• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktifitas Pastura Campuran Terpilih Di Lahan Perkebunan Jeruk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Produktifitas Pastura Campuran Terpilih Di Lahan Perkebunan Jeruk"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIFITAS PASTURA CAMPURAN TERPILIH

DI LAHAN PERKEBUNAN JERUK

SKRIPSI

OLEH

ENDA MERGANA PURBA 040306034

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PRODUKTIFITAS PASTURA CAMPURAN TERPILIH

DI LAHAN PERKEBUNAN JERUK

SKRIPSI

OLEH

ENDA MERGANA PURBA 040306034

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERDITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul :IIProduktivitas Pastura Campuran Terpilih iiIDi Lahan Perkebunan Jeruk

Nama : iEnda Mergana Purba

NIM : i040306034

Departemen : IPeternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr. Nevy Diana Hanafi SPt., MSc) (Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP Ketua Anggota

)

Mengetahui,

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP Ketua Departemen Peternakan

)

(4)

ABSTRAK

ENDA MERGANA PURBA (2010). Produktifitas Pastura Campuran Terpilih Di Lahan Perkebunan Jeruk. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan ZULFIKAR SIREGAR.

Potensi lahan perkebunan jeruk, memungkinkan pemanfaatannya untuk mendorong produksi ternak ruminansia mengingat jarak tanam jeruk (5m x 5m), dapat dikatakan sebagai suatu lahan yang potensial yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Dan jika ditinjau dari segi argonomis dan zooteknis, disela - sela lahan pertanaman jeruk dapat diusahakan budidaya hijauan pakan ternak dengan beberapa spesies tanaman yang tahan terhadap naungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pastura yang cocok untuk dikembangkan di lahan perkebunan jeruk di Kabupaten Karo. Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2009 sampai Desember 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor I terdiri atas 3 jenis rumput dan faktor II terdiri atas 2 jenis legum. Pastura yang diteliti adalah : T1 = Paspalum gueonarum + Stylosanthes guianensis, T2 = Paspalum gueonarum + Arachis glabrata, T3 = Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, T4 = Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata, T5 = Stenotaphrum secundatum + Stylosanthes guianensis dan T6 = Stenotaphrum secundatum + Arachis glabrata.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan T4 (Brachiaria ruziziensis

dan Arachis glabrata) merupakan pertanaman campuran yang paling sesuai untuk dikembangkan di lahan perkebunan jeruk di Kabupaten Karo karena menghasilkan produksi bahan kering tertinggi.

(5)

ABSTRACT

ENDA MERGANA PURBA (2010). Produktifitas Pastura Campuran Terpilih Di Lahan Perkebunan Jeruk. Under direction of NEVY DIANA HANAFI dan ZULFIKAR SIREGAR.

Potensi lahan perkebunan jeruk, memungkinkan pemanfaatannya untuk mendorong produksi ternak ruminansia mengingat jarak tanam jeruk (5m x 5m), dapat dikatakan sebagai suatu lahan yang potensial yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Dan jika ditinjau dari segi argonomis dan zooteknis, disela - sela lahan pertanaman jeruk dapat diusahakan budidaya hijauan pakan ternak dengan beberapa spesies tanaman yang tahan terhadap naungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pastura yang cocok untuk dikembangkan di lahan perkebunan jeruk di Kabupaten Karo. Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2009 sampai Desember 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor I terdiri atas 3 jenis rumput dan faktor II terdiri atas 2 jenis legum. Pastura yang diteliti adalah : T1 = Paspalum gueonarum + Stylosanthes guianensis, T2 = Paspalum gueonarum + Arachis glabrata, T3 = Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, T4 = Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata, T5 = Stenotaphrum secundatum + Stylosanthes guianensis dan T6 = Stenotaphrum secundatum + Arachis glabrata.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan T4 (Brachiaria ruziziensis

dan Arachis glabrata) merupakan pertanaman campuran yang paling sesuai untuk dikembangkan di lahan perkebunan jeruk di Kabupaten Karo karena menghasilkan produksi bahan kering tertinggi.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Enda Mergana Purba, lahir di Suka , Sumatera Utara, 18 Nopember 1986.

Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, anak kandung dari Bapak Pt. N.

Purba dan Ibu R. br. Tarigan.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis hingga saaat ini :

1. Tahun 1991 masuk TK Wijayanta Tigapanah, lulus tahun 1992

2. Tahun 1992 masuk SD Budi Methodist Kabanjahe , lulus tahun 1998

3. Tahun 1998 masuk SLTP Negeri 1 Kabanjahe, lulus tahun 2001

4. Tahun 2001 masuk SMA Negeri 1 Kabanjahe, lulus tahun 2004

5. Tahun 2004 diterima sebagai mahasiswa di Departemen Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui SPMB

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan

Mahasiswa Departemen (HMD) Peternakan tahun 2007, Ketua Panitia

Penanaman 1000 pohon di desa Merek, Kabupaten Karo, Pengurus Ikatan

Mahasiswa Karo Tahun 2005-2007, Pengurus Komisi Pemilihan Umum

Universitas Sumatera Utara Tahun 2007, Anggota Gerakan Mahasiswa Kristen

Indonesia (GMKI) Komisariat Pertanian,

Pada tanggal 20 Juni – 11 Juli Tahun 2007, penulis mengikuti Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Loka Penelitian Kambing Potong, di Desa Sei Putih,

Kecamatan Galang, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan penelitian skripsi pada bulan Agustus 2009 hingga

Desember 2009 di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo,

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah Produktifitas Pastura Terpilih

Dilahan Perkebunan Jeruk yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Dr. Ir. Nevy Diana Hanafi, MSc., sebagai ketua komisi pembimbing dan

Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP. selaku anggota komisi pembimbing, dan

Bapak Dr. Ir. Tatang M. Ibrahim M.RurSc. sebagai pembimbing lapangan yang

telah memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis dalam penyusunan

skripsi ini sehingga dapat terlaksana dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu

penulis mengharapkan saran - saran dan kritik yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk ... 4

Tanaman Kacangan (Leguminosa)... 5

Stylosanthes guiyanensis ... 5

Arachis glabarata ... 6

Rumput ... 7

Stenotaphrum secundatum ... 7

Brachiaria ruzinensis ... 7

Paspalum guenarum ... 8

Pengaruh Naungan Terhadap Vegetasi ... 8

Integrasi Ternak pada Tanaman Jeruk ... 10

Kapasitas Tampung Ternak ... 11

Pertanaman Campuran Rumput dan Leguminosa ... 12

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan ... 14

Alat ... 14

Metode Penelitian ... 15

Parameter Penelitian ... 16

Produktivitas Hijauan Pakan Ternak ... 16

Komposisi Botani Tanaman Pakan Ternak ... 16

Daya Tamping Ternak (Carrying Capacity) ... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bahan Kering (kg/ha/tahun) ... 20

Komposisi Botani Rumput (%) ... 22

(9)

Brachiaria ruziziensis ... 23

Stenotaphrum secundatum ... 25

Komposisi Botani Legume (%)... 27

Stylosanthes guianensis ... 27

Arachis glabrata ... 28

Komposisi Botani Gulma (%) ... 30

Carrying Capacity (ST/ha) ... 31

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. ... Hal.

1. Komposisi botanis Paspalum gueonarum (%)... 22

2. Komposisi botani Brachiaria ruziziensis (%) ... 24

3. Komposisi botani Stenotaphrum secundatum (%) ... 26

4. Rataan komposisi botani gulma (%)... 30

5. Rataan daya tampung ternak (ST/ha) ... 32

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. ... Hal.

1. Dampak positif dan negatif naungan terhadap hijauan pakan ... 9

2. Produksi bahan kering pastura (kg/ha/tahun) (BK) ... 20

3. Komposisi botani Paspalum gueonarum yang diinteraksikan

dengan Stylosanthes guianensis dan Arachis glabrata ... 23

4. Komposisi botani Brachiaria ruziziensis yang diinteraksikan

dengan Stylosanthes guianensis dan Arachis glabrata ... 25

5. Komposisi botani Brachiaria ruziziensis yang diinteraksikan

dengan Stylosanthes guianensis dan Arachis glabrata ... 26

6. Komposisi botani Stylosanthes guianensis yang diinteraksikan

dengan Paspalum gueonarum (T1), Brachiaria ruziziensis (T2) dan

Stenotaphrum secundatum (T3) ... 27

7. Komposisi botani Stylosanthes guianensis yang diinteraksikan dengan

Paspalum gueonarum (T2), Brachiaria ruziziensis (T4) dan Stenotaphrum

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. ... Hal.

