1
TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) TENTANG
PROSEDUR PELAKSANAAN PENYITAAN OLEH JURU SITA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR
O L E H
NAMA :MAYARINA LIMBONG NIM :112600026
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini.
Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “PROSEDUR PELAKSANAAN PENYITAAN OLEH JURU SITA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR” ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat menyelesaikan studi di Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara tahun 2013/2014.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam hal penyajian
materi maupun bahasa penyampaiannya. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan
setulus hati serta kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Arlina, SH selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan
ii
4. Bapak Patar N.P Hutabarat.SS.T selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan menyumbangkan pikiran kepada penulis kearah
yang lebih sempurna sehingga selesainya laporan tugas akhir ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu,
mendidik, membimbing penulis selama perkuliahan.
6. Bapak Daniel Sinurat selaku Supervisor Lapangan pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur yang membantu penulis dalam mengumpulkan
data.
7. Teristimewa buat Orang Tuaku tersayang, yang telah merawat dan
membimbing penulis, serta memberikan dukungan moral dan materil selama
ini. Terimakasih buat doa-doa kalian selama ini.
8. Untuk Abang dan kakakku tersayang: Beston Limbong, Jetro Limbong, Herly
Limbong Rinta Limbong, dan Riska Limbong dan kakak besar, kakak sedang,
dan kakak Pudan. Kalian the best deh buat saya. Trimakasih buat pengorbanan,
Doa, dukungan, dan semangat kalian selama ini. Love you all
9. Buat adik-adik ku tersayang Rivael Limbong, Reivand Limbong, Randy
Limbong, Karlova Limbong, Zivanya Limbong, Yolla Gian Limbong. Dan
special buat pudan kakak yang tercinta Rovedly Cristover Limbong . Aku
iii
ku bertumbuh dan belajar mengenal Tuhan. terimakasih Buat dukungan, Doa,
dan semangat kalian. Aku sayang Pildhelfia.
12. Buat Tim Buldo UKM KMK USU UP PEMA FISIP 2013 ( Agusman Harefa,
Marisi Simangunsong, Maiusna Sirait, Hans Immanuel Siahaan ). Sukses terus
buat kalian dalam studinya, tetap setia melayani Tuhan.
13. Buat Angelina Sinambela (ibu Pendeta), Berliana Hutabart ( lilis ), Dian
Camelyna (Nande Rudang), Sutri Brata (Rambo/Sophia/Vivian), Ica Ginting
(Cucu Olo),Chandra Sibarani ( Cancut),Netty Manullang(Gimbal) terima kasih
buat semua kebersamaan yang sudah dilewati bersama dengan penulis baik
senang maupun duka dengan segala perjuangan yang selama ini dituju untuk
satu tujuan pasti yaitu”SUKSES” aku sayang kalian.
14. Buat teman-teman Adm. Perpajakan 2011 khususnya buat teman-teman kelas A
yang selama perkuliahan selalu menggoreskan cerita-cerita yang tidak akan bisa
dilupakan terkhusus buat Rivai (dengan kulkas 2 pintu, dan Pabrik Sambalnya),
Ade Muhshin (Naruto) dan ayang- ayang ku (elma, clarissa, Sriita, puspawati,
Nasriati). love youuuuu.
15. Buat Juniorku (hendra Manurung,Dewanti,Norlin,Novia,Jorianda,dll) terima
iv
16. Buat kakak dan abang Kost ku, teman- teman 1 kost di Jln. Bahagia. gang Sada
Arih No. 32 b (Widi, Novi, Debora, K’ malem, K’Ruth, K’Yanti, K’Nelly)
Special buat adek ku Keyla trimakasih buat kebaikan dan bantuannya selama
ini.
17. Terkhusus Buat Laptop ku yang sangat berharga, tanpamu penulis tidak akan
bisa mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir ini sampai selesai (I lopeu).
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan
dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang membantu
penulis selama penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca. Akhirnya, penulis berharap agar laporan yang telah penulis susun dapat
memberikan sumbangan pikiran dan menambah bahan referensi yang bermanfaat
bagi semua pihak yang membacanya.
Medan, 2014
Penulis
v
halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 5
C. Uraian Teoritis Ruang Lingkup PKLM ... 7
D. Metode PKLM ... 9
E. Metode Pengumpulan Data ... 11
F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 11
vi
B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur... 16
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 18
D. Tugas dan wewenang masing-masing seksi ... 21
E. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 26
BAB III GAMBARAN DATA PKLM A. Pengertian Pajak ... 27
B. Penagihan Pajak ... 27
C. Penerbitan Dan Pemberitahuan Surat Paksa ... 32
D. Penagihan Seketika Sekaligus ... 35
E. Penyitaan Pajak ... 37
F. Pemberitahuan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) ... 39
G. Ketentuan Umum Pelaksanaan Penyitaan ... 39
H. Juru Sita Pajak ... 46
vii
D. Biaya Penyitaan ... 57
E. Tindakan Penyitaan Pada KPP Pratama Medan Timur ... 58
F. Tindakan Penyitaan Pada KPP Pratama Medan Timur ... 59
G. Persentase Pencairan Utang Pajak Dari SPMP Terhadap
Tunggakan Pajak ... 60
H. Kewajiban Penanggung Pajak saat Dilakukan Penyitaan ... 60
I. Penanggung Pajak Tidak Mau Menandatangani
Berita Acara pelaksanaan Sita ... 62
J. Kendala-kendala yang dihadapi Juru Sita Pajak KPP
Medan Timur Saat Melakukan Penyitaan ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 65
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Indonesia merupakan Negara berkembang yang saat ini sedang melakukan
pembangunan infrastruktur di segala bidang, yaitu di bidang Ekonomi, Sosial,
Budaya, Pendidikan, Hukum dan lain-lain. Sesuai dengan tujuan Negara Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Pembangunan infrastruktur tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
secara adil, makmur, dan merata. Pembangunan ini dilakukan secara bertahap,
terencana dan berkelanjutan. Dalam melaksanakan program pemerintah diperlukan
banyak dana. Selain dari sektor migas, sektor non migas juga menyumbang dana
yang sangat besar. Salah satunya adalah dari sektor pajak.
