• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DIRI ANAK ASUH YANG BERUSIA REMAJA DI PANTI ASUHAN KUMUDA PUTRA-PUTRI MAGELANG TAHUN 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP DIRI ANAK ASUH YANG BERUSIA REMAJA DI PANTI ASUHAN KUMUDA PUTRA-PUTRI MAGELANG TAHUN 2008"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program

Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Agung Tri Bawono

031114040

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Hidup ini bukan untuk dibanding-bandingkan dengan orang lain, tetapi buatlah hidup ini dapat berguna bagi orang lain.

(Penulis)

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, Albertus Magnus Soemantri Bsc. dan Anastasia Maria Soeparmi,

(6)
(7)

vi

TAHUN 2008

Agung Tri Bawono Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey.Populasi penelitian ini adalah populasi terbatas, yaitu seluruh remaja Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008 yang berjumlah 60 orang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri para remaja penghuni Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008. Secara spesifik masalah yang akan diteliti adalah bagaimanakah konsep diri remaja panti asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang tahun 2008.

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

“Kuesioner Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan

Kumuda Putra-Putri Magelang”. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti, berupa pernyataan-pernyataan tentang cirri-ciri konsep diri menurut Brooks & Emmert. (2005:105)

(8)

vii

ABSTRACT

ADOLESCENT SELF CONCEPT AT MAGELANG KUMUDA BOYS AND GIRLS ORPHANAGE IN 2008

Agung Tri Bawono Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research was a descriptive research using survey method. The population of this research was limited population. They were all teenagers in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008, that consisted of 60 teenagers. The purpose of this research was to get a description about teenagers self concept in in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008. Especially the problem of this research was : what is the self concept of teenagers in in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008.

The instrument in this research was “self concept of teenagers in in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage questionnaire”. The instrument in this research was made by researcher which consist of statements about self concept and based on Brooks & Emmert. (2005:105)

(9)

viii

Skripsi ini berjudul “ Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di

Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008”. Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulisan skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai

pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dr. Maria Margareta Sri Hastuti, M. Si : Ketua progran Studi

Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan pengetahuan,

pengalaman yang berguna bagi penulis, kesempatan bagi penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Ibu A. Setyandari, S.Pd., Psi., M. A.: pembimbing yang penuh kesabaran,

pengertian, membimbing dan memotivasi saya dalam penulisan skripsi ini.

3. Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin penulis

untuk melakukan penelitian di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri

Magelang.

4. Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang yang menerima penulis untuk

melakukan penelitian.

5. Bapak Lasono S.Sos, MH Kepala TU Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri

Magelang yang telah memberikan waktu untuk pengumpulan data.

6. Para remaja panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008 atas

kontribusinya dalam pengisian kuesioner Konsep Diri Anak Asuh Yang

Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang

7. Segenap Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

(10)

ix

selama kuliah serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis yaitu : Ibu

Retha, Pak Fajar, Pak Wens, Pak Sinurat, Pak Adi, Pak Tatung, Ibu Retno,

Ibu Maslichah, Pak Puji, Pak Medi, Pak Masidjo, Romo Sigit, Ibu

Setyandari, Pak Gendon, Dokter Lusi, Pak Pranowo, Pak Bambang, Ibu

Amitya, Pak Wahana, Ibu Nina, Romo Sudiarja, Pak Pratik, Suster

Milburga, Pak Chosa dan Pak Samana.

8. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk belajar.

9. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

meminjamkan buku.

10.Orang tuaku tercinta Bapak Albertus Magnus Soemantri Bsc. dan Ibu

Anastasia Maria Soeparmi atas doa, dukungan, semangat perhatian, kasih

sayang dan biaya yang telah di berikan kepada penulis.

11.Clothilda Detty Sari Kalembu yang selalu memberikan dukungan hingga

penulisan skripsi ini selesai.

12.Teman-teman BK angkatan 2002 : Bangun, Br. Teguh, Fr. Paul, Donal,

Titiari, Ima, Mega, Sari, Ina, Nadia, Titoet. Teman-temanku seperjuangan

BK angkatan 2003 : Magna, Bismo, Pipiet, Wulan, Mandhus, Asep, Ari,

Sonya, Bertus, Arjuna, Tutus, Litha, Erna, Bayu, Dian, Litha, Mbak

Surmi, Ocha, Iin, Wicha, Berta, Sr. Eme, dan seluruh warga mahasiswa

BK, yang penulis kenal yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Terima Kasih.

(11)

x

HALAMAN PERSETUJUAN.../... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 4

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

E. Definisi Operasional... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7

A. Pengertian Konsep diri... 7

B. Penggolongan Konsep diri... 9

C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri... 13

D. Konsep Diri Remaja... 21

E. Panti Asuhan... 24

F. Bimbingan... 25

BAB III METODOLOGI PENGAJARAN... 26

A. Jenis Penelitian... 26

(12)

xi

C. Instrumen Penelitian... 27

1. Alat Pengumpul Data... 27

2. Validitas dan Reliabilitas... 30

D. Analisis Data... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 37

A. Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008 .... 38

B. Pembahasan Hasil Penelitian……….... 39

BAB V PENUTUP... 40

. A. Ringkasan... 41

B. Kesimpulan... 42

C. Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA... 44

(13)

xii

Tabel 1. Usia Populasi Subjek Penelitian... 27

Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Konsep Diri Anak Asuh

Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan

Kumuda Putra-Putra Magelang

Setelah Validitas Item ... 28

Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Korelasi Suatu Alat Ukur... 34

Tabel 4. Koefisien Reabilitas dan Validitas Kuesioner

Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja

Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putra Magelang Tahun 2008... 35

Tabel 5. Pengolongan Konsep Diri Berdasarkan Mean... 37

Tabel 6. Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halamann

Lampiran 1. Kuesioner Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja

Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putra Magelang Tahun 2008... 51

Lampiran 2.Klasifikasi Konsep Diri... 56

Lampiran 3. Validas Item... 57

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Sanata Dharma... 60

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan kepribadian, seseorang remaja memasuki proses

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut sebagai

masa pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri pada masa remaja

merupakan tahap bagi remaja itu untuk menentukan peran remaja yang dapat

dilakukan dalam kehidupannya dan bagaimana remaja itu mengaktualisasikan

dirinya.

Pada masa remaja, mereka mulai dihadapkan pada perubahan-perubahan

yang terjadi sesuai dengan tugas perkembangannya. Perubahan-perubahan yang

terjadi pada masa remaja mendapat pengaruh besar dari lingkungan di sekitarnya.

Perubahan yang terjadi pada masa remaja antara lain: Perubahan emosional,

perubahan fisik, perubahan minat dan pola perilaku (Hurlock, 1990:206-207).

Perubahan-perubahan tersebut secara langsung dapat mempengaruhi konsep diri

remaja.

Hal lain yang mempengaruhi konsep diri remaja adalah lingkungan di

mana remaja itu berada. Remaja yang tinggal bersama keluarga yang utuh akan

merasa lebih nyaman dan akan lebih mendukung perkembangannya. Tetapi tidak

semua remaja dapat merasakan kehangatan tinggal berada ditengah-tengah

keluarganya, baik dikarenakan orang tua yang sudah meninggal, faktor ekonomi

yang kurang mendukung yang mengakibatkan remaja tersebut terpakasa harus

(16)

2

kehidupan maupun pendidikannya. Pemerintah sebagai instansi yang bertanggung

jawab atas anak-anak terlantar mendirikan beberapa panti asuhan untuk dibina dan

diberi kesempatan agar anak-anak yang terlantar dapat menikmati hidup dengan

baik dan sehat serta mendapatkan pendidikan yang baik (Meizarra, dkk.1999).

