PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT
O L E H
Nama : SURYANI NIM : 072600056
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadiran Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga degnan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar Ahli
Madya pada Universitas Sumatera Utara. Dengan judul “Proses Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dan tak lupa pula shalawat berangkaikan salam penulis ucapkan pada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang mana kita amat merindukan syafaat
beliau di hari kemudian kelak. Amin.
Dalam penulisan yang sangat singkat dan sederhana ini, penulis menyadari
bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan ini yang
bahkan jauh dari kesempurnaan, yang semuanya karena keterbatasan wawasan dan
pengetahuan, serta pemikiran penulis yang masih dalam proses pembelanjaan, dari itu
penulis masih mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kebaikan penulis
ini.
Namun demikian tugas akhir ini juga terselesaikan berkat adanya dorongan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu pada
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua, dan semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca lainnya.
Medan, Juni 2010
Hormat Penulis,
DAFTAR ISI... iii
BAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 1
2. Tujuan dan Manfaat Prektik Kerja Lapangan Mandiri... 3
2.1.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 3
2.2.Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 3
3. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 4
4. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 4
4.1.Tahapan Persiapan... 4
4.2.Studi Literatur... 5
4.3.Studi Observasi Lapangan... 5
4.4.Pengumpulan Data... 5
4.5.Analisa dan Evaluasi... 6
5. Metode Pengumpulan Data... 6
5.1.Metode Wawancara... 6
5.2.Metode Pengamatan... 6
5.3.Metode Dokumentasi... 6
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat... 9
2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat... 11
3. Bidang Kerja dan Fungsi Organisasi Institusi... 12
4. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat... 17
5. Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat... 21
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA
LAPANGAN MANDIRI
1. Penyitaan... 23
2. Barang-barang Yang Termasuk Penyitaan
Dan Pengecualiannya... 27
3. Tugas dan Fungsi Jurusita Pajak... 29
4. Prosedur Penyitaan Oleh Jurusita Pajak... 31
5. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap Barang-barang
Sitaan... 33
5.1.Pelaksanaan Penyegelan... 38
5.3.Pelaksanaan Penyanderaan... 40
5.4.Pencabutan Penyanderaan... 45
5.5.Ketentuan Pidana Lainnya... 46
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA 1. Pengeluaran Surat Teguran... 48
2. Pengeluaran Surat Paksa... 49
3. Pengeluaran Melakukan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)... 51
3.1.Prosedur Pengeluaran SPMP... 51
3.2.Pelaksanaan Penyitaan... 52
3.3.Pencabutan Sita... 53
4. Lelang... 53
4.1.Pengumuman Lelang... 54
4.2.Pelaksanaan Lelang... 55
5. Wawancara... 57
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 61
2. Saran... 62
DAFTAR PUSTAKA
1. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri
Mendapatkan penerimaan negara merupakan hal yang paling utama walaupun
belum satu-satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di
Indonesia akhir-akhir ini sebelum reformasi 1983 telah banyak terpengaruh oleh
suatu keinginan untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial sambil meningkatkan
pemeratan hukum pajak keseluruhan lapisan masyarakat. Demikian juga untuk tujuan
pemulihan kehidupan ekonomi untuk bangkit dan mengentaskan diri dari krisis
moneter tentu memerlukan sesuatu pengorbanan penerimaan pajak yang bertolak
belakang dengan keinginan menambah penerimaan pajak.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang dibuat oleh pemerintah terdapat tiga sumber penerimaan yang
menjadi pokok andalan yaitu :
a. Penerimaan dari sektor pajak
b. Penerimaan dari sektor migas
c. Penerimaan dari sektor bukan pajak
Dari ketiga sumber penerimaan diatas penerimaan dari sektor pajak ternyata
merupakan salah satu sumber penerimaan yang paling besar. Dari tahun ketahun kita
andil yang besar bagi penerimaan negara. Penerimaan dari sektor pajak sering
dikatakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional.
Sedangkan dari sektor migas, yang dahulu menjadi andalan penerimaan
negara, sekarang ini sudah tidak bias diandalkan lagi sebagai sumber keuangan
negara yang terus menerus, karena sifatnya yang tidak dapat diperbaharui.
Penerimaannya sewaktu-waktu dapat habis, sedangkan dari pajak selalu dapat
diperbaharui, yaitu sesuai dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat itu sendiri.
Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat saja masih terdapat
wajib pajak yang belum melaksanakan pelunasan pajak terutangnya. Dari catatan
yang disajikan KPP Pratama Medan Barat saja masih terdapat beberapa wajib pajak
yang masih dalam sengketa perpajakan, salah satunya adalah penyitaan
barang-barang wajib pajak. Dalam melakukan penyitaan terkadang petugas mengalami
kesulitan berhadapan dengan wajib pajak yang tidak menerima atas penyitaan
barang-barangnya yang akan disita oleh juru sita pajak, sehingga terjadi upaya hukum yang
tidak sesuai dengan penyelesaian sengketa pajak. Maka itu diperlukan peningkatan
kewaspadaan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak,
seperti menghilangkan, mengalihkan dan atau menyembunyikan barang-barang akan
di sita.(Undang-undang No. 19 Tahun 2000 “Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa”)
Maka dari itu tugas akhir ini akan menganalisa pelaksanaan penyitaan
PerUndang-sehingga tugas akhir ini diberi judul “Proses Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.
2. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk :
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan penyitaan oleh juru sita pajak.
b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam proses penyitaan
oleh juru sita pajak.
c. Untuk mengetahui upaya-upaya yang di tempuh oleh juru sita pajak dalam
pelaksanaan proses penyitaan tersebut.
2.2.Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri Bagi Mahasiswa :
a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya
mengenai proses pelaksanaan penyitaan.
b. Memberikan bekal pengalaman kerja kepada setiap mahasiswa.
Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat :
a. Sebagai sarana untuk menarik tenaga kerja yaitu untuk melihat
kemampuan mahasiswa yang bersangkutan dengan tanggung jawab dan
kerjasama yang baik.
b. Instansi dapat melihat sampai dimana perkembangan ilmu pengetahuan
Bagi Universitas Sumatera Utara :
a. Untuk meningkatkan hubungan antara Universitas Sumatera Utara dengan
instansi pemerintahan dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat.
b. Agar universitas dapat lebih berperan dalam menyelesaikan kegiatan
pendidikan sesuai dengan peraturan-peraturan yang sekarang diterapkan.
3. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu
melakukan pengumpulan data yang menyangkut proses pelaksanaan penyitaan oleh
juru sita pajak yang dimulai dari :
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan penyitaan oleh juru sita pajak.
b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam proses penyitaan oleh
juru sita pajak.
c. Untuk mengetahui upaya-upaya yang di tempuh oleh juru sita pajak dalam
pelaksanaan proses penyitaan tersebut.
4. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri 4.1.Tahap Persiapan
Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa/i sebelum terjun langsung
melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, yaitu :
3. Pengajuan proposal tentang judul yang akan diajukan
4.2.Studi Literatur
Yaitu kegiatan studi mencari data serta informasi dengan membaca landasan
teori, menelaah buku-buku literatur, Peraturan Perundang-undangan Perpajakan,
Peraturan Pemerintah, Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak, Keputusan Menkeu,
Informasi dari majalah, Surat Kabar, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis
yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
4.3.Studi Observasi Lapangan
Yaitu kegiatan studi untuk mencari data serta informasi dengan mengikuti
Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan maslaah yang akan
dibahas.
4.4.Pengumpulan Data
Yaitu kegiatan studi yang dilakukan untuk mencari :
a. Data Primer
Data yang diperoleh dari wawancara terhadap orang-orang yang dianggap
mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis di
lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b. Data Sekunder
Data /informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti
sumber-sumber pustaka,Undang-Undang,dokumentasi maupun literatur lain yang
4.5.Analisa dan Evaluasi
Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan
dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan
keluar yang terbaik untuk memecahkan permasalahan yang timbul di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
5. Metode Pengumpulan Data 5.1.Metode Wawancara
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan
wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten
dan menambah objek yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
5.2.Metode Pengamatan
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung
maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan
mengamati, mendengar, dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan tugas yang
diberikan pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu
dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh
melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.
5.3.Metode Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar
6. Sistematika Penulisan
Agar penulisan tugas akhir ini terarah dan sistematis, maka penulis membatasi
luas pembahasan yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenaii latar belakang yang menjadi
dasar pemikiran dan penyusunan laporan, ruang lingkup, tujuan dan manfaat PKLM,
metode penelitian, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT
Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat, bidang-bidang kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dan
deskripsi kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Dan juga menguraikan
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ,meliputi jenis dan bentuk kegiatan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, prosedur kerja, kenala-kendala yang dihadapi dan
upaya penyelesaiannya.
BAB III : TEKNIK DAN ANALISIS DATA
Dalam bab ini penulis menganalisis tentang “proses pelaksanaan penyitaan
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis mengemukakan analisa data dan evaluasi terhadap
data-data yang berhubungan dengan judul laporan.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan
berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yang berisi saran-saran yang dapat
diambil sebagai tindakan untuk mengatasi maslaah yang ditemukan di lokasi
penelitian.
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi
Pajak. Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak
Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25
maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor
Inspeksi Pajak diubah namanya Menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak
April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Medan Utara.
Kemudian untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah
kepada masyarakat umum, khususnya kepada Wajib Pajak pada tanggal 29 Maret
1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai
tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak di Medan dirubah menjadi 4 kantor
yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No.7 Medan.
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No.30 Medan
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No.17A Medan.
Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
KeuanganNo.443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak
Medan Barat dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang mulai berlaku sejak 25 Januari
2002.
Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat Meliputi:
1. Kecamatan Medan Barat
2. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kecamatan Medan Sunggal
4. Kecamatan Medan Petisah
PENG-04/WPJ.01/2008 tanggal 26 Mei 2008 dari Kanwil DJP Sumatera
Utara I, KPP Medan Barat dipecah menjadi KPP Pratama Medan Petisah dan KPP
Pratama Medan Barat yang mulai berlaku sejak 27 Mei 2008. Masa ini lebih dikenal
dengan sebutan masa reformasi pajak. Dan wilayah kerja KPP Pratama Medan Barat
adalah Kecamatan Medan Barat.
Adapun VISI dari KPP Pratama Medan Barat adalah menjadi pelayan
masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dapat dipercaya untuk
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara.
MISI dari KPP Pratama Medan Barat adalah Meningkatkan Penerimaan
serta peningkatan kecepatan dan mutu pelayanan perpajakan serta senantiasa
memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib
administrasi.
2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat
Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis
mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing-masing dengan tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk
membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan
baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.
KPP Pratama Medan Barat menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staff.
KPP Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang kepala kantor yang secara
operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral
Pajak Sumatera Utara I.
Untuk mencapai Organisasi yang lebih baik sesuai dengan pangkat dan
jabatan, dengan mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing setiap bagian
akan berinteraksi dan beroperasi secara harmonis dengan keteraturan pasti dengan
wadah struktur organisasi.
KPP Pratama Medan Barat terdiri dari 1(satu) Sub bagian dan 9 (sembilan)
seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus untuk
Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga
Struktur Organisasi yang ada di KPP Pratama Medan Barat Dapat di
gambarkan sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
2. Sub Bagian Umum
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
5. Seksi Pegawasan dan Konsultasi (WASKON)
6. Seksi Penagihan
7. Seksi Ekstensifikasi
8. Seksi Pemeriksaan
9. Kelompok Jabatan Fungsional
3. Bidang Kerja dan Fungsi Organisasi Instansi
Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu
melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang pajak
penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung lainnya (PTLL), Pajak Bumi Bangunan
(PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam daerah
wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat
Beberapa Tugas dan Fungsi Orgasnisasi Pelaksana Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat:
1. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta
ekstensifikasi Wajib Pajak.
2. Penatausahaan dan Pengecekan data surat pemberitahuan (SPT) Tahunan
serta berkas Wajib Pajak.
3. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) masa serta
pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.
4. Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian, Keberatan dan
restitusi PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.
5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.
6. Pengurusan penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.
8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga KPP
Untuk dapat meleksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri
Keuangan No.94/KMK.01/1994 Tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan
wewenang masing-masing seksi dalam Struktur Organisasi KPP Pratama Medan
Barat adalah:
1. Kepala Kantor
KPP Pratama merupakan penggabung dari KPP, KPPBB, dan Karikpa
maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan
PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB
dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Sub. Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama
dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah
tangga serta perlengkapan.
Uraian pekerjaan yang ada dalam Subbagian Umum ini adalah sebagai
berikut:
a. Tata usaha dan kepegawaian
b. Koordinator kepuangan
c. Koordinator rumah tangga
3. Seksi Pelayanan
Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan
berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan
surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak,
4. Seksi Pengolahan Data Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi, perpajakan, perekaman dokumen,
perpajakan, urusan tata usaha, penerimaan perpajakan, pengalokasian dan
penata usahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e- SPTdane-Filling dan penyiapan laporan
kinerja.
