• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PANTI ASUHAN DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK PADA UPT PELAYANAN SOSIAL ANAK SIDIKALANG SKRIPSI. Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN PANTI ASUHAN DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK PADA UPT PELAYANAN SOSIAL ANAK SIDIKALANG SKRIPSI. Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PANTI ASUHAN DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK PADA UPT PELAYANAN SOSIAL ANAK SIDIKALANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh :

JOKO SRIWIDODO SITUMORANG 120902001

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

Lampiran Lembar Pengesahan Skripsi

Judul Skripsi : PERANAN PANTI ASUHAN DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK PADA UPT PELAYAN SOSIAL ANAK SIDIKALANG- KABANJAHE

Nama Mahasiswa : Joko Sriwidodo Situmorang

NIM : 120902001

Departemen/Prodi : Kesejahteraan Sosial

Menyetujui DOSEN PEMBIMBING

Husni Thamrin, S.Sos, M.SP NIP. 197203082005011001

KETUA DEPARTEMEN

Agus Suriadi, S.Sos, M.Si NIP. 196708081994031004

DEKAN FISIP USU

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si NIP. 197409302005011002

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh suri tauladan bagi penulis khususnya dan bagi umat islam yang taat kepadanya hingga akhir hayat.

Mudah-mudahan kita mendapat syafaat nya di yaumil akhir nantinya amin.

Atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Peranan Panti Asuhan Dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak Pada UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang. Adapun penulisan Skripsi ini adalah untuk melengkapi tugas dan syarat dalam mencapai gelar Sarjana S.Sos.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dengan adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbgai pihak. Oleh karena itu, segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua Saya, yang telah merawat dan membesarkan saya.

2. Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum.

3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Bapak Dr. Muryanto Amin,S.sos, M.Si.

4. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku Dosen Penguji dan Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

5. Bang Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku dosen Pemmbimbing

(4)

Skripsi yang banyak memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk yang bermamfaat Sehingga tulisan ini dapat terwujud.

6. Dosen-dosen Departemen Ilmu Politik yang telah mengajar dan memberikan ilmu dari semester satu sampai sekarang.

7. Bapak/Ibu UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe.

8. Semua Saudaraku dan Sahabat-sahabatku, terima kasih telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

Akhirnya penulis mengucapakan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu dan penulis berharap kirannya skripsi ini dapat bermamfaat bagikita semua, warga Negara Indonesia. Amin.

Medan, Oktober 2018

Penulis

Joko Sriwidodo Situmorang

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain dan tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 18 Oktober 2018

Joko Sriwidodo Situmorang

(6)

ABSTRAK

PERANAN PANTI ASUHAN DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK PADA UPT PELAYANAN SOSIAL ANAK SIDIKALANG Nama : Joko Sriwidodo Situmorang

NIM : 120902001

UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe merupakan Lembaga yang secara khusus memberikan pelayanan, pembinaan dan pengurangan angka putus sekolah bagi anak terlantar dan kurang mampu. Di dalam panti anak asuh akan di berikan pelayanan dengan tahapan: pendekatan, penerimaan, assessment, rencana penempatan dalam program, bimbingan sosial dan keterampilan, resosialisasi dan bimbingan lanjutan. Tahapan ini merupakan suatu upaya dari misi UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe dalam meningkatkan pelayanan sosial bagi anak baik secara fisik, mental sosial maupun teknologi agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga mampu bersaing dengan anak lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan panti dalam pembentukan sikap sosial anak pada UPT Pelayanan Posial Anak Sidikalang- Kabanjahe. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 responden yang terdiri dari anak asuh dan pekerja sosial sebagai pihak dari panti.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan data primer meliputi: Fokus Diskusi Grup, observasi dan data sekunder meliputi studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran panti asuhan terhadap pembentukan sikap sosial anak berperan baik yaitu dalam pelayanan kesejahteraan sosial anak, memberikan kebutuhan pokok sehari-hari dan bimbingan spritual kepada anak asuh di panti asuhan.

Kata Kunci: Peranan, Panti Asuhan, Sikap, Anak.

(7)

ABSTRACT

THE ROLE OF THE ORPHANAGE IN THE FORMATION OF CHILDREN'S SOCIAL ATTITUDES ON UPT CHILDREN'S SOCIAL

SERVICES OF SIDIKALANG

Name: Joko Sriwidodo Situmorang NIM: 120902001

UPT Children's social services of Sidikilang-Kabanjahe is the agency that specifically provides services, coaching and the reduction of school dropout figures for abandoned children and underprivileged. In the foster care will be given a Ministry with the stages: approach, acceptance, assessment, plan the placement in the program, social guidance and skills, resocialization and guidance continued. This step is an effort of the UPT mission social services Child in Kabanjahe Sidikalang-improving social services for the child either physically, mentally or socially technology so that children can grow and develop properly so that it is able to compete with other children.

This research aims to know the role of nursing in the formation of social attitudes a child on the UPT child's Posial Ministry of Sidikalang-Kabanjahe.

Technique of data analysis used in the study is qualitative, descriptive. The sample used in this study were 12 respondents consisting of foster care and social workers as from the parties. Data collection techniques used in this research is the primary data include: Focus Group Discussion, observation and secondary data include the study of librarianship. Research results indicate that the orphanages role against the establishment of a social attitude of the child play a role both in the Ministry of social welfare of the child, provide daily basic necessities and spiritual guidance to foster care in an orphanage.

Key Words: Role, Orphanage, Attitude, child.

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... ... 8

1.4 Sistematika Penelitian ... ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan ... ... 10

2.1.1 Pengertian Peranan... ... 10

2.2 Pelayanan Sosial 2.2.1 Pengertian Pelayanan Sosial ... ... 12

2.2.2 Fungsi Pelayanan Sosial ... ... 14

2.3 Sikap Sosial Anak 2.3.1 Sikap ... ... 16

2.3.1.1 Ciri-Ciri Sikap Sosial ... ... 18

2.3.1.2 Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sikap .... ... 19

2.3.1.3 Fungsi Sikap Sosial ... ... 20

2.3.2 Anak ... ... 23

2.4 Panti Asuhan ... ... 24

2.4.1 Pengertian Panti Asuhan ... ... 24

2.4.2 Tujuan Panti Asuhan ... ... 25

2.4.3 Fungsi Panti Asuhan ... ... 26

2.4.4 Prinsip Pelayanan Panti Asuhan ... ... 28

2.5 Kerangka Pemikiran ... ... 28

2.6. Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.6.1 Definisi Konsep... ... 30

