Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program
Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Agung Tri Bawono
031114040
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Hidup ini bukan untuk dibanding-bandingkan dengan orang lain, tetapi buatlah hidup ini dapat berguna bagi orang lain.
(Penulis)
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, Albertus Magnus Soemantri Bsc. dan Anastasia Maria Soeparmi,
vi
TAHUN 2008
Agung Tri Bawono Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey.Populasi penelitian ini adalah populasi terbatas, yaitu seluruh remaja Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008 yang berjumlah 60 orang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri para remaja penghuni Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008. Secara spesifik masalah yang akan diteliti adalah bagaimanakah konsep diri remaja panti asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang tahun 2008.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
“Kuesioner Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan
Kumuda Putra-Putri Magelang”. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti, berupa pernyataan-pernyataan tentang cirri-ciri konsep diri menurut Brooks & Emmert. (2005:105)
vii
ABSTRACT
ADOLESCENT SELF CONCEPT AT MAGELANG KUMUDA BOYS AND GIRLS ORPHANAGE IN 2008
Agung Tri Bawono Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
This research was a descriptive research using survey method. The population of this research was limited population. They were all teenagers in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008, that consisted of 60 teenagers. The purpose of this research was to get a description about teenagers self concept in in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008. Especially the problem of this research was : what is the self concept of teenagers in in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage in 2008.
The instrument in this research was “self concept of teenagers in in Magelang Kumuda Putra-Putri Orphanage questionnaire”. The instrument in this research was made by researcher which consist of statements about self concept and based on Brooks & Emmert. (2005:105)
viii
Skripsi ini berjudul “ Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di
Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008”. Penyusunan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penulisan skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai
pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dr. Maria Margareta Sri Hastuti, M. Si : Ketua progran Studi
Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan pengetahuan,
pengalaman yang berguna bagi penulis, kesempatan bagi penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Ibu A. Setyandari, S.Pd., Psi., M. A.: pembimbing yang penuh kesabaran,
pengertian, membimbing dan memotivasi saya dalam penulisan skripsi ini.
3. Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin penulis
untuk melakukan penelitian di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri
Magelang.
4. Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang yang menerima penulis untuk
melakukan penelitian.
5. Bapak Lasono S.Sos, MH Kepala TU Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri
Magelang yang telah memberikan waktu untuk pengumpulan data.
6. Para remaja panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008 atas
kontribusinya dalam pengisian kuesioner Konsep Diri Anak Asuh Yang
Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang
7. Segenap Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
ix
selama kuliah serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis yaitu : Ibu
Retha, Pak Fajar, Pak Wens, Pak Sinurat, Pak Adi, Pak Tatung, Ibu Retno,
Ibu Maslichah, Pak Puji, Pak Medi, Pak Masidjo, Romo Sigit, Ibu
Setyandari, Pak Gendon, Dokter Lusi, Pak Pranowo, Pak Bambang, Ibu
Amitya, Pak Wahana, Ibu Nina, Romo Sudiarja, Pak Pratik, Suster
Milburga, Pak Chosa dan Pak Samana.
8. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk belajar.
9. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
meminjamkan buku.
10.Orang tuaku tercinta Bapak Albertus Magnus Soemantri Bsc. dan Ibu
Anastasia Maria Soeparmi atas doa, dukungan, semangat perhatian, kasih
sayang dan biaya yang telah di berikan kepada penulis.
11.Clothilda Detty Sari Kalembu yang selalu memberikan dukungan hingga
penulisan skripsi ini selesai.
12.Teman-teman BK angkatan 2002 : Bangun, Br. Teguh, Fr. Paul, Donal,
Titiari, Ima, Mega, Sari, Ina, Nadia, Titoet. Teman-temanku seperjuangan
BK angkatan 2003 : Magna, Bismo, Pipiet, Wulan, Mandhus, Asep, Ari,
Sonya, Bertus, Arjuna, Tutus, Litha, Erna, Bayu, Dian, Litha, Mbak
Surmi, Ocha, Iin, Wicha, Berta, Sr. Eme, dan seluruh warga mahasiswa
BK, yang penulis kenal yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Terima Kasih.
x
HALAMAN PERSETUJUAN.../... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
ABSTRAK... vi
ABSTRACT... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 4
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
E. Definisi Operasional... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7
A. Pengertian Konsep diri... 7
B. Penggolongan Konsep diri... 9
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri... 13
D. Konsep Diri Remaja... 21
E. Panti Asuhan... 24
F. Bimbingan... 25
BAB III METODOLOGI PENGAJARAN... 26
A. Jenis Penelitian... 26
xi
C. Instrumen Penelitian... 27
1. Alat Pengumpul Data... 27
2. Validitas dan Reliabilitas... 30
D. Analisis Data... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 37
A. Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008 .... 38
B. Pembahasan Hasil Penelitian……….... 39
BAB V PENUTUP... 40
. A. Ringkasan... 41
B. Kesimpulan... 42
C. Saran... 43
DAFTAR PUSTAKA... 44
xii
Tabel 1. Usia Populasi Subjek Penelitian... 27
Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Konsep Diri Anak Asuh
Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan
Kumuda Putra-Putra Magelang
Setelah Validitas Item ... 28
Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Korelasi Suatu Alat Ukur... 34
Tabel 4. Koefisien Reabilitas dan Validitas Kuesioner
Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja
Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putra Magelang Tahun 2008... 35
Tabel 5. Pengolongan Konsep Diri Berdasarkan Mean... 37
Tabel 6. Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halamann
Lampiran 1. Kuesioner Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja
Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putra Magelang Tahun 2008... 51
Lampiran 2.Klasifikasi Konsep Diri... 56
Lampiran 3. Validas Item... 57
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Sanata Dharma... 60
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan kepribadian, seseorang remaja memasuki proses
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut sebagai
masa pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri pada masa remaja
merupakan tahap bagi remaja itu untuk menentukan peran remaja yang dapat
dilakukan dalam kehidupannya dan bagaimana remaja itu mengaktualisasikan
dirinya.
Pada masa remaja, mereka mulai dihadapkan pada perubahan-perubahan
yang terjadi sesuai dengan tugas perkembangannya. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa remaja mendapat pengaruh besar dari lingkungan di sekitarnya.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja antara lain: Perubahan emosional,
perubahan fisik, perubahan minat dan pola perilaku (Hurlock, 1990:206-207).
Perubahan-perubahan tersebut secara langsung dapat mempengaruhi konsep diri
remaja.
Hal lain yang mempengaruhi konsep diri remaja adalah lingkungan di
mana remaja itu berada. Remaja yang tinggal bersama keluarga yang utuh akan
merasa lebih nyaman dan akan lebih mendukung perkembangannya. Tetapi tidak
semua remaja dapat merasakan kehangatan tinggal berada ditengah-tengah
keluarganya, baik dikarenakan orang tua yang sudah meninggal, faktor ekonomi
yang kurang mendukung yang mengakibatkan remaja tersebut terpakasa harus
2
kehidupan maupun pendidikannya. Pemerintah sebagai instansi yang bertanggung
jawab atas anak-anak terlantar mendirikan beberapa panti asuhan untuk dibina dan
diberi kesempatan agar anak-anak yang terlantar dapat menikmati hidup dengan
baik dan sehat serta mendapatkan pendidikan yang baik (Meizarra, dkk.1999).