Berdasarkan ketetapan Undang-Undang No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah
beberapa kali diubah dengan Undang-Undang No.9 Tahun 1984, Undang-Undang
No. 16 tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No.16 tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebukan, bahwa pajak
merupakan Kontribusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang yang tidak mendapat
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia
dan yang merupakan salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak dikenal suatu sistem yaitu self
assessment. Pemungutan ini bertujuan untuk menciftakan suatu kondisi yang lebih
mencerminkan keadilan dan kepastian hukum dalam memberikan pelayanan bagi
Wajib Pajak. Cara pemungutan pajak melalui self assessment sistem ini adalah Wajib
Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang, sedangkan pihak fiskus/
pemerintah bertugas untuk memberikan arahan, pembinaan, dan pengawasan kepada
Wajib Pajak agar dapat memenuhi kewajiban nya sebagaimana mestinya.
Namun dalam pelaksanaannya masih banyak Wajib Pajak yang lalai atau
belum menyadari pentingnya pajak dalam menunjang pelaksanaan program
pembangunan di Negara ini. Masih banyak Wajib Pajak yang tidak melunasi utang
pajak nya hingga jatuh tempo yang sudah ditetapkan oleh pihak Pemerintah yang
dalam hal ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Atas utang pajak tersebut
dapat ditagih dan penagihannya pun dapat dipaksakan. Pihak fiskus mengeluarkan
ketetapan yang didasarkan pada Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
merupakan dasar penagihan pajak.
Atas surat Ketetapan pajak yang telah diterbitkan tersebut Wajib Pajak harus
melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 30 hari atau sebelum tanggal jatuh
3
Apabila sampai batas waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak tidak
membayar utang pajaknya, maka terhadap Wajib Pajak ini dilakukan teguran dengan
menyampaikan Surat Teguran. Jangka waktu penerbitan Surat Teguran adalah 7 hari
setelah jatuh tempo pembayaran pajak terutang. Apabila dalam jangka waktu 21 hari
wajib pajak belum melunasi utang pajaknya maka akan diterbitkan Surat Paksa. Bila
utang pajak belum dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat waktu 2x24 jam sejak
Surat Paksa diberikan, diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan terhadap
Objek Sita Pajak oleh Juru Sita Pajak.
Dalam melakukan penyitaan pihak fiskus/ pihak yang berwenang dibidang
perpajakan yang dalam hal ini adalah Kepala kantor Pelayan Pajak harus
mengeluarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaann (SPMP), yang merupakan dasar
melakukan penyitaan.
Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang-barang
wajib pajak guna mendapatkan jaminan pelunasan atas utang wajib pajak menurut
Undang-Undang yang berlaku baik merupakan barang bergerak maupun barang tidak
bergerak.
Setiap melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara
Pelaksanaan Sita (BPAS) yang harus ditandatangani Juru Sita Pajak, saksi-saksi serta
Penanggung Pajak atau yang mewakili. Tetapi dalam pelaksanaannya Penanggung
Pajak biasanya tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita.
Dalam pelaksanaan Penyitaan, petugas Juru Sita Pajak mengalami banyak
barang-barang miliknya tidak di sita. Tentu hal ini sangat menghambat proses
pelaksanaan sita, ditambah lagi dengan ketidakpahaman Wajib Pajak akan prosedur
penyitaan serta hak dan kewajiban Wajib Pajak pada saat pelaksanaan penyitaan.
Kasus pajak terbaru yang sampai kepada tahap penyitaan adalah yang
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surabaya Rungkut hari
Jumat, 14 Maret 2014 terhadap aset milik Wajib Pajak Penunggak Pajak. Penunggak
Pajak terdaftar atas nama PT. SS memiliki hutang pajak sekitar dua ratus delapan
puluh juta Rupiah, aset yang disita berupa sebuah bus yang biasa digunakan sebagai
kendaraan operasional perusahaan.
Melihat akan hal ini maka penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) dalam rangka penyusunan Tugas Akhir agar dapat menyelesaikan
perkuliahan pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas
Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Adapun yang dimaksud dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
adalah kegiatan Intrakulikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang
bertujuan untuk memberi pengalaman praktis dilapangan yang secara langsung
berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima pada saat mengikuti
perkuliahan di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Maka dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, akan
memberi lebih banyak pengetahuan tentang prosedur penyitaan Objek Sita Pajak pada
5
mengangkat judul “Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur”
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi tujuan dalam melaksanakan PKLM ini adalah:
1.1 Untuk mengetahui bagaimana Prosedur Penyitaan oleh jurusita Pajak
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
1.2 Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Juru Sita Pajak serta
mencari solusi untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
1.3 Untuk mengetahui hak dan kewajiban Penanggung pajak Pajak pada saat
dilaksanakan penyitaan.
1.4 Untuk mengetahui penyebab mengapa Wajib Pajak tidak mau
menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pratik Kerja Lapangan Mandiri ini sangat berfungsi bagi semua pihak,
diantaranya adalah :
2.1Bagi Mahasiswa
a. Dapat meningkatkan dan memperluas wawasan serta pengembangan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan di bidang perpajakan
b. Menumbuhkan rasa tanggung jawab serta kedisiplinan bahkan untuk
mampu melahirkan dan menyalurkan kebijakan- kebijakan aspiratif yang
nantinya dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
c. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan belajar keahlian kerja.
d. Mengaplikasikan teori dan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan
melalui PKLM
2.1 Bagi Program Diploma III Administarsi Perpajakan FISIP USU
a. Dalam meningkatkan interaksi dan hubungan kerja sama antara pihak
Universitas dan pihak-pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
b. Memberikan tes uji coba dunia kerja yang nyata bagi para lulusan
Universitas.
c. Menambah aplikasi yang nyata bagi kurikulum.
d. Untuk mempromosikan mahasiswa yang terampil dan berkualitas.