2.6.2 Definisi Operasional ... ... 31

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian ... ... 33

3.2 Lokasi Penelitian ... ... 33

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... ... 34

3.3.2 Sampel... ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... ... 35

3.5 Teknik Analisis Data ... ... 37

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.2 Sejarah Pendirian Panti Sosial Anak Sidikalang ... ... 38

4.3 Landasan Hukum UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang ... ... 39

4.4 Proses Pelayanan ... ... 39

4.5 Jenis-Jenis Kegiatan ... ... 41

4.5.1 Pelayanan Kesehatan ... .... 41

4.5.2 Pelayanan Keterampilan Komputer ... ... 42

4.5.3 Pelayanan Bimbingan Sosial dan Spiritual... .... 42

4.5.4 Kegiatan Konsultasi Orangtua ... ... 43

4.5.5 Kegiatan Rutin ... ... 44

4.6 Visi dan Misi UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe ... ... 45

4.7 Sasaran Pelayanan Sosial ... .... 45

4.7 Struktur Panti ... ... 46

4.8 Sarana dan Prasarana... ... 47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DATA 5.1 Pengantar ... .... 48

5.1.1 Karakteristi responden ... ... 48

5.2 hasil Focus Disscussion group ... ... 51

5.3 Pembahasan Focus Disscussion ... ... 70

5.3.1 Peran Panti Asuhan Dalam Membentuk Sikap Sosial ... 70

5.3.2 Program UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe ... 72

(10)

5.3.3 Perubahan Apa Saja Yang Di Dapat Oleh Pihak Panti Dalam Membentuk Sikap Sosial Anak Panti? ... 73 5.3.4 Kendala/Hambatan Yang Di Dapat Dalam Membentuk Sikap Sosial Anak ... 74 5.3.5 Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak ... .... 75

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan ... ... 77 6.2 Saran ... ... 77 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 29 Bagan.2 Struktur Organisasi ... 46

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Data Jumlah Warga Binaan UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang ... 6 Tabel. 2 Jadwal Kegiatan Anak Panti di Panti Sosial Anak Sidikalang ... 44 Tabel. 3 Sarana dan Prasarana ... 47

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era saat ini anak merupakan penentu bagi kemajuan sebuah bangsa, Indonesia sebagai negara berkembang dan berpenduduk nomor empat terpadat di dunia tentunya memiliki permasalahan yang kompleks mengenai anak, dimana pertumbuhan anak setiap tahun nya selalu mengalami peningkatan, di butuhkan peran khusus dari pemerintah agar anak-anak penerus bangsa nantinya dapat terlahir sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dan berguna bagi masyarakat demi terciptanya pembangunan nasional.

Pendidikan bagi anak perlu di tingkatkan agar anak memiliki pengetahuan, moral, dan sikap sosial yang baik agar selaras dengan nilai-nilai yang ada, sehingga melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Potensi anak perlu di kembangkan agar menjadi manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan memiliki tanggung jawap sesama manusia., sehingga mereka tidak hanya sekedar memiliki skill tetapi juga memiliki moral dan sikap sosial yang baik serta mampu melaksanakan fungsi sosial dalam masyarakat.

Semakin berkembangnya permasalahan yang berkaitan dengan anak membuat upaya perlindungan anak semakin perlu untuk diperbaharui. Masalah masalah anak di Indonesia memperlihatkan bahwa keluarga sebagai institusi utamadalam perlindungan anak ternyata belum sepenuhnya mampu menjalankan peranannya dengan baik. Kasus perceraian, disharmoni keluarga, keluarga miskin,

(14)

perilaku ayah atau ibu yang salah, dan berbagai permasalahan lainnya menjadi salahsatu pemicu terabaikannya hak-hak anak dalam keluarga.

Pada kenyataannya, berbagai persoalan pelanggaran hak anak kerap masih terjadi dan dianggap biasa oleh masyarakat, bahkan jika diperkirakan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya masalah kritis seperti kemiskinan, ketidakadilan, sindikat perdagangan narkoba dan sebagainya. Berita dari berbagai media baik media cetak, online maupun elektronik terhadap maraknya kasus- kasus pada anak merupakan informasi yang tidak dapat disangkal bahwa kasus- kasustersebut sering menghiasi pemberitaan di media massa.

Sebagaima wujud kepedulian pemerintah dalam memberi hak anak, pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Pembentukan UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan landasan yuridis dan bagian kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam mewujudkan kehidupan anak dalam berbangsa dan bernegara. Sebelumnya perhatian terhadap hak dan kewajiban anak hanya terfokuskepada para orang tua sebagai orang yang terdekat dan yang paling bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak. Namun sejalan dengan banyaknya perlakuan tidak baik dan tidak manusiawi terhadap anak, baik di luar maupun di tengah-tengah keluarganya sendiri, maka negara dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk memberikan perlindungan hukum terhadap anak.

Menurut undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terdapat pada Bab III, dari pasal 4 sampai pasal 19 hak anak sebagaimana mestinyayaitu, setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, serta

(15)

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi; setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental,spiritual, dan sosial; setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: diskriminasi; eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; Penelantaran; Kekejaman, kekerasan, penganiayaan;

dan Ketidakadilan.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia mencatat pengaduan terkait dengan persoalan anak sebanyak 3.849 kasus pada tahun 2017, atau mengalami penurunan dari data pada tahun sebelumnya. Hal ini juga terbantu oleh banyaknya bantuan perlindungan anak dari lembaga lain. Dari situasi ini dapat dilihat bahwa mulai tumbuhnya lembaga-lembaga layanan perlindungan anak di daerah. (http://www.kpai.go.id(berita persoalan-anak) Diakses 16 April 2018 pukul 20.30).

Banyak anak-anak yang tidak mmpu melanjutkan pendidikan, atau putus di tengah jalan di sebabkan karena kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan. Kondidi ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan pendidikan.

Sementara kondisi ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya anak kehilangan orang tua, orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor lainnya.

(16)

Sebagai wujud konkrit usaha dan kepedulian pemerintah dalam menanggulangi masalah anak, pemerintah mendirikan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak seperti Pelayanan Sosial Anak yang menjadi tempat bagi anak terlantar dan kurang mampu. Program ini memiliki fungsi sebagai tempat penampungan bagi anak. Anak diberikan makan dan minum setiap hari serta diberikan biaya pendidikan, tempat penampungan serta pelayanan alternatif yang mampu menggantikan fungsikeluarga, sehingga gangguan keluarga dapat dibatasi semaksimal mungkin dan anak akan merasa hidup dalam lingkungan keluarga sendiri.