1. Produksi hijauan segar pemotongan umur 6 minggu ... 37

2. Kandungan bahan kering rumput pemotongan umur 6 minggu (%) ... 38

3. Produksi hijauan pemotongan umur 6 minggu (BK) ... 38

4. Produksi hijauan segar pemotongan umur 12 minggu (36 hari setelah Panen I) ... 39

5. Komposisi botani hijauan ... 40

6. Rataan komposisi hijauan pada pemotongan umur 12 minggu (%) ... 41

7. Kandungan bahan kering hijauan pemotongan umur 12 minggu (%) ... 41

8. Produksi hijauan segar pemotongan umur 12 minggu (kg/ha) ... 42

9. Produksi hijauan pemotongan umur 12 minggu (kg/ha) (BK) ... 42

10.Produksi hijauan pemotongan umur 12 minggu (kg/ha/tahun) (BK) ... 43

11.Rataan produksi hijauan (kg/ha/tahun) (BK) ... 43

12.Dwikasta produksi hijauan ... 44

13.Analisis keragaman produksi bahan kering hijauan ... 44

14.Komposisi botani rumput (%) ... 44

15.Dwikasta komposisi botani rumput ... 45

16.Analisis keragaman komposisi botani rumput ... 45

17.Komposisi botani legume (%) ... 45

18.Dwikasta komposisi botani legume... 45

19.Analisis keragaman komposisi botani legume ... 46

20.Komposisi botani gulma (%) ... 46

(13)

22.Analisis keragaman komposisi botani gulma ... 46

23.Rataan produksi hijauan (kg/ha) (BK) ... 47

24.Rataan kapasitas tampung ternak (ST/ha) ... 47

25.Dwikasta kapasitas tampung ternak ... 47

(14)

ABSTRAK

ENDA MERGANA PURBA (2010). Produktifitas Pastura Campuran Terpilih Di Lahan Perkebunan Jeruk. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan ZULFIKAR SIREGAR.

Potensi lahan perkebunan jeruk, memungkinkan pemanfaatannya untuk mendorong produksi ternak ruminansia mengingat jarak tanam jeruk (5m x 5m), dapat dikatakan sebagai suatu lahan yang potensial yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Dan jika ditinjau dari segi argonomis dan zooteknis, disela - sela lahan pertanaman jeruk dapat diusahakan budidaya hijauan pakan ternak dengan beberapa spesies tanaman yang tahan terhadap naungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pastura yang cocok untuk dikembangkan di lahan perkebunan jeruk di Kabupaten Karo. Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2009 sampai Desember 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor I terdiri atas 3 jenis rumput dan faktor II terdiri atas 2 jenis legum. Pastura yang diteliti adalah : T1 = Paspalum gueonarum + Stylosanthes guianensis, T2 = Paspalum gueonarum + Arachis glabrata, T3 = Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, T4 = Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata, T5 = Stenotaphrum secundatum + Stylosanthes guianensis dan T6 = Stenotaphrum secundatum + Arachis glabrata.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan T4 (Brachiaria ruziziensis

dan Arachis glabrata) merupakan pertanaman campuran yang paling sesuai untuk dikembangkan di lahan perkebunan jeruk di Kabupaten Karo karena menghasilkan produksi bahan kering tertinggi.

(15)

ABSTRACT

ENDA MERGANA PURBA (2010). Produktifitas Pastura Campuran Terpilih Di Lahan Perkebunan Jeruk. Under direction of NEVY DIANA HANAFI dan ZULFIKAR SIREGAR.

Potensi lahan perkebunan jeruk, memungkinkan pemanfaatannya untuk mendorong produksi ternak ruminansia mengingat jarak tanam jeruk (5m x 5m), dapat dikatakan sebagai suatu lahan yang potensial yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Dan jika ditinjau dari segi argonomis dan zooteknis, disela - sela lahan pertanaman jeruk dapat diusahakan budidaya hijauan pakan ternak dengan beberapa spesies tanaman yang tahan terhadap naungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pastura yang cocok untuk dikembangkan di lahan perkebunan jeruk di Kabupaten Karo. Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2009 sampai Desember 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor I terdiri atas 3 jenis rumput dan faktor II terdiri atas 2 jenis legum. Pastura yang diteliti adalah : T1 = Paspalum gueonarum + Stylosanthes guianensis, T2 = Paspalum gueonarum + Arachis glabrata, T3 = Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, T4 = Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata, T5 = Stenotaphrum secundatum + Stylosanthes guianensis dan T6 = Stenotaphrum secundatum + Arachis glabrata.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan T4 (Brachiaria ruziziensis

dan Arachis glabrata) merupakan pertanaman campuran yang paling sesuai untuk dikembangkan di lahan perkebunan jeruk di Kabupaten Karo karena menghasilkan produksi bahan kering tertinggi.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam usaha pemeliharaan ternak, pakan merupakan salah satu faktor

penting. Kenyataan dilapangan peternak masih kurang memperhatikan kualitas

pakan, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas ternak.

Penyediaan hijauan pakan yang berkualitas dan berkelanjutan mutlak diperlukan

dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, terutama

ruminansia. Masalah utama yang dihadapi dalam penyediaan hijauan pakan

adalah terbatasnya penggunaan dan pemilikan lahan, karena umumnya lahan

produktif digunakan untuk tanaman pangan. Pemanfaatan areal pada lahan

perrkebunan jeruk adalah salah satu alternatif manajemen penyediaan untuk

mengatasi penyediaan hijuan pakan.

Potensi lahan perkebunan jeruk, memungkinkan pemanfaatannya untuk

mendorong produksi ternak ruminansia mengingat jarak tanam jeruk (5m x 5m),

ini dapat dikatakan sebagai suatu lahan yang potensial yang belum dimanfaatkan

secara maksimal. Padahal jika ditinjau dari segi argonomis dan zooteknis, disela -

sela lahan pertanaman jeruk dapat diusahakan budidaya hijauan pakan ternak

dengan beberapa spesies tanaman yang tahan terhadap naungan.

Produksi hijauan rumput yang tetap terjaga memungkinkan integrasi

ternak pada lahan jeruk. Dampak langsung yang dapat dirasakan adalah

meningkatnya pendapatan melalui diversifikasi usaha, pemanfaatan sumber daya

lahan yang optimal, stabilitas tanah terjaga produktivitas lahan perkebunan

(17)

Kendala yang ada di perkebunan yaitu produksi rumput alamnya akan

semakin berkurang dengan semakin rapatnya kanopi, sejalan dengan

bertambahnya umur tanaman jeruk. Hal ini menjadikan integrasi ternak kurang

menarik bagi petani jeruk, selain itu rumput alami (gulma) biasanya akan

mengganggu tanaman utamanya. Mengantisipasi hal tersebut perlu

dipertimbangkan dan diupayakan penanaman hijuan (rumput dan leguminosa)

unggul pada lahan perkebunan jeruk yang toleran terhadap naungan dan tidak

mengganggu tanaman utamanya.

Ekosistem perkebunan jeruk menyediakan hijauan pakan ternak yang

cukup melimpah dalam bentuk rumput lapangan namun memiliki nilai gizi yang

rendah dan produktivitas akan menurun sejalan dengan meningkatnya tutupan

kanopi tanaman jeruk. Sementara itu, tanaman pakan ternak (TPT) unggul yang

memiliki nilai gizi yang baik dan produktivitas hijauan yang tinggi serta toleran

terhadap naungan sudah tersedia, namun uji cobanya pada ekosistem perkebunan

jeruk masih terbatas.

Umumnya tanaman jeruk dikembangkan oleh petani kecil dan jumlah

kepemilikannya rata - rata di bawah 0,5 ha di sentra pengembangan di kabupaten

Karo. Beberapa tahun terakhir banyak terjadi alih fungsi tanaman dari jeruk ke

tanaman lain seperti coklat/kakao, vanili dan komoditi lainnya. Diperlukan suatu

upaya untuk mempertahankan tanaman jeruk yang merupakan salah satu komoditi

unggulan Provinsi Sumatera Utara dengan mengintegrasikan dengan komoditi lain

yang dapat saling mendukung. Salah satu komoditi yang diduga cocok untuk

diintegrasikan dengan tanaman jeruk adalah ternak kambing. Dasar

(18)

tanaman jeruk cukup besar. Rata - rata kebutuhan per pohon jeruk mencapai 10 -

15 kg pupuk kandang, dimana kotoran kambing merupakan salah satu yang

produk yang sangat dicari - cari petani dan harganya tertinggi dibandingkan

dengan jenis kotoran ternak lainnya. Disamping itu juga biaya produksi tanaman

jeruk dirasakan cukup tinggi dimana kenaikan trend 10 tahun terakhir mencapai

200%, sementara harga komoditi jeruk hanya berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Sampai saat ini kajian sistem integrasi antara ternak kambing dengan

perkebunan jeruk belum dilakukan secara komprehensif. Oleh karena itu, kajian

tentang kelayakan sistem integrasi ini melalui kegiatan karakterisasi dan

implementasi perlu dilakukan. Permasalahan yang muncul pada pengembangan

konsep integrasi tersebut diantaranya adalah daya adaptasi hijauan pada naungan

pohon jeruk dan interaksinya dengan tanaman pokok.

Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pastura yang cocok

untuk dikembangkan di lahan perkebunan jeruk di Kabupaten Karo.

Hipotesis Penelitian

Produktifitas pastura campuran yang tinggi di lahan perkebunan jeruk di

Kabupaten Karo.

Kegunaan Penelitian

Sebagai sumber informasi bagi peternak dalam mengembangkan tanaman

pakan ternak dan memberikan informasi bagi petani jeruk dalam pemanfaatan

(19)

TINJAUAN LITERATUR

Tanaman Jeruk

Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah - buahan yang banyak

digemari oleh masyarakat kita. Buah jeruk bukan hanya dinikmati rasanya yang

segar saja, melainkan buah jeruk juga sebagai pelepas dahaga dan sebagai buah

pencuci mulut. Disamping itu buah jeruk banyak mengandung vitamin C dan

vitamin A (Pracaya, 2000). Tanaman jeruk manis adalah salah satu jenis jeruk

yang buahnya sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat dan jenis ini

banyak dibudidayakan di Indonesia terutama Sumatera Utara (Barus, 1992).

Tanaman jeruk khususnya jeruk manis adalah tanaman tahunan. Jeruk

manis berasal dari India Timur Laut, Cina Selatan, Birma dan Cochin Cina. Di

Eropa, baru dibudidayakan akhir abad ke-15 (Anshari, 2004). Tanaman jeruk

dapat ditanam di daerah antara 400 LU dan 400 LS. Umumnya tanaman jeruk

terdapat di daerah 200 – 400 LS. Di daerah subtropis, tanaman jeruk ditanam di

dataran rendah sampai ketinggian 650 mdpl. Di daerah khatulistiwa sampai

ketinggian 2000 mdpl. (Joesoef, 1993). Suhu optimal untuk tanaman jeruk antara

250C – 300C. penyinaran matahari pada tanaman jeruk antara 50% - 70%

(Soelarso, 1996). Tanaman jeruk menghendaki tanah dengan pH 4 – 7.8. Tanah

(20)

Jeruk manis mempunyai nama ilmiah Citrus sinesis (L.) Obsbeck.

(Sinonim : citrus arantium L. var. sinensis L.). Jeruk manis ini menurut Pracaya

(2000) termasuk didalam klasifikasi : Phylum : Spermatophyta, Sub Phylum :

Angiospermae, Class : Dicotyledoneae, Ordo : Rutales, Family : Rutaceae,

Subfamily : Aurantioideae, Trible : Citreae, Subtribe : Citinae, Genus : Citrus,

Subgenus : Eucitrus.

Tanaman Kacangan (Leguminosa)

Stylosanthes guianensis

Stylosanthes guianensis dikenal dengan nama stylo, digunakan sebagai

tanaman penutup tanah, sebagai pupuk hijau, dan sebagai tanaman penganti pada

penanaman berpindah tapi stylo lebih dikenal sebagai tanaman pastura. Legum

berumur panjang, membentuk rumpun, batang berbulu, tinggi mencapai 1,5 m dan

bertekstur kasar. Stylo merupakan jenis legum yang memberikan harapan baik

untuk sebagian besar daerah di indonesia. Toleransinya terhadap jenis tanah

sangat luas bahkan pada tanah yang miskin unsur hara, dapat hidup pada tanah

yang tergenang, dari berpasir sampai tanah liat, toleransi pada tanah yang

memiliki kandungan Al dan Mn yang tinggi tetapi tidak pada salinitas tanah yang

tinggi. Memiliki toleransi terhadap naungan sedang dan interval pemotongan 2 - 3

bulan akan memberikan hasil yang maksimum. Memiliki interaksi pertumbuhan

yang baik dengan rumput Digitaria sp., Panicum maximum, Pennisetum

purpereum, Setaria sphacelata, dan Brachiaria sp. dan berinteraksi dengan baik

dengan legum Centrosema pubescens dan Pueraria phaseoloides

(21)

Legum tidak tahan defoliasi yang pendek (karena titik tumbuhnya yang

berupa mahkota tunas dan akar terletak diatas tanah) dan dengan penggembalaan

yang berat maka pertanamannya akan berkurang dalam padangan campuran

dengan rumput (Reksohadiprodjo, 1994).

Arachis glabarata

Arachis glabarata merupakan tanaman perennial dengan rhizome yang

bercabang dan tanaman ini untuk tumbuh tegak diatas tanah. Mempunyai dua

pasang daun yang berbentuk elips, panjangnya 6 - 20 mm dan lebarnya 5 - 14 mm,

bunga berbentuk bulat dengan diameter 10 - 12 mm, berwarna kuning sampai

dengan orange dan panjang kelopak bunganya 6 - 7 mm, polongnya kecil dengan

panjang 10 mm dan tebal 5 - 6 mm, mampu meningkatkan nilai nutrisi rumput

pastura dan dapat bersaing dengan semua rumput pastura meskipun

pertumbuhannya agak lambat (Bogdan, 1977).

Arachis glabarata baik tumbuhnya pada naungan sedang sampai dengan

tinggi dan sangat toleran terhadap penggembalaan berat. Interval pemotongan 12

minggu memberikan hasil maksimum dan berinteraksi baik bila ditanam dengan

spesies Digitaria dan Paspalum. Tanaman ini dapat dipergunakan sebagai

tanaman padang penggembalaan, untuk tanaman kehutanan dan perkebunan,

bahkan untuk hay dan silase. Pertumbuhannya baik dari tanah yang tergenang,

berpasir, bahkan tanah liat, memiliki adaptasi yang tinggi pada tanah yang

memiliki pH asam (4.5) bahkan pH basa (8.5) dan baik juga digunakan untuk

(22)

Rumput

Stenotaphrum secundatum

Stenotaphrum secundatum merupakan tanaman tahunan yang menjalar,

menyebar dengan stolon dan rhizoma dan membentuk hamparan padat, tanaman

ini ditanam dengan menggunakan stek dan berguna untuk pencegahan erosi.

Beradaptasi di daerah tropika dan subtropika merupakan rumput penggembalaan

yang produktif untuk daerah rendah yang lembab (Mc Ilroy, 1976).

Brachiaria ruzinensis

Brachiaria ruzinensis merupakan rumput berdaun lebat dengan tinggi

sedang, berstolon, digunakan secara luas di Thailand. Daunnya berbulu pendek.

Pada banyak daerah, produksi bijinya tinggi. Kualitas biji dan daya tumbuh

biasanya tinggi. Spesies ini cocok untuk tanah subur dan berdrainase baik, pada

daerah - daerah dengan curah hujan yang tinggi. Pada kondisi demikian,

Brachiaria ruzinensis menghasilkan pakan dengan kualitas lebih tinggi daripada

spesies Brachiaria lainnya (Horne and Stur, 1999).

Brachiaria sp. merupakan rumput yang baik untuk penanaman tunggal

ataupun dicampur dengan Stylosanthes, maupun dengan Centrosema pubescens.

Interval 6 - 8 minggu menghasilkan produksi yang maksimum. Sebaiknya

dipergunakan sebagai rumput potongan untuk makanan ternak dan kalaupun harus

untuk pengembalaan sebaiknya dilakukan dengan rotasi karena rumput ini tidak

tahan untuk penggembalaan berat, sebaiknya dipupuk dengan N 200 - 400

(23)

Paspalum gueonarum

Paspalum gueonarum pertumbuhannya tidak terlalu cepat dan

pemotongan yang teratur pertumbuhannya akan lebih baik, dengan pemeliharaan

yang intensif dapat meningkatkan kualitas dari hijauan tersebut. Interval

pemotongan umur 6 minggu akan menghasilkan produksi yang maksimum

(Reksohadiprodjo 1994). Berespon baik terhadap pemupukan N (100 - 200 kg/ha),

dapat hidup pada segala tingkat naungan, dan merupakan spesies yang sangat

berkompetisi dengan hijauan lainnya. Dapat tumbuh dengan baik bila ditanam

dengan leguminosa Stylosanthes guianensis (Adjei et al., 2000).

