• Tidak ada hasil yang ditemukan

persepsi anak asuh tentang pelayanan sosial di panti sosial asuhan anak psaa tambatan hati subang bab 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "persepsi anak asuh tentang pelayanan sosial di panti sosial asuhan anak psaa tambatan hati subang bab 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Anak selaku harapan bangsa dan negara mempunyai kedudukan yang penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena anak adalah tunas bangsa yang akan tumbuh dan berkembang menjadi bagian dari generasi. Anak yang berkualitas perlu dipersiapkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara rohaniah, jasmaniah maupun sosialnya, sehingga kesejahteraan anak dapat terpenuhi dan apa yang menjadi harapan keluarga, masyarakat dan bangsa dapat terwujud.

Pertumbuhan dan perkembangan yang wajar bagi anak sangat bermakna. Kenyataan menunjukkan banyak anak yang tidak mampu melaksanakan fungsi dan peranannya serta memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik, diantaranya adalah ketidakmampuan orang tua dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Akibatnya anak tidak mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara wajar dengan kata lain menjadi terlantar.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan anak terlantar tersebut bertujuan untuk membantu anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

(2)

anak asuh, yang memberikan pelayanan sosial terhadap anak yang meliputi tahap rehabilitasi sosial sampai dengan pembinaan lanjut.

Proses pelayanan yang dilakukan oleh panti asuhan tersebut sebagai upaya untuk mewujudkan terbinanya dan berkembangnya kehidupan anak terlantar secara wajar. Anak yang disantuni di dalam panti akan mampu berkembang dengan baik apabila pelayanan sosial yang diberikan oleh panti benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kegiatan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang meliputi pembinaan fisik, pelayanan mental, bimbingan sosial dan pembinaan keterampilan, semua bertujuan untuk memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan bagi anak terlantar yang diasuhnya. “Orang tua merupakan orang pertama yang menyampaikan pemenuhan kebutuhan materil”. (Sumarno, 1982:105). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak yang berada dalam asuhan orang tuanya sendiri adalah keadaan yang paling menguntungkan.

Asuhan orang tua merupakan cara yang terbaik bagi pertumbuhan rasa, cipta dan karsa seorang anak. Orang tua menjadi sumber pertama yang memberikan kasih sayang, kesehatan dan kemesraan serta penerimaan terhadap anak sebagaimana adanya. Pada kenyataannya karena berbagai sebab, tidak semua orang tua atau keluarga mempunyai kesanggupan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok anak, baik karena kondisi sosial ekonomi keluarga yang hidup dalam kemiskinan maupun karena kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya, sehingga menyebabkan anak tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani maupun sosialnya.

(3)

1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa.

3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan atau sudah dilahirkan.

4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan/menghambat perkembangan dan pertumbuhannya dengan wajar.

Pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar tidak dapat terwujud tanpa dibarengi kebutuhan-kebutuhan pokok dan pelaksanaan hak-hak anak. Kegagalan dalam proses pemenuhan kebutuhan pokok, akan menyebabkan anak menjadi terlantar baik secara rohani, jasmani maupun sosial sehingga berdampak negatif pada pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual, mental dan sosial anak.

Anak bukan saja mengalami keterlantaran fisik akibat gizi dan kualitas kesehatan yang buruk, hambatan mental, lemah daya nalar dan bahkan bisa menjurus pada perilaku mental yang negatif seperti : autism, nakal, sulit diatur dan perilaku kriminal.

Usaha menanggulangi dan mencegah timbulnya permasalahan dan keterlantaran anak maka diperlukan suatu program pelayanan sosial sebagai perwujudan dari usaha kesejahteraan anak, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat.

(4)

perlindungan kepada warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran tanpa mempertimbangkan keuntungan.

Pada saat ini Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati sedang membina sebanyak 40 orang anak : 25 laki-laki dan 15 perempuan : 14 anak tingkat SLTP, 26 anak tingkat SMA dengan umur kisaran 13 – 18 tahun (Data Panti Sosial Asuhan Anak Tambatan Hati Subang, 2008).

Kegiatan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati dalam mewujudkan kesejahteraan anak asuh yaitu memberikan pelayanan berupa pendidikan, kesehatan, pemenuhan kebutuhan fisik, mental, sosial dan pemberian keterampilan, sedangkan tujuan pelayanan adalah memberikan perlindungan dan pembinaan fisik, mental dan sosial.

PSAA Tambatan hati mempunyai keterbatasan seperti : tempat yang tidak begitu luas, kurangnya sarana pendidikan, kurang maksimalnya pelayanan kesehatan, tetapi itu semua tidak menjadi hambatan untuk memberi pelayanan yang optimal untuk anak asuh.

Pelayanan sosial yang diberikan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati pada kenyataannya cukup mampu mencapai tujuan yang diharapkan, pelayanan yang diberikan optimal meskipun terdapat keterbatasan dalam pelayanan pendidikan, kesehatan maupun pemberian keterampilan sehingga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan anak asuh.

(5)

berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

Persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indera kita (yakni indera peraba, indera penglihat, indera pencium, indera pengecap, dan indera pendengar) atensi, dan interpretasi sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan. Reseptor inderawi adalah penghubung antara otak manusia dan lingkungan sekitar rangsang-rangsang tersebut dikirimkan ke otak, makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari dan akhirnya dapat ditafsirkan.

Brian Fellows : Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalis informasi. Kenneth A. Serena dan Edward M. Bodaken : Persepsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita. Philip Goodacre dan Jennifer Follers : Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsang. Joseph A. Devito : Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.

(6)

Merujuk dari hasil pendahuluan dengan beberapa orang anak asuh bahwa sebagian mereka beranggapan pelayanan yang diberikan panti optimal, meskipun masih banyak keterbatasan dalam pelayanan pendidikan seperti : penyediaan buku-buku pelajaran, pelayanan kesehatan walaupun rutin dilakukan tapi secara kualitas belum maksimal, dikarenakan dana yang terbatas.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “PERSEPSI ANAK ASUH TENTANG PELAYANAN SOSIAL DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) TAMBATAN HATI SUBANG”.

1.2. Fokus Penelitian

Peneliti menentukan fokus penelitian antara lain :

a. Mengkaji persepsi anak asuh hidup pelayanan sosial yang diberikan Panti Sosial Asuhan Anak Tambatan Hati, antara lain :

 Pembinaan Fisik : - Pembinaan olah raga - perawatan kesehatan

- Pemberian makanan bergizi

 Pembinaan Mental : - Pengajian - Ceramah agama

 Bimbingan Sosial : - Bimbingan kemasyarakatan - Belajar kelompok

 Pembinaan Keterampilan : - Kerajinan tangan - Kesenian

(7)

1.3. Rumusan Masalah

Sampai seberapa jauh persepsi anak asuh terhadap pelayanan sosial di Panti Sosial Asuhan Anak Tambatan Hati Subang.

1.4. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan atau penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi anak asuh tentang pembinaan fisik (Pembinaan olahraga, perawatan kesehatan dan pemberian makanan bergizi) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang?

2. Bagaimana persepsi anak asuh tentang pembinaan mental (Pengajian dan ceramah agama) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang?

3. Bagaimana persepsi anak asuh tentang bimbingan sosial (Bimbingan kemasyarakatan dan belajar kelompok) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang?

4. Bagaimana persepsi anak asuh tentang pembinaan keterampilan (Kerajinan tangan dan kesenian) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang?

1.5. Tujuan Penelitian

(8)

b. Untuk mengetahui persepsi anak asuh tentang pembinaan mental (Pengajian dan ceramah agama) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang. c. Untuk mengetahui persepsi anak asuh tentang bimbingan sosial (Bimbingan

kemasyarakatan dan belajar kelompok) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang.

d. Untuk mengetahui persepsi anak asuh tentang pembinaan keterampilan (Kerajinan tangan dan kesenian) di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua kegunaan, yaitu secara teoritis dan praktis :

a. Manfaat teoritis, yaitu dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti akan permasalahan anak asuh serta pelayanannya.

b. Manfaat praktis, yaitu dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang dapat dipergunakan oleh berbagai pihak dalam menentukan kebijakan akan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang.

1.7 Definisi Operasional

Untuk mempermudah pembahasan maka penulis merumuskan beberapa istilah yang terdapat dalam operasionalisasi variabel ke dalam definisi operasional sebagai berikut :

(9)

Persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita berdasarkan hasil belajar dan pengalaman.

2. Anak asuh adalah seseorang yang belum mencapai 21 tahun dan belum pernah kawin dan dalam keadaan terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial.

3. Pelayanan sosial adalah serangkaian program yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat yang menyediakan berbagai fasilitas pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan memberikan pertolongan dan perlindungan kepada warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran.

4. Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang adalah tempat atau lokasi dimana penelitian akan dilakukan.

1.8 Variabel dan Indikator

Tabel 1.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator Alat Ukur

(10)

4. Pembinaan Keterampilan

a. Kerajinan tangan b. Kerajinan

1.9. Konsep Pemikiran (Conceptual Framework)

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

Persepsi

Pelayanan Sosial

- Pembinaan Fisik

 Olahraga

 Kesehatan

 Makanan bergizi - Pembinaan Mental

 Pengajian

 Ceramah Agama - Bimbingan Sosial

 Kemasyarakatan

 Diskusi Kelompok - Pembinaan Keterampilan

 Kerajinan Tangan

 Kesenian

Fenomena Standard pola asuh di PSAA

Posisi Anak Asuh

Gambar

Tabel 1.1Operasionalisasi Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dikemudian hari ternyata saya terbukti menerima beasiswa lain, saya sanggup dikenakan sanksi dan bersedia mengembalikan semua beasiswa tersebut kepada pihak yang

257/UN22.9/PSPD/HPEQ-P/09/2012 tanggal 11 September 2012, dengan ini Panitia Pengadaan Barang HPEQ PSPD Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Mengumumkan

[r]

pemodelan simulasi hujan buatan pada peralatan tegangan tinggi dengan elektroda bola - bola,. elektroda jarum – jarum, dan

Berdasarkan temuan di lapangan, dihasilkan data yaitu tahapan pembelajaran yang terdiri dari 5 tahap yaitu tahap pertama pengenalan guzheng , tahap kedua pemasangan kuku

[r]

Dengan memanfaatkan fasilitas khusus berbasis grafis dan kumpulan-kumpulan kelas yang dinamakan Abstract Window Toolkit (AWT) yang dikelompokkan ke dalam suatu paket, dengan Java 2D

Demikian halnya dengan sunat perem- puan di desa Bodia, bahwa sunat perem- puan adalah praktek budaya turun temurun dari nenek moyang mereka, budaya yang melekat tersebut