• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Psikososial Anak Remaja Putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengalaman Psikososial Anak Remaja Putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

UTAMA 3 TEBET

SKRIPSI

Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

NOVIA PUTRI ASTUTI

109104000012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Orang tua Ayahanda Sugiyarto dan Ibunda Elly

triastuti yang telah mencurahkan kasih sayangnya, waktu, biaya, tenaganya untuk mendidik dan

mengasuh aku selama ini. Terima kasih atas segala semangat, nasehat, dan kasih sayang yang telah engkau berikan yang membuat aku bangga dibesarkan oleh mama dan papa. Aku tahu aku tidak akan

mungkin bisa membalas itu semua, tapi semua itu memotivasi aku untuk melakukan hal yang lebih baik untuk mama dan papa.

Alm. Mbah kakung yang telah tenang disisiNya. Mbah, meskipun engkau telah tiada, namun semua kata-kata engkau masih ku ingat. Betapa inginnya engkau melihat cucumu menjadi seorang pegawai tenaga kesehatan disetiap akhir teleponmu. Aku hanya berharap diwisudaku adanya kehadiran kalian, namun semua hanya harapan, Allah lebih menyayangi kalian. Tenang disisiNya mbah, aku akan mencoba berusaha menjadi cucu kebanggaan kalian.

Sahabatku Arindi Yesitha Dewi yang selalu

memberikan dukungan ketika sedang bosan ditengah-tengah mengerjakan skripsi. Terima kasih waktunya untuk hanya sekedar mendengar keluh kesahku selama ini.

(8)

viii JAKARTA

Skripsi, Januari 2013

Novia Putri Astuti, NIM: 109104000012

Pengalaman Psikososial Anak Remaja Putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

Xviii + 86 halaman + 7 lampiran

ABSTRAK

Tugas perkembangan pada masa remaja adalah tahap pencarian identitas diri dimana peran orang tua, teman sebaya, kakak atau orang tua asuh sangat berarti dalam memberikan dukungan terkait pengalaman psikososial anak remaja. Tingginya pengaruh teman sebaya dalam aspek psikososial remaja membuat remaja merasa puas jika tahap tersebut dapat dilalui dengan baik, jika tahap psikososial dilalui dengan buruk, maka akan muncul ketidakadekuatan sehingga berpotensi untuk kegagalan.

Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan desain fenomenologi. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam pada 7 informan perempuan di panti asuhan untuk mengetahui pengalaman psikososial mereka selama di panti asuhan. Hasil penelitian didapat bahwa pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan terdiri dari beberapa tema yaitu (a) pengalaman selama di panti (b) support system anak remaja putri di panti asuhan (c) hubungan remaja putri dipanti asuhan dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di panti asuhan. Penelitian ini menunjukkan bahwa remaja putri di panti asuhan tidak memiliki masalah psikososial. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, baiknya panti asuhan mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengasuhan bagi anak asuh sehingga masalah psikososial tidak akan muncul pada anak asuh yang berada dipanti asuhan.

Kata kunci: pengalaman psikososial, remaja putri, panti asuhan

(9)

ix Undergraduate Thesis, September 2013 Novia Putri Astuti, NIM: 102104000012

Adolescent Girl’s Psychosocial Experience in Orphanage Pura Utama 3 Tebet

xviii + 86 pages + 7 appendix

ABSTRACT

Developmental task in adolescence is the stage of searching for identity in which the role of parents, peers, brother or foster parents are very significant in providing support related to adolescent psychosocial experiences. The high influence of peers on adolescent psychosocial aspects make teens feel satisfied if the stage well-passed, if passed by poor psychosocial stage, it would be inadequate that potential for failure.

This study is a qualitative study with a phenomenological design. Sampling method waspurposive sampling. Researchers used in-depth interviews at 7 adolescent girls at the foster care to find out their psychosocial experiences.

The result is that the child 's psychosocial experiences of adolescent girl at the foster care consists of several themes,namely (a) experience in the orphanage (b) support system of adolescent girls in an orphanage (c) relationship with parents (d) psychosocial of adolescent girls in an orphanage. This study shows that teenage girls at the orphanage did not have psychosocial problems. Based on these results, the orphanage should maintain and improve the quality of care for foster children so that psychosocial problems will not show up in orphanages that are infostercare.

(10)

x Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pengalaman Psikososial Anak Remaja Putri Usia

13-18 Tahun di Panti Sosial Anak Putra Utama 3 Tebet”.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya proposal skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.Andselaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(11)

xi Jakarta.

3. Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D selaku pembimbingpertama yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti dan memberikan banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada peneliti.

4. Ibu Ita Yuanita, Skp, M. Kepselaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti dan memberikan banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada peneliti.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah serta staff akademik Bapak Azib Rosyidi, S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telak memudahkan birokrasi.

6. Kepala serta segenap Staf Panti Sosial Asuhan Anak PutraUtama 3 Tebet yang memberikan informasi serta data dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.

(12)

xii

9. Seluruh teman-teman angkatan 2009 yang selalu saya sayangi, memberikan makna kebersamaan, motivasi, dan membantu saya dalam melaksanakan tugas.

Penulis sangat menyadari bahwa pada penyusunan proposal skripsi ini, masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna karena keterbatasan yang peneliti miliki, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki proposal skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Ciputat, Januari 2014

(13)

xiii

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pengalaman ... 7

(14)

xiv

E. Panti asuhan ... 21

F. Penelitian terkait... 28

G. Kerangka Teori... 30

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ... 31

A. Kerangka Konsep ... 31

B. Definisi Istilah ... 32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Desain Penelitian ... 33

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 34

C. Instrumen Penelitian... 34

D. Informan Penelitian ... 34

E. Teknik Pengambilan Informan ... 35

F. Tahapan Pengambilan Data ... 36

G. Teknik Analisis Data ... 39

H. Validasi Data ... 43

I. Etika Penelitian ... 44

BAB V HASIL PENELITIAN ... 46

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 46

B. Hasil penelitian ... 49

BAB VI PEMBAHASAN ... 68

(15)

xv

A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk Peran Keluarga sebagai pemberi perawatan (caregiver) ... 13

Tabel 2.2 Penelitian Terkait ... 27

(17)

xvii

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori ...31

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual ...32

Bagan 4.1 Teknik Analisis Data...40

Bagan 5.1. Skema Tema 2...53

Bagan 5.2. Skema Tema 3...55

Bagan 5.3. Skema Tema 4...57

Bagan 5.4. Skema Tema 5...59

Bagan 5.5. Skema Tema 6...61

Bagan 5.6. Skema Tema 7...67

Bagan 5.7. Skema Tema 8...68

(18)

xviii Lampiran 1 Nursing Care Plan

Lampiran 2 Permohonan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Pemberian Izin Studi Pendahuluan dari Walikota Jakarta Selatan

Lampiran 4 Pedoman Wawancara Informan Utama

Lampiran 5 Pedoman Observasi

Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengalaman merupakan suatu hal yang pernah dialami oleh seseorang yang berpengaruh terhadap kehidupannya kelak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman adalah yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dsb). Pengalaman bagi anak dapat menjadi suatu hal yang membahagiakan ataupun dapat menyakitkan sehingga akan membuat trauma ataupun hambatan bahkan keterlambatan pada proses tumbuh kembang.Menurut beberapa ahli, pengalaman sebelumnya bagi remaja sangat berpengaruh terhadap perkembangannya (Santrock, 2003).

(20)

Kenyataan menunjukkan bahwa masih terdapat sejumlah besar anak-anak terlantar yang tidak mendapatkan dukungan dari orang tua sehingga tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk dapat berkembang secara optimal dalam hal fisik, mental, dan sosial. Hasil sensus penduduk tahun 2010 dilaporkan bahwa terdapat 20.880.734anak usia 15 hingga 19 tahun di Indonesia yang terdiri dari 10.614.306 anak laki-laki dan 10.266.428 anak perempuan (Badan Pusat Statistik, 2010). Menurut rekapitulasi data penyandang masalah kesejahteraan sosial 2010terdapat 3.115.777 anak terlantar(Kemensos, 2011).

Menyoroti banyaknya anak terlantar, maka negara memfasilitasi adanya panti asuhan yang merupakan pelayanan yang berfokus pada kesejahteraan anak untuk memberikan pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial bagi anak terlantar sehingga terpenuhi kebutuhan dalam perkembangan kepribadiannya sesuai dengan tahap perkembangan seusianya, serta memberikan pelayanan subtitutif yaitu menggantikan peran orang tua dalam mencapai kesejahteraan anak. Berdasarkan data Kementrian Sosial Republik Indonesia, terdapat 6810 panti di Indonesia dan kurang lebih 5846 panti asuhan anak (Kemensos, 2011).

(21)

lapangan bermain, lapangan olahraga, rumah ibadah, balai kesehatan, gedung kesenian, tempat rekreasi, ruang menyusui, tempat penitipan anak, dan rumah tahanan khusus anak (Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2002).

(22)

pernah mengalami 2 atau lebih perubahan dalam orang tua asuh dari usia 16 tahun. Lebih dari 1/3 perempuan (39.2%) mengalami 4 atau lebih perbedaan situasi saat tinggal kurang dari 1 bulan. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Susan Kools terkait dengan dimensi kesehatan pada remaja di panti asuhan menyebutkan bahwa perempuan memiliki kepuasan lebih rendah terhadap kesehatan dan harga diri dan lebih tidak nyaman terhadap fisik dan emosional (Kools, 2012).

Teori Abraham Maslow mengenai lima hierarki kebutuhan dasar manusia (five hierarchy of needs) yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri menggambarkan bahwa untuk mendapatkan aktualisasi diri yang tinggi maka kebutuhan sebelumnya harus terpenuhi. Sedangkan anak di panti asuhan mengalami berbagai masalah terkait dengan penempatan, pengalaman di masa lalu yang kemungkinan dapat mempengaruhi perkembangannya kelak.

(23)

B. Rumusan masalah

Pengalaman anak sangat berpengaruh bagi tumbuh kembangnya. Berbagai studi mengenai anak, kebutuhan akan figur attachment, dimensi kesehatan pada anak, bahkan kesehatan dan perkembangan anak di panti asuhan sudah dilakukan. Penelitian mengenai pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan belum ada, padahal pengalamanpsikososial anak remaja putri di panti asuhan perlu diperhatikan demi kesejahteraan anak dalam pencapaian tugas tumbuh kembangnya sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.23 tahun 2002. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui bagaimana pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan.

C. Tujuan penelitian

Diketahuinya pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan studi tentang tumbuh kembang anak, khususnya studi pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan.

2. Manfaat praktis

(24)

umumnya dan para pengelola panti asuhan pada khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan pelayanan kesejahteraan anak-anak panti asuhan, khususnya berkaitan dengan pengasuhan anak di panti asuhan sehingga anak mendapatkan pengalaman psikososialyang menyenangkan yang akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya. E. Ruang lingkup penelitian

(25)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman memiliki arti yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya). Perkembangan disebabkan bukan saja oleh interaksi proses biologis, kognitif, dan sosial tetapi juga oleh interaksi kematangan dan pengalaman(Santrock, 2003). Beberapa ahli menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan anak. Menurut Hurlock (2012) salah satu faktor yang mempengaruhi sikap terhadap perubahan dalam perkembangan pengalaman. Topik perkembangan mengenai pengalaman dini dan selanjutnya (early-later experience) yang memusatkan perhatian pada seberapa jauh pengalaman dini terutama masa anak awal atau pengalaman selanjutnya menjadi kunci penentu perkembangan(Bowlby, 1989 dalam Santrock, 2003).Pengalaman tersebut mencakup lingkungan biologis anak seperti gizi, perawatan kesehatan, obat, dan kecelakaan fisik sampai pada lingkungan sosial keluarga, teman sebaya, sekolah, masyarakat, media, dan budaya.

B. Psikososial

1. Definisi psikososial

(26)

teori pertukaran sosial pada tingkat mikro, dinamika kelompok dan perkembangan kelompok (Papalia, 2003).

Psikososial berkaitan dengan pengaruh faktor sosial pada individu, fikiran atau perilaku individu dan saling berhubungan antara perilaku dengan faktor-faktor sosial tersebut (The Oxford English Dictionary, 1991 dalam Ahearn, 2000).WHO (1996, dalam Ahern, 2000) mendefinisikan kesejahteraan psikososial didapat ketika individu sehat secara fisik, mental, dan sosial dan tidak ada satupun penyakit ataupun kelemahan. 2. Aspek psikososial

Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tahap. Teori Erikson mendeskripsikan dampak dari pengalaman sosial terhadap sepanjang kehidupan. Salah satu aspek tahap teori psikososial Erikson adalah berkembangnya identitas ego. Identitas ego adalah perasaan yangdisadari bahwa kita berkembang melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, identitas ego akan terus-menerus berubah karena pengalaman baru dan informasi yang diperoleh dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain. Selain itu,Erikson juga percaya bahwa rasa kompetensi memotivasi perilaku dan tindakan. Setiap tahap dalam teori Eriksonberfokus pada kompetensi dalam area kehidupan. Jika setiap tahap dapat dilalui dengan baik, maka orang akan merasa rasa puas, yang kadang-kadang dimaksud sebagai kekuatan ego atau kualitas ego. Jika tahap dilalui dengan buruk, maka akan muncul perasaan ketidakadekuatan.

(27)

konflik ini berpusat padamengembangkan sebuah kualitas psikologis atau gagal untuk mengembangkan kualitas. Hal ini berpotensi untuk perkembangan pribadi yang tinggi, namunberpotensi untuk kegagalan. 3. Konsep diri

Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri (Wigfield & Karpathian, 1991 dalam Potter, 2005). Sedangkan menurut Potter (2005) konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap, dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Masa remaja merupakan waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika seorang anak mempunyai masa anak-anak yang stabil maka konsep diri masa remaja anak tersebut akan sangat stabil (Marsh, 1990 dalam Potter, 2005). Komponen konsep diri meliputi:

a. Identitas

Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Oleh sebab itu, konsep tentang identitas mencakup konstansi dan kontinuitas. Identitas menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari orang lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik.

(28)

kebingungan identitas. Seseorang dengan rasa identitas yag kuat akan merasa terintregasi bukan terbelah (Erikson, 1963 dalam Potter, 2005)

Marcia (dalam Santrock, 2002) menganalisa teori perkembangan identitas Erikson dan menyimpulkan bahwa empat status identitas nampak dalam teori tersebut. Tingkat komitmen dan krisis seorang remaja digunakan untuk mengklasifikasikan individu menurut salah satu dari empat status identitas. Krisis didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan identitas selama mana remaja memilih diantara pilihan-pilihan yang bermakna. Sedangkan komitmen didefinisikan sebagai bagian dari perkembangan identitas dimana remaja memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan mereka lakukan.

1) Penyebaran identitas (identity diffusion)

Merupakan gambaran remaja yang belum mengalami krisis atau mereka yang belum menjajaki pilihan-pilihan yang bermakna atau membuat komitmen apapun. Mereka tidak hanya belum memutuskan pilihan-pilihan pekerjaan dan ideologis, tapi juga cenderung memperlihatkan minat yang kecil dalam persoalan-persoalan semacam itu.

2) Pencabutan identitas (identity foreclosure)

(29)

ini, remaja belum memiliki peluang yang memadai untuk menjajaki berbagai pendekatan, ideologi, dan pekerjaan-pekerjaan yang berbeda yang mereka kembangkan sendiri.

3) Penundaan identitas (identity moratorium)

Merupakan gambaran remaja yang sedang berada di tengah-tengah krisis tetapi komitmen mereka tidak ada atau hanya didefinisikan secara samar.

4) Pencapaian identitas (identity achievement)

Remaja yang telah mengalami suatu krisis dan sudah membuat suatu komitmen.

b. Citra tubuh

(30)

c. Harga diri

Harga diri berdasarkan pada faktor internal dan eksternal. Harga diri atau rasa kita tentang nilai diri merupakan suatu evaluasi dimana seseorang membuat atau mempertahankan diri. Menurut Bandura (1982, dalam Potter, 2005) harga diri berkaitan dengan evaluasi individual terhadap keefektifan di sekolah atau tempat bekerja, di dalam keluarga, dan di dalam lingkungan sosial. Keefektifan diri berkaitan erat dengan ide harga diri misalnya penilaian diri tentang kompetensi seseorang dalam melakukan berbagai tugas.

Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri dengan ideal diri. Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai, dan standar perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai. Secara umum, seseorang yang konsep dirinya hampir memenuhi ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi, sementara seseorang yang konsep dirinya mempunyai variasi luas dari ideal dirinya mempunyai harga diri rendah.

(31)

d. Peran

Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi. Agar dapat berfungsi secara efektif dalam peran, seseorang harus mengetahui perilaku dan nilai yang diharapkan, harus mempunyai keinginan untuk memastikan perilaku dan nilai ini, dan harus mampu memenuhi tuntutan peran.

e. Ideal diri

Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu (Stuart, 2006).

C. Remaja

1. Definisi remaja

Remaja merupakan periode dalam tumbuh kembang manusia yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa sejak usia 10 hingga 19 tahun (WHO, 2013).

2. Tugas perkembangan remaja

Tugas perkembangan yang harus dilalui remaja meliputi:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

(32)

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

f. Mempersiapkan karir ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi

(Hurlock, 2012)

3. Teori perkembangan remaja

Keragaman mengenai teori tentang perkembangan anak membuat pemahaman mengenai perkembangan anak menjadi lebih kompleks. Berbagai pendapat mengemukakan sependapat mengenai suatu teori bahkan ada pula yang tidak sependapat sehingga membuat teori mengenai perkembangan anak menjadi saling melengkapi satu sama lain.

Terdapat 4 teori mengenai perkembangan anak remaja usia 10-19 tahun, yaitu teori psikoanalisa, teori kognitif, teori perilaku dan sosial kognitif, dan teori perkembangan moral yang masing-masing terori menjelaskan tugas perkembangan yang harus dilalui oleh anak remaja yang erat kaitannya dengan bersosialisasi.

a. Teori psikoanalisa

(33)

perilaku dan kerja pikiran yang dalam. Ahli dalam teori ini adalah Sigmund Freud dan Erikson.

Menurut teori psikoseksual Freud (1917, dalam Santrock 2007) kepribadian mempunyai tiga struktur yaitu id, ego, dan superego. Idterdiri dari insting-insting yang merupakan tempat penyimpanan energi psikis individu. Bagi Freud salah satu insting primer dan sumber utama energi psikis bersifat seksual. Dalam pandangan freud, id seluruhnya tidak sadar, id tidak memiliki kontak dengan kenyataan. Saat anak mengalami tuntutan dan batasan dari kenyataan yang dihadapi, bagian baru dari kepribadian muncul, yaitu ego yang merupakan struktur kepribadian Freud yang menghadapi tuntutan kenyataan. Ego disebut cabang eksekutif kepribadian karena ego menggunakan penalaran untuk membuat keputusan. Dalam hal ini id dan ego tidak memiliki moral karena tidak mempertimbangkan sesuatu benar ataupun salah. Superegomerupakan struktur kepribadian Freud yang merupakan cabang moral kepribadian. Superego memutuskan mana yang benar atau salah. Menurut Freud dua tahap psikoseksual remaja yang harus dilalui yaitu latency, dan genital.

1) Tahap latency

(34)

yang amansecara emosional dan membantu anak melupakan konflik tahap phallic yang sangat menekan.

2) Tahap genital

Tahap genital merupakan tahapan terakhir dari masa puber dan seterusnya dimana sumber kesenangan seksual didapat dari seseorang diluar keluarga. Freud percaya bahwa konflik yang tidak terpecahkan dengan orang tua muncul selama masa remaja. Jika konflik tersebut dapat dipecahkan maka seseorang mampu mengembangkan hubungan cinta yang matang dan mampu bertindak secara mandiri sebagai orang dewasa.

Menurut teori psikososial Erikson (1950, dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap psikososial. Bagi Erikson motivasi utama manusia bersifat sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Erikson menekankan pada perubahan perkembangan sepanjang hidup manusia. Dalam teori Erikson delapan tahap perkembangan berkembang sepanjang kehidupan, namun hanya satu tahap pada masa remaja yaitu tahap identity vs identity confusion.

(35)

dan jalan-jalan yang berbeda disetiap peran. Jika remaja menjelajahi peran tersebut dnegan cara baik dan sampai pada jalan positif untuk diikuti dalam hidup, maka identitas positif akan tercapai. Jika suatu identitas dipaksakan pada remaja oleh orang tua, remaja tidak cukup menjelajahi banyak peran dan jika masa depan yang positif belum jelas maka terjadilah kebingungan identitas.

b. Teori kognitif

Teori kognitif menekankan pentingnya pikiran sadar anak. Teori kognitif penting adalah teori perkembangan kognitif Piaget. Menurut Piaget (1954, dalam Santrock 2007) anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia melalui empat tahap perkembangan kognitif. Dua proses mendasari perkembangan tersebut yaitu organisasi dan adaptasi untuk memahami duniadengan mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman kita, maka kita menyesuaikan (adaptasi) pemikiran kita dengan ide-ide baru. Dalam beradaptasi melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi saat anak menggabungkan informasi ke dalam pengetahuan yang telah mereka miliki. Akomodasi terjadi bila anak menyesuaikan pengetahuan mereka agar cocok dengan informasi dan pengalaman baru. Menurut Piaget, tahap yang harus dilalui oleh remaja yaitu tahap operasional formal

(36)

abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal. Mereka dapat berfikir mengenai bagaimana orang tua ideal seharusnya dan membandingkan orang tua mereka dengan standar ideal ini. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan masa depan. Dalam memecahkan masalah lebih sistematis, mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu, kemudian menguji hipotesis ini degan cara deduktif.

c. Teori perilaku dan sosial kognitif

Dalam teori sosial kognitif Bandura, pembelajaran melalui pengamatan merupakan aspek kunci dari perkembangan sepanjang hidup. Bandura menekankan interaksi timbal balik antara manusia (kognisi), perilaku, dan lingkungan.

d. Teori perkembangan moral

Menurut Kohlberg dalam Fundamental of Nursing teori perkembangan moral terbagi menjadi 3 tahap yaitu tingkat premoral, moralitas konvensional, tingkat moral pasca konvensional. Namun, pada saaat remaja tahap yang harus dilalui adalah tingkat moralitas pasca konvensional.

(37)

etis yang universal. Tahap orientasi kontraktual dan legalistik terjadi saat individu memilih prinsip moral untuk mematuhi atau meninggalkan aturan. Individu berhati-hati untuk tidak melanggar hak-hak dan kehendak orang lain. Terjadi konflik pandangan moral dan ilegal. Orang akan bekerja untuk mengubah aturan. Tahap orientasi prinsip etis yang universal terjadi ketika individu bersikap dalam cara yang menghargai martabat. Tahapan ini jarang dicapai. Jika rancangan pemikiran dari dalam diganggu, akan muncul rasa bersalah.

D. Psikososial remaja

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

Untuk mecapai tujuan dari sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan menigkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 2012).

1. Pengaruh kelompok sebaya

(38)

mnegurangi jumlah teman meskipun sebagian besar remaja menginginkan menjadi anggota kelompok sosial yang lebih besar dalam kegiatan sosial. 2. Perubahan dalam perilaku sosial

Dalam waktu yang singkat, remaja mengadakan perubahan yang radikal yaitu awalnya tidak menyukai pertemanan dengan lawan jenis menjadi lebih menyukai pertemanan dengan lawan jenis daripada sejenisnya. Meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, maka wawasan sosial remaja semakin baik sehingga penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik.selain itu, remaja lebih memilih berteman dengan latar belakang sosial, agama, atau sosial ekonomi yang sama.

3. Pengelompokan sosial baru

Geng pada masa kanak-kanak berangsur hilang pada masa puber dan awal remaja ketika minat individu beralih dari kegiatan bermain menjadi kegiatan sosial yang lebih formal maka terjadi pengelompokkan sosial baru. Pengelompokkan sosial anak perempuan biasanya kecil dan terumus secara pasti.

4. Nilai baru dalam memilih teman

Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama yang dapat mengerti dan membuat merasa aman dan dapat dipercaya mengenai masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua ataupun guru.

(39)

Remaja mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima anggota-anggota kelompok sebaya. Nilai ini didasarkan pada nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota kelompok. Remaja segera mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain.

6. Nilai baru dalam memilih pemimpin

Remaja merasa bahwa pemimpin kelompok sebaya mewakili mereka dalam masyarakat sehingga mereka menginginkan pemimpin yang berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati orang lain dan dengan demikian akan menguntungkan mereka. Namun, pada umumnya, remaja mengharapkan pemimpinnya mempunyai sifat tertentu karena fisik yang baik pada dirinya tidak seseorang menjadi pemimpin. Hal ini memberikan prestise dan memberikan konsep diri yang baik.

(Hurlock, 2012) E. Panti Asuhan

1. Definisi

(40)

bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

Dari batasan tersebut di atas terkandung unsur-unsur bahwa panti asuhan sebagai lembaga berarti didirikan atas dasar kesengajaan, formal dan terorganisasi.

a. Sebagai suatu lembaga sosial panti asuhan mempunyai: 1) Sasaran usaha pelayanan,

2) Program pelayanan dan jenis-jenis kegiatan pelayanan, 3) Tenaga pelaksana pelayanan,

4) Sarana dan fasilitas pelayanan.

b. Panti asuhan juga memberikan pelayanan pengganti (substitutive service).

Dalam hal ini berarti menggantikan fungsi keluarga. Digantikannya fungsi keluarga oleh panti asuhan apabila anak memang sudah tidak mempunyai orangtua lagi ataupun mempunyai orangtua atau keluarga tetapi keluarga tersebut tidak atau belum mampu berfungsi sebagai satuan keluarga asuh yang wajar. Keluarga belum dapat atau tidak berfungsi secara wajar dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, karena faktor mental dan atau faktor sosial. Panti asuhan sebagai unsur pengganti keluarga merupakan pelayanan kesejahteraan sosial yang bersifat sementara memungkinkan adanya pemenuhan kebutuhan anak asuh untuk:

(41)

2) Memperoleh kesempatan dalam usaha pengembangan mental dan pikiran sehingga anak asuh dapat mencapai tingkat kedewasaan yang matang.

3) Melaksanakan peranan-peranan sosialnya sesuai dengan tuntutan lingkungannya.

c. Pelayanan panti asuhan anak merupakan pelayanan kesejahteraan sosial, ini berarti bahwa pelayanan tersebut dilandasi prinsip-prinsip dan metode pekerjaan sosial.

d. Dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, panti asuhan anak berusaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial dan keterampilan-keterampilan persiapan kerja sebagai satu kesatuan. Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang serasi dan memuaskan serta mengadakan penyesuaian yang tepat terhadap lingkungan sosial, mampu memecahkan masalah sosial serta mewujudkan aspirasi-aspirasi. Keterampilan persiapan kerja ialah kemampuan untuk menemukan dan memanfaatkan serta mengembangkan potensi sesuai dengan bakat dan kemampuannya guna mendapatkan sumber nafkah/mata pencaharian dalam masyarakat.

2. Tujuan panti asuhan

(42)

kemampuan keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.

3. Prinsip-prinsip pelayanan

Pelayanan panti asuhan bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif dan pengembangan (Departemen Sosial RI, 1989).

a. Pelayanan preventif adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk menghindarkan tumbuh dan berkembangnya permasalahan anak. b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif adalah suatu proses kegiatan yang

bertujuan untuk penyembuhan/pemecahan permasalahan anak.

c. Pelayanan pengembangan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan: 1) Meningkatkan mutu pelayanan dengan cara membentuk

kelompok-kelompok antara anak dengan lingkungan sekitarnya.

2) Menggali semaksimal mungkin meningkatkan kemampuan sesuai dengan bakat anak.

3) Menggali sumber-sumber baik di dalam maupun di luar panti semaksimal mungkin, dalam rangka pembangunan kesejahteraan sosial.

4. Sasaran garapan

Sasaran garapan panti asuhan anak meliputi:

a. Anak

(43)

2) Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orangtuanya melalaikan kewajibannya, sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Antara lainkeluarga retak, sehingga tidak ada relasi sosial yang harmonis.

3) Anak yang tidak mampu adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik secara rohani, jasmani maupun sosial dengan wajar. Antara lain dalam keadaan-keadaan berikut ini:

a) Salah satu orangtua dan atau kedua-duanya sakit khronis, terpidana dan lain-lain.

b) Salah satu dan atau kedua-duanya meninggal dunia sehingga anak tidak ada yang merawat.

b. Keluarga dan masyarakat

1) Orang tua kandung atau wali atau sanak keluarga yang mampu dan mau berpartisipasi dalam usaha penyantunan dan pengentasan anak.

2) Masyarakat lingkungan yang dapat menunjang pelaksanaan penyatunan dan pengentasan anak.

5. Sistem asuhan

Menurut Departemen Sosial RI (1989), sistem asuhan diklasifikasikan menjadi:

(44)

Panti asuhan dengan sistem ini berarti anak dikelompokkan dalam jumlah yang besar dan mereka ditempatkan pada satu bangunan berbentuk asrama dengan penempatan anak asuh dalam kelompok antara 15 hingga 20 anak asuh dalam satu ruangan. Di asrama tersebut ada satu atau beberapa petugas yang bertugas sebagai bapak atau ibu asuh. Kelemahan sistem asrama ini adalah kurang intensif dan kurang merata pengawasan dan bimbingan yang diberikan kepada anak sehingga dapat mengurangi pencapaian identitas kepribadian anak. Adapun kelebihan sistem asrama antara lain yaitu dapat menampung anak asuh dalam jumlah yang banyak, staf atau keluarga asuh tidak banyak diperlukan oleh karena itu pembiayaan relatif lebih kecil. Panti asuhan sebagai lembaga yang berfungsi memberikan pelayanan pengganti, senantiasa mengusahakan agar pelayanan yang diberikan kepada anak asuh menyamai dan atau paling tidak mendekati suasana dalam keluarga sehingga anak asuh akan merasa sebagai anak yang tinggal dalam kehidupan keluarga sendiri. Oleh sebab itu dikembangkan sistem asuhan dari bentuk asrama menjadi sistem keluarga asuh (sistem cottage). Anak asuh diharapkan dapat menerima perhatian dan kasih sayang.

b. Sistem asuhan berbentuk cottage

(45)
(46)

Tabel 2.1

Nursing Care Plan untuk remaja di panti asuhan

Diagnosa keperawatan NIC NOC

Harga diri rendah kronik

(5400) Self esteem (1205)

Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk remaja di panti asuhan (penjelasan lihat lampiran)

F. Penelitian yang terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Borualogo (2004) di panti asuhan Muhammadiyah menunjukkan hasil eksplorasi bahwa orang tua adalah figur

(47)
(48)

G. Kerangka Teori

Sumber: (Hurlock, 2012; Papalia, 2003; Pooter, 2005; Santrock, 2007) Teori

psikoanalisa (psikoseksual &

psikososial)

Teori kognitif Teori perilaku dan sosial kognitif

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab e. Mencapai kemandirian

emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya f. Mempersiapkan karir

ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

(49)

31 BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti ingin mendekskripsikan pengalaman psikososial anak remaja putri di panti sosial asuhan anak putra utama 3.

Bagan 3.1

Kerangka konsep pengalaman psikososial anak remaja putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3

Pengalaman psikososial remaja putri dipanti asuhan:

(50)

B. Definisi istilah

1. Pengalaman adalah yang pernah dialami atau dirasakan selama di panti asuhan.

2. Psikososial adalah suatu studi mengenai hubungan antara individu dengan kelompok. Psikososial terdiri dari psikologis dan sosial. Psikologis merupakan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu dipengaruhi oleh orang lain. Sedangkan sosial merupakan interaksi dan teori pertukaran sosial pada tingkat mikro, dinamika kelompok dan perkembangan kelompok (Papalia, 2003).

3. Remaja merupakan periode dalam tumbuh kembang manusia yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa sejak usia 10 hingga 19 tahun (WHO, 2013).

(51)

33 BAB IV

METODE PENELITIAN

Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, tahapan pengambilan data, tahapan pengolahan dan analisis data dan etika penelitian yang digunakan. Metode penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian dan untuk menjawab topik yang akan diteliti.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain fenomenologi. Ada banyak pendapat mengenai penelitian kualitatif. Menurut Bogdan & taylor (1975, dalam Moleong, 2011) metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pemanfaatan penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti yang bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam.

(52)

tentang pengalaman dalam hal bersosialisasi apa yang dirasakan selama berada di panti asuhan.

B. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulanMeihinggaJuni2013 diPanti Asuhan Anak Putra Utama 3 di Jalan Tebet Barat Raya No.100 Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan di panti asuhan tersebut dikarenakan panti asuhan tersebut menampung anak remaja putri dan belum pernah dilakukannya penelitian di panti asuhan tersebut.

C. Instrumen penelitian

Instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu pedoman wawancara mendalam yang menggunakan konsep wawancara mendalam dan menggunakan alat perekam (tape recorder) dan

video recorder.

D. Informan penelitian

Menurut Polit & Beck (2004), pada studi kualitatif orang yang akan diteliti disebut dengan informan atau kunci informan atau studi informan. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah para remaja putri yang tinggal di panti asuhan.

1. Informan utama

(53)

2. Informan pendukung

Kepala panti asuhan atau pengasuh di panti asuhan yang bekerja di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet untuk mengetahui cerita masa lalu (history) informan terkait dengan pengalamannya selama ini. Informan yang peneliti ambil sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan yaitu:

a. Bersedia menjadi responden

b. Merupakan anak remaja putri yang tinggal di panti sosial asuhan anak putra utama 3 tebet

E. Teknik pengambilan sampel

(54)

mudah diakses, atau ketika anonimitas menjadi syarat penelitian (Blankenship, 2009).

Pollit (2006) merekomendasikan penentuan jumlah informan dalam penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi melibatkan nomor terkecil dari informan hingga seringkali 10 orang atau lebih sedikit.Penentuan informan dapat ditambah bila data belum mencapai saturasi. Saturasi adalah peneliti menemukan pengulangan dan konfirmasi atas data yang telah dikumpulkan sebelumnya (Streubert & Carpenter, 2003).

Lama wawancara bergantung pada informan, topik wawancara, dan metode penelitian. Tentunya, peneliti menyarankan lama waktu misalnya satu jam atau setengah jam sehingga informan dapat merencanakannya (Holloway, 2010)

F. Teknik pengumpulan data

1. Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2013, pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan

tape recorderdan video recorder. a. Tahap persiapan pengumpulan data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus ijin penelitian ke pihak-pihak terkait, selanjutnya mengadakan pertemuan dengan informan remaja perempuan, ketua panti asuhan, dan pengurus panti asuhan untuk menjelaskan tujuan penelitian, kriteria, jumlah informan yang dipilih, dan menyesuaikan jadwal.

(55)

Dalam pelaksanaannya pengumpulan data dilakukan secara bertahap yaitu pertama melakukan observasi di panti asuhan pada tanggal 18 maret 2013. Kedua melakukan wawancara mendalamdengan remaja perempuan di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3. Peneliti melakukan wawancara dalam 3 pertemuan yang terdiri dari pertemuan pertama yaitu perkenalan,menjelaskan tujuan penelitian, dan pendekatan untuk membangun hubungan saling percaya dengan informan yaitu dengan mengikuti kegiatan selama dipanti asuhanlalu pertemuan kedua menggali pengalaman informan terkait dengan psikososialnya selama ini di panti asuhan; pertemuan ketigamengklarifikasi hasil wawancara yang didapat pada pertemuan kedua terkait hal-hal yang dirasa belum cukup jelas dengan informan.

(56)

informan dan catatan lapangan untuk mencatat setiap respon non verbal informan.

Pertemuan ketiga pada tanggal 1 Juli 2013 dilakukan untuk mewawancara kembali terkait dengan jawaban-jawaban singkat yang utarakan informan sehingga membuat peneliti rancu untuk mempersepsikan jawaban yang dimaksud.

2. Jenis pengumpulan data

Jenis pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah data primer meliputi:

a. Pedoman wawancara

Untuk memperoleh data dan untuk menggali emosi dan pendapat dari subjek terhadap suatu masalah penelitian peneliti menggunakan pedoman wawancara yang dilakukan peneliti pada informan remaja perempuan di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3. Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengalaman psikososial anak remaja putri usia di panti asuhan berdasarkan :

1) Bahan dan alat

Sejumlah pertanyaan yang diajukan pada informan dengan merekam hasil wawamcara menggunakan tape recorder dan video recorder.

2) Langkah-langkah

(57)

informan dalam mencurahkan pengalamannya di panti asuhan selama ini.

3) Frekuensi

Lamanya wawancara yang dilakukan yaitu 30-45 menit per informan.

b. Catatan lapangan

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kepercayaan diri yang muncul pada remaja perempuan, adakah harga diri rendah yang terjadi pada remaja perempuan, bagaimana remaja perempuan menjalankan peran mereka selama ini di panti asuhan.

G. Teknik analisis data

Data yang diperoleh pada penelitian kualitatif diolah secara kualitatif naratif. Peneliti melakukan tabulasi data hasil wawancara dari berbagai pertanyaan yang diajukan disertai analisis sehingga diperoleh gambaran yang jelas dari pertanyaan penelitian yang ingin didapatkan. Pada penelitian ini, analisis data dilakukan selama ± 2-4 minggu. Menurut Burns & Grove (2004) analisa data yang dilakukan meliputi:

1. Transkrip Wawancara

(58)

& Poirier (1996, dalam Burn, 2005) hasil analisa kualitatif dari rekontekstualisasi potongan data selalu dengan peringatan bahwa konteks baru harus jujur keasliannya.

2. Immersion in the data

Dalam proses ini peneliti membaca dan membaca kembali catatan, transkrip, melihat kembali pengalaman informan, mendengarkan tape recorder hingga peneliti dapat memahami dan masuk dalam data.

3. Reduksi Data

Mengurangi volume data untuk memfasilitasi pemeriksaan, proses ini disebut dengan reduksi data. Selama reduksi data, diawali dengan memasukkan maksud ke elemen data dengan mencari penggolongan sesuatu, orang, dan kejadian lalu mendeteksi sifat yang mengkarakteristikkan sesuatu, orang dan kejadian. Pencarian ini akan menunjukkan klasifikasi elemen pada data

3. Analisis Data

Ada beberapa teknik yang dilakukan dalam analisa data yakni:

a. Coding artinya mengkategorikan dimana peneliti mengorganisasikan data, menyeleksi elemen yang spesifik dari data untuk dikategorikan, dan memberi nama kategori tersebut yang akan merefleksikan yang digunakan dalam penelitian.

b. Reflective remarks

(59)

yang di dalam tanda kurung kemudian harus diekstraksi dan digunakan untuk memoing.

c. Marginal remarks

Setelah catatan diperiksa, observasi tentang catatan tersebut perlu untuk ditulis secepatnya. Kata-kata tersebut biasanya ditulis di margin kanan dari catatan dan seringkali berhubungan dengan bagian lain dari data atau mengusulkan sebuah intrepretasi yang baru.

d. Memoing

Peneliti merekam pengetahuan yang mendalam atau ide yang berhubungan dengan catatan transkrip atau code. Memo menggerakkan peneliti ke arah teori dan konseptual daripada faktual. Peneliti dapat membuat hubungan (link) bagian dari data bersama atau bagian khusus dari data sebagai contoh dari ide konseptual. Hal yang penting adalah nilai setiap ide dan mendapatkannya tertulis dengan cepat.

e. Developing propositions

Peneliti akan mengembangkan hipotesa tentang hubungan yang dapat diformulasikan dalam proporsi sementara. Pernyataan atau proporsi dapat ditulis dalam index cards dan diringkas menjadi kategori.

4. Display Data

(60)

Cognitive Mapping. CognitiveMapping adalah representasi visual dari informasi yang diberikan informan dan merupakan konseptualisasi dan interpretasi yang dibuat oleh peneliti kualitatif. Ide map berasal dari kode (konsep) dan hubungan diatara kode (konsep) dari tape interview yang peneliti dengarkan berulang-ulang. Prosedur ini didesain untuk meringkas dari proses coding, mengkategorikan, dan menginterpretasikan ke dalam satu aktifitas.

5. Drawing and Verifiying Conclusion

Miles and Huberman mengidentifikasi 12 taktik untuk menggambarkan dan memverifikasi kesimpulan meliputi Counting yaitu menggunakan bentuk “seringkali (frequently)” atau “lebih sering (more often)”, Noting Patterns and Themes yaitu bukti tambahan yang nyata untuk mengkonfirmasi bukti bentuk dan tema tersebut, Seeing Plausibility,

Clustering yaitu proses menyingkat elemen ke dalam kategori atau grup,

Making Metaphors, Splitting Variables, Subsuming particulars into

general yaitu memasukkan bagian yang serumpun bersama, Factoring, Noting relationships beetween variabel yaitu memverifikasi hubungan yang nyata yang terjadi untuk menjelaskan hubungan tersebut, Finding intervening variables yaitu proses untuk menemukan faktor yang menghalangi atau menganggu variabel, Building a logical chain of Evidence termasuk dalam menguji teori, dan Making conseptual/ theorical coherence dimana teori yang peneliti peroleh dari analisis harus

(61)

Dalam penelitian kualitatif, bagian awal hasil laporan adalah deskripsi yang detail dari informan, setting, dan pengamatan dan pengalaman lingkungan dimana data dikumpulkan. Deskripsi harus hidup sehingga pembaca dan pendengar akan merasa mereka bersama dengan peneliti. Bagian akhir dari penelitian kualitatif adalah harus melaporkan ekspresi dari ide teori yang timbul dari data analisis(Burns & Grove, 2004).

H. Validasi data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data perlu diuji validitas dan reliabilitas untuk mengukur nilai kepercayaan data.Hal ini dikarenakan hal yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif adalah datanya (Sugiyono, 2010). Pada penelitian kualitatif ini menggunakan blind coding

(62)

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat ijin dari ketua Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet Raya Jakarta Selatan. Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti mengurus surat perijinan ke pihak-pihak terkait, diantaranya Dinas Sosial DKI Jakarta, Walikota Jakarta Selatan, dan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3. Selanjutnya peneliti mengadakan pertemuan dengan ketua panti asuhan, dan pengurus panti asuhan untuk menjelaskan tujuan penelitian, kriteria penelitian dan kontrak waktu untuk menyesuaikan jadwal. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan observasi menggunakan catatan lapangan (field notes) serta mengikuti kegiatan yang diadakan di panti asuhan untuk melakukan pendekatan dengan informan serta agar informan merasa percaya dengan peneliti. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara mendalam.

Sebelum melakukan wawancara mendalam, peneliti harus mengindahkan etika penelitian yang terdiri dari infomed consent, tanpa nama (anonimity),

(63)

yang terakhir adalah kerahasiaan (confidentiality) yaitu memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-massalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

(64)

46 BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran tempat penelitian 1. Letak wilayah

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet ini terletak di Jln. Tebet Barat Raya No. 100 Kelurahan Tebet Barat Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Bangunan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 berdiri diatas tanah seluas 5.100 m2. Batas wilayah Panti Sosial Asuhan

Anak Putra Utama 3 yaitu pada bagian utara berbatasan dengan Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya, pada bagian selatan berbatasan dengan rusun berlian tebet, pada bagian barat berbatasan dengan taman hutan kota tebet, dan sebelah timur berbatasan dengan permukiman warga tebet. 2. Sejarah

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet didirikan pada tahun 1999 yang saat itu bernama Panti Sosial Taman Penitipan Anak (PSTPA) Bina Insan Nusantara sebagai salah satu Unit Pelaksanaan Tekhnis (UPT) Kanwil Depsos Provinsi DKI Jakarta. Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara menjadi UPT Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang kemudian berubah nama menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.

(65)

sosial provinsi DKI Jakarta, maka dinas sosial berubah menjadi dinas bina mental spiritual dan kesejahteraan sosial provinsi DKI Jakarta. Terbitnya Keputusan Gubernur provinsi DKI Jakarta No. 163 tahun 2002 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan dinas bintal dan kesos provinsi DKI Jakarta, maka sejak tanggal 13 November 2002 nama PSAA Balita Tunas Bangsa berubah menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet. Selanjutnya terbit peraturan gubernur provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 61 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja panti sosial asuhan anak putra utama.

3. Tugas dan fungsi

a. Tugas pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah: Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang meliputi identifikasidan assesmen, bimbingan, dan penyaluran serta bina lanjut.

b. Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah:

1) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi, modifikasi, dan seleksi.

2) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi, dan penempatan dalam panti.

3) Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan sosial. 4) Pelaksanaan assesmen meliputi penelaahan, pengungkapan dan

(66)

5) Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, kepribadian, pendidikan, dan latihan keterampilan. 6) Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga,

masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan, serta melaksanakan penyaluran, dan bantuan kemandirian.

7) Pelaksanaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan, dan terminasi.

4. Visi dan misi a. Visi

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet mempunyai visi “terentasnya anak terlantar yatim/piatu/ yatim piatu dna berasal dari keluarga tidak mampu di Provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan yang layak dan normatif.

b. Misi

Adapun misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet yaitu: 1) Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap anak

yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di lingkungan masyarakat.

2) Membentuk anak yang mengalami ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani, maupun sosial.

(67)

5. Sasaran pelayanan

Sarana pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah anak terlantar usia 13 s/d 18 tahun yang karena suatu sebab orang tuanya tidak mencukupi kebutuhannya secara wajar baik jasmani, rohani, maupun sosial.

6. Persyaratan

a. Anak usia 13 s/d 18 tahun (khusus perempuan).

b. Surat keterangan tidak mampu dari RT, RW, lurah setempat. c. Surat keterangan sehat dari dokter atau puskesmas.

d. Fotocopy KTP orang tua atau wali (domisili DKI Jakarta). e. Pas foto 4x6 2 lembar, 2x3 2 lembar.

f. Pemilik ijazah atau rapot terakhir.

g. Bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra Utama 3 Tebet.

h. Rujukan dari panti terkait. B. Hasil penelitian

Gambaran hasil pengalaman psikososial anak remaja putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet secara rinci ditemukan adanya 4 tema yang ditemukan dari hasil wawancara, tema tersebut meliputi: (1) pengalamananak remaja putri selama di panti asuhan, (2)support system bagi anak remaja putri di panti asuhan, (3) hubungan antara remaja putri di panti asuhan dengan orang tua, (4) psikososial remaja putri di panti asuhan.

(68)
(69)

Tabel 5.1

Karakteristik informan utama

No. Inisial informan Usia Pendidikan Kode Ket.

1. Nn. S 16 tahun SMK P1 Yatim

2. Nn. J 17 tahun SMP P2 Yatim

piatu

3. Nn. I 17 tahun SMP P3 Yatim

4. Nn. S 13 tahun SMP P4 Yatim

5. Nn. M 13 tahun SMP P5 Lengkap

6. Nn. E 13 tahun SMP P6 Lengkap

7. Nn. N 14 tahun SMP P7 Lengkap

2. Pengalaman psikososial anak remaja putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

Berdasarkan 4 tema yang ditemukan pada saat wawancara, berikut adalah uraian dari masing-masing tema yang ditemukan, yaitu:

a. Pengalaman anak remaja putri selama di panti asuhan

(70)

diajarkan untuk disiplin dalam hal mengantri setiap ingin makan maupun dalam hal meminta ongkos untuk pergi ke sekolah, serta dapat mengekspresikan bakatnya di bidang kesenian. Sedangkan pengalaman yang menyedihkan yang dirasakan selama di panti asuhan dapat dikarenakan adanya masalah dengan teman sebaya, kehilangan teman sebaya, berpisah dengan kakak kelas di panti, rindu dengan orang tua, dan masalah dengan pengasuh terkait dengan ketatnya birokrasi. Hal tersebut mencakup beberapauraian sub tema, yaitu:

1) Pengalaman yang menyenangkan selama di panti asuhan

Menurut beberapa informan bahwa pengalaman yang menyenangkan adalah terkait dengan kebersamaan dengan teman-temansebaya di panti asuhan, diajarkannya kedisiplinan yaitu dengan membiasakan segala sesuatu dengan mengantri dan ijin jika ingin keluar panti untuk keperluan yang mendesak, informan juga mengatakan dapat mengekspresikan bakatnya di bidang kesenian yaitu menari serta mengikuti lomba yang diadakan diluar panti. Hal tersebut diuraikan melalui pernyataan informan sebagai berikut:

“Yaa bersama-sama, jalan-jalan, maen bareng temen. Bareng sama kakak CKS dari Bandung kuliah juga, bikin acara..” (P2)

“Hmm banyak sih, apa ya, ada kekeluargaan juga, jadi kita

bisa belajar disiplin kaya misalnya kan makan atau ngambil

ongkos disini ngantri jadi harus disiplin.Kumpul bareng-bareng

sama temen, jalan-jalan bareng, kalau lagi makan bareng di ruang

(71)

“Kalo yang menyenangkan itu hmm bisa bercanda sama temen

trus bisa belajar bareng, trus apa lagi tuh belajar bareng, makan

bareng tidur bareng, mandi bareng semuanya bareng-bareng sama

temen, jalan-jalan bareng..” (P5)

“Apa ya? Ada sih, bingung hmm bermain hehehe bingung, ya

bermain gitu bisa saling kenal..” (P6)

“Gitu lah, banyak kak (klien tersenyum).Yaa banyak temen..

Kebiasaan juga sih, apa-apa ngantri..Terus kalo misalnya

jalan-jalan..” (P7)

“Seneng kemarin abis nari saman..Seneng bisa.. bisa ini nunjukkin kebisaan dan belajarnya itu ga cuma sekedar belajar

doang, kita harus ngertiin sikapnya temen kan kita ga harus bilang

“lu salah” atau ngomel-ngomel gitu, emang kadang kita suka kesel

kalo dia salah mulu walaupun emang kita juga suka salah tapi ya

gitu latihan aja yang banyak kendalinya apalagi kalo latihan

semuanya tuh satu grup itu seangkatan semua.. Main bareng,

ketawa bareng, itu nanti setelah kita keluar, itu yang bakal

kerekam kaya “kita udah lama ga bareng” kan kalo dirumah ga

mungkin rame-rame kaya gini lagi.Kan kita kalo disini dibagi per

kamar-kamar, nah kamar itu enak ya tergantung dari

orang-orangnya..” (P1)

“Kan aku belum lama disini ya, jadi belum ada setahun, jadi

mungkin ga banyak, ya paling ya keluar-keluar gitu, ya kaya gitu

(72)

disini juga suka belajar-belajar gitu bareng kakak kelas, tiap tahun jalan-jalanbareng gitu misalnya outbond gitu, bukan hanya panti

ini aja tapi 6 panti..” (P4)

2) Pengalaman yang menyedihkan selama di panti asuhan

Menurut beberapa informan mengatakan bahwa hal yang menyedihkan adalah ketika adanya masalah dengan teman, hal ini mencakup masalah dengan teman sekamar, meninggalnya kakak asuh di panti asuhan, berpisah dengan kakak asuh di panti asuhan. Pengalaman menyedihkan lain adalah ketika teringat dengan orang tua dan pengasuh yang terkesan galak karena ketatnya birokrasi. Hal tersebut diuraikan melalui pernyataan informan sebagai berikut:

“Kan kita kalo disini dibagi per kamar-kamar, nah kamar itu

enak ya tergantung dari orang-orangnya, kadang kalo ada

masalah kita harus nyelesein masalah itu kalo kita ga bisa

nyelesein masalah itu, baru kita ke pengasuh..Misalnya lagi ada

masalah nih sama orang sekamar, pastikan kita jadi males buat ke

kamar, mau ke kamar juga ga enak ada dia, pasti kan diem-dieman

kan ya cuma kan kalo kita bawa “ah dia ini, satu orang ini buat

apa dipikirin toh masih ada temen-temen lain yang bisa bikin

ketawa yang bisa bikin kita ga mikirin dia lah”… (P1)

“Ada, misal kaya lagi berantem gitu sama temen sendiri,

(73)

“Kalo misalnya salah satu dari anak panti disini ada yang

keluar gitu, kalau ngga kaya kemaren ada yang meninggal gitu,

udah alumni tapi itu kakak-kakak an aku, sekarang tuh sedihnya..

Terus ga bisa ketemu orang tua setiap hari..” (P3)

“Ga tau sih soalnya kalo pengalaman menyedihkan aku kan

orangnya suka gampang lupa gitu jadi ya lupa, disuruh ceritain

gitu ya bakal lupa suka ga inget hehe, berpisah sama kakak kelas

disini..” (P4)

“Ga tau deh (klien tampak datar dan menutup diri) Sedih.. Sedih aja, sama keluarga..” (P2)

“Hmm kalo yang menyedihkan itu apa ya, (klien tampak berfikir)ga ada sih ka disini happy-happy aja.. Pengasuhnya galak jadi ga bebas aja gitu..” (P5)

“Pengasuhnya kaya gitu kak.. Iya galak.Peduli sih, tapi ya

mungkin egois kali kak.Ya gitu, marah-marah doang.Yaa hal-hal

(74)

Tema tentang pengalaman remaja putri di panti asuhan digambarkan menurut skema sebagai berikut:

SUB KATEGORI KATEGORI TEMA

Bagan 5.1 Skema tema 1

b. Support systembagi anak remaja putri di panti asuhan

Dari hasil wawancara dengan informan, didapat bahwa orang yang paling berpengaruh bagi informan adalah teman. Dalam hal ini, teman berpengaruh sebagai role model, juga karena adanya kesamaan hal yang sedang dirasakan. Selain teman, informan juga mengatakan orang yang berpengaruh adalah mama, pengasuh. Hal tersebut merupakan pengaruh dalam hal dukungan emosional. Berikut adalah penyataan informan:

“Temen..Ya kita kan tinggal bareng, makan bareng, tidur juga satu

kamar misalnya dia punya pengalaman apa, pasti dia bakalan cerita

(75)

walaupun sama siapa aja ke temen satu kamarnya dan itu bisa aja

buat kita jadi “coba yuk kaya dia” kalo misalnya nilai positifnya

“kayanya itu bagus deh coba ayo kita ikutin” jadi ya gitu deh satu

kamar itu ada aja ceritanya..” (P1)

“Temen..Temen tu gimana ya, lebih ngertiin kalo menurut aku gitu,

kalau orang tua kan misalnya musti gini gini gitu, namanya temen kan

ya namanya juga jaman sekarang kan bisa ngertiin lah kaya curhat

gitu, kalo misal ibu gimana ya, misalnya cerita tentang pacar kan ga

boleh pacaran ga boleh ini ga boleh itu gitu, tapi lebih care ke temen

aja gitu..” (P3)

“Mama..” (P4)

“orang tua..” (P7)

“Ya pengasuh disini hmm kaya gitu-gitubukan disiksa tapi

peraturannya makin ketat disini, jadi kalau keluar aja harus ijin,

kemana-mana harus ijin kan jadi ngga enak..” (P5)

Berbeda hal nya pada informan yang tidak memiliki orang tua, atau informan yang ditelantarkan orng tua nya, bagi mereka orang yang berpengaruh terhadap kehidupannya selama ini adalah semua orang yang ada disekitarnya. Berikut pernyataan informan:

“Semuanya..” (P2)

“Ooo pengasuh sama Ibu..” (P6)

Tema tentang support system bagi anak remaja putri di panti asuhan digambarkan menurut skema sebagai berikut:

SUB KATEGORI KATEGORI TEMA

(76)

Bagan 5.2 Skema tema 2

c. Hubungan remaja putri di panti asuhan dengan orang tua

Pada tema ini dibagi menjadi beberapa kategori yaitu bagaimana gaya pengasuhan orang tua selama ini, dalam hal ini informan mengatakan bahwa orang tua memanjakan mereka, demokratis, mendidik, dan ada juga yang menelantarkan sejak kecil. Sedangkan pada kategori lainnya adalah perasaan informan terhadap orang tua yaitu rindu dan ada juga yang mengatakan kecewa. Hal tersebut diuraikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

1) Gaya pengasuhan orang tua

(77)

misalnya kita pulang ada keponakan gitu tapi “udah nih ini aja

jajan aja kan kamu kalo disana jarang jajan, udha kalo mau

apa-apa bilang aja kan disana jarang jajan, mumpung ada disini..”

(P1)

“Kalau mama emang masih ada, maksudnya masih tau kabarnya,

tapi kalo ayah udah 7tahu ga ketemu tapi masih ada di Manado

cuma ga ada kabarnya udah 7 tahun..Emm mama (klien tampak

berkaca-kaca) udah bagus sih apa sih didiknya, dulu kan aku

sebelum masuk panti aku suka diasuh sama mama, suka belajar

sama mama, pas udah masuk panti udah bisa apa-apa.Yang

nyuruh pake jilbab mama, tapi aku emang udah lama tapi aku

emang pengen..” (P4)

“Masih, ibu.Bapak hmm ga tau kemana..Kalo emang dasarnya aku

bandel banget ibu baru pake keras tapi ga pake kata kasar, cuman

kalo aku bandel sedikit tu ibu ngomelinnya sambil pake nangis gitu

deh, jadinya tu aku berusaha jadi anak yang baik tapi tu susah..”

(P3)

”Hmm ya baik tapi ya kadang kalo lagi kesel ya gitu deh, bisa

apa.. ngga gitu eeee maksudnya bisa di ya di apa gitu, giliran lagi

seneng ya M ikut-ikut seneng.. Ga sih ya kalo bandel bisa galak.. orang tua misah kak, hmm iya, eh kita ga cerai kak tapi apa

namanya kerjanya misah..” (P5)

“Baik sih, tapi kalo misalnya ibu kan ibu di Bangka Belitung kan

Gambar

Tabel 2.1  Nursing Care Plan untuk Peran Keluarga sebagai pemberi perawatan
Nursing Care Plan Tabel 2.1 untuk remaja di panti asuhan
Gambaran hasil pengalaman psikososial anak remaja putri di Panti Sosial
Gambaran karakteristik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya senang jika dapat mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda dari teman

Bagi Kepala Puskesmas Andalas, Anak Air dan Air Tawar agar dapat mengusulkan penambahan tenaga kesehatan yang mengikuti pelatihan KtA, menambah alokasi dana BOK

Beberapa hambatan yang dialami kebanyakan konselor di kecamatan Gajahmungkur ialah permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan melakukan penelitian tindakan

Hal ini relevan dengan teori yang menyatakan bahwa Sektor yang memiliki teknologi sistem informasi akuntansi yang lebih baik atau terotomatiasi dan tersentral

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) tahun 1999, standar praktik keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam

Demikian halnya dengan sunat perem- puan di desa Bodia, bahwa sunat perem- puan adalah praktek budaya turun temurun dari nenek moyang mereka, budaya yang melekat tersebut

M aka t indakan yang dapat dilakukan oleh pemerint ah adalah mengurangi jumlah uang beredar dan meningkat kan persediaan barang.. perubahan fisik