LAPORAN TUGAS AKHIR
PROSES PELAKSANAAN PENYITAAN YANG DILAKUKAN OLEH JURU SITA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA
MEDAN KOTA
O L E H
NAMA : DONNA SARI SAGALA NIM : 112600046
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
▸ Baca selengkapnya: apakah bentuk pelayanan yang dilakukan oleh abraham pada lot keponakannya
(2)KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan
sekaligus menyelesaikan laporan Tugas Akhir. Adapun tulisan yang berjudul “Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota” merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengalami berbagai kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan laporan ini sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini secara khusus penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang paling tulus kepada ayah tercinta Alm. Zulfin Sagala, Ibunda tercinta Salma Wati Harahap, kakak-kakak Ros Damuli Sagala dan Eva Yanti Sagala, abang Raja Oloan Sagala serta orang yang selalu ada Bagus Akbar Pramana yang telah memberikan doa, dorongan dan bantuan baik secara moril maupun materil.
Dengan segala ketulusan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Badaruddin, M.Si , selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis.
3. Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku sekretaris jurusan Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.SP selaku pembimbing penulis yang dengan sabar
membimbing penulis hingga tugas akhir ini selesai.
5..Bapak/Ibu Dosen staff pengajar dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Irwan Harefa SE.M,AKselaku selaku Kasub Umum Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota.
7. IbuLuseria Maryani Tampubolonselaku kepala seksi Penagihan yang telah
memberikan izin riset kepada penulis serta memberikan data-data yang dibutuhkan.
8. Pegawai Kantor Pelayanan Pajak PratamaMedan Kota yang selama ini menyambut
hangat penulis dalam memperoleh bantuan data atau moril lainnya, (Bang Mada,
Bang rudi). Serta seluruh pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
10. Teman-teman kuliah penulis khususnya Clarissa, ita, mira, dan tira teman satu
tempat riset yang telah membantu penulis di berbagai kesempatan. Sertarekan-rekan
seperjuangan Program D-III Administrasi Perpajakan, khususnya anak-anak pajak
stambuk 2011 kelas A terima kasih untuk doa dan kebersamaannya.
“Tiada gading yang tak retak”. Penulis menyadari masih banyak kekurangan di
dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
pembaca yang sifatnya membangun kesempurnaan laporan ini.Penulis mohon maaf
jika terdapat kesalahan & kekurangan dalam laporan ini.Akhir kata penulis berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya penulis.
Wassalam.
Medan, Juli 2014
Penulis
DONNA SARI SAGALA
KATA PENGANTAR………. ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 3
C. Uraian Teoritis... ... 4
D. Ruang Lingkup PKLM……… ... 5
E. Metode PKLM……….. ... 6
F. Metode Pengumpulan Data………. ... 8
G. Sistematika Penulisan……… ... 8
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Umum KPP Medan Kota………... 11
B.Visi Dan Misi KPP Medan Kota……… ... 16
C.Struktur Organisasi KPP Medan Kota………. ... 17
D.Tugas dan Fungsi KPP Medan Kota ……… ... 18
BAB III RUANG LINGKUP GAMBARAN DATA PRAKTIK A. Pengertian Penyitaan………. ... 22
B. Jenis Barang Yang Dapat Disita Atau Tidak Dapat Disita… ... 26
C. Tugas dan Fungsi Juru Sita Pajak……….. ... 28
D. Prosedur Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak……… ... 30
E. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap Barang-Barang Sitaan………… ... 32
A. Kendala-Kendala Yang Terjadi Dalam Proses Penyitaan……… 47
B. Penyitaan Atas Barang-Barang Sitaan………... 50
C. Prosedur Pelaksanaan Penyitaan ……… 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……… ... 62 B. Saran……….. ... 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Mendapatkanpenerimaan Negara merupakanhal yang paling
utamawalaupunbelumsatu-satunya.Dari berbagai alasan pengenaanpajak, kebijakan
pajak di Indonesia akhir - akhirinisebelumreformasi perpajakan 1999 -2009
telahbanyakterpengaruholehsuatukeinginanuntukmencapaitujuanekonomidan social
sambilmeningkatkan pemerataan hokum pajakkeseluruhanlapisanmasyarakat.
Demikianjugauntuktujuanpemulihankehidupanekonomiuntukbangkit dan
mengentaskan diri
dkrisismonetertentumemerlukansuatupengorbananpenerimaanpajak yang
bertolakbelakangdengankeinginanmanambahpenerimaanpajak.Sebagaimanadiketahui
bahwadalam APBN yang dibuatolehpemerintahterdapattigasumberpenerimaan yang
menjadi pokokan dalam yaitu:
a. Penerimaandari sector Pajak b. Penerimaandari sector Migas c. Penerimaandari sector bukanPajak
Dari ketigasumberpenerimaandiataspenerimaandari sector
pajakternyatamerupakansalahsatusumberpenerimaan yang paling besar.Dari
pajakiniterusmeningkatdanmemberiandil yang besarbagipenerimaan
Negara.Penerimaandari sector pajakseringdikatakanprimadonadalam membiayai
pembangunan nasional.Sedangkandari sector Migas, yang
dahulumenjadiandalanpenerimaan Negara, sekaranginisudahtidakbiasa
diandalkanlagisebagaisumberkeuangan Negara yang terusmenerus, karenasifatnya
yang tidakdapat di perbaharui.Penerimaanpadasewaktuwaktudapathabis,
sedangkandaripajakselaludapatdiperbaharui,
yaitusesuaidenganperkembanganekonomidanmasyarakatitusendiri.Di KPP Medan
Kota sajamasihterdapatwajibpajak yang
belummelaksanakanpelunasanpajakterutangnya.Dari catatan yang disajikan KPP
Medan Kota sajamasihterdapat beberapa wajib pajak yang masi
dalamsengketaperpajakan,
salahsatunyaadalahpenyitaanbarang-barangwajibpajak.Dalammelakukanpenyitaanterkadangpetugas mengalami kesulitan
dengan wajibpajak yang tidakmenerimaatasbarang-barangnya yang
akandisitaolehjurusitapajak, sehinggaterjadiupayahukum yang
tidaksesuaidenganpenyelesaiansengketapajak.
Makaitudiperlukanpeningkatankewaspadaanterhadappelanggaran-pelanggaran yang
dilakukanolehwajibpajak, sepertimenghilangkan,
mengalihkandanataumenyembunyikanbarang-barang yang akandisita.
Makadariitutugasakhiriniakanmenganalisapelaksanaanpenyitaanterhadapbarangsitaan
sesuaidenganprosedurketentuan perUndang-undangan.
“Proses PelaksanaanPenyitaan Yang DilakukanOlehJuruSitaPajakPada Kantor
PelayananPajak(KPP) Medan Kota.”
