ABSTRAK
CARA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN DI PANTI ASUHAN (Studi di Panti Asuhan AL-Muttaqin Kecamatan Muaradua
Kabupaten OKU Selatan)
Oleh
YESY AFRIANTI
ABSTRACT
THE METHOD OF INDEPENDENCEESTABLISHMENT IN ORPHANAGE
(Studies in Orphanages AL-MuttaqinSubdistrict ofMuaradua District of South OKU)
By
YESY AFRIANTI
The purpose of this research is to determine the behavioral method of self-cultivation of Independence and children in the orphanage Al-MuttaqinMuaradua District of South OKU regency. The research method that used in this study is a qualitative research method with interview data collection techniques, library research and study documentation. Analysis techniques used are reduction, presentation and conclusion. On this research, the researchers used method of formationindependent children's behavior according to BimoWalgito. The results of this research showed that method of independence plant in Al-Muttaqin Orphanage has three ways of forming behavior of self-independence of the formation. The first, formation Behavior Independence with the habit of conditioning or caregiver get the children to be able to perform such routine used to get up early, clean bed, praying, helping prepare food and obey the order. Second formation behaviorindependence by Giving Understanding (Insight) that children are given the sense to make them to be independent. Third, formation of independence behavior with a model or an exampleis provides an example to the children so that, they can imitate the good habits from their caretakers. From the
method of independence plant showed independence behaviour’s children like
sense of responsibility, capable to make their own decisions, and capable to do
daily activities without other people’s helping.
Penulis dilahirkan pada hari Jum’at tanggal 17 April 1992 di Muaradua Kabupaten OKU Selatan dan dibesarkan di Kp. Rengas Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Jauhari dan Ibu Maria .
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis :
1. Sekolah Dasar Negeri 5 Muaradua Kabupaten OKU Selatan diselesaikan pada tahun 2002.
2. SMP Negeri 1 Muaradua Kabupaten OKU Selatan yang diselesaikan pada tahun 2007.
3. SMA Negeri 1 Muaradua Kabupaten OKU Selatan yang diselesaikan pada tahun 2010.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohiim
Kupersembahkan karyaku ini untuk mama dan papaku
tersayang yang tiada hentinya memberikan cinta,
do’a
,
dan dukungan untuk keberhasilanku
Kakakku fredy dan adikku neny, yang memberikan
semangat berkarya dan sukses demi kebahagiaan kedua
orang tua dan keluarga
Seseorang, yang telah mengajariku arti ketulusan dan
keikhlasan yang sesungguhnya
Sahabat-sahabat terbaikku yang menjadi inspirasi dan
motivator luar biasa dalam setiap langkahku
MOTO
Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa
yang telah dilaksanakan / diperbuatnya
( Ali Bin Abi Thalib )
Orang-orang optimis melihat bunga mawar, bukan
durinya, orang-orang pesimis terpaku pada duri dan
melupakan mawarnya
(Khalil Gibran)
Percayalah yang terjadi adalah yang terbaik menurut
tuhan
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya di setiap perjalanan hidup dalam menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Cara Pembentukan Kemandirian Di Panti Asuhan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada penulis. Atas segala bantuan yang diterima, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Endry Fatimaningsih, S.Sos, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus pembahas dosen, terimakasih banyak atas segala saran dan bimbingan selama menjadi mahasiswa dan selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Terimakasih banyak kepada seluruh dosen-dosen sosiologi yang telah banyak memberikan ilmu dan inspirasi besar dalam hidup penulis, Ibu Paraswati, Ibu Dewi, Ibu Erna, Ibu Vivit, Ibu Yuni, Pak Ben, Pak Bintang, Pak Gede, Pak Ikram, Pak Suwarno, Bung Pay, Pak Usman, Pak Fahmi. Terimakasih untuk setiap pengetahuan dan motivasi baru yang penulis peroleh setiap harinya selama kuliah.
6. Kepada seluruh keluargaku yang tiada henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan. Mama Papa terimakasih untuk kasih sayang
kalian untukku , do’a, tenaga yang banyak berkorban untuk kesuksesan anakmu ini. Adik ku Neny Ayu Astri yang selalu memberi dukungan dan mengingatkanku untuk selalu kuat. Kakak ku Fredy Ocktariansyah terimakasih untuk semuanya.
8. COLE2 terimakasih untuk kebersamaan kita, canda, tawa, haru, duka kita jalani bersama di Sosiologi, aku bahagia, aku bangga, dan aku bersyukur memiliki kalian semua dalam sejarah hidupku. sudah mengisi hari-hariku dengan kebersamaan yang tak akan terlupakan makasih ya cole-cole Heppy, Putri, Sakina, Welly dan Yeti. Makasih juga buat Desi yang udah suport aku.
I Love All...
9. Sosiologi 2010, yang gak bisa disebutin satu persatu Terimakasih telah menjadi bagian dalam perjalanan kesuksesan ini.
10.Seluruh pihak yang berperan besar dalam perjalanan penulis mencapai semua ini, penulis ucapkan terimakasih syukron jidan...
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf dan semoga skripsi ini dapat diterima di masyarakat. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk seluruh pihak. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa menjadi orang-orang yang istiqomah berada di jalan-Nya. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 9
BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Cara Pembentukan... 10
B. Kemandirian ... 11
1. PengertianKemandirian ... 11
2. Cara MembentukPerilakuKemandirian ... 14
3. Faktor-FaktorKemandirian ... 16
F. TeknikPengumpulan Data ... 34
BAB IVGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua
Kabupaten OKU Selatan ... 37
B. Lokasi Panti Asuhan Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan ... 38
C. Visi dan Misi Panti Asuhan Al-Muttaqin ... 39
D. Maksud dan Tujuan Panti Asuhan ... 39
E. Gambaran Umum Struktur, Tugas dan Fungsi Kepengurusan Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua ... 40
F. Sarana dan Prasarana Panti Asuhan Al-Muttaqin ... 43
G. Keadaan Anak Asuh Panti Asuhan Al-Muttaqin Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Pendidikan ... 44
BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47
1. Identitas Informan ... 47
2. Cara Merekrut Pengasuh dan Anak Asuh di Panti Asuhan Al-Muttaqin ... 52
3. Cara Pembentukan Kemandirian di Panti Asuhan ... 56
4. Kendala Pembentukan Kemandirian ... 62
5. Faktor yang MempengaruhiTerbentuknyaKemandirian ... 64
6. Perilaku Mandiri Anak ... 67
B. Pembahasan 1. Pengasuh dan Anak Asuh ... 72
2. Cara Pembentukan Kemandirian di Panti Asuhan ... 73
3. Kendala Pembentukan Kemandirian ... 76
4. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kemandirian ... 76
5. Perilaku Kemandirian Anak ... 78
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar Pendidikan Terakhir Pengurus Panti Asuhan Al-Muttaqin ... 41
Tabel 2. Data Anak Panti Asuhan Al-Muttaqin Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44
Tabel 3. Data Anak Panti Asuhan Al-Muttaqin Berdasarkan Umur Tahun 2014 ... 45
Tabel 4. Pendidikan Anak Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua Tahun 2014 ... 45
Tabel 5. Identitas Informan ... 51
Tabel 6. Cara Merekrut Pengasuh dan Anak Asuh ... 56
Tabel 7. Cara Pembentukan Kemandirian di Panti Asuhan ... 60
Tabel 8. Kendala Pembentukan Kemandirian ... 64
Tabel 9. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kemandirian ... 66
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan bagian yang terpenting dalam kelangsungan hidup
manusia dan sebagai generasi penerus dalam suatu keluarga maupun
negara. Setiap anak terlahir dalam keadaan tidak sempurna, oleh karena
ituanak membutuhkan bimbingan, perlindungan, pembentukan perilaku,
perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Hal ini bertujuan agar anak
memiliki pandangan dan keyakinan terhadap dirinya baik yang bersifat
positif maupun negatif.