Pengaruh Naungan Terhadap Vegetasi

Kemampuan adaptasi tanaman pada kondisi naungan sangat ditentukan

oleh kemampuan tanaman untuk menghindar maupun untuk mentolerir keadaan

kurang cahaya tersebut. Karakter fotosintetik tanaman yang dapat tumbuh dengan

baik pada intensitas cahaya rendah berbeda dengan tanaman yang tidak dapat

menyesuaikan diri pada kondisi ternaungi. Pada tanaman yang toleran, intensitas

cahaya yang rendah dapat diatasi antara lain dengan meningkatkan kandungan

pigmen perkloroplas. Disamping itu, tanaman toleran dapat beradaptasi dengan

(24)

Naungan dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas hijauan, untuk itu

dapat lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Dampak positif dan negatif naungan terhadap hijauan pakan (Norton, 1989)

Gambar 1 menjelaskan pengaruh naungan terhadap hijauan pakan, dimana

naungan secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap pada

kandungan serat kasar, protein dan tannin, tetapi sebaliknya dengan kandungan

BETN, dimana terjadi penurunan pada kandungan BETN pakan tersebut.

Peningkatan kandungan serat kasar akan berpengaruh terhadap penurunan

kecernaan, begitu juga dengan intake, tetapi sebaliknya dengan kandungan protein

(25)

langsung berpengaruh uga tehadap intake. Peningkatan kandungan tannin dan

penurunankandungan BETN berpengaruh terhadap penurunan palatabilitas dan

intakenya.

Sebagian besar spesies rumut tropis mengalami penurunan produksi,

sejalan dengan menurunnya intensitas sinar (Ludlow, 1978), namun spesies yang

tahan terhadap naungan sering menunjukkan penurunan produksi yang relatif

kecil atau masih meningkat pada naungan sedang (Wong et al., 1985 ;

Samarakoon et al., 1990).

Level naungan adalah faktor yang sangat menentukan produksi pastura

yang tumbuh pada areal tanaman tahunan. Penurunan intensitas cahaya

mengurangi pertumbuhan spesies pastura pada berbaga tingkatan, mempengaruhi

kompetisi. Proses - prses didalam tanaman yang dapat dipengaruhi oleh naungan

adalah fotosintesis protein, hormon, translokasi, penuaan, pertumbuhan akar, dan

penyerapan nitrat (Struik dan Deinum, 1982). Spesies pastura tropis yang

ditananam dibah intensitas cahaya yang berbeda, dapat menunjukkan perububahan

morfologis dan fisiologis dalam nisbah pucuk/akar, indeks luas daun, luas dan

spesifik dari efisiensi penggunaan cahaya (Sophanodora, 1991). Perubahan ini

akibat dari kompatabilias rumput bila ditanam pada lingkungan yang ternaungi.

Integrasi Ternak Pada Tanaman Jeruk

Integrasi ternak dengan perkebunan jeruk mempunyai potensi yang besar

untuk dikembangkan dalam hubungan saling menguntungkan. Salah satu daerah

yang memiliki areal pertanaman jeruk terluas di Sumatera Utara berada di

Kabupaten Karo sekitar 17.000 ha yang merupakan milik perorangan dengan rata

(26)

bertahap budidaya tanaman jeruk mulai mendekati anjuran Ditjen Hortikultura

tentang GAP Jeruk (KNRT, 2007). Dengan menggunakan asumsi daya tampung

sekitar 40 ekor kambing/ha lahan jeruk, maka di Kabupaten Karo secara potensial

dapat dikembangkan sekitar 680.000 ekor atau meningkatkan sekitar 91%

populasi kambing di Sumatera Utara.

Adanya ternak pada lingkungan perkebunan akan memungkinkan dalam

penigkatan produktifitas lahan secara keseluruhan, memberi nilai tambah pada

sumber daya yang belum temanfaatkan dan mempunyai nilai konversasi tanah

dan lingkungan. Introduksi ternak dan pakan jenis unggul akan memberi nilai

tambah dari sistem integrasi tersebut.

Jika ditinjau dari segi pemanfaatan lahan, sistem integrasi ternak

mempunyai beberapa keuntungan yaitu : (1) Peningkatan dalam produktivitas

tenaga kerja, misalnya dalam pengerjaan tanah, (2) Peningkatan dalam kualitas

tanah melalui urine dan feses, (3) Peningkatan produktivitas lahan

(Höfs et al., 1995).

Kapasitas Tampung Ternak

Kemampuan berbagai padang rumput dalm menampung ternak berbeda

kaenaadnya perbedaan dalam hal produktivitas tanah, curah hujan dan

penyebarannya, topografi dan hal - hal lain. Oleh karena itu, setiap padang rumput

(27)

Kapasitas tampung ternak berujuan untuk mendefenisikan tekanan

penggembalaan dalam jangka panjang, dalam tingkat optimum yang secara aman

berkelanjutan dan dihubungkan dengan ketersediaan hijauan.

Taksiran daya tampung menurut Halls et al. (1964) didasarkan kepada

jumlah hijauan yang tersedia. Jumlah hijauan yang tersedia ini, tidak terlepas

hubungannya dengan defoliasi, serta hubungan antara tekanan penggembalaaan

terhadap produksi ternak. Pengertian tentang tekanan penggembalaan optimim

penting artinya dalam pengelolaan padang penggembalaan, karena tekanan

pengembalaan optimum dalam hal ini sesuai dengan daya tampung padang

rumput yang bersangkutan.

Setiap hektar lahan perkebunan baik itu perkebunan karet ataupun

perkebunan kelapa sawit mampu menampung 0.5 – 1.5 unit ternak/tahun. Maka

dapat diperkirakan satu unit ternak setara dengan 14 ekor ternak kambing dewasa

(Rangkuti et al., 1990).

Pertanaman Campuran Rumput dan Leguminosa

Padang rumput campuran antara padang rumput dan leguminosa lebih baik

dan disukai ternak daripada suatu pertanaman murni. Bila dibandingkan dengan

pertanaman murni, maka keuntungan dari pertanaman campuran adalah

(1) pembentukan padang rumput yang lebih cepat dan penggunaan tanah yang

lebih baik, (2) distribus pertumbuhan musiman yang lebih baik, (3) produksi

dengan palatabilitas yang lebih baik, (4) menaikkan nilai gizi padang rumput.

Cullison (1979) menyatakan bahwa leguminosa tidak hanya berperan sebagai

sumber nitrogen untuk rumput tetapi dapat sebagai pakan yang berkualitas lebih

(28)

Telah diketahui secara umum bahwa padang penggembalaan campuran

rumput dan leguminosa lebih baik dibanding padang penggembalaan mono

rumput saja. Fungsi utama leguminosa dalam padang penggembalaan adalah

menyediakan atau memberikan nilai makanan yang lebih baik bagi ternak

terutama berupa protein, fosfor dan kalsium. Rumput dapat menyediakan produksi

bahan kering dan energi yang lebih baik dibanding leguminosa. Persaingan

tumbuh antara rumput dan leguminosa adalah untuk mendapatkan air, unsur hara

(29)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan perkebunan jeruk Bapak Rumpah Sitepu,

Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan

mulai Agustus 2009 sampai Desember 2009.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Paspalum gueonarum, biji Stylosanthes guianensis, Arachis glabrata,

Brachiaria ruziziensis dan Stenotaphrum secundatum sebagai objek yang diteliti.

Pupuk kompos untuk menambah unsur hara pada lahan penanaman. Polibag

sebagai sarana penyemaian biji Stylosanthes guianensis. Lahan perkebunan jeruk

sebagai lahan penanaman.

Alat

Alat tulis untuk mencatat data – data yang diamati, cangkul dan garu untuk

membajak tanah, timbangan elektrik dan timbangan kapasitas 100 kg untuk

menimbang sampel yang diambil, sabit/arit untuk mengarit rumput atau gulma

(30)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial

dengan 2 faktor dengan 3 ulangan, dimana faktor I adalah rumput dan faktor II

adalah legume. Masing - masing perlakuannya adalah :

T1 = Paspalum gueonarum + Stylosanthes guianensis

T2 = Paspalum gueonarum + Arachis glabrata

T3 = Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis

T4 = Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata

T5 = Stenotaphrum secundatum + Stylosanthes guianensis

T6 = Stenotaphrum secundatum + Arachis glabrata

Adapun model linier rancangan acak kelompok faktorial dalam penelitian

ini adalah

Yij = µ + αi+ βj + єij

Dimana :

Yij = Respon tanaman yang diamati

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh percobaan ke-i dari perlakua n

βj = Pengaruh percobaan ke-j dari blok

єij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke- j

Data - data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis

varian pada setiap peubah amatan yang diukur dan di uji lanjutan bagi perlakuan

yang nyata dengan menggunakan Uji Beda Duncan Multiple Range Test (DMRT)

(31)

Parameter Penelitian

Parameter yang diamati adalah (1) produksi bahan kering, (2) komposisi

botanis tanaman pakan ternak (3) daya tampung ternak (carrying capacity).

Produksi Bahan Kering

Produksi bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar dari setiap

pemotongan umur 6 minggu dan selama 12 minggu. Setelah pemotongan,

dilakukan penimbangan produksi segar dari tiap petak percobaan. Dari

penimbangan tersebut akan didapat data dari produksi segar dan hasil panen

produksi bahan segar diambil sampel sebanyak 200 – 300 g. Sampel tersebut

kemudian dioven sebanyak 2 kali, pengovenan pertama dengan suhu 600 C selama

24 jam. Dari pengovenan pertama didapat data produksi kering. Setelah itu

dilakukan pengovenan yang kedua yaitu analisis kandungan gizi, dengan suhu

1050 C selama 8 jam. Dari analisis kandungan gizi tersebut akan didapatkan data

produksi bahan kering perpetak. Kemudian data bahan kering perpetak

dikalkulasikan ke dalam produksi bahan kering perhektar pertahunnya.

Komposisi Botanis Tanaman Pakan Ternak

Data komposisi botanis diperoleh dengan cara mengambil sampel tanaman

pakan ternak yang sudah dihomogenkan. Selanjutnya dilakukan separasi sampel

berdasarkan spesies dan kemudian ditimbang dan dicatat sebagai data komposisi

(32)

Daya Tampung Ternak (Carrying Capacity)

Data daya tampung ternak diperoleh berdasarkan produksi bahan kering

tanaman pakan ternak (kg/ha) yang dibagi dengan kebutuhan ternak kambing

(kg BK/UT) merujuk pada standar kebutuhan nutrien (NRC, 1984). Data yang

diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan

uji jarak berganda duncan untuk melihat perbedaan setiap perlakuan

(Steel and Torrie, 1995). Pengaruh dari perlakuan TPT campuran terhadap

tanaman pokok dianalisis melalui uji-t terhadap lahan jeruk tanpa introduksi TPT.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan untuk menghilangkan pengaruh dari jenis

tanaman diluar perlakuan yang telah ditetapkan melalui pembersihan lahan dari

gulma dan sisa - sisa tanaman sebelumnya serta perakaran dari tumbuhan liar

dengan pemberian herbisida. Setelah pemberian herbisida selama dua minggu

kemudian dilakukan pembajakan untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah -

bongkahan tanah, sehingga penggemburan selanjutnya lebih mudah dilakukan.

Dua minggu setelah pembajakan, dilakukan penggemburan yang berfungsi untuk

menghancurkan bongkahan-bongkahan menjadi struktur tanah yang lebih halus

serta untuk membersihkan sisa - sisa perakaran dari tumbuhan liar. Satu hari

setelah selesai penggemburan dilakukan pembuatan petak (plot) penelitian

(33)

Pemupukan

Pemberian pupuk dibedakan antara hijauan rumput dan leguminosa. Pada

rumput diberikan pupuk 200 kg Urea + 100 kg SP - 36 + 100 kg KCl/tahun/hektar

dan pada legum diberikan pupuk 100 kg SP - 36 + 100 kg KCl/tahun/hektar.

Pupuk Urea, SP - 36 dan KCl diberikan sehari sebelum penanaman. Pupuk urea

diberikan sebelum penanaman, juga diberikan pada setiap selesai pemanenan.

Penanaman

Penanaman rumput dan Arachis dilakukan pada petak percobaan dengan

mempergunakan bahan tanam sobekan rumpun. Bahan tanam Stylosanthes berasal

dari biji yang telah terlebih dahulu direndam dengan air bersuhu 80 0C selama

setengah jam dan disemaikan. Jarak tanam yang dipergunakan untuk rumput 20 x

20 cm, sedangkan untuk legum ditanam di antara tanaman rumput dengan jarak

tanam yang sama. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur tiga minggu

setelah tanam.

Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur tiga minggu setelah

penanaman. Penyiraman dilakukan setiap habis pemanenan.

Panen (Pemotongan/Defoliasi)

Trimmimg untuk keseluruhan pastura dilakukan pada saat tanaman

berumur 6 minggu, dimaksudkan untuk menyeragamkan pertumbuhan dan

merupakan data produksi awal. Selanjutnya pemotongan rumput dilakukan pada

(34)

tanah. Pemotongan dilakukan dengan memakai cuplikan berukuran 1 x 1 m.

Pengambilan ubinan dilakukan pada lima bagian dari setiap petak percobaan.

Adapun denah penelitiannyadapat digambarkan sebagai berikut :

R1

T1 B1 T1 B2 T6 B1 T6 B2 T4 B1 T4 B2

T5 B1 T5 B2 T2 B1 T2 B2 T3 B1 T3 B2

R2

T3 B1 T3 B2 T5 B1 T5 B2 T2 B1 T2 B2

T4 B1 T4 B2 T1 B1 T1 B2 T6 B1 T6 B2

R3

T5 B1 T5 B2 T4 B1 T4 B2 T1 B1 T1 B2

T6 B1 T6 B2 T2 B1 T2 B2 T3 B1 T3 B2

Keterangan :

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Bahan Kering

Hasil sidik ragam perlakuan terhadap produksi bahan kering pastura

(Lampiran 13) menunjukan bahwa perlakuan dengan kombinasi penanaman

hijauan antara rumput dan legum memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata

terhadap produksi bahan kering pastura.

Data hasil pengamatan terhadap produksi bahan kering pastura disajikan

pada Gambar 2.

Gambar 2. Produksi bahan kering pastura (kg/ha/tahun) (BK)

Keterangan : Notasi (a) yang sama menunjukan bahwasanya perlakuan memberikan pengaruh iiyang tidak berbeda nyata (p<0.05)

Gambar 2 menunjukan bahwa rataan produksi bahan kering pastura yang

tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (kombinasi Brachiaria ruziziensis + Arachis

glabrata) sebesar 11349.37kg/ha/tahun. Hasil tersebut menunjukan bahwa spesies

tanaman yang diuji merupakan tanaman yang relatif sesuai untuk berkembang

pada lahan perkebunan jeruk di Kabupaten Karo. Brachiaria ruziziensis dan

(36)

mamapu menghasilkan produksi bahan kering yang tertinggi. Brachiaria

ruziziensis yang tidak tahan akan pengembalaan berat namun dapat tumbuh baik

pada kondisi tanah yang subur dan berdranase baik seperti di lahan perkebunan

jeruk di Kabupaten Karo dapat tumbuh sesuai dengan Arachis glabrata yang

mampu meningkatkan nilai nutrisi rumput pastura dan dapat bersaing dengan

semua rumput pastura meskipun pertumbuhannya agak lambat. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Horne and Stur (1999) yang menyatakan bahwa Brachiaria

ruziziensis cocok untuk tanah subur dan berdrainase baik. Pada kondisi demikian,

Brachiaria ruzinensis menghasilkan pakan dengan kualitas lebih tinggi.

Hijauan legume yang digunakan memiliki pertumbuhan yang lambat,

tetapi umumnya memiliki kemampuan tumbuh yang baik misalnya pada

Stylosanthes guianensis dan Arachis glabrata. Kombinasi tanaman pencampuran

dengan Brachiaria ruziziensis yang memiliki pertumbuhan yang cepat inilah

diduga memberikan hasil produksi yang tinggi.

Produksi terkecil bahan kering dapat dilihat pada perlakuan T2 yaitu

kombinasi antara Paspalum gueonarum dan Arachis glabrata yang hanya

menghasilkan produksi bahan kering sebesar 2434.45kg/ha/tahun. Hasil produksi

bahan kering ini dikarenakan dari tidak sesuainya tanaman campuran antara

Paspalum gueonarum dan Arachis glabrata, dimana kedua hijauan ini memiliki

tingkat pertumbuhan yang lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Adjei et al. (2000) yang menyatakan bahwa Paspalum gueonarum merupakan

spesies yang sangat berkompetisi dengan hijauan lainnya namun pertumbuhannya

(37)

yang mampu meningkatkan nilai nutrisi rumput pastura dan dapat bersaing

dengan semua rumput pastura namun pertumbuhannya agak lambat.

Komposisi Botani Rumput

Paspalum gueonarum

Analisis sidik ragam terhadap komposisi botani Paspalum gueonarum

disajikan pada Lampiran 14. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa

interaksi penanaman campuran dengan Stylosanthes guianensis maupun Arachis

glabrata tidak mempengaruhi komposisi botanis pastura (p>0.05). Spesies

Paspalum umumnya mempunyai pertumbuhan yang lambat, ditambah lagi dengan

semakin pendeknya interval pemotongan yang hanya 6 minggu menunjukan

semakin hilangnya keeksisan dari tanaman tersebut.

Hasil perhitungan analisis ragam disajikan pada Lampiran 16. Data hasil

pengamatan interaksi penanaman Paspalum gueonarum dengan Stylosanthes

guianensis dan interaksi penanaman Paspalum gueonarum dan Arachis glabrata

terhadap komposisi botani Paspalum gueonarum dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi botanis Paspalum gueonarum (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

T1 29.52 52.21 48.47 130.20 43.40a

T2 62.95 26.39 21.86 111.20 37.07a

Total 92.47 78.59 70.34 241.40

Rataan 46.23 39.30 35.17 40.23

Keterangan : Superscript yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p>0.05) T1 = Paspalum gueonarum + Stylosanthes guianensis

T2 = Paspalum gueonarum + Arachis glabrata

Gambar 3 menunjukan bahwa persentase kehadiran Paspalum gueonarum

yang diinteraksikan dengan Stylosanthes guianensis dan Arachis glabrata di

(38)

Gambar 3. Komposisi botani Paspalum gueonarum yang diinteraksikan dengan

Stylosanthes guianensis dan Arachis glabrata

Gambar 3 menunjukan kombinasi penanaman Paspalum gueonarum

dengan Stylosanthes guianensis menghasilkan komposisi botani Paspalum

gueonarum (43.40%) yang lebih tinggi 6.33% dibandingkan dengan kombinasi

penanaman Paspalum gueonarum dan Arachis glabrata yang hanya menghasilkan

komposisi botanis Paspalum gueonarum sebesar 37.07%. Dilihat dari hasil diatas,

dapat dikatakan Paspalum gueonarum lebih sesuai dikombinasikan dengan

tanaman kacangan Stylosanthes guianensis. Hal ini sesuai dengan yang

pernyataan Adjei et al. (2000) yang menyatakan bahwa Paspalum gueonarum

dapat hidup pada segala tingkat naungan dan merupakan spesies yang sangat

berkompetisi dengan hijauan lainnya. Dapat tumbuh dengan baik bila ditanam

dengan leguminosa Stylosanthes guianensis.

Brachiaria ruziziensis

Perlakuan T3 dan T4 merupakan perlakuan yang berbasiskan rumput

Brachiaria ruziziensis. Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 16) menunjukan

bahwa perlakuan yang diberikan menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata

(39)

terhadap komposisi botani Brachiaria ruziziensis. Hasil pada Tabel 2 menunjukan

bahwa rumput Brachiaria ruziziensis yang diinteraksikan dengan Stylosanthes

guianensis maupun Arachis glabrata menghasilkan komposisi botani Brachiaria

ruziziensis yang tidak jauh berbeda yaitu 90.97% dan 94.53%.

Tabel 2. Komposisi botani Brachiaria ruziziensis (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

T3 89.83 95.98 87.10 272.91 90.97a

T4 95.03 95.20 93.37 283.60 94.53a

Total 184.86 191.18 180.47 556.51

Rataan 92.43 95.59 90.23 92.75

Keterangan : Superscript yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p>0.05) T1 = Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis

T2 = Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata

Hasil yang ditunjukan pada Tabel 2 menunjukan bahwa tanaman

Brachiaria ruziziensis dapat tumbuh dengan baik dengan Stylosanthes guianensis

maupun Arachis glabrata. Komposisi botani yang dihasilkan masing – masing

adalah 90.97% dan 94.53%.

Komposisi botani Brachiaria ruziziensis yang tinggi ini bertolak belakang

dengan hasil komposisi botani dari tanaman campurannya yakni Stylosanthes

guianensis dan Arachis glabrata yang hanya sebesar 1.03% dan 0.66%. Hasil

(40)

Gambar 4. Komposisi botani Brachiaria ruziziensis yang diinteraksikan dengan

Stylosanthes guianensis dan Arachis glabrata

Tingginya komposisi botani Brachiaria ruziziensis tidak terlepas dari

sifatnya yang mudah dalam berkembang baik penanaman tunggal maupun

campuran dengan tanaman leguminosa. Hal ini sesuai dengan pendapat

Reksohadiprodjo (1994) yang menyatakan bahwa Brachiaria sp. merupakan

rumput yang baik untuk penanaman tunggal ataupun dicampur dengan

Stylosanthes, maupun dengan Centrosema pubescens. Interval 6 - 8 minggu

menghasilkan produksi yang maksimum.

Stenotaphrum secundatum

Perhitungan analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap komposisi botani

Stenotaphrum secundatum disajikan pada Lampiran 14, sedangkan rataan data

pengamatan disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa

kombinasi penanaman Stenotaphrum secundatum dengan leguminosa

(Stylosanthes guianensis dan Arachis glabrata) memberikan pengaruh yang tidak

berbeda nyata terhadap komposisi botani Stenotaphrum secundatum.

Tabel 3. Komposisi botani Stenotaphrum secundatum (%)

(41)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Keterangan : Superscript yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p>0.05) T5 = Stenotaphrum secundatum + Stylosanthes guianensis

T6 = Stenotaphrum secundatum + Arachis glabrata

Tabel 3 menunjukan pengaruh interaksi antara rumput dan legum yang

tidak berbeda nyata. Kombinasi penanaman Stenotaphrum secundatum dengan

Stylosanthes guianensis menghasilkan komposisi botani Stenotaphrum

secundatum (56.38%) yang lebih rendah 4.74% dibandingkan dengan kombinasi

penanaman Stenotaphrum secundatum dan Arachis glabrata yang menghasilkan

komposisi botanis Stenotaphrum secundatum sebesar 61.12%. Dilihat dari hasil

diatas, dapat dikatakan Stenotaphrum secundatum lebih sesuai dikombinasikan

dengan tanaman kacangan Arachis glabrata karena menghasilkan komposisi

botani yang lebih baik.

Perbedaan komposisi botani dari kedua perlakuan dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 5. Komposisi botani Brachiaria ruziziensis yang diinteraksikan dengan

(42)

Sekalipun komposisi botani dari leguminosa Arachis glabrata yang

(1.76%) dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan komposisi botani dari

leguminosa Stylosanthes guianensis (5.03%). Namun jika dilihat secara

keseluruhan penanaman campuran antara Stenotaphrum secundatum dan Arachis

glabrata (62.88%) sedikit lebih tinggi daripada penanaman campuran antara

Stenotaphrum secundatum dan Stylosanthes guianensis.

Komposisi Botani Legume

Stylosanthes guianensis

Perhitungan analisis ragam terhadap komposisi Stylosanthes guianensis

disajikan pada Lampiran 19. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa kombinasi

semua rumput (Paspalum gueonarum, Brachiaria ruziziensis dan Stenotaphrum

secundatum) dengan legume Stylosanthes guianensis tidak mempengaruhi

komposisi botani dari Stylosanthes guianensis itu sendiri. Pengaruh penanaman

campuran rumput dengan legume Stylosanthes guianensis dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Komposisi botani Stylosanthes guianensis yang diinteraksikan dengan

Paspalum gueonarum (T1), Brachiaria ruziziensis (T2) dan Stenotaphrum secundatum (T3)

(43)

Berdasarkan hasil analisis ragam komposisi botani dari perlakuan T1, T3

dan T5 menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Namun dilihat dari rataan

masing – masing perlakuan, komposisi botani Stylosanthes guianensis yang

dikombinasikan dengan Paspalum gueonarum (T1) menghasilkan komposisi

tertinggi sebesar 7.70% sedangkan komposisi botani Stylosanthes guianensis

terendah terdapat pada perlakuan T3 sebesar 1.03%, dimana Stylosanthes

guianensis dikombinasikan dengan Brachiaria ruziziensis. Dilihat dari semua

kombinasi pencampuran Stylosanthes guianensis dapat tumbuh dengan baik

dibandingkan dengan Arachis glabrata. Sifatnya yang menjalar dan membentuk

hamparan padat, membuat Stylosanthes guianensis dapat tumbuh ataupun

bersaing dengan hijauan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mc Ilroy (1976)

yang menyatakan bahwa Stenotaphrum secundatum merupakan tanaman tahunan

yang menjalar, menyebar dengan stolon dan rhizoma dan membentuk hamparan

padat, tanaman ini ditanam dengan menggunakan stek dan berguna untuk

pencegahan erosi. Beradaptasi di daerah tropika dan subtropika merupakan

rumput penggembalaan yang produktif untuk daerah rendah yang lembab.

