM
4. Tersedianya Pelayanan Kesehatan Masyrakat
5. Tersedianya Pertahanan dan Keaman
6. Tersedianya Pertahanan Pendidikan yang terus Meningkat.
7. Adanya Penaggulangan Bencana
8. Adanya Pelestarian Budaya
9. Tersedianya Transformasi Masal.
G. PENGERTIAN DAN JENIS – JENIS WAJIB PAJAK
Menurut Undang-Undang RI No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang No 16 Tahun 2009 pasal 1 angka 4 menyebutkan bahwa Wajib
Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Adapun jenis-jenis wajib pajak adalah sebagai berikut:
1. Pajak Badan
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kaitannya usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, mengekspor barang, berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha
jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar pabean. Badan adalah sekumpulan orang
yang tidak malakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, dan perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
2. Pajak Bendaharawan
Bedaharawan pemerintah adalah Bendaharawan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Intansi atau Lembaga Pemerintah, Lembaga Negara
lainnyadan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Luar Negeri, yang membayar
gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama apaun
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.
3. Pajak Orang Pribadi
Usaha tertentu yang mempunyai tempat usaha yang berbeda dengan
tempat tinggal, selain selain wajib mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah
kerjanya meliputu tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegatan usaha yang dilakukan.
H. KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai kewajiban
untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri penghitungan pembayaran dan pelaporan
I. PENDAFTARAN UNTUK MENDAPATKAN NPWP
Sesuai dengan sistem self assessment, setiap Wajib Pajak yang memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan maka wajib, bagi wajib pajak mendaftarkan diri untuk
memiliki NPWP dengan cara:
1. Datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui Kantor
Pelayana Penyuluhan dan Konsultasi Pajak (KP2KP) yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak.
2. Melalui internet di situs Direktorat Jendral Pajak dengan alamat
dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya. Sedangkan persyaratan objektif adalah
persyaratan bagi subjektif pajak yanag menerima aatau memperolah
penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/ pemungutan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan tahun 1984 dan
perubahannya.
Kewajiban untuk mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita
kawin yang dikenai pajak secara terpisa, karena hidup terpisah berdasarkan keputusan
hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan
dan harta. Wanita kawin tersebut dapat mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor
meleksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan
kewajiban perpajakan suaminnya.
J. PEMBAYARAN DAN PELAPORAN
Setelah melakukan pendaftaran dan mendapatkan NPWP, Wajib Pajak
mempunyai kewajiban untuk menghitung dan membayar pajak, yang selanjudnya
melaporkan pajak trutangnya dalam bentuk Surat Pemberitahuan (SPT) Batas waktu
pembayaran dan pelaporan.
SPT masa dan SPT tahunan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Batass waktu pembayaran dan pelaporan
o
Tgl 10 bulan berikut
setelah masa pajak berakhir
20 hari setelah
masa pajak berakhir
2
PPh
Pasal 25
Tgl 15 bulan ketiga
setelah berakhirnya tahun atau
bagian tahun pajak
Tgl 25 ketiga setelah
berakhrinya tahun atau bagian
Tgl 31 Maret
PPh OP tahun pajak pajak
2
PBB
6 (Enam) bulan sejak
tanggal diterimanaya SPPT -
3
BPHTB
Dilunasi pada saat
terjadinya prolehan hak atas tanah
dan atau bangunan
-
Sumber : Kantor Pajak Pratama (Kpp)
Apabila dalam menghitung dan membayar pajak tersebut ditemukan
ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data fiskal
berdasarkan hasil pemeriksaan yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak (WP),
Direktorat Jendral Pajak akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) kepada
Wajib Pajak tersebut.
K. PELAPORAN USAHA DAN PENGUKUHAN PKP
Pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporakan usahanya pada KPP yang
wilayah kerjannya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan
tempat kegiatan usaha yang dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP.
Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha
PKP ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau kedudukan, juga
wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha dilakukan.
Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib
mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi
sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran
bruto telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak
berikutnya.
Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan . Wajib Pajak orang pribadi
usaha kecil tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, dan
b. Menerima atau memproleh peredaran usaha dari kegiatan usaha atau
menerima penerimaan bruto dari pekerjaan bebas dalam Tahun Pajak
sebelumnya tidak lebih dari Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
Sedangkan Wajib Pajak badan usaha kecil harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Modal Wajib Pajab badan 100% (seratus persen) dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia;
b. Menerima atau memproleh peredaran usaha dalam Tahun Pajak sebelumnya
L. HAK WAJIB PAJAK
Wajib Pajak selain mempunyai kewajiban juga mempunyai hak untuk
mendapatkan kerahasiaan atas seluruh informasi yang telah disampaikan pada
Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan.
Berkaitan dengan pembayaran pajak terutang, Wajib Pajak berhak
memproleh:
1. Pengangsuran pembayaran, apabila wajib pajak mengalami kesulitan
keuangan sehingga tidak mampu untuk membayar pajak sekaligus.
2. Pengurangan PPh Pasal 25, apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan
keuangan dikarenakan usahanya mengalami kesulitan sehingga tidak mampu
untuk membayar angsuran yang sudah ditetapkan sebelumnya.
3. Pengurangan PBB, pemberian keringanan pajak yang terutang atas objek
pajak.
4. Pembebasan Pajak, apabila wajib pajak mengalami musibah dikarenakan
force mayeur seperti bencana alam. Dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) akan mengeluarkan suatu kebijakan.
5. Pajak ditanggung Pemerintah dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah
yang dbiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri PPh yang terutang
atas penghasilan yang diterima leh kontraktor, konsultan, dan supplier utama
ditanggung oleh pemerintah.
7. Penundaan pelaporan SPT Tahunan, apabilah Wajib Pajak tidak dapat
menyelesaikan atau menyiapkan laporan keuangan tahunan untuk memenuhi
batas waktu penyelesaian, Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan
perpanjangan penyampaian SPT tahunan Pajak Penghasilan paling lama 6
(enam) bulan.
8. Restitusi (pengembalian kelebihan pembayaran pajak), apabila wajib pajak
dalam merasa bahwa jumlah pajak atau kredit pajak yang dibayar lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak
yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan Wajib Pajak (WP) tidak punya
hutang lain.
9. Keberatan, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan ke DJP. Apabila dalam
pelaksanaan ketentuan peraturan perungang-undangan perpajakan
kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak (WP) merasa kurang atau tidak puas
atas suatau ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.
10.Banding, Apabila hasil proses keberatan dan dirasa belum memuaskan maka
Wajib Pajak dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak.
11.Peninjauan Kembali, Apabilah wajib pajak tidak/belum puas dengan ke
putusan Pengadilan Pajak, maka pihak yang bersengketa dapat mengajukan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak dan
Direktur Jendral Pajak dapat melakukan tindakan penagihan pajak, apabila
jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak, Surat Ketetapan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak dibayar oleh Penanggung Pajak
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Penyidikan tidak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi sesrta
menemukan tersangka-nya.
M. PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarakan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa atau Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
Setiap Wajib Pajak yang melakukan penyerahan Brang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak dikenai Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Undang-Undang pajak
Pertambahan Nilai Tahun 1984 dan perubahannya Wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada Kantor
Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pengusaha
untuk melaporkan usahanya tersebut pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjnya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan.
Dengan demikian, pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai
tempat kegiatan usaha diwilayah beberapa kantor Direktorat Jendral Pajak wajib
melaporkan usahanaya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak baik di
kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya
atau tempat kedudukan pengusaha maupun di kantor Direktorat Jendral Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
Terhadap Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang tidak memenuhi
kewajiban untuk melaporkan usahanayadapat diterbitkan pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak secara jabatan. Hal ini dapat dikukuhkan apabila berdasarkan yang
diperoleh atau dimiliki oleh Direktur Jendral Pajak ternyata orang pribadi atau badan
atau pengusaha tersebut telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak.
N. FUNGSI NPWP DAN PENGUKUHAN PKP
Nomor Pokok Wajib Pajak merupakan suatu sarana dalam adminitrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
Oleh karena itu, kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib
menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan adminitrasi
perpajakan.
Fungsi pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain dipergunakan untuk
mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya juga berguna untuk
melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas
Barang Mewah serta untuk pengawasan adminitrasi Perpajakan.
O. SANKSI – SANKSI YANG BERKAITAN
Tehadap pengusaha yang tealah memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena
Pajak, tetapi tidak melaporkan usahnya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak atau menyalahgunakan dan/atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok
Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undanagan perpajakan pasal 39 ayat 1 (satu) huruf a dan b,
menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau tidak melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pjak dan setiap orang yang dengan sengaja
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun penjara dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banayak 4 (empat) kali
Pidana tersebut diatas ditambah 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi
pidana apabila seseorang melakukan lagi tidak pidana di bidang perpajakan sebelum
lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalaninya pidana penjara yang
dijatuhkan.
P. Dasar Hukum
Secara garis besar, dasar hukum mengenai Jangka Waktu Pendaftaran Wajib
Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat terinci sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentun Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009.
2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 73/PMK.03/2012
tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara
Pendaftaran, Pemberian, dan Pengahapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta
Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 62/PJ/2010 Tentang Tata Cara
Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak dan atau
Pengusaha Kena Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur
BAB IV
PROSEDUR PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
A. PROSEDUR PENDAFTARAN WAJIB PAJAK
Pendaftaran Wajib Pajak merupakan permintaan untuk mendapatkan Nomor
Pokok Wajib Pajak sebagai Identitas dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan (PER-20/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pendaftaran Dan Pemberian Nomor
Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Serta Perubahan Data Dan Pemindahan Wajib Pajak).
Adapun Prosedur Pendaftaran Wajib Pajak adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak mengajukan berkas pendaftaran NPWP dengan menggunakan
Formulir Pendaftaran dan Prubahan Data Wajib Pajak beserta
persyaratannya kepada Petugas Tempat Pelayanan Terpadu.
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima Formulir Pendaftaran dan
Perubahan Data Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan
persyaratannya. Dalam hal berkas pendaftaran belum lengkap, maka
dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal berkas
pendaftaran sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu akan
sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas pendaftaran kemudian
diteruskan kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.
3. Pelaksana Seksi Pelayanan merekam berkas pendaftaran Wajib Pajak.
4. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keteranagan Terdaftar
dan Kartu NPWP kemudian menyerahkan kepada Seksi Pelayanan.
Surat Keterangan Terdaftar dan Kartu NPWP diterbitkan dalam rangka dua:
Lembar Ke-1: untuk Wajib Pajak
Lembar Ke-2: untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak.
5. Kepala Seksi Pelayanan menandatangan Surat Keterangan Terdaftar
kemudian menyerahkan kepada Seksi Pelayanan (Dalam hal Kepala Seksi
Pelayanan sedang melaksanakan tugas luar kantor atau sedang berhalangan
karena sebab yang lain, Kartu NPWP tetap diterbitkan, sedangkan Surat
Keterangan Terdaftar dapat diberikan menyusul dengan tanggal pada saat
dilakukan penandatanganan).
6. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah yang telah
ditandatangani, memberi stempel kantor, memisahkan dokumen untuk arsip
dan dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak.
7. Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan Surat
Keterangan Terdaftar dan Nomor Pokok Wajib Pajak kepada Wajib Pajak.
Jangka waktu penyelesaian permohonan tersebut paling lama 1 (satu) hari
kerja sejak permohonan pajak diterima secara lengkap atau berkas pendaftaran
melalui Sistem e-Registration diterima di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sepanjang
permohonan pendaftaran NPWP diisi secara lengkap. (PER-20/PJ/2013 Tentang Tata
Cara Pendaftaran Dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha Dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Perubahan Data Dan
Pemindahan Wajib Pajak).
Adapun pihak-pihak yang terkait didalam proses pendaftaran wajib pajak
adalah:
1. Kepala Seksi Pelayanan,
2. Petugas Pelayanan Terpadu (TPT),
3. Wajib Pajak, dan
4. Pelaksana Seksi Pelayanan.
Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran
Nomor Pokok Wajib Pajak :
A. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia.
2. Fotokopi Paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu
3. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).
B. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
(Pengusaha):
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia, atau
fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu
Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing.
2. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
atau surat ketenrangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
3. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).
C. Untuk Wajib Pajak Badan :
1. Fotokopi akta pendirian stau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajibh
Pajak Badan dalam negeri, atu surat keterangan penunjukan dari kantor pusat
bagi bentuk usaha tetap.
2. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi
paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab
adalah Warga Negara Asing.
3. Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yg diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat
4. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).
D. Untuk Wajib Pajak Badan / Bentuk Usaha Tetap (BUT) :
1. Fotokopi perjanjian kerjasama/ akte pendirian sebagai bentuk kerjasama
operasi (Joint Operation).
2. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk
kerjasama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak.
3. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus
perusahaan anggota bentuk kerjasama operasi (Joint Operation), atau
fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau kepala Desa dalam hal penanggung
jawab adalah Warga Negara Asing.
4. Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yg diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
5. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD).
E. Untuk Bendahara sebagai Wajib Pajak pemotong dan/atau pemungut pajak :
1. Surat penunjukan sebagai Bendahara.
2. Kartu Tanda Penduduk.