• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, dapat membantu mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir penulis melalui penelitian dan penulisan karya ilmiah tentang peranan pelayanan.

2. Secara Akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan bahan kajian bagi peneliti atau bagi mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial yang tertarik terhadap penelitian yang berkaitan dengan masalah ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan Tipe Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, serta Teknik Analisis Data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan

2.1.1 Pengertian Peranan

Peranan secara sederhana berasal dari kata “peran” yang kemudian mendapat akhiran “an” menjadi “peranan”. Menurut kamus besar bahasa indonesia Depdikbud (1990:667) “peranan adalah bagian tugas utama yang harus dilaksanakan”. Menurut Koentjaraningrat (2005:13) “peranan adalah tingkah laku setiap individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu”. Jadi pengertian peranan dalam penelitian ini adalah suatu perilaku atau tindakan yang diambil oleh para pemimpin sesuai dengan kedudukannya di dalam masyarakat yang sudah menjadi tugasnya dalam membina dan membimbing seseorang dalam terjun ke dunia sesungguhnya sesuai dengan perkembangan yang ada di dalam masyarakat.

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Perihal fasilitas-fasilitas bagi peranan individu (role-facilities). Masyarakat biasanya memberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk dapat menjalankan peranan. Sejalan dengan adanya status-conflict of roles. Bahkan kadang suatu pemisahan antara individu dengan peranannya yang sesungguhnya harus dilaksanakannya. Hal ini dinamakan role-distance. Berikut terdapat tiga macam roles yaitu:

1. Role set Peran sosial itu bukanlah semata-mata cara orang berprilaku yang bisa diawasi, tetapi juga menyangkut cara berperilaku yang dipikirkan seharusnya dilakukan orang yang bersangkutan. Gagasan-gagasan tentang apa yang seharusnya dilakukan orang tentang perilaku apa yang pantas, atau layak dinamakan norma. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam menjalankan perannya, dalam ilmu sosial ketidakberhasilan ini terdapat dalam role conflik dan role strain.

2. Role Conflict Peran mempunyai pola kelakuan yang berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama. Dengan kata lain, bentrokan peranan terjadi kalau untuk mentaati suatu pola seseorang harus melanggar pola lain.

3. Role Strain Adanya harapan–harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama dinamakan Role Strain, satu hal yang menyebabkan Role Strain terjadi yaitu karena peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan status lain yang berbeda.

2.2 Pelayanan Sosial

2.2.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Kesejahteraan sosial erat kaitannya dengan pelayanan sosial, karena pelayanan sosial adalah bagian utama dalam ilmu kesejahteraan sosial dalam hal membantu individu atau suatu kelompok untuk mengembalikan fungsi sosialnya.

Pemberian pelayanan sosial didasarkan atas kebutuhan sehingga walaupun orang tidak mampu membayar, tetap akan diberi pelayanan yang dibutuhkannya.

Didalam pendapat Friedlander menyebutkan kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya. (Friedlander, dalam Fahrudin,2012:9). Disitu sangat terlihat keterkaitan yang sangat erat antara pelayanan sosial sebagai bagian kesejahteraan sosial.

Sementara di undang-undang ada dua pengertian kesejahteraan sosial setelah undang-undang tersebut diperbaharui pada tahun 2009. Yang pertama UU No.6 Tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1, kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materiil ataupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia

sesuai dengan Pancasila. Dan undang-undang ini kemudian diganti dengan UU No.11 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Dari berbagai pengertian diatas dapat terlihat ruang lingkup kesejahteraan sangat luas. Dalam kesejahteraan sosial terdapat pula usaha-usaha kesejahteraan sosial dimana pada umumnya hanya disebut sebagai pelayanan sosial. Di dalam UU No.11 Tahun 2009 dinyatakan usaha kesejahteraan sosial itu merupakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yaitu upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial.

Pelayanan sosial mempunyai arti sebagai usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) Sumber-sumber sosial pendukung, dan (2) Proses-proses yang meningkatkan kemampuan individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stres dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal. (Romanyshyn, dalam Fahrudin,2012:51).