Konsep diri bukan bawaan sejak lahir. Konsep diri adalah hasil dari proses
belajar melalui pengalaman hidup dan perlakuan dari lingkungan di sekitarnya
yang akhirnya mempengaruhi remaja dalam memberikan penilaian terhadap
dirinya secara positif maupun negatif (Schultz, 1991:50). Remaja perlu untuk
terus mengembangkan konsep diri. Dengan terbentuknya konsep diri yang positif,
remaja tersebut memiliki kemampuan untuk terus mengembangkan diri dalam
segala hal.
Konsep diri sangat diperlukan bagi remaja untuk dapat berperilaku atau
melakukan interaksi sosial yang baik dan bergaul dengan lingkungan dimana
remaja itu berada. Dalam pergaulan sosialnya, remaja yang merasa dirinya
diterima, dihargai, dicintai, maka remaja itupun mampu menerima, menghargai
dan mencintai dirinya sendiri. Dengan kata lain, remaja tersebut mampu
mengembangkan penilaian yang baik tentang dirinya sehingga konsep diri yang
terbentuk adalah konsep diri yang positif. Remaja yang merasa dirinya tidak
diterima, ditolak, atau tidak dicintai, maka remaja itu akan sulit pula untuk
menerima keadaan dirinya dan memberi penilaian yang negatif tentang dirinya
maka konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri yang negatif. Konsep diri
yang positif atau negatif membawa dampak berbeda dalam perilaku remaja.
terbuka dan mampu mengembangkan diri dalam bergaul atau berinteraksi dengan
orang lain. Sedangkan, remaja yang memiliki konsep diri negatif cenderung lebih
tertutup dan sulit mengembangkan diri dalam bergaul atau berinteraksi dengan
orang lain.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh remaja selama tinggal dipanti
asuhan akan berpengaruh terhadap pandangan terhadap dirinya sendiri. Pandangan
yang dimiliki, akan menentukan bagaimana remaja akan bertindak dalam
kehidupannya kelak, pengalaman yang didapatkan atau yang mereka alami itu
akan mempengaruhi konsep diri remaja.
Konsep diri merupakan inti dari kepribadian, dan merupakan modal
penting dalam menjalin pergaulan dengan orang lain. Oleh sebab itu, para remaja
yang tinggal dipanti asuhan perlu mendapat bimbingan untuk menemukan dan
mengembangkan konsep diri yang positif. Bimbingan yang dapat dilakukan untuk
menemukan dan mengembangkan konsep diri para remaja adalah melalui
bimbingan pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan yang
dilakukan dalam menghadapi pergumulan batin seseorang, membantu mengatur
diri sendiri serta bimbingan untuk membina hubungan dengan sesama atau
pergaulan sosial (Winkel dan Hastuti, 2004:118). Melalui bimbingan ini, para
remaja penghuni panti asuhan dibantu untuk dapat menemukan dirinya dan
berusaha untuk dapat mengembangkan konsep tentang dirinya yang positif.
Mengingat pentingnya konsep diri dan peranannya dalam kehidupan para
4
ini peneliti ingin mengetahui deskripsi konsep diri para anak asuh yang berusia
remaja di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat
konsep diri para remaja penghuni Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.
Secara spesifik masalah yang akan diteliti dan dijawab adalah:
Bagaimanakah konsep diri para anak asuh yang berusia remaja di Panti
Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui tingkat konsep diri
remaja Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat :
1. Anak Asuh
Anak asuh dapat mempunyai pemahaman konsep diri jika mereka
diberi layanan informasi
2. Para pembimbing atau pengasuh di panti asuhan.
Para pembimbing panti asuhan mengetahui konsep diri remaja dan
memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan.
2. Dinas Sosial
Dinas Sosial mendapat informasi atau masukan tentang konsep diri
E. Definisi Operasional
Berikut ini akan dijelaskan definisi operasional dari variabel beberapa
istilah yang terdapat dalam penelitian ini. Antara lain :
1. Konsep diri anak asuh yang berusia remaja
Konsep diri anak asuh yang berusia remaja adalah gagasan tentang diri
sendiri. Bagaimana seseorang melihat diri sendiri sebagi pribadi, dan
bagaimana seseorang menginginkan diri sendiri menjadi manusia
sebagaimana kita harapkannya (Hardjana, 1993:9) seperti diukur melalui
kuesioner dan ditunjuk dengan skor-skor yang telah ditentukan.
2. Anak asuh yang berusia remaja di panti asuhan
Anak yang berusia remaja di panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsep Diri
Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai
pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama
dengan orang-orang terdekat, maupun yang didapatkan dalam peristiwa-peristiwa
kehidupan. Sejarah individu dari masa lalu dapat membuat dirinya memandang
diri lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan sebenarnya (Hardjana,1993). Cara
pandang seseorang terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri
sendiri. Menurut Elkins (1979: 81) konsep diri mempengaruhi prilaku,
kemampuan berpikir dan keberhasilan belajar. Karena itu konsep diri perlu
dikembangkan.
Konsep diri adalah keseluruhan gambaran atau pandangan, keyakinan dan
penghargaan atau perasaan seseorang tentang dirinya (Sinurat, 2003:1).
Pudjijogoyanti, (1993: 2) mendefinisikan konsep diri sebagai seluruh pandangan
individu mengenai dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan,
kepandaian, kegagalan dan sebagainya. Jadi konsep diri merupakan sikap dan
pandangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya. Konsep diri dapat juga
diartikan sebagai sikap tehadap diri sendiri. Sikap adalah kecenderungan
seseorang dalam bereaksi atau melakukan tindakan terhadap suatu obyek tertentu.
Menurut (Hardjana, 1993:3), konsep diri terdiri dari bagaimana seseorang melihat
bagaimana seseorang menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagimana
yang diharapkan. Pendapat ahli lain yang sependapat dengan Hardjana adalah
Centi (1993). Centi (1993) mengatakan konsep diri adalah gagasan tentang diri
sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebaga
pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri dan bagaimana kita merasa
tentang diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Penglihatan
individu atas dirinya sendiri tersebut disebut gambaran diri (self image). Perasaan individu atas dirinya sendiri merupakan penilaian individu atas diri sendiri (self evaluation). Harapan individu atas diri sendiri menjadi cita-cita diri (self ideal).
Menurut Gunawan (2003: 19) Konsep diri terdiri dari tiga macam yaitu diri ideal
(self ideal), citra diri (self image), harga diri (self esteem). Diri ideal menentukan arah perkembangan diri dan pertumbuhan karakter serta kepribadian dirinya
sendiri; citra diri (self image) adalah cara orang melihat dirinya sendiri dan berpikir mengenai dirinya sekarang atau saat ini; dan harga diri (self esteem)
adalah kecenderungan untuk memandang dirinya sendiri sebagai pribadi yang
mampu dan memiliki daya upaya dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup
yang mendasar dan layak untuk hidup bahagia.