Tugas dan Fungsinya:
a. Melakukan Urusan Pengolahan data dan penyajian informasi dan
pembuatan Monografi Pajak.
b. Melakukan Penggalian Potensi Pajak.
c. Melakukan Pemberian dukungan teknisi komputer.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan
kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB
dan Pajak Lainnya), bimbingan/ himbauan kepada Wajib Pajak dan
Konsultasi tehnis perpajakan , penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis
kinerja Wajib Pajak, rekonsilisasi data Wajib Pajak dalam rangka
melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat)
Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya
6. Seksi Penagihan
Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran
tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan
yang berlaku.
Tugas dan Fungsinya:
a. Melakukan urusan Penatausahaan Piutang Pajak, Penagihan,
Penundaan dan angsuran Piutang Pajak.
b. Melakukan Penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah
melakukan penyitaan.
c. Melakukan Penyitaan, usulan lelang dan Penagihan lainnya.
7. Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan
penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan
pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
8. Ekstensifikasi
Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala
KPP Pratama dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional
pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat
Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.
4. Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Barat
1. Kepala KPP Pratama Medan Barat : Drs Djahotman Saragih, MM
2. Kepala Sub Bagian Umum : Esteria Br Sitepu, SE
Pelaksana Sub Bagian Umum : 1. Armen
2. Alfonsus Sinaga
3. Muhammad Joni Hidayat
4. Isnul Aprianto Siregar
5. Anis Zamzami
6. Syahreni
7. Juliana
Bendaharawan Sub Bagian Umum : Dodi Irawan
3. Kepala Seksi Pelayanan : Hernawan Daru, SH
Pelaksana Seksi Pelayanan :1. Rahman Jamal
3. Rusti Meyer Violetta Siahaan
4. Suparti
5.Dewi Virgo Situmorang
6. Nurhadian Sari
7. Nurdiana Tanjung
8. Evy Ramadhani
9. Mhd Imam Sultoni Hasibuan
10. Agus Putra Manko Sinaga
11. RG Megawati Sitanggang
4. Kepala Seksi Waskon I : Beresman Hutajulu,SE, AK, MM
Account Representative Waskon I : 1. Mangatur Simanjuntak
2. Mohammad Ali Hermawan, S.ST
3. Romi Kurniawan
4. Dany Santosa
Pelaksana Waskon I : Zulkifli
5. Kepala Seksi Waskon II : Sutan Parada Hutasoit, AK
Account Representative Waskon II : 1. Marton Manahat Sinaga, S.ST
2. Togap Simamora
3. Dedi Rusli
4. Muhammad Nasution
6. Kepala Seksi Waskon III : Febner Pillimon Simatupang, SE
Account Representative Waskon III : 1. Siti Usmayati SH
2. Bona Parlindungan Manurung
3. Kelvin Sayuli Hutauruk
4. Parluhutan Rajagukguk
Pelaksana Waskon III : Gusnawati
7. Kepala Seksi Waskon IV : Hendra Ginting, SE.MM
Account Representative Waskon IV : 1. Selamet Nasrullah,SE
2. Yetna Juliana, SE
3. Ismail
4. Kukuh Hanna Prapanca, ST
Pelaksana Waskon IV : Ros Br Pandia
8. Kepala Seksi Ekstensifikasi : Mutato, SE, MT
Pelaksana Seksi Ekstensifikasi : 1. Amhar
2. Laili Wahyuni
3. Adi Syahrizal
4. Mulky Ashidiqie
5. Gugum Cahya Gumelar
9. Pelaksana Seksi Penagihan : 1. Abdul Gani, SE
2. Emenda Tinalyta Depari
Juru Sita Seksi Penagihan : 1. Hendra Surya Bakti
10. Kepala Seksi PDI : Herlita, SE, AK, MSi
Pelaksana Seksi PDI : 1. Nurlaila
2. Sherly Chairita
3. Bima Sinaga
4. Mukmin
5. Amruzal Mulia Nasution
6. Sany Simatupang
11. Pelaksana Seksi Pemeriksaan : 1. Zulnaili, SE
2. A.R. Hasfianda Siregar
12. Bagian Fungsional
Pemeriksa Pajak Madya : Hary Budi Artono, SE, S.Sos, MM
Pemeriksa Pajak Muda : 1. Untung Joko Waluyo, S.ST, Ak
2. Heriyadi, Ak
3. Hadengganan Sianturi, SE, Ak
Pemeriksa Pajak Pertama : 1. Agus Raharjo, SE
2. Sony Emanuel, SE
Pemeriksa Pajak Pelaksana : 1. Yanuar Eko Prabowo
2. Harian Jaya Habeahan
5. Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat
Struktur Organisasi yang dipakai oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat adalah struktur organisasi lini dan staff, yang dipimpin oleh seorang
Kepala Kantor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan Organisasi Kantor
GAMBAR 2.1
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PELAYANAN PRATAMA
MEDAN BARAT
KEPALA KANTOR KPP PRATAMA MEDAN
BARAT KEPALA SUBBAG UMUM KEPALA SEKSI PDI KEPALA SEKSI PELAYANAN KEPALA SEKSI PENAGIHAN KEPALA SEKSI PEMERIKSAAN KEPALA SEKSI EKSTENSIFIKASI KEPALA SEKSI WASKON I KEPALA SEKSI WASKON II KEPALA SEKSI WASKON III KEPALA SEKSI WASKON IV KEPALA SEKSI PDI PELAKSANA SEKSI PELAYANAN PELAKSANA SEKSI PENAGIHAN PELAKSANA SEKSI PEMERIKSAAN PELAKSANA SEKSI EKSTENSIFIKASI AR WASKON I AR WASKON II AR WASKON III AR WASKON IV PELAKSANA WASKON I PELAKSANA WASKON II PELAKSANA WASKON III PELAKSANA WASKON IV SEKSI FUNGSIONAL PENILAI PBB SEKSI FUNGSIONAL PENERIMA PAJAK
KETUA TIM I KELOMPOK I
KETUA TIM II KELOMPOK I KETUA TIM SUPERVISOR KELOMPOK II SUPERVISOR KELOMPOK I ANGGOTA TIM I KEL-I
ANGGOTA TIM II KEL-I
1. Penyitaan ( Menurut Undang-Undang No.19/2000)
Undang-Undang penagihan pajak pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2000, menyebutkan “Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh juru
sita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan
untuk melunasi utang pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Terkadang ada yang mengaitkan penyitaan dengan pemblokiran, dimana
penyitaan adalah rangkaian dari pemblokiran,padahal pemblokiran adalah
tindakan pengamanan harta kekayaan milik penanggung pajak yang tersimpan
oleh bank dengan tujuan terhadap penambahan jumlah atau nilai.
Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan
penanggung pajak. Oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua
barang penanggung pajak. Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut
setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x24 jam
sebagaimana dimaksud dalam surat paksa. Artinya apabila penanggung
pajak/wajib pajak tidak melunasi utang pajak sebagaimana tercantum dalam surat
paksa, barulah penyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal penyitaan wajib
pajk/penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajibannya
Penyitaan adalah salah satu sengketa yang diperbuat oleh wajib pajak atau
penanggung pajak yang tidak melaksanakan kepatuhannya sebagai warga negara
Indonesia, dimana menganut perpajakan sebagai penerimaanpendapatan kas
negara, oleh karena itu negara mempunyai hak, mempunyai kewajiban kepada
warga untuk menjamin keselamatan jiwa dan harta warganya.
Walaupun wajib pajak/penanggung pajak dikenakan penyitaan terhadap
barang-barang sitaan, wajib pajak dapat melakukan pembayaran yang masih ada
pajak terutangnya atau upaya hokum. Karena dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan, wajib pajak sering kali merasa tidak puas atas pelaksanaan
undang-undang yang dilaksanakan oleh fiskus baik karena dikeluarkannya ketetapan
pajak maupun karena pelaksanaan penagihan pajak berdasarkan ketentuan
Undang-undang yang berlaku. Terhadap hal demikian, Undang-Undang
perpajakan itu sendiri menegaskan upaya hokum yang dapat dilakukan oleh wajib
pajak untuk menyelesaikan sengketa pajak yang timbul. Dalam hal ini dapat
diajukan penyelesaiannya.
Melalui Direktorat Jenderal Pajak atau BPSP ( Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak). Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubah
status kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita atau
dititipkan pada penangung pajak atau dapat disimpan ditempat lain. Pemilik
barang, pada dasarnya masih tetap dapat mempergunakan barang yang telah disita
lain yang merusak barang, atau menghilangkan barang adalah merupakan tindak
pidana sesuai pasal 231 KUHP pidana.
Pelaksanaan penyitaan atau penyanderaan barang penanggung pajak
dapat dilakukan, apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan, maka pejabat dapat menerbitkan surat
perintah melaksanakan penyitaan. Penyitaan dilakukan berdasarkan surat perintah
melaksanakan penyitaan, jika penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya
lewat dari 2x24 jam setelah surat pajak diberitahukan. Adapun tahapan
pelaksanaan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak sebagai berikut(PP
No. 135/2000)
Pasal 4 :
a. Penyitaan dilaksanakan oleh jurusita pajak dengan disaksikan oleh
sekurang-kurang nya 2 (dua) orang yang relah dewasa. Penduduk Indonesia, dikenal
oleh jurusita pajak dan dapat dipercaya.
b. Setiap melaksanakan penyitaan, jurusita pajak membuat berita acara
pelaksanaan sita, ditandatangani oleh jurusita pajak, penanggung pajak dan
saksi-saksi.
c. Dalam hal ini penanggung pajak adalah badan, maka berita acara pelaksanaan
sita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang,
penanggung jawab, pemilik modal, atau pegawai tetap perusahaan.
d. Walaupun penanggung pajak tidak hadir, pelaksanaan penyiitaan tetap dapat
daerah setempat. Berita acara pelaksanaan sitanya dapat ditandatangani oleh
jurusita pajak dan saksi-saksi.
e. Berita acara pelaksanaan sita tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat,
meskipun penanggung pajak menolak untuk menandatangani berita acara
pelaksanaan sita tersebut.
f. Salinan berita acara sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau barang
yang tidak bergerak yang disita berada dan atau berada ditempat-tempat
umum.
g. Atas barang yang disita dapat ditempelkan atau diberi segel sita. Pengajuan
keberatan tidak menunda pelaksanaan sita.
h. Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi
penagihan pajak dan hutang pajak berdasarkan putusan pengadilan atau
putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri
atau Keputusan kepala daerah.
Sedangkan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan
penyitaan/penyanderaan terhadap barang-barang wajib pajak sebagai berikut :
Undang-Undang No.16 Tahun 2000 tentang Perubahan ke 3 atas Undang
Undang No. 6 Tahun 1983. Tentang Ketentuan Umum dan T ata Cara Perpajakan.
Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang
No.19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat Dan Tata
Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak Dan Pemberian
Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.04/2000 tentang
Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan
Pada bank dalam rangka penagihan pajak dengan surat paksa.
4. Keputusan Menteri Keuangan Republi Indonesia Nomor
562/KMK.04/2000 Tentang Syarat-Syarat, Tata Cara Pengangkatan Dan
Pemberhentian Juru Sita Pajak
5. Keputusan Menteri Keuangan Republi Indonesia Nomor
561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika
Sekaligus Dan Pelaksanaan Surat Paksa.
2. Barang-barang Yang Termasuk Penyitaan dan Pengecualiannya
- Barang-barang penanggung pajak yang dapat disita
Penyitaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor.19 Tahun 1997 pasal 14
ayat 1,2 dan 3, sebagai berikut: Penyitaan dapat dilakukan terhadap milik penanggung
pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau ditempat
lain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebani
dengan hak penanggung pajak jaminan pelunasan utang tertentu berupa :
1.Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito
yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga
lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.
2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal, penyitaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai
barang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biaya
penagihan.
- Barang bergerak yang dapat disita
Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut :
1.Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti:
a.Perkakas rumah tangga (lemari,meja,kursi dan sebagainya)
b.Barang-barang mewah(tv,lemari es,tape recorder,kompor gas dan
sebagainya)
c.Barang-barang perhiasan(kalung,cincin,gelang dari emas,berlian dan batu
permata lainnya)
d.Uang tunai(surat-surat berharga)
e.Kendaraan(mobil,sepeda motor,sepeda dan sebagainya)
f. Lain-lainnya(jam dinding,lukisan,radio dan sebagainya)
3.Barang-barang yang dikecualikan dari penyitaan:
- Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1)
a.Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan oleh
penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.
b.Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta
peralatan memasak yang berada dirumah.
c.Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas.
d.Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung
pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan,kebudayaan dan
keilmuan.
e.Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk
melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah
seluruhnya tidak melebihi Rp 20.000.000(Sepuluh juta rupiah)
f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan
keluarga.