Arachis glabrata

Analisis sidik ragam terhadap komposisi botani Arachis glabrata disajikan

pada Lampiran 19 dan rataan dari komposisi botani Arachis glabrata dapat dilihat

pada Lampiran 17. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa interaksi

penanaman campuran Arachis glabrata dengan Paspalum gueonarum (T2),

Brachiaria ruziziensis (T4) dan Stenotaphrum secundatum (T6) tidak

(44)

Gambar 7. Komposisi botani Stylosanthes guianensis yang diinteraksikan dengan

Paspalum gueonarum (T2), Brachiaria ruziziensis (T4) dan Stenotaphrum secundatum (T6)

Keterangan : Superscript yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p>0.05)

Rataan komposisi botani Arachis glabrata tertinggi terdapat pada

perlakuan T2 (Paspalum gueonarum) sebesar 2.67% dan rataan komposisi botani

Arachis glabrata terendah terdapat pada perlakuan T4 (Brachiaria ruziziensis)

sebesar 0.66%. Sifat pertumbuhan dari Arachis glabrata yang sedikit lambat

menyebabkan daya saing terhadap hijauan lainnya rendah. Hal ini terlihat dari

perlakuan T4 dimana Arachis glabrata yang ditanam bersamaan dengan

Brachiaria ruziziensis menghasilkan komposisi botani terkecil. Hal ini sesuai

dengan pendapat Bogdan (1977) yang menyatakan bahwa Arachis glabrata

merupakan jenis leguminosa dengan tingkat pertumbuhan yang lambat. Sehingga

dalam pencampuran tanaman, Arachis glabrata lebih sesuai dikombinasikan

dengan Paspalum gueonarum yang mana tingkat pertumbuhannyajuga tidak

terlalu cepat.

Tingkat pertumbuhan yang tidak terlau cepat dari Paspalum gueonarum

inilah dapat memberikan kesempatan Arachis glabrata untuk dapat tumbuh baik

selaras dengan pertumbuhan Paspalum gueonarum. Hal ini sesuai dengan

pendapat Adjei et al. (2000) yang menyatakan bahwa Paspalum gueonarum

(45)

merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik dan berkompetisi dengan hijauan

lainnya.

Komposisi Botani Gulma

Hasil analisis ragam komposisi botani gulma (Lampiran 20 ) menunjukan

hasil bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap

komposisi botani gulma.

Tabel 4 menunjukan hasil pengamatan pengaruh perlakuan terhadap rataan

komposisi botani gulma, dimana perlakuan atau kombinasi penanaman campuran

rumput dan legum tidak mempengaruhi komposisi botani gulma.

Tabel 4. Rataan komposisi botani gulma (%)

Perlakuan Rataan

Keterangan : Superscript yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p>0.05)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat rataan dari komposisi botani gulma dari

semua perlakuan sebesar 32.95%. Dimana rataan komposisi botani gulma

tertinggi terdapat pada perlakuan T2 (Paspalum gueonarum + Arachis glabrata)

sebesar 60.26% dan rataan komposisi botani gulma terendah terdapat pada

perlakuan T4 (Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata) sebesar 4.81%.

Sekalipun hasil komposisi botani ini jauh berbeda namun dilihat dari hasil analisis

keragaman komposisi botani gulma, semua perlakuan menunjukan hasil yang

(46)

Tingginya rataan kompisisi botani gulma pada perlakuan T2 sejalan

dengan rendahnya komposisi botani hijauan dari perlakuan T2 yang hanya sebesar

39.74% (Paspalum gueonarum sebesar 37.07% dan Arachis glabrata sebesar

2.67%). Pertumbuhan yang lambat dari tanaman Paspalum gueonarum dan

Arachis glabrata memberikan kesempatan atau peluang yang lebih besar bagi

gulma untuk tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat pendapat Adjei et al. (2000)

yang menyatakan bahwa Paspalum gueonarum merupakan hijauan dengan tingkat

pertumbuhan yang baik namun sedikit lambat dan dapat berkompetisi dengan

hijauan lainnya. Didukung oleh Bogdan (1977) yang menyatakan bahwa Arachis

glabrata merupakan jenis tanaman kacangan yang mempunyai tingkat

pertumbuhan yang lambat.

Sebaliknya pada perlakuan T4 (Brachiaria ruziziensis dan Arachis

glabrata), dimana rataan komposisi botani gulmanya hanya sebesar 4.81%.

Rendahnya komposisi botani gulma ini dikarenakan dari tingkat komposisi botani

hijauan dari perlakuan T4 yang tinggi sebesar 95.19% (Brachiaria ruziziensis

sebesar 94.53% dan Arachis glabrata sebesar 0.66%). Tingginya komposisi

botani dari perlakuan T4 ini menekan pertumbuhan dari tanaman gulma sehingga

tidak memberikan peluang yang besar dalam pertumbuhan gulma itu sendiri.

Carrying Capacity

Berdasarkan analisis keragaman daya tampung ternak (Lampiran 26)

diketahui bahwa pencampuran antara tanaman rumput dan legume memberikan

(47)

Tabel 5 menunjukan hasil pengamatan pengaruh perlakuan terhadap rataan

kapasitas tampung, dimana perlakuan atau kombinasi penanaman campuran

rumput dan legum tidak mempengaruhi daya tampung ternak.

Tabel 5. Rataan daya tampung ternak (ST/ha)

Perlakuan Rataan

Keterangan : Superscript yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p>0.05) 1 ST = 14 ekor ternak kambing dewasa = 35 kg

Hasil pengamatan perlakuan menunjukan hasil rataan dari daya tampung

ternak sebesar 1.25 ST/ha. Daya tampung ternak tertinggi terdapat pada perlakuan

T4 sebesar 2.57 ST/ha dan daya tampung ternak terendah terdapat pada perlakuan

T2 sebesar 0.55 ST/ha.

Kapasitas tampung diketahui sejalan atau berhubungan dengan produksi

bahan keringnya. Perlakuan dengan produksi bahan kering kering yang tinggi

akan menghasilkan daya tampung ternak atau kapasitas tampung terhadap ternak

yang tinggi pula. Hal ini dapat dilihat dari perlakuan T4, dimana produksi bahan

keringnya yang tinggi (11349.37kg/ha/tahun) maka kapasitas daya tampung yang

dihasilkan tinggi pula (2.57 ST/ha). Selain dari faktor cahaya dan pemupukan,

kombinasi atau pencampuran tanaman rumput dan legum juga mempengaruhi

produksi bahan kering. Sesuai atau tidaknya rumput dan legum yang ditanam

(48)

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil dari masing – masing parameter maka dapat dibuat

rekapitulasi hasil penelitian seperti yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan

Keterangan : Superscript yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p>0.05)

Hasil rekapitulasi menunjukan bahwa perlakuan T4 (Brachiaria

ruziziensis + Arachis glabrata) memberikan hasil produksi bahan kering tertinggi

(11349.37 kg/ha/tahun) dengan komposisi botani rumput, legume dan gulma

masing – masingnya sebesar 94.53%, 0.66% dan 4.81% serta daya tampung

ternak yang dihasilkan dari perlakuan T4 sebesar 2.57 ST/ha. Sedangkan

perlakuan T2 memberikan hasil produksi bahan kering terendah (2434.45

kg/ha/tahun) dengan komposisi botani rumput, legume dan gulma masing –

masingnya sebesar 37.07%, 2.67% dan 60.26% serta daya tampung ternaknya

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Brachiaria ruziziensis dan Arachis glabrata merupakan pertanaman

campuran yang paling sesuai untuk dikembangkan di lahan perkebunan jeruk di

Kabupaten Karo karena menghasilkan produksi bahan kering tertinggi.

Saran

Penelitian selanjutnya sebaiknya diberikan perlakuan tambahan seperti

pemupukan, perlakuan hijauan dengan level naungan yang berbeda ataupun

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Adjei, M. B., Mislevy, P. and Chason, W. 2000. Timing, Defoliation,

Management, and Nitrogen Effects On Seed Yield of Argentine Bahia Grass. Agron J. 92 : 36 – 41.

Anshari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah – buahan Komersial. Bayumedia, Jakarta Timur.

Barus, A. 1992. Pengaruh Tinggi Penempelan dan Diameter Batang Bawah Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Jeruk. Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bogdan, A. V. 1977. Tropical pastures and Fooder Plants. Series, Longman,

London : Tropical Agriculture. P. 475

Cullison, A. E. 1979. Feed and Feeding. Virginia : Reston Publishing Company.

Distan Karo. 2008. Laporan Tahunan : Dinas Pertanian dan Hortikultura, Kabupaten Karo.

