• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar (studi kasus di panti sosial asuhan anak putra utama 03 Tebet Jakarta selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar (studi kasus di panti sosial asuhan anak putra utama 03 Tebet Jakarta selatan)"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: FITRIYAH NIM: 107054103245

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: FITRIYAH NIM: 107054103245

Pembimbing

Ahmad Zaky, M.Si NIP.1504 111 58

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

anak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada 25 Agustus 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesejahteraan Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 25 Agustus 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. H. Mahmud Jalal, MA Ahmad Zaky, M.Si NIP. 19520422 198103 002 NIP.1504 111 58

Penguji I Penguji II

Drs. Wahidin Saputra, MA Nurkhayati Nurbus, M.Si NIP. 19700903 199603 1001 NIP. 19740908 199803 1002

Pembimbing

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Agustus 2011

(5)

i

Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan)

Pendidikan harus memiliki tujuan bagaimana masyarakat minat dan keinginannya bisa terpedayakan secara merata. Karenanya pendidikan secara praktik, harus dapat dilihat perannya dalam kehidupan masyarakat. Persoalan pendidikan seperti itu bukan saja harus mampu merealisasikan tuntutan masyarakat juga membuktikan out put yang dihasilkan di suatu lembaga pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) dan untuk mengetahui pelayanan pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif sehingga mendapatkan hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya. Subyek penelitian terdiri dari pekerja sosial/pengasuh dan Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

(6)

ii

Bismillahirrahmanirrohiim…

Alhamdulillah... Tiada yang pantas penulis ucapkan selain puja dan syukur bagi Allah SWT. Tuhan pencipta langit dan bumi beserta isinya. Karena telah memberikan segala curahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak pula penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan menuju alam ilmu pengetahuan. Dengan selesainya skripsi yang bejudul “Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar (Studi Kasus Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam Program Strata Satu (S.Sos.I) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial, maka penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

(7)

iii

Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III yang telah membimbing penulis selama melaksanakan studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial dan juga seluruh staff akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam memperlancar penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Sekretaris Program studi Kesejahteraan Sosial dan selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku dosen penguji I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi panitia ujian skripsi sehingga saya dapat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I). 5. Ibu Nurkhayati Nurbus, M.A selaku dosen penguji II yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menjadi panitia ujian skripsi sehingga saya dapat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I).

(8)

iv

kepada penulis baik motivasi, moril, bahkan pengorbanannya.

8. Untuk kakakku, Sisca Daryati dan Sukroni S.T (Kakak Ipar), Achmad Zakir S.IP dan Umroti S.Psi (Kakak Ipar). Serta adikku Muhammad Rizal, mereka yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.

9. Ketiga keponakanku yang tersayang dan lucu-lucu, Salsabila Syakila, Sulthan Syalbiansyah, dan Dhaffian Al-Fawwazi, dengan adanya canda dan tawa dari mereka membuat hati penulis terhibur sehingga mengurangi rasa penat penulis saat penyusunan skripsi ini.

10. Specially for my boy friend, teman hidup di masa depan, Firmansyah, yang telah memberikan kasih sayangnya beserta iringan doa untuk penulis, menemani dan memberikan semangat saat penulis rapuh dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Yang selalu menjadi sahabat baikku, Nurul Hafizhah, Siti Izzatul Yazidah dan Fazra Raissa Wulandari, yang telah menjadi sahabat baikku selama kurang lebih empat tahun di UIN dan semoga selalu selamanya bersahabat, serta tak lupa iringan doa selalu untuk penulis dari mereka.

12. Teman-teman senasib dan seperjuangan khususnya untuk angkatan 2007 dalam mencapai cita-cita di Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Selatan.

(9)

v

membimbing dan memberikan penulis masukan-masukan untuk mengerjakan tugas akhir kuliah (skripsi) dan motivasi untuk tetap semangat dalam menjalankan penelitian.

15. Bpk H. Mahmud, S.Sos. Yang sudah penulis anggap sebagai ayah kedua di PSAA setelah Pak Muji. Beliau telah membuat penulis merasa nyaman di PSAA dengan canda tawa dari Beliau.

16. Adik-adikku (WBS) yang berada di PSAA, yang telah membantu memberikan informasi untuk penelitian dalam mengerjakan skripsi dan tak lupa semangat dari adik-adikku serta untaian doa untuk penulis.

17. Terakhir kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

Pada akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya. Dan juga semoga semua perhatian, motivasi dan bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT, semoga Allah menuntun ke jalan yang lurus yakni jalan yang Engkau ridhoi dan jalan yang Engkau murkai… Amiiin Yaa Robbal ‘Alamiin..

Wassalam...

Jakarta, Agustus 2011

(10)

vi

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Peran ... 16

B. Pekerja Sosial 1. Pengertian Pekerja Sosial ... 18

2. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial ... 22

C. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan ... 28

(11)

vii

5. Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional ... 35

D. Anak dan Anak Terlantar 1. Pengertian Anak ... 37

2. Hak-hak Anak ... 38

3. Usia Anak ... 40

4. Pengertian Anak Terlantar ... 43

5. Ciri-ciri Anak Terlantar ... 45

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PSAA PU 03 TEBET A. Gambaran Umum Lembaga PSAA PU 3 Tebet Jakarta Selatan 1. Identitas dan Sejarah PSAA ... 46

2. Pendanaan PSAA ... 51

3. Sumber Daya Manusia di PSAA ... 52

4. Fasilitas di PSAA ... 52

B. Profil Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA ... 54

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jak-Sel ... 57

[image:11.595.117.523.78.603.2]
(12)

viii

B. Saran ... 71

(13)
[image:13.595.113.526.79.473.2]

ix

Tabel 1. Data SDM di PSAA PU 03 Tebet ... 52

Tabel 2. Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet ... 52

Tabel 3. Data WBS Beradasarkan Pertahunnya ... 54

Tabel 4. Data WBS Berdasarkan Status Keluarga ... 54

Tabel 5. Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 55

Tabel 6. Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP... 55

(14)

x

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu, sebab pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Karena itu, setiap bangsa yang ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama.1

