• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan. Bab V : Penutup, yang memuat: Kesimpulan dan Saran.

16 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Peran

Apabila sesorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan mungkin mencangkup tiga hal, yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat1.

Peranan pekerja sosial sangat beragam tergantung pada konteksnya. Secara umum pekerja sosial dapat berperan sebagai mediator, fasilitator atau pendamping, pembimbing, perencana, dan pemecah masalah. Kinerja pekerja

1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo

sosial dalam melaksanakan meningkatkan keberfungsian sosial dapat dilihat dari beberapa strategi pekerjaan sosial sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang dialaminya.

2. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai sumber, pelayanan dan kesempatan.

3. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan berperikemanusiaan.

4. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan yang mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya kemerataan ekonomi dan keadilan sosial.2

Fokus utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian sosial (social functioning) melalui intervensi yang bertujuan atau bermakna. Keberfungsian sosial merupakan konsepsi penting bagi pekerjaan sosial. Ia merupakan pembeda antara pekerjaan sosial dan profesi lainnya.

Keberfungsian sosial merupakan resultan dari interaksi individu dengan berbagai sistem sosial di masyarakat, seperti sistem pendidikan, sistem keagamaan, sistem keluarga, sistem politik, sistem pelayanan sosial, dst. Edi Suharto dkk mendefinisikan keberfungsian sosial sebagai kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga

2

Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:

dan jaringan sosial) dalam menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and stresses)3.

B. Pekerja Sosial

1. Pengertian Pekerja Sosial Dari Beberapa Ahli/Sumber No Menurut Para

Ahli/Sumber

Definisi

Inggris Indonesia 1 Allen Pincus and

Anne Minahan

Social Work is concerned with the interactions

between people and their social

environment which affect the abilility of people to accomplish their life task, alleviate distress and realize their aspirations and values.

Pekerjaan sosial berurusan dengan interaksi antara orang-orang dan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupannya, mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka. 3 Ibid, h. 28

2 Siporin,Max Social work is defined as a social institutional method of helping people to prevent and resolve their social problems, to restore and enhance their social functioning. Pekerjaan sosial didefinisikan sebagai metode institusi sosial untuk membantu orang-orang guna mencegah dan menyelesaikan masalah sosial dengan cara memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosialnya. 3 Friedlander, Walter. A, and Apte, Robert Z. Social Work is a professional service, based on scientific knowledge and skill in human relation, which help individuals, groups, or communities Pekerjaan sosial adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah guna membantu individu, kelompok-, maupun masyarakat

obtain social or personal

satisfaction and interdependence.

agar tercapainya kepuasan pribadi dan sosial serta

kebebasan. 4 Zastrow, Charles Social work is the

profesional activity of helping

individuals, groups, or communities to enhance or restore their capacity for social functioning and to create societal conditions favorable to their goals. Pekerjaan sosial adalah aktivitas profesional untuk membantu individu, kelompok atau komunitas guna meningkatkan atau memperbaiki kapasitasnya untuk berfungsi sosial dan menciptakan kondisi masyarakat guna mencapai tujuan-tujuannya. 5 Leonora Scrafica-deGuzman

Social work is the profesion which is primaly concerned with organized social service

Pekerjaan sosial adalah profesi yang bidang utamanya berkecimpung dalam kegiatan pelayanan

activity aimed to facilitate and strengthen basic relationship in the mutual adjusment between individual, and their social environment for the good of the

individual and society, by the use of social work method. sosial yang terorganisasi, dimana tujuannya untuk memfasilitasi dan memperkuat relasi dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling menguntungkan antar individu dengan lingkungan sosialnya, melalui penggunaan metode-metode pekerjaan sosial.4

Pengertian Pekerja Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial ialah:

Pekerja Sosial Profesional didefinisikan sebagai “seseorang yang

bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman

4

http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script.php/read/definisi-pekerjaan-sosial/, PPI

STKS Bandung Tahun 2008, Definisi Pekerjaan Sosial, (Diakses Pada: Minggu, 08 Mei

praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan

penanganan masalah sosial”.5

Pekerja sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun kelompok, di mana kegiatannya difokuskan kepada relasi mereka, khususnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Dari pengertian pekerja sosial di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pekerja sosial adalah suatu profesi untuk meningkatkan keberfungsian sosial pada individu, kelompok dan komunitas dengan cara meng-assessment kebutuhan mereka melalui intervensi mikro, messo ataupun makro yang dimiliki oleh para pekerja sosial yang didasari oleh tiga komponen dasar yaitu kerangka pengetahuan (knowledge), kerangka keahlian (skills), dan kerangka nilai (value).

2. Peran dan Fungsi Pekerja Sosial

Menurut Zastrow sekurang-kurangnya ada tujuh peran beserta fungsi dari pekerja sosial yang dapat dikembangkan oleh community worker, yaitu:6

a. Pemercepat Perubahan (Enabler)

Sebagai enabler seorang community worker membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka, dan mengembangkan kapasitas

5

http://bbppkspadang.wordpress.com/quantum-vi-no-11-2009-6/, Tonton Witono,

SDM Kesos dan Pengembangannya, (Diakses Pada: Minggu, 08 Mei 2011)

6

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Peran enabler ini adalah peran klasik dari seorang

community worker.

Ada empat fungsi utama yang dilakukan community worker

sebagai pemercepat perubahan (enabler):

1) Membantu masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka 2) Membangkitkan dan mengembangkan organisasi dalam

masyarakat

3) Mengembangkan relasi interpersonal yang baik dan 4) Memfasilitasi perencanaan yang efektif

b. Perantara (Broker)

Peran seorang broker (perantara) dalam intervensi makro terkait erat dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat (community service), tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan layanan masyarakat. Peran sebagai perantara, yang merupakan peran mediasi, dalam konteks pengembangan masyarakat juga diikuti dengan perlunya melibatkan klien dalam kegiatan penghubungan ini.

c. Pendidik (Educator)

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker

baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi sasaran perubahan. Di samping itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang cukup memadai mengenai topik yang akan dibicarakan. Dalam kaitan dengan hal ini, seorang community worker tidak jarang harus menghubungi rekan dari profesi lain yang menguasai materi tersebut.

Aspek lain yang terkait dengan peran ini adalah keharusan bagi seorang community worker untuk selalu belajar. Karena begitu seorang

community worker merasa sudah tidak perlu belajar kembali mengenai topik yang akan dibicarakan, maka ia mungkin akan terjebak untuk menyampaikan pandangan yang kurang up to date dan kurang menjawab tantangan ataupun masalah yang muncul pada waktu itu.7 d. Tenaga Ahli (Expert)

Dalam kaitan dengan peranan sebagai tenaga ahli (Expert),

community worker diharapkan untuk dapat memberikan masukan, saran dan dukungan informasi dalam berbagai area. Misalkan saja, seorang tenaga ahli diharapkan dapat memberikan usulan mengenai bagaimana struktur organisasi yang bisa dikembangkan dalam suatu Organisasi Nirlaba yang menangani masalah lingkungan, kelompok-kelompok mana saja yang harus terwakili, atau memberikan masukan mengenai isu apa yang pantas dikembangkan dalam suatu komunitas (termasuk organisasi).

7

Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang ia berikan bukanlah mutlak harus dijalankan klien mereka (masyarakat ataupun organisasi), tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan masukan gagasan sebagai bahan pertimbangan masyarakat ataupun organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Pada umumnya klien dari tenaga ahli adalah organisasi pelayanan masyarakat (human service organizations) baik itu organisasi pemerintahan (government organizations) atau non pemerintah (non-government organizations). Oleh karena itu, peran ini terkait dengan peran perencana sosial yang pada intinya terkait dengan model intervensi pendekatan pengembangan layanan masyarakat (community services approach).8 e. Perencana Sosial (Social Planner)

Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam komunitas, menganalisisnya, dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut. Setelah itu perencana sosial mengembangkan program, mencoba mencari alternatif sumber pendanaan, dan mengembnagkan konsensus dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat ataupun kepentingan.

Menurut Zastrow, peran expert lebih memfokuskan pada pemformulasian usulan dan saran (advice) yang terkait dengan isu dan permasalahan yang ada. Sedangkan perencanaan sosial lebih

8

memfokuskan pada tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan pelaksanaan program.9

f. Advokat (Advocate)

Peran sebagai advocate dalam community worker dicangkok dari profesi hukum. Peran advocate pada satu sisi berpijak pada tradisi pembaharuan sosial, dan pada sisi lainnya berpijak pada tradisi pelayanan sosial. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah (directive), di mana community worker menjalankan fungsi advokasi atau pembelaan yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak memperdulikan (bersifat negatif ataupun menolak tuntutan warga).

Dalam menjalankan fungsi advokasi, seorang community worker tidak jarang harus melakukan persuasi terhadap kelompok profesional ataupun kelompok elite tertentu, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan (dalam kaitan dengan upaya pengembangan suatu komunitas).10

g. Aktivis (Activist)

Sebagai activist seorang community worker mencoba melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar, dan seringkali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan (power) pada kelompok yang kurang mendapatkan

9

Ibid, h. 93

10

keuntungan (disadvantage group). Seorang activist biasanya memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hukum yang berlaku (injustice), kesenjangan (inequity), dan perampasan hak.

Seorang activist biasanya mencoba menstimulasi (memberikan dorongan) terhadap kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan tersebut (disadvantage group) untuk mengorganisir diri dan melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada (yang menjadi penekan mereka).

Taktik yang bisa mereka lakukan adalah melalui konflik, konfrontasi (misalnya melakukan demonstrasi) dan negosiasi. Serupa dengan peran sebagai advokat, seorang activist juga menjalankan peran partisipan. Hal ini dilakukan karena mereka melihat klien mereka sebagai korban dari struktur yang berkuasa ataupun sistem yang berjalan saat itu. Upaya aktifis lingkungan dari kelompok greenpeace

guna menghalangi kapal pengangkut plutonium, ataupun pembantaian ikan paus merupakan salah satu bentuk konvensional yang biasa dilakukan oleh para aktifis.11

Dari berbagai peran yang dijelaskan di atas dikategorikan berdasarkan model-model dalam pengembangan masyarakat. Tiga peran pertama (pemercepat perubahan, perantara, dan pendidik) lebih banyak terkait dengan model intervensi pengembangan masyarakat. Kemudian peran sebagai tenaga ahli dan perencana sosial tampaknya lebih terkait dengan model intervensi pengembangan pelayanan

11

komunitas. Sedangkan peran sebagai advokat dan aktifis terlihat terkait dengan model intervensi aksi komunitas.

C. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Secara definitif arti pendidikan yang diartikan oleh para tokoh pendidikan, sebagai berikut ini:

No Menurut Para Ahli/Sumber Definisi

1 Langeveld Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Untuk membimbing adalah usaha yang disadari dan di laksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dan anak-anak.

2 Hoogeveld Pendidikan membantu anak supaya cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.

3 Rousseau Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa

4 Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya. 5 SA. Bratanata Pendidikan adalah usaha yang

sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.12

Pengertian pendidikan menurut para ahli lain menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut:

Menurut Richey dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan dinyatakan:

The term “Education” refers to the broad function of preserving and improving the life of the group through bringing new members into its shared concerns. Education is thus a far broader process than that which occurs in schools. It is an essential social activity by which communicaties continue to exist. In complex communicaties this function is specialized and institutionalized in formal education, but there is always the education outside the school with wich the formal process in related”. 13

12

http://chintami.students.uii.ac.id/2009/03/24/definisi-ilmu-pendidikan/, (Diakses Pada: Senin, 14 Maret 2011)

13

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Malang:

Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas dari

pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat.

Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern, fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan in formal di luar sekolah.

Menurut Brubacher pengertian pendidikan dalam buku Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan dinyatakan sebagai berikut:

“Education is the process in wich these powers (abilities, capacities) of men which are susceptible to habituation are perfected by good habits, by means artiscally contrived, and employed by a men to help another or himself achieve the end in view”.14

Pendidikan adalah suatu proses di mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas), manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan. 15

14

Ibid, h. 6

15

Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Ketetapan

MPR RI No. IV/MPR/1973, dikatakan bahwa: “Pendidikan pada

hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.

Ketentuan umum, Bab 1 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2

tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan

atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang”.16

Dari pengertian pendidikan di atas untuk memudahkan penelitian ini maka peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan.

2. Faktor-faktor Pendidikan

Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Pendidikan, menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan: a. Faktor Tujuan

Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, disadari dan dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang melaksanakan kegiatan pendidikan.

16

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press: Desember,

b. Faktor Anak Didik

Menurut Lengeveld sebagaimana dikutip oleh Barnadip dalam buku yang ditulis oleh Alisuf Sabri yang berjudul Pengantar Ilmu Pendidikan, bahwa anak didik adalah anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang masih menjadi tanggungjawab seorang pendidik tertentu, anak didik tersebut adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidik itu, karena ia secara alami tidak berdaya ia sangat memerlukan bantuan pendidiknya untuk dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya baik secara jasmaniah maupun rohaniah.

c. Faktor Pendidik

Menurut Lengeveld, “Pendidik” adalah orang yang

bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak.

d. Faktor Alat

Menurut wujudnya faktor alat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1) Berupa benda-benda yang diperlukan dalam pelaksanaan pendidikan, seperti alat-alat yang ada di dalam rumah, alat perlengkapan sekolah dan lain-lain yang dapat difungsikan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pendidikan.

2) Bukan merupakan benda-benda tetapi berupa perbuatan pendidik yang digunakan untuk pencapaian tujuan pendidikan.

e. Faktor Milieu/Lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar/sekeliling anak.17

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah terbentuknya kehidupan sebagai insan kamil, suatu kehidupan di mana ketiga inti hakikat manusia baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila/religious.18

Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana yang tercantum

dalam Bab II pasal 3 UU SPN No. 20 tahun 2003 berbunyi: “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.19

4. Jenis-jenis Pendidikan a. Pendidikan Formal

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan formal

didefinisikan sebagai berikut “Pendidikan formal adalah jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.

Sedangkan, Soedomo (1989) mendefinisikan pendidikan formal

17 Ibid, hal,10 18 Ibid, hal, 43 19 Ibid, hal, 46

sebagai kegiatan belajar yang disengaja, baik oleh warga belajar maupun pembelajarannya di dalam suatu latar yang distruktur sekolah. Pendidikan formal mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: (1) merupakan sistem persekolahan, (2) berstruktur, (3) berjenjang, dan (4) penyelenggaraannya disengaja.

b. Pendidikan Non Formal

Didefinisikan sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan menurut Soedomo (1989), pendidikan non formal adalah kegiatan belajar yang disengaja oleh warga belajar dan pembelajar di dalam suatu latar yang diorganisasi (berstruktur) yang terjadi di luar sistem persekolahan. Pendidikan non formal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) merupakan pendidikan luar persekolahan, (2) jarang berjenjang, dan (3) tidak ketat ketentuan-ketentuannya.

c. Pendidikan InFormal

Pendidikan Informal menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Sementara menurut Soedomo (1989), pendidikan informal adalah pendidikan di mana warga belajar tidak sengaja belajar dan pembelajar tidak sengaja untuk membantu warga belajar.

Adapun ciri-ciri pendidikan informal seperti yang diungkapkan oleh Faisal (1981) antara lain: (1) sama sekali tidak terorganisasi, (2)

tidak berjenjang kronologis, (3) tidak ada ijazah, (4) tidak diadakan dengan maksud menyelenggarakan pendidikan, dan (5) lebih merupakan hasil pengalaman belajar individual-mandiri.20

Dari jenis-jenis pendidikan di atas, peneliti hanya menyediakan dua jenis pendidikan di skripsi ini yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Yang dimaksud dengan pendidikan formal yaitu berupa sekolah di luar panti dari tingkat SMP dan SMA. Kemudian pendidikan non formal yaitu suatu kegiatan pengisi waktu luang berupa keterampilam komputer dan keterampilan menjahit.

5. Lembaga-lembaga Pendidikan Nasional

Di Negara Indonesia ada tiga pusat penyelenggaraan pendidikan yang terkenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang meliputi: (1) pendidikan di keluarga, (2) pendidikan di sekolah, dan (3) pendidikan di masyarakat.

a. Keluarga sebagai Lembaga Pendidikan

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyrakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan

20

Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta:

oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.

b. Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang kedua setelah lembaga pendidikan informal (keluarga). Tugas dan tanggungjawab sekolah adalah mengusahakan kecerdasan pikiran dan pemberian berbagai ilmu pengetahuan ssesuai dengan tingkat dan jenis sekolah masing-masing. Tugas sekolah tidak hanya membuat manusia yang mempunyai akal dan pikiran yang tinggi dengan memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan, melainkan juga bertugas mempengaruhi anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, berkepribadian yang utuh dan bertanggungjawab dan terampil dalam berbuat.

c. Masyarakat sebagai Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana azas pendidikan seumur hidup. Pendidikan

Dokumen terkait