Pelayanan sosial dapat ditafsirkan dalam konteks kelembagaan sebagai terdiri atas program-program yang disediakan bedasarkan kriteria untuk menjamin tingkatan dasar dari penyediaan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan keberfungsian individual, untuk

memudahkan akses pada pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga pada umumnya, dan untuk membantu mereka yang berada dalam kesulitan kebutuhan.

Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya (Muhidin, 1992:41)

Pada umumnya baik kualitas maupun kuantitas daripada pelayanan sosial akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemakmuran suatu negara dan juga sesuai dengan faktor sosiokultural dan politik yang juga menentukan masalah prioritas pelayanan. Di negara yang sedang berkembang, daftar pelayanan sosial yang mencakup pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan kesejahteraan sosial, sepanjang pelayanan-pelayanan tersebut memusatkan pada bantuan pada individu-individu dan keluarga-keluarga yang menjalani masalah penyesuaian diri dan keberfungsian atau kemiskinan untuk diperbaiki.

2.2.2 Fungsi Pelayanan Sosial

Di dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial ada empat fungsi utama pelayanan sosial:

a. Fungsi Pencegahan (Preventive) b. Fungsi Penyembuhan (Curative)

c. Fungsi Pengembangan (Development) d. Fungsi Penunjang (Supportive)

Pelayanan sosial dalam hal panti rehabilitasi masuk kedalam fungsi yang kedua yaitu fungsi penyembuhan (Curative) karena fungsi ini bertujuan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat, sedangkan menurut Kahn fungsi-fungsi tersebut dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Pelayanan-pelayanan untuk sosialisasi dan pengembangan.

b. Pelyanan-pelayanan untuk terapi, pertolongan dan rehabilitasi, termasuk perlindungan sosial dan perawatan pengganti.

c. Pelayanan-pelayanan untuk mendapatkan akses, informasi, dan nasihat. (Kahn, dalam Fahrudin, 2012:55)

Pelayanan sosial dapat dikategorikan dalam berbagai cara tergantung dari tujuan klasifikasi. PBB mengemukakan bahwa fungsi pelayanan sosial adalah:

a. Perbaikan secara progresif daripada kondisi kehidupan orang.

b. Pengembangan sumber-sumber daya manusia.

c. Berorientasi orang terhadap perubahan sosial dan penyesuain diri.

d. Penggerakan dan penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan.

e. Penyediaan struktur-struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang terorganisasi lainnya.

Fungsi pelayanan sosial ditinjau dari perspektif masyarakat menurut (Muhidin, 1992:43) adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok, dan masyarakat untuk saat ini dan masa yang akan datang.

b. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial.

c. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang untuk melindungi masyarakat.

d. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapatkan pelayanan sosial.

Menurut (Murdin, 1989:50-51) mengatakan bahwa bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah;

a. Pelayanan akses, mencakup pelayanan informasi, pemberian nasihat partisipasi. Tujuannya untuk membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan fasilitas pelayanan yang tersedia.

b. Pelayanan terapi, mencakup pertolongan terapi dan rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan.

c. Pelayanan sosial dan pengembangan.

2.3 Sikap Sosial Anak 2.3.1 Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).

Campbell (1950) dalam Notoadmojo (2010) mendefenisikan sangat sederhana, yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas di sini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup (Notoadmojo, 2010).

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/54870: Jurnal Lubis, Putri Maga Suci, 14-15, 00.21 April 26, 2018.

Azwar,1998 (dalam Muhammad Anas, 2007) mengemukakan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian sikap diantaranya:

1) Thurstone

Sikap merupakan suatu hal pada tingkat efektif, baik itu bersikap positif maupunnegatif dalam hubungannya dengan obyek-obyek psikologi.

2) Kimball young

Sikap merupakan suatu predisposisi mental untuk melakukan suatu tindakan.

3) Fisthein dan Ajzen

Sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalamcara tertentu berkenaan dengan objek tertentu.

4) Sherif & sherif

Sikap menentukan keajegan dan kekhasan prilaku seseorang dalamhubungan dengan stimulus manusia atau kejadaian-kejadian tertentu.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan beberapa ahli tersebut maka dapatditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak untuk bereaksi terhadap rangsangan, yang harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagaitingkah laku yang masih tertutup (dalam Muhammad Anas, 2007) http://www.academia.edu/9517938/SIKAP_SOSIAL

2.3.3.1 Ciri-Ciri Sikap Sosial

Pemahaman sikap perlu kiranya mengenali apa yang menjadi ciri-ciri dari sikap, Gerungan dalam Notoatmojo (2005) mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai berikut :

1. Tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk dan dapat di pelajari sepanjang perkembangan dalam hubunganya dengan objek,

2. Dapat diubah-ubah karena dapat dipelajari,

3. Tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan tertentu dengan objek,

4. Dapat berkenaan dengan suatu objek saja, juga dapat berkenaan dengan objek yang lain,

5. Mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan.

Lebih lanjut menurut Alex (2003) menyatakan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, prilaku, konsep, situasi, benda) dan mengandung penilaian (suka-tidak suka; setuju-tidak setuju).

Dari pendapat diatas jelas dikatakan bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, maka seseorang pada waktu dilahirkan belum mempunyai sikap tertentu, selanjutnya sikap terhadap objek tertentu ditentukan oleh perkembangan individu yang bersangkutan, oleh karena itu sikap dapat berubah-ubah dan dapat dipelajari.

Reaksi sikap dapat berupa respon positif jika seseorang merasa nyaman dan senang bila berada dalam lingkungan suatu objek, atau sebaliknya respon negatif apabila seseorang merasa tidak nyaman berada dekat objek. Bila ciri-ciri positif dapat muncul dalam suatu pembelajaran maka diharapkan kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar tinggi akan dapat dicapai

2.3.1.2 Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sikap

1. Faktor internal : yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.

Faktor ini berupa selectivity atau ddaya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh- pengaruh yang datang dari luar.

Pilihan pengaruh terhadap dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap didalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.

Misalnya : orang yang sangat haaus, akan lebih memperhatikan perangsang- perangsang yang lain

2. Faktor eksternal : faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa intraksi sosial diluar kelompok. Misalnya : intraksi antara manusia yang

dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat- alat komunikasi seperti : surat kabar, radio, televisi, majallah dan lain sebagainya.

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk adalam hubungan dengan suatu objek , orang, kkelompok lembaga, nialai, melalui hubngan antara individu, hubungan didalam kellompok, komunikasi surrat kabar, buku, poster, radio televisi dan sebagainya. Terdapat banyakkemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari- hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari : orang tua saudara- saudara di rumah memiliki peranan yang penting.

http://himasio-unsyiah.blogspot.com/2011/10/sikap-sosial.html, 12.00 28 April 2018.

2.3.1.3 Fungsi Sikap Sosial

Menurut Widayatun (2009) ada 8 fungsi sikap yaitu sebagai instrumental, pertahanan diri, penerima objek ilmu serta memberi arti, nilai ekspersif, penyesuaian sikap sosial, eksternalisasi, aktifitas adaptif dalam memperoleh infromasi dan refleksi kehidupan.

Selanjutnya Katz dalam Azwar (2003) menyebutkan fungsi dari sikap ada empat, yaitu:

a. Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkannya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya.

Dengan demikian, maka individu akan membentuk sikap positif

terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikannya.

b. Fungsi pertahanan ego menunjukkan keinginan individu untuk menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam egonya atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan, maka sikap dapat berfungsi sebagai makanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

c. Fungsi pernyataan nilai menunjukkan keinginan individu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan suatu nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya

d. Fungsi pengetahuan menunjukkan keinginan individu untuk mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diuraikan mengenai fungsi-fungsi dari sikap tersebut, yaitu adalah sebagai berikut:

a. Sikap sebagai Fungsi Utilitarian, fungsi ini berkaitan dengan prinsip manfaat dari sikap, yaitu untuk memaksimalkan reward dan meminimalkan punishment dari lingkungan. Sikap utilitarian adalah alat untuk menjamin diperolehnya perasaan nyaman atau menghindari ketidaknyamanan.

b. Sikap sebagai Fungsi Pertahanan Diri, Katz memberikan contoh mengenai pemilihan masuk ke kelompok minoritas yang dilakukan oleh seorang yang merasa inferior. Dengan masuk ke dalam kelompok

minoritas, individu merasa dirinya lebih eksis. Fungsi pertahanan diri ini sesungguhnya merupakan adopsi teori psikoanalisis mengenai ego defence mechanism yang menjelaskan bahwa individu memilih untuk melakukan perilaku tertentu yang digunakan untuk menutupi kelemahan di aspek lainnya. Contoh lain dari pertahanan diri ini adalah perilaku individu yang mengadopsi sikap dan perilaku orang lain.