3. Tugas dan Fungsi Jurusita Pajak
Pelaksanaan penyitaan dan penyanderaa terhadap baran-barang wajib
pajak/penanggung pajak untuk melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan oleh
jurusita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak Republik
Indonesia Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, menyebutkan bahwa
Jurusita Pajak adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan
pajak seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dab
Adapun tugas Jurusita Pajak sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000, adalah :
“Pasal 5, Jurusita bertugas :
1. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus
2. Memberitahukan surat paksa
3. Melaksanakan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak berdasarkan
surat perintah melaksanakan penyitaan, dan
4. Melaksanakan penyanderaa berdasarkan surat perintah penyanderaan”.
Petugas pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu
tanda pengnal JurusitaPajak dan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan harus
diperlihatkan kepada Penanggung Pajak, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan
kepada kepolisian unuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar. Badan
Pertahanan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar. Pemerintah
Daerah dan Pengadilan setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum tardaftar,
DIrektorat Jenderal Pajak Perhubungan Laut ntuk Kapal, Bank atau pihak lain.
Dalam melaksanakan penyitaan, jurusita pajak berwenang memasuki dan
memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk
menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tinggal
penanggung pajak, atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek
siat, Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang
4. Prosedur Penyitaan Oleh Jurusita Pajak
Sebelum melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak diharuskan telah memenuhi
kriteri atau sarat-sarat yang dipenuhi untuk menjadi Jurusita (sebagaimana tertuang
dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor.562/KMK.04/2000.
1. Berijazah serendah-rendanya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat
dengan itu ;
2. Berpangkat serendah-rendahnya pengatur muda/Golongan II/a ;
3. Berbadan sehat ;
4. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak ;
5. Jujur, bertanggung jawab dab penuh pengabdian.
Sebelum mendapatkan jabatannya, Jurusita Pajak diambil sumpah atau janji
menurut agama dan kepercayaannya oleh pejabat yang berbunyi sebagai berikut ;
“Saya bersumpah/berjanji dengan sunggug-sungguh bahwa saya, untuk memangku
jabatan saya ini,langsung atau tidak langsung,dengan menggunakan nama atau cara
apapun juga,tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun
juga”
“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatan saya ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak
langsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian”
“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia dan akan mempertahankan serta
1945, dan segala Undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi negara
Republik Indonesia”
“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya
ini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dalam
melaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan seadil-adilnya
seperti layaknya bagi seorang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan jujur,
menegakkan hukum dan keadilan.”
Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu
tanda pengenal jurusita pajak dan memperlihatkan kepada penanggung pajak. Jurusita
Pajak dapat meminta bantuan kepada polisi, kejaksaan, departemen yang membidangi
hukum dan perundang-undangan, pemerintah daerah setempat, badan pertahanan
nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak
lain.
Dalam melakukan penyitaan jurusita Pajak berwenang memasuki dan
memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,laci dan tempat lain untuk
menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal
penanggung pajak atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek
sita pajak. Jurusita pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang
mengangkatnya kecuali ditetapkan lain dengan keputusan Menteri atau keputusa
Kepala Daerah.
a.Meninggal dunia
b.Pensiun
c. Karena alih tugas atau keperluan dinas lainnya
d.Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya
e.Melakukan perbuatan tercela
f. Melanggar sumpah atau janji jurusita pajak atau
g.Sakit jasmani atau rohani terus menerus
Dalam pelaksanaan penyitan terhadap barang-barang yang akan disita, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh jurusita pajak seperti halnya penyitaan
terhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai berikut:
membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam surat
dan daftar yang merupakan acara pelaksanaan sita yang sebelumnya telah membuat
berita acara pelaksanaan sita.
5. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap Barang-barang Sitaan
Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat dilaksanakan
dengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya
dalam suatu daftar yang merupakan laporan berita acara pelaksanaan sita dan
menyimpan uang tunai yang disita dalam tempat penyimpan yang selanjutnya
ditempati dengan segel sita dan kemudian kepada penanggung pajak atau
Lain halnya penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpan
di bank berupa deposito jangka panjang, tabungan saldo rekening koran, giro, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan, dengan cara pejabat
menunjukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyimpanan
salinan surat paksa dan surat penyitaan.
Perintah melaksanakan penyitaan, bank wajib memblokir seketika, setelah
menerima pemblokiran dari pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta
menyampaikan salinan kepada pejabat dan menanggung pajak juru sita pajak setelah
menerima berita acara pemblokiran dari bank, memerintah penanggung pajak untuk
memerintahkan bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank
tersebut kepada juru sita pajak. Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasa
kepada ban. Pejabat meminta kepada gubernur bank Indonesia melalui menteri
keuangan untuk memerintahkan bank, memberitahukan saldo kekayaan penanggung
pajak yang tersimpan pada bank dimaksud kepada pejabat. Setelah saldo kekayaan
yang tersimpan pada bank diketahui, juru sita pajak melaksanakan penyitaan dan
membuat berita acara pelaksanaan sita kepada penanggung pajak dari bank yang
bersangkutan.
Pejabat dapat mengajukan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah
penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak terhadap
kekayaan penanggung pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila
dari jumlah yang disita maka atas sisa lebih besar tersebut diajukan permintaan
pencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada bank.
Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak penyitaan
penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan, pejabat segera
meminta kepada pemimpin bank untuk memindahkan bukuan harta kekayaan
penanggung pajak yang tersimpan pada bank ke kas Negara atas kas daerah sejumlah
yang tercantum dalam berita acara pelaksanaan sita. Sebelum jangka waktu 14 hari
sebagaimana dimaksud dalam uraian diatas, penanggung pajak dapat mengajukan
permohonan kepada pejabat untuk menggunakan barang sitaan yang dimaksud untuk
melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. Pencabutan sita dilaksanakan oleh
juru sita pajak berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat dan
tembusannya disampaikan kepada pimpinan bank yang bersangkutan.
Sedangkan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi saham, dan
sejenisnya yang diperdagangkan dibursa efek dapat dilaksanakan dalam memblokir
rekening efek dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari Direktorat Jendral Pajak
atas pejabat yang ditunjukan oleh ketua badan pengawas pasar modal (BAPEDAM)
dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang rekening
sebagai penaggung pajak, sebab dan alas an perlunya pemblokiran tersebut dilakukan.
Berdasarkan permintaan Direktorat Jendral Pajak atau pejabat yang
ditunjuknya sebagaimana dimaksud, ketua badan pengawas pasar modal (ka.
BAPEDAM) dapat menyampaikan perintah tertulis kepada custodian untuk
permintaan pemblokiran rekening tersebut disertai dengan permintaan keterangan
tentang rekening efek pada custodian, maka permintaan tertulis dari direktorat jendral
pajak dan salinannya disampaikan kepada ketua badan pengawas pasar modal dan
pemegang rekening sebagai penanggung pajak, selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja
setelah pemblokiran dan keterangan tersebut dilakukan. Juru sita pajak dapat
melaksanakan penyitaan atas efek dan atau dana dalam rekening efek pada custodian
segera setelah menerima berita acara pemblokiran dan berita acara pemberian
keterangan. Juru sita pajak dalam melakukan penyitaan harus membuat berita acara
pelaksanaan sita yang ditanda tangani oleh juru sita penanggung pajak dan
saksi-saksi.