Konsep diri bukan bawaan sejak lahir. Konsep diri adalah hasil dari proses

belajar melalui pengalaman hidup dan perlakuan dari lingkungan di sekitarnya

yang akhirnya mempengaruhi remaja dalam memberikan penilaian terhadap

dirinya secara positif maupun negatif (Schultz, 1991:50). Remaja perlu untuk

terus mengembangkan konsep diri. Dengan terbentuknya konsep diri yang positif,

remaja tersebut memiliki kemampuan untuk terus mengembangkan diri dalam

segala hal.

Konsep diri sangat diperlukan bagi remaja untuk dapat berperilaku atau

melakukan interaksi sosial yang baik dan bergaul dengan lingkungan dimana

remaja itu berada. Dalam pergaulan sosialnya, remaja yang merasa dirinya

diterima, dihargai, dicintai, maka remaja itupun mampu menerima, menghargai

dan mencintai dirinya sendiri. Dengan kata lain, remaja tersebut mampu

mengembangkan penilaian yang baik tentang dirinya sehingga konsep diri yang

terbentuk adalah konsep diri yang positif. Remaja yang merasa dirinya tidak

diterima, ditolak, atau tidak dicintai, maka remaja itu akan sulit pula untuk

menerima keadaan dirinya dan memberi penilaian yang negatif tentang dirinya

maka konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri yang negatif. Konsep diri

yang positif atau negatif membawa dampak berbeda dalam perilaku remaja.

(17)

terbuka dan mampu mengembangkan diri dalam bergaul atau berinteraksi dengan

orang lain. Sedangkan, remaja yang memiliki konsep diri negatif cenderung lebih

tertutup dan sulit mengembangkan diri dalam bergaul atau berinteraksi dengan

orang lain.

Pengalaman-pengalaman yang diperoleh remaja selama tinggal dipanti

asuhan akan berpengaruh terhadap pandangan terhadap dirinya sendiri. Pandangan

yang dimiliki, akan menentukan bagaimana remaja akan bertindak dalam

kehidupannya kelak, pengalaman yang didapatkan atau yang mereka alami itu

akan mempengaruhi konsep diri remaja.

Konsep diri merupakan inti dari kepribadian, dan merupakan modal

penting dalam menjalin pergaulan dengan orang lain. Oleh sebab itu, para remaja

yang tinggal dipanti asuhan perlu mendapat bimbingan untuk menemukan dan

mengembangkan konsep diri yang positif. Bimbingan yang dapat dilakukan untuk

menemukan dan mengembangkan konsep diri para remaja adalah melalui

bimbingan pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan yang

dilakukan dalam menghadapi pergumulan batin seseorang, membantu mengatur

diri sendiri serta bimbingan untuk membina hubungan dengan sesama atau

pergaulan sosial (Winkel dan Hastuti, 2004:118). Melalui bimbingan ini, para

remaja penghuni panti asuhan dibantu untuk dapat menemukan dirinya dan

berusaha untuk dapat mengembangkan konsep tentang dirinya yang positif.

Mengingat pentingnya konsep diri dan peranannya dalam kehidupan para

(18)

4

ini peneliti ingin mengetahui deskripsi konsep diri para anak asuh yang berusia

remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat

konsep diri para remaja penghuni Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.

Secara spesifik masalah yang akan diteliti dan dijawab adalah:

Bagaimanakah konsep diri para anak asuh yang berusia remaja di Panti

Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui tingkat konsep diri

remaja Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat :

1. Anak Asuh

Anak asuh dapat mempunyai pemahaman konsep diri jika mereka

diberi layanan informasi

2. Para pembimbing atau pengasuh di panti asuhan.

Para pembimbing panti asuhan mengetahui konsep diri remaja dan

memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan.

2. Dinas Sosial

Dinas Sosial mendapat informasi atau masukan tentang konsep diri

(19)

E. Definisi Operasional

Berikut ini akan dijelaskan definisi operasional dari variabel beberapa

istilah yang terdapat dalam penelitian ini. Antara lain :

1. Konsep diri anak asuh yang berusia remaja

Konsep diri anak asuh yang berusia remaja adalah gagasan tentang diri

sendiri. Bagaimana seseorang melihat diri sendiri sebagi pribadi, dan

bagaimana seseorang menginginkan diri sendiri menjadi manusia

sebagaimana kita harapkannya (Hardjana, 1993:9) seperti diukur melalui

kuesioner dan ditunjuk dengan skor-skor yang telah ditentukan.

2. Anak asuh yang berusia remaja di panti asuhan

Anak yang berusia remaja di panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang

(20)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Konsep Diri

Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai

pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama

dengan orang-orang terdekat, maupun yang didapatkan dalam peristiwa-peristiwa

kehidupan. Sejarah individu dari masa lalu dapat membuat dirinya memandang

diri lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan sebenarnya (Hardjana,1993). Cara

pandang seseorang terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri

sendiri. Menurut Elkins (1979: 81) konsep diri mempengaruhi prilaku,

kemampuan berpikir dan keberhasilan belajar. Karena itu konsep diri perlu

dikembangkan.

Konsep diri adalah keseluruhan gambaran atau pandangan, keyakinan dan

penghargaan atau perasaan seseorang tentang dirinya (Sinurat, 2003:1).

Pudjijogoyanti, (1993: 2) mendefinisikan konsep diri sebagai seluruh pandangan

individu mengenai dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan,

kepandaian, kegagalan dan sebagainya. Jadi konsep diri merupakan sikap dan

pandangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya. Konsep diri dapat juga

diartikan sebagai sikap tehadap diri sendiri. Sikap adalah kecenderungan

seseorang dalam bereaksi atau melakukan tindakan terhadap suatu obyek tertentu.

Menurut (Hardjana, 1993:3), konsep diri terdiri dari bagaimana seseorang melihat

(21)

bagaimana seseorang menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagimana

yang diharapkan. Pendapat ahli lain yang sependapat dengan Hardjana adalah

Centi (1993). Centi (1993) mengatakan konsep diri adalah gagasan tentang diri

sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebaga

pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri dan bagaimana kita merasa

tentang diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Penglihatan

individu atas dirinya sendiri tersebut disebut gambaran diri (self image). Perasaan individu atas dirinya sendiri merupakan penilaian individu atas diri sendiri (self evaluation). Harapan individu atas diri sendiri menjadi cita-cita diri (self ideal).

Menurut Gunawan (2003: 19) Konsep diri terdiri dari tiga macam yaitu diri ideal

(self ideal), citra diri (self image), harga diri (self esteem). Diri ideal menentukan arah perkembangan diri dan pertumbuhan karakter serta kepribadian dirinya

sendiri; citra diri (self image) adalah cara orang melihat dirinya sendiri dan berpikir mengenai dirinya sekarang atau saat ini; dan harga diri (self esteem)

adalah kecenderungan untuk memandang dirinya sendiri sebagai pribadi yang

mampu dan memiliki daya upaya dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup

yang mendasar dan layak untuk hidup bahagia.

Berdasarkan pendapat ahli konsep diri dapat didefinisikan sebagi

gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaiman individu

melihat dirinya sendiri sebagi pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri,

bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian dari diri

sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang

(22)

8

B. Penggolongan Konsep Diri

Ada banyak pandangan, gambaran serta keyakinan terhadap diri sendiri

yang dapat dirasakan dari berbagai segi dalam kehidupan seseorang. Hal tersebut

memunculkan macam-macam konsep diri. Penggolongan macam-macam konsep

diri tersebut antara lain :

1.Konsep Diri Positif

Seseorang yang memiliki konsep diri positif selalu berusaha untuk menilai

dan menerima keadaan diri apa adanya. Konsep diri positif akan selalu

mendorong seseorang untuk berpikir positif, optimis, tidak mudah menyerah.

Konsep diri positif diperoleh melalui kasih sayang, penerimaan dan perhargaan

yang diberikan oleh tokoh-tokoh di sekitarnya (Sinurat, 2003:2). Konsep diri yang

tinggi menunjukan adanya gambaran diri yang positif dan penerimaan diri yang

positif (Burns, 1993:72). Seseorang yang memiliki konsep diri positif adalah

seseorang yang tahu betul keadaan dirinya, dapat memahami dan menerima

sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi

terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang

lain. Seseorang yang memiliki konsep diri positif akan dapat merancang

tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas dan keadaan dirinya sendiri, yaitu tujuan-tujuan yang

kemungkian besar dapat dicapai, sesuai dengan keadaan diri dan kemapuan yang

dimilikinya. Seseorang yang memiliki konsep diri positif adalah seseorang yang

tahu betul sifat dirinya, sehingga dirinya dapat menerima segala kelebihan dan

kekurangannya serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan

(23)

Orang yang memiliki konsep diri positif menurut Brooks & Emmert ditandai

dengan cirri-ciri sebagai berikut:

a.Individu yakin akan kemapuannya untuk mengatasi masalah. Individu

merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah apapun yang

dihadapi yang pada akhirnya individu mampu mengatasinya bahkan saat

individu menghadapi kegagalan atau kermunduran.

b. Individu merasa setara dengan orang lain. individu merasa sama dengan

orang lain sebagai manusoia tidak tinggi tidak rendah, meskipun terdapat

perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang budaya atau sikap

orang lain terhadapa dirinya.

c.Individu tidak merasa malu menerima pujian. Individu dapat menerima

pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa

merasa bersalah.

d. Individu menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan

dan prilaku yang tidak seluruhnya diterima atau disetujui oleh

masyarakat. Individu sanggup mengaku pada orang lain bahwa dirinya

mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan

marah sampai cinta, perasaan sedih sampai bahagia, dari kecewa yang

mendalam sampai kepuasan yang mendalam.

e. Individu mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup dan berusaha

untuk mengubahnya. Individu sanggup mengungkapkan aspek-aspek

kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha untuk mengubahnya.

(24)

10

bersalah yang berlebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain

tidak menyetujui tindakannya.

2. Konsep Diri Negatif

Tokoh-tokoh yang signifikan dalam hidup seseorang misal, orang tua,

guru, teman sebaya dan orang lain yang berpengaruh pada diri seseorang tersebut

merendahkannya, meremehkannya, mempermalukannya, menolaknya maka sikap

seseorang itu terhadap dirinya akan negatif (Sinurat, 2003:2). Menurut Harjana,

(1993:26), konsep diri negatif mendorong kita untuk membuat perbandingan

negatif dengan orang lain, membuat kita cenderung memusatkan perhatian pada

yang negatif-negatif pada diri kita, menciptakan ingatan yang pilih-pilih, yang

meneguhkan perasaan diri tak berharga, menciptakan sikap memihak dalam

pandangan kita mengenai apa yang terjadi pada diri kita dan konsep diri yang

negatif cenderung membawa kita kepada kegagalan. Konsep diri yang rendah

menunjukan adanya keyakinan, pandangan, gambaran dan penilaian yang negatif

tentang diri sendiri dan perasaan rendah diri, dan penolakan diri (Burns, 1993:

72).

Hardjana mengemukakan beberapa pengaruh konsep diri negatif dalam

hidup kita, antara lain (Hardjana, 1993:26-32):

a) Konsep diri negatif membuat kita cenderung memusatkan perhatian pada

yang negatif-negatif dalam diri kita.

b) Konsep diri negatif mendorong kita untuk membuat perbandingan negatif

(25)

c) Konsep diri negatif menciptakan ingatan yang pilih-pilih, selektif, yang

meneguhkan perasaan diri tak berharga.

d) Konsep diri negatif menciptakan sikap memihak dalam pandangan kita

mengenai apa yang terjadi pada diri kita.

e) Konsep diri negatif cenderung membawa kita ke kegelapan.

Brooks & Emmert (Rakhmat, 2005:105) menguraikan 5 ciri orang yang

memiliki konsep diri negatif sebagai berikut:

a.Individu peka terhadap kritikan. Individu ini sangat tidak tahan terhadap

kritikan yang diterimannya, mudah marah atau naik pitam.

Koreksi/penilaian terhadap dirinya seringkali dipersepsi sebagai usaha

untuk menjatuhkan harga dirinya.

b.Responsif sekali terhadap pujian meskipun individu berpura-pura

menghindari pujuan, individu tidak dapat menyembunyikan

antusiasmenya pada waktu menerima pujian apapun.

c.Bersikap hiperkritis. Individu selalu mengeluh, mencela atau meremehkan

apa pun dan siapa pun, individu merasa tidak pandai dan tidak sanggup

mengungkapkan penghargaan/pengakuan kelebihan orang lain.

d.Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Individu merasa tidak

diperhatikan karena individu bereaksi pada orang lain sebagai musuh

sehingga tidak dapat menciptakan kehangatan dan keakraban

persahabatan.

e.Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam

(26)

12

Individu merasa tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan

dirinya.

Berdasarkan uraian di atas ciri-ciri orang yang memiliki konsep

diri negatif antara lain memiliki kepercayaan diri yang rendah, kurang

memiliki motivasi, pesimistis dan tidak memiliki keinginan untuk maju

sehingga tidak muampu mengatasi permasalahan dan cenderung mencari

jalan keluar yang salah.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

1. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja antara lain :

a. Usia Kematangan

Remaja yang matang lebih awal yang diperlakukan seperti orang yang

hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan

sehingga dapat menyesuiaikan diri dengan baik. Remaja yang matang

terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak dan merasa dirinya kurang

baik cenderung berprilaku kurang dapat menyesuaikan diri.

b. Emosi

Faktor emosi yaitu kemampuan remaja untuk mengarahkan energi

emosinya dalam kehidupan sehari-hari ke saluran ekspresi yang

bermanfaat dan dapat diterima, dapat mengendalikan emosi dan berusaha

mengolahnya, maka remaja akan mampu mengatasi segala kegagalan yang

dialaminya. Cara remaja mengekspresikan emosinya akan dinilai oleh

(27)

penilaian mengenai dirinya sendiri, dan penilaian ini akan mempengaruhi

konsep dirinya (Hurlock: 325-328)

c. Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri

meskipun perbedaan ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik

merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah

diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang

menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.

Bentuk tubuh atau ciri-ciri fisik dapat mempengaruhi kepribadian remaja.

Bentuk tubuh yang menyimpang dari keadaan normal, misalnya terlalu

gemuk, terlalu kurus, tinggi dan pendek dipandang sebagai hal “buruk”

dan merupakan faktor yang tidak menguntungkan bagi perkembangan

konsep diri remaja (Hurlock ,1990: 325)

d. Kepatutan seks

Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan prilaku membantu

remaja mencapai konsep diri yang baik.

e. Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok

menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang

bernada cemooh. Remaja yang menyukai namanya dan merasa bahwa

namanya diterima oleh kelompok teman sebayanya akan merasa dirinya

memiliki keunggulan dalam kelompoknya. Hal tersebut akan menambah

(28)

14

f. Kehidupan yang dijalani di lingkungan tempat tinggal.

Lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi konsep diri

remaja. Perasaan harga diri yang berkaitan dengan penerimaan atau

penolakan dari orang lain di sekitar tempat tinggalnya turut mempengaruhi

konsep diri.

g. Teman sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua

cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cermin dari anggapan

tentang konsep dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk

mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok.

h. Kreativitas

Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain

dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas

dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya.

i. Tingkat kecerdasan.

Tingkat kecerdasan dapat mempengaruhi konsep diri remaja.

Remaja yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi daripada

teman-temannya, akan cenderung merasa dirinya lebih “superior” dibanding

teman-temannya. Hal tersebut membuat remaja itu merasa lebih percaya

(29)

j. Cita-cita

Remaja yang realistik terhadap kemampuanya lebih mengalami

keberhasilan dari pada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri

dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang

lebih baik.

k. Status sosial

Status sosial berkaitan dengan keadaan ekonomi dan kepopuleran

yang dirasakan oleh remaja. Apabila remaja merasa berada dalam

kepopuleran dan memiliki status ekonomi yang lebih tinggi, cenderung

merasa lebih percaya diri, sebaliknya apabila remaja merasa diri tidak

memiliki sesuatu yang berharga, cenderung membuat remaja merasa

“minder” atau rendah diri.

l. Budaya lingkungan sekitarnya.

Keadaan budaya lingkungan dimana remaja itu tinggal juga dapat

mempengaruhi konsep diri. Setiap lingkungan masyarakat mempunyai

suatu norma atau patokan tertentu bagi setiap orang untuk mengatur

tingkah lakunya. Remaja yang sudah mendapat “cap” buruk dari

lingkungannya cenderung sulit mengembangkan konsep diri yang positif

dalam dirinya.

2. Aspek-aspek diri mengenai konsep diri :

a. Konsep diri fisik.

Gambaran diri fisik yang meliputi keadaan diri jika dilihat dari bentuk

(30)

16

kelaminnya dimata orang lain turut mempengaruhi terbentuknya konsep diri

seseorang (Hurlock, 1973:325). Hurlock mengatakan, penampilan diri yang

berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada

menambah daya tarik fisik (Hurlock, 1990:235). Pada dasarnya, seorang remaja

selalu ingin agar setiap penampilannya dihargai oleh orang lain. Tetapi dengan

adanya perbedaan, misalnya penampilannya kurang menarik, lusuh, mereka akan

merasa kurang disenangi dan dihargai oleh teman-temannya karena cenderung

diejek. Selain itu adanya cacat fisik merupakan sumber memalukan yang

mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan

penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan

sosial.

b. Konsep diri sosial.

Kehidupan seseorang tidak terlepas dari hubungannya dengan orang lain.

Demikian juga terbentuknya konsep diri seseorang dipengaruhi pula dengan

pengalaman dan interaksinya terhadap orang lain di sekitarnya. seseorang akan

mencintai, menghargai dan menerima dirinya apabila tokoh-tokoh di sekitarnya

mampu menerima, menghargai dan menerimanya. Hal tersebut berarti bahwa

seseorang memberi penilaian positif tentang dirinya (konsep diri positif). Tetapi

sebaliknya, apabila tokoh-tokoh di sekitarnya merendahkan, meremehkan, maka

seseorang akan cenderung menilai dirinya seperti apa yang dikatakannya (konsep

diri negatif). Misalnya, orang tua mengatakan bahwa “kamu anak nakal”. Cap

sebagai anak nakal tersebut akan terkonsep pada diri anak, sehingga anak berpikir

(31)

c. Konsep diri emosional.

Konsep diri emosional dapat disebut pula sebagai gambaran diri

psikologis, yang meliputi nilai-nilai yang melekat dalam dirinya, seperti;

kejujuran, kebaikan, keadaan emosi serta sifat-sifat dalam diri yang dapat

dirasakan oleh orang lain dalam pergaulan (Hurlock, 1993:325). Senada dengan

pernyataan di atas, Hurlock mengatakan, bahwa salah satu komponen

pembentukan konsep diri adalah adanya citra psikologis yaitu didasarkan atas

pikiran, perasaan dan emosi, kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi

penyesuaian pada kehidupan, sifat-sifat seperti keberanian, kejujuran,

kemandirian dan kepercayaan diri (Hurlock, 1989:45).

d. Konsep diri akademis.

Konsep diri erat hubungannya dengan dunia pendidikan yaitu berkaitan

dengan pencapaian suatu prestasi akademis. Instistusi pendidikan merupakan

tempat bagi seseorang untuk berkompetisi dan dalam kompetisi tersebut seseorang

dipaksa untuk mengungkapkan kepandaian atau ketidakpandaiannya demi

mencapai standar keberhasilan seperti yang ditetapkan dari luar dirinya. Dengan

penekanan berat pada kompetisi dan tekanan-tekanan dari pihak luar (misalnya;

guru atau orang tua) kepada seseorang untuk meraih keberhasilan, tidaklah

mengherankan jika seseorang menggunakan pencapaian akademis sebagai suatu

indeks harga diri yang penting (Burns, 1993:357).

Agustini, 2006:139-141 juga membagi konsep diri dalam beberapa

(32)

18

a. Diri fisik (physical self)

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya

secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai

kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak

menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk atau kurus).

b. Diri etik-moral (moral-ethical self)

Diri etik-moral merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat

dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut

persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan

seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang

dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

c. Diri pribadi (personal self)

Diri Pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang

keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau

hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana

individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa

dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d. Diri keluarga (family self)

Diri keluarga menunjukan perasaan dan harga diri seseorang dalam

kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukan

(33)

anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankan

sebagai anggota dari suatu keluarga.

e. Diri sosial (social self)

Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya

dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya.

3. Konsep diri berdasarkan keadaan diri yang ingin dicapai/harapan:

a. Konsep diri riil.

Konsep diri riil merupakan gambaran diri atau cerminan/pandangan

mengenai diri sendiri. Bagaimana anak memandang dirinya sangat dipengaruhi

oleh perilaku tokoh-tokoh penting/berarti yang ada di sekitarnya misalnya, orang

tua, teman atau guru. Perlakuan dan penilaian orang lain sangat mempengaruhi

seseorang dalam menilai keadaan dirinya sendiri (Hurlock, 1993:325). Dapat

dikatakan pula bahwa penilaian/pandangan dari orang lain merupakan cermin bagi

seseorang dalam menilai dan memahami keadaan dirinya.

b. Konsep diri ideal.

Konsep diri ideal, yaitu apa yang menjadi gambaran diri ideal yang

diinginkan oleh anak baik secara fisik maupun psikologisnya. Gambaran diri ideal

inilah yang dijadikan sebagai dasar bagi anak untuk melakukan interaksi sosial

dan dalam menumbuhkan harga dirinya di mata orang lain (Hurlock, 1973:325).

Burns mengatakan diri yang ideal merupakan seperangkat interpretasi tentang

(34)

20

pribadi sifatnya, yang sebagian berupa keinginan dan sebagian lagi keharusan

(Burns, 1993:81).

D. Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata latin adolescere

yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence (dari bahasa Inggris) yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas

mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock,1990:206).

Piaget (Hurlock, 1990:206) mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana

individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidak lagi merasa

berada dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada ditingkatan

yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat,

mempunyai aspek afektif. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber,

termasuk didalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi

yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi

dalam hubungan sosial orang dewasa. Pada masa remaja terdapat berbagi

perubahan, diantaranya terjadi perubahan intelektual dan cara berpikir remaja,

terjadinya perubahan fisik yang sangat cepat, terjadinya perubahan sosial, dimana

remaja mulai berintegrasi dengan masyarakat luas serta pada masa remaja mulai

(35)

remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi sehingga

pada akhirnya remaja bisa dengan mantap melangkah ketahapan selanjutnya.

Konsep diri merupakan inti dari kepribadian yang mempengaruhi tingkah

laku dan cara-cara menyesuaikan diri dengan situasi-situasi hidup (Sinurat, 1993:

3). Hubungan anak asuh yang berusia remaja dengan lingkungan di sekitarnya

dapat menyebabkan perubahan dalam kepribadiannya. Pada masa remaja, banyak

diantara mereka yang menggunakan standar kelompok teman sebaya sebagai

dasar konsep mereka mengenai kepribadian ideal yang didambakan. Namun, tidak

banyak diantara remaja yang dapat mencapai gambaran yang ideal tentang

dirinya, dan mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka.

Konsep diri mempunyai pengaruh yang besar dalam hidup remaja. Konsep

diri biasanya bertambah stabil dalam periode masa remaja. Hal ini memberi

perasaan kesinambungan dan memungkinkan remaja memandang diri sendiri

dalam cara yang konsisten, tidak memandang diri hari ini berbeda dengan hari lain

(Hurlock, 1990:235). Memiliki konsep diri stabil merupakan salah satu

konsekuensi usaha remaja untuk memperbaiki kepribadiannya. Adanya konsep

diri yang positif dalam diri remaja, akan mendorong remaja tersebut untuk

memandang dirinya dengan positif. Remaja yang merasa puas dengan apa yang ia

capai dan bersedia memperbaiki prestasi di bidang yang mereka anggap kurang

serta mampu menerima diri sendiri akan mendorong orang lain pula untuk

menyukai dan menerima diri mereka.

Remaja yang memiliki konsep diri positif mampu berprilaku positif

(36)

22

kecemasan, mempunyai kepercayaan diri, mampu berinteraksi secara memuaskan

dengan orang lain. Sedangkan remaja yang mempunyai konsep diri yang negatif

cenderung mempunyai pengetahuan yang negatif tentang dirinya, mempunyai

pengharapan yang tidak realistis dan menilai dirinya dengan rendah, bahkan dapat

meremehkan dan menolak dirinya.

E.Panti Asuhan

Remaja di panti asuhan berarti semua anak asuh yang tergolong dalam

masa remaja yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu tempat

pelayanan sosial yang memberikan perlindungan dan pembinaan kesejahteraan

sosial bagi anak anak yatim, anak dari keluarga kurang mampu dan terlantar, agar

mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, yang meliputi pembinaan

fisik, mental, sosial, bakat dan kemampuan serta ketrampilan.

Panti asuhan anak adalah suatu Lembaga Usaha Kesejahteraan Sosial yang

mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial

kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak

terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi

kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh

kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya

sesuai yang diharapkan sebagi bagian generasi penerus cita-cita bangsa dan

sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

(liflet PA Kumuda).

Fungsi panti asuhan adalah untuk menanpung anak-anak yatim piatu, anak

(37)

kesulitan ekonomi, agar mereka memperoleh status sosial yang layak.

(Depsos.1992). fungsi ini dirinci menjadi:

1. Pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak meliputi:

a) Pemulihan/penyantunan (Curative)

b)Perlindungan (Protective)

c) Pengembangan (Promotive-Development)

d)Pencegahan (Preventive)

2. Pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahtaeraan sosial anak.

3. Pusat pengembangan ketrampilan

Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang dikelola dengan azas

kekeluargaan bagi para anak asuh. Oleh karena itu Panti Asuhan menjadi tempat

penampungan anak dan menjadi sebagai keluarga para anak asuh. Suasana

kekeluargaan dalam kehidupan sehari-hari di panti asuhan, membuat anak merasa

betah tinggal di panti asuhan.

F. Bimbingan

Dalam kamus bahasa Inggris guide diartikan sebagai berikut: menunjukan jalan (showing the way); memimpin; (leading); menuntun (conducting);

memberikan petunjuk (giving instrucktion); mengatur (regulating); mengarahkan

(Goverming); memberikan nasehat (giving advice). Kalau istilah bimbingan dalam bahasa indonesia diberi arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan diatas

(38)

24

a. Memberi informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat

digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau

memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasehat.

b. Mengarahkan, menuntun kesuatu tujuan. Tujuan itu mungkin

hanya diketahui oleh pihak yang mengarahkan; mungkin perlu

diketahui oleh kedua belah pihak.

Bimbingan dapat dibagi atas berbagai jenis bimbingan atau macam

bimbingan, yaitu beberapa golongan berdasarkan sudut pandang tertentu.

Terdapatnya bimbingan atau jenis/macam bimbingan pada dasarnya dibagi atas

tiga macam bimbingan, yaitu berdasarkan banyaknya orang yang dibimbing pada

waktu dan tempat tertentu (bentuk bimbingan); berdasarkan tujuan yang ingin

dicapai dalam memberikan pelayanan bimbingan (sifat bimbingan); berdasarkan

bidang tertentu dalam kehidupan siswa dan mahasiswa (ragam bimbingan). (W.S.

Winkel dan M.M Sri Hastuti, 2004:27)

Bimbingan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh

orang dewasa (pihak panti) kepada para anak asuh yang tinggal di panti asuhan.

Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang sebagai Unit Pelaksanaan Teknik

Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah yang telah dicanangkan sebagai

(39)

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

metode survey. Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi

tentang status gejala saat penelitian dilakukan (Furchan, 2004:447). Dalam

penelitian ini, peneliti ingin memperoleh gambaran tentang tingkat konsep diri

para remaja panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008.

B. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah para remaja panti asuhan Kumuda putra-putri

Magelang yang berusia 13 sampai 18 tahun. Furchan (2004:89)

mengidentifikasikan populasi sebagai ”individu atau orang yang diteliti”. Suatu

penelitian pada umumnya bertujuan untuk mempelajari sesuatu yang berhubungan

dengan sekelompok individu yang memiliki karakteristik umum yang dinamakan

populasi penelitian.

Tabel 1.

Usia Populasi Subjek Penelitian

Usia Jumlah Prosentase

13 tahun 8 orang 13.3 %

14 tahun 7 orang 11.7 %

15 tahun 18 orang 30 %

16 tahun 13 orang 21.7 %

17 tahun 12 orang 20 %

18 tahun 2 orang 3.3 %

(40)

26

C. Instrumen Penelitian

1. Alat Pengumpul Data

Untuk mengukur tingkat konsep diri remaja panti asuhan Kumuda

putra-putri Magelang digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner

ini terdiri atas 37 pernyataan positif (favorable) dan 38 pernyataan negatif

(unfavorable). Pernyataan pernyataan positif (favorable) menunjukan bahwa responden mempunyai pendapat memiliki tingkat konsep diri yang tinggi.

Pernyataan negatif (unfavorable) menunjukan bahwa responden mempunyai pendapat memiliki tingkat konsep diri yang rendah. Berikut beberapa hal yang

berkaitan dengan kuesioner:

a. Penentuan Skor

Untuk peryataan positif (favorable) skor untuk jawaban sangat sering (SS) adalah empat, skor untuk jawaban sering (S) adalah tiga, skor untuk jawaban jarang (J) adalah dua, skor jawaban untuk skor sangat jarang (SJ)

adalah satu. Sebaliknya, untuk pernyataan negatif (unfavorable) skor jawaban

(41)

Tabel 2.

Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Setelah Validitas Item

No Aspek-Aspek Favorable Unfavorable Total

1. Individu yakin akan kemampuannya untuk mengatasi masalah (individu merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah, maka masalah apapun yang dihadapi pada akhirnya individu dapat mengatasinya bahkan saat individu menghadapi kegagalan atau kemunduran).

a. Bersikap tenang dan obyektif.

b. Mempertimbangkan untung ruginya dari pengambilan keputusan pemecahan masalah.

c. Bersikap optimis

1, 14, 27

2, 15, 28

3, 16, 29

40, 53, 66

41, 54, 67

42, 55, 68 6

6

6

2. Individu merasa setara dengan orang lain (individu mearasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, meskipun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang budaya, atau sikap orang lain terhadap dirinya).

a. Mampu menerima keadaan diri

b. Mampu menjalin relasi dengan orang lain

c. Tidak memandang rendah orang lain (menghargai orang lain)

4, 17, 30

5, 18, 31

6, 19

43, 56, 69

44, 57, 70

45, 38, 71 6

6

5 3. Individu menerima pujian tanpa merasa

malu (individu dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah).

a. Mampu menjadikan pujian sebagai pendorong agar menjadi lebih baik

(42)

28

4. Individu menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat (individu sanggup mengaku pada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, perasaan sedih sampai bahagia, dari kecewa yang mendalam sampai kepuasaan yang mendalam pula).

a. Mampu mengelola perasaannya dengan tepat

b. Mampu mengungkapkan perasaan yang dialami

c. Mampu menerima curahan perasaan dari orang lain

8, 21, 34

9, 22, 35

10,23

47, 60, 73

48, 61, 74

49, 62, 75 6

6

5

5. Individu mampu memeperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya (individu mampu bertintak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah).

a. Mampu menerima masukan dari orang lain dengan bijaksana

b. Mengetahui apa yang tidak disenangi

c. Mengenal aspek-aspek diri yang negatif dan mau mengubahnya

11, 24, 37

12, 25, 38

73, 26, 39

50, 63, 76

51, 64, 77

52, 65

6

6

5

Jumlah 36 38 74

2. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Validitas menunjuk pada “sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa

yang sebenarnya diukur oleh alat tersebut” (Furchan, 1982:281). Dalam penelitian

(43)

yang mencerminkan seluruh isi yang akan diukur (Furchan, 1982). Validitas isi

merupakan validitas yang diestimasi atau dinilai lewat pengujian terhadap isi tes

dengan analisis rasional atau lewat “professional judgement” (penilaian

profesional), (Azwar, 2003).

Validitas isi tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka, pengesahan atau

validitas isi pada dasarnya dan terpaksa didasasarkan pada pertimbangan, dan

pertimbangan tersebut harus dilakukan secara terpisah untuk setiap situasi. Untuk

memperoleh evaluasi dari validitas isi hendaknya meminta sejumlah ahli untuk

memeriksa isi tes secara sistematis serta mengevaluasi. Setelah para ahli sepakat

bahwa setiap butir kuesioner tersebut mencerminkan wilayah isi dengan memadai,

maka kuesioner tersebut dikatakan telah memiliki validitas isi.

Kuesioner di mintakan judgement dari orang yang berkompeten dalam bidangnya (expert judgement). Dalam hal ini kuesioner dimintakan pendapat dari dua orang dosen dan dua orang pembimbing di panti asuhan.

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur menunjuk pada “derajat keajekan alat tersebut

dalam mengukur apa saja yang diukurnya” (Furchan, 1982). Derajat keajegan

ditunjuk oleh koefisien realibilitas. Reliabilitas ditentukan oleh keadaan sampel

dan jumlah item. Semakin banyak item, semakin luas wilayah pengukuran dan

diharapkan memberikan hasil yang dipercaya.

Metode yang digunakan dalam penetuan taraf reliabilitas adalah metode

(44)

30

dipakai untuk mengestimasi atau menilai kecermatan tes dalam arti ekivalensi

(kesetaraan) hasil ukur kedua belahannya. Koefisien ekivalensi ini pada dasarnya

sama dengan koefisien reliabilitas (Azwar, 2007).

Dalam menganalisis taraf reliabilitas, metode belah dua menggunakan

dua rumus. Rumus pertama adalah rumus dari Pearson, yaitu teknik korelasi

Product-Moment, kemudian hasil dari rumus tersebut akan dimasukkan ke dalam rumus formula dari Spearman-Brown.

Langkah 1. Menghitung koefisien korelasi. Skor-skor belahan gasal-belahan

genap

dengan teknik Korelasi Product Moment. N

Σ

XY –

X

)

Y

)

√ {

N

Σ

X2

-

X

)

2

} {

N

Σ

Y2

-

Y

)

2

}

Keterangan :

rgg = koefisien reliabilitas bagian gasal dan genap

N = jumlah responden

X = belahan gasal

Y = belahan genap

60 (721517) – (6621) (6448)

√ {60 X 741360- (6621)2} {60 X 704085- (6448)2}

r

xy =
(45)

5988220

√ {643959} {668396}

5988220

√ 1.154536344

5988220

656063.73

= 0.91

Langkah 2. Menghitung koefisien reliabilitas

2 x rtt

1 + rxy

Keterangan :

rtt = koefisien reliabilitas

rxy = koefisien gasal dan genap

2 x 0.91

1 + 0.91

1.82

1.91

= 0.95

r

tt =

=

=

=

=
(46)

32

Langkah 3. Menghitung Validitas Kuesioner

o o

t

r = rtt

Keterangan Rumus :

o o

t

r : Koefisien validitas

tt

r : Koefisien reliabilitas

o o

t

r = rtt

=

= 0.97

Koefisien reliabilitas dan validitas diinterpretasikan dengan mengacu pada

pedoman pedoman yang dikemukakan oleh Masdjo (1995.209) berikut ini:

Table 3.

Klasifikasi Koefisien Korelasi Suatu Alat Ukur Koefisien Korelasi Klasifikasi

0,90 - 1,00

0,71 - 0,90

0,41 - 0,70

0,20 - 0,40

0,00 - 0,20

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat rendah

Untuk menentukan item yang valid sebagai kriteria pemilihan item

berdasarkan korelasi item total, digunakan batasan ≥ 0,30. Semua item yang

(47)

memuaskan. Item yang kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang

memiliki daya diskriminasi rendah atau dianggap tidak valid. Dari hasil pengujian

validitas demikian item-item yang tergolong rendah atau tidak valid adalah nomor

20, 32, 36, dan 78, jadi total item yang tergolong rendah sebanyak 4 item.

Koefisien validitas dan reliabilitas Kuesioner Konsep Diri Para Anak Asuh

Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra- Putri Magelang adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.

Koefisien Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Kuesioner Konsep Diri Para Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra- Putri

Magelang Tahun 2008

Koefisien Hasil Penelitian

Reliabilitas 0,95

Validitas 0,97

Dengan demikian disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas dan validitas

Kuesioner Tingkat Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Kumuda Putra- Putri

Magelang Tahun 2008 adalah sangat tinggi.

3. Pengumpulan Data

Kuesioner Konsep Diri Para Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti

Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang. Alat pengumpul data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner konsep diri para anak asuh yang berusia

remaja di panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang. Kuesioner ini disusun

berdasar masalah penelitian, variabel penelitian, dan isi kajian teoritis. Kuesioner

(48)

34

kedua berisi petunjuk dan bagian yang ketiga berisi 78 pernyataan tentang konsep

diri para anak asuh yang berusia remaja di panti asuhan Kumuda putra-putri

Magelang tahun 2008.

D. Analisis Data

Dalam penelitian ini perhitungan mean digunakan sebagai patokan dalam

menggolongkan konsep diri (positif dan negatif). Tahap-tahap yang digunakan

dalam mengolah dan menganalisis data :

1. Menentukan skor

Memberikan skor jawaban berdasarkan penggolongan skor jawaban yang

telah ditentukan.

2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor masing-masing responden.

3. Menggolongkan tingkat konsep diri dari seluruh responden dengan

patokan nilai mean. Perhitungan mean skor total menggunakan :

M = ∑x +

N

Keterangan Rumus :

M : Mean

X : Jumlah skor

N : Jumlah siswa

M = ∑x +

N

M = 6621 + 6448

60

(49)

Responden yang memperoleh skor diatas mean termasuk kategori

positif dan responden yang memperoleh skor dibawah mean termasuk

kategori negatif.

Mean = 217

Tabel 5.

Penggolongan Tingkat Konsep Diri Berdasarkan Mean

Skor Kualifikasi

≤ 217 Negatif

(50)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian merupakan jawaban berdasarkan data terhadap masalah

penelitian yaitu: bagaimanakah konsep diri para anak asuh yang berusia remaja di

panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008?

A. Konsep Diri Para Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008.

Dengan menggunakan patokan mean, Konsep Diri Para Anak Asuh Yang

Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008

digolongkan menjadi dua yaitu negatif dan positif. Mean dari total skor 60

responden adalah 217. Responden yang memiliki skor > mean dikategorikan

positif dan subjek yang memiliki skor ≤ mean dikategorikan negatif. Dari total

responden yang diteliti diperoleh skor sebagai berikut:

Tabel 6.

Tingkat Konsep Diri Para Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008

Konsep Diri Jumlah Frekuensi (%)

Positif 30 50%

Negatif 30 50%

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas disimpulkan bahwa jumlah responden yang konsep

dirinya positif sama banyak dengan jumlah responden yang memiliki konsep diri

(51)

remaja di panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008 dapat dilihat

pada lampiran.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Anak asuh yang berusia remaja yang memiliki konsep diri positif

sebanyak 30 orang (50%) dan remaja yang memiliki konsep diri negatif sebanyak

30 orang (50%). Anak asuh yang berusia remaja yang memiliki konsep diri

negatif menunjukan prilaku kepercayaan diri yang rendah, kurang terbukanya

terhadap kritik dan saran yang diberikan oleh orang lain, belum mampu

mengungkapkan perasaannya pada orang lain, belum bisa menerima masukan

yang diberikan dari orang lain. Bersikap selalu mengeluh, mencela atau

meremehkan apapun dan siapapun, mereka bersikap pesimis dan merasa enggan

untuk bersaing dengan orang lain dalam prestasi. Konsep diri yang rendah

menunjukan adanya keyakinan, pandangan, gambaran dan penilaian yang negatif

tentang diri sendiri dan perasaan rendah diri, dan penolakan diri (Burns, 1993:

72).

Anak asuh yang berusia remaja yang memiliki konsep diri negatif

dikarenakan dalam pergaulan sosial dirinya merasa tidak diterima, tidak dihargai,

dicintai baik dari teman-temannya maupun dari para pengasuh mereka di

lingkungan panti asuhan. Remaja yang matang terlambat dalam usia

kematangannya, diperlakukan seperti anak-anak dan merasa dirinya kurang baik

cenderung berprilaku kurang dapat menyesuaikan diri menyebabkan konsep diri

yang terbentuk pada remaja itu menjadi negatif. Perasaan kurang diterima atau

(52)

38

dimana remaja itu berada juga mempengaruhi konsep diri menjadi negatif.

Kurangnya kemampuan remaja untuk mengolah dan mengendalikan emosinya

dalam kehidupan sehari-hari maka remaja akan mampu mengatasi segala

kegagalan yang dialaminya. Cara remaja mengekspresikan emosinya akan dinilai

oleh orang lain, penilaian dari orang lain ini yang menjadi dasar untuk

mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri dan penilaian ini akan berpengaruh

terhadap konsep dirinya. . Oleh karena itu, tugas para pembimbingan dalam

mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan bimbingan dan pendampingan

pada para remaja agar dapat memiliki konsep diri yang positif dengan

memgembangkan aspek-aspek konsep diri yang positif seperti yang dikatakan

oleh para ahli, Brooks & Emmert, sehingga mereka sebagai remaja yang tinggal di

panti asuhan tidak merasa minder atau merasa rendah diri dan dapat melakukan

interaksi sosial yang baik dan dapat bergaul dengan lingkungan dimana remaja itu

berada. Dalam pergaulan sosialnya, remaja yang merasa dirinya diterima,

dihargai, dicintai, maka remaja itupun mampu menerima, menghargai dan

mencintai dirinya sendiri. Dengan kata lain, remaja tersebut mampu

mengembangkan penilaian yang baik tentang dirinya sehingga konsep diri yang

terbentuk adalah konsep diri yang positif.

Anak asuh yang berusia remaja yang memiliki konsep diri positif

cenderung lebih terbuka dan mampu mengembangkan diri dalam

bergaul/berinteraksi dengan orang lain. Dengan terbentuknya konsep diri yang

positif, para anak asuh yang berusia remaja tersebut memiliki kemampuan untuk

(53)

bahwa remaja tersebut mempunyai kemampuan untuk menerima keadaan dirinya

sebagai anak panti asuhan, mempunyai pemikiran yang positif terhadap terhadap

dirinya, remaja mempunyai sikap terbuka terhadap kritik dan saran, dan mampu

mengungkapkan perasaan kepada orang lain, para anak asuh yang berusia remaja

mampu menerima masukan dari orang lain dengan bijaksana baik dari

teman-temannya maupun dari para pengasuh di panti asuhan.

Bagi anak asuh yang berusia remaja yang memiliki konsep diri yang positif

harus tetap dijaga dan lebih dikembangkan agar kemampuan berinteraksi sosial

dan pengembangan penilaian yang baik tentang dirinya di dalam maupun di luar

panti asuhan. Meningkatkan konsep diri yang positif atau menjaga agar para anak

asuh yang berusia remaja panti asuhan memiliki konsep diri yang positif, peran

pembimbing atau pengasuh di panti asuhan sangatlah penting. Perlu dilakukan

berbagai upaya seperti pendampingan, dialog dan pelatihan antara konselor dan

para pembimbing atau pengasuh di panti asuhan yang menunjang peningkatan

konsep diri remaja panti asuhan. Dalam hal ini pihak panti asuhan dapat

mengundang konselor untuk memberi pelatihan yang berkaitan dengan konsep

diri baik kepada para pembimbing atau pengasuh maupun kepada para remaja di

panti asuhan. Diharapkan dengan penelitian ini para pembimbing atau pengasuh

dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam membimbing dan

mengasuh para anak asuh terutama para anak asuh yang berusia remaja penghuni

panti asuhan di panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang yang merupakan panti

(54)

40

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini disajikan ringkasan, kesimpulan dan saran. Bagian dari

ringkasan memuat tujuan penelitian, metodologi penelitian. Bagian kesimpulan

memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Bagian saran

memuat saran-saran bagi sekolah dan pihak-pihak yang terkait dengan manfaat

penelitian.

A. Ringkasan

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang tingkat konsep diri para anak asuh yang berusia

remaja penghuni Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008.

Secara spesifik masalah yang akan diteliti adalah bagaimanakah tingkat konsep

diri para anak asuh yang berusia remaja panti asuhan Kumuda Putra-Putri

Magelang tahun 2008?.

Responden penelitian ini adalah para anak asuh yang berusia remaja panti

asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008. Total jumlah para anak asuh

yang berusia remaja yang menjadi responden penelitian ini adalah 60 orang.

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

“Kuesioner Konsep Diri Para Anak Asuh Yang Berusia Remaja Panti Asuhan

Kumuda Putra-Putri Magelang”. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti, berupa

pernyataan-pernyataan tentang cirri-ciri konsep diri menurut Brooks & Emmert

(55)

Prosedur pengumpulan data meliputi dua tahap yaitu: (1) Tahap persiapan

mencakup kegiatan perijinan untuk mengadakan kegiatan penelitian di panti

asuhan yang bersangkutan, menyusun kuesioner dan di konsultasikan kepada dua

dosen dan dua orang pembimbing di panti asuhan untuk menentukan validitas

kuesioner penelitian, dan (2) Tahap pelaksanaan pengumpulan data penelitian.

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah menentukan skor dari

masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subjek penelitian dan

membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item, menghitung skor yang

diperoleh dan mengolah data yang diperoleh dengan manual dan menggunakan

analisis statistik deskriptif yang meliputi perhitungan mean, standar deviasi dan

katagori tiap item.

Hasil penelitian yang diperoleh:

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsep diri para anak asuh yang

berusia remaja panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008 dari

jumlah populasi yaitu semanyak 60 responden, 30 (50 %) responden memiliki

konsep diri yang positif, dan 30 (50%) responden memiliki konsep diri yang

negatif.

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

dari jumlah responden penelitian remaja panti asuhan Kumuda putra-putri

(56)

42

diri positif dan setengah dari jumlah responden penelitian memiliki konsep diri

negatif.

C. Saran-saran

1. Bagi Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang

a. Para anak asuh yang berusia remaja panti asuhan Kumuda putra-putri

Magelang.

Konsep diri sangat penting bagi para anak asuh yang berusia

remaja untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam kehidupannya. Para

anak asuh yang berusia remaja perlu untuk terus mengembangkan konsep

diri. Dengan terbentuknya konsep diri yang positif, remaja tersebut

memiliki kemampuan untuk terus mengembangkan diri dalam segala hal.

Pentingnya para anak asuh yang berusia remaja memiliki konsep diri yang

positif karena, konsep diri sangat diperlukan bagi remaja untuk dapat

berperilaku/melakukan interaksi sosial yang baik dan bergaul dengan

lingkungan dimana remaja itu berada. Dalam pergaulan sosialnya, remaja

yang merasa dirinya diterima, dihargai, dicintai, maka remaja itupun

mampu menerima, menghargai dan mencintai dirinya sendiri.

b. Pembimbing Panti Asuhan

Para pembimbing panti asuhan mempunyai peranan yang penting

dalam meningkatkan konsep diri para anak asuhnya, sehingga anak asuh

atau para remaja panti asuhan dapat berinteraksi dengan baik terhadap

(57)

asuhan dapat memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan

remaja di panti asuhan.

2. Peneliti lain

a. Peneliti lain dapat mengembangakan penelitian-penelitian lain yang

dapat bermanfaat bagi para anak asuh di panti asuhan.

b. Apabila ada penelitian terhadap permasalahan yang sama diharapkan

peneliti meninjau kembali instrument penelitian, agar instrument

penelitian tentang konsep diri memperoleh pembaharuan yang

dianggap perlu dan dapat memenuhi persyaratan sebagai alat penelitian

(58)

44

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Burns, B.R. 1993. Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Pengembangan dan Perilaku. Jakarta : Arcan.

Elkins. D.P.E. 1979. Self Concept Sourcebook. USA, New York : Princenton.

Furchan, Arief. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Gunawan, Adi W. 2003. Born to be a Genius. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Hardjana. Terj. 1993. Mengapa Rendah Diri? Yogyakarta : Kanisius Himpunan peraturan dan perundang-undangan tentang perlindungan. (2002).

Jakarta : Derektorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat

Bina Pelayanan Sosial Anak, Departemen Sosial RI

Hurlock, B. Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Hurlock, E. B. 1973. Adolescent Development. McGraw-Hill Inc.

Hurlock, E.B. 1989. Perkembangan Anak : Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Kartono, Kartini. 1990. Psikologi anak. Bandung : Mandar Maju

Gambar

Tabel 1. Usia Populasi Subjek Penelitian
Tabel 2.
Table 3.
Tabel 5.       Penggolongan Tingkat Konsep Diri Berdasarkan Mean
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Kepala Puskesmas Andalas, Anak Air dan Air Tawar agar dapat mengusulkan penambahan tenaga kesehatan yang mengikuti pelatihan KtA, menambah alokasi dana BOK

Instruksi Kepada Peserta (IKP) ietm 18.7 yaitu Apabila peserta yang lulus pembuktian kualifikasi, kurang dari 3 (tiga) maka seleksi dinyatakan gagal ;dan item 22.1 yaitu Apabila

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas skripsi dengan judul “Pengaruh Terpaan Tayangan Iklan Layanan Masyarakat “Cara aman menggunakan gas LPG

Abstrak ² Analisa terhadap faktor lingkungan internal dan eksternal pada suatu usaha berguna untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Sehingga dapat

Misalnya pengguna ingin mengetahui bahasa Madura atau bahasa lain di pulau Jawa dari sebuah kata bahasa Sunda, maka pengguna dapat langsung memasukkan kata dalam

Dari hasil perhitungan kedalaman pemancangan pada saat kondisi air normal diperoleh Daktual = 3,001 m, dengan tipe turap yang dapat digunakan adalah tipe PS-28 b.. Dari

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dimulai dari pengguna kemudian aplikasi menampilkan pilihan menu selanjutnya pengguna memilih menu Jadwal dan aplikasi akan menampilkan data jadwal periksa dimana