Berdasarkan pendapat ahli konsep diri dapat didefinisikan sebagi
gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaiman individu
melihat dirinya sendiri sebagi pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri,
bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian dari diri
sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang
8
B. Penggolongan Konsep Diri
Ada banyak pandangan, gambaran serta keyakinan terhadap diri sendiri
yang dapat dirasakan dari berbagai segi dalam kehidupan seseorang. Hal tersebut
memunculkan macam-macam konsep diri. Penggolongan macam-macam konsep
diri tersebut antara lain :
1.Konsep Diri Positif
Seseorang yang memiliki konsep diri positif selalu berusaha untuk menilai
dan menerima keadaan diri apa adanya. Konsep diri positif akan selalu
mendorong seseorang untuk berpikir positif, optimis, tidak mudah menyerah.
Konsep diri positif diperoleh melalui kasih sayang, penerimaan dan perhargaan
yang diberikan oleh tokoh-tokoh di sekitarnya (Sinurat, 2003:2). Konsep diri yang
tinggi menunjukan adanya gambaran diri yang positif dan penerimaan diri yang
positif (Burns, 1993:72). Seseorang yang memiliki konsep diri positif adalah
seseorang yang tahu betul keadaan dirinya, dapat memahami dan menerima
sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi
terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang
lain. Seseorang yang memiliki konsep diri positif akan dapat merancang
tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas dan keadaan dirinya sendiri, yaitu tujuan-tujuan yang
kemungkian besar dapat dicapai, sesuai dengan keadaan diri dan kemapuan yang
dimilikinya. Seseorang yang memiliki konsep diri positif adalah seseorang yang
tahu betul sifat dirinya, sehingga dirinya dapat menerima segala kelebihan dan
kekurangannya serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan
Orang yang memiliki konsep diri positif menurut Brooks & Emmert ditandai
dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a.Individu yakin akan kemapuannya untuk mengatasi masalah. Individu
merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah apapun yang
dihadapi yang pada akhirnya individu mampu mengatasinya bahkan saat
individu menghadapi kegagalan atau kermunduran.
b. Individu merasa setara dengan orang lain. individu merasa sama dengan
orang lain sebagai manusoia tidak tinggi tidak rendah, meskipun terdapat
perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang budaya atau sikap
orang lain terhadapa dirinya.
c.Individu tidak merasa malu menerima pujian. Individu dapat menerima
pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa
merasa bersalah.
d. Individu menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan
dan prilaku yang tidak seluruhnya diterima atau disetujui oleh
masyarakat. Individu sanggup mengaku pada orang lain bahwa dirinya
mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan
marah sampai cinta, perasaan sedih sampai bahagia, dari kecewa yang
mendalam sampai kepuasan yang mendalam.
e. Individu mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup dan berusaha
untuk mengubahnya. Individu sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha untuk mengubahnya.
10
bersalah yang berlebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain
tidak menyetujui tindakannya.
2. Konsep Diri Negatif
Tokoh-tokoh yang signifikan dalam hidup seseorang misal, orang tua,
guru, teman sebaya dan orang lain yang berpengaruh pada diri seseorang tersebut
merendahkannya, meremehkannya, mempermalukannya, menolaknya maka sikap
seseorang itu terhadap dirinya akan negatif (Sinurat, 2003:2). Menurut Harjana,
(1993:26), konsep diri negatif mendorong kita untuk membuat perbandingan
negatif dengan orang lain, membuat kita cenderung memusatkan perhatian pada
yang negatif-negatif pada diri kita, menciptakan ingatan yang pilih-pilih, yang
meneguhkan perasaan diri tak berharga, menciptakan sikap memihak dalam
pandangan kita mengenai apa yang terjadi pada diri kita dan konsep diri yang
negatif cenderung membawa kita kepada kegagalan. Konsep diri yang rendah
menunjukan adanya keyakinan, pandangan, gambaran dan penilaian yang negatif
tentang diri sendiri dan perasaan rendah diri, dan penolakan diri (Burns, 1993:
72).
Hardjana mengemukakan beberapa pengaruh konsep diri negatif dalam
hidup kita, antara lain (Hardjana, 1993:26-32):
a) Konsep diri negatif membuat kita cenderung memusatkan perhatian pada
yang negatif-negatif dalam diri kita.
b) Konsep diri negatif mendorong kita untuk membuat perbandingan negatif
c) Konsep diri negatif menciptakan ingatan yang pilih-pilih, selektif, yang
meneguhkan perasaan diri tak berharga.
d) Konsep diri negatif menciptakan sikap memihak dalam pandangan kita
mengenai apa yang terjadi pada diri kita.
e) Konsep diri negatif cenderung membawa kita ke kegelapan.
Brooks & Emmert (Rakhmat, 2005:105) menguraikan 5 ciri orang yang
memiliki konsep diri negatif sebagai berikut:
a.Individu peka terhadap kritikan. Individu ini sangat tidak tahan terhadap
kritikan yang diterimannya, mudah marah atau naik pitam.
Koreksi/penilaian terhadap dirinya seringkali dipersepsi sebagai usaha
untuk menjatuhkan harga dirinya.
b.Responsif sekali terhadap pujian meskipun individu berpura-pura
menghindari pujuan, individu tidak dapat menyembunyikan
antusiasmenya pada waktu menerima pujian apapun.
c.Bersikap hiperkritis. Individu selalu mengeluh, mencela atau meremehkan
apa pun dan siapa pun, individu merasa tidak pandai dan tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan/pengakuan kelebihan orang lain.
d.Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Individu merasa tidak
diperhatikan karena individu bereaksi pada orang lain sebagai musuh
sehingga tidak dapat menciptakan kehangatan dan keakraban
persahabatan.
e.Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam
12
Individu merasa tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan
dirinya.
Berdasarkan uraian di atas ciri-ciri orang yang memiliki konsep
diri negatif antara lain memiliki kepercayaan diri yang rendah, kurang
memiliki motivasi, pesimistis dan tidak memiliki keinginan untuk maju
sehingga tidak muampu mengatasi permasalahan dan cenderung mencari
jalan keluar yang salah.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
1. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja antara lain :
a. Usia Kematangan
Remaja yang matang lebih awal yang diperlakukan seperti orang yang
hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan
sehingga dapat menyesuiaikan diri dengan baik. Remaja yang matang
terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak dan merasa dirinya kurang
baik cenderung berprilaku kurang dapat menyesuaikan diri.
b. Emosi
Faktor emosi yaitu kemampuan remaja untuk mengarahkan energi
emosinya dalam kehidupan sehari-hari ke saluran ekspresi yang
bermanfaat dan dapat diterima, dapat mengendalikan emosi dan berusaha
mengolahnya, maka remaja akan mampu mengatasi segala kegagalan yang
dialaminya. Cara remaja mengekspresikan emosinya akan dinilai oleh
penilaian mengenai dirinya sendiri, dan penilaian ini akan mempengaruhi
konsep dirinya (Hurlock: 325-328)
c. Penampilan diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri
meskipun perbedaan ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik
merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah
diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang
menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.