Apabila penanggung pajak tidak hadir, berita acara pelaksanaan sita bisa
ditanda tangani oleh saksi-saksi kemudian berita acara pelaksanaan sita disampaikan
kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan ketua badan pengawasa pasar
modal dan custodian. Pejabat dapat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran
terhadap rekening efek penanggung pajak kepada custodian, setelah penanggung
pajak melunasi utang pajak, dan biaya penagihan pajak setelah dikurangi dengan
jumlah yang disita, apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh
penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran efek dapat yang
diperdagangkan dibursa yang telah disita, dijual di bursa melalui perantara pedangang
efek anggota bursa atas permintaan pejabat.
dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai minimal atau perkiraan nilai
lainya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran
pelakasanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita yang
kemudia membuat berita acara pengalihan hak surat berharga atas nama penanggung
pajak pada pejabat.
Dalam hal penyitaan terhadap piutang, lebih dahulu melakukan infentarisasi
dan membuat perinciaan tentang jenis dan jumlah piutang yang disita dalam suatu
daftar yang merupakan pelampiran berita acara pelaksanaan sita. Kemudian membuat
berita acara persetujuan pengalihan hak menagih piutang berita dari penanggung
pajak kepada pejabat, dan salinannya disampaikan kepada penanggung pajak dan
pihak yang berkewajiban membayar hutang.
Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada
surat sahamnya dilaksanakan sebagai berikut : melakukan infentarisasi dan membuat
rincian tentang jumlah penyertaan modal pada perusahaan lain dalam suatu daftar
yang merupakan lampiran berita acara pelaksanaan sita, kemudian membaut akte
persetujuan pengalihan hak penyertaan modal pada perusahaan lain dari penanggung
pajak kepada pejabat, dan salinannya disampaikan kepada perusahaan tempat
penyertaan modal.
Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh kejaksaan atau kepolisian
sebagai barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat dilaksanakan setelah barang
bukti tersebut dikembalikan penanggung pajak. Penyitaan terhadap barang milik
untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penyitaan tambahan dapat
dilakukan apabila nilai barang yang dimaksud nilainya tidak cukup untuk melunasi
biaya penagihan pajak dan utang pajak, hasil lelang barang telah disita tidak cukup
untuk melunasi biaya utang penagihan dan utang pajak sebagai mana yang telah
diuraikan sebelumnya.
5.1.Pelaksanaan Penyegelan
Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita. Penempelan
segel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan.
Segel sita sekurang-kurangnya memuat “disita”. NOMOR dan TANGGAL BERITA
ACARA PELAKSANAAN SITA. Larangan untuk memindah tangankan,
memindahkan hak, meminjamkan, merusak barang yang disita.
Penanggung pajak dapat melunasi utang pajak biaya yang timbul dalam
rangka penagihan pajak selama barang yang telah disita belum dijual, digunakan, atau
dipindah bukukan.
Apabila utang pajak dan atau biaya penanggung pajak tidak dilunasi setelah
penyitaan pajak. Pejabat berwenang melakukan penjualan secara lelang maupun
menggunakan atau memindah bukukan barang yang telah disita untuk pelunasan
utang pajak dan atau biaya penagihan pajak dimaksud. Penjualan secara lelang
melalui kantor lelang dan dilaksanakan paling cepat sesudah jangka waktu 14 hari
terhitung sejak penyitaan. Apabila hasil lelang telah mencapai jumlah yang cukup
dihentikan dan sisa barang dan kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh pejabat
kepada penanggung pajak paling lambat 3 (tiga) hari setelah dilaksanakannya lelang.
Besarnya biaya penagihan pajak adalah Rp.50.000,00 untuk setiap pelaksanaan
perintah melaksanakan penyitaan.
5.2.Pencabutan Sita
Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi
pajak penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau
bersadasarkan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh menteri keuangan atau
kepala daerah tingkat I dan kepala daerah tingkat II.
Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan berita acara
pelaksanaan sita disampaikan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak dan
instansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disita
kepada penanggung pajak.
Pencabutan sita dapat dilakukan terhadap :
a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau yang
disamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan
sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada bank
yang bersangkutan.
b. Surat berharga berupa, obligasi, saham atau sejenisnya baik yang
diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan dibursa efek
penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak terkait yang
sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara pengalihan hak atas surat
berharga tersebut.
c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada
penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang berutang
sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara persetujuan pengalihan
hak atas menagih piutang.
d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikan
surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tenbusannya disampaikan
kepada pihak terkait serta membuat akte pembatalan penagihan hak.
5.3.Pelaksanaan Penyanderaan
Dalam hal penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak
selain dari pada barang-barang milik penanggun pajak yang tidak melunasi utang
pajak setelah lewat jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal surat paksa
diberitahukan kepada penanggung pajak. Penyandraan hanya dapat dilakukan
terhadap penangung pajak yang :
a. Mempunyai hutang pajak sekurang-kurangnya Rp.100.000.000,00 yang
meliputi seluruh jenis pajak dan tahun pajak. Jumlah tersebut merupakan
syarat kuantitatif dan sekaligus menunjukan bahwa penyandraan tidak
b. Diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Selain syarat
kuantitatif seperti yang diatur, juga ditentukan syarat kualitatif yaitu
penanggung pajak diragukan itikad baiknya untuk melunasi utang pajaknya,
misalnya penanggung pajak diduga menyembunyikan harta kekayaannya
sehingga tidak ada atau tidak cukup barang yang disita untuk jaminan
pelunasan utang pajak, atau terdapat dugaan yang kuat bahwa penanggung
pajak akan melarikan diri.
Penyanderaan terhadapat penanggung pajak sebagimana dimaksud dalam
uraian diatas dilaksanakan berdasarkan surat perintah yang diterbitkan oleh pejabat
setelah memperoleh izin tertulis dari menteri keuangan untuk penagihan pajak pusat
atau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah. Permohonan izin penyanderaan
diajukan oleh pejabat atau atasan pejabat kepada menteri keuangan untuk penagihan
pajak pusat atau kepada gubernur untuk penagihan pajak daerah. Namun dalam hal
pejabat berhalangan dan penggantian pejabat tersebut belum ditunjukan maka atasan
pejabat dapat mengajukan permohonan izin penyanderaan. Permohonan izin
penyanderaan memuat sekurang-kurangnya identitas penanggung pajak yang akan
disandera, jumlah utang pajak yang belum dilunasi, tindakan penagihan pajak yang
telah dilaksanakan dan uraian tentang adanya petunjuk bahwa penanggung pajak
diragukan itikad baik dalam pelunasan utang pajak.
Surat perintah penyanderaan diterbitkan oleh pejabat seketika setelah
diterimanya izin tertulis dari meteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau dari
sekurang-kurangnya identitas penanggung pajak, alasan penyaderaan, izin
penyanderaan, lama penyanderaan, dan tempat penyanderaan.
Penanggung pajak yang disandera ditempatkan ditempat tertentu sebagai
tempat penyanderaan, jika melakukan penyaderaan terhadap penanggung pajak
dengan syarat-syarat sebagai berikut : tertutup dan terasing dari masyarakat,
mempunyai fasilitas terbatas dan mempunyai sistem pengamatan dan pengawasan
yang memadai. Sebelum tempat penyanderaan sebagaimana dimaksud dibentuk,
penanggung pajak yang disandera dititipkan dirumah tahanan Negara dan terpisah
dari tahanan lain kemudian lebih lanjut penyanderaan penanggung pajak sebagaimana
yang dimaksud ditetapkan oleh menteri keuangan dan menteri kehakiman dan hak
azasi manusia. Ketentuan yang akan ditetapkan dalam keputusan bersama menteri
keuangan dan menteri kehakiman dan hak azasi manusia, antara lain mengenai :
a. Prosedur penitipan penanggung pajak yang disandera dirumah tahanan
Negara.
b. Tanggung jawab atas penanggung pajak yang disandera selama dalam
penyanderaan.
c. Izin kunjungan dari keluarga, pengacara dan sahabat.
d. Kriteria pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.
e. Tata tertib yang dilakukan terhadapa penanggung pajak yang disandera.
Jangka waktu penyaderaan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitung
penyanderaan dapat sekaligus diberikan oleh yang berwenang pada waktu
memberikan izin penyaderaan. Dalam izin perpanjangan penyanderaan sekaligus
diberikan maka tidak diperlukan suatu izin baru. Ketentuan jangka waktu maksimum
penyanderaan tidak berlaku dalam hal penyanderaan melarikan diri penentuan
lamanya penyaderaan didasarkan pada perhitungan besarnya utang pajak, besarnya
jumlah harta yang disembunyikan dan dihubungkandengan itikad tidak baik dengan
penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya.
Juru sita pajak harus menyampaikan surat sita penyaderaan langsung kepada
penanggung pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala setempat
penyanderaan. Dalam hal penanggung pajak yang akan disandera tidak dapat
ditemukan juru sita pejabat atasan dapat meminta bantuan kepada kepolisian atau
kejaksaan untuk menghadirkan penanggung pajak yang tidak dapat ditemui tersebut,
termasuk dalam pengertian menghadirkan penanggung pajak untuk mencari,
menangkap dan membawa penanggung pajak ketempat pejabat untuk selanjutnya
diserahkan kepada kepada tempat penyanderaan.
Penyanderaan mulai dilaksanakan pada saat surat perintah penyanderaan
diterima penanggung pajak yang bersangkutan. Penyanderaan tidak boleh
dilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang beribadah, sedang mengikuti siding
resmi, atau sedang mengikuti pemilihan umum. Penyanderaan dilaksanakan oleh juru
sita pajak yang disaksikan oleh dua orang penduduk Indonesia yang telah dewasa,
dikenal oleh juru sita pajak dapat meminta kepolisian atau kepada jaksa. Dalam hal
sita pajak dan saksi-saksi maka juru sita pajak dapat meminta kepada kepolisian
untuk melaksanakan penyanderaan. Juru sita pajak ditempat ditempat penyanderaan,
berita acara penyanderaan ditandatangani oleh juru sita pajak, kepala tempat
penyanderaan dan saksi-saksi. Berita acara penyanderaan merupakan syarat utama
sahnya penyanderaan yang berfungsi sebagai berita acara penyanderaan paling sedikit
memuat nomor dan tanggal surat perintah penyanderaan. Izin tertulis menteri
keuangan atau kepala daerah tingkat I (gubernur) identitas jurusita pajak yang
disandera, tempat penyanderaan, lamanya penyanderaan, identitas penyanderaan,
salinan berita acara penyanderaan disampaikan kepada kepala tempat penyanderaan.
Penanggung pajak dan kepada daerah tingkat II (bupati).
Biaya penyanderaan dibebankan kepada penanggung pajak yang disandera
dan diperhitungkan sebagai biaya penanggung pajak. Termasuk dalam biaya
penyanderaan antara lain, biaya hidup selama dalam penyanderaan dalam rumah
tahanan Negara. Biaya penyanderaan merupalan salah satu biaya penagihan yang
harus ditanggung oleh penanggung pajak yang disandera. Selama dalam
penyanderaan penanggung pajak berhak untuk melakukan ibadah ditempat
penyanderaan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
mendapat makanan yang layak, termasuk kiriman dari keluarga. Menyampaikan
keluhan tentang perlakuan petugas, memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya
5.4.Pencabutan Penyanderaan
Penanggung pajak yang disandera dilepas jika telah memenuhi persyaratan,
apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak talah dibayar lunas, jangka waktu
yang ditetapkan dalam surat perintah penyanderaan telah dipenuhi, berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau berdasarkan
pertimbangan tertentu dan menteri keuangan atau gubernur pertimbangan menteri
keuangan atau gubernur dimaksud adalah antara lain penanggung pajak mengatakan
akan melunasi utang pajaknya, tetapi berdasarkan buku yang disampaikan, tidak
melaksanakan pelunasan utang pajak tersebut tanpa meninggalkan tempat
penyanderaan, atau dalam hal penanggung pajak menderita sakit berat sehingga
memerlukan perawatan dalam jangka waktu yang lama diluar tempat penyanderaan.
Serta memberitahukan secara tertulis kepada kepala daerah ditempat wilayah
penyanderaan dilakukan dan sebaliknya kepala daerah wilayah dilaksanakannya
penyanderaan segera memberitahukan secara tertulis kepada pejabat apabila
penanggung pajak telah dilepas dari penyanderaan.
Penanggung pajak yang melarikan diri dari tempat penyanderaan dalam
masa penyanderaan, disandera kembali berdasarkan surat perintah penyanderaan
dahulu diterbitkan terhadapnya masa penyanderaan kembali adalah sama dengan
masa penyanderaan menurut surat perintah penyanderaan dahulu diterbitkan
terhadapnya dengan memperhitungkan masa penyanderaan yang telah dijalani
sebelumnya penanggung pajak melarikan diri. Penyanderaan tetap dapat dilaksanakan
Penanggung pajak yang telah disandera dapat melakukan gugatan terhadap
pelaksanaan penyanderaan hanya kepada pengadilan negeri. Gugatan penanggung
pajak tidak dapat diajukan setelah masa penyanderaan berakhir.
Dalam pelaksanaan rehabilitasi nama baik penanggung pajak pemberian
ganti rugi atas pelaksanaan penyanderaan atas penanggung pajak, hanya dapat
dilakukan dalam hal gugatan penangung pajak dikabulkan oleh pengadilan dan
putusan pengadilan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Permohonan
rehabilitasi, nama baik dan ganti rugi terhadap penanggung pajak, dapat diajukan
kepada pejabat yang menerbitkan surat perintah penyanderaan. Rehabilitasi nama
baik dilaksanakan oleh pejabat dalam bentuk satu kali pengumuman pada media cetak
harian yang berskala nasional dengan ukuran yang memadai, yang dilaksanakan
paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonan penanggung pajak. Besarnya
ganti rugi yang diberikan kepada pejabat kepada penanggung pajak adalah
Rp.100.000,00 setiap hari selama masa penyanderaan yang telah dijalaninya. Ganti
rugi diberikan paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonanan penanggung
pajak.
5.5.Ketentuan Pidana Lainnya
Penanggung pajak dilarang :
a. Memindahkan, meminjamkan, menyembunyikan, menghilangkan, atau
b. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan
untuk pelunasan utang tertentu.
c. Membebani barang bergerak yang telah disita atau digunakan untuk pelunasan
utang tertentu.
d. Merusak, mencabut atau menghilangkan segel sita atau salinan berita acara
pelaksanaan sita dan ditempel pada barang sitaan.
Ketentuan pidana yang dapat diberikan sanksi, apabila penanggung pajak
yang memindahkan hak, menyembunyikan, menghilangkan atau merusak barang
yang telah disita dipidana dengan pidana penjara paling singkat enam bulan dan
paling lama empat tahun dan denda paling sedikit Rp.150.000,00 dan paling banyak
Rp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah), dan apabila pihak-pihak yang diberi tugas
untuk mengalihkan atau menjual barang sitaan (sesuai undang-undang PPSP pasal 25
ayat 3 huruf (b,c,d,e) tidak melaksanakan kewajibannya dipidana dengan pidana
penjara paling singkat satu minggu dan paling lama empat bulan dua minggu dan
denda paling sedikit Rp.500.000,00 (lima ratus ribu) dan paling banyak
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta).
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan
yang dilakukan menurut undang-undang atau dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi, atau mengagalkan tindakan dalam melaksanakan ketentuan
undang-undang yang dilakukan oleh jurusita pajak, dengan pidana penjara paling
singkat satu minggu dan paling lama empat bulan 2 minggu dan denda paling sedikit
Prosedur pelaksanaan penagihan tunggakan pajak terhadap wajib pajak orang
pribadi dikantor pelayanan pajak pratama medan barat.
Adapun kegiatan tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikantor pelayanan
pajak pratama medan barat, yaitu :
1. Pengeluaran Surat Teguran
Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan surat
teguran oleh pejabat yang berwenang atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut.
Formulir terguran dibuat dan dikirimkan kepada wajib pajak yang melunasi hutang
pajaknya sesudah tanggal hari pelunasan terakhir/tanggal jatuh tempo pembayaran
yang telah ditentukan dalam tindakan STP/SKPKB/SKPKBT/SK Pembetulan/SK
Keberatan/Putusan Banding setelah tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
Tanggal dan nomor surat teguran serta pelaksanaan pengirimannya harus dicatat pada
buku registrasi surat teguran, buku registrasi tindakan penagihan dan pada tindakan
STP/SKPKB/SK Pembetulan/SK Keberatan/Putusan Banding. Surat teguran dibuat
rangkap dua, lembar ke-1 (asli) dikirimkan kepada wajib pajak dan lembar ke-2 yang
diterima dari petugas pemegang buku registrasi pengawasan penagihan disimpan
dalam berkas penagihan. Pada kantor pelayanan pajak pratama medan barat. Surat
Surat teguran diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui
untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya, Karena penanggung pajak
tersebut akan menanggung beban tambahan berupa bunga sesuai dengan ketentuan
yang berlaku terhadap keterlambatan pembayaran tersebut yang tentunya
keterlemabtan tersebut atas sepengetahuan dan persetujuan fiskus.
2. Pengeluaran surat paksa
Surat paksa kepala daerah “demi keadilan berdasarkan KeTuhanan Yang
Maha Esa”, mempunyai kekuatan dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Penerbitan surat paksa
secara sah oleh pejabat berwenang merupakan modal utama bagi pelaksanaan
penagihan pajak yang efektif, Karena dengan terbitnya surat paksa memberikan
kewenangan pada petugas penagihan pajak untuk melaksanakan eksekusi langsung
(parate executie) dalam penyitaan atas barang milik wajib pajak/penanggung pajak
dan melakukan penjualan langsung atau melalui lelang atas barang-barang tersebut
untuk pelunasan pajak terutang tanpa melalui prosedur di pengadilan terlebih dahulu.
Surat paksa diterbitkan apabila hutang pajak yang masi harus dibayar tidak
dilunasi setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran, terhadap
penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan pajak seketika dan sekaligus dan
terhadap penanggung pajak yang tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan
prestasi kantor pelayanan pratama medan barat menerbitkan surat paksa sebanyak 3
buah.
Setelah diteliti dibuku registrasi tindakan penagihan dan buku pengawasan
penagihan, jurusita pajak membuat formulir surat paksa melalui kepala seksi
penagihan (kasie) dan verifikasi meneruskannya kepada kepala KPP pratama untuk
ditanda tangangi, setelah ditanda tangani, surat paksa dicatat pada buku registrasi
pengawasan penagihan dan pada tindakan STP/SKPKB/SK Pembetulan/SK
Keberatan/Putusan Banding yang bersangkutan.
Surat paksa sekurang-kurangnya harus memuat nomor dan tanggal surat
paksa, nama dan alamat wajib pajak/penanggung pajak, NPWP, NPPKP (nomor
pengukuhan pengusaha kena pajak), dasar penagihan besarnya utang pajak dan
perintah untuk membayar. Surat diberitahukan oleh jurusita pajak dengan pernyataan
dan penyerahan salinan surat paksa kepada wajib pajak secara langsung. Surat paksa
dibebani biaya penagihan sebesar Rp.50.000,00 sesusai dengan peraturan pemerintah
nomor 135 tentang tata cara penyitaan dalam rangka penagihan pajak dengan surat
paksa.
Surat paksa yang telah d