Panti sosial mempunyai fungsi utama sebagai tempat penyebaran layanan;

pengembangan kesempatan kerja; pusat informasi kesejahteraan sosial; tempat rujukan bagi pelayanan rehabilitasi dari lembaga rehabilitasi tempat di bawahnya (dalam sistem rujukan/referral system) dan tempat pelatihan keterampilan. Jadi perlu adanya suatu lembaga formal seperti sekolah untuk membentuk sikap sosial anak sejak dini. Selain lembaga formal di sekolah, ada juga lembaga informal dalam membentuk sikap sosial anak yaitu keluarga. Dimana kita ketahui bahwa dalam membentuk sikap sosial anak bukan hanya tugas dari sekolah maupun instasi saja, akan tetapi peran keluarga lah yang paling banyak dalam membentuk sikap sosial anak. Dimana anak lebih banyak memiliki waktu bersama orang tua daripada guru-guru di sekolah, oleh karena itu pentingnya hubungan anak dan orangtua sangat lah di harapkan, karena orangtua adalah penyebab berkenalannya anak dengan dunia luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya di kemudian hari, terpengaruh oleh sikap orangtua.

(17)

Akan tetapi tidak semua anak di dunia ini bisa beruntung mendapatkan kasih sayang maupun perhatian dari orangtua nya. Dimana berakibat anak tidak mendapatkan pendidikan agama,serta nilai-nilai sosial yang baik. Yang mana seharusnya pendidikan dan nilai-nilai sosial tersebut ditanamkan sejak dini kepada anak, agar anak tersebut memiliki sikap yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku. Oleh karena itu bagi anak-anak yang kurang beruntung sangatlah tidak beruntung bagi mereka, bagaimana mereka akan mendapatkan kasih sayang yang utuh serta perhatian yang lebih dari orangtuanya, dan harus di bina dan di ajarkan tenang nilai-nilai sosial yang baik yang merupakan kewajiban kedua orangtua.

Karena sebagian besar anak indonesia tidak memiliki orang tua (yatim piatu) jelas perlu adanya usaha untuk membentuk sikap sosial anak yatim piatu yaitu lembaga sosial (Panti Asuhan). Dimana panti menjadi suatu wadah pengganti ketiadaannya orangtua. Anak akan tinggaldi lembaga ini di berikan biaya pendidikan, biaya kehidupan serta pelayanan yang mampu menggantikan keluarga. Panti sosial tidak hanya sebagai tempat penampung anak-anak yang kurang beruntung akan tetapi panti harus memberikan pelayanan sosial semaksimal mungkin agar nanti nya anak tersebut dapat memenuhi kebutuhan sosialnya.

Salah satu lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan dan pembinaan bagi anak terlantar dan kurang mampu adalah UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe. Lembaga yang berdiri sejak tahun 1975 ini merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, yang secara khusus memberikan pelayanan, pembinaan dan pengurangan angka putus sekolahbagi anak terlantar dan kurang mampu. Sesuai

(18)

dengan Undang–Undang No. 4 tahun 1979 Kesejahteraan Anak mengatakan bahwa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Namun, anak–anak yangtidak memiliki orang tua mempunyai hak untuk diasuh oleh negara dan lembaga lain.

UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe memiliki tugas dalam memberikan pelayanan dan pembinaan bagi warga binaan dalam menjalankan fungsinya di masyarakat. Selama menjadi warga binaan di UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe, anak mendapatkan proses sosialisasi atas nilai-nilai hidup dalam bermasyarakat, nilai keagamaan, adat istiadat, dan pendidikan. Anak dipersiapkan secara mental dan sosial untuk mampu hidup di masyarakat dan mencapai citacitanya sebagai penerus masa depan bangsa.

UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe memberikan pelayanan sosialkepada 95 orang warga binaan, yang menjadi sasaran adalah anak SD hingga SLTA yang berada di Kabupaten Dairi. Anak-anak tersebut dikategorikan dalam 4 kategori yaitu, anak yatim berjumlah 11 orang, anak piatu berjumlah 3 orang, anak yatim piatu berjumlah 3 orang, serta anak dari keluarga miskin berjumlah 78 orang.

Tabel 1. Data Jumlah Warga Binaan UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang.

YATIM PIATU YATIM PIATU KA.MISKIN JUMLAH 3 ORANG 11 ORANG 3 ORANG 78 ORANG Sumber: UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang.

Setiap harinya anak-anak asuh melaksanakan aktivitas sebagaimana anak- anaknormal yang tinggal bersama keluarga inti mereka, yaitu mereka melakukan kegiataan bersekolah dan setiap anak menjalani pendidikan diberbagai sekolah yang tersebar di Sidikalang. Selain kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap

(19)

harinya sebagaimana kehidupan anak normalnya yang tinggal bersama orangtua, warga binaan panti juga melaksanakan kegiatan mingguan dan bulanan yang dilaksanakandi dalam panti.Program yang diberikan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe bertujuan menjadikan anak untuk hidup mandiri, mendapatkan pendidikan sesuai umur serta memberikan keterampilan berbentuk pelatihan komputer yang diharapkan mampu menjadi bekal keterampilan anak dimasa depan. Program pemberdayaanyang diberikan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe diikuti oleh semuawarga binaan.

Kehadiran UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe diharapkan mampu mengembalikan fungsi sosial anak sehingga bisa menjadi individu yang mandiri nantinya ketika sudah tinggal di lingkungan masyarakat. Realisasi dari tujuan yang ingin dicapai tersebut diaplikasikan melalui berbagai pelayanan yang diberikan panti sosial terhadap warga binaan. Pelayanan yang diberikan dikategorikan dalam 3 bidang yaitu, pelayanan kesehatan, pelayanan pelatihan keterampilan komputer, pelayanan bimbingan sosial dan spiritual. Pelayanan kesehatan dilaksanakan sekali sebulan dimana UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe menjalin kerjasama dengan rumah sakit umum Sidikalang untuk melakukan cek kesehatan kepada anak-anak asuhan dan memberikan vitamin yang dapat mendukung tumbuh kembang anak asuhan. Pelayanan pelatihan keterampilankomputer dilaksanakan sekali seminggu yaitu di akhir minggu. Pelatihan dilaksanakan di ruang khusus laboratorium komputer dengan pelatih yang didatangkan dari luar panti yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada anak asuh perkembangan zaman yang sudah menggunakan teknologi canggih. Pelayanan bimbingan sosial dan spiritual dilaksanakan setiap sekali

(20)

seminggu dimana warga binaan baik yang beragama Kristen atau muslim diberikan bimbingan sosial dan spiritual agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik di lingkunganmasyarakat nantinya.Peneliti melakukan penelitian tentang peranan panti yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana peranan panti dalam pembentukan sikap sosial anak di dalam panti, apakah peranan panti itu sungguh memiliki arti penting bagi warga binaan, serta memberikan masukan dan rekomendasi kepada instansi atau lembaga terkait tentang permasalahan- permasalahan anak sehingga dapat digunakan sebagai bahanpenyusunan program untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan sosial bagianak.Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERANAN PANTI ASUHAN DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK PADA UPT PELAYANAN SOSIAL ANAK SIDIKALANG”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan: “Bagaimana peranan panti dalam pemebentukan sikap sosial anak di UPT pelayanan sosial anak Sidikalang?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran panti dalam membentuk sikap sosial anak.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

(21)

1. Secara Teoritis, dapat membantu mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir penulis melalui penelitian dan penulisan karya ilmiah tentang peranan pelayanan.