Wajah pendidikan di negeri ini belum secerah negara tetangganya. Harus diakui, sistem dan mutu pendidikan di Malaysia, Singapura, Thailand, Myanmar, Laos, Sri Lanka, bahkan Vietnam, lebih maju dibanding Indonesia. Di Indonesia, masih ada jutaan anak yang belum menikmati pendidikan dasar. Belum lagi problem serius menyangkut minimnya fasilitas dan kesejahteraan para pendidik, terjadinya tindak kekerasan dan pencabulan di lingkungan sekolah, tawuran antar mahasiswa hingga pertengkaran tanpa ujung para elite pengelola lembaga pendidikan.2

Pendidikan harus memiliki tujuan bagaimana masyarakat minat dan keinginannya bisa terpedayakan secara merata. Karenanya pendidikan secara

1

Editorial Media Massa Indonesia, 2006: Membangun Pendidikan, Mengatasi

Kemiskinan, http://opini.wordpress.com/2006/11/08/membangun-pendidikan-mengatasi-kemiskinan/ (Diakses pada: Senin, 28 Februari 2011)

2

Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: 2008), cet 1,

http://komunitasamam.wordpress.com/2009/04/11/blue-print-pendidikan-nasional/ (Diakses

(16)

praktik, harus dapat dilihat perannya dalam kehidupan masyarakat. Persoalan pendidikan seperti itu bukan saja harus mampu merealisasikan tuntutan masyarakat juga membuktikan out put yang dihasilkan di suatu lembaga pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan3

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini belumlah terlalu bagus, bahkan sedikit lebih ekstrim kita dapat menyebut kualitas kita rendah dan memprihatinkan. Keberadaan atau posisi kita jauh di bawah negara-negara lain. Hal itu terlihat dari angka Human Development Indeks (HDI) yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional, yang menunjukkan bahwa posisi kualitas sumber daya manusia Indonesia sangatlah rendah.4 Menurut data dari Human Development Indeks (HDI), Indonesia berada pada peringkat 108 di dunia dari segi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada tahun 2010.5

Kemudian, pada saat yang sama tingkat kemiskinan di negeri ini sungguh fantastis. Sangat besar dan mengkhawatirkan. Kita semua paham bahwa kemiskinan kini merupakan simbol yang tentunya sangat memalukan6. Hasil Sensus penduduk BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010 menyebutkan,

3

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005), cet 1, hal. 7

4

http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hak-pendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011

5

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/14/kualitas-sdm-indonesia-di-dunia/ (Diakses pada: Kamis, 03 November 2011)

6

(17)

penduduk miskin di Indonesia berjumlah 31,02 juta jiwa atau 13,13 persen. Kesenjangan tingkat kemiskinan antar provinsi masih besar sekitar separoh dari rata-rata nasional. Hal itu dikatakan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) HR Agung Laksono saat kunjungannya di Kota Sibolga sekaligus memberikan Raskin secara simbolis kepada masyarakat di Jalan Toto Harahap dan Jalan S. Parman depan Masjid Agung Sibolga.7

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sangat prihatin atas fakta bahwa anak terlantar dan anak jalanan dari tahun ke tahun semakin meningkat tajam. Data terakhir terdapat 17 juta anak terlantar dan hampir terlantar. Dari jumlah tersebut, 230 ribu di antaranya menjadi anak jalanan di berbagai kota besar di Indonesia. Fakta lain menunjukkan bahwa hak-hak anak jalanan secara umum tidak terpenuhi, baik hak pendidikan, kesehatan dan hak dasar lainnya.

Anak jalanan, 95 persen berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah dan dari lingkungan yang eksploitatif terhadap anak, walaupun angka anak terlantar dan anak jalanan meningkat, tetapi belum ada penanganan secara komprehensif atas fenomena tersebut. KPAI berpandangan bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan orangtua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang membuat mereka terpuruk menjadi kelompok tersingkir dan termarjinalisasi. Penanganannya tidak bisa bersifat parsial, segmentaris, apalagi represif. Dan yang terpenting

7

http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id= 6128: menko-kesra--2010-penduduk-miskin-3102-juta-jiwa&catid=52:sumut&Itemid=207

(18)

tidak mengkriminalisasi anak karena sesungguhnya mereka adalah korban dari tindakan orang dewasa.8

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang perlindungan anak ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Media perlindungan anak adalah pemenuhan hak dasarnya, termasuk di dalamnya hak pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi, bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak. Pendidikan adalah hak dasar anak yang dilindungi. UU No 23 Tahun 2002, pasal 9 (1), tentang Perlindungan Anak dikatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Namun kenyataannya masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa mengenyam pendidikan dan anggapan kurang pentingnya pendidikan dibandingkan dengan hal lain yang lebih dianggap menghasilkan secara

8

(19)

ekonomis. Pendidikan dasar formal yang ada bagi banyak kalangan masih dianggap mahal. Meskipun kebijakan nasional mengenai wajib belajar sembilan tahun telah dicanangkan, namun pelaksanaannya tidak semudah itu9

Maka dari itu, pemerintah memberikan perhatian kepada keluarga yang kurang mampu, guna meningkatkan taraf hidup kesejahetraan pendidikan anak-anak mereka atau anak-anak yang terlantar yang memiliki kemauan besar untuk tetap bisa melanjutkan sekolah, dalam bentuk program (UKS) Usaha Kesejahteraan Sosial yang merupakan suatu program ataupun kegiatan yang didesain secara konkrit untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat.10

Salah satu bentuk program atau kegiatan dari UKS ini yaitu adanya suatu pelayanan sosial yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama (PSAA PU) 03 Tebet dapat melanjutkan sekolah tanpa harus memikirkan beban biaya yang dikeluarkan untuk kelangsungan pendidikan formal mereka.