Bentuk tubuh atau ciri-ciri fisik dapat mempengaruhi kepribadian remaja.
Bentuk tubuh yang menyimpang dari keadaan normal, misalnya terlalu
gemuk, terlalu kurus, tinggi dan pendek dipandang sebagai hal “buruk”
dan merupakan faktor yang tidak menguntungkan bagi perkembangan
konsep diri remaja (Hurlock ,1990: 325)
d. Kepatutan seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan prilaku membantu
remaja mencapai konsep diri yang baik.
e. Nama dan julukan
Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok
menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang
bernada cemooh. Remaja yang menyukai namanya dan merasa bahwa
namanya diterima oleh kelompok teman sebayanya akan merasa dirinya
memiliki keunggulan dalam kelompoknya. Hal tersebut akan menambah
14
f. Kehidupan yang dijalani di lingkungan tempat tinggal.
Lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi konsep diri
remaja. Perasaan harga diri yang berkaitan dengan penerimaan atau
penolakan dari orang lain di sekitar tempat tinggalnya turut mempengaruhi
konsep diri.
g. Teman sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua
cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cermin dari anggapan
tentang konsep dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk
mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok.
h. Kreativitas
Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain
dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas
dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya.
i. Tingkat kecerdasan.
Tingkat kecerdasan dapat mempengaruhi konsep diri remaja.
Remaja yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi daripada
teman-temannya, akan cenderung merasa dirinya lebih “superior” dibanding
teman-temannya. Hal tersebut membuat remaja itu merasa lebih percaya
j. Cita-cita
Remaja yang realistik terhadap kemampuanya lebih mengalami
keberhasilan dari pada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri
dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang
lebih baik.
k. Status sosial
Status sosial berkaitan dengan keadaan ekonomi dan kepopuleran
yang dirasakan oleh remaja. Apabila remaja merasa berada dalam
kepopuleran dan memiliki status ekonomi yang lebih tinggi, cenderung
merasa lebih percaya diri, sebaliknya apabila remaja merasa diri tidak
memiliki sesuatu yang berharga, cenderung membuat remaja merasa
“minder” atau rendah diri.
l. Budaya lingkungan sekitarnya.
Keadaan budaya lingkungan dimana remaja itu tinggal juga dapat
mempengaruhi konsep diri. Setiap lingkungan masyarakat mempunyai
suatu norma atau patokan tertentu bagi setiap orang untuk mengatur
tingkah lakunya. Remaja yang sudah mendapat “cap” buruk dari
lingkungannya cenderung sulit mengembangkan konsep diri yang positif
dalam dirinya.
2. Aspek-aspek diri mengenai konsep diri :
a. Konsep diri fisik.
Gambaran diri fisik yang meliputi keadaan diri jika dilihat dari bentuk
16
kelaminnya dimata orang lain turut mempengaruhi terbentuknya konsep diri
seseorang (Hurlock, 1973:325). Hurlock mengatakan, penampilan diri yang
berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada
menambah daya tarik fisik (Hurlock, 1990:235). Pada dasarnya, seorang remaja
selalu ingin agar setiap penampilannya dihargai oleh orang lain. Tetapi dengan
adanya perbedaan, misalnya penampilannya kurang menarik, lusuh, mereka akan
merasa kurang disenangi dan dihargai oleh teman-temannya karena cenderung
diejek. Selain itu adanya cacat fisik merupakan sumber memalukan yang
mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan
penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan
sosial.
b. Konsep diri sosial.
Kehidupan seseorang tidak terlepas dari hubungannya dengan orang lain.
Demikian juga terbentuknya konsep diri seseorang dipengaruhi pula dengan
pengalaman dan interaksinya terhadap orang lain di sekitarnya. seseorang akan
mencintai, menghargai dan menerima dirinya apabila tokoh-tokoh di sekitarnya
mampu menerima, menghargai dan menerimanya. Hal tersebut berarti bahwa
seseorang memberi penilaian positif tentang dirinya (konsep diri positif). Tetapi
sebaliknya, apabila tokoh-tokoh di sekitarnya merendahkan, meremehkan, maka
seseorang akan cenderung menilai dirinya seperti apa yang dikatakannya (konsep
diri negatif). Misalnya, orang tua mengatakan bahwa “kamu anak nakal”. Cap
sebagai anak nakal tersebut akan terkonsep pada diri anak, sehingga anak berpikir
c. Konsep diri emosional.
Konsep diri emosional dapat disebut pula sebagai gambaran diri
psikologis, yang meliputi nilai-nilai yang melekat dalam dirinya, seperti;
kejujuran, kebaikan, keadaan emosi serta sifat-sifat dalam diri yang dapat
dirasakan oleh orang lain dalam pergaulan (Hurlock, 1993:325). Senada dengan
pernyataan di atas, Hurlock mengatakan, bahwa salah satu komponen
pembentukan konsep diri adalah adanya citra psikologis yaitu didasarkan atas
pikiran, perasaan dan emosi, kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi
penyesuaian pada kehidupan, sifat-sifat seperti keberanian, kejujuran,
kemandirian dan kepercayaan diri (Hurlock, 1989:45).
d. Konsep diri akademis.
Konsep diri erat hubungannya dengan dunia pendidikan yaitu berkaitan
dengan pencapaian suatu prestasi akademis. Instistusi pendidikan merupakan
tempat bagi seseorang untuk berkompetisi dan dalam kompetisi tersebut seseorang
dipaksa untuk mengungkapkan kepandaian atau ketidakpandaiannya demi
mencapai standar keberhasilan seperti yang ditetapkan dari luar dirinya. Dengan
penekanan berat pada kompetisi dan tekanan-tekanan dari pihak luar (misalnya;
guru atau orang tua) kepada seseorang untuk meraih keberhasilan, tidaklah
mengherankan jika seseorang menggunakan pencapaian akademis sebagai suatu
indeks harga diri yang penting (Burns, 1993:357).
Agustini, 2006:139-141 juga membagi konsep diri dalam beberapa
18
a. Diri fisik (physical self)
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya
secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai
kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak
menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk atau kurus).
b. Diri etik-moral (moral-ethical self)
Diri etik-moral merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat
dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut
persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan
seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang
dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.
c. Diri pribadi (personal self)
Diri Pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang
keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau
hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana
individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa
dirinya sebagai pribadi yang tepat.
d. Diri keluarga (family self)
Diri keluarga menunjukan perasaan dan harga diri seseorang dalam
kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukan
anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankan
sebagai anggota dari suatu keluarga.
e. Diri sosial (social self)
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya
dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya.
3. Konsep diri berdasarkan keadaan diri yang ingin dicapai/harapan:
a. Konsep diri riil.
Konsep diri riil merupakan gambaran diri atau cerminan/pandangan
mengenai diri sendiri. Bagaimana anak memandang dirinya sangat dipengaruhi
oleh perilaku tokoh-tokoh penting/berarti yang ada di sekitarnya misalnya, orang
tua, teman atau guru. Perlakuan dan penilaian orang lain sangat mempengaruhi
seseorang dalam menilai keadaan dirinya sendiri (Hurlock, 1993:325). Dapat
dikatakan pula bahwa penilaian/pandangan dari orang lain merupakan cermin bagi
seseorang dalam menilai dan memahami keadaan dirinya.
b. Konsep diri ideal.