2. Secara Akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan bahan kajian bagi peneliti atau bagi mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial yang tertarik terhadap penelitian yang berkaitan dengan masalah ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan Tipe Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, serta Teknik Analisis Data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan

2.1.1 Pengertian Peranan

Peranan secara sederhana berasal dari kata “peran” yang kemudian mendapat akhiran “an” menjadi “peranan”. Menurut kamus besar bahasa indonesia Depdikbud (1990:667) “peranan adalah bagian tugas utama yang harus dilaksanakan”. Menurut Koentjaraningrat (2005:13) “peranan adalah tingkah laku setiap individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu”. Jadi pengertian peranan dalam penelitian ini adalah suatu perilaku atau tindakan yang diambil oleh para pemimpin sesuai dengan kedudukannya di dalam masyarakat yang sudah menjadi tugasnya dalam membina dan membimbing seseorang dalam terjun ke dunia sesungguhnya sesuai dengan perkembangan yang ada di dalam masyarakat.

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

(23)

Perihal fasilitas-fasilitas bagi peranan individu (role-facilities). Masyarakat biasanya memberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk dapat menjalankan peranan. Sejalan dengan adanya status-conflict of roles. Bahkan kadang suatu pemisahan antara individu dengan peranannya yang sesungguhnya harus dilaksanakannya. Hal ini dinamakan role-distance. Berikut terdapat tiga macam roles yaitu:

1. Role set Peran sosial itu bukanlah semata-mata cara orang berprilaku yang bisa diawasi, tetapi juga menyangkut cara berperilaku yang dipikirkan seharusnya dilakukan orang yang bersangkutan. Gagasan- gagasan tentang apa yang seharusnya dilakukan orang tentang perilaku apa yang pantas, atau layak dinamakan norma. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam menjalankan perannya, dalam ilmu sosial ketidakberhasilan ini terdapat dalam role conflik dan role strain.

2. Role Conflict Peran mempunyai pola kelakuan yang berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama. Dengan kata lain, bentrokan peranan terjadi kalau untuk mentaati suatu pola seseorang harus melanggar pola lain.

3. Role Strain Adanya harapan–harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama dinamakan Role Strain, satu hal yang menyebabkan Role Strain terjadi yaitu karena peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan status lain yang berbeda.

(24)

2.2 Pelayanan Sosial

2.2.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Kesejahteraan sosial erat kaitannya dengan pelayanan sosial, karena pelayanan sosial adalah bagian utama dalam ilmu kesejahteraan sosial dalam hal membantu individu atau suatu kelompok untuk mengembalikan fungsi sosialnya.

Pemberian pelayanan sosial didasarkan atas kebutuhan sehingga walaupun orang tidak mampu membayar, tetap akan diberi pelayanan yang dibutuhkannya.

Didalam pendapat Friedlander menyebutkan kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya. (Friedlander, dalam Fahrudin,2012:9). Disitu sangat terlihat keterkaitan yang sangat erat antara pelayanan sosial sebagai bagian kesejahteraan sosial.

Sementara di undang-undang ada dua pengertian kesejahteraan sosial setelah undang-undang tersebut diperbaharui pada tahun 2009. Yang pertama UU No.6 Tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1, kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materiil ataupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia

(25)

sesuai dengan Pancasila. Dan undang-undang ini kemudian diganti dengan UU No.11 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Dari berbagai pengertian diatas dapat terlihat ruang lingkup kesejahteraan sangat luas. Dalam kesejahteraan sosial terdapat pula usaha-usaha kesejahteraan sosial dimana pada umumnya hanya disebut sebagai pelayanan sosial. Di dalam UU No.11 Tahun 2009 dinyatakan usaha kesejahteraan sosial itu merupakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yaitu upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial.

Pelayanan sosial mempunyai arti sebagai usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) Sumber-sumber sosial pendukung, dan (2) Proses-proses yang meningkatkan kemampuan individu- individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stres dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal. (Romanyshyn, dalam Fahrudin,2012:51).

Pelayanan sosial dapat ditafsirkan dalam konteks kelembagaan sebagai terdiri atas program-program yang disediakan bedasarkan kriteria untuk menjamin tingkatan dasar dari penyediaan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan keberfungsian individual, untuk

(26)

memudahkan akses pada pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga pada umumnya, dan untuk membantu mereka yang berada dalam kesulitan kebutuhan.

Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya (Muhidin, 1992:41)

Pada umumnya baik kualitas maupun kuantitas daripada pelayanan sosial akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemakmuran suatu negara dan juga sesuai dengan faktor sosiokultural dan politik yang juga menentukan masalah prioritas pelayanan. Di negara yang sedang berkembang, daftar pelayanan sosial yang mencakup pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan kesejahteraan sosial, sepanjang pelayanan-pelayanan tersebut memusatkan pada bantuan pada individu-individu dan keluarga-keluarga yang menjalani masalah penyesuaian diri dan keberfungsian atau kemiskinan untuk diperbaiki.

2.2.2 Fungsi Pelayanan Sosial

Di dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial ada empat fungsi utama pelayanan sosial:

a. Fungsi Pencegahan (Preventive) b. Fungsi Penyembuhan (Curative)

(27)

c. Fungsi Pengembangan (Development) d. Fungsi Penunjang (Supportive)

Pelayanan sosial dalam hal panti rehabilitasi masuk kedalam fungsi yang kedua yaitu fungsi penyembuhan (Curative) karena fungsi ini bertujuan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat, sedangkan menurut Kahn fungsi-fungsi tersebut dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Pelayanan-pelayanan untuk sosialisasi dan pengembangan.

b. Pelyanan-pelayanan untuk terapi, pertolongan dan rehabilitasi, termasuk perlindungan sosial dan perawatan pengganti.

c. Pelayanan-pelayanan untuk mendapatkan akses, informasi, dan nasihat. (Kahn, dalam Fahrudin, 2012:55)

Pelayanan sosial dapat dikategorikan dalam berbagai cara tergantung dari tujuan klasifikasi. PBB mengemukakan bahwa fungsi pelayanan sosial adalah:

a. Perbaikan secara progresif daripada kondisi kehidupan orang.

b. Pengembangan sumber-sumber daya manusia.

c. Berorientasi orang terhadap perubahan sosial dan penyesuain diri.

d. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan.

e. Penyediaan struktur-struktur institusional untuk pelayanan- pelayanan yang terorganisasi lainnya.