2.2Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
a. Memberikan masukan berupa ide, saran dan gagasan bagi perguruan
Tinggi menyangkut penanganan masalah perpajakan.
b. Mempererat hubungan antara Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I
dengan program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam hal sosialisasi
perpajakan kepada masyarakat yang merupakan Wajib Pajak melalui
mahasiswa peserta PKLM yang akhirnya akan mengabdikan ilmu
7
C. Uraian Teoritis
Menurut Undang-undang penagihan pajak pada Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, menyebutkan “Penyitaan
adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk menguasai barang
Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut
peraturan per Undang- Undangan”. Apabila utang pajak tidak dilunasi Penanggung
Pajak dalam waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan
Surat Perintah melaksanakan penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak
yang disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa,
pendududuk Indonesia, dikenal oleh Juru Sita Pajak, dan dapat dipercaya.
Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah diterbitkan Surat
Paksa dan hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2 x 24 jam sebagaimana telah
disebutkan dalam Surat Sita. Artinya adalah jika Penanggung Pajak/ Wajib Pajak
tidak melunasi utang pajak sebagaimana telah tercantum dalam Surat Paksa, barulah
penyitaan dapat dilakukan.
Menurut Undang-Undang ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan pasal 1
angka 28 Penanggung Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang bertanggung
jawab atas pembayaran utang pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-Undangan
perpajakan.
Sedangkan yang menjadi Objek Pajak adalah: barang yang bergerak maupun
tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain termasuk yang
penguasaannya berada di tangan pihak lain atau dijadikan jaminan sebagai pelunasan
utang.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang paling mendasar adalah hal pembahasan untuk lebih mengetahui
tentang:
1. Ketentuan secara luas tentang penagihan pajak.
2. Prosedur penagihan pajak melalui surat teguran.
3. Prosedur penagihan pajak melalui penerbitan dan pemberitahuan surat paksa.
4. Ketentuan penagihan seketika dan sekaligus.
5. Hak dan kewajiban Wajib Pajak saat dilakukan Penyitaan.
6. Penyebab Wajib Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan
sita.
7. Kendala- kendala yang dihadapi Juru Sita Pajak dalam melakukan Penyitaan
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri maka penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penulis terlebih dahulu menentukan judul tugas akhir dan tempat
diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri.Kenudian penulis mencari dan
9
melakukan konsultasi dengan pihak dosen. Setelah proposal disetujui, penulis
memohon surat pengantar PKLM untuk dapat segera melakukan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri.
2. Studi Literatur
Studi Literatur merupakan landasan teori yang membantu penulis dalam
mencari.mengumpulkan, dan melakukan pengkajian data-data yang menyangkut
masalah-masalah yang akan dibahas, yang dibahas, yang berasal dari buku-buku,
Undang-Undang, maupun bahan yang berhubungan dengan masalah laporan
PKLM ini.
3. Observasi Lapangan
Penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada objek PKLM untuk
mengetahui Tata Cara Pelaksanaan Penyitaan. Mempelajari Laporan- laporan
yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas.
4. Pengumpulan Data
Yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan antara lain:
a. Data Primer
Yaitu Data yang memperoleh melalui wawancara langsung terhadap
orang-orang yang dianggap mampu memberi masukan dan informasi, serta
b. Data Sekunder
Yaitu Data atau informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti sumber-
sumber pustaka, Undang-Undang, dokumentasi, maupun literatur lainnya yang
berhubungan dengan objek PKLM.
5. Analisa dan Evaluasi
Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan
kendala yang dihadapi dan mencari tahu, menanyakan atau mendiskusikan solusi
atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
F. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Wawancara ( interview)
Wawancara adalah Pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan
mengadakan Tanya jawab dengan fiskus/pegawai yang mempunyai wewenang
memberikan data dan informasi yang benar pada Kantor Pelayan Pajak Pratama
Medan Timur dengan menggunakan alat Guide Interview (Daftar Wawancara).
2.Observasi
Observasi adalah studi yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung
atas kegiatan yang dilakukan dengan melakukan pencatatan data yang diperlukan
untuk pembahasan masalah
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan daftar-daftar yang diperlukan, yang diperoleh
dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur untuk menambah objektifitas
11
organisasi, Peraturan Perpajakan, Undang-Undang rencana kerja, dan surat
keputusan.
G.SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Agar penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri lebih terarah, penulis secara garis
besar membatasi permasalahan yang akan dibahas atas beberapa bab, yaitu;
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini terisi tentang latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian
teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data
PKLM, serta sistematika penulisan PKLM
BAB II: GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Bab sini membahas tentang sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur, Struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta
gambaran pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
BAB III:GAMBARAN DATA PKLM
Dalam Bab ini penulis membahas tentang Ketentuan Umum Perpajakan
berdasarkan Undang-Undang Perpajakan, defenisi Penyitaan, Objek dan
Subjek penyitaan, pelaksanaan penyitaan pajak.
BAB IV: ANALISIS DATA DAN EVALUASI
Pada Bab ini berisi analisa penulis dan pembahasan mengenai tata cara
penyitaan oleh Juru Sita Pajak, kendala yang dihadapi oleh Juru Sita, hak dan
wajib pajak tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita,
tindakan penagihan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak melalui Penyitaan,
dan Persentase Pencairan Utang Pajak dari Penyitaan, terhadap total Pencairan
Tunggakan Pajak.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari seluruh pembahasan
bab-bab sebelumnya sisertai dengan pemberian saran-saran yang sangat perlu
13 BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor
Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan.
Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak (KIP) dengan induk
organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976
berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua,
yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.
Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat,
dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor
Inspeksi Pajak Medan Timur.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat,
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
267/KMK.01/1989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang
diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sekaligus mendirikan Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April
1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak
Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan
berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah
15
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah
Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi Kantor
Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi jabatan.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada tanggal 27 Mei
2008, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ.01/2008
tanggal 19 Mei 2008.