Konsep diri ideal, yaitu apa yang menjadi gambaran diri ideal yang
diinginkan oleh anak baik secara fisik maupun psikologisnya. Gambaran diri ideal
inilah yang dijadikan sebagai dasar bagi anak untuk melakukan interaksi sosial
dan dalam menumbuhkan harga dirinya di mata orang lain (Hurlock, 1973:325).
Burns mengatakan diri yang ideal merupakan seperangkat interpretasi tentang
20
pribadi sifatnya, yang sebagian berupa keinginan dan sebagian lagi keharusan
(Burns, 1993:81).
D. Konsep Diri Anak Asuh Yang Berusia Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata latin adolescere
yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence (dari bahasa Inggris) yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock,1990:206).
Piaget (Hurlock, 1990:206) mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana
individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidak lagi merasa
berada dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada ditingkatan
yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat,
mempunyai aspek afektif. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber,
termasuk didalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi
yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi
dalam hubungan sosial orang dewasa. Pada masa remaja terdapat berbagi
perubahan, diantaranya terjadi perubahan intelektual dan cara berpikir remaja,
terjadinya perubahan fisik yang sangat cepat, terjadinya perubahan sosial, dimana
remaja mulai berintegrasi dengan masyarakat luas serta pada masa remaja mulai
remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi sehingga
pada akhirnya remaja bisa dengan mantap melangkah ketahapan selanjutnya.
Konsep diri merupakan inti dari kepribadian yang mempengaruhi tingkah
laku dan cara-cara menyesuaikan diri dengan situasi-situasi hidup (Sinurat, 1993:
3). Hubungan anak asuh yang berusia remaja dengan lingkungan di sekitarnya
dapat menyebabkan perubahan dalam kepribadiannya. Pada masa remaja, banyak
diantara mereka yang menggunakan standar kelompok teman sebaya sebagai
dasar konsep mereka mengenai kepribadian ideal yang didambakan. Namun, tidak
banyak diantara remaja yang dapat mencapai gambaran yang ideal tentang
dirinya, dan mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka.
Konsep diri mempunyai pengaruh yang besar dalam hidup remaja. Konsep
diri biasanya bertambah stabil dalam periode masa remaja. Hal ini memberi
perasaan kesinambungan dan memungkinkan remaja memandang diri sendiri
dalam cara yang konsisten, tidak memandang diri hari ini berbeda dengan hari lain
(Hurlock, 1990:235). Memiliki konsep diri stabil merupakan salah satu
konsekuensi usaha remaja untuk memperbaiki kepribadiannya. Adanya konsep
diri yang positif dalam diri remaja, akan mendorong remaja tersebut untuk
memandang dirinya dengan positif. Remaja yang merasa puas dengan apa yang ia
capai dan bersedia memperbaiki prestasi di bidang yang mereka anggap kurang
serta mampu menerima diri sendiri akan mendorong orang lain pula untuk
menyukai dan menerima diri mereka.
Remaja yang memiliki konsep diri positif mampu berprilaku positif
22
kecemasan, mempunyai kepercayaan diri, mampu berinteraksi secara memuaskan
dengan orang lain. Sedangkan remaja yang mempunyai konsep diri yang negatif
cenderung mempunyai pengetahuan yang negatif tentang dirinya, mempunyai
pengharapan yang tidak realistis dan menilai dirinya dengan rendah, bahkan dapat
meremehkan dan menolak dirinya.
E.Panti Asuhan
Remaja di panti asuhan berarti semua anak asuh yang tergolong dalam
masa remaja yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu tempat
pelayanan sosial yang memberikan perlindungan dan pembinaan kesejahteraan
sosial bagi anak anak yatim, anak dari keluarga kurang mampu dan terlantar, agar
mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, yang meliputi pembinaan
fisik, mental, sosial, bakat dan kemampuan serta ketrampilan.
Panti asuhan anak adalah suatu Lembaga Usaha Kesejahteraan Sosial yang
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak
terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi
kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh
kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya
sesuai yang diharapkan sebagi bagian generasi penerus cita-cita bangsa dan
sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.
(liflet PA Kumuda).
Fungsi panti asuhan adalah untuk menanpung anak-anak yatim piatu, anak
kesulitan ekonomi, agar mereka memperoleh status sosial yang layak.
(Depsos.1992). fungsi ini dirinci menjadi:
1. Pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak meliputi:
a) Pemulihan/penyantunan (Curative)
b)Perlindungan (Protective)
c) Pengembangan (Promotive-Development)
d)Pencegahan (Preventive)
2. Pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahtaeraan sosial anak.
3. Pusat pengembangan ketrampilan
Panti Asuhan Kumuda Putra Putri Magelang dikelola dengan azas
kekeluargaan bagi para anak asuh. Oleh karena itu Panti Asuhan menjadi tempat
penampungan anak dan menjadi sebagai keluarga para anak asuh. Suasana
kekeluargaan dalam kehidupan sehari-hari di panti asuhan, membuat anak merasa
betah tinggal di panti asuhan.
F. Bimbingan
Dalam kamus bahasa Inggris guide diartikan sebagai berikut: menunjukan jalan (showing the way); memimpin; (leading); menuntun (conducting);
memberikan petunjuk (giving instrucktion); mengatur (regulating); mengarahkan
(Goverming); memberikan nasehat (giving advice). Kalau istilah bimbingan dalam bahasa indonesia diberi arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan diatas
24
a. Memberi informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat
digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau
memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasehat.
b. Mengarahkan, menuntun kesuatu tujuan. Tujuan itu mungkin
hanya diketahui oleh pihak yang mengarahkan; mungkin perlu
diketahui oleh kedua belah pihak.
Bimbingan dapat dibagi atas berbagai jenis bimbingan atau macam
bimbingan, yaitu beberapa golongan berdasarkan sudut pandang tertentu.
Terdapatnya bimbingan atau jenis/macam bimbingan pada dasarnya dibagi atas
tiga macam bimbingan, yaitu berdasarkan banyaknya orang yang dibimbing pada
waktu dan tempat tertentu (bentuk bimbingan); berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai dalam memberikan pelayanan bimbingan (sifat bimbingan); berdasarkan
bidang tertentu dalam kehidupan siswa dan mahasiswa (ragam bimbingan). (W.S.
Winkel dan M.M Sri Hastuti, 2004:27)
Bimbingan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh
orang dewasa (pihak panti) kepada para anak asuh yang tinggal di panti asuhan.
Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang sebagai Unit Pelaksanaan Teknik
Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah yang telah dicanangkan sebagai
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
metode survey. Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi
tentang status gejala saat penelitian dilakukan (Furchan, 2004:447). Dalam
penelitian ini, peneliti ingin memperoleh gambaran tentang tingkat konsep diri
para remaja panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008.
B. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah para remaja panti asuhan Kumuda putra-putri
Magelang yang berusia 13 sampai 18 tahun. Furchan (2004:89)
mengidentifikasikan populasi sebagai ”individu atau orang yang diteliti”. Suatu
penelitian pada umumnya bertujuan untuk mempelajari sesuatu yang berhubungan
dengan sekelompok individu yang memiliki karakteristik umum yang dinamakan
populasi penelitian.
Tabel 1.
Usia Populasi Subjek Penelitian
Usia Jumlah Prosentase
13 tahun 8 orang 13.3 %
14 tahun 7 orang 11.7 %
15 tahun 18 orang 30 %
16 tahun 13 orang 21.7 %
17 tahun 12 orang 20 %
18 tahun 2 orang 3.3 %
26
C. Instrumen Penelitian
1. Alat Pengumpul Data
Untuk mengukur tingkat konsep diri remaja panti asuhan Kumuda
putra-putri Magelang digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner
ini terdiri atas 37 pernyataan positif (favorable) dan 38 pernyataan negatif
(unfavorable). Pernyataan pernyataan positif (favorable) menunjukan bahwa responden mempunyai pendapat memiliki tingkat konsep diri yang tinggi.
Pernyataan negatif (unfavorable) menunjukan bahwa responden mempunyai pendapat memiliki tingkat konsep diri yang rendah. Berikut beberapa hal yang
berkaitan dengan kuesioner:
a. Penentuan Skor
Untuk peryataan positif (favorable) skor untuk jawaban sangat sering (SS) adalah empat, skor untuk jawaban sering (S) adalah tiga, skor untuk jawaban jarang (J) adalah dua, skor jawaban untuk skor sangat jarang (SJ)
adalah satu. Sebaliknya, untuk pernyataan negatif (unfavorable) skor jawaban
Tabel 2.
Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Setelah Validitas Item
No Aspek-Aspek Favorable Unfavorable Total
1. Individu yakin akan kemampuannya untuk mengatasi masalah (individu merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah, maka masalah apapun yang dihadapi pada akhirnya individu dapat mengatasinya bahkan saat individu menghadapi kegagalan atau kemunduran).
a. Bersikap tenang dan obyektif.
b. Mempertimbangkan untung ruginya dari pengambilan keputusan pemecahan masalah.
c. Bersikap optimis
1, 14, 27
2, 15, 28
3, 16, 29
40, 53, 66
41, 54, 67
42, 55, 68 6
6
6
2. Individu merasa setara dengan orang lain (individu mearasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, meskipun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang budaya, atau sikap orang lain terhadap dirinya).
a. Mampu menerima keadaan diri
b. Mampu menjalin relasi dengan orang lain
c. Tidak memandang rendah orang lain (menghargai orang lain)
4, 17, 30
5, 18, 31
6, 19
43, 56, 69
44, 57, 70
45, 38, 71 6
6
5 3. Individu menerima pujian tanpa merasa
malu (individu dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah).
a. Mampu menjadikan pujian sebagai pendorong agar menjadi lebih baik
28
4. Individu menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat (individu sanggup mengaku pada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, perasaan sedih sampai bahagia, dari kecewa yang mendalam sampai kepuasaan yang mendalam pula).
a. Mampu mengelola perasaannya dengan tepat
b. Mampu mengungkapkan perasaan yang dialami
c. Mampu menerima curahan perasaan dari orang lain
8, 21, 34
9, 22, 35
10,23
47, 60, 73
48, 61, 74
49, 62, 75 6
6
5
5. Individu mampu memeperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya (individu mampu bertintak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah).
a. Mampu menerima masukan dari orang lain dengan bijaksana
b. Mengetahui apa yang tidak disenangi
c. Mengenal aspek-aspek diri yang negatif dan mau mengubahnya
11, 24, 37
12, 25, 38
73, 26, 39
50, 63, 76
51, 64, 77
52, 65
6
6
5
Jumlah 36 38 74
2. Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Validitas menunjuk pada “sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa
yang sebenarnya diukur oleh alat tersebut” (Furchan, 1982:281). Dalam penelitian
yang mencerminkan seluruh isi yang akan diukur (Furchan, 1982). Validitas isi
merupakan validitas yang diestimasi atau dinilai lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional atau lewat “professional judgement” (penilaian
profesional), (Azwar, 2003).
Validitas isi tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka, pengesahan atau
validitas isi pada dasarnya dan terpaksa didasasarkan pada pertimbangan, dan
pertimbangan tersebut harus dilakukan secara terpisah untuk setiap situasi. Untuk
memperoleh evaluasi dari validitas isi hendaknya meminta sejumlah ahli untuk
memeriksa isi tes secara sistematis serta mengevaluasi. Setelah para ahli sepakat
bahwa setiap butir kuesioner tersebut mencerminkan wilayah isi dengan memadai,
maka kuesioner tersebut dikatakan telah memiliki validitas isi.
Kuesioner di mintakan judgement dari orang yang berkompeten dalam bidangnya (expert judgement). Dalam hal ini kuesioner dimintakan pendapat dari dua orang dosen dan dua orang pembimbing di panti asuhan.
b. Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur menunjuk pada “derajat keajekan alat tersebut
dalam mengukur apa saja yang diukurnya” (Furchan, 1982). Derajat keajegan
ditunjuk oleh koefisien realibilitas. Reliabilitas ditentukan oleh keadaan sampel
dan jumlah item. Semakin banyak item, semakin luas wilayah pengukuran dan
diharapkan memberikan hasil yang dipercaya.
Metode yang digunakan dalam penetuan taraf reliabilitas adalah metode
30
dipakai untuk mengestimasi atau menilai kecermatan tes dalam arti ekivalensi
(kesetaraan) hasil ukur kedua belahannya. Koefisien ekivalensi ini pada dasarnya
sama dengan koefisien reliabilitas (Azwar, 2007).
Dalam menganalisis taraf reliabilitas, metode belah dua menggunakan
dua rumus. Rumus pertama adalah rumus dari Pearson, yaitu teknik korelasi
Product-Moment, kemudian hasil dari rumus tersebut akan dimasukkan ke dalam rumus formula dari Spearman-Brown.
Langkah 1. Menghitung koefisien korelasi. Skor-skor belahan gasal-belahan
genap
dengan teknik Korelasi Product Moment. N
Σ
XY –(Σ
X)
(Σ
Y)
√ {
NΣ
X2-
(Σ
X)
2} {
NΣ
Y2-
(Σ
Y)
2}
Keterangan :
rgg = koefisien reliabilitas bagian gasal dan genap
N = jumlah responden
X = belahan gasal
Y = belahan genap
60 (721517) – (6621) (6448)
√ {60 X 741360- (6621)2} {60 X 704085- (6448)2}
r
xy =5988220
√ {643959} {668396}
5988220
√ 1.154536344
5988220
656063.73
= 0.91
Langkah 2. Menghitung koefisien reliabilitas
2 x rtt
1 + rxy
Keterangan :
rtt = koefisien reliabilitas
rxy = koefisien gasal dan genap
2 x 0.91
1 + 0.91
1.82
1.91
= 0.95
r
tt ==
=
=
=
32
Langkah 3. Menghitung Validitas Kuesioner
o o
t
r = rtt
Keterangan Rumus :
o o
t
r : Koefisien validitas
tt
r : Koefisien reliabilitas
o o
t
r = rtt
=
= 0.97
Koefisien reliabilitas dan validitas diinterpretasikan dengan mengacu pada
pedoman pedoman yang dikemukakan oleh Masdjo (1995.209) berikut ini:
Table 3.