Fungsi pelayanan sosial ditinjau dari perspektif masyarakat menurut (Muhidin, 1992:43) adalah sebagai berikut:

(28)

a. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok, dan masyarakat untuk saat ini dan masa yang akan datang.

b. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan- tujuan sosial.

c. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang untuk melindungi masyarakat.

d. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapatkan pelayanan sosial.

Menurut (Murdin, 1989:50-51) mengatakan bahwa bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah;

a. Pelayanan akses, mencakup pelayanan informasi, pemberian nasihat partisipasi. Tujuannya untuk membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan fasilitas pelayanan yang tersedia.

b. Pelayanan terapi, mencakup pertolongan terapi dan rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan.

c. Pelayanan sosial dan pengembangan.

2.3 Sikap Sosial Anak 2.3.1 Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).

(29)

Campbell (1950) dalam Notoadmojo (2010) mendefenisikan sangat sederhana, yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas di sini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup (Notoadmojo, 2010).

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/54870: Jurnal Lubis, Putri Maga Suci, 14-15, 00.21 April 26, 2018.

Azwar,1998 (dalam Muhammad Anas, 2007) mengemukakan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian sikap diantaranya:

1) Thurstone

Sikap merupakan suatu hal pada tingkat efektif, baik itu bersikap positif maupunnegatif dalam hubungannya dengan obyek-obyek psikologi.

2) Kimball young

Sikap merupakan suatu predisposisi mental untuk melakukan suatu tindakan.

3) Fisthein dan Ajzen

Sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalamcara tertentu berkenaan dengan objek tertentu.

(30)

4) Sherif & sherif

Sikap menentukan keajegan dan kekhasan prilaku seseorang dalamhubungan dengan stimulus manusia atau kejadaian-kejadian tertentu.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan beberapa ahli tersebut maka dapatditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak untuk bereaksi terhadap rangsangan, yang harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagaitingkah laku yang masih tertutup (dalam Muhammad Anas, 2007) http://www.academia.edu/9517938/SIKAP_SOSIAL

2.3.3.1 Ciri-Ciri Sikap Sosial

Pemahaman sikap perlu kiranya mengenali apa yang menjadi ciri-ciri dari sikap, Gerungan dalam Notoatmojo (2005) mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai berikut :

1. Tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk dan dapat di pelajari sepanjang perkembangan dalam hubunganya dengan objek,

2. Dapat diubah-ubah karena dapat dipelajari,

3. Tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan tertentu dengan objek,

4. Dapat berkenaan dengan suatu objek saja, juga dapat berkenaan dengan objek yang lain,

5. Mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan.

(31)

Lebih lanjut menurut Alex (2003) menyatakan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, prilaku, konsep, situasi, benda) dan mengandung penilaian (suka-tidak suka; setuju-tidak setuju).

Dari pendapat diatas jelas dikatakan bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, maka seseorang pada waktu dilahirkan belum mempunyai sikap tertentu, selanjutnya sikap terhadap objek tertentu ditentukan oleh perkembangan individu yang bersangkutan, oleh karena itu sikap dapat berubah-ubah dan dapat dipelajari.

Reaksi sikap dapat berupa respon positif jika seseorang merasa nyaman dan senang bila berada dalam lingkungan suatu objek, atau sebaliknya respon negatif apabila seseorang merasa tidak nyaman berada dekat objek. Bila ciri-ciri positif dapat muncul dalam suatu pembelajaran maka diharapkan kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar tinggi akan dapat dicapai

2.3.1.2 Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sikap

1. Faktor internal : yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.

Faktor ini berupa selectivity atau ddaya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh- pengaruh yang datang dari luar.

Pilihan pengaruh terhadap dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap didalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.

Misalnya : orang yang sangat haaus, akan lebih memperhatikan perangsang- perangsang yang lain

2. Faktor eksternal : faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa intraksi sosial diluar kelompok. Misalnya : intraksi antara manusia yang

(32)

dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat- alat komunikasi seperti : surat kabar, radio, televisi, majallah dan lain sebagainya.

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk adalam hubungan dengan suatu objek , orang, kkelompok lembaga, nialai, melalui hubngan antara individu, hubungan didalam kellompok, komunikasi surrat kabar, buku, poster, radio televisi dan sebagainya. Terdapat banyakkemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari- hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari : orang tua saudara- saudara di rumah memiliki peranan yang penting.

http://himasio-unsyiah.blogspot.com/2011/10/sikap-sosial.html, 12.00 28 April 2018.

2.3.1.3 Fungsi Sikap Sosial

Menurut Widayatun (2009) ada 8 fungsi sikap yaitu sebagai instrumental, pertahanan diri, penerima objek ilmu serta memberi arti, nilai ekspersif, penyesuaian sikap sosial, eksternalisasi, aktifitas adaptif dalam memperoleh infromasi dan refleksi kehidupan.

Selanjutnya Katz dalam Azwar (2003) menyebutkan fungsi dari sikap ada empat, yaitu:

a. Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkannya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya.

Dengan demikian, maka individu akan membentuk sikap positif

(33)

terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikannya.

b. Fungsi pertahanan ego menunjukkan keinginan individu untuk menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam egonya atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan, maka sikap dapat berfungsi sebagai makanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

c. Fungsi pernyataan nilai menunjukkan keinginan individu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan suatu nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya

d. Fungsi pengetahuan menunjukkan keinginan individu untuk mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diuraikan mengenai fungsi-fungsi dari sikap tersebut, yaitu adalah sebagai berikut:

a. Sikap sebagai Fungsi Utilitarian, fungsi ini berkaitan dengan prinsip manfaat dari sikap, yaitu untuk memaksimalkan reward dan meminimalkan punishment dari lingkungan. Sikap utilitarian adalah alat untuk menjamin diperolehnya perasaan nyaman atau menghindari ketidaknyamanan.

b. Sikap sebagai Fungsi Pertahanan Diri, Katz memberikan contoh mengenai pemilihan masuk ke kelompok minoritas yang dilakukan oleh seorang yang merasa inferior. Dengan masuk ke dalam kelompok

(34)

minoritas, individu merasa dirinya lebih eksis. Fungsi pertahanan diri ini sesungguhnya merupakan adopsi teori psikoanalisis mengenai ego defence mechanism yang menjelaskan bahwa individu memilih untuk melakukan perilaku tertentu yang digunakan untuk menutupi kelemahan di aspek lainnya. Contoh lain dari pertahanan diri ini adalah perilaku individu yang mengadopsi sikap dan perilaku orang lain.