B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran
Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan dan sekarang
berpindah alamat di Jalan Suka Mulya Nomor 17A Medan. Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan keputusan
Menteri Keuangan Repuplik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus
1. Kecamatan Medan Tembung
Kecamatan Medan Tembung adalah daerah pintu gerbang kota Medan di
sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang
atau daerah lainnya melalui transportasi darat. Di Kecamatan Medan
Tembung ini banyak terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan
rotan. Disamping itu banyak pula yang bergerak di bidang usaha industri
rumah tangga seperti pembuatan sepatu.
2. Kecamatan Medan Timur
Di Kecamatan Medan Timur ini terdapat Stasiun Kereta Api Medan yang
dikenal dengan “Stasiun Besar” sebagai salah satu sarana transportasi darat
antar kota dan antar daerah dari dan ke Kota Medan. Walaupun bukan
sebagai daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Timur ini juga banyak
terdapat usaha industri kecil seperti bengkel kenderaan bermotor, bengkel
bubut, showroom serta usaha perdagangan dan jasa.
3. Kecamatan Medan Perjuangan
Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat pemukiman di
kota Medan. Kecamatan Medan Perjuangan pada umumnya bergerak di
sektor perdagangan baik itu perdagangan besar, menengah maupun kecil. Di
Kecamatan Medan Perjuangan terdapat industri-industri kecil seperti perabot
rumah tangga, pengolahan kopi, sulaman border, roti/ bika ambon, dan lain
17
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai
penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing
dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk
membina keharmonisan kerja agar dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk
mencapai tujuan secara maksimal.
Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada di
bawah seseorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak
Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negri Sipil di bawah
naungan Kementeri Keungan Republik Indonesia.
Kantor Pelayan Pajak dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan tipe
B. Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang tergolong
dalam skala besar dan biasanyaa berada di ibukota provinsi sedangkan Kantor
Pelayanan Pajak tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya
tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tipe A dan biasanya berada
di kotamadya dan kabupaten. Sehingga, berdasarkan penggolongan tersebut maka
KPP Pratama Medan Timur dapat digolongkan sebagai KPP tipe A karena
wilayahnya berkedudukan diwilayah di Ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Namun, berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
tipe A. Sehingga, adanya surat keputusan tersebut maka KPP tipe B tidak ada di
Kantor Wilayah Direktorat Jendral Sumatera Utara I.
Berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994
tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe
A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur membawahi satu
sub bagian, delapan seksi, satu kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga
fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni
terdiri dari :
1. Sub Bagian Tata Usaha (TU);
2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP);
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI);
4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi;
5. Seksi Pajak Penghasilan Badan;
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan;
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya;
8. Seksi Penagihan;
9. Seksi Penerimaan dan Keberatan;
10. Seksi Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan;
Namun, setelah adanya modernisasi perpajakan pada tahun 2006, KPP Pratama
yang berdasarkan Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia No.
19
Direktorat Jendral Pajak, maka KPP Pratama terbagi menjadi beberapa seksi, antara
lain :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s.d IV
8. Seksi Jabatan Fungsioanal
Wilayah kerja masing-masing seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON) di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut :
a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, meliputi Kelurahan Pulo Brayan Darat
I dan II, Kelurahan Sidodadi, dan Kelurahan Perintis.
b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, meliputi Kelurahan Sei Kera Hilir I
dan II, Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Sidorame Timur, Kelurahan
Pahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir dan
Kelurahan Tegal Rejo.
c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, meliputi Kelurahan Bandar Selamat,
Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrakasih,
d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, meliputi Kelurahan Durian,
Kelurahan Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang
Buntu, Kelurahan Pulo Brayan Bengkel, dan Kelurahan Pulo Brayan
Bengkel Baru.
D. Tugas dan Wewenang Masing-Masing Seksi
Pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :
1. Sub Bagian Tata Usaha / Umum, mempunyai tugas :
1.1.Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu
menangani urusan Tata Usaha dan Kepegawaian.
1.2. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan keuangan.
1.3.Pelaksanan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan dan
perlengkapan Rumah Tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas :
2.1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian
informasi perpajakan.
2.2. Perekaman dokumen perpajakan.
2.3. Merekam SSP lembar ke-3.
2.4. Merekam SPT Masa PPN 1111 atau 1111 DM.
2.5. Merekam SPT Masa PPh Pasal 21.
21
2.7. Merekam SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat 2.
2.8. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
2.9. Memberi pelayanan dukungan teknis komputer.
2.10. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing.
2.11. Menyiapkan laporan kinerja.
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, mempunyai tugas :
3.1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
3.2. Membimbing/menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan.
3.3. Melakukan penyusunan profil wajib pajak.
3.4. Menganalisis kinerja wajib pajak.
3.5. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
3.6. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi.
3.7. Melakukan evaluasi banding.
4. Seksi Penagihan Pajak, mempunyai tugas :
4.1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak.
4.2. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak.
4.3. Penagihan aktif.
4.4. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak.
5. Seksi Ekstensifikasi, mempunyai tugas :
5.1. Melakukan pengamatan potensi perpajakan.
5.2. Pendataan objek dan subjek pajak.
5.3. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dalam
menunjang ekstensifikasi.
6. Seksi Pemeriksaan dan kepatuhan internal, mempunyai tugas :
6.1. Melakukan penyusunan rencana pemerikasaan.
6.2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemerikasaan.
6.3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas :
7.1. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
7.2. Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan Wajib Pajak
dan surat-surat lainnya.
7.3. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib
Pajak lainnya.
7.4. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
pencabutan identitas Wajib Pajak.
