• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KONSEP DIRI ANAK ASUH PANTI ASUHAN PANGREKSO DALEM ”BETHLEHEM” TEMANGGUNG TAHUN 20082009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI KONSEP DIRI ANAK ASUH PANTI ASUHAN PANGREKSO DALEM ”BETHLEHEM” TEMANGGUNG TAHUN 20082009"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

i

DESKRIPSI KONSEP DIRI ANAK ASUH PANTI ASUHAN

PANGREKSO DALEM

BETHLEHEM

TEMANGGUNG

TAHUN 2008/2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Anastasia Samirah

NIM: 041114038

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Motto:

”Motif dasar bagi tugas kita sehari-hari dengan tepat sekali diungkapkan dalam kata-kata pendiri kita, Ibu Seraphine: Jika kita tidak demi kasih kepada Tuhan dan demi keselamatan sesama manusia, telah meninggalkan segala sesuatu dan telah bersedia mengorbankan tidak hanya kesehatan tetapi bahkan hidup kita, serta menunaikan tugas-tugas kita, lalu untuk tujuan apakah kita lakukan semuanya itu?”

(Konstitusi Suster-Suster Amalkasih Darah Mulia No. 76)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Kongregasi Suster-Suster Amalkasih Darah Mulia sebagai tanda terimakasihku atas segala doa, perhatian, dukungan

yang telah kuterima selama ini.

 Semua sahabat di mana saja berada dan teman-temanku Program Bimbingan dan Konseling yang selalu mendukung dan memberikan semangat selama

menjalani masa studi.

 Semua dosen yang mengajar dan membimbingku

(5)

v

ABSTRAK

DESKRIPSI KONSEP DIRI ANAK ASUH PANTI ASUHAN

PANGREKSO DALEM ”BETHLEHEM” TEMANGGUNG

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan survei. Populasi penelitian adalah semua anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009. Jumlah anggota populasi 35 orang, yang terdiri dari 17 remaja putra dan 18 remaja putri.

Instrumen penelitian adalah kuesioner yang disusun oleh Pasao (1973). Instrumen penelitian tersebut sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, tetapi masih ada beberapa item yang dimodifikasi menyangkut bahasa dan kejelasan isinya. Modifikasi juga dilakukan pada alternatif jawaban dari 5 menjadi 4 alternatif jawaban. Jumlah item sebanyak 100 yang terdiri dari 10 faktor konsep diri, yaitu: (1) faktor bukan saya, (2) emosi, (3) tujuan, (4) sikap, (5) hubungan keluarga, (6) hubungan dengan teman, (7) identitas, (8) perasaan diri, (9) harga diri, dan (10) kepercayaan diri.

Teknik analisis data yang ditempuh adalah perhitungan skor dengan menggunakan rumus Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Tingkat konsep diri digolongkan menjadi 5 kualifikasi, yaitu: ”sangat tinggi”, tinggi,” cukup”, rendah”, dan “sangat rendah”.

(6)

vi

PANGREKSO DALEM “BETHLEHEM” ORPHANAGE TEMANGGUNG IN 2008/2009

Anastasia Samirah Sanata Dharma University

Yogyakarta, 2009

The goal of this research was to get description about the self-concept of the protégé adolescent of Pangrekso Dalem Bethlehem Orphanage Temanggung in 2008/2009.

This research was a descriptive research with a survey. The population was all adolescent proteges Pangrekso Dalem Bethlehem in 2008/2009. The population was all of the 35 proteges, that consists of 17 young women and 18 young men.

The instrument of this research was a questionnaire written by Pasao (1973). The research instrument had been translated in Indonesia language, but there are some items which were still modifiying language and clarity of contens. The modifications have also made from 5 alternatives of answer into 4 alternatives of answer. This items consisted of 100 questions that has 10 self-concept factors, there

are: (1)“not me”, (2) emotion, (3) aim, (4) attitude, (5) family relationship, (6) friendship (7) identity (8) self senses, (9) self-esteem, and (10) self-confidence.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penulisan skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Maria Margareta Sri Hastuti, M. Si. selaku Ketua program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman yang berguna bagi penulis, dan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs.R.H.Dj.Sinurat, M.A. selaku pembimbing yang penuh kesabaran, pengertian, membimbing dan memotivasi saya dalam penulisan skripsi ini. 3. Segenap Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah mendidik penulis selama studi, serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis yaitu: Bu Retha, Pak Fajar, Pak Wens, Pak Sinurat, Pak Adi, Pak Tatung, Ibu Retno, Bu Maslichah, Pak Puji, Pak

(8)

viii

Mulia dan Para Suster Dewan Provinsi Indonesia yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, perhatian, dukungan sekaligus fasilitas yang menunjang penulis dalam menjalankan tugas studi.

5. Sr. Herwida ADM dan para suster komunitas Kotabaru, Sr. Christera ADM dan para suster komunitas Jetis, serta para suster sekongregasi yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah mendoakan, memberikan perhatian, dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Teman-teman BK khususnya angkatan 2004 dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan perhatian selama studi.

7. Fr. Paulus Panji Keban, CMM dan Sdr. Agung Tri Bawono yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam penulisan skripsi ini.

8. Br. Marcel FIC selaku Pimpinan Panti Asuhan Sancta Maria Boro dan Sr. Gracia OSF selaku Pimpinan Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro yang telah memberikan izin untuk mengujicoba alat penelitian.

(9)

ix

10.Para remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung atas kesediannya dalam pengisian kuesioner Konsep Diri Anak Asuh.

11.Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar.

12.Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah meminjamkan buku-buku yang mendukung dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

(10)
(11)
(12)

xii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... v

ABSTRACT BAHASA INGGRIS... vi

KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x

HALAMAN PERNYATAAN... xi

(13)

xiii

F. Cara-cara Mengembangkan Konsep Diri Positif ... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Subyek Penelitian ... 21

C. Instrumen Penelitian... 22

1. Skala penilaian konsep diri ... 24

2. Sebaran Item Skala Penilaian Konsep Diri... 24

3. Skor Skala Penilaian Konsep Diri ... 25

4. Validitas dan Reliabilitas... 25

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

E. Tehnik Analisis Data... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 36

A. Konsep Diri Anak AsuhPanti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung Tahun 2008/2009 ... 36

B. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 37

BAB V. PENUTUP ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(14)

xiv

Tabel 1. Faktor Skala Penilaian Konsep Diri ... 23

Tabel 2. Sebaran Item Positif dan Negatif ... 25

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas ... 27

Tabel 4. Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas... 28

Tabel 5. Penggolongan Konsep Diri Berdasarkan PAP I... 35

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tabulasi Skor-skor Uji Coba ... 46

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Taraf Validitas ... 52

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Reliabilitas... 56

Lampiran 4. Tabulasi Skor-skor Penelitian ... 57

Lampiran 5. Deskripsi Konsep Diri Anak Asuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung ... 60

Lampiran 6. Surat Ijin Uji Coba ... 61

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 63

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan anak-anak di Panti Asuhan pada umumnya unik dan sangat bervariasi. Latar belakang mereka berbeda, dan umurnya bervariasi mulai dari balita sampai remaja. Sebagian besar anak asuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung adalah remaja; jumlahnya 35 orang; remaja putra 17 dan remaja putri 18.

(17)

2

berpendapat bahwa pada masa remaja begitu banyak tekanan-tekanan sosial yang dialami seseorang dan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan konsep dirinya.

Konsep diri adalah keseluruhan pandangan, gambaran, keyakinan dan penilaian orang tentang dirinya. Menurut Surya (2007: 4) konsep diri menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian anak, sebagai penentu sikap dan tingkah laku. Pudjijogyanti (1985: 4) juga memiliki pendapat yang sama bahwa konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak dalam seluruh perilakunya. Apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi pula terhadap diri sendiri (Susana,dkk, 2007: 19). Ia akan berusaha dan berjuang untuk semakin mengaktualisasikan dirinya secara optimal. Orang yang memiliki konsep diri yang negatif menilai dirinya secara negatif.

(18)

Konsep diri memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Oleh karena itu para penanggungjawab Panti Asuhan dan para pengasuh perlu mengetahui konsep diri anak asuh Panti Asuhan. Dengan mengetahui konsep diri mereka dapat membantu anak-anak dalam mengembangkan konsep dirinya ke arah yang lebih positif.

Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter tetapi dibentuk oleh pengalaman hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri remaja Panti Asuhan antara lain: anak asuh berasal dari keluarga yang kurang harmonis dan ekonomi lemah, anak asuh belum mampu mengolah pengalaman masa lalunya, perlakuan para pengasuh, teman-teman dan orang lain yang berpengaruh bagi mereka.

Anak-anak remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Temanggung pada umumnya berasal dari lingkungan keluarga yang mengalami permasalahan. Antara lain anak-anak yang berasal dari keluarga broken home, sehingga orang tua memilih untuk menitipkan anaknya di Panti Asuhan, anak-anak terlantar yang tidak diketahui siapa orang tuanya, anak-anak korban pelecehan seksual, anak-anak dari keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi dan ada juga anak-anak korban gempa di Nias. Masalah-masalah yang dialami dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan mereka tidak utuh dan optimal khususnya dalam hal konsep diri yang merupakan inti kepribadian.

(19)

4

positif, antara lain dengan perlakuan yang positif kepada anak-anak baik lewat kata-kata, sikap maupun tindakan terhadap mereka.

Dari hasil pengamatan di Panti asuhan Pangrekso Dalem timbul kesan bahwa konsep diri anak asuh pada umumnya negatif. Mereka perlu didampingi agar memiliki konsep diri yang positif. Tetapi pada kenyataannya, para pengasuh kurang memiliki pemahaman yang tepat mengenai konsep diri dan pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari cara para pengasuh memperlakukan anak-anak; sikap, kata-kata, dan tindakan mereka sering kurang tepat. Misalnya anak-anak balita yang tidak mau makan atau melakukan kesalahan dihukum dengan memasukkannya dalam kamar mandi, disiram air dingin atau dibentak dengan kata-kata yang bernada keras. Perlakuan yang tidak tepat terhadap anak-anak tentu saja sangat berpengaruh pada konsep diri anak. Sebagian besar mereka tinggal di Panti Asuhan sejak kecil. Menurut pengamatan, ada anak-anak yang kurang percaya diri, kurang spontan untuk mengungkapkan pendapatnya, banyak diam ketika makan bersama, mudah tersinggung bila diberi masukan.