Kelemahan dari penerapan fungsi sikap mempertahankan diri ini adalah pemilihan sikap dan perilaku yang hanya menitikberatkan pada fungsi mengurangi ketidak nyamanan saja sehingga seringkali pemilihan sikap sekedar untuk memperkuat pertahanan diri saja tetapi tidak merubah individu secara keseluruhan.

c. Sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai positif mengenai dirinya kepada orang lain, melalui sikap yang dipilih, individu dapat membangun citra mengenai dirinya di depan orang lain. Misalnya, individu yang menginginkan dirinya dianggap berwawasan internasional akan bersikap positif terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan negara lain. Sikap ini memberikan fungsi bagi individu dalam mengekspresikan nilai yang dianut. Dalam konteks ini sikap dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai identitas diri dan dapat juga digunakan untuk membangun citra diri. Sikap menyukai kelompok tertentu kerap kali berfungsi sebagai alat mengekspresikan nilai ini.

Berada dalam kelompok memberikan sense of identity. “Dua kondisi yang relevan dengan perubahan sikap dalam mengekspresikan nilai-nilai ini adalah ketidakpuasan individu terhadap citra dirinya, dan

ketidakpuasan individu terhadap nilai-nilai yang dianut sebelumnya”.

(Katz, 1970: 56). Dengan demikian, ekspresi sikap sesungguhnya dapat juga berfungsi sebagai penyesuaian sosial.

d. Sikap sebagai Fungsi Pengetahuan (Knowledge), fungsi sikap ini dapat dimengerti dengan contoh mengenai sikap positif para ibu yang mendengarkan program radio tertentu karena mereka mendapatkan berbagai informasi praktis yang dapat secara langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya mengenai fungsi sikap menurut Kuniawati (2005) bahwa fungsi dari sikap adalah sebagai berikut:

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, b. Sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku,

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman manusia.

Berdasarkan pernyataan mengenai fungsi dari sikap tersebut maka dapat di artikan bahwa sikap dapat berpengaruh terhadap diri kita sendiri bahkan fungsi dari sikap itu sendiri sangat tergantung dari aktivitas yang kita lakukan.

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-sikap-sosial/14919/2,00.30 28 April 2018.

2.3.2 Anak

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) danbelum pernah kawin. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa yang

setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baiksecara rohani, jasmani, maupun sosial.

Didalam UU RI No. 23 Tahun 2002 pasal 1 Tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anakyang ada di dalam kandungan. Sedangkan menurut UU Kesejahteraan Anak di dalampasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang berusia 21 tahun atauanak yang belum menikah.Anak adalah manusia yang masih kecil, dan bukan pula orang yang disebut dewasa. Didalam kehidupannya anak patut memiliki kesejahteraan yaitu suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan kehidupan secara wajar, baik secara jasmani maupun secara rohani dan sosial. Anak merupakan harapan bangsa dan orang tua akan selalu berusaha agar anak mereka menjadi apa yang diinginkan dengan memberikan seluruhnya yang ada pada orang tua, yang akan diberikan kepadaanaknya.

2.4. Panti Asuhan

2.4.1 Pengertian Panti Asuhan

Di dalam pasal 21 dijelaskan bahwa Panti Asuhan adalah sebuah yayasan sosial badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Yang di dalamnya mengatur semua aktifitas dan pengolahan sarana penunjang kehidupan anak asuhnya. Beberapa pengertian panti asuhan diantaranya : Menurut Departemen sosial RI (2004:

4),”Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan

sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional “. menurut Departemen Sosial RI, 2004: 5 menyatakan bahwa Panti sosial asuhan anak adalah panti sosial yang mempunya itugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang kurang mampu, terlantar agar potensi dan kapasitas belajarnya pulih kembali dan dapat berkembang secara wajar.

Panti asuhan adalah suatu lembaga pelayanan sosia yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, yang bertujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup. (Bardawi Barzan, 1999:5) Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan.

2.4.2 Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia yaitu:

1. Panti Asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga, dan masyarakat.

2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat

2. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat

Dokumen terkait