Pendidikan dan perlindungan anak merupakan tanggungjawab orangtua, namun banyak orangtua menghadapi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan kebodohan, maka dengan tidak disadari, banyak orangtua tidak sanggup memenuhi fungsi sosialnya dengan baik dalam mendidik, melindungi dan mengembangkan anak-anak mereka.11

9

http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hak-pendidikan-anak-anak-bangsa.html (Diakses pada: Rabu, 09 Maret 2011)

10

Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, FISIP UI,

(Jakarta: 2005), hal. 86

11

(20)

Sementara itu ayat suci Al-Qur’an dalam surat An-Nissa’ ayat 9 menegaskan bahwa orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka dalam keadaan lemah, Allah berfirman sebagai berikut:











Artinya:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”

Anak-anak terlantar yang berada di sebuah lembaga sosial yaitu salah satunya Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet mereka berasal dari keluarga kurang mampu, anak yang ditelantarkan oleh orangtua dan anak yang dititpkan oleh orangtua mereka agar mereka dapat melanjutkan pendidikan formal hingga lulus dan tamat dari sekolah mereka masing-masing. Tujuannya agar anak-anak tersebut dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya dan berguna bagi nusa, bangsa dan agama di tengah-tengah masyarakat.

Berkaitan dengan hal di atas peneliti menyajikan penelitian yang berjudul:

“Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar

(21)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus yang jelas, maka peneliti membatasi pada Peran Pekerja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan pada periode 2010-2011.

Peran pekerja sosial tersebut dilihat dari studi pendidikan anak-anak terlantar di PSAA PU 03 Tebet yang meliputi pendidikan formal yang merupakan pendidikan di sekolah dan pendidikan pengisi waktu luang melalui keterampilan pengembangan potensi seperti menjahit, komputer, menari dan qosidahan yang pada akhirnya mereka menjadi warga masyarakat yang hidup layak dan bertanggungjawab terhadap dirinya, keluarga, serta masyarakat.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan pada latar belakang di atas, maka pertanyaan mendasar dalam Peran Pekeja Sosial Terhadap Pendidikan Anak-anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan yang ingin dijawab melalui penelitian dan dituangkan dalam skripsi ini adalah:

a. Bagaimana peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?

(22)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?

b. Untuk mengetahui pelayanan pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan?

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pendidikan formal dan non formal bagi anak-anak terlantar yang dilakukan oleh lembaga pelayanan kesejahteraan sosial.

b. Manfaat Praktis

1) Memberikan masukan saran untuk para praktisi di lembaga pelayanan kesejahteraan anak dan remaja, khususnya anak-anak terlantar dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pendidikan (intervensi).

2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan permasalahan penanganan terhadap anak-anak terlantar.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

(23)

bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna di lapangan. Sedangkan peneliti memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian karena peneliti berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil yang menyajikan data yang akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya 12

Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13 Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta-fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, baik berupa keadaan, permasalahan, sikap, pendapat, kondisi, prosedur atau sistem secara faktual dan cermat.14

Pendekatan kualitatif ini dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang ingin:

a. Menemukan, mengembangkan, dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan di Panti Sosial Asuhan Anak.

b. Memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip tentang pendidikan formal di luar panti dan pendidikan non formal di panti.

12

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003), cet. Ke- 2, h. 39

13

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2004) ,cet. Ke-20. h.4

14

Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003),

(24)

c. Memahami suatu gejala lebih mendalam atau mendapatkan pandangan baru akan gejala tersebut.

d. Melukiskan suatu keadaan atau mengadakan suatu deskripsi.15 2. Macam Data

a. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya. Data ini merupakan data yang diperoleh dari informan dan situasi-situasi sosial melalui metode dan cara yang telah di jelaskan di atas.

b. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya.

3. Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, mulut dan kulit. Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data

15

(25)

tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra16.

Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah mendatangi langsung ke lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan intern panti yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya kegiatan yang berkaitan dengan bagaimana peran pekerja sosial terhadap pendidikan anak-anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk mendapatkan data yang kongkret dari hasil pertanyaan-pertanyaan yang diajukan17. Dalam wawancara ini yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada pihak panti dan juga kepada anak-anak panti.

c. Studi Dokumentasi

Mencari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal ataupun yang lainnya. Tehnik ini dilakukan dengan cara mengkategorisasi kemudian mempelajari bahan-bahan tetulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi.

16

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group,

2005), h.134

17

Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

(26)

4. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisis dan penelitian menggunakan metode deskriptif yaitu teknik analisis data dimana peneliti terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh mengenai data Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

5. Tempat dan Waktu a. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak yang beralamat Jalan Tebet Raya No. 100. Jakarta Selatan.

b. Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada 31 Mei 2011 sampai dengan 31 Juli 2011.

6. Teknik Pemilihan Informan/Wawancara

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling

yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti, dalam sampling ini peneliti berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk dapat memasukkan unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi dimana peneliti mencari informasi.18

18

Jusuf, Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Jurusan Sosiologi, 2003),

(27)

Berdasarkan pada konteks tersebut, maka peneliti memilih subyek-subyek penelitian diantaranya:

No: Informan Jumlah Pertanyaan yang Diajukan 1 Ka.Sie

Identifikasi dan Asesmen

1 Orang

Peran pekerja sosial terhadap pendidikan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan.

2 Ka.Sie

Bimbingan dan Penyaluran

1 Orang

Pelayanan pendidikan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan.

3 WBS/Klien 4 Orang

E. Tinjauan Pustaka

(28)

Nama : Siti Nur Azizah

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial. Tahun 2007.

Judul Skirpsi : Peran Pekerja Sosial di Rumah Singgah Anak Jalanan Yayasan Rumah Kita Cipinang.

Dalam skripsi ini Siti membahas mengenai Peranan Pekerja Sosial Anak jalanan, walaupun sama-sama mengambil tema mengenai peran pekerja sosial tetapi berbeda dengan skripsi yang peneliti kaji dalam hal ini. Perbedaannya terletak pada subjek peneliti yaitu pendidikan formal dan non formal untuk anak-anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak.

F. Sistematika Penulisan

Dalam hal sistematika penulisan ini peneliti menggunakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDa (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini.

Bab I : Pendahuluan, memuat: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika penulisan.

(29)

Faktor-faktor Pendidikan, Tujuan Pendidikan, Jenis-jenis Pendidikan, Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional, Pengertian Anak, Hak-hak Anak, Usia Anak, Pengertian Anak Terlantar dan Ciri-ciri Anak Terlantar.

Bab III : Gambaran Umum Lembaga Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. Yang meliputi: Identitas dan Sejarah Panti Sosial, Pendanaan, Sumber Daya Manusia, Fasilitas dan Profil Warga Binaan Sosial (WBS) PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan.

(30)

16 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Peran

Apabila sesorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan mungkin mencangkup tiga hal, yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat1.

Peranan pekerja sosial sangat beragam tergantung pada konteksnya. Secara umum pekerja sosial dapat berperan sebagai mediator, fasilitator atau pendamping, pembimbing, perencana, dan pemecah masalah. Kinerja pekerja

1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo

(31)

sosial dalam melaksanakan meningkatkan keberfungsian sosial dapat dilihat dari beberapa strategi pekerjaan sosial sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang dialaminya.

2. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai sumber, pelayanan dan kesempatan.

3. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan berperikemanusiaan.

4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan ekonomi dan keadilan sosial.2

Fokus utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian sosial (social functioning) melalui intervensi yang bertujuan atau bermakna. Keberfungsian sosial merupakan konsepsi penting bagi pekerjaan sosial. Ia merupakan pembeda antara pekerjaan sosial dan profesi lainnya.

Keberfungsian sosial merupakan resultan dari interaksi individu dengan berbagai sistem sosial di masyarakat, seperti sistem pendidikan, sistem keagamaan, sistem keluarga, sistem politik, sistem pelayanan sosial, dst. Edi Suharto dkk mendefinisikan keberfungsian sosial sebagai kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga

2

Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:

(32)

dan jaringan sosial) dalam menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and stresses)3.

B. Pekerja Sosial

1. Pengertian Pekerja Sosial Dari Beberapa Ahli/Sumber No Menurut Para

Ahli/Sumber

Definisi

Inggris Indonesia 1 Allen Pincus and

Anne Minahan

Social Work is concerned with the interactions

between people and their social

environment which affect the abilility of people to accomplish their life task, alleviate distress and realize their aspirations and values.

Pekerjaan sosial berurusan dengan interaksi antara orang-orang dan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupannya, mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka. 3

(33)

2 Siporin,Max Social work is defined as a social institutional method of helping people to prevent and resolve their social problems, to restore and enhance their social functioning. Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai metode institusi sosial untuk membantu orang-orang guna mencegah dan menyelesaikan masalah sosial dengan cara memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosialnya. 3 Friedlander,

Walter. A, and Apte, Robert Z.

Social Work is a professional service, based on scientific

(34)

obtain social or personal

satisfaction and interdependence.

agar tercapainya kepuasan pribadi dan sosial serta

kebebasan. 4 Zastrow, Charles Social work is the

profesional activity of helping

individuals, groups, or communities to enhance or restore their capacity for social functioning and to create societal conditions favorable to their goals. Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk membantu individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan-tujuannya. 5 Leonora

Scrafica-deGuzman

Social work is the profesion which is primaly concerned with organized social service

(35)

activity aimed to facilitate and strengthen basic relationship in the mutual adjusment between individual, and their social environment for the good of the

individual and society, by the use of social work method.

sosial yang

terorganisasi, dimana tujuannya untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling menguntungkan antar individu dengan lingkungan sosialnya, melalui penggunaan metode-metode pekerjaan sosial.4

Pengertian Pekerja Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial ialah:

Pekerja Sosial Profesional didefinisikan sebagai “seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman

4

http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/definisi-pekerjaan-sosial/, PPI

STKS Bandung Tahun 2008, Definisi Pekerjaan Sosial, (Diakses Pada: Minggu, 08 Mei

(36)

praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan

penanganan masalah sosial”.5

Pekerja sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun kelompok, di mana kegiatannya difokuskan kepada relasi mereka, khususnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Dari pengertian pekerja sosial di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pekerja sosial adalah suatu profesi untuk meningkatkan keberfungsian sosial pada individu, kelompok dan komunitas dengan cara meng-assessment kebutuhan mereka melalui intervensi mikro, messo ataupun makro yang dimiliki oleh para pekerja sosial yang didasari oleh tiga komponen dasar yaitu kerangka pengetahuan (knowledge), kerangka keahlian (skills), dan kerangka nilai (value).

2. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial

Menurut Zastrow sekurang-kurangnya ada tujuh peran beserta fungsi dari pekerja sosial yang dapat dikembangkan oleh community worker, yaitu:6

a. Pemercepat Perubahan (Enabler)

Sebagai enabler seorang community worker membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka, dan mengembangkan kapasitas

5

http://bbppkspadang.wordpress.com/quantum-vi-no-11-2009-6/, Tonton Witono,

SDM Kesos dan Pengembangannya, (Diakses Pada: Minggu, 08 Mei 2011)

6

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

(37)

mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Peran enabler ini adalah peran klasik dari seorang

community worker.

Ada empat fungsi utama yang dilakukan community worker

sebagai pemercepat perubahan (enabler):

1) Membantu masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka 2) Membangkitkan dan mengembangkan organisasi dalam

masyarakat

3) Mengembangkan relasi interpersonal yang baik dan 4) Memfasilitasi perencanaan yang efektif

b. Perantara (Broker)

Peran seorang broker (perantara) dalam intervensi makro terkait erat dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat (community service), tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan layanan masyarakat. Peran sebagai perantara, yang merupakan peran mediasi, dalam konteks pengembangan masyarakat juga diikuti dengan perlunya melibatkan klien dalam kegiatan penghubungan ini.

c. Pendidik (Educator)

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker

(38)

baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi sasaran perubahan. Di samping itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. Dalam kaitan dengan hal ini, seorang community worker tidak jarang harus menghubungi rekan dari profesi lain yang menguasai materi tersebut.

Aspek lain yang terkait dengan peran ini adalah keharusan bagi seorang community worker untuk selalu belajar. Karena begitu seorang

community worker merasa sudah tidak perlu belajar kembali mengenai topik yang akan dibicarakan, maka ia mungkin akan terjebak untuk menyampaikan pandangan yang kurang up to date dan kurang menjawab tantangan ataupun masalah yang muncul pada waktu itu.7 d. Tenaga Ahli (Expert)

Dalam kaitan dengan peranan sebagai tenaga ahli (Expert),

community worker diharapkan untuk dapat memberikan masukan, saran dan dukungan informasi dalam berbagai area. Misalkan saja, seorang tenaga ahli diharapkan dapat memberikan usulan mengenai bagaimana struktur organisasi yang bisa dikembangkan dalam suatu Organisasi Nirlaba yang menangani masalah lingkungan, kelompok-kelompok mana saja yang harus terwakili, atau memberikan masukan mengenai isu apa yang pantas dikembangkan dalam suatu komunitas (termasuk organisasi).

7

(39)

Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia berikan bukanlah mutlak harus dijalankan klien mereka (masyarakat ataupun organisasi), tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan masukan gagasan sebagai bahan pertimbangan masyarakat ataupun organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Pada umumnya klien dari tenaga ahli adalah organisasi pelayanan masyarakat (human service organizations) baik itu organisasi pemerintahan (government organizations) atau non pemerintah (non-government organizations). Oleh karena itu, peran ini terkait dengan peran perencana sosial yang pada intinya terkait dengan model intervensi pendekatan pengembangan layanan masyarakat (community services approach).8 e. Perencana Sosial (Social Planner)

Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam komunitas, menganalisisnya, dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut. Setelah itu perencana sosial mengembangkan program, mencoba mencari alternatif sumber pendanaan, dan mengembnagkan konsensus dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat ataupun kepentingan.

Menurut Zastrow, peran expert lebih memfokuskan pada pemformulasian usulan dan saran (advice) yang terkait dengan isu dan permasalahan yang ada. Sedangkan perencanaan sosial lebih

8

(40)

memfokuskan pada tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan pelaksanaan program.9

f. Advokat (Advocate)

Peran sebagai advocate dalam community worker dicangkok dari profesi hukum. Peran advocate pada satu sisi berpijak pada tradisi pembaharuan sosial, dan pada sisi lainnya berpijak pada tradisi pelayanan sosial. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah (directive), di mana community worker menjalankan fungsi advokasi atau pembelaan yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak memperdulikan (bersifat negatif ataupun menolak tuntutan warga).

Dalam menjalankan fungsi advokasi, seorang community worker tidak jarang harus melakukan persuasi terhadap kelompok profesional ataupun kelompok elite tertentu, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan (dalam kaitan dengan upaya pengembangan suatu komunitas).10

g. Aktivis (Activist)

Sebagai activist seorang community worker mencoba melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar, dan seringkali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan (power) pada kelompok yang kurang mendapatkan

9

Ibid, h. 93

10

(41)

keuntungan (disadvantage group). Seorang activist biasanya memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hukum yang berlaku (injustice), kesenjangan (inequity), dan perampasan hak.

Seorang activist biasanya mencoba menstimulasi (memberikan dorongan) terhadap kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan tersebut (disadvantage group) untuk mengorganisir diri dan melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada (yang menjadi penekan mereka).

Taktik yang bisa mereka lakukan adalah melalui konflik, konfrontasi (misalnya melakukan demonstrasi) dan negosiasi. Serupa dengan peran sebagai advokat, seorang activist juga menjalankan peran partisipan. Hal ini dilakukan karena mereka melihat klien mereka sebagai korban dari struktur yang berkuasa ataupun sistem yang berjalan saat itu. Upaya aktifis lingkungan dari kelompok greenpeace

guna menghalangi kapal pengangkut plutonium, ataupun pembantaian ikan paus merupakan salah satu bentuk konvensional yang biasa dilakukan oleh para aktifis.11

Dari berbagai peran yang dijelaskan di atas dikategorikan berdasarkan model-model dalam pengembangan masyarakat. Tiga peran pertama (pemercepat perubahan, perantara, dan pendidik) lebih banyak terkait dengan model intervensi pengembangan masyarakat. Kemudian peran sebagai tenaga ahli dan perencana sosial tampaknya lebih terkait dengan model intervensi pengembangan pelayanan

11

(42)

komunitas. Sedangkan peran sebagai advokat dan aktifis terlihat terkait dengan model intervensi aksi komunitas.

C. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Secara definitif arti pendidikan yang diartikan oleh para tokoh pendidikan, sebagai berikut ini:

No Menurut Para Ahli/Sumber Definisi

1 Langeveld Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Untuk membimbing adalah usaha yang disadari dan di laksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dan anak-anak.

2 Hoogeveld Pendidikan membantu anak supaya cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.

(43)

4 Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya. 5 SA. Bratanata Pendidikan adalah usaha yang

sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.12

Pengertian pendidikan menurut para ahli lain menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut:

Menurut Richey dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan dinyatakan:

The term “Education” refers to the broad function of preserving and improving the life of the group through bringing new members into its shared concerns. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential social activity by which communicaties continue to exist. In complex communicaties this function is specialized and institutionalized in formal education, but there is always the education outside the school with wich the formal process in related”. 13

12

http://chintami.students.uii.ac.id/2009/03/24/definisi-ilmu-pendidikan/, (Diakses Pada: Senin, 14 Maret 2011)

13

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Malang:

(44)

Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas dari

pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat.

Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan in formal di luar sekolah.

Menurut Brubacher pengertian pendidikan dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan dinyatakan sebagai berikut:

“Education is the process in wich these powers (abilities, capacities) of men which are susceptible to habituation are perfected by good habits, by means artiscally contrived, and employed by a men to help another or himself achieve the end in view”.14

Pendidikan adalah suatu proses di mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas), manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan. 15

14

Ibid, h. 6

15

(45)

Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Ketetapan

MPR RI No. IV/MPR/1973, dikatakan bahwa: “Pendidikan pada

hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.

Ketentuan umum, Bab 1 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2

tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang”.16

Dari pengertian pendidikan di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan.

2. Faktor-faktor Pendidikan

Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Pendidikan, menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan: a. Faktor Tujuan

Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, disadari dan dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang melaksanakan kegiatan pendidikan.

16

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press: Desember,

(46)

b. Faktor Anak Didik

Menurut Lengeveld sebagaimana dikutip oleh Barnadip dalam buku yang ditulis oleh Alisuf Sabri yang berjudul Pengantar Ilmu Pendidikan, bahwa anak didik adalah anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang masih menjadi tanggungjawab seorang pendidik tertentu, anak didik tersebut adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidik itu, karena ia secara alami tidak berdaya ia sangat memerlukan bantuan pendidiknya untuk dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya baik secara jasmaniah maupun rohaniah.

c. Faktor Pendidik

Menurut Lengeveld, “Pendidik” adalah orang yang

bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak.

d. Faktor Alat

Menurut wujudnya faktor alat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1) Berupa benda-benda yang diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan, seperti alat-alat yang ada di dalam rumah, alat perlengkapan sekolah dan lain-lain yang dapat difungsikan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pendidikan.

(47)

e. Faktor Milieu/Lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar/sekeliling anak.17

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah terbentuknya kehidupan sebagai insan kamil, suatu kehidupan di mana ketiga inti hakikat manusia baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila/religious.18

Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana yang tercantum

dalam Bab II pasal 3 UU SPN No. 20 tahun 2003 berbunyi: “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.19

4. Jenis-jenis Pendidikan a. Pendidikan Formal

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan formal

didefinisikan sebagai berikut “Pendidikan formal adalah jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.

Sedangkan, Soedomo (1989) mendefinisikan pendidikan formal

17

Ibid, hal,10

18

Ibid, hal, 43

19

(48)

sebagai kegiatan belajar yang disengaja, baik oleh warga belajar maupun pembelajarannya di dalam suatu latar yang distruktur sekolah. Pendidikan formal mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: (1) merupakan sistem persekolahan, (2) berstruktur, (3) berjenjang, dan (4) penyelenggaraannya disengaja.

b. Pendidikan Non Formal

Didefinisikan sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan menurut Soedomo (1989), pendidikan non formal adalah kegiatan belajar yang disengaja oleh warga belajar dan pembelajar di dalam suatu latar yang diorganisasi (berstruktur) yang terjadi di luar sistem persekolahan. Pendidikan non formal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) merupakan pendidikan luar persekolahan, (2) jarang berjenjang, dan (3) tidak ketat ketentuan-ketentuannya.

c. Pendidikan InFormal

Pendidikan Informal menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Sementara menurut Soedomo (1989), pendidikan informal adalah pendidikan di mana warga belajar tidak sengaja belajar dan pembelajar tidak sengaja untuk membantu warga belajar.

(49)

tidak berjenjang kronologis, (3) tidak ada ijazah, (4) tidak diadakan dengan maksud menyelenggarakan pendidikan, dan (5) lebih merupakan hasil pengalaman belajar individual-mandiri.20

Dari jenis-jenis pendidikan di atas, peneliti hanya menyediakan dua jenis pendidikan di skripsi ini yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Yang dimaksud dengan pendidikan formal yaitu berupa sekolah di luar panti dari tingkat SMP dan SMA. Kemudian pendidikan non formal yaitu suatu kegiatan pengisi waktu luang berupa keterampilam komputer dan keterampilan menjahit.

5. Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional

Di Negara Indonesia ada tiga pusat penyelenggaraan pendidikan yang terkenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang meliputi: (1) pendidikan di keluarga, (2) pendidikan di sekolah, dan (3) pendidikan di masyarakat.

a. Keluarga sebagai Lembaga Pendidikan

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyrakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan

20

Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta:

(50)

oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.

b. Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang kedua setelah lembaga pendidikan informal (keluarga). Tugas dan tanggungjawab sekolah adalah mengusahakan kecerdasan pikiran dan pemberian berbagai ilmu pengetahuan ssesuai dengan tingkat dan jenis sekolah masing-masing. Tugas sekolah tidak hanya membuat manusia yang mempunyai akal dan pikiran yang tinggi dengan memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan, melainkan juga bertugas mempengaruhi anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, berkepribadian yang utuh dan bertanggungjawab dan terampil dalam berbuat.

c. Masyarakat sebagai Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana azas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.

(51)

menyelenggarakan pendidikan non pemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung21

D. Anak dan Anak Terlantar 1. Pengertian Anak

Anak merupakan buah hati kedua orangtuanya yang dapat menyenangkan hati dan memberikan kebahagiaan serta sebagai perhiasan pada kehidupan rumah tangga karena sudahlah lengkap kebahagiaan dengan hadirnya buah hati (anak) sebagaimana dijelaskan dalam

Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 46:















Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.22

Menurut UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan..

Menurut John Locke: “Anak merupakan pribadi yang masih bersih

dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan”.

21

Modyo Ekosusilo,dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang, 1990),h. 73-76

22

Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Departemen Agama R.I., (Surabaya: Penerbit CV.

(52)

Menurut Agustinus : “Anak tidaklah sama dengan orang dewasa,

anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa”.23

Dari pengertian anak di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti sedikit menyimpulkan bahwa anak adalah makhluk yang diamanatkan oleh Allah SWT kepada manusia/orangtua untuk dapat dibimbing menjadi manusia seutuhnya sebab jiwa dan jasmani anak belum penuh berdiri dengan kokoh, karena ia masih dalam perkembangan dan pertumbuhan.

2. Hak-Hak Anak

Hak-hak anak merupakan suatu hal yang mau tidak mau harus dipatuhi tanpa terkecuali. Hak-hak anak sebagaimana diatur dalam UU No.23 tahun 2002 adalah sebagai berikut :

1) Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2) Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. 3) Beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai dengan

tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orangtua.

23

(53)

4) Dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri dan berhak mengetahui orangtuanya.

5) Hak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain bila karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak.

6) Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.

7) Hak memperoleh pendidikan, termasuk anak yang menyandang cacat serta anak yang memiliki keunggulan khusus.

8) Hak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, memberikan informasi sesuai dengan nilai kesusilaan dan kapatutan. 9) Beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan teman

sebaya, bermain, berekreasi, berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.

10) Perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi, ekonomi maupun seksual, penelataran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, keadilan, dan perlakuan salah.

11) Hak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri.

12) Hak memperoleh perlindungan khusus: kerusuhan sosial, sengketa bersenjata, kegiatan politik dan lain-lain.

13) Korban atau pelaku anak berhak mendapat bantuan hukum dan bantuan lainnya24

24

Majalah: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Resource Centre

(54)

3. Usia Anak

a. Masa Remaja Awal (13-14 Tahun) Pertumbuhan Fisik

Pubertas merupakan periode remaja awal yang ditandai dengan perubahan dalam penampilan fisik dan fungsi fisologik. Kondisi ini memungkinkan setiap remaja mempunyai bentuk dan fungsi tubuh sesuai dengan jenis kelaminnya. Perubahan dalam bentuk fisik biasanya meliputi proposal muka dan badan serta penampilan sesuai dengan jenis kelaminnya.25

Perkembangan Kognitif

1) Kemampuan anak yang muncul untuk berpikir secara abstrak bisa menjadikan penjelasan rumit dari alasan untuk penempatan lebih masuk akal.

2) Anak mungkin memiliki kemampuan yang meningkat untuk mengidentifikasi perasaannya sendiri dan untuk mengomunikasikan keprihatinan dan kegelisahannya secara verbal. Perkembangan Emosi

1) Pra remaja adalah periode “naik turun” secara emosional. Anak

bisa mengalami perubahan dan naik turun suasana hati setiap harinya (setiap jamnya)

2) Perubahan hormon dan fisik, termasuk perubahan tubuh yang cepat dan signifikan, menghasilkan kesadaran awal akan seksualitas.

25

Dra. Zahrotun Nihayah, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi Barat

(55)

Anak mengalami banyak perasaan baru, beberapa di antaranya berkonflik dan kontradiksi.

3) Anak mulai menginginkan “kemandirian” tapi kemandirian

diungkapkan oleh nilai-nilai dan peran-peran orangtua dan menerapkan nilai-nilai teman sebayanya.

4) Anak mengalami kecemasan ketika kekurangan struktur, dukungan dan peraturan.26

Perkembangan Sosial

1) Remaja awal adalah periode semrawut secara emosional. Stres tambahan memiliki potensi menciptakan “beban stress berlebih” dan bisa mempercepat krisis.

2) Anak bisa menolak hubungan dengan orang dewasa. Ketergantungan kepada orang dewasa mengancam

“kemandiriannya”. Dengan menolak orang dewasa, anak tersebut

mengurangi sumber penting dukungan penanganan untuknya. 3) Perpisahan dari orangtua, khususnya jika hasil dari konflik

keluarga dan perilaku melanggar peraturan dari si anak, bisa mengakibatkan rasa bersalah dan kecemasan.

b. Masa Remaja Akhir (15-17 Tahun) Pertumbuhan Fisik

Pada periode ini tidak tampak lagi ada perubahan bentuk tubuh yang sangat pesat. Pertumbuhan fisik remaja akhir lebihh dilihat dari proporsi/keseimbangan antara anggota tubuh yang satu dengan yang

26

(56)

lainnya. Bentuk tubuh yang proporsional merupakan dambaan bagi remaja yang berada pada periode ini. Sebab, pada periode sebelumnya yaitu remaja awal, proporsi bentuk tubuh masih belum seimbang.27 Perkembangan Kognitif

1) Anak memiliki kemampuan kognitif untuk memahami alasan yang rumit untuk perpisahan, penempatan, dan perilaku orangtua.

2) Kemampuan untuk sadar diri dan berwawasan bisa membantu dalam menangani situasi dan perasaan-perasaannya yang bertentangan mengenai hal itu.

3) Anak lebih bisa berpikir secara hipotesis. Dia dapat menggunakan kemampuannya untuk merencanakan masa depan dan untuk mempertimbangkan potensi hasil dari berbagai strategi.

Perkembangan Emosi

1) Anak mengembangkan kemandirian yang lebih besar. Dia lebih bisa secara mandiri membuat atau menyumbang pada pengambilan keputusan tentang hidupnya dan kegiatannya.

2) Perkembangan kepercayaan diri yang positif tergantung kepada penerimaan oleh teman sebaya dari lawan jenis seperti juga diterima oleh teman sebaya yang sama jenis kelaminnya.

Perkembangan Sosial

1) Hubungan lawan jenis penting seperti juga dengan sesama jenis. 2) Hubungan individu menjadi lebih penting.

27

Dra. Zahrotun Nihayah, M. Si, dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psokologi

(57)

3) Anak sangat tertarik pada orang dewasa sebagai panutan.

4) Anak mulai berfokus pada perencanaan masa depan dan emansipasi.

5) Pada akhir masa remaja awal, mengenai “benar” dan “salah”, dan

mereka mungkin menjadi tidak begitu terpengaruhi oleh perilaku teman sebaya. Sebuah kemunculan pemikiran etis yang mandiri mungkin terjadi.

Implikasi untuk Perpisahan dan Penempatan

1) Anak akan mengalami dua perasaan yang bertentangan dengan keluarganya.

2) Kebutuhan anak untuk kemandirian bisa mempengaruhi tanggapannya untuk penempatan dalam setting keluarga.

3) Anak mungkin tidak tinggal dalam sebuah penempatan jika tidak memenuhi kebutuhan.

4) Anak mungkin secara konstruktif menggunakan konseling kasus untuk menangani konflik perpisahan dan penempatan dengan cara yang memenuhi kebutuhan anak tanpa mengancam kepercayaan diri dan kemandiriannya.28

4. Pengertian Anak Terlantar

Anak terlantar adalah anak yang karena alasan tertentu orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga tidak terpenuhinya

28

(58)

kebutuhan dengan wajar baik secara fisik, mental, spritual maupun sosialnya.29

Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa anak terlantar ialah dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh-kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku..30

Menurut Walter A Friedlander: “Anak terlantar adalah anak yang

tidak mendapatkan asuhan secara minimal dari orangtuanya sebab kondisi keluarganya baik ekonomi, sosial, kesehatan jasmani maupun psikisnya tidak layak sehingga anak-anak tersebut membutuhkan adanya bantuan pelayanan dari sumber-sumber yang ada di masyarakat sebagai pengganti

orangtuanya”.

Menurut Howard Dubowitz: “Anak terlantar diberi pengertian sebagai suatu bentuk pengabaian terhadap perawatan anak sehingga menimbulkan resiko bagi anak. Orangtua sebagai pemberi perawatan (caregiver parents) melalaikan tanggungjawabnya untuk memenuhi kebutuhan anak. Pengabaian terhadap anak tersebut tidak semata-mata disebabkan karena kemiskinan orangtua, tetapi faktor-faktor lain seperti perceraian orangtua, atau karena kesibukan orangtua dalam mengejar

karir”.

29

UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

30

(59)

5. Ciri-ciri Anak Terlantar

Menurut Keputusan Menteri Sosial RI. No. 27 Tahun 1984 terdapat beberapa karakteristik atau ciri-ciri anak terlantar yaitu:

a. Tidak memiliki ayah, karena meninggal (yatim), atau ibu karena meninggal tanpa dibekali secara ekonomis untuk belajar, atau melanjutkan pelajaran pada pendidikan dasar.

b. Orangtua sakit-sakitan dan tidak memiliki tempat

Gambar

GAMBARAN UMUM LEMBAGA PSAA PU 03 TEBET
Tabel 1. Data SDM di PSAA PU 03 Tebet ....................................................
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Tabel 1. Data SDM di PSAA PU 03 Tebet
+6

Referensi

Dokumen terkait

Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan proyeksi pekerja sosial pada anak-anak yatim, terlantar dengan cara membantu dan membimbing kearah perkembangan pribadi

tentang pembinaan keagamaan di Panti Sosial Asuhan Anak Al Kau ṡ ar Lembang. Adapun yang dijadikan subjek penelitian ini adalah sebagai berikut :. a) Pimpinan Panti Sosial Asuhan

Jawab: “ mengembangkan apa yang berada di dalam diri anak, Setiap anak pastinya memiliki potensi tetapi bagaimana cara kita sebagai pengasuh panti melihat potensi, bakat

Gambar 1.22: Hasil Perancangan d. Penerapan arsitektur perilaku pada perancangan Panti Asuhan Anak Terlantar adalah dengan pertimbangan perilaku dari anak terlantar

Panti asuhan merupakan salah satu lembaga pelayanan sosial yang mempunyai fungsi sebagai pengganti keluarga bagi anak – anak terlantar. Anak terlantar merupakan adalah anak

Salah seorang Pekerja Sosial Fungsional pada Panti Sosial Asuhan Anak Harapan Mataram menyatakan bahwa pendidikan bagi anak-anak terlantar bermakna sangat penting,

Panti asuhan bertujuan sebagai wadah arsitektural yang menjadi tempat tinggal untuk anak anak terlantar di kota Manado sekaligus menjadi tempat yang dapat menimbulkan

Maka dari itu dari permasalahan tersebut perlu adanya perancangan panti asuhan anak terlantar yang dapat memberikan dan memenuhi kebutuhan anak terlantar di Kota Depok.. Kata Kunci :