B. Tujuan Dan Manfaat PKLM
1. Tujuan PKLM
Adapuntujuan PKLM untuk:
1.1. Untukmengetahuikendala-kendala yang terjadidalam proses penyitaan.
1.2. Agar mahasiswa Program Studi Diploma III
AdministrasiPerpajakandanmasyarakatumumdapatmengertidanmemahamidari system
penyitaanatasbarang-barangsitaanmilikwajibpajakataupenaggungpajak.
1.3. Agar dapatmengetahuiprosedurpelaksanaanpenyitaan,
sehinggawajibpajakterhindardarikekecewaan. Untukmengetahuitentang
kendala-kendala yang terja didalam proses penagihanpajak.
2. Manfaat PKLM
2.1. BagiMahasiswa:
a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai
proses pelaksanaan penyitaan.
2.2. BagiUniversitas:
a. Untuk meningkatkan hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya
Program Diploma III dengan instansi pemerintahan dalam hal ini KPP.
b. Agar universitas dapat lebih berperan dalam menyelesaikan kegiatan
pendidikan sesuai dengan peraturan-peraturan yang sekarang diterapkan.
2.3. BagiInstansi/KPP:
a. Sebagai sarana untuk menarik tenaga kerja yaitu untuk melihat kemampuan
mahasiswa yang bersangkutan dengan tanggung jawab dan kerjasama yang
baik.
b. Instansi dapat melihat dimana perkembangan ilmu pengetahuan yang
sekarang diterapkan.
C. Uraian Teoritis PKLM
Pajakadalahiuranrakyatkepadakas Negara berdasarkanundang-undang
sehingga dapat dipaksakan dengantiadamendapatbalasjasasecaralangsung.Adapun
yang dimaksud Subjekpajakadalahpihak – pihak (orangmaupunbadan) yang
akandikenakanpajakdan yang dimaksuddenganobjekpajakyaitu sesuatu yang
dikenakanpajakataudapatdiartikansebagaisasaranpengenaanpajak. Serta
menurutUndang-UndangpenagihanpajakpadaUndang-UndangNomor 19 Tahun 2000
TentangPenagihanPajakdenganSuratPaksa,menyebutkan
dilakukanolehjurusitapajakuntukmenguasaibarangpenanggungpajakgunadijadikanjam
inanuntukmelunasiutangpajakmenurutperaturanperUndang-Undangan.”
Apabilautangpajaktidakdilunasipenanggungpajakdalamjangkawaktu 2 (dua) kali 24
(duapuluhempat) jam setelahsuratpaksadiberitahukan, pejabatmenerbitkansurat
perintah melaksakan penyitaan.
Penyitaandilakukanolehjurusitapajakdisaksikanolehsekurang-kurangnya 2 (dua)
orang telahdewasa, penduduk Indonesia, dikenalolehjurusitapajak,
dandapatdipercaya.Tujuanpenyitaan adalah memperoleh jaminan
pelunasanutangpajakdanpenanggungpajak.Olehkarenaitupenyitaandapatdilaksanakant
erhadapsemuapenanggungpajak.Penyitaanmerupakantindakanpenagihanlebihlanjutset
elahsuratpaksa yang hanyadapatdilakukansetelahbataswaktu 2x24 jam
sebagaimanadimaksuddalamsuratpaksa.Artinyaapabilapenanggungpajak /WP
tetaptidakmelunasiutangpajaksebagaitercantumdalamsuratpaksa,
barulahpenyitaandapatdilaksanakan. Dalam hal penyitaan WP /penanggung pajak
tidak mengakibatkan
penundaankewajibanmembayar/melunasipajakterutangataukurangbayar.
D. Ruang Lingkup PKLM
Penagihanpajakadalahserangkaiantindakan agar
penanggungjawabmelunasiutangpajaknyadanbiayapenagihanpajakdenganmenegurata
umeningkatkan, melaksanakanpenagihanseketikadansekaligus,
danmenjualbarang yang telahdisita. Penjualanbarang yang telahdi sita
biasanyadilakukanmelaluipelelangan, kecualiuntuk asset-asetsitaanberupa uang tunai,
deposito berjangka, tabungan, saldorekening Koran, obligasi, saham,
atausuratberhargalainnya, piutangdanpenyertaan modal padaperusahaan lain.
Dalamtugasakhiriniruanglingkup yang akandibahas penulis adalah:
1. Pengertian dari penyitaan menurut Undang-Undang No 19/2000 Tentng
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
2. Jenis barang yang dapat disita atau tidak dapat disita oleh pihak fiskus atau
aparatur pajak melalui juru sita pajak.
3. Tugas dan fungsi juru sita pajak.
4. Prosedur penyitaan sesuai undang-undang pajak yang berlaku.
5. Pelaksanaan penyitaan terhadap barang-barang sitaan.
E. Metodologi PKLM
1. TahapPersiapan
Yaitukegiatan yang dilakukanolehmahasiswa/i sebelumterjunlangsungmelakukan
PKLM, yaitu:
1.1. Pemilihanobjek PKLM. 1.2. Pemilihanlokasi PKLM.
1.3. Pengajuan proposal tentangjudul yang akandiajukankepada Program Studi
2. StudiLiteratur
Yaitukegiatanstudimencari data-data
sertainformasi-informasidenganmembacalandasanteori, menelaahbuku-buku literature,
PeraturanPerUndang-undanganPerpajakan, PeraturanPemerintah,
SuratEdaranDiretoratJendralPajak, KeputusanMenteriKeuangan,
informasidarimajalah, suratkabar, catatan-catatan, maupunbahasa yang tertulis yang
berhubungansecaralangsungdengankegiatan PKLM.
3. StudiObservasiLapangan
Yaitukegiatanstudiuntukmencari data-data sertainformasi-informasidenganmengikuti
PKLM pada KPPsertamempelajarilaporan-laporan yang berhubungandenganmasalah
yang akan di bahas.
4. Pengumpulan Data
Yaitukegiatanstudi yang dilakukanuntukmencari:
4.1. Data Primer - Wawancara - Pengamatan
4.2. Data Skunder
5. AnalisisdanEvaluasi
Yaitukegiatanstudi yang dilakukandengancaramenganalisapermasalahandankendala
yang dihadapidanmencaritahuataumenanyakansolusiataujalankeluar yang
terbaikuntukmemecahkanpermasalahan yang timbul di KPP.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Interview (wawancara)
Yaitukegiatanmengumpulkandanmencari data
denganmelakukanwawancaradanmengajukanpertanyaankepadapegawaiinstansi yang
berkompetendanmenambahobjektif yang
berkaitandengankebutuhanuntukmelengkapilaporan PKLM.
2. MetodeObservasi (pengamatan)
Yaitukegiatanmengumpulkandanmencari data
dengancaralangsungmaupuntidaklangsungterjunkelapanganuntukmelakukanpeninjaua
ndenganmengamatimendengar, danbilaperluikutsertadalammengerjakantugas yang
diberikanpihakinstansidenganmemberikanpetunjukatauarahanterlebihdahuludenganbe
rpedomanpadaketentuan yang berlakupadainstansidantidakbolehmelakukanpekerjaan
yang menjadirahasiadanmemilikiresikotinggi.