Kelemahan dari penerapan fungsi sikap mempertahankan diri ini adalah pemilihan sikap dan perilaku yang hanya menitikberatkan pada fungsi mengurangi ketidak nyamanan saja sehingga seringkali pemilihan sikap sekedar untuk memperkuat pertahanan diri saja tetapi tidak merubah individu secara keseluruhan.

c. Sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai positif mengenai dirinya kepada orang lain, melalui sikap yang dipilih, individu dapat membangun citra mengenai dirinya di depan orang lain. Misalnya, individu yang menginginkan dirinya dianggap berwawasan internasional akan bersikap positif terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan negara lain. Sikap ini memberikan fungsi bagi individu dalam mengekspresikan nilai yang dianut. Dalam konteks ini sikap dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai identitas diri dan dapat juga digunakan untuk membangun citra diri. Sikap menyukai kelompok tertentu kerap kali berfungsi sebagai alat mengekspresikan nilai ini.

Berada dalam kelompok memberikan sense of identity. “Dua kondisi yang relevan dengan perubahan sikap dalam mengekspresikan nilai- nilai ini adalah ketidakpuasan individu terhadap citra dirinya, dan

(35)

ketidakpuasan individu terhadap nilai-nilai yang dianut sebelumnya”.

(Katz, 1970: 56). Dengan demikian, ekspresi sikap sesungguhnya dapat juga berfungsi sebagai penyesuaian sosial.

d. Sikap sebagai Fungsi Pengetahuan (Knowledge), fungsi sikap ini dapat dimengerti dengan contoh mengenai sikap positif para ibu yang mendengarkan program radio tertentu karena mereka mendapatkan berbagai informasi praktis yang dapat secara langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya mengenai fungsi sikap menurut Kuniawati (2005) bahwa fungsi dari sikap adalah sebagai berikut:

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, b. Sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku,

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman manusia.

Berdasarkan pernyataan mengenai fungsi dari sikap tersebut maka dapat di artikan bahwa sikap dapat berpengaruh terhadap diri kita sendiri bahkan fungsi dari sikap itu sendiri sangat tergantung dari aktivitas yang kita lakukan.

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-sikap-sosial/14919/2,00.30 28 April 2018.

2.3.2 Anak

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) danbelum pernah kawin. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa yang

(36)

setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baiksecara rohani, jasmani, maupun sosial.

Didalam UU RI No. 23 Tahun 2002 pasal 1 Tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anakyang ada di dalam kandungan. Sedangkan menurut UU Kesejahteraan Anak di dalampasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang berusia 21 tahun atauanak yang belum menikah.Anak adalah manusia yang masih kecil, dan bukan pula orang yang disebut dewasa. Didalam kehidupannya anak patut memiliki kesejahteraan yaitu suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan kehidupan secara wajar, baik secara jasmani maupun secara rohani dan sosial. Anak merupakan harapan bangsa dan orang tua akan selalu berusaha agar anak mereka menjadi apa yang diinginkan dengan memberikan seluruhnya yang ada pada orang tua, yang akan diberikan kepadaanaknya.

2.4. Panti Asuhan

2.4.1 Pengertian Panti Asuhan

Di dalam pasal 21 dijelaskan bahwa Panti Asuhan adalah sebuah yayasan sosial badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Yang di dalamnya mengatur semua aktifitas dan pengolahan sarana penunjang kehidupan anak asuhnya. Beberapa pengertian panti asuhan diantaranya : Menurut Departemen sosial RI (2004:

4),”Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan

(37)

sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional “. menurut Departemen Sosial RI, 2004: 5 menyatakan bahwa Panti sosial asuhan anak adalah panti sosial yang mempunya itugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang kurang mampu, terlantar agar potensi dan kapasitas belajarnya pulih kembali dan dapat berkembang secara wajar.

Panti asuhan adalah suatu lembaga pelayanan sosia yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, yang bertujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup. (Bardawi Barzan, 1999:5) Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan.

2.4.2 Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia yaitu:

(38)

1. Panti Asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga, dan masyarakat.

2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan, dan keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.

2.4.3 Fungsi Panti Asuhan

Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia panti asuhan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan. Fungsi pemulihan dan pengentasan anak ditujukan untuk mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak asuh.

2. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak. Fungsi konsultasi menitikberatkan pada intervensi terhadap lingkungan sosial anak asuh yang bertujuan di satu pihak dapat

(39)

menghindarkan anak asuh dari pola tingkah laku yang sifatnya menyimpang, di lain pihak mendorong lingkungan sosial untuk mengembangkan pola-pola tingkah laku yang wajar.

3. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang). Pelayanan Pengembangan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan dengan cara membentuk kelompok kelompok anak dengan lingkungan sekitarnya, menggali semaksimal mungkin, meningkatkan kemampuan sesuai dengan bakat anak, menggali sumber-sumber baik di dalam maupun luar panti semaksimal mungkin dalam rangka pembangunan kesejahteraan anak. Fungsi pengembangan menitikberatkan pada keefektifan peranan anak asuh, tanggung jawabnya kepada anak asuh, dan kepada orang lain, kepuasan yang diperoleh karena kegiatankegiatan yang dilakukannya. Pendekatan ini lebih menekankan pada pengembangan potensi dan kemampuan anak asuh dan bukan penyembuhan, dalam arti lebih menekankan pada pengembangan kemampuannya untuk mengembangkan diri sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi panti asuhan adalah memberikan pelayanan, informasi, konsultasi, dan pengembangan keterampilan bagi kesejahteraan sosial anak.

(40)

2.4.4 Prinsip Pelayanan Panti Asuhan

Pelayanan Panti Asuhan bersifat preventif, kuratif, dan rehabilitatif, serta pengembangan, yakni:

1. Pelayanan Preventif adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk menghindarkan tumbuh dan berkembangnya permasalahan anak.

2. Pelayanan Kuratif dan Rehabilitatif adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk penyembuhan atau pemecahan permasalahan anak.

Pelayanan pengembangan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan cara membentuk kelompok-kelompok anak dengan lingkungan sekitarnya, menggali semaksimal mungkin, meningkatkan kemampuan sesuai dengan bakat anak, menggali sumber-sumber baik di dalam maupun luar panti semaksimal mungkin dalam rangka pembangunan kesejahteraan anak.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka Pikir Panti Asuhan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk sikap sosial khususnya anak-anak yang sudah tidak mempuyai kedua orantua lagi atau dengan kata lain yatim piatu, dimana anak yatim piatu merupakan salah satu masalah sosial di dalam masyarakat, banyak orang-orang yang kurang memperdulikan nasib mereka, pendidikannya, dan lain sebagainya.

Dalam menghadapi beberapa kecenderungan yang terjadi maka dengan adanya panti asuhan menjadi solusi yang tepat dalam mendidik anak yatim piatu, agar dapat membentuk watak, sikap, dan perilaku anak agar menjadi lebih baik dan dapat bertanggung jawab, serta dibekali dengan keimanan dan ketaqwaan kepada

(41)

Allah SWT. Dari uraian di atas maka dapat ditarik suatu kerangka pikir sebagai berikut.

Bagan.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Bagan Kerangka Pemikiran UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang

Peranan Panti

 Pelayanan bimbingan sosial dan spiritual

 Pembentukan Karakter

Pembentukan Sikap sosial Anak

(42)

2.6 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.6.1 Definisi Konsep

Definisi konsep adalah batasan arti dari gambaran hubungan dari antara unsur-unsur yang ada didalamnya (Siagian, 2011:56). Konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan istilah dan mendefinisikan istilah- istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan tidak muncul salah pengertian pemakaian istilah yang dapat menguburkan tujuan penelitian. Untuk memperjelas penelitian ini, maka peneliti membatasi konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa.

2. Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya.

3. Sikap Sosial Anak adalah aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orangtua maupun saudara- saudaranya. Didalam hubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang membentuk kepribadiannya, yang membantu berkembang menjadi manusia sebagai mana adanya.

(43)

4. UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang adalah suatu lembaga yang bergerak dibidang sosial yang memberikan bimbingan serta pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak.

2.6.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses operasionalisasi konsep yaitu upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011:141). Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam program pelayanan sosial anak di UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang- Kabanjahe dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:

1. Pemahaman program, meliputi:

a. Sosialisasi program pelayanan sosial yang diberikan kepada warga binaan.

b. Pemahaman setelah sosialisasi program pelayanan sosial anak.

c. Pengetahuan tentang tujuan program pelayanan sosial anak.

d. Pengetahuan tentang metode program pelayanan sosial anak.

2. Ketepatan sasaran, meliputi:

Warga binaan UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe, dengan kriteria sebagai berikut : anak dari keluarga ekonomi lemah, anak yang tidak memiliki orangtua (Yatim, Piatu, dan Yatim Piatu), anak korban konflik (bencana sosial), anak korban bencana alam, dan anak yang ditelantarkan.

3. Tepat waktu, meliputi:

a. Ketepatan waktu frekuensi pemberian pelayanan sosial.

b. Ketepatan waktu mendapat bantuan pelayanan.

(44)

4. Tercapainya target:

Pencapaian target yang ditetapkan melalui kegiatan pelayanan, seperti terpenuhinya kebutuhan anak baik dibidang kesehatan, keterampilan, dan spiritual.

5. Tercapainya tujuan, meliputi:

a. Peningkatan potensi dan kapasitas belajar anak pulih kembalidan berjalan secara wajar.

b. Terpenuhinya kebutuhan dasar yang diperlukan bagi pertumbuhan anak secara wajar

c. Peningkatan rasa aman dalam proses perkembangan kognitif, emosi, sosial, spiritual/rohani kearah pertumbuhan dan perkembangan yang wajar.

6. Adanya perubahan nyata.

a. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

b. Memiliki kesehatan dan tumbuh kembang yang baik.

c. Dapat berfungsi sosial dengan baik di lingkungan masyarakat.

d. Mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dimana berada motivasi diri yang meningkat

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang di teliti. Termasuk di dalamnya unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52).

Dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif peneliti ingin membuat gambaran bagaimana peranan panti asuhan dalam membentuk sikap sosial anak di UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di (UPT) Pelayanan Sosial Anak Sidikalang- Kabanjahe. Panti Pelayanan Sosial Anak berlokasi di Jalan Olahraga no 4 (Kompleks Stadion Lama) Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini dikarenakan panti sosial ini merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah naungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas Sosial yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada keluarga yang miskin atau kurang mampu, serta anak yang sudah yatim/piatu dan yatim piatu. Selain itu adanya ketertarikan penulis untuk mengetahui bagaimana aktivitas serta Pogram Pelayanan sosial di UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe.

(46)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Secara sederhana populasi dapat di artikan sebagai sekumpulan objek, peristiwa maupun individu yang dibagi dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau objek yang memiliki persamaan (Siagian, 2011:115).

Populasi tidak sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2008: 80). Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga binaan yang terdaftar di UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe yang berjumlah 95 orang anak. Semua populasi diambil datanya,dan beberapa pegawai yang akan menjadi sumber responden.

3.3.2 Sampel

Dalam kaitannya dengan penelitian, sampel dapt diartikan sebagai sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara cara tertentu.

Sampel bersifat refresentatif apabila terdiri dari unsur-unsur yang memiliki seluruh sifat-sifat populasi, walaupun jumlahnya jauh lebih sedikit. Sehingga sampel yang refresentatif, tidak akan berbeda dengan hasil penelitian seandainya dilakukan terhadap seluruh populasi (Amiruddin 2016 :225).

Dalam penelitian di butuhkan informan sebagai sample penelitian untuk mewakili fenomena yang ada. Menurut Poerwandari (2005) pemilihan informan penelitian hendaknya menggunakan purpose sampling dengan tujuan agar subjek

(47)

penelitian memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian . Berdasar tujuan penelitian ini, sample atauinforman yang akan di pilih memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Merupakan Anak panti, yang menjadi fokus dari penelitian ini sendiri.

2. Seluruh informan berdomisili di Sidikalang.

3. Merupakan Pekerja sosial yang berada di dalam lingkup Panti Asuhan Anak Sidikalang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian sangat ditentukan oleh kepastian akan variabel yang akan dikaji dengan mengacu kepada judul penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu Peranan Panti Asuhan Dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak . Desain yang digunakan dalam penelitian ini yakni penelitian deskriptif kualitatif yaitu pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan obyek mencakup Peranan Panti Asuhan Dalam Pembentukan Sikap Sosial Anak. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 95 anak asuh yang dibina oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe dipilih berdasarkan batasan umur yaitu mulai dari umur 13 tahun ke atas, sedangkan sebagai pelengkap dalam pengumpulan data di gunakan informan yaitu kepala UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe, pengurus UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe, seksi pengasuhan dan seksi pendidikan/pengajaran Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu mengambil beberapa sampel dari jumlah populasi. Teknik Pengumpulan Data :

(48)

1. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti melalui penelaah buku, jurnal dan karya tulis lainnya yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Instrumen penelitian yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian sosial, yaitu:

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Focus Group Discussion, secara sederhana didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Menurut Irwanto (2006: 1-2) “ FGD merupakan suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok”. Di sini peneliti akan melakukan FGD di Panti Asuhan Anak Sidikalang, dengan narasumbernya yakni: anak panti asuhan, dan para pengurus atau pekerja sosial yang ada di panti asuhan sidikalang.

c. Dokumentasi, yaitu teknik untuk melengkapi data dan informasi yang telah diperoleh sebelumya dari FGD, dan observasi. Dengan teknik ini diperoleh data–data berupa foto – foto, absensi atau dokumen lainnya.

(49)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis analisis data yang di gunakan adalah teknik analisa data deskriptif kualitatif yang berusaha menjelaskan yang berhubungan dengan objek penelitian. Data hasil FGD dan hasil wawacara akan di uraikan melalui tulisan.

(50)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Pendirian Panti Sosial Anak Sidikalang

Awal berdirinya panti sekitar tahun 1975 berlokasi di Jalan Pembangunan dan kemudian pada tahun 1977 berpindah ke lokasi yang baru yaitu di Jalan Ki Hajar Dewantara kemudian baru baru ini di ganti dengan Jalan Olahraga no 4.

Sistem pelayanan yang digunakan saat itu berupa rumah singgah bagi anak-anak terlantar dan kurang mampu. Namun seiring perubahan tahun ke tahun teknik pelayananan yang diterapkan semakin berkembang dan bukan hanya sekedar rumah singgah bagi anak-anak. Jumlah sekolah pada tahun 1975 yang ada di kabupaten Dairi masih sangat terbatas jumlahnya, terutama di desa-desa yang tersebar di kabupaten Dairi. Sekolah dasar hingga menengah atas hanya ada di kota Sidikalang sebagai ibu kota kabupaten Dairi. Jumlah anak yang ingin melanjutkan pendidikan setiap tahunnya bertambah, sedangkan perekonomian orangtua yang tidak memungkinkan anak-anaknya untuk bersekolah di kota Sidikalang. Maka dengan ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas Sosial mendirikan Lembaga Kesejahteraan Sosial anak yang dikenal dengan UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe. Kehadiran panti saat itu sangat membantu masyarakat terutama masyarakat kurang mampu yang tinggal di daerah terpencil. Banyak anak-anak yang melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang menengah atas tanpa terkendala biaya hidup dan biaya pendidikan. Sesuai dengan tujuan utama sistem pelayanan panti sosial anak sidikalang-kabanjahe yaitu terbinanya dan berkurangnya anak putus sekolah diusia muda sehingga mampu

(51)

dan pelayanan berupa pengurangan angka anak buta aksara, anak terlantar yang berasal dari keluarga miskin atau kurang mampu di seluruh desa yang ada di kabupaten Dairi.

4.8 Landasan Hukum UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe 1. UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

2. PERGUBSU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Susunan Organisasi Dinas- Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara.

3. PERGUBSU No 38 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara.

4. PERGUBSU No. 28 Tahun 2013 tentang Organisasi, Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas UPT pada Dinas Sosial Sumatera Utara.

5. PERGUBSU No.17 Tahun 2010 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesejahteraan Sosial Prov. Sumatera Utara.

6. PERGUBSU No. 33 Tahun 2010 tentang Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Uraian Tugas UPT pada Dinas Sosial Sumatera Utara.

4.9 Proses Pelayanan

Anak Adapun proses pelayanan terhadap warga binaan dilakukan melalui tahapantahapan berikut ini:

1. Pendekatan awal a. Orientasi b. Sosialisasi c. Identifikasi

d. Pemberian motivasi e. Seleksi

(52)

2. Penerimaan a. Registrasi

b. Seleksi administrasi

c. Anak terlantar, yatim piatu, yatim, piatu, dan keluarga yang tidak mampu

3. Penelaahan dan pengungkapan masalah/assessment a. Pemeriksaan kondisi fisik

b. Pemeriksaan kondisi sosial

c. Pemeriksaan tingkat kecakapan pengetahuan d. Wawancara/pengungkapan masalah

4. Rencana penempatan dalam program

a. Penyelenggaraan serangkaian kegiatan untuk menciptakan kondisi bagi penerima pelayanan sehingga secara fisik dan mental siap untuk menerima program pelayanan

b. Penyelenggaraan case conference

c. Pemberitahuan hasil sidang kasus kepada penerima pelayanan 5. Bimbingan sosial dan keterampilan

a. Bimbingan fisik/kesehatan b. Bimbingan mental/agama c. Bimbingan sosial

d. Bimbingan keterampilan 6. Resosialisasi

a. Bimbingan kesiapan peran serta keluarga dan masyarakat b. Bimbingan hidup bermasyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah mendirikan lembaga sosial kesejahteraan anak yaitu Panti Sosial Petirahan Anak (PSPA) Satria Baturaden dalam pembentukan kepribadian anak yang mengalami

Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan proyeksi pekerja sosial pada anak-anak yatim, terlantar dengan cara membantu dan membimbing kearah perkembangan pribadi

Kontribusi pengaruh dukungan sosial pengasuh terhadap motivasi belajar anak panti asuhan usia remaja di panti asuhan Mamiyai Al-Ittihadiyah Medan adalah sebesar =

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Malikul A’la adalah salah satu Kegiatan Sosial Yayasan Malikul A’la yang bergerak di bidang Peningkatan kesejahteraan sosial, mempunyai tanggung

Kegiatan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang meliputi pembinaan fisik, pelayanan mental, bimbingan sosial dan pembinaan keterampilan, semua bertujuan

Panti Sosial Asuhan Anak Tunas Bangsa mempunyai tugas memberikan bimbingan, pelayanan yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan

Pendidikan / terhadap anak-anak panti asuhan // kegiatan bakti sosial tersebut mengundang sekitar 80 anak panti. asuhan untuk berkunjung ke kampus FIP jalan karang malang /

lainnya. Bertempat tinggal dan hidup dipanti sosial bukanlah hal yang mudah bagi anak, khususnya bagi anak-anak yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak