• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di era saat ini anak merupakan penentu bagi kemajuan sebuah bangsa, Indonesia sebagai negara berkembang dan berpenduduk nomor empat terpadat di dunia tentunya memiliki permasalahan yang kompleks mengenai anak, dimana pertumbuhan anak setiap tahun nya selalu mengalami peningkatan, di butuhkan peran khusus dari pemerintah agar anak-anak penerus bangsa nantinya dapat terlahir sebagai sumber daya manusia yang berkualitas dan berguna bagi masyarakat demi terciptanya pembangunan nasional.

Pendidikan bagi anak perlu di tingkatkan agar anak memiliki pengetahuan, moral, dan sikap sosial yang baik agar selaras dengan nilai-nilai yang ada, sehingga melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Potensi anak perlu di kembangkan agar menjadi manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan memiliki tanggung jawap sesama manusia., sehingga mereka tidak hanya sekedar memiliki skill tetapi juga memiliki moral dan sikap sosial yang baik serta mampu melaksanakan fungsi sosial dalam masyarakat.

Semakin berkembangnya permasalahan yang berkaitan dengan anak membuat upaya perlindungan anak semakin perlu untuk diperbaharui. Masalah masalah anak di Indonesia memperlihatkan bahwa keluarga sebagai institusi utamadalam perlindungan anak ternyata belum sepenuhnya mampu menjalankan peranannya dengan baik. Kasus perceraian, disharmoni keluarga, keluarga miskin,

perilaku ayah atau ibu yang salah, dan berbagai permasalahan lainnya menjadi salahsatu pemicu terabaikannya hak-hak anak dalam keluarga.

Pada kenyataannya, berbagai persoalan pelanggaran hak anak kerap masih terjadi dan dianggap biasa oleh masyarakat, bahkan jika diperkirakan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya masalah kritis seperti kemiskinan, ketidakadilan, sindikat perdagangan narkoba dan sebagainya. Berita dari berbagai media baik media cetak, online maupun elektronik terhadap maraknya kasus-kasus pada anak merupakan informasi yang tidak dapat disangkal bahwa kasus-kasustersebut sering menghiasi pemberitaan di media massa.

Sebagaima wujud kepedulian pemerintah dalam memberi hak anak, pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Pembentukan UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan landasan yuridis dan bagian kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam mewujudkan kehidupan anak dalam berbangsa dan bernegara. Sebelumnya perhatian terhadap hak dan kewajiban anak hanya terfokuskepada para orang tua sebagai orang yang terdekat dan yang paling bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak. Namun sejalan dengan banyaknya perlakuan tidak baik dan tidak manusiawi terhadap anak, baik di luar maupun di tengah-tengah keluarganya sendiri, maka negara dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk memberikan perlindungan hukum terhadap anak.

Menurut undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terdapat pada Bab III, dari pasal 4 sampai pasal 19 hak anak sebagaimana mestinyayaitu, setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi; setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental,spiritual, dan sosial; setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: diskriminasi; eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; Penelantaran; Kekejaman, kekerasan, penganiayaan;

dan Ketidakadilan.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia mencatat pengaduan terkait dengan persoalan anak sebanyak 3.849 kasus pada tahun 2017, atau mengalami penurunan dari data pada tahun sebelumnya. Hal ini juga terbantu oleh banyaknya bantuan perlindungan anak dari lembaga lain. Dari situasi ini dapat dilihat bahwa mulai tumbuhnya lembaga-lembaga layanan perlindungan anak di daerah. (http://www.kpai.go.id(berita persoalan-anak) Diakses 16 April 2018 pukul 20.30).

Banyak anak-anak yang tidak mmpu melanjutkan pendidikan, atau putus di tengah jalan di sebabkan karena kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan. Kondidi ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan pendidikan.

Sementara kondisi ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya anak kehilangan orang tua, orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor lainnya.

Sebagai wujud konkrit usaha dan kepedulian pemerintah dalam menanggulangi masalah anak, pemerintah mendirikan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak seperti Pelayanan Sosial Anak yang menjadi tempat bagi anak terlantar dan kurang mampu. Program ini memiliki fungsi sebagai tempat penampungan bagi anak. Anak diberikan makan dan minum setiap hari serta diberikan biaya pendidikan, tempat penampungan serta pelayanan alternatif yang mampu menggantikan fungsikeluarga, sehingga gangguan keluarga dapat dibatasi semaksimal mungkin dan anak akan merasa hidup dalam lingkungan keluarga sendiri.

Panti sosial mempunyai fungsi utama sebagai tempat penyebaran layanan;

pengembangan kesempatan kerja; pusat informasi kesejahteraan sosial; tempat rujukan bagi pelayanan rehabilitasi dari lembaga rehabilitasi tempat di bawahnya (dalam sistem rujukan/referral system) dan tempat pelatihan keterampilan. Jadi perlu adanya suatu lembaga formal seperti sekolah untuk membentuk sikap sosial anak sejak dini. Selain lembaga formal di sekolah, ada juga lembaga informal dalam membentuk sikap sosial anak yaitu keluarga. Dimana kita ketahui bahwa dalam membentuk sikap sosial anak bukan hanya tugas dari sekolah maupun instasi saja, akan tetapi peran keluarga lah yang paling banyak dalam membentuk sikap sosial anak. Dimana anak lebih banyak memiliki waktu bersama orang tua daripada guru-guru di sekolah, oleh karena itu pentingnya hubungan anak dan orangtua sangat lah di harapkan, karena orangtua adalah penyebab berkenalannya anak dengan dunia luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya di kemudian hari, terpengaruh oleh sikap orangtua.

Akan tetapi tidak semua anak di dunia ini bisa beruntung mendapatkan kasih sayang maupun perhatian dari orangtua nya. Dimana berakibat anak tidak mendapatkan pendidikan agama,serta nilai-nilai sosial yang baik. Yang mana seharusnya pendidikan dan nilai-nilai sosial tersebut ditanamkan sejak dini kepada anak, agar anak tersebut memiliki sikap yang baik dan sesuai dengan norma yang berlaku. Oleh karena itu bagi anak-anak yang kurang beruntung sangatlah tidak beruntung bagi mereka, bagaimana mereka akan mendapatkan kasih sayang yang utuh serta perhatian yang lebih dari orangtuanya, dan harus di bina dan di ajarkan tenang nilai-nilai sosial yang baik yang merupakan kewajiban kedua orangtua.

Karena sebagian besar anak indonesia tidak memiliki orang tua (yatim piatu) jelas perlu adanya usaha untuk membentuk sikap sosial anak yatim piatu yaitu lembaga sosial (Panti Asuhan). Dimana panti menjadi suatu wadah pengganti ketiadaannya orangtua. Anak akan tinggaldi lembaga ini di berikan biaya pendidikan, biaya kehidupan serta pelayanan yang mampu menggantikan keluarga. Panti sosial tidak hanya sebagai tempat penampung anak-anak yang kurang beruntung akan tetapi panti harus memberikan pelayanan sosial semaksimal mungkin agar nanti nya anak tersebut dapat memenuhi kebutuhan sosialnya.

Salah satu lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan dan pembinaan bagi anak terlantar dan kurang mampu adalah UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe. Lembaga yang berdiri sejak tahun 1975 ini merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, yang secara khusus memberikan pelayanan, pembinaan dan pengurangan angka putus sekolahbagi anak terlantar dan kurang mampu. Sesuai

dengan Undang–Undang No. 4 tahun 1979 Kesejahteraan Anak mengatakan bahwa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Namun, anak–anak yangtidak memiliki orang tua mempunyai hak untuk diasuh oleh negara dan lembaga lain.

UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe memiliki tugas dalam memberikan pelayanan dan pembinaan bagi warga binaan dalam menjalankan fungsinya di masyarakat. Selama menjadi warga binaan di UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe, anak mendapatkan proses sosialisasi atas nilai-nilai hidup dalam bermasyarakat, nilai keagamaan, adat istiadat, dan pendidikan. Anak dipersiapkan secara mental dan sosial untuk mampu hidup di masyarakat dan mencapai citacitanya sebagai penerus masa depan bangsa.

UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe memberikan pelayanan sosialkepada 95 orang warga binaan, yang menjadi sasaran adalah anak SD hingga SLTA yang berada di Kabupaten Dairi. Anak-anak tersebut dikategorikan dalam 4 kategori yaitu, anak yatim berjumlah 11 orang, anak piatu berjumlah 3 orang, anak yatim piatu berjumlah 3 orang, serta anak dari keluarga miskin berjumlah 78 orang.

Tabel 1. Data Jumlah Warga Binaan UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang.

YATIM PIATU YATIM PIATU KA.MISKIN JUMLAH 3 ORANG 11 ORANG 3 ORANG 78 ORANG Sumber: UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang.

Setiap harinya anak asuh melaksanakan aktivitas sebagaimana anak-anaknormal yang tinggal bersama keluarga inti mereka, yaitu mereka melakukan kegiataan bersekolah dan setiap anak menjalani pendidikan diberbagai sekolah yang tersebar di Sidikalang. Selain kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap

harinya sebagaimana kehidupan anak normalnya yang tinggal bersama orangtua, warga binaan panti juga melaksanakan kegiatan mingguan dan bulanan yang dilaksanakandi dalam panti.Program yang diberikan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe bertujuan menjadikan anak untuk hidup mandiri, mendapatkan pendidikan sesuai umur serta memberikan keterampilan berbentuk pelatihan komputer yang diharapkan mampu menjadi bekal keterampilan anak dimasa depan. Program pemberdayaanyang diberikan oleh UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe diikuti oleh semuawarga binaan.