Sejak lahir anak diperkenalkan dengan pranata, aturan, norma dan
nilai-nilai budaya yang berlaku melalui pembinaan yang diberikan oleh orang
tua dalam keluarga. Proses sosialisasi pertama kali terjadi dalam
lingkungan keluarga melalui pembinaan yang diberikan oleh orang tua. Di
sini pembinaan anak sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling
penting dan mendasar karena fungsi utama pembinaan anak adalah
mempersiapkan anak menjadi seorang yang mandiri.
Keutuhan keluarga sangat diperlukan dan penting dalam pendewasaan
2
sehingga memudahkan orang tua mewariskan nilai-nilai moral yang
dipatuhi dan ditaati dalam berperilaku, sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang mandiri. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan pertolongan dari orang dewasa yaitu melalui pendidikan
dan pelatihan. Dalam hal ini keluarga sangat berperan penting untuk
menanamkan kemandirian pada anak, terutama orang tua.
Menurut Walgito (1990:106) adanya tuntutan dan kedudukan yang sama
sebagai warga negara maka anak perlu mendapatkan perhatian secara
khusus dengan pembinaan sikap dan perilaku sosial anak. Untuk
dapatmandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan
dorongan darikeluarga serta lingkungan sekitarnya, agar dapat mencapai
otonomi atas dirinyasendiri. Dengan demikian untuk terbentuknya
pendewasaan seseorang anak dibutuhkan interaksi sosial.
(http://lib.unnes,ac.id/4542/1//)
Menurut Shochib (2000:18) peran orang tua dan peran respon dari
lingkungan sangat diperlukan bagi anak sebagai penguat untuk setiap
perilaku yang telah dilakukannya. Keutuhan orang tua (ayah dan ibu)
dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk
memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.(http://ratuwithlov elygirl.blogspot.com/2012/03/pola-asuh-orangtua-dan-implikasinya.html)
Peran ayah dalam keluarga sangatlah penting dalam membentuk
kemandirian anak, tanpa mengesampingkan peran ibu yang juga penting.
utama memiliki posisi penting dalam mendidik anak. Seorang anak yang
dibimbing oleh ayah akan cenderung berkembang menjadi anak yang lebih
kuat, memiliki pengendalian emosional dan perilaku kemandirian yang
lebih baik dibandingkan anak yang tidak memiliki ayah.
Menurut Dagun (2002:12-17) dalam sebuah keluarga ayah memainkan
peranan sebagai :
1. Provider atau penyedia dan pemberi fasilitas.
2. Protector yaitu pemberi perlindungan.
3. Decision maker atau pembuat keputusan.
4. Childspesialiser and edukator atau pendidik dan yang menjadikan
anak sosial.
5. Nurtured Mother atau pendamping ibu.
Berbeda halnya dengan anak yatim, tidak adanya ayah atau ibu dalam
keluarga membuat anak menjadi kurang perhatian dan pendidikan
terabaikan. Anak yatim tidak bisa merasakan peran ayah karena mereka
tidak mempunyai ayah. Mereka membutuhkan sosok lain yang bisa
menggantikan peran ayah dalam keluarganya. Salah satu cara yang
dilakukan agar anak yatim tetap dalam pengasuhan adalah dengan
menampung anak-anak tersebut ke dalam suatu wadah, yaitu panti asuhan
guna membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara mendidik,
merawat, membimbing, mengarahkan dan memberikan
4
Dasar hukum merawat anak yatim diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 34, bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
negara”. Pasal 34 tersebut mengamanatkan pemerintah untuk memelihara
anak terlantar dengan mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat dan kemanusiaan. Pemerintah juga bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak. (http://id.m.wikisource.org/wiki/undang-undang-dasar-negara-republik-indonesia-tahun1945/perubahan-iv)
.
Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui Keputusan Presiden
No. 36/1990 tertanggal 25 Agustus 1990. Dengan ratifikasi tersebut,
Indonesia secara teknis telah dengan sukarela mengikatkan diri pada
ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak. Sesuai
dengan Pasal 49 ayat 2, Konvensi Hak Anak dinyatakan berlaku di
Indonesia sejak tanggak 5 Oktober 1990. Pemerintah juga mengeluarkan
Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan
Anak bagi Anak Yang Mempunyai Masalah. Anak yang mempunyai
masalah adalah anak yang antara lain tidak mempunyai orang tua, anak
terlantar, anak yang tidak mampu, anak yang mengalami masalah kelakuan
dan anak cacat (Soeaidy & Zulkhair, 2001:196).
Panti Asuhan merupakan suatu lembaga sosial yang mengasuh anak-anak
yang berlatar belakang kurang sempurna dari segi kekeluargaan seperti
anak yatim, anak piatu dan anak yatim piatu serta anak pakir miskin. Panti
anak-anak agar mendapat kehidupan yang layak baik dari segi ekonomi, sosial,
dan pendidikan demi masa depan mereka.
Melalui panti asuhan anak dididik dengan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan yang dapat mengembangkan diri. Baik dari segi jasmani dan
rohani seperti ilmu pengetahuan, kreativitas dan akhlak. Panti asuhan
dapat membentuk pribadi anak menjadi anak yang mandiri dan
membentuk sikap diri yang sempurna. Panti asuhan juga mengajarkan
anak tentang konsep diri yang sempurna sesuai dengan ilmu pengetahuan
dan ajaran agama sehingga menjadi anak yang mandiri dan memiliki masa
depan yang cerah.