Klasifikasi Koefisien Korelasi Suatu Alat Ukur Koefisien Korelasi Klasifikasi
0,90 - 1,00
0,71 - 0,90
0,41 - 0,70
0,20 - 0,40
0,00 - 0,20
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Untuk menentukan item yang valid sebagai kriteria pemilihan item
berdasarkan korelasi item total, digunakan batasan ≥ 0,30. Semua item yang
memuaskan. Item yang kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang
memiliki daya diskriminasi rendah atau dianggap tidak valid. Dari hasil pengujian
validitas demikian item-item yang tergolong rendah atau tidak valid adalah nomor
20, 32, 36, dan 78, jadi total item yang tergolong rendah sebanyak 4 item.
Koefisien validitas dan reliabilitas Kuesioner Konsep Diri Para Anak Asuh
Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra- Putri Magelang adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.
Koefisien Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Kuesioner Konsep Diri Para Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra- Putri
Magelang Tahun 2008
Koefisien Hasil Penelitian
Reliabilitas 0,95
Validitas 0,97
Dengan demikian disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas dan validitas
Kuesioner Tingkat Konsep Diri Remaja Panti Asuhan Kumuda Putra- Putri
Magelang Tahun 2008 adalah sangat tinggi.
3. Pengumpulan Data
Kuesioner Konsep Diri Para Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti
Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang. Alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner konsep diri para anak asuh yang berusia
remaja di panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang. Kuesioner ini disusun
berdasar masalah penelitian, variabel penelitian, dan isi kajian teoritis. Kuesioner
34
kedua berisi petunjuk dan bagian yang ketiga berisi 78 pernyataan tentang konsep
diri para anak asuh yang berusia remaja di panti asuhan Kumuda putra-putri
Magelang tahun 2008.
D. Analisis Data
Dalam penelitian ini perhitungan mean digunakan sebagai patokan dalam
menggolongkan konsep diri (positif dan negatif). Tahap-tahap yang digunakan
dalam mengolah dan menganalisis data :
1. Menentukan skor
Memberikan skor jawaban berdasarkan penggolongan skor jawaban yang
telah ditentukan.
2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor masing-masing responden.
3. Menggolongkan tingkat konsep diri dari seluruh responden dengan
patokan nilai mean. Perhitungan mean skor total menggunakan :
M = ∑x +
N
Keterangan Rumus :
M : Mean
X : Jumlah skor
N : Jumlah siswa
M = ∑x +
N
M = 6621 + 6448
60
Responden yang memperoleh skor diatas mean termasuk kategori
positif dan responden yang memperoleh skor dibawah mean termasuk
kategori negatif.
Mean = 217
Tabel 5.
Penggolongan Tingkat Konsep Diri Berdasarkan Mean
Skor Kualifikasi
≤ 217 Negatif
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian merupakan jawaban berdasarkan data terhadap masalah
penelitian yaitu: bagaimanakah konsep diri para anak asuh yang berusia remaja di
panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008?
A. Konsep Diri Para Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008.
Dengan menggunakan patokan mean, Konsep Diri Para Anak Asuh Yang
Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008
digolongkan menjadi dua yaitu negatif dan positif. Mean dari total skor 60
responden adalah 217. Responden yang memiliki skor > mean dikategorikan
positif dan subjek yang memiliki skor ≤ mean dikategorikan negatif. Dari total
responden yang diteliti diperoleh skor sebagai berikut:
Tabel 6.
Tingkat Konsep Diri Para Anak Asuh Yang Berusia Remaja Di Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008
Konsep Diri Jumlah Frekuensi (%)
Positif 30 50%
Negatif 30 50%
Jumlah 60 100%
Dari tabel di atas disimpulkan bahwa jumlah responden yang konsep
dirinya positif sama banyak dengan jumlah responden yang memiliki konsep diri
remaja di panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008 dapat dilihat
pada lampiran.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Anak asuh yang berusia remaja yang memiliki konsep diri positif
sebanyak 30 orang (50%) dan remaja yang memiliki konsep diri negatif sebanyak
30 orang (50%). Anak asuh yang berusia remaja yang memiliki konsep diri
negatif menunjukan prilaku kepercayaan diri yang rendah, kurang terbukanya
terhadap kritik dan saran yang diberikan oleh orang lain, belum mampu
mengungkapkan perasaannya pada orang lain, belum bisa menerima masukan
yang diberikan dari orang lain. Bersikap selalu mengeluh, mencela atau
meremehkan apapun dan siapapun, mereka bersikap pesimis dan merasa enggan
untuk bersaing dengan orang lain dalam prestasi. Konsep diri yang rendah
menunjukan adanya keyakinan, pandangan, gambaran dan penilaian yang negatif
tentang diri sendiri dan perasaan rendah diri, dan penolakan diri (Burns, 1993:
72).
Anak asuh yang berusia remaja yang memiliki konsep diri negatif
dikarenakan dalam pergaulan sosial dirinya merasa tidak diterima, tidak dihargai,
dicintai baik dari teman-temannya maupun dari para pengasuh mereka di
lingkungan panti asuhan. Remaja yang matang terlambat dalam usia
kematangannya, diperlakukan seperti anak-anak dan merasa dirinya kurang baik
cenderung berprilaku kurang dapat menyesuaikan diri menyebabkan konsep diri
yang terbentuk pada remaja itu menjadi negatif. Perasaan kurang diterima atau
38
dimana remaja itu berada juga mempengaruhi konsep diri menjadi negatif.
Kurangnya kemampuan remaja untuk mengolah dan mengendalikan emosinya
dalam kehidupan sehari-hari maka remaja akan mampu mengatasi segala
kegagalan yang dialaminya. Cara remaja mengekspresikan emosinya akan dinilai
oleh orang lain, penilaian dari orang lain ini yang menjadi dasar untuk
mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri dan penilaian ini akan berpengaruh
terhadap konsep dirinya. . Oleh karena itu, tugas para pembimbingan dalam
mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan bimbingan dan pendampingan
pada para remaja agar dapat memiliki konsep diri yang positif dengan
memgembangkan aspek-aspek konsep diri yang positif seperti yang dikatakan
oleh para ahli, Brooks & Emmert, sehingga mereka sebagai remaja yang tinggal di
panti asuhan tidak merasa minder atau merasa rendah diri dan dapat melakukan
interaksi sosial yang baik dan dapat bergaul dengan lingkungan dimana remaja itu
berada. Dalam pergaulan sosialnya, remaja yang merasa dirinya diterima,
dihargai, dicintai, maka remaja itupun mampu menerima, menghargai dan
mencintai dirinya sendiri. Dengan kata lain, remaja tersebut mampu
mengembangkan penilaian yang baik tentang dirinya sehingga konsep diri yang
terbentuk adalah konsep diri yang positif.
Anak asuh yang berusia remaja yang memiliki konsep diri positif
cenderung lebih terbuka dan mampu mengembangkan diri dalam
bergaul/berinteraksi dengan orang lain. Dengan terbentuknya konsep diri yang
positif, para anak asuh yang berusia remaja tersebut memiliki kemampuan untuk
bahwa remaja tersebut mempunyai kemampuan untuk menerima keadaan dirinya
sebagai anak panti asuhan, mempunyai pemikiran yang positif terhadap terhadap
dirinya, remaja mempunyai sikap terbuka terhadap kritik dan saran, dan mampu
mengungkapkan perasaan kepada orang lain, para anak asuh yang berusia remaja
mampu menerima masukan dari orang lain dengan bijaksana baik dari
teman-temannya maupun dari para pengasuh di panti asuhan.
Bagi anak asuh yang berusia remaja yang memiliki konsep diri yang positif
harus tetap dijaga dan lebih dikembangkan agar kemampuan berinteraksi sosial
dan pengembangan penilaian yang baik tentang dirinya di dalam maupun di luar
panti asuhan. Meningkatkan konsep diri yang positif atau menjaga agar para anak
asuh yang berusia remaja panti asuhan memiliki konsep diri yang positif, peran
pembimbing atau pengasuh di panti asuhan sangatlah penting. Perlu dilakukan
berbagai upaya seperti pendampingan, dialog dan pelatihan antara konselor dan
para pembimbing atau pengasuh di panti asuhan yang menunjang peningkatan
konsep diri remaja panti asuhan. Dalam hal ini pihak panti asuhan dapat
mengundang konselor untuk memberi pelatihan yang berkaitan dengan konsep
diri baik kepada para pembimbing atau pengasuh maupun kepada para remaja di
panti asuhan. Diharapkan dengan penelitian ini para pembimbing atau pengasuh
dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam membimbing dan
mengasuh para anak asuh terutama para anak asuh yang berusia remaja penghuni
panti asuhan di panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang yang merupakan panti
40
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini disajikan ringkasan, kesimpulan dan saran. Bagian dari
ringkasan memuat tujuan penelitian, metodologi penelitian. Bagian kesimpulan
memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Bagian saran
memuat saran-saran bagi sekolah dan pihak-pihak yang terkait dengan manfaat
penelitian.
A. Ringkasan
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang tingkat konsep diri para anak asuh yang berusia
remaja penghuni Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang Tahun 2008.
Secara spesifik masalah yang akan diteliti adalah bagaimanakah tingkat konsep
diri para anak asuh yang berusia remaja panti asuhan Kumuda Putra-Putri
Magelang tahun 2008?.
Responden penelitian ini adalah para anak asuh yang berusia remaja panti
asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008. Total jumlah para anak asuh
yang berusia remaja yang menjadi responden penelitian ini adalah 60 orang.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
“Kuesioner Konsep Diri Para Anak Asuh Yang Berusia Remaja Panti Asuhan
Kumuda Putra-Putri Magelang”. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti, berupa
pernyataan-pernyataan tentang cirri-ciri konsep diri menurut Brooks & Emmert
Prosedur pengumpulan data meliputi dua tahap yaitu: (1) Tahap persiapan
mencakup kegiatan perijinan untuk mengadakan kegiatan penelitian di panti
asuhan yang bersangkutan, menyusun kuesioner dan di konsultasikan kepada dua
dosen dan dua orang pembimbing di panti asuhan untuk menentukan validitas
kuesioner penelitian, dan (2) Tahap pelaksanaan pengumpulan data penelitian.
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah menentukan skor dari
masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subjek penelitian dan
membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item, menghitung skor yang
diperoleh dan mengolah data yang diperoleh dengan manual dan menggunakan
analisis statistik deskriptif yang meliputi perhitungan mean, standar deviasi dan
katagori tiap item.
Hasil penelitian yang diperoleh:
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsep diri para anak asuh yang
berusia remaja panti asuhan Kumuda putra-putri Magelang tahun 2008 dari
jumlah populasi yaitu semanyak 60 responden, 30 (50 %) responden memiliki
konsep diri yang positif, dan 30 (50%) responden memiliki konsep diri yang
negatif.
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
dari jumlah responden penelitian remaja panti asuhan Kumuda putra-putri
42
diri positif dan setengah dari jumlah responden penelitian memiliki konsep diri
negatif.
C. Saran-saran
1. Bagi Panti Asuhan Kumuda Putra-Putri Magelang
a. Para anak asuh yang berusia remaja panti asuhan Kumuda putra-putri
Magelang.
Konsep diri sangat penting bagi para anak asuh yang berusia
remaja untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam kehidupannya. Para
anak asuh yang berusia remaja perlu untuk terus mengembangkan konsep
diri. Dengan terbentuknya konsep diri yang positif, remaja tersebut
memiliki kemampuan untuk terus mengembangkan diri dalam segala hal.
Pentingnya para anak asuh yang berusia remaja memiliki konsep diri yang
positif karena, konsep diri sangat diperlukan bagi remaja untuk dapat
berperilaku/melakukan interaksi sosial yang baik dan bergaul dengan
lingkungan dimana remaja itu berada. Dalam pergaulan sosialnya, remaja
yang merasa dirinya diterima, dihargai, dicintai, maka remaja itupun
mampu menerima, menghargai dan mencintai dirinya sendiri.
b. Pembimbing Panti Asuhan
Para pembimbing panti asuhan mempunyai peranan yang penting
dalam meningkatkan konsep diri para anak asuhnya, sehingga anak asuh
atau para remaja panti asuhan dapat berinteraksi dengan baik terhadap
asuhan dapat memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan
remaja di panti asuhan.
2. Peneliti lain
a. Peneliti lain dapat mengembangakan penelitian-penelitian lain yang
dapat bermanfaat bagi para anak asuh di panti asuhan.
b. Apabila ada penelitian terhadap permasalahan yang sama diharapkan
peneliti meninjau kembali instrument penelitian, agar instrument
penelitian tentang konsep diri memperoleh pembaharuan yang
dianggap perlu dan dapat memenuhi persyaratan sebagai alat penelitian
44
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Burns, B.R. 1993. Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Pengembangan dan Perilaku. Jakarta : Arcan.
Elkins. D.P.E. 1979. Self Concept Sourcebook. USA, New York : Princenton.
Furchan, Arief. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Gunawan, Adi W. 2003. Born to be a Genius. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Hardjana. Terj. 1993. Mengapa Rendah Diri? Yogyakarta : Kanisius Himpunan peraturan dan perundang-undangan tentang perlindungan. (2002).
Jakarta : Derektorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat
Bina Pelayanan Sosial Anak, Departemen Sosial RI
Hurlock, B. Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, E. B. 1973. Adolescent Development. McGraw-Hill Inc.
Hurlock, E.B. 1989. Perkembangan Anak : Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Kartono, Kartini. 1990. Psikologi anak. Bandung : Mandar Maju