Yaitukegiatanmengumpulkandanmencari data dengan membuat daftar dokumentasi
yang telahdiperolehdariinstansi.
G. SistematikaPenulisan
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini, maka
penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab
ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian
Teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data
dan sistematika penulisan laporan PKLM.
BAB II :GambaranUmum Kantor PelayananPajakPratama Medan Kota PadababinipenulisakanmenjelaskansejarahsingkatlokasidimanaPraktikKerj
aLapanganMandiridilakukan.Dalamhalinisejarahsingkatlokasi yang
akandiuraikanpenulisadalah Kantor PelayananPajakPratama Medan Kota,
StrukturOrganisasi, tugasdanfungsipegawai di
instansitersebutsertagambaran lain jikadibutuhkan.
Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana prosedur dan tata
cara pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota.
BAB IV :Analisis DanEvaluasi
DalambabiniPenulisakanmenganalisa data yang diperoleh,
kemudianmengadakanevaluasisertamemberikaninterpretasiuntukmenjawab
perumusanmasalah yang diajukan.
BAB V : Kesimpulan Dan Saran
Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab
sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan
pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak
yang memerlukan.
BAB II
GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA
A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota
Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan
Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi
menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak
Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga
Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:
a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu
memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur
(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan
Kota). dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat dalam
pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan
Replubik Indonesia Nomor : 267/KMK.01/198,
diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang
mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor
Pelayan pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993,maka pada tanggal 1 April 1994
didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor
Pelayanan pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai.
Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
443/KMK.01/2001 tentang “ Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota madya Medan Menjadi enam
wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
1.1Kecamatan Medan timur
1.2Kecamatan Medan Area
1.3Kecamatan Medan Tembung
1.4 Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi
wilayah:
2.1Kecamatan Medan Barat
2.2Kecamatan Medan Sunggal
2.3Kecamatan Medan Petisah
2.4 Kecamatan Medan Helvetia
3.1Kecamatan Medan kota
3.2Kecamatan Medan Denai
3.3Kecamatan Medan Johor
3.4Kecamatan Medan Amplas
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia,dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
4.1Kecamatan Medan Polonia
4.2Kecamatan Medan Maimun
4.3Kecamatan Medan Baru
4.4Kecamatan Medan Tuntungan
4.5Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan,dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
5.1 Kecamatan Medan Belawan
5.2 Kecamatan Medan Marelan
5.3 Kecamatan Medan Labuhan
5.4 Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang
mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Karena Pajak
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya untuk laporan rakyat. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di
Gedung Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah SUMUT I lantai 3 di jalan
Sukamulia Nomor. 17A Medan. Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan
Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari kantor
Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :
a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
443/KMK/.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
58/kmk.01/2002 tanggal 26 Februari 2002
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
58/KMK/.01/2002 tanggal 26 Februari 2002
2. Yang mengepalai Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat ini adalah
Bapak Yan Santoso Purba,SH.MM
Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota,
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 Sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.01/2006 tentang
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 67/PMK.01/2008.
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan prilaku pegawai DJP.Tetapi lebih
jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan
praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan
visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:
VISI
“Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integritas dan profesionalisme yang tinggi”
MISI
“Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu
menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang
C. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari
hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang
dan tanggung jawab dalam system kerjasama.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa
seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1(satu)
bagian dan 10 (sepuluh) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.
Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Kota antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sub Bagian Umum
2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3) Seksi Pelayanan
5) Seksi Pemeriksaan
6) Seksi Ekstensifikasi
7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8) Seksi Pengwasan dan Konsultasi II
9) Seksi Pengwasan dan Konsultasi III
10) Seksi Pengwasan dan Konsultasi IV
11)Kelompok Jabatan Fungsional
D. Deskripsi dan Aktivitas Tugas KPP Pratama Medan Kota
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan
Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi
Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak
Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan
Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan
tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata
usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.
3. Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak,
penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakn,
urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasia dan penatausahaan bagi hasil
Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan,
pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan
penyiapan laporan kinerja.
5. Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan
sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan
Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan
kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak,
analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan
evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama
terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian
tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).
7. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan
perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan
dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan
pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen
penagihan.
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP
Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan
berkoordinasi, integrasi,sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi
Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan
secara optimal.
TABEL 2.1
DAFTAR BERDASARKAN JABATAN PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN KOTA
NO KETERANGAN JUMLAH
1 Kepala Kantor 1
2 Kasi/Kasubbag 10
3 Fungsional 12
4 Account Representative 27
5 Pelaksana 36
BAB III
RUANG LINGKUP GAMBARAN DATA PRAKTEK
A. Pengertian Penyitaan ( Menurut Undang-Undang No.19/2000)
Undang-Undang penagihan pajak pada Undang-Undang Nomor 19
Tahun2000, menyebutkan “Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan
jaminanuntuk melunasi utang pajak menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan”.Terkadang ada yang mengaitkan penyitaan dengan pemblokiran,
dimanapenyitaan adalah rangkaian dari pemblokiran,padahal pemblokiran
adalahtindakan pengamanan harta kekayaan milik penanggung pajak yang
tersimpanoleh bank dengan tujuan terhadap penambahan jumlah atau nilai.
Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak
danpenanggung pajak.Olehkarena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap
semuabarang penanggung pajak. Penyitaanmerupakan tindakan penagihan lebih
lanjutsetelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x24
jamsebagaimana dimaksud dalam surat paksa. Artinya apabila
penanggungpajak/wajib pajak tidak melunasi utang pajak sebagaimana tercantum
dalam suratpaksa, barulahpenyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal penyitaan
wajibpajak/penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan
Penyitaan adalah salah satu sengketa yang diperbuat oleh wajib pajak
ataupenanggung pajak yangtidak melaksanakan kepatuhannya sebagai warga
negaraIndonesia, dimana menganut perpajakan sebagai penerimaanpendapatan
kasnegara, oleh karena itu negara mempunyai hak, mempunyai kewajiban
kepadawarga untuk menjamin keselamatan jiwa dan harta warganya.Walaupun wajib
pajak/penanggung pajak dikenakan penyitaan terhadapbarang-barang sitaan, wajib
pajak dapat melakukan pembayaran yang masih adapajak terutangnya atau upaya
hokum.Karena dalam melaksanakan kewajibanperpajakan, wajib pajak sering kali
merasa tidak puas atas pelaksanaan undangundangyang dilaksanakan oleh fiskus baik
karena dikeluarkannya ketetapanpajak maupun karena pelaksanaan penagihan pajak
berdasarkan ketentuanundang yang berlaku.Terhadap hal demikian,
Undang-Undangperpajakan itu sendiri menegaskan upaya hokum yang dapat dilakukan oleh
wajibpajak untuk menyelesaikan sengketa pajak yang timbul.Dalam hal ini
dapatdiajukan penyelesaiannya.