Kehadiran UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe diharapkan mampu mengembalikan fungsi sosial anak sehingga bisa menjadi individu yang mandiri nantinya ketika sudah tinggal di lingkungan masyarakat. Realisasi dari tujuan yang ingin dicapai tersebut diaplikasikan melalui berbagai pelayanan yang diberikan panti sosial terhadap warga binaan. Pelayanan yang diberikan dikategorikan dalam 3 bidang yaitu, pelayanan kesehatan, pelayanan pelatihan keterampilan komputer, pelayanan bimbingan sosial dan spiritual. Pelayanan kesehatan dilaksanakan sekali sebulan dimana UPT Pelayanan Sosial Anak Sidikalang-Kabanjahe menjalin kerjasama dengan rumah sakit umum Sidikalang untuk melakukan cek kesehatan kepada anak-anak asuhan dan memberikan vitamin yang dapat mendukung tumbuh kembang anak asuhan. Pelayanan pelatihan keterampilankomputer dilaksanakan sekali seminggu yaitu di akhir minggu. Pelatihan dilaksanakan di ruang khusus laboratorium komputer dengan pelatih yang didatangkan dari luar panti yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada anak asuh perkembangan zaman yang sudah menggunakan teknologi canggih. Pelayanan bimbingan sosial dan spiritual dilaksanakan setiap sekali

seminggu dimana warga binaan baik yang beragama Kristen atau muslim diberikan bimbingan sosial dan spiritual agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik di lingkunganmasyarakat nantinya.Peneliti melakukan penelitian tentang peranan panti yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana peranan panti dalam pembentukan sikap sosial anak di dalam panti, apakah peranan panti itu sungguh memiliki arti penting bagi warga binaan, serta memberikan masukan dan rekomendasi kepada instansi atau lembaga terkait tentang permasalahan-permasalahan anak sehingga dapat digunakan sebagai bahanpenyusunan program untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan sosial bagianak.Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERANAN PANTI ASUHAN DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL ANAK PADA UPT PELAYANAN SOSIAL ANAK SIDIKALANG”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan: “Bagaimana peranan panti dalam pemebentukan sikap sosial anak di UPT pelayanan sosial anak Sidikalang?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran panti dalam membentuk sikap sosial anak.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, dapat membantu mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir penulis melalui penelitian dan penulisan karya ilmiah tentang peranan pelayanan.

2. Secara Akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan bahan kajian bagi peneliti atau bagi mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial yang tertarik terhadap penelitian yang berkaitan dengan masalah ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan Tipe Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, serta Teknik Analisis Data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan

2.1.1 Pengertian Peranan

Peranan secara sederhana berasal dari kata “peran” yang kemudian mendapat akhiran “an” menjadi “peranan”. Menurut kamus besar bahasa indonesia Depdikbud (1990:667) “peranan adalah bagian tugas utama yang harus dilaksanakan”. Menurut Koentjaraningrat (2005:13) “peranan adalah tingkah laku setiap individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu”. Jadi pengertian peranan dalam penelitian ini adalah suatu perilaku atau tindakan yang diambil oleh para pemimpin sesuai dengan kedudukannya di dalam masyarakat yang sudah menjadi tugasnya dalam membina dan membimbing seseorang dalam terjun ke dunia sesungguhnya sesuai dengan perkembangan yang ada di dalam masyarakat.

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Perihal fasilitas-fasilitas bagi peranan individu (role-facilities). Masyarakat biasanya memberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk dapat menjalankan peranan. Sejalan dengan adanya status-conflict of roles. Bahkan kadang suatu pemisahan antara individu dengan peranannya yang sesungguhnya harus dilaksanakannya. Hal ini dinamakan role-distance. Berikut terdapat tiga macam roles yaitu:

1. Role set Peran sosial itu bukanlah semata-mata cara orang berprilaku yang bisa diawasi, tetapi juga menyangkut cara berperilaku yang dipikirkan seharusnya dilakukan orang yang bersangkutan. Gagasan-gagasan tentang apa yang seharusnya dilakukan orang tentang perilaku apa yang pantas, atau layak dinamakan norma. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam menjalankan perannya, dalam ilmu sosial ketidakberhasilan ini terdapat dalam role conflik dan role strain.

2. Role Conflict Peran mempunyai pola kelakuan yang berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama. Dengan kata lain, bentrokan peranan terjadi kalau untuk mentaati suatu pola seseorang harus melanggar pola lain.

3. Role Strain Adanya harapan–harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama dinamakan Role Strain, satu hal yang menyebabkan Role Strain terjadi yaitu karena peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan status lain yang berbeda.

2.2 Pelayanan Sosial

2.2.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Kesejahteraan sosial erat kaitannya dengan pelayanan sosial, karena pelayanan sosial adalah bagian utama dalam ilmu kesejahteraan sosial dalam hal membantu individu atau suatu kelompok untuk mengembalikan fungsi sosialnya.

Pemberian pelayanan sosial didasarkan atas kebutuhan sehingga walaupun orang tidak mampu membayar, tetap akan diberi pelayanan yang dibutuhkannya.

Didalam pendapat Friedlander menyebutkan kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya. (Friedlander, dalam Fahrudin,2012:9). Disitu sangat terlihat keterkaitan yang sangat erat antara pelayanan sosial sebagai bagian kesejahteraan sosial.

Sementara di undang-undang ada dua pengertian kesejahteraan sosial setelah undang-undang tersebut diperbaharui pada tahun 2009. Yang pertama UU No.6 Tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1, kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materiil ataupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia

sesuai dengan Pancasila. Dan undang-undang ini kemudian diganti dengan UU No.11 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Dari berbagai pengertian diatas dapat terlihat ruang lingkup kesejahteraan sangat luas. Dalam kesejahteraan sosial terdapat pula usaha-usaha kesejahteraan sosial dimana pada umumnya hanya disebut sebagai pelayanan sosial. Di dalam UU No.11 Tahun 2009 dinyatakan usaha kesejahteraan sosial itu merupakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yaitu upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial.

Pelayanan sosial mempunyai arti sebagai usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) Sumber-sumber sosial pendukung, dan (2) Proses-proses yang meningkatkan kemampuan individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stres dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal. (Romanyshyn, dalam Fahrudin,2012:51).

Pelayanan sosial dapat ditafsirkan dalam konteks kelembagaan sebagai terdiri atas program-program yang disediakan bedasarkan kriteria untuk menjamin tingkatan dasar dari penyediaan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan keberfungsian individual, untuk

memudahkan akses pada pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga pada umumnya, dan untuk membantu mereka yang berada dalam kesulitan kebutuhan.

Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya (Muhidin, 1992:41)

Pada umumnya baik kualitas maupun kuantitas daripada pelayanan sosial akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemakmuran suatu negara dan juga sesuai dengan faktor sosiokultural dan politik yang juga menentukan masalah prioritas pelayanan. Di negara yang sedang berkembang, daftar pelayanan sosial yang mencakup pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan kesejahteraan sosial, sepanjang pelayanan-pelayanan tersebut memusatkan pada bantuan pada individu-individu dan keluarga-keluarga yang menjalani masalah penyesuaian diri dan keberfungsian atau kemiskinan untuk diperbaiki.

2.2.2 Fungsi Pelayanan Sosial

Di dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial ada empat fungsi utama pelayanan sosial:

a. Fungsi Pencegahan (Preventive) b. Fungsi Penyembuhan (Curative)

c. Fungsi Pengembangan (Development) d. Fungsi Penunjang (Supportive)

Pelayanan sosial dalam hal panti rehabilitasi masuk kedalam fungsi yang kedua yaitu fungsi penyembuhan (Curative) karena fungsi ini bertujuan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat, sedangkan menurut Kahn fungsi-fungsi tersebut dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Pelayanan-pelayanan untuk sosialisasi dan pengembangan.

b. Pelyanan-pelayanan untuk terapi, pertolongan dan rehabilitasi, termasuk perlindungan sosial dan perawatan pengganti.

c. Pelayanan-pelayanan untuk mendapatkan akses, informasi, dan nasihat. (Kahn, dalam Fahrudin, 2012:55)

Pelayanan sosial dapat dikategorikan dalam berbagai cara tergantung dari tujuan klasifikasi. PBB mengemukakan bahwa fungsi pelayanan sosial adalah:

a. Perbaikan secara progresif daripada kondisi kehidupan orang.

b. Pengembangan sumber-sumber daya manusia.

c. Berorientasi orang terhadap perubahan sosial dan penyesuain diri.

d. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan.

e. Penyediaan struktur-struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang terorganisasi lainnya.

Fungsi pelayanan sosial ditinjau dari perspektif masyarakat menurut (Muhidin, 1992:43) adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok, dan masyarakat untuk saat ini dan masa yang akan datang.

b. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial.

c. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang untuk melindungi masyarakat.

d. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapatkan pelayanan sosial.

Menurut (Murdin, 1989:50-51) mengatakan bahwa bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah;

a. Pelayanan akses, mencakup pelayanan informasi, pemberian nasihat partisipasi. Tujuannya untuk membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan fasilitas pelayanan yang tersedia.

b. Pelayanan terapi, mencakup pertolongan terapi dan rehabilitasi,

b. Pelayanan terapi, mencakup pertolongan terapi dan rehabilitasi,

Dokumen terkait