7.5. Melakukan urusan kearsipan wajib pajak.
Saat ini di KPP Pratama Medan Timur tercacat ada sekitar 83 orang pegawai
yang terdaftar. Di bawah ini terdapat rincian mengenai jumlah pegawai di setiap unit
23
Tabel II. 1
Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur
No. Unit
Jumlah Pegawai
(orang)
1 Kepala Kantor 1
2 Sub Bagian Umum 7
3 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 10
4 Seksi Pelayanan 14
5 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 16
6 Seksi Penagihan 4
7 Seksi Ekstensifikasi 4
8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8
9 Seksi Pengawasasn dan Konsultasi II 7
10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8
Jumlah 87
[image:32.612.124.582.299.561.2]Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2014
Gambar II.1
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2014
KEPALA KANTOR
KASUBBAG UMUM
SEKSI PENAGIHAN
SEKSI PEMERIKSAAN DAN KEPATUHAN INTERNAL SEKSI
PELAYANAN SEKSI PDI
SEKSI EKSTENSIFIKASI
PERPAJAKAN
25
E. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih
jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan
praktik-praktik “good governance” pada instiusi pemerintah secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan
visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan
misi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Visi : menjadi instansi pemerintah yang menyelenggarakan sistem
administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
2. Misi : menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu
menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan
26 A. Pengertian Pajak
Menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, Pajak adalah Kontribusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh
Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan menurut Prof. Dr.Rochmat Soemitro,SH Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
B. Penagihan Pajak
1. Dasar Hukum Penagihan
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.
2. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Psal 18,
Pasal 19, Pasal 20 Nomor 1 dan 2, Pasal 21, pasal 22, Pasal 23, dan Pasal
27
3. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara
Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
2. Pengertian Penagihan
Berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa No. 19
Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000, Penagihan
Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan
Penagihan Seketika dan Sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan
pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang
yang telah disita.
3. Penagihan Utang Pajak
Tindakan penagihan Utang Pajak secara teoritis dibedakan menjadi 2 (dua)
langkah yaitu:
1. Penagihan Pasif
Penagihan Pajak Pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan
Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat
Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih
menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 hari belum dilunasi,
maka tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak
secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.
2. Penagihan Pajak Aktif
Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif,
dimana dalam upaya penagihan pajak ini fiskus berperan aktif dalam arti
tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan
diikuti dengan tindakan sita, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
4. Surat Tagihan Pajak
4.1 Pengertian Surat Tagihan Pajak
Berdasarkan Pasal 1 angka 20 Undang- Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan
atau denda. Yang menerbitkan STP adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
tempat seseorang atau badan terdaftar sebagai Wajib Pajak. Terbitnya
STP ini biasanya disebabkan Wajib Pajak tidak melakukan satu atau
beberapa kewajiban pajaknya.
4.2 Penerbitan Surat Tagihan Pajak
Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila:
29
2. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
akibat salah tulis dan atau salah hitung.
3. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.
4. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi
tidak tepat waktu.
5. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan
masa penerbitan faktur pajak.
5. Surat Ketetapan Pajak
4.1 Pengertian Surat Ketetapan Pajak
Berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka
yang 15 Surat Ketetapan Pajak adalah surat keterangan yang meliputi
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar.
4.1 Penyebab Diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak
Surat Ketetapan Pajak ditebitkan apabila dalam pemeriksaan masih
terdapat kesalahan dalam menghitung dan melaporkan SPT, sehingga
masih terdapat Pajak yang tidak atau kurang dibayar, dan pajak yang
kurang atau tidak dipotong atau dipungut.
Berdasarkan Undang- Undang KUP pasal 1 angka 15, Surat Ketetapan
Pajak dibagi atas 4 bagian yaitu:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Menurut Undang-Undang Ketentuan Dan Tata Cara Perpajakan No.28
Pasal 1 angka 16, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah Surat
Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus
dibayar.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Menurut Undang-Undang Ketentuan Dan Tata Cara Perpajakan No.28
Pasal 1 angka 17, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT) adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Menurut Undang-Undang Ketentuan Dan Tata Cara Perpajakan No.28
Pasal 1angka 18, Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah Surat Ketetapan
Pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak terutang dan tidak ada kredit pajak.
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Menurut Undang-Undang Ketentuan Dan Tata Cara Perpajakan No.28
31
Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
5 Surat Teguran
Surat teguran dapat diterbitkan apabila utang pajak yang tercantum dalam
Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak kurang bayar, Surat Ketetapan
Pajak kurang bayar tambahan, tidak dilunasi sampai melewati 7 hari dari
batas waktu jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkan
C. Penerbitan Dan Pemberitahuan Surat Paksa 1. Pengertian Surat Paksa
Menurut Pasal 1 angka 12 Undang-undang No. 19 tahun 2000 tentang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Surat Paksa adalah surat perintah
membayar utang pajak dan biaya Penagihan Pajak. Penagihan dengan Surat
Paksa dilakukan apabila jumlah tagihan pajak tidak atau kurang bayar sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau sampai dengan jatuh tempo
penundaan pembayaran atau tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak.
Apabila Wajib Pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam
waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran maka penagihan
selanjutnya dilakukan oleh Juru Sita Pajak.
Surat Paksa diterbitkan oleh kepala KPP yang menerbitkan STP, SKPKB,
SKPKBT, Surat keputusan pembetulan, Surat keputusan Keberatan yang
menyebabkan Jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Dan yang menjadi
penyebab Penagihan Pajak adalah:
1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah
diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis.
2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan
Sekaligus.
3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Surat Paksa dapat diterbitkan setelah lewat waktu 21 hari setelah Surat
Teguran diterbitkan, kecuali atas Penanggung Pajak tersebut telah
diterbitkan Surat Penagihan Seketika Sekaligus, Surat paksa dapat
diterbitkan tanpa menunggu waktu 21 hari setelah Surat Teguran
diterbitkan.
3. Pemberitahuan Surat Paksa
Pemberitahuan Surat paksa dilakukan oleh pejabat Juru Sita Pajak dan
diserahkan kepada Penanggung Pajak yaitu:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi
1.1 Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain
33
1.2 Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja
di tempat usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang
bersangkutan tidak dapat dijumpai.
1.3 Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus
harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan
harta warisan belum dibagi; atau
1.4 Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta
warisan telah dibagi.
2. Wajib Pajak Badan
1.1 Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab,
pemilik modal, baik di tempat kedudukan badan yang bersangkutan,
di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang
memungkinkan; atau
1.2 Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang
bersangkutan apabila Juru Sita Pajak tidak dapat menjumpai salah
seorang sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
3. Wajib Pajak Pailit
Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa
diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas, dan dalam hal Wajib
Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan
kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau
4. Keadaan Khusus
Apabila surat paksa tidak dapat diberitahukan kepada Wajib pajak orang
pribadi atau badan, Surat paksa dapat disampaikan melalui aparat pemda
sekurang-kurangnya Sekretaris Desa atau Sekretaris Kelurahan tempat
Penanggung Pajak bertempat tinggal atau melakukan usaha.
Apabila tempat tinggal atau tempat kedudukan Penanggung Pajak
tidak diketahui, pemberitahuan Surat Paksa dapat dilaksanakan dengan cara
menempelkan Surat Paksa pada papan pengumuman KPP yang
menerbitkannya atau mengumumkan melalui Surat Kabar.
5. Penanggung Pajak Diluar Wilayah Kerja Pejabat
Pejabat yang berwenang meminta bantuan kepada Pejabat yang wilayah
kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat Paksa. Pejabat yang diminta
bantuan sebagaimana dimaksud dalam (ketentuan umum) wajib membantu
dan memberitahukan tindakan yang telah dilaksanakannya kepada Pejabat
yang meminta bantuan disertai dengan salinan Fotocopy Berita Acara
Pemberitahuan Surat Paksa dan Laporan Pelaksanaan Surat Paksa.
D. Penagihan Seketika Sekaligus 1. Dasar Hukum
Dasar hukum yang mengatur tentang Penagihan Seketika Sekaligus yaitu:
a. Undang-undang No 8 Tahun 1983 pasal 20 sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009
35
b. Pasal 13 dan 14 Peraturan Menteri Keuangan Indonesia Nomor
24/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan
Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.
2. Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus
Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
dilakukan oleh Juru Sita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh Utang Pajak dari semua
jenis pajak, Masa Pajak dan Tahun pajak. Juru Sita Pajak melaksanakan
Penagihan Seketika dan Sekaligus berdasarkan Surat Perintah Penagihan
Seketika dan sekaligus. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
diterbitkan apabila:
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
atau berniat untuk itu.
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia.
c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan
usahanya, atau menghubungkan usahanya, atau memekarkan usahanya,
atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau
melakukan perubahan bentuk lainnya.
e. Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.
Dalam hal ini mungkin saja si Penanggung Pajak mempunyai itikad yang
kurang baik. Penanggung Pajak bermaksud apabila dilaksanakan
penyitaan, barang yang yang akan disita sudah tidak ada lagi. Hal ini
perlu diantisipasi oleh Pejabat Juru Sita Pajak dengan melaksanakan
Penagihan Seketika dan Sekaligus yang disampaikan langsung oleh Juru
Sita kepada Penanggung Pajak untuk mengurangi kerugian negara.
Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus
sekurang-kurangnya memuat:
1. Nama Wajib Pajak, atau Penanggung Pajak;
2. Besarnya Utang Pajak;
3. Perintah untuk membayar;
4. Saat pelunasan pajak.
Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan
Surat Paksa.
E. Penyitaan Pajak 1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata cara
37
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan
Seketika dan Sekaligus.
2. Pengertian Penyitaan
Menurut Undang-undang no. 19 tahun 2000 tentang Penagihan
Dengan Surat Paksa, Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk
menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi
utang pajak menurut peraturan perundang-undangan.
Tujuan dari tindakan penyitaan sesungguhnya tidak untuk
melakukan penjualan barang milik Penanggung Pajak, melainkan hanya untuk
menguasai barang Penanggung Pajak sebagai jaminan pelunasan utang pajak.
Dengan demikian, sampai dengan saat dilakukannya Penyitaan Wajib Pajak
masih diberikan kesempatan untuk melakukan pelunasan utang pajak dan
biaya penagihan pajak.
Akibat dari penyitaan adalah beralihnya hak kepemilikan atas
barang Penanggung Pajak kepada Negara, sehingga selama dalam masa
penyitaan hak-hak kepemilikan barang Penanggung Pajak menjadi hilang.
Karena penyitaan berkaitan dengan pengurangan hak maka untuk
melaksanakan penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak tersebut
diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara rinci, jelas dan tegas yang
milik Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan
pihak ketiga maupun masyarakat Wajib Pajak.
Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan Surat
Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) yang diterbitkan oleh Pejabat penerbit
Surat Paksa. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan dilakukan
apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua
puluh empat) jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada
wajib Pajak.
F. Pemberitahuan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
Pemberitahuan Surat Perintah Melakukan Penyitaan diterbitkan oleh Pejabat yang
menerbitkan Surat Paksa yaitu kepala KPP, apabila utang pajak tidak dilunasi
dalam jangka waktu 2x24 jam setelah Surat Paksa diterbitkan. Namun Surat
Perintah Melakukan Penyitaan dapat Juga diterbitkan oleh Pejabat lain apabila
Objek Sita berada diluar kerja Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa. Hal ini juga
bisa terjadi jika Objek Sita letaknya berjauhan dari tempat kedudukan Pejabat
yang menerbitkan Surat Paksa tetapi masih dalam Wilayah kerja.
G. Ketentuan Umum Pelaksanaan Penyitaan
Adapun yang menjadi ketentuan umum pelaksanaan Penyitaan adalah:
1. Sesuai Pasal 4 ayat (2) PP Nomor 135 Tahun 2000 diatur bahwa dalam
melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus :
a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak.
39
c. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan
Ketentuan ini dimaksudkan agar memberikan kepastian bagi Penanggung
Pajak bahwa Juru Sita Pajak memang benar-benar menjalankan penugasan
yang berasal dari Pejabat, dan Penanggung pajak dapat diyakinkan bahwa
maksud dan tujuan penyitaan adalah untuk pelunasan Utang Pajak
Penanggung Pajak.
Dalam kesempatan ini juga dijelaskan hak dan kewajiban
Penanggung Pajak sehubungan dengan kegiatan penyitaan ini, serta masih
ada kesempatan untuk Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya
penagihan setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak membuat Berita
Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Juru Sita Pajak,
Penanggung Pajak dan Saksi-Saksi.
Berita Acara Pelaksanaan Sita merupakan pemberitahuan kepada
Penanggung Pajak dan masyarakat bahwa penguasaan barang Penanggung
Pajak telah berpindah dari Penanggung Pajak kepada Pejabat. Oleh karena
itu, dalam setiap penyitaan, Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara
Pelaksanaan Sita secara jelas dan lengkap.
2. Sebelum melaksanakan Penyitaan Juru Sita Pajak harus terlebih dahulu
mempelajari aktiva/harta milik Penanggung Pajak yang dijadikan sebagai
Objek Sita melalui:
a. Surat Pemberitahuan;
c. Surat pemeriksaan Pajak;
d. Surat-surat lain yang menunjukkan harta si Penanggung Pajak.
3. Objek Sita adalah barang bergerak atau barang tidak bergerak milik
Penanggung Pajak, yaitu terhadap Penanggung Pajak Orang Pribadi. Penyitaan
dapat dilaksanakan atas barang milik pribadi yang bersangkutan, istri, dan anak
yang masih dalam tanggungan, kecuali dikehendaki secara tertulis oleh suami
atau isteri yang berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.
Sedangkan terhadap Penanggung Pajak Badan, penyitaan dapat dilaksanakan
atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang,
penanggung jawab, pemilik modal baik ditempat kedudukan yang
bersangkutan, ditempat tinggal mereka maupun ditempat lain.
Barang milik Penanggung Pajak yang dapat disita adalah barang yang
berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain
termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang
dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lainnya
yang di persamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga
lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain; dan
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi
41
4. Penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak kecuali dalam
keadaan tertentu dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak.
6. Urutan barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita ditentukan
oleh Juru Sita Pajak dengan memperhatikan jumlah utang pajak dan biaya
penagihan pajak, kemudahan penjualan, atau pencairannya.
7. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang
– kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal
oleh Juru Sita Pajak dan dapat dipercaya.
8. Setiap melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Penanggung Pajak
dan saksi – saksi.
9. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada :
1. Penanggung Pajak;
2. Polisi untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar;
3. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah
terdaftar;
4. Pemerintah Daerah dan pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang
kepemilikannya belum terdaftar;
5. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal.
10.Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara
dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita
tersebut ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara
Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.
11.Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Penanggung Pajak tidak hadir,
selama salah seorang saksi sebagaimana dimaksud dalam (ketentuan umum)
berasal dari sekurang – kurangnya setingkat Sekretaris Kelurahan dan RT
setempat. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Penanggung
Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan
saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.
12.Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang
bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang
bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada.
13.Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dilaksanakan sebagai
berikut:
1. Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat
rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara
Pelaksanaan Sita;
2. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita;
3. Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang
selanjutnya ditempeli dengan segel Sita dan kemudian menitipkannya
43
14.Penyitaan terhadap kekayaan Penanggung Pajak yang disimpan di Bank
berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan sebagai berikut :
1. Pejabat mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai
dengan penyampaian Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah
Melaksanaan Penyitaan;
2. Bank wajib memblokir setelah menerima permintaan pemblokiran dari
pejabat dan membuat Berita Acara Pemblokiran serta menyampaikan
salinannya kepada Pejabat dan Penanggung Pajak;
3. Juru Sita Pajak setelah menerima Berita Acara Pemblokiran dari Bank,
memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada Bank
agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan di Bank tersebut
kepada Juru Sita Pajak.
15.Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahan lain yang tidak ada surat
sahamnya dilaksanakan sebagai berikut :
1. Melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jumlah penyertaan
modal pada perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran
Berita Acara Pelaksanaan Sita;
2. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita;
3. Membuat Akte Persetujuan Pengalihan Hak Penyertaan Modal pada
perusahaan lain dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, dan salinannya
16.Segel sita sebagaimana dimaksud dalam (ketentuan umum) memuat sekurang
– kurangnya :
1. Kata “DISITA”;
2. Nomor dan Tanggal Berita Acara Pelaksanaan Sita;
3. Larangan memindahtangankan, memindahkan hak, meminjamkan, merusak
barang yang disita.
17.Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang tentang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa mengatur mengenai barang bergerak
milik Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan yaitu:
1. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh
Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya;
2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta
peralatan memasak yang berada di rumah, termasuk obat-obatan yang
dipergunakan Penanggung Pajak beserta keluarganya;
3. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari
negara;
4. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung
Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk Pendidikan, Kebudayaan
dan Keilmuan;
5. Peralatan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau
45
Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) atau jumlah lain yang ditetapkan
Menteri Keuangan atau Kepala Daerah;atau
6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya.
H. Juru Sita Pajak
1. Pengertian Juru Sita Pajak
Berdasarkan pasal 1 angka 6 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa, Juru Sita pajak adalah Pelaksana tindakan Penagihan Pajak yang
meliputi Penagihan Seketika dan Sekaligus, Pemberitahuan Surat Paksa,
Melaksanakan Penyitaan dan Penyanderaan.
2. Syarat- Syarat Juru Sita Pajak
Dalam Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562/KMK.04/2000
tanggal 26 Desember 2000 tentang Syarat-Syarat, Tata Cara
Pengangkatan dan Pemberhentian Juru Sita Pajak. Persyaratan menjadi
Juru Sita Pajak adalah sebagai berikut:
a. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang
setingkat dengan itu;
b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a;
c. Berbadan sehat;
e. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian.
Dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562/KMK.04/2000
dijelaskan, sebelum memangku jabatannya Juru Sita Pajak diambil sumpah
atau janji menurut Agama atau kepercayaannya oleh Pejabat.
3. Tugas dan Wewenang Juru Sita Pajak
Berdasarkan pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa tugas Juru Sita Pajak yaitu:
a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
b. Memberitahukan Surat Paksa
c. Melaksanakan penyitaan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan;dan
d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.
Dalam memberitahukan Surat Paksa, Juru Sita Pajak menyampaikan
Surat Paksa secara resmi kepada Penanggung Pajak dengan pernyataan dan
penyerahan salinan Surat Paksa. Juru Sita Pajak melaksanakan penyanderaan
berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan dari Pejabat sesuai dengan izin yang
diberikan oleh Menteri atau Gubernur. Selain itu, dalam melaksanakan
penyitaan Juru Sita Pajak berwenang masuk dan memeriksa semua ruangan
termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita
47
dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya:
dengan terlebih dahulu meminta izin kepada Penanggung Pajak.
Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugas dapat meminta bantuan
pihak lain, misalnya, dalam hal Penanggung Pajak tidak memberi izin atau
menghalangi pelaksanaan penyitaan, Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan
Kepolisian atau Kejaksaan. Demikian juga dalam hal penyitaan terhadap
barang tidak bergerak seperti tanah, Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan
kepada Badan Pertanahan Nasional atau Pemerintah Daerah untuk meneliti
kelengkapan dokumen berupa keterangan kepemilikan atau dokumen lainnya.
Dalam hal penyitaan terhadap kapal laut dengan isi kotor tertentu dapat
meminta bantuan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Pada dasarnya Juru Sita Pajak melaksanakan tugas di wilayah kerja
Pejabat yang mengangkatnya, namun apabila dalam suatu kota terdapat
beberapa wilayah kerja Pejabat, misalnya di Jakarta, maka Menteri atau
Kepala Daerah berwenang menetapkan bahwa Juru Sita Pajak dapat
melaksanakan tugasnya di luar wilayah kerja Pejabat yang mengangkatnya.
4. Pemberhentian Juru Sita Pajak
Sesuai dengan Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
562/KMK.04/2000 Juru Sita Pajak diberhentikan dari jabatannya dalam hal:
b. pensiun
c. Karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya;
d. Ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas;
e. Melakukan perbuatan tercela;
f. Melanggar sumpah atau janji Juru Sita Pajak; atau
49 BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A.Prosedur Penyitaan Yang Dilakukan oleh Juru Sita Pajak Pada KPP Pratama Medan Timur
Menurut Undang-Undang No 19 Tahun 2000 pasal 1 angka 14 Penyitaan
adalah “tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna
dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan
perundang-undangan”.
Penyitaan merupakan tindakan Juru Sita Pajak guna menguasai barang-barang
penanggung Pajak, yang akan digunakan untuk melunasi utang pajak sesuai dengan
ketentuan Perundang-undangan. Penyitaan dilakukan sampai barang yang disita
Prosedur Penerbitan dan Penyampaian Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Wajib Pajak /
Penanggung Pajak
Pelaksana Seksi
Penagihan atau Juru
Sita Pajak
Kepala Seksi
Penagihan
Kepala KPP
Mulai
Menugaskan Kepala Seksi Penagihan untukmelakukan Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Menyetujui dan menandatangani kemudian menugaskan untuk menatausahakan dan mengirimkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Melakukan penelitian
kemudian menyusun dan menyerahkan konsep Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Menugaskan Juru Sita Pajak untuk melakukan penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Meneliti dan memaraf kemudian menyerahkan Konsep Surat Pelaksanaan Penyitaan
Menugaskan Juru Sita Pajak untuk menatausahakan dan mengirimkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Serta Melakukan Penyitaan Menatausahakan dan
mengirimkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Serta Melakukan Penyitaan
Konsep Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Surat Perintah MelaksanakanPenyitaan
Tata Cara Penyampaian dokumen di KPP
Selesai Surat Perintah
51
Keterangan:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk
melakukan penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dalam hal
Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak setelah lewat
waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak.
2. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Juru Sita Pajak untuk melakukan
penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan atas dasar penagihan pajak
yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak setelah lewat 2 x 24
jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak.
3. Juru Sita Pajak melakukan penelitian kemudian menyusun dan menyerahkan
konsep Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan kepada Kepala Seksi
Penagihan.
4. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf kemudian menyerahkan
konsep Surat Perintah Melaksanakan Penyitaaan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak.
5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani kemudian
menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk menatausahakan dan
mengirimkan Surat Perintah Melaksakan Penyitaan Kepada Wajib Pajak.
6. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Juru Sita Pajak untuk menatausahakan
dan mengirimkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan serta Melakukan
7. Juru Sita Pajak menatausahakan dan mengirimkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan serta melakukan penyitaan terhadap barang milik
Wajib Pajak/Penanggung Pajak.
Dalam melakukan Penyitaan Juru Sita Pajak harus mampu
memperkirakan nilai barang yang disita dengan memperhatikan jenis dan
jumlah barang yang disita berdasarkan harga yang wajar. hal ini bertujuan
agar Penanggung Pajak tidak dirugikan.
Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi, yaitu orang yang sudah dewasa,
Penduduk Indonesia, dikenal oleh Juru Sita Pajak, dan dapat dipercaya.
Pelaksanan penyitaan baru bisa dilaksanakan setelah 2x24 jam setelah
diterbitkannya Surat Paksa, hal ini dimaksudkan supaya Penanggung Pajak
dapat melunasi Utang Pajak sebelum dilakukan Penyitaan sebagaimana
tercantum dalam surat paksa.
Sebelum melaksanakan Penyitaan, Juru Sita Pajak harus terlebih
dahulu mempelajari Aktiva atau harta yang dimiliki Penanggung Pajak
melalui Surat Pemberitahuan, Laporan Keuangan (Neraca/ Laba Rugi),
Laporan Surat Paksa dan laporan- laporan lain yang bisa menunjukkan daftar
kekayaan Wajib Pajak. Kemudian menyampaikan Surat Perintah Melakukan
53
B. Berita Acara Pelaksanaan Sita 1. Isi Berita Acara
Setiap pelaksanakan Penyitaan, Juru Sita Pajak membuat Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh:
1. Juru Sita Pajak
2. Penanggung Pajak
3. Saksi-saksi
Berita Acara Pelaksanaan Sita merupakan pemberitahuan kepada Penanggung
Pajak dan masyarakat bahwa penguasaan Barang penanggung Pajak telah berpindah
ke Pejabat. Maka dalam pelaksanaan penyitaan, BAPS sekurang-kurangnya memua