(20)

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang konsep diri anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009. Secara spesifik masalah yang diteliti adalah:

Bagaimanakah konsep diri anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

Mengetahui gambaran tentang konsep diri anak asuh usia remaja di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi para penanggungjawab dan pengasuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung

a. Penelitian ini dapat memberi gambaran mengenai konsep diri remaja di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi para pengasuh dalam memberikan pendampingan yang tepat bagi anak asuh sehingga konsep diri mereka berkembang secara positif.

(21)

6

2. Bagi anak Panti Asuhan

Anak asuh Panti Asuhan dapat memperoleh pelayanan yang sesuai untuk mengembangkan konsep dirinya secara positif.

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat merangsang penelitian lain untuk mengkaji topik yang berkaitan dengan konsep diri.

4. Bagi peneliti

a. Penelitian ini merupakan kesempatan untuk berlatih meneliti dan menyusun karya ilmiah tentang konsep diri.

b. Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bekal dalam tugas perutusan, baik dalam karya pendidikan, pastoral, sosial maupun pembinaan di novisiat

E. Definisi Operasional

1. Konsep diri

(22)

Diri. Konsep diri digolongkan menjadi 2 macam yaitu konsep diri yang positif/tinggi dan konsep diri yang negatif/rendah

2. Remaja Panti Asuhan

Remaja Panti Asuhan yang dimaksud dalam penelitian adalah para anak asuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung yang berusia 12-19 tahun.

3. Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temangggung

(23)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan hasil kajian pustaka mengenai beberapa hal yang dapat memperjelas topik penelitian. Dalam bab ini penulis menjelaskan: arti, jenis dan perkembangan konsep diri, faktor-faktor konsep diri, konsep diri remaja, tinjauan penelitian yang relevan, cara-cara mengembangkan konsep diri positif.

A. Arti dan Jenis Konsep Diri

1. Arti konsep diri

(24)

seseorang merasa tentang diri sendiri dan menjadi manusia yang diinginkan dan diharapkan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa (self-concept) adalah keseluruhan gambaran/ pandangan/ keyakinan dan

penghargaan/ perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. Kesimpulan tersebut sejalan dengan pendapat Pasao pada catatan jurnalnya (Journal Sociology of Education 1978: 272) yang mengikuti pada teori Allport bahwa

konsep diri adalah keseluruhan pandangan, gambaran, dan keyakinan seseorang tentang dirinya sendiri (Yulianti 2002: 9).

2. Jenis konsep diri

Konsep diri dapat digolongkan menjadi dua yaitu konsep diri positif atau tinggi dan konsep diri negatif atau rendah.

a. Konsep diri positif

(25)

10

Jadi ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri yang positif/ tinggi antara lain: mampu mengevaluasi dirinya secara positif, menghargai diri secara positif, menerima diri apa adanya, bebas mengemukakan pendapat, memiliki motivasi tinggi untuk mencapai prestasi, mampu mengaktualisasikan potensinya, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya

b. Konsep diri negatif

Konsep diri negatif sinonim dengan konsep diri rendah.

Menurut Burns (1993: 72) orang yang konsep dirinya negatif/ rendah mengevaluasi dirinya secara negatif, membenci diri, merasa rendah diri, kurang menghargai dan menerima diri. Coopersmith (Partosuwido, 1992) menyebutkan ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri negatif sebagai berikut: mempunyai perasaan tidak aman, kurang menerima dirinya sendiri, memiliki harga diri yang rendah. (www.google.bintang bangsaku.com).

Menurut Centi (2006: 26) konsep diri negatif memiliki beberapa ciri antara lain: cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif dalam dirinya, membuat perbandingan dengan orang lain, suka mengingat hal-hal yang meneguhkan perasaan tak berharga, cenderung dibayangi oleh kegagalan.

(26)

diri secara negatif, membenci diri, kurang menerima diri, merasa rendah diri, merasa tidak aman, membuat perbandingan dengan orang lain, merasa tidak berharga, cenderung dibayangi oleh kegagalan.

B. Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam interaksinya dengan orang lain setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan akan dijadikan oleh individu yang bersangkutan sebagai cermin untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Jadi konsep diri terbentuk karena umpan balik dari individu lain (Pudjijogyanti 1985: 12).

(27)

12

Panti Asuhan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak terlantar merupakan lingkungan di luar keluarga, tetapi memiliki peran seperti keluarga. Para pengasuh sebagai pendidik yang menggantikan peran orang tua menentukan perkembangan konsep diri anak. Jika anak dihargai, dicintai, diterima dan diperlakukan secara baik maka anak akan memperkembangkan konsep diri yang positif