• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA PKLM

A. Pemeriksaan

secara objektif oleh pemeriksa pajak yang profesional berdasrkan suatu standart pemeriksaan ; pemeriksaan pajak tidak mencari – cari kesalahan wajib pajak tetapi untuk kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

1.7. Jenis – Jenis Pemeriksaan

Direktorat Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan yang dimana tertuang dalam Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang – Undang Nomor

6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pemeriksaan pajak terdapat dua bagian yaitu :

1. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan ditempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

2. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

1.8. Tujuan Pemeriksaan pajak

Pemeriksaan juga mempunyai tujuan yaitu : a. Menguji kepatuhan perpajakan.

b. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan.

Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan dalam hal :

a. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak dan/atau rugi.

b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan.

c. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan yang tidak dipenuhi.

d. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

e. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

f. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma perhitungan. g. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau pencabutan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

h. Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding pemberian Norma Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) dan pengukuhan atau pencabutan Norma Penghitungan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

i. Penentuan besarnya jumlah angsuran pajak dalam suatu Masa Pajak bagi Wajib Pajak baru.

j. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.

k. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan untuk tujuan lain selain huruf a sampai huruf f. l. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah tertentu.

m. Penentun satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 21.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam suatu penelitian sangat penting dibuat ruang lingkup masalah terlebih dahulu dengan jelas. Hal ini dimaksudkan agar peneliti memiliki fokus dan arah yang jelas. Pnegasan tersebut sekaligus menggambarkan fokus yang diteliti nantinya dalam proses penelitian.

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam menjalani Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu :

1. Proses pemeriksaan dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa. 2. Kendala – kendala dalam peningkatan penerimaan pajak melalui

pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana serta upaya untuk mengatasi kendala tersebut.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan – persiapan mulai dari penentuan judul Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), pengajuan proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), seminar proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), perbaikan proposal Praktik Kerja Lapanngan

Mandiri (PKLM), dan penentuan dosen pembimbing Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2. Studi Literature

Penulis mencari berbagai sumber - sumber bacaan seperti buku - buku, majalah, Undang - Undang maupun literature yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

3. Observasi Lapangan

Di dalam tahap ini penulis melakukan observasi lapangan selama satu bulan. Yaitu dengan mencari key informan, mengetahui waktu untuk memberikan surat pengantar, melaksanakan wawancara dan mengamati peranan pemeriksaan sederhana dalam penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.

4. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data - data yang berhubungan dengan peranan pemeriksaan sederhana.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Kegiatan - kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis dan mengevaluasi data meliputi :

a. Penggunaan teknik – teknik analisis yang sesuai dengan bentuk dan macam data yang diperoleh sesuai dengan tuntutan permasalahan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

b. Pengolaha n data dengan memberikan penjelasan secara sistematis atas permasalahan yang diangkat.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi Lapangan

Pengumpulan data tentang peranan pemeriksaan sederhana, melakukan pengamatan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) serta mempelajari laporan – laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Wawancara

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan melibatkan pegawai (key informan) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan objek studi.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi yang berhubungan dengan peranan pemeriksaan sederhana.

G. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam BAB I penulis mengemukakan Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Uraian Teoritis, (PKLM), Ruang Lingkup Masalah, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Laporan.

BAB II : GAMBARAN LOKASI PKLM

Dalam BAB II berisi tentang Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota, Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.

BAB III : GAMBARAN DATA PKLM

Dalam BAB III ini penulis menggambarkan suatu data yang didapat dari penelitian Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Dalam BAB IV ini penulis menganalisis dan membahas masalah yang dihadapi oleh para pelaksana Pemeriksa Lapangan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Penulis menari kesimpulan dari uraian yang ada dan memberikan saran yang dapat dijadikan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak dalam menghadapi permasalahan.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara

c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota). dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia Nomor : 267/KMK.01/198,

diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayan pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai.

Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

443/KMK.01/2001 tentang “ Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota madya Medan Menjadi enam

wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan timur 2. Kecamatan Medan Area 3. Kecamatan Medan Tembung 4. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan Barat 2. Kecamatan Medan Sunggal 3. Kecamatan Medan Petisah 4. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1. Kecamatan Medan kota

2. Kecamatan Medan Denai 3. Kecamatan Medan Johor 4. Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan Polonia 2. Kecamatan Medan Maimun 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Tuntungan 5. Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1.Kecamatan Medan Belawan 2.Kecamatan Medan Marelan 3.Kecamatan Medan Labuhan 4.Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Karena Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk laporan rakyat. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah SUMUT I lantai 3 di jalan

Sukamulia Nomor. 17A Medan. Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai berikut :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 443/KMK/.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 58/kmk.01/2002 tanggal 26 Februari 2002

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 58/KMK/.01/2002 tanggal 26 Februari 2002

2. Yang mengepalai Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat ini adalah Bapak Yan Santoso Purba,SH.MM

Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 67/PMK.01/2008.

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan prilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan

praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

VISI

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”

MISI

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi”

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1(satu) bagian dan 10 (sepuluh) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.

Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut:

1) Sub Bagian Umum

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

3) Seksi Pelayanan

4) Seksi Penagihan

5) Seksi Pemeriksaan

7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

10) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

11) Kelompok Jabatan Fungsional

D. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakn, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasia dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III, IV)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan

berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.

Tabel 2.2

Berdasarkan Jabatan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota Jabatan Jumlah % Kepala Kantor 1 1.16 Kasi/Kasubbag 10 11.63 Fungsional 12 13.95 AR 27 31.40 Pelaksana 36 41.86 Jumlah 86 100

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM A.Pemeriksaan

Dasar hukum pemeriksaan adalah pasal 29 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu:

1. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi Surat Perintah Pemeriksaan serta memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa.

3. Wajib Pajak yang diperiksa wajib :

a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan. c. Memberikan keterangan lain yang diperlukan.

4. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk

merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1.

Direktorat Jenderal Pajak, dalam rangka melaksanakan tugas pemungutan pajak, diberi wewenang untuk melaksanakan pemeriksaan, guna keperluan penetapan pajak yang terutang dan keperluan-keperluan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Perpajakan :

1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan Pemeriksaan.

3. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan

penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak. 4. Pembahsan Akhir Hasil Pemeriksaan adalah pembahasan antara Wajib Pajak

dan Pemeriksa Pajak atas temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui.

5. Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil Pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan Pemeriksaan.

Tujuan Pemeriksaan adalah untuk:

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dalam menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:

1. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak dan/atau rugi.

2. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan.

3. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Penyampaian SPT yang tidak dipenuhi.

4. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Dalam tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:

1. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan. 2. Pemberian dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak. 3. Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding.

4. Pemberian Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) dan pengukuhan atau pencabutan NPPKP.

5. Penentuan besarnya jumlah angsuran pajak dalam suatu Masa Pajak bagi Wajib Pajak baru.

6. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.

7. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk tujuan lain selain angka 1 sampai dengan angka 6.

8. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah tertentu.

9. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 21.

Dokumen terkait