Melalui Direktorat Jenderal Pajak atau BPSP ( Badan PenyelesaianSengketa
Pajak). Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubahstatus
kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita ataudititipkan pada
penangung pajak atau dapat disimpan ditempat lain. Pemilikbarang, pada dasarnya
masih tetap dapat mempergunakan barang yang telah disitaatas barang yang telah
disita tersebut, tidak dialihkan. Hukumnya kepada pihaklain yang merusak barang,
ataumenghilangkan barang adalah merupakan tindakpidana sesuai pasal 231 KUHP
Pelaksanaan penyitaan atau penyanderaan barang penanggung pajakdapat
dilakukan, apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalamjangka
waktu yang telah ditetapkan, maka pejabat dapat menerbitkan suratperintah
melaksanakan penyitaan. Penyitaan dilakukan berdasarkan surat
perintahmelaksanakan penyitaan, jika penanggung pajak tidak melunasi utang
pajaknyalewat dari 2x24 jam setelah surat pajak diberitahukan. Adapun
tahapanpelaksanaan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak sebagai berikut
(PP No. 135/2000):
Pasal 4:
a. Penyitaan dilaksanakan oleh jurusita pajak dengan disaksikan oleh
sekurangkurangnya 2 (dua) orang yang relah dewasa. Penduduk Indonesia,
dikenaloleh jurusita pajak dan dapat dipercaya.
b. Setiap melaksanakan penyitaan, jurusita pajak membuat berita
acarapelaksanaan sita,ditandatangani oleh jurusita pajak, penanggung pajak
dansaksi-saksi.
c. Dalam hal ini penanggung pajak adalah badan, maka berita acara
pelaksanaansita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala
cabang,penanggung jawab, pemilik modal, atau pegawai tetap perusahaan.
d. Walaupun penanggung pajak tidak hadir, pelaksanaan penyiitaan tetap
dapatdilakukan dengansarat salah satu seorang saksi berasal dari
pemerintahandaerah setempat. Berita acara pelaksanaan sitanya dapat
e. Berita acara pelaksanaan sita tetap mempunyai kekuatan hukum
mengikat,meskipun penanggung pajak menolak untuk menandatangani berita
acarapelaksanaan sita tersebut.
f. Salinan berita acara sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau
barangyang tidak bergerak yang disita berada dan atau berada
ditempat-tempatumum.
g. Atas barang yang disita dapat ditempelkan atau diberi segel sita.
Pengajuankeberatan tidak menunda pelaksanaan sita.
h. Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah
melunasipenagihan pajak dan hutang pajak berdasarkan putusan pengadilan
atauputusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan
Menteriatau Keputusan kepala daerah.
Sedangkan yang menjadi dasar hukum pelaksanaanpenyitaan/penyanderaan
terhadap barang-barang wajib pajak sebagai berikut :
Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan ke 3 atas UndangUndang No.
6 Tahun 1983.Tentang Ketentuan Umum dan T ata Cara Perpajakan.
Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-UndangNo.19
Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
1. Peraturan pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat Dan Tata Cara
Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak Dan Pemberian
Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562/KMK.04/2000
Tentang Syarat-Syarat, Tata Cara Pengangkatan Dan Pemberhentian Juru Sita
Pajak
4. Keputusan Menteri Keuangan Republi Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika Sekaligus Dan
Pelaksanaan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008.
B. Jenis Barang Yang Dapat Disita Atau Tidak Dapat Disita 1. Barang-barang penanggung pajak yang dapat disita
Penyitaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor.19 Tahun 1997 pasal 14ayat
1,2 dan 3, sebagai berikut: Penyitaan dapat dilakukan terhadap milik
penanggungpajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau
ditempatlain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang
dibebanidengan hak penanggung pajak jaminan pelunasan utang tertentu berupa :
1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito
berjangka, tabungan, saldo, rekening Koran, giro atau bentuk lainnyayang
dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berhargalainnya, piutang dan
2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal, penyitaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilaibarang
yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biayapenagihan.
2. Barang bergerak yang dapat disita
Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut :
1. Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti:
1.1 Perkakas rumah tangga (lemari, meja, kursi dan sebagainya)
1.2 Barang-barang mewah(televisi, lemari es,tape recorder, kompor gas dan
sebagainya)
1.3 Barang-barang perhiasan(kalung, cincin, gelang dari emas, berlian dan
batu permata lainnya)
1.4 Uang tunai(surat-surat berharga)
1.5 Kendaraan(mobil, sepeda motor, sepeda dan sebagainya)
1.6 Lain-lainnya(jam dinding, lukisan, radio dan sebagainya)
2. Barang-barang yang dikecualikan dari penyitaan:
Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1)
Undang-undang Nomor.19 tahun 2000, adalah sebagai berikut :
a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan oleh
penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.
b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta
peralatan memasak yang berada dirumah.
d. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung
pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan,kebudayaan dan
keilmuan.
e. Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk melaksanakan
pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi Rp
20.000.000(Sepuluh juta rupiah).
f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan
keluarga.
C. Tugas Dan Fungsi Juru SitaPajak
Pelaksanaan penyitaan dan penyanderaa terhadap baran-barang
wajibpajak/penanggung pajak untuk melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan
olehjurusita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak
RepublikIndonesia Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, menyebutkan
bahwaJurusita Pajak adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi
penagihanpajak seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan
penyanderaan.
Adapun tugas Jurusita Pajak sebagaimana tercantum dalam Undang-UndangNomor
19 Tahun 2000,adalah :
“Pasal 5, Jurusita bertugas :
1. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus
3. Melaksanakan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak berdasarkansurat
perintahmelaksanakan penyitaan, dan
4. Melaksanakan penyanderaa berdasarkan surat perintah penyanderaan”.
Petugas pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan
kartutanda pengenalJurusitaPajak dan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan
harusdiperlihatkan kepada Penanggung Pajak, Jurusita Pajak dapat meminta
bantuankepada kepolisian unuk barang bergerak yangkepemilikannya terdaftar.
BadanPertahanan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar.
PemerintahDaerah dan Pengadilan setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum
tardaftar,Direktorat Jenderal Pajak Perhubungan Laut ntuk Kapal, Bank atau pihak
lain.
Dalam melaksanakan penyitaan, jurusita pajak berwenang memasuki danmemeriksa
semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untukmenemukan
objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tinggalpenanggung
pajak, atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objeksita, Jurusita
Pajak dalam melaksanakan tugasnya diwilayah kerja pejabat yangmengangkatnya,
D. Prosedur Penyitaan Oleh Juru SitaPajak
Sebelum melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak diharuskan telah
memenuhikriteri atau syarat-syarat yang dipenuhi untuk menjadi Jurusita
(sebagaimana tertuangdalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor.562/KMK.04/2000.