Kemandirian merupakan sikap diri yang tanpa menggantungkan diri
dengan orang lain memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani
dan rohani yang sempurna untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan.
Dengan demikian kemandirian yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari
dua aspek yakni aspek jasmani dan rohani yang dituangkan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Aspek jasmani merupakan kemandirian yang
berkaitan dengan fisik, dimana seseorang dapat berbuat untuk dirinya
tanpa tergantung pada orang lain, demikian juga kemandirian dari aspek
rohani adalah adanya sikap dan keyakinan serta kemampuan yang lahir
karena pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan sesuatu.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kemandirian adalah
kemampuan seseorang dalam bersikap, bertingkah laku, berbuat dan
6
pribadi seseorang. Kemandirian tidak lahir begitu saja, namun tidak
terlepas dengan faktor pendidikan yang diperoleh baik melalui pendidikan
formal maupun pendidikan non formal.
Panti Asuhan adalah salah satu lembaga sosial yang mendidik dan
membina anak yang memiliki masalah sosial seperti kemampuan ekonomi,
kurangnya salah satu dari kepala keluarga atau keduanya, sehingga
lingkungan keluarga tidak lagi dapat memberikan solusi terhadap
permasalahan kehidupan yang membuat mereka merasa tidak memiliki
masa depan yang jelas. Melalui panti asuhan anak-anak panti diasuh,
dibina dan dididik dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan
sehingga dapat melatih kepercayaan diri berdasarkan pengetahuan dan
berbagai kreativitas yang dipelajari sehingga anak-anak merasa memiliki
masa depan yang jelas.
Panti asuhan berfungsi sebagai lembaga sosial di mana dalam kehidupan
sehari-hari, anak diasuh, dididik, dibimbing, diarahkan, diberi kasih
sayang, dicukupi kebutuhan sehari-hari. Di dalam panti para pengasuh
berusaha secara maksimal mungkin untuk mengantikan peran ayah sebagai
Provider (penyedia dan pemberi fasilitas), Protector (pemberi
perlindungan), decision maker (pembuat keputusan), child spesialiser and
edukator (pendidik dan yang menjadikan anak sosial) dan Nurtured
Mother (pendamping ibu) (Dagun, 2002:12-17). Tujuannya untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak-anak yatim, piatu,
dansosial agar kelak mereka mampu hidup layak dan hidup mandiri di
tengah-tengah masyarakat
Pengalaman anak yatim yang didapatkan selama dalam pengasuhan panti
asuhan diharapkan dapat menjadi bekal bagi mereka untuk dapat
berperilaku mandiri. Sebagai bekal mereka setelah keluar dari panti asuhan
karena setelah keluar dari panti, panti sudah tidak mempunyai tanggung
jawab lagi terhadap kehidupan anak asuhnya.
Panti Asuhan Al-Muttaqin kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan
adalah salah satu panti asuhan yang membina anak-anak dengan berbagai
latar belakang kehidupan sosial. Panti asuhan ini berperan dalam membina
dan mendidik anak-anak seperti menyekolahkan anak di lembaga
pendidikan formal yang ada di lingkungan panti asuhan. Panti asuhan juga
memberikan pendidikan non formal seperti keterampilan dan pembinaan
keagamaan.
Panti Asuhan Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan
berdiri sebagai wujud usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
sosial anak yatim, piatu, yatim piatu dan anak dari keluarga miskin bagi
masyarakat. Anak-anak yang ditampung dalam panti asuhan tersebut
adalah anak-anak yang tidak mempunyai ayah, ibu atau keduanya dan
anak-anak dari keluarga miskin sehingga orang tua tidak mampu
8
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian. Alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah ingin
mengetahui bagaimana cara pembentukan kemandirian di Panti Asuhan
Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pembentukan kemandirian yang dilakukan di dalam
panti asuhan?
2. Bagaimana perilaku kemandirian pada anak di panti asuhan?
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Mengetahui cara pembentukan kemandirian yang dilakukan di dalam
panti asuhan.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya mengenai cara penanaman kemandirian anak.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini
memilikitigakegunaanyaituterhadapanakpanti, pantiasuhandanpemerintah.
a. Bagianakpanti, agar lebihtertanamkemandiriannyaterhadapanak
b. Bagipantiasuhan, diharapkan agar benar-benarmampumemberikanbimbinganbagiterciptanyakemandirian di
pantiasuhan.
c. Bagipemerintah, agar
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Cara Pembentukan
Menurut KamusBesar Bahasa Indonesia (2013) cara adalah suatu metode,
jalan atau sistem melakukan sesuatu.(http://kbbi.web.id/cara). Cara adalah
suatu metode dalam pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami
atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber
daya lainnya, yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek
di bawah pengaruhnya untuk memperoleh suatu hasil.
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/cara).
Dapat disimpulkan bahwa cara adalah suatu sistem atau metode untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan melalui kejadian yang terjadi secara
alami atau didesain. Pembentukan berasal dari kata tanam yang diartikan
sebagai proses, cara atau perbuatan membentuk untuk menperoleh suatu
hasil (http://kbbi.web.id/pembentukan). Dalam penelitian ini dapat
diartikan bahwa pembentukan yaitu proses atau cara untuk membentuk
B. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu. Seseorang dalam menjalani kehidupan ini tidak pernah lepas dari cobaan dan tantangan. Individu yang memiliki kemandirian tinggi relatif mampu menghadapi segala permasalahan karena individu yang mandiri tidak tergantung pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada. Orang tua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Dengan demikian anak akan dapat mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi mandiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemandirian diartikan sebagai keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. (http://kbbi.web.id.kemandirian).
12
Kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian:
a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.
b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
c. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
d. Bertanggungjawab tetrhadap apa yang dilakukannya. (Kartini dan Dali
dalamhttp://www.e-psikologi.com/artikel/individual/kemandirian-sbg-anakbersamaandenganmunculnya rasa takut (kekuatiran) dalamberbagaibentukdanintensitasnya yang berbeda-beda. Rasa takutdalamtakarannya yang wajardapatberfungsisebagai
memungkinkannyamengetahuikapanwaktunyamemintaperlindungankepada orang dewasaatau orang
tuanya.(http://maktabahku.wordpress.com/2088/11/14/kemandirian- sebagai-kebutuhan-psikologis-remaja/)
Dari
beberapapendapatparaahlidiatasdapatdiambilkesimpulanbahwakemandirian
merupakansikap yang memungkinkanseseoranguntukbertindakbebas,
melakukansesuatuatasdorongansendiridankemampuanmengaturdirisendiri,
sesuaidenganhakdankewajibannyasehinggadapatmenyelesaikansendirimasa
lah-masalah yang dihadapitanpamemintabantuanatautergantungdari orang
lain dandapatbertanggungjawabterhadapsegalakeputusan yang
telahdiambilmelaluiberbagaipertimbangansebelumnya.
Kemandirian dalam konteks individu yaitu memiliki aspek yang lebih luas
dari sekedar aspek fisik. Aspek-aspek kemandirian menurut Havinghurst
(1985) antara lain:
1. Aspek emosi yaitu ditujukan dengan kemampuan mengontrol emosi
dan tidak tergantungnya emosi pada orangtua.
2. Aspek ekonomi yaitu ditunjukkan dengan kemampuan mengatur
ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orangtua.
3. Aspek sosial yaitu ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau
menunggu aksi dari orang lain.
14
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. (http://www.e-
psikologi.com/artikel/individual/kemandirian-sbg-kebutuhan-psikologis-pada-remaja)
2. Cara Membentuk Perilaku Kemandirian
Menurut George Ritzer (1985:19) ada dua teori yang termasuk dalam
paradigma perilaku sosial yaitu teori Behavioral sociology dan teori
Exchange. Teori Behavioral Sociology dibangun dalam rangka
menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku kedalam sosiologi. Teori ini
memusatkan kepada seseorang yang terjadi di masa sekarang melalui
kemungkinan akibatnya dimasa akan datang.
Perilaku kemandirian merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang
dipelajari melalui proses belajar dapat dikatakan bahwa dalam
pembentukan perilaku anak tersebut dapat dilakukan dengan proses.
Pembentukan perilaku kemandirian agar sesuai yang diharapkan dapat
dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :
a. Cara pembentukan perilaku kemandirian dengan kondisioning atau
kebiasaan, yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku
seperti yang diharapkan.
b. Pembentukan perilaku kemandirian dengan pengertian (insight), cara ini
berdasar atas teori kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya
c. Pembentukan perilaku kemandirian dengan menggunakan mode atau
contoh, cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning
theory) atau observationlearning theory (Walgito, 2005: 14-15).
Perilaku kemandirian merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang
dipelajari melalui proses belajar dapat dikatakan bahwa dalam
pembentukan perilaku anak tersebut dapat dilakukan dengan proses
sosialisasi terhadap anak. Menurut Kimbal Youngsosialisasi ialah
hubungan interaktif yang dengannya seseorang mempelajari
keperluan-keperluan sosial dan kultural yang menjadikan seseorang sebagai anggota
masyarakat. (http://www.google.com/url?q=http://lib.unnes.ac.id/4542/
1/7044-pdf&sa)
Perilaku kemandirian seorang anak diperkuat melalui proses sosialisasi
yang terjadi antara anak dengan teman sebaya. Melalui hubungan dengan
teman sebaya, anak belajar berfikir dan bertindak secara mandiri,
mengambil keputusan sendiri (Santrock,2003:140).
Proses sosialisasi ini merupakan proses peyesuaian diri. Dengan proses
sosialisasi yang baik maka seseorang akan dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya dengan baik, yang terjadi dalam proses sosialisasi
ini yaitu proses belajar dengan seseorang mempelajari berbagai macam
peran sosial. Peran sosial merupakan pola-pola tingkah laku yang umum
dilakukan oleh orang yang mempunyai posisi sosial yang sama atau
16
yang diharapkan oleh orang lain atau masyarakat, maka di dalam proses
belajar sosial tersebut seseorang akan tahu dan memahami tingkah laku
yang disukai atau diharapkan dan yang ditolak oleh orang lain atau
kelompoknya. Melalui proses sosialisasi itu seseorang akan mengenal dan
memahami berbagai nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat.
Pada saat ini peran orang tua dan respon dari lingkungan sangat diperlukan
bagi anak sebagai penguat untuk setiap perilaku yang telah dilakukannya.
Mengingat perilaku kemandirian akan banyak memberikan dampak yang
positif bagi perkembangan individu, maka sebaiknya perilaku kemandirian
diajarkan pada anak sedini mungkin sesuai dengan kemampuannya. Segala
sesuatu yang dapat diusahakan sendiri akan dapat dihayati dan akan
semakin berkembang menuju kesempurnaan.
3. Faktor-Faktor Kemandirian
Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian. Sebagaimana aspek-aspek psikologis lainnya, kemandirian bukanlah semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir. Perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang datang dari lingkungannya, selain potensi yang telah dimiliki sejak lahir sebagai keturunan dari orangtuanya.Ada sejumlah faktor yang sering disebut sebagai korelat bagi perkembangan kemandirian yaitu sebagai berikut (Ali, 2006):
a. Gen atau keturunan orang tua
keturunan ini masih menjadi perdebatan karena adanya pendapat bahwa sesungguhnya bukan karena sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan karena sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tuanya mendidik anaknya.
b. Sistem pendidikan di sekolah.
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa ragu akan menghambat kemandirian anak. Demikian juga dengan, proses pendidikan yang menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman juga dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar kemandirian anak.
c. Sistem kehidupan di masyarakat.
18
Menurut Hurlock (1985) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah:
a. Pola asuh orang tua, orang tua dengan pola asuh yang demokratis sangat mendukung kemandirian anak. Dimana peran orang tua sebagai pembimbing yang memperhatikan terhadap kebutuhan anak terutama dalam hal belajar dan pergaulan di lingkungan atau di sekolah.
b. Jenis kelamin, anak yang berkembang dengan pola tingkah laku maskulin, lebih mandiri dari pada anak yang mengembangkan tingkah laku yang feminism.
c. Urutan posisi anak, anak pertama yang diharapkan untuk menjadi contoh teladan bagi adiknya, lebih berpeluang untuk mandiri. Sementara anak bungsu yang mendapat perhatian berlebihan dari orang tua dan kakak-kakaknya, berpeluang kecil untuk bias mandiri. (http://www.psychologymania.com/2013/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html)
Menurut Markum (1985) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kemampuan berdiri sendiri pada anak adalah:
a. Kebiasaan serba dibantu atau dilayani, misalnya orang tua yang selalu melayani keperluan anaknya seperti mengerjakan PR-nya, hal ini akan membauat anak manja dan tidak mau berusaha sendiri, sehingga membaut anak tidak mandiri.
luar rumah, misalnya anak tidak mempunyai kegiatan denga teman-temannya, hal ini akan membuat anak bosan sehingga ia menjadi malas dan tidak kreatif serta tidak mandiri. (http://www.psychology
mania.com/2013/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kemandirian.html)
Menurut Santock (2003:142) faktor-faktor yang mempengaruhi dan
membentuk kemandirian adalah:
a. Lingkungan
Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadian seseorang, baik segi-segi positif maupun
negatif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama
dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk
kepribadian seseorang, dalam hal ini adalah kemandirian.
Lingkungan sosial adalah segala faktor ekstern yang mempengaruhi
perkembangan pribadi manusia, yang berasal dari luar pribadi. Secara
konseptual, lingkungan sosial mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
(a) proses sosial,
(b) struktur sosial,
(c) perubahan-perubahan sosial.
Proses sosial sebenarnya merupakan inti dinamika lingkungan sosial.
Inti proses sosial adalah interaksi sosial yang merupakan proses
hubungan timbal balik antar pribadi, antar kelompok dan antar pribadi
20
karena mencakup aspek-aspek sosial yang pokok. Aspek-aspek yang
merupakan hasil abstraksi proses sosial yaitu kelompok sosial,
kebudayaan, lembaga-lembaga sosial, stratifikasi sosial, dan kekuasaan
dan wewenang (Soekanto, 2004:80).
Secara sosiologis, lingkungan budaya merupakan hasil lingkungan
sosial. Hal ini disebabkan kebudayaan merupakan hasil karya, hasil
cipta, dan hasil rasa yang didasarkan pada karsa. Dengan demikian,
maka lingkungan budaya terdiri dari aspek materiil dan spiritual.
Aspek spiritual lingkungan budaya pada dasarnya berintikan pada
nilai-nilai. Suatu nilai merupakan pandangan baik dan buruk mengenai
sesuatu. Biasanya nilai-nilai timbul dari hasil pengalaman berinteraksi.
Dari proses interaksi dengan pihak-pihak lain, manusia akan
mendapatkan pandangan-pandangan tertentu mengenai interaksi
tersebut. Apabila pandangan mengenai sesuatu hal baik, maka hal
itualh yang dianut dan sebaliknya (Soekanto, 2004:83).
Menurut Gea (2003:146), Lingkungan sosial budaya dengan pola
pendidikan dan pembiasaan yang baik akan mendukung perkembangan
anak-anak menjadi mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupan, demikian pula keadaan dalam kehidupan keluarga akan
mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak sikap orang
tua yang tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang
secara wajar dan menggembirakan. Sebaliknya, remaja yang
dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya.
menggembirakan, sedang kedua orang tua tidak menghiraukan
pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, dan taraf keteladanan pun
jauh dari taraf keluhuran, maka bukan tidak mungkin anak-anak
berkembang salah dan sangat merugikan masa depan jika tidak
tertolong dengan pendidikan selanjutnya. Pengalaman dalam
lingkungan kehidupan sangat mempengaruhi kemandirian seseorang.
Pengalaman seseorang akan membentuk suatu sikap pada diri
seseorang yang mana didahului oleh terbentuknya suatu kebiasaan
yang menimbulkan reaksi yang sama terhadap masalah yang sama.
Jadi, pengalaman ini sangat banyak mempengaruhi proses
pembentukan kepribadian seseorang. Suatu sikap tidak akan terbawa
sejak lahir, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang
bersangkutan (Walgito, 2003:115).
b. Pola asuh
Lingkungan keluarga berperan penting dalam penanaman nilai-nilai
pada diri seorang anak, termasuk nilai kemandirian. Penanaman nilai
kemandirian tersebut tidak terlepas dari peran orang tua dan
pengasuhan yang diberikan orang tua. Elizabeth B. Hurlock
mengatakan (dalam Ihromi, 1999:51-52) bahwa ada beberapa pola
asuh yang digunakan orang tua dalam menanamkan disiplin pada
22
1) Otoriter
Dalam pola asuhan otoriter ini orang tua memiliki kaidah-kaidah dan
peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya, setiap
pelanggaran dikenakan hukuman. Dengan pola pengasuhan ini semua
tingkah laku anak ditentukan oleh orang tua. Dengan kata lain pola
pengasuhan otoriter lebih cenderung memaksakan kehendak kepada
anak.
2) Demokratis
Orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan-alasan yang
membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi
suatu aturan. Orang tua menekankan aspek pendidikan dari pada
aspek hukuman. Hukuman tidak pernah kasar dan hanya diberikan
apabila anak dengan sengaja menolak perbuatan yang harus ia
lakukan. Apabila perbuatan anak sesuai dengan apa yang patut ia
lakukan, orang tua memberikan pujian. Orang tua yang demokratis
adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari
dalam diri anak sendiri.
3) Permisif
Orang tua bersikap memberikan, mengizinkan setiap tingkah laku
anak, dan tidak memberikan hukuman kepada anak. Pola ini ditandai
oleh sikap orang tua yang membiarkan anak mencari dan menemukan
lakunya. Pada saat terjadi hal yang berlebihan barulah orang tua
bertindak. Pada pola ini pengawasan menjadi sangat longgar.
c. Pendidikan
Pendidikan mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan
terbentuknya kemandirian pada diri seseorang. Pendidikan adalah
usaha manusia dengan penuh tanggung jawab membimbing anak
belum mandiri secara pribadi. Semakin bertambahnya pengetahuan
yang dimiliki seseorang kemungkinan untuk mencoba sesuatu yang
baru semakin besar, sehingga seseorang akan lebih kreatif dan
memiliki kemampuan
d. Interaksi sosial
Kemampuan seorang anak dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosial, serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan
mendukung perilaku yang bertanggung jawab mempunyai perasaan
aman dan mampu menyelesaikan segala pemasalahan yang dihadapi
dengan tidak mudah menyerah akan mendukung perilaku mandiri.
e. Intelegensi
Faktor lain yang dianggap penting sebagi tambahan yang diperhatikan
adalah kecerdasan atau intelegensi subjek. Faktor tersebut diasumsikan
akan berpengaruh dalam proses penentuan sikap, pengambilan
keputusan, penyelesaian masalah dan penyesuaian diri secara mantap.
Usaha untuk menentukan sikap memang diperlukan adanya
24
4. Perilaku Mandiri
Menurut Chabib Thoha (1996:123-124) ciri kemandirian belajar yaitu sebagai berikut:
a. Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif. b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. c. Tidak lari atau Menghindari masalah.
d. Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.
e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain. g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan. h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
(http://subliyanto.blogspot.com/2011/05/kemandirian-belajar.html
Menurut Bachrudin Mustafa (2008:75) kemandirian adalah kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang menyertainya. Kemandirian pada anak-anak terlihat ketika mereka menggunakan pikirannya sendiri dalam mengambil berbagai keputusan; dari memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakannya, memilih teman bermain, sampai hal-hal yang relatif lebih rumit dan menyertakan
konsekwensi-konsekwensi tertentu yang lebih serius.
Adapun perilaku mandiri anak menurut Astoety (2014) sebagai berikut:
a. Di rumah
1. Bangun tidur tanpa dibangunkan
2. Menata/membersihkan kamar tidur sendiri
3. Makan tanpa dilayani
4. Mencuci piring sendiri sesudah makan
5. Mencuci dan meyetrika pakaian sendiri
6. Menyiapkan pakain seragam sendiri
7. Menyemir sepatu sendiri
8. Belajar tanpa disuruh
9. Menyiapkan buku pelajaran sendiri. (http://4stoety.wordpress.com/2014/01/10/perilaku-mandiri/)
b. Di sekolah
1. Berangkat dan pulang sekolah sendiri
2. Selalu mengerjakan tugas-tugas sekolah
3. Melakukan piket kelas sesuai jadwaltanpa ditegur guru atau teman
4. Mengerjakan sendiri setiap ulangan atau ujian
5. Melengkapi keperluan belajar(alat tulis dan lain-lain) tanpa pinjam
punya orang lain.
(http://4stoety.wordpress.com/2014/01/10/perilaku-mandiri/)
Kesimpulan dari beberapa uraian diatas bahwa perilaku mandiri anak
adalah:
a. Bertanggung jawab
26
c. Disiplin
C. Panti Asuhan 1. Pengertian
Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://www.kbbi.panti.asuhan) mendefinisikan panti asuhan sebagai rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim piatu dan sebagainya.
Menurut Arif Gosita(http://dianifan.blogspot.com/2012/08/panti-asuhan.html?m=1)secara etimologi, panti asuhan berasal dari dua kata yaitu panti dan asuhan. Panti yang berarti suatu lembaga atau satuan kerja yang merupakan prasarana dan sarana yang memberikan layanan sosial, sedangkan asuhan yang mempunyai arti berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang mengalami masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.
Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan penganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan.
2. Tujuan Panti Asuhan
Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia : a. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi
pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.
28
3. Fungsi Panti Asuhan
Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia panti asuhan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan pengembangan dan pencegahan.
b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak.
c. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang). Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.(thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-2-00163-DI%20bab2001.pdf)
Dalam penelitian ini panti asuhan yang dimaksud adalah Panti Asuhan
Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. Usaha yang
dilakukan oleh panti asuhan adalah membentuk perilaku mandiri anak.
Dengan cara menanamkan nilai-nilai kemandirian terhadap anak-anak
asuhnya dengan pengasuhan yang tepat yang mencakup pemberian
D. Kerangka Pikir
Panti asuhan yatim merupakan tempat atau rumah yang diusahakan untuk
mengasuh (merawat) anak yatim, piatu, yatim piatu dan miskin. Panti
asuhan anak yatim sebagai lembaga sosial untuk menanamkan nilai-nilai
kemandirian terhadap anak-anak asuhnya. Proses penanaman kemandirian
yang diberikan melalui pendidikan yaitu pendidikan agama yang diberikan
panti asuhan maupun pendidikan formal yang disekolah.
Proses penanaman kemandirian anak meliputi 3 cara pembentukan yaitu
pembentukan kemandirian dengan cara kondisioning atau kebiasaan,
pembentukan kemandirian dengan cara memberi pengertian dan
pembentukan kemandirian dengan cara memberikan contoh atau
model.(Walgito, 2005:14-15)
Dari ketiga cara tersebut akan didapat bentuk perilaku mandiri anak seperti
bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, Mampu mengambil
keputusan sendiri, danmampu mengerjakan segala sesuatu tanpa meminta
30
Kerangka Pikir
Gambar 1.Bagan Kerangka Pikir
1. Pembentukan perilaku kemandirian dengan cara kondisioning atau kebiasaan
2. Pembentukan perilaku kemandirian dengan cara Memberi Pengertian (Insight)
3. Pembentukan perilaku kemandirian dengan menggunakan model atau contoh
Perilaku Mandiri Anak :
1. Bertanggung jawab
2. Mampu mengambil keputusan sendiri
3. Dapat mengerjakan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitianinimenggunakanpendekatankualitatif yaitusuatu proses penelitiandanpemahaman yang didasarkanpadametodelogi yang menyelidikisuatufenomenasosialdanmasalahmanusia.
Metodelogikualitatifmerupakanprosedur yang menghasilkan data desriptifberupa kata-kata tertulismaupunlisandari orang-orang danprilku yang diamati.(Moleong, 2007:3).
Peneliti berusaha meneliti bagaimana cara pembentukan kemandirian
terhadap anak di Panti Asuhan . Dimulai dari proses pengasuhan,
penanaman nilai-nilai, aturan-aturan dan tata tertib yang mengatur
aktivitas keseluruhan yang dilakukan oleh panti asuhan sehingga
menjadikan anak memiliki perilaku mandiri.
B. Fokus Penelitian
Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus penelitian karena
32
merupakan bentuk pra analisis yang mengesampingkan variable-variabel dan yang memperhatikan lainnya. Dengan adanya pemfokuskan akan menghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang melimpah ruah.(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/11/penelitian-kualitatif -339265.html)
Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan yang menjadi pusat
perhatian dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus
penelitianadalah:
1. Cara pembentukan kemandirian di dalam panti asuhan
2. Perilaku kemandirian anak
C. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian sangat penting karena untuk mempermudah
mendapatkan data yang sesuai. Adapun lokasi yang dipilih dalam
penelitian ini adalah Panti Asuhan Al-Muttaqin yang terletak di jalan Serasan Seandanan Lingkungan VII Kelurahan Batu Belang Jaya Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. Alasannya adalah karena lokasi penelitian ini merupakan salah satu panti asuhan yang ada di
Kabupaten OKU Selatan dan secara geografis panti asuhan ini mudah
dijangkau untuk memperoleh informasi.
D. Jenis dan Sumber Data
2. Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi dari arsip-arsip.
E. Penentuan Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pihak peneliti. Moleong (2010:132) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Agar memperoleh informasi yang lebih terbukti, terhadap beberapa cerita yang perlu dipertimbangkan yaitu :
1. Informan yang lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran penelitian.
2. Informan yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran penelitian
3. Mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai keterangan
4. Informan yang berada pada sasaran penelitian
34
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi digunakan teknik:
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan langsung dalam terhadap obyek penelitian untuk mendapatkan data atau gambaran yang jelas sehubungan dengan masalah yang diteliti. Data hasil penelitian menjadi penting karena akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks dimana hal itu terjadi.Peneliti akan bersifat terbuka,berorientasi pada penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.
2. Wawancara
Wawancara mendalam adalah suatu percakapan yang diarahkan pada
suatu persoalan tertentu. Ini merupakan proses tanya jawab lisan
dimana dua orang atau lebih dapat berhadap-hadapan secara fisik.
Metode wawancara mendalam ini digunakan untuk mendapat
keterangan-keterangan secara mendalam dalam permasalahan yang
dikemukakan. Wawancara mendalam ini dilakukan dengan
memberikan pertanyaan langsung dengan informan yang
diwawancarai. Dengan menggunakan metode wawancara ini
diharapkan akan memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian
dan mendapatkan gambaran yang lebih jelas guna mempermudah
3. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui
pencatatan data dan foto yang berhubungan dengan penelitian
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif.Menurut Miles (1992:15-16) analisis data kualitatif terdiri dari
tiga alur kegiatanyang terjadi secara bersamaan yaitu:
1. Reduksi data
Merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyerdehanan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari wawancara. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa
hinggga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Pada tahap
reduksi data, peneliti dengan seksama memilah dan memilih data mana
yang akan dijadikan sandaran utama sebelum disajikan dalam
penelitian ini.
2. Penyajian Data
Data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam
terhadap masyarakat, dikumpulkan untuk diambil
36
3. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan merupakan sebagian dari suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh. Setelah data direduksi dan disajikan maka dari
data-data yang ada tersebut kita dapat melakukan penarikan
kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan untuk mencari kejelasan
dan pemahaman terhadap penelitian. Kesimpulan dari data-data yang
terkumpul akan dijadikan bahan dalam penelitian.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua merupakan salah satu panti asuhan yang ada di Kabupaten OKU Selatan. Panti asuhan ini awalnya di Kampung Rengas RT 002 RW 002. Kemudian panti asuhan ini pindah ke Jalan Serasan Seandanan dan menetap hingga sekarang. Panti asuhan yang berdiri pada hari Rabu 24 November 2010 dibangun dengan peletakan batu pertama kali oleh Bupati OKU Selatan yaitu H. Muhtadin Sera’i. Kepedulian terhadap anak yatim dan masyarakat miskin yang ada di Muaradua merupakan alasan berdirinya Panti Asuhan Al-Muttaqin. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No : AHU-5021.AH.01.04.Tahun 2010 maka pemerintah mengesahkan Panti Asuhan Al-Muttaqin pada tanggal 20 Desember 2010.
38
B. Lokasi Panti Asuhan Al-Muttaqin Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Panti Asuhan Al-Muttaqin merupakan panti yang terletak di Kampung Rengas RT 002 RW 002, Kelurahan Pasar Muaradua, Kecamatan Muaradua, Kabupaten OKU Selatan. Kemudian panti ini pindah ke wilayah perkantoran yaitu Jl. Serasan Seandanan Lingkungan VII Kelurahan Batu Belang Jaya Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. Desa itu sendiri dipimpin oleh Bapak Lurah Drs. Elyuzar. Secara administratif Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua berbatasan dengan desa-desa lain:
a. Sebelah Utara : Desa Tebing Hitam b. Sebelah Selatan : Desa Pelangki c. Sebelah Timur : Desa Binjai
d. Sebelah Barat : Perkantoran Kabupaten OKU Selatan
Kabupaten OKU Selatan memiliki luas 5.849,89 Km2 atau 549.394 Ha dan terdiri dari 19 Kecamatan.
C. Visi dan Misi Panti Asuhan Al-Muttaqin a. Visi
Berahlak mulia, berbudaya dan berprestasi
b. Misi
2. Membantu dan membimbing ke arah perkembanghan pribadi yang wajar sesuai dengan agama Islam.
3. Memberi keterampilan kerja kepada khalayak.
4. Meratakan kesejahteraan bagi kelompok sosial yang kurang mampu. 5. Pembinaan lebih lanjut setelah anak kembali ke masyarakat.
D. Maksud dan Tujuan Panti Asuhan
1. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan proyeksi pekerja sosial pada anak-anak yatim, terlantar dengan cara membantu dan membimbing kearah perkembangan pribadi yang wajar sesuai dengan ajaran agama Islam, serta kemampuan-kemampuan keterampilan kerja, sehingga menjadi anak yang dapat hidup layak, mandiri dan penuh tanggung jawab terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.
2. Dengan adanya pelayanan sosial yang bertujuan untuk meratakan kesejahteraan bagi kelompok sosial yang kurang mampu, diharapkan dapat hidup mandiri.
3. Berpartisipasi aktif membantu dan menunjang program pemerintah di dalam meningkatkan pendidikan, kesejahteraan bersama dan pengembangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya serta masyarakat Indonesia seluruhnya.
4. Berperan serta dalam mengatasi dan mengurangi pengangguran. 5. Berpartisipasi aktif membantu dan menunujang program pemerintah
40
E. Gambaran Umum Struktur, Tugas dan Fungsi Kepengurusan Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua
1. Struktur Kepengurusan Panti Asuhan AL-Muttaqin Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Gambar 2. Struktur Kepengurusan Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Sumber: Data Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua 2013 KETUA Malik Surya Alam S. sos
Dari gambar struktur di atas dapat disimpulkan bahwa kepengurusan panti asuhan berjumlah 12 orang yang memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan dibidangnya masing-masing. Pengurus terbanyak ada di bidang usaha/keterampilan yaitu sebanyak 4 orang, selanjutnya di bidang pendidikan 2 orang, keamanan 2 orang dan bidang rumah tangga 1 orang. Sementara ketua, bendahara, sekretaris masing-masing 1orang. Pengurus sekaligus pengasuh yang tinggal menetap di panti asuhan sebanyak 2 orang yaitu pasangan suami istri. Sementara 10 orang lainnya datang pada saat dibutuhkan dan jika ada kegiatan panti.
Tabel. 1 Daftar Pendidikan Terakhir Pengurus Panti Asuhan Al-Muttaqin
Pendidikkan Terkakhir Jumlah Persentase
SMA 3 orang 25%
SI (Sarjana) 5 orang 41,6%
S2 (Master) 4 orang 33,7%
Total 12 orang 100%
Sumber: Data Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua 2013
42
2. Tugas dan Fungsi Pengurus Panti Asuhan Al-Muttaqin a. Ketua Panti Asuhan
Adapun tugas ketua panti asuhan sebagai berikut: 1. Memimpin dan melaksanakan kegiatan panti.
2. Bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan sosial dalam panti maupun luar panti.
3. Bersama-sama dengan sekretaris dan bendahara dalam menerima tamu, sumbangan dam pembuaatan laporan.
4. Membina para pengasuh dalam memberikan pelayanan dan pendidikan kepada anak asuh ketua panti asuhan
b. Sekretaris
Adapun tugas sekretaris panti Asuhan sebagai berikut : 1. Melaksanakan urusan administrasi dan registrasi anak
2. Mencatat dan mengarsipkan dokumen, surat-surat masuk dan keluar
c. Bendahara
Adapun tugas bendahara panti Asuhan sebagai berikut :
1. Menerima dan menyimpan uang di Bank yang telah di tunjuk 2. Menyusun rencana anggaran Panti Asuhan
d. Pengasuh
1. Bidang Rumah Tangga
a. Mengatur makanan yang akan dikonsumsi
b. Mengajarkan anak-anak agar dapat melakukan pekerjaan rumah
2. Bidang Pendidikan
a. Mengajarkan anak-anak asuh tentang norma-norma dan aturan di panti.
b. Mengajarkan anak-anak tentang agama c. Mendidik anak asuh
3. Bidang Usaha
Mengajarkan anak-anak tentang usaha-usaha rumahan, cara bercocok tanam dan beternak agar bisa melakukan nya sendiri setelah keluar dari panti asuhan.
4. Bidang Keamanan
Menjaga dan mengawasi anak-anak asuh dalam panti
F. Sarana dan Prasarana Panti Asuhan Al-Muttaqin
44
Selain itu di tanah seluas 500 meter itu terdapat pula kolam ikan, lahan kosong, dan lahan pertanian. Lahan kosong digunakan untuk pemeliharaan sapi, kambing dan ayam. Sedangkan lahan pertanian digunakan untuk bercocok tanam seperti menanam cabai, tomat, dan sayur-sayuran.
G. Keadaan Anak asuh Panti Asuhan Al-Muttaqin Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Pendidikan
Data anak Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua berdasarkan jenis kelamin, umur dan pendidikan sebagai berikut:
Tabel. 2 Data anak Panti Asuhan Al-Muttaqin berdasarkan jenis kelamin :
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 21 orang 58,3 %
Perempuan 15 orang 41,7 %
Total 36 orang 100 %
Sumber: Data Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua 2013
Tabel 2 menunjukkan bahwa total anak asuh di panti asuhan Al-Muttaqin Muaradua adalah 36 orang. Dengan jumlah laki-laki 21 orang dan perempuan 15 orang. Sedangkan dalam bentuk persentase panti asuhan memiliki 58% anak perempuan dan 41% anak laki-laki.
Tabel. 3 Data anak Panti Asuhan Al-Muttaqin berdasarkan umur :
Sumber: Data Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua 2013
Tabel 3 menjelaskan dilihat dari segi umur, anak asuh tertua berumur 18 tahun dan yang termuda 6 tahun. Jika dikelompokkan umur 6-9 tahun berjumlah 5 orang, umur 10-13 tahun berjumlah 16 orang dan umur 14-18 tahun berjumlah 15 orang. Hal itu menunjukkan bahwa anak yang berusia 10-13 tahun merupakan jumlah terbesar dan anak yang berusia 6-9 tahun merupakan jumlah terkecil. Sedangkan dalam bentuk persentase anak berumur 6-9 tahun 13.9%, 10-13tahun 44,5% dan anak berumur 14-18 tahun 41,7% .
Tabel.4 Pendidikan anak-anak Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 23 orang 63,9 %
SMP 8 orang 22,3 %
SMA 5 orang 13,8 %
TOTAL 36 orang 100 %
Sumber: Data Panti Asuhan Al-Muttaqin Muaradua 2013
46
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan data penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Cara penanaman kemandirian dilakukan oleh pengasuh Panti AsuhanAl-Muttaqin dengan cara menanamkan kemandirian sejak anak masuk di panti asuhan. Adanya peraturan dan tata tertib serta jadwal keseharian membuat anak menajdi disiplin sehingga tidak bersikap kekanak-kanakan yang terus mengandalkan bantuan orang lain. Pihak panti membentuk perilaku kemandirian terhadap anak agar sesuai
yang diharapkan maka dilakukan melalui cara-cara seperti :
a. Pembentukan perilaku kemandirian dengan kondisioning atau kebiasaan
Yaitu dengan cara membiasakan anak-anak dengan mengajarkan untuk berprilaku seperti apa yang diharapkan.
b. Pembentukan perilaku kemandirian dengan pengertian (insight) Yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian terhadap anak. c. Pembentukan perilaku kemandirian dengan menggunakan model
80
yaitu memberi contoh seseorang yang berperilaku baik dan mandiri terhadap anak agar anak mencontoh perilaku mandiri dari seseorang tersebut.
2. Perilaku kemandirian yang terlihat di Panti Asuhan Al-Muttaqin yaitu: a. Ada rasa tanggung jawab
b. Mampu mengambil keputusan sendiri
c. Mampu mengerjakan tugas rutinitas sehari-hari tanpa mantuan orang lain seperti membersihkan tempat tidur, membersihkan ruangan-ruangan panti, menyapu, mengepel, memasak, menggosok gigi sebelum tidur dan merapikan tempat tidur.
B. Saran
Setelah penulis menguraikan simpulan-simpulan yang dapat ditarik di dalam penelitian ini, selanjutnya akan dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Demi terciptanya perilaku yang baik, pengurus dan pengasuh panti asuhan hendaknya membuat aturan dan tata tertib agar anak asuh menaati peraturan dan segan membuat kesalahan. Panti asuhan juga hendaknya memberikan keterampilan sesuai dengan umur anak yang diasuh, agar anak-anak bisa melanjutkan hidup mereka setelah keluar dari panti asuhan
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers. Jakarta.
Dagun, SM. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Gea, Antonius dkk. 2003. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta: PT. Gramedia Miles, Mattew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisa Data Kualititatif.
Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI. Press.
Moelong, Lexy. 2010. Metodelogi Penelitian. PT. Remaja Rosda Karya: Bandung.
Ritzer, George.1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV. Rajawali
Santrock, JW. 2003. Adolesence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Shochib, Moh. 2000. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta
Soeaidy, Soleh & Zulkhair. 2001. Dasar Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Unila.2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. Lampung University Press Bandar Lampung.
Sumber Lain
ahm.susanto@gmail.com
http://www.epsikologi.com/artikel/individual/kemandirian.sbg.kebutuhan.psikolo gis.pada.remaja.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kamus_Besar_Bahasa_Indonesia_(Pusat_Bahasa) http://subliyanto.blogspot.com/2011/05/kemandirian-belajar.html
http://maktabahku.wordpress.com/2008/11/14/kemandirian-sebagai-kebutuhan-psikologis-pada-remaja/
http://www.psychologymania.com/2013/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http://id.m.wikisource.org/wiki/undang-undang-dasar-negara-republik-indonesia-tahun1945/perubahan-iv
http://ratuwithlovelygirl.blogspot.com/2012/03/pola-asuh-orangtua-dan-implikasinya.html