Freire, M. J., Kelly – Begazo, C. A. and Quesenberg, K. H. 2000. Establishment

Yield and Compettiveness of Rhizoma Perennial Peanut Germplas On A Flatwooda Soil. Soiland Crop Sci Society of Florida Proc 59 : 60 - 72.

Hall, L. K., Hughes, R. H., Rummel, R. L. and South, B. L. 1964. Forage and

Cattle Management In Longleaf – Slaash Pine Forest. Bulletin 2199 : 45 –

54.

Höfs, S., Hinterberger, J., Engelhardt, T., Durr, G. and Hoesle, U. 1995. On The

Intergration of Animal Husbandry In Farming and Household System In Africa South of The Sahara. Animal Research and Development 41 : 1 –

21.

Horne, P. M. and W. W., Stur. 1999. Mengembangkan Teknologi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Bersama Petani Kecil. Monograf ACIAR No. 65.

Joesoef, M. 1993. Penuntun Berkebun Jeruk. Bhratara, Jakarta.

KNRT. 2007. Jeruk. Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta.

(51)

Ludlow, M. M. 1978. Light Relation of Pasture Plants. In : J. R. Wilson (Ed.)

Plant Relations In Pasture. (CSIRO) Aust. Melbourne). p. 35 – 49.

Mannetje, L. T. and Jones, R. M. 1992. Plants Resources of South – East Asia. Bogor : PROSEA 4, Indonesia.

Mc. Ilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Susetyo,

Plantation Systems In Southeast Asia. ACIAR Proc. 63 : 7 – 10.

National Research Council. 1984. Nutrient Requirement of Beef Cattle. 6th rev. ed. National Academy Press, Washington DC.

Norton, B. W. 1989. Shade Effect and the Nutritive Value of Plants. ACIAR Proc. Project. 8560 : 47 – 52.

Pracaya. 2000. Jeruk Manis : Varietas, Budidaya dan Pascapanen. Swadaya, Jakarta.

Rangkuti, M., et al. 1990. Informasi Teknis Peternakan. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropika. BPPE, Yogyakarta.

Samarakoon, S. P. Wilson, J. R. Shelton, H. M. 1990. Growth, Marphology and

Nutritive Quality of Shaded Stenotaphrum secundatum, Axonopus compressus and Pennisetum clandestinum. J. Agric. Sci. 114 : 161 – 169.

Sophanodora, P. 1991. Compability of Grass – Legume Swards Under Shade.

Forage for Plantation Crop. ACIAR Proc. 32 : 117 – 119.

Steel, R. G. D. and Torrie, J. H. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Bambang S. penerjemah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Struik, P. C. and Deinum, B. 1982. Effect of Light Intensity After Flowering On

The Productivity and Quality of Silage Maize. Neth J. Agric. Sci. 30 : 297

– 316.

Wong, C. C. Mohd. Sharudin, M. A. and Rahim, H. 1985. Shade Tolerance

Potensial of Some Tropical Forages for Intergration With Plantations.

(52)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Produksi hijauan segar pemotongan umur 6 minggu

Perlakuan Ulangan

Produksi Hijauan Total

(53)

Lampiran 2. Kandungan bahan kering rumput pemotongan umur 6 minggu (%)

Perlakuan Ulangan BK Rumput (%)

T1

Lampiran 3. Produksi hijauan pemotongan umur 6 minggu (BK)

Perlakuan Ulangan Produksi Rumput

(54)

Lampiran 4. Produksi hijauan segar pemotongan umur 12 minggu (36 hari setelah panen I)

Perlakuan Ulangan

Produksi Hijauan Total

(55)
(56)

Lampiran 6. Rataan komposisi botani hijauan pada pemotongan umur 12 minggu (%)

Perlakuan Ulangan Rumput Legum Gulma

T1

(57)

Lampiran 8. Produksi hijauan segar pemotongan umur 12 minggu (kg/ha)

Lampiran 9. Produksi hijauan pemotongan umur 12 minggu (kg/ha) (BK)

(58)

Lampiran 10. Produksi hijauan pemotongan umur 12 minggu (kg/ha/tahun) (BK)

Lampiran 11. Rataan produksi hijauan (kg/ha/tahun) (BK)

(59)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

T1 2045.04 2222.73 4767.67 9035.44 3011.81

T2 3357.03 2979.62 966.69 7303.34 2434.45

T3 6176.71 11498.94 7232.34 24907.99 8302.66

T4 16276.32 12851.78 4920.02 34048.12 11349.37

T5 3005.37 6170.39 4053.09 13228.85 4409.62

T6 3487.81 3181.95 3645.63 10315.39 3438.46

Total 34348.28 38905.40 25585.45 98839.13

Rataan 5724.71 6484.23 4264.24 5491.06

Lampiran 12. Dwikasta produksi hijauan

Sg Ag Total Rataan

Pg 9035.44 7303.34 16338.78 8169.39

Br 24907.99 34048.12 58956.10 29478.05

Ss 13228.85 10315.39 23544.24 11772.12

Total 47172.28 51666.84 98839.13

Rataan 15724.09 17222.28 16473.19

Lampiran 13. Analisis keragaman produksi bahan kering hijauan

SK DB JK KT Fhit

Ftab

5% 1%

Ulangan 2 15276427.52 7638213.76 0.03tn 4.10 7.56

Perlakuan 5 189291464.10 37858292.82 0.17tn 3.33 5.64

Rumput 2 173453068.10 86726534.05 0.38tn 4.10 7.56

Legume 1 1122283.66 1122283.66 0.0049tn 4.96 10.04

R x L 2 14716112.33 7358056.16 0.03tn 4.10 7.56

Galat 10 2293073269.31 229307326.93

Total 17 2482364733.41

Ket : FK = 542731814.48 Ket : tn = Tidak berbeda nyata

Lampiran 14. Komposisi botani rumput (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(60)

Lampiran 15. Dwikasta komposisi botani rumput

Lampiran 16. Analisis keragaman komposisi botani rumput

SK DB JK KT Fhit

Lampiran 17. Komposisi botani legume (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 18. Dwikasta komposisi botani legume

(61)

Lampiran 19. Analisis keragaman komposisi botani legume

Lampiran 20. Komposisi botani gulma (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 21. Dwikasta komposisi botani gulma

Sg Ag Total Rataan

Lampiran 22. Analisis keragaman komposisi botani gulma

(62)

Lampiran 23. Rataan produksi hijauan (kg/ha) (BK)

Lampiran 24. Rataan kapasitas tampung ternak (ST/ha)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Keterangan : Superscript yang sama menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p>0.05) 1 ST = 14 ekor ternak kambing dewasa dengan total konsumsi 35 kg hijauan (BK)

Lampiran 25. Dwikasta kapasitas tampung ternak

(63)

Lampiran 26. Analisis keragaman kapasitas tampung ternak

SK DB JK KT Fhit Ftab

5% 1%

Ulangan 2 0.79 0.39 0.03tn 4.10 7.56

Perlakuan 5 9.73 1.95 0.17tn 3.33 5.64

Rumput 2 8.92 4.46 0.38tn 4.10 7.56

Legume 1 0.06 0.06 0.0049tn 4.96 10.04

R x L 2 0.76 0.38 0.03tn 4.10 7.56

Galat 10 117.91 11.79

Total 17 127.64

Ket : FK = 27.91

Gambar

Gambar 1. Dampak positif dan negatif naungan terhadap hijauan pakan      (Norton, 1989)
Gambar 2. Produksi bahan kering pastura (kg/ha/tahun) (BK)
Tabel 1. Komposisi botanis Paspalum gueonarum (%)
Gambar 3. Komposisi botani Paspalum gueonarum yang diinteraksikan dengan  Stylosanthes guianensis dan Arachis glabrata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telkom masih dapat dilihat bahwa masih banyak karyawan Telkom yang tidak disiplin waktu.hal ini menunjukkan bahwa kurangnya komitmen organisasi pada karyawan sehingga

[r]

menggunakan data sekunder unsur kelumit pada abu layang dari PLTU batubara Paiton dan data kandungan abu layang pada hasil samping pupuk sesuai petunjuk studi kelayakan EB-FGT

Penelitian yang dilakukan oleh M Jung menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kekasaran permukaan resin komposit nanofiller yang dipoles satu

Tahapan output meliputi masih terdapat program studi kesehatan masyarakat yang lingkungannya belum bebas dari asap rokok karena masih tersedia tempat khusus merokok dan

Kelompok perlakuan IV diberi suspensi daging kepiting cangkang keras 1 ml/30 g BB selama 3 hari, dimana setelah 3 hari perlakuan dilakukan pengukuran kadar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan kajian tentang pengaruh kompensasi finansial dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan mengisolasi dan mengidentifikasi jenis bakteri halofilik yang terdapat pada ikan talang (Chorinemus