1. Berijazah serendah-rendanya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat
dengan itu ;
2. Berpangkat serendah-rendahnya pengatur muda/Golongan II/a ;
3. Berbadan sehat ;
4. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak ;
5. Jujur, bertanggung jawab dab penuh pengabdian.
Sebelum mendapatkan jabatannya, Jurusita Pajak diambil sumpah atau
janjimenurut agama dan kepercayaannya oleh pejabat yang berbunyi sebagai berikut
;“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk
memangkujabatan saya ini,langsung atau tidaklangsung,dengan menggunakan nama
atau caraapapun juga,tidak memberikan atau menjanjikanbarang sesuatu kepada
siapapunjuga”.
“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukansesuatu
dalam jabatan saya ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidaklangsung
“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia dan akan mempertahankan
sertamengamalkan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-undang
Dasar1945, dan segala Undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi
negaraRepublik Indonesia”
“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan sayaini
dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang
dalammelaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan
seadil-adilnyaseperti layaknya bagi seorang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan
jujur,menegakkan hukum dan keadilan.”
Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan
kartutanda pengenal jurusita pajak dan memperlihatkan kepada penanggung pajak.
JurusitaPajak dapat meminta bantuan kepada polisi, kejaksaan, departemen yang
membidangihukum danperundang-undangan, pemerintah daerah setempat, badan
pertahanannasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank
atau pihaklain.
Dalam melakukan penyitaan jurusita Pajak berwenang memasuki
danmemeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,laci dan tempat lain
untukmenemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat
tinggalpenanggung pajak atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat
penyimpanan objeksita pajak. Jurusita pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah
kerja pejabat yangmengangkatnya kecuali ditetapkan lain dengan keputusan Menteri
Sewaktu-waktu jurusita pajak dapat diberhentikan sesuai dengan
kapasitasdirinya apabila:
a. Meninggal dunia
b. Pensiun
c. Karena alih tugas atau keperluan dinas lainnya
d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya
e. Melakukan perbuatan tercela
f. Melanggar sumpah atau janji jurusita pajak atau
g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus
Dalam pelaksanaan penyitan terhadap barang-barang yang akan disita,
adabeberapa hal yang harus diperhatikan oleh jurusita pajak seperti halnya
penyitaanterhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai
berikut:membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam
suratdan daftar yang merupakan acara pelaksanaan sita yang sebelumnya telah
membuatberita acara pelaksanaan sita.
E. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap Barang-Barang Sitaan
Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat
dilaksanakandengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat
rinciannyadalam suatu daftar yang merupakan laporan berita acara pelaksanaan sita
selanjutnyaditempati dengan segel sita dan kemudian kepada penanggung pajak
ataumenitipkannya kepada bank.
Lain halnya penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpandi
bank berupa deposito jangka panjang, tabungan saldo rekening koran, giro,
ataubentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan, dengan cara
pejabatmenunjukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan
penyimpanansalinan surat paksa dan surat penyitaan.
Perintah melaksanakan penyitaan, bank wajib memblokir seketika,
setelahmenerimapemblokiran dari pejabat dan membuat berita acara pemblokiran
sertamenyampaikan salinan kepada pejabat dan menanggung pajak juru sita pajak
setelahmenerima berita acara pemblokiran dari bank, memerintah penanggung pajak
untukmemerintahkan bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan
pada banktersebut kepada juru sita pajak. Dalam hal penanggung pajak tidak
memberikan kuasakepada ban. Pejabat meminta kepada gubernur bank Indonesia
melalui menterikeuangan untuk memerintahkan bank, memberitahukan saldo
kekayaan penanggungpajak yang tersimpan pada bank dimaksud kepada pejabat.
Setelah saldo kekayaanyang tersimpan pada bank diketahui, juru sita pajak
melaksanakan penyitaan danmembuat berita acara pelaksanaan sita kepada
penanggung pajak dari bank yangbersangkutan.
Pejabat dapat mengajukan pencabutan pemblokiran kepada bank
setelahpenanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
apabilautang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung
pajaksekalipun telah dilakukan pemblokiran dalam hal jumlah yang memblokir lebih
besardari jumlah yang disita maka atas sisa lebih besar tersebut diajukan
permintaanpencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada bank.
Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak
penyitaanpenanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan, pejabat
segerameminta kepada pemimpin bank untuk memindahkan bukuan harta
kekayaanpenanggung pajak yang tersimpan pada bank ke kas Negara atas kas daerah
sejumlahyang tercantum dalam berita acara pelaksanaan sita.Sebelum jangka waktu
14 harisebagaimana dimaksud dalam uraian diatas, penanggung pajak dapat
mengajukanpermohonan kepada pejabat untuk menggunakan barang sitaan yang
dimaksud untukmelunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. Pencabutan sita
dilaksanakan olehjuru sita pajak berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan
oleh pejabat dantembusannya disampaikan kepada pimpinan bank yang bersangkutan.
Sedangkan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi saham,
dansejenisnya yang diperdagangkan dibursa efek dapat dilaksanakan dalam
memblokirrekening efek dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari Direktorat
Jendral Pajakatas pejabat yang ditunjukan oleh ketua Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM)dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang
rekeningsebagai penaggung pajak, sebab dan alas an perlunya pemblokiran tersebut
Berdasarkan permintaan Direktorat Jendral Pajak atau pejabat yangditunjuknya
sebagaimana dimaksud, ketua badan pengawas pasar modal (ka.BAPEPAM) dapat
menyampaikan perintah tertulis kepada custodian untukmelakukan pemblokiran
terhadap rekening efek penanggung pajak.Dalam halpermintaan pemblokiran
rekening tersebut disertai dengan permintaan keterangantentang rekening efek pada
custodian, maka permintaan tertulis dari direktorat jendralpajak dan salinannya
disampaikan kepada ketua badan pengawas pasar modal danpemegang rekening
sebagai penanggung pajak, selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerjasetelah pemblokiran
dan keterangan tersebut dilakukan. Juru sita pajak dapatmelaksanakan penyitaan atas
efek dan atau dana dalam rekening efek pada custodiansegera setelah menerima berita
acara pemblokiran dan berita acara pemberianketerangan. Juru sita pajak dalam
melakukan penyitaan harus membuat berita acarapelaksanaan sita yang ditanda
tangani oleh juru sita penanggung pajak dan saksi-saksi.
Apabila penanggung pajak tidak hadir, berita acara pelaksanaan sita
bisaditanda tangani oleh saksi-saksi kemudian berita acara pelaksanaan sita
disampaikankepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan ketua badan
pengawasa pasarmodal dan custodian. Pejabat dapat mengajukan permintaan
pencabutan pemblokiranterhadap rekening efek penanggung pajak kepada custodian,
setelah penanggungpajak melunasi utang pajak, dan biaya penagihan pajak setelah
dikurangi denganjumlah yang disita, apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak
dapat yangdiperdagangkan dibursa yang telah disita, dijual di bursa melalui perantara
pedangangefek anggota bursa atas permintaan pejabat.
Penyitaan terhadap surat berharga obligasi, saham, dan sejenisnya yangtidak
diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan cara melakukan infentarisasidan
membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai minimal atau perkiraan nilailainya
dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan
lampiranpelakasanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan
sita yangkemudian membuat berita acara pengalihan hak surat berharga atas nama
penanggungpajak pada pejabat.
Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh kejaksaan atau kepolisiansebagai
barang bukti dalam kasus pidana, baru dapat dilaksanakan setelah barangbukti
tersebut dikembalikan penanggung pajak.Penyitaan terhadap barang
milikpenanggung pajak dilaksanakan dengan jumlah nilai barang yang diperkirakan
cukupuntuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.Penyitaan tambahan
dapatdilakukan apabila nilai barang yang dimaksud nilainya tidak cukup untuk
melunasibiaya penagihan pajak dan utang pajak, hasil lelang barang telah disita tidak
cukupuntuk melunasi biaya utang penagihan dan utang pajak sebagai mana yang
telahdiuraikan sebelumnya.
a. Pelaksanaan Penyegelan
Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita.Penempelansegel
sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan.Segel
BERITAACARA PELAKSANAAN SITA.Larangan untuk memindah
tangankan,memindahkan hak, meminjamkan, merusak barang yang disita.
Penanggung pajak dapat melunasi utang pajak biaya yang timbul dalamrangka
penagihan pajak selama barang yang telah disita belum dijual, digunakan,
ataudipindah bukukan.
Apabila utang pajak dan atau biaya penanggung pajak tidak dilunasi
setelahpenyitaan pajak.Pejabat berwenang melakukan penjualan secara lelang
maupunmenggunakan atau memindah bukukan barang yang telah disita untuk
pelunasanutang pajak dan atau biaya penagihan pajak dimaksud. Penjualan secara
lelangmelalui kantor lelang dan dilaksanakan paling cepat sesudah jangka waktu 14
hariterhitung sejak penyitaan. Apabila hasil lelang telah mencapai jumlah yang
cukupuntuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, maka pelaksanaan
lelangdihentikan dan sisa barang dan kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh
pejabatkepada penanggung pajak paling lambat 3 (tiga) hari setelah dilaksanakannya
lelang.Besarnya biaya penagihan pajak adalah Rp.50.000,00 untuk setiap
pelaksanaanperintah melaksanakan penyitaan.
b. Pencabutan Sita
Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasipajak
penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan
ataubersadasarkan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh menteri keuangan
Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan berita
acarapelaksanaan sita disampaikan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak
daninstansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang
disitakepada penanggung pajak.
Pencabutan sita dapat dilakukan terhadap :
a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau yangdisamakan
dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutansita kepada
penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada bankyang bersangkutan.
b. Surat berharga berupa, obligasi, saham atau sejenisnya baik yangdiperdagangkan
maupun yang tidak diperdagangkan dibursa efekdilaksanakan dengan menyampaikan
surat pencabutan sita kepadapenanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada
pihak terkait yangsekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara pengalihan hak
atas suratberharga tersebut.
c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita
kepadapenanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang
berutangsekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara persetujuan
pengalihanhak atas menagih piutang.
d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikansurat
pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tenbusannya disampaikankepada pihak
c. Pelaksanaan Penyanderaan
Dalam hal penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung
pajakselain dari pada barang-barang milik penanggun pajak yang tidak melunasi
utangpajak setelah lewat jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal surat
paksadiberitahukan kepada penanggung pajak. Penyandraan hanya dapat
dilakukanterhadap penangung pajak yang :
a. Mempunyai hutang pajak sekurang-kurangnya Rp.100.000.000,00 yangmeliputi
seluruh jenis pajak dan tahun pajak. Jumlah tersebut merupakansyarat kuantitatif dan
sekaligus menunjukan bahwa penyandraan tidakditujukan kepada penanggung pajak
yang berpenghasilan kecil.
b. Diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Selain syaratkuantitatif
seperti yang diatur, juga ditentukan syarat kualitatif yaitupenanggung pajak diragukan
itikad baiknya untuk melunasi utang pajaknya,misalnya penanggung pajak diduga
menyembunyikan harta kekayaannyasehingga tidak ada atau tidak cukup barang yang
disita untuk jaminanpelunasan utang pajak, atau terdapat dugaan yang kuat bahwa
penanggungpajak akan melarikan diri.
Penyanderaan terhadapat penanggung pajak sebagimana dimaksud
dalamuraian diatas dilaksanakan berdasarkan surat perintah yang diterbitkan oleh
pejabatsetelah memperoleh izin tertulis dari menteri keuangan untuk penagihan pajak
pusatatau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah. Permohonan izin
penyanderaandiajukan oleh pejabat atau atasan pejabat kepada menteri keuangan
daerah.Namun dalam halpejabat berhalangan dan penggantian pejabat tersebut belum
ditunjukan maka atasanpejabat dapat mengajukan permohonan izin penyanderaan.
Permohonanizinpenyanderaan memuat sekurang-kurangnya identitas penanggung
pajak yang akandisandera, jumlah utang pajak yang belum dilunasi, tindakan
penagihan pajak yangtelah dilaksanakan dan uraian tentang adanya petunjuk bahwa
penanggung pajakdiragukan itikad baik dalam pelunasan utang pajak.
Surat perintah penyanderaan diterbitkan oleh pejabat seketika
setelahditerimanya izin tertulis dari meteri keuangan untuk penagihan pajak pusat
atau darigubernur untuk penagihan pajak daerah.Surat perintah penyanderaan
memuatsekurang-kurangnya identitas penanggung pajak, alasan penyaderaan,
izinpenyanderaan, lama penyanderaan, dan tempat penyanderaan.
Penanggung pajak yang disandera ditempatkan ditempat tertentu
sebagaitempat penyanderaan, jika melakukan penyaderaan terhadap penanggung
pajakdengan syarat-syarat sebagai berikut : tertutup dan terasing dari
masyarakat,mempunyai fasilitas terbatas dan mempunyai sistem pengamatan dan
pengawasanyang memadai. Sebelum tempat penyanderaan sebagaimana dimaksud
dibentuk,penanggung pajak yang disandera dititipkan dirumah tahanan Negara dan
terpisahdari tahanan lain kemudian lebih lanjut penyanderaan penanggung pajak
sebagaimanayang dimaksud ditetapkan oleh menteri keuangan dan menteri
kehakiman dan hakazasi manusia. Ketentuan yang akan ditetapkan dalam keputusan
bersama menterikeuangan dan menteri kehakiman dan hak azasi manusia, antara lain
a. Prosedur penitipan penanggung pajak yang disandera dirumah tahananNegara.
b. Tanggung jawab atas penanggung pajak yang disandera selama
dalampenyanderaan.
c. Izin kunjungan dari keluarga, pengacara dan sahabat.
d. Kriteria pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.
e. Tata tertib yang dilakukan terhadapa penanggung pajak yang disandera.
Jangka waktu penyaderaan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitungsejak
penanggung pajak ditetapkan dalam tempat penyanderaan dan dapatdiperpanjang
untuk paling lama 6 bulan izin perpanjangan jangka waktupenyanderaan dapat
sekaligus diberikan oleh yang berwenang pada waktumemberikan izin penyaderaan.
Dalam izin perpanjangan penyanderaan sekaligusdiberikan maka tidak diperlukan
suatu izin baru.Ketentuan jangka waktu maksimumpenyanderaan tidak berlaku dalam
hal penyanderaan melarikan diri penentuanlamanya penyaderaan didasarkan pada
perhitungan besarnya utang pajak, besarnyajumlah harta yang disembunyikan dan
dihubungkandengan itikad tidak baik denganpenanggung pajak untuk melunasi utang
pajaknya.
Juru sita pajak harus menyampaikan surat sita penyaderaan langsung
kepadapenanggung pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala
setempatpenyanderaan. Dalam hal penanggung pajak yang akan disandera tidak
dapatditemukan juru sita pejabat atasan dapat meminta bantuan kepada kepolisian
ataukejaksaan untuk menghadirkan penanggung pajak yang tidak dapat ditemui
mencari,menangkap dan membawa penanggung pajak ketempat pejabat untuk
selanjutnyadiserahkan kepada kepada tempat penyanderaan.
Penyanderaan mulai dilaksanakan pada saat surat perintah
penyanderaanditerima penanggung pajak yang bersangkutan. Penyanderaan tidak
bolehdilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang beribadah, sedang mengikuti
sidingresmi, atau sedang mengikuti pemilihan umum.Penyanderaan dilaksanakan
oleh jurusita pajak yang disaksikan oleh dua orang penduduk Indonesia yang telah
dewasa,dikenal oleh juru sita pajak dapat meminta kepolisian atau kepada
jaksa.Dalam haljuru sita menemui kesulitan ataupun karena alasan keamanan dan
keselamatan jurusita pajak dan saksi-saksi maka juru sita pajak dapat meminta kepada
kepolisianuntuk melaksanakan penyanderaan.Juru sita pajak ditempat ditempat
penyanderaan,berita acara penyanderaan ditandatangani oleh juru sita pajak, kepala
tempatpenyanderaan dan saksi-saksi. Berita acara penyanderaan merupakan syarat
utamasahnya penyanderaan yang berfungsi sebagai berita acara penyanderaan paling
sedikitmemuat nomor dan tanggal surat perintah penyanderaan. Izin tertulis
menterikeuangan atau kepala daerah tingkat I (gubernur) identitas jurusita pajak
yangdisandera, tempat penyanderaan, lamanya penyanderaan, identitas
penyanderaan,salinan berita acara penyanderaan disampaikan kepada kepala tempat
penyanderaan.Penanggung pajak dan kepada daerah tingkat II (bupati).
Biaya penyanderaan dibebankan kepada penanggung pajak yang disanderadan
diperhitungkan sebagai biaya penanggung pajak. Termasuk dalam biayapenyanderaan
Biaya penyanderaan merupalan salah satu biaya penagihan yangharus ditanggung
oleh penanggung pajak yang disandera.Selama dalampenyanderaan penanggung
pajak berhak untuk melakukan ibadah ditempatpenyanderaan sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku,mendapat makanan yang layak, termasuk
kiriman dari keluarga.Menyampaikankeluhan tentang perlakuan petugas, memperoleh
bahan bacaan dan informasi lainnyaatas baiaya penanggung pajak yang di sandera,
serta menerima kunjungan darikeluarga, pengacara, sahabat, dokter pribadi atas biaya
sendiri, rohaniawan.
d. Pencabutan Penyanderaan
Penanggung pajak yang disandera dilepas jika telah memenuhi
persyaratan,apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak talah dibayar lunas,
jangka waktuyang ditetapkan dalam surat perintah penyanderaan telah dipenuhi,
berdasarkanputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau
berdasarkanpertimbangan tertentu dan menteri keuangan atau gubernur pertimbangan
menterikeuangan atau gubernur dimaksud adalah antara lain penanggung pajak
mengatakanakan melunasi utang pajaknya, tetapi berdasarkan buku yang
disampaikan, tidakmelaksanakan pelunasan utang pajak tersebut tanpa meninggalkan
tempatpenyanderaan, atau dalam hal penanggung pajak menderita sakit berat
sehinggamemerlukan perawatan dalam jangka waktu yang lama diluar tempat
penyanderaan.Serta memberitahukan secara tertulis kepada kepala daerah ditempat
dilaksanakannyapenyanderaan segera memberitahukan secara tertulis kepada pejabat
apabilapenanggung pajak telah dilepas dari penyanderaan.
Penanggung pajak yang melarikan diri dari tempat penyanderaan dalammasa
penyanderaan, disandera kembali berdasarkan surat perintah penyanderaandahulu
diterbitkan terhadapnya masa penyanderaan kembali adalah sama denganmasa
penyanderaan menurut surat perintah penyanderaan dahulu diterbitkanterhadapnya
dengan memperhitungkan masa penyanderaan yang telah dijalanisebelumnya
penanggung pajak melarikan diri. Penyanderaan tetap dapat dilaksanakanpenanggung
pajak yang talah dilakukan pencegahan penyanderaan.
Penanggung pajak yang telah disandera dapat melakukan gugatan
terhadappelaksanaan penyanderaan hanya kepada pengadilan negeri.Gugatan
penanggungpajak tidak dapat diajukan setelah masa penyanderaan berakhir.
Dalam pelaksanaan rehabilitasi nama baik penanggung pajak pemberianganti rugi
atas pelaksanaan penyanderaan atas penanggung pajak, hanya dapatdilakukan dalam
hal gugatan penangung pajak dikabulkan oleh pengadilan danputusan pengadilan
tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Permohonanrehabilitasi, nama baik
dan ganti rugi terhadap penanggung pajak, dapat diajukankepada pejabat yang
menerbitkan surat perintah penyanderaan. Rehabilitasi namabaik dilaksanakan oleh
pejabat dalam bentuk satu kali pengumuman pada media cetakharian yang berskala
nasional dengan ukuran yang memadai, yang dilaksanakanpaling lambat 30 hari sejak
diterimanya permohonan penanggung pajak. Besarnyaganti rugi yang diberikan
masa penyanderaan yang telah dijalaninya. Gantirugi diberikan paling lambat 30 hari
sejak diterimanya permohonanan penanggungpajak.
e. Ketentuan Pidana Lainnya Penanggung pajak dilarang :
a. Memindahkan, meminjamkan, menyembunyikan, menghilangkan, ataumerusak
barang yang disita.
b. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggunganuntuk
pelunasan utang tertentu.
c. Membebani barang bergerak yang telah disita atau digunakan untuk
pelunasanutang tertentu.
d. Merusak, mencabut atau menghilangkan segel sita atau salinan berita
acarapelaksanaan sita dan ditempel pada barang sitaan.
Ketentuan pidana yang dapat diberikan sanksi, apabila penanggung pajakyang
memindahkan hak, menyembunyikan, menghilangkan atau merusak barangyang telah
disita dipidana dengan pidana penjara paling singkat enam bulan danpaling lama
empat tahun dan denda paling sedikit Rp.150.000,00 dan paling
banyakRp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah), dan apabila pihak-pihak yang diberi
tugasuntuk mengalihkan atau menjual barang sitaan (sesuai undang-undang PPSP
pidanapenjara paling singkat satu minggu dan paling lama empat bulan dua minggu
dan
denda paling sedikit Rp.500.000,00 (lima ratus ribu) dan paling
banyakRp.10.000.000,00 (sepuluh juta).
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau
permintaanyang dilakukan menurut undang-undang atau dengan sengaja
mencegah,menghalang-halangi, atau mengagalkan tindakan dalam melaksanakan
ketentuanundang-undang yang dilakukan oleh jurusita pajak, dengan pidana penjara
palingsingkat satu minggu dan paling lama empat bulan 2 minggu dan denda paling
sedikitRp.500.000,00 (lima ratus ribu) dan paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI DATA
A. Kendala-Kendala Yang Terjadi Dalam Proses Penyitaan
Dalam peroses penyitaan ada kendala-kendala yang dapat terjadi. Adapun
kendala-kendala yang dapat terjadi yaitu sebagai berikut :
1. Wajib pajak tidak kooperatif
Kendala ini dapat dijumpai hamper disetiap level atau tahapan
penyitaan pajak. Wajib pajak yang tidak kooperatif umumnya
dijumpai dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah:
1.1 alamat wajib pajak yang tidak jelas, sehingga pada saat akan
disampaikan surat teguran, surat paksa, dan tindakan lainnya,
tidak ditemukan dimana alamat wajib pajak yang jelas
1.2 wajib pajak melarang juru sita untuk memasuki tempat wajib,
sehingga perlu meminta bantuan kepolisian. Hal ini tentu
menghambat tindakan penyitaan yang akan dilakukan.
1.3 wajib pajak tidak jujur dalam menunjukkan harta kekayaan
2. terbatasnya jumlah tenaga DJP dibandingkan dgan kasus penyitaan
yang harus dilakukan.
Sebagaimana diatur bahwa petugas pajak yang dapat melaksanakan
penyitaan adala Juru Sita. Juru Sita pajak dalam ketentuan perpajakan
adalah pelaksana tindakan penagihan pajak, pemberitahuan surat
paksa, penyitaan, serta penyanderaan. Untuk menjadi Juru Sita
diperlukan pelatihan dan pendidikan khusus, sehingga jumlah Juru Sita
tidak sebanding dengan kasus yang memerlukan tindakan penyitaan.
3. Rumitnya masalah perpajakan, wajib pajak dapat saja melakukan
tindakan antisipasi dan berusaha untuk menghindar. Tampaknya
kejelian, ketelitian, dan kehati-hatian harus dilakukan untuk
menghindari kesalahan dalam proses penyitaan.
4. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman petugas pajak. Sebagai pihak
yang harus menjai pengawas, maka petugas pajak dituntut lebih mahir
dibandingkan pihak yang diawasi, yaitu wajib pajak. Namun kegiatan
bisnis dapat berkembang dengan sangat cepat dengan beranekan
ragam bentuk dan karakter transaksi. Jika petugas pajak tidak
mengikuti perkembangan yang ada sering kali tiak memahami
kejadian substansinya sehingga dapat dikelabuhi oleh wajib pajak
Untuk mengatasi masalah yang timbul telah dilakukan upaya antisipasi yaitu :
1. Melakukan pendidikan dan pelatihan kepada petugas pajak agar
mampu mengalami permasalahan dan dapat terus mengikuti
perkembangan dunia bisnis. Selain itu pelatihan khusu untuk Juru Sita
dilakukan secara terus menerus agara jumlah juru sita memenuhi
kebutuhan organisasi.
2. System pelatihan secara langsung, misalnya mengikutkan petugas
yang junior dalam tim petugas yang lebih pengalaman. Hal ini berguna
dalam mengantisipasi kurangnya pengetahuan dan pengalaman apalagi
selalu dijumpai usaha wajib pajak nakal.
3. Kerja sama yang baik juga dijalin dengan instansi terkait, misalnya
Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi Hukum dan
Undang-Undang, Pemerintah daerah setempat, Badan Pertanahan
Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negri,
Bank atau pihak lain. Kerja sama ini diperlukan untuk memenuhi data
yang diperlukan, pencekalan, ataupun data-data lain yang mendukung
untuk kepentingan pajak.
• Untuk lebih jelasnya bagaimana tingkat kepatuhan WP, pada KPP Medan
Kota tentang laporan kegiatan penagihan yang menunjukkan perkembangan
Tabel
Tindakan Penagihan Aktif yang dilaksanakan di KPP Medan Kota :
No. Keterangan 2012 2013
1. STP/SKP yang terbit 829 1.053
2. Teguran yang terbit 829 1.053
3. STP/SKP yang dibayar setelah surat
teguran terbit.
542 599
4. Surat Paksa 287 454
5. STP/SKP yang dibayar setelah surat
paksa
150 385
6. Surat Perintah Melakukan Penyitaan 7 2
7. Pengumuman lelang - -
8. Lelang - -
Sumber Kantor Pelayanan PajakMedan Kota, 2014
B. Penyitaan Atas Barang-BarangSitaan
1. Barang-barang penanggung pajak yang dapat disita
Penyitaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor.19 Tahun 1997 pasal 14ayat
1,2 dan 3, sebagai berikut: Penyitaan dapat dilakukan terhadap milik
ditempatlain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang
dibebanidengan hak penanggung pajak jaminan pelunasan utang tertentu berupa :
1.1Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito
berjangka, tabungan, saldo, rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga lainnya, piutang
dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.
1.2Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal, penyitaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai barang
yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihan.
2. Barang bergerak yang dapat disita
Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut :
1. Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti:
1.1 Perkakas rumah tangga (lemari, meja, kursi dan sebagainya)
1.2 Barang-barang mewah(televisi, lemari es,tape recorder, kompor gas dan
sebagainya)
1.3 Barang-barang perhiasan(kalung, cincin, gelang dari emas, berlian dan
batu permata lainnya)
1.4 Uang tunai(surat-surat berharga)
1.5 Kendaraan(mobil, sepeda motor, sepeda dan sebagainya)
3. Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor.19 tahun 2000, adalah sebagai berikut :
a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan oleh
penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.
b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta
peralatan memasak yang berada dirumah.
c. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas.
d. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung
pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan,kebudayaan dan
keilmuan.
e. Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk
melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya
tidak melebihi Rp 10.000.000(Sepuluh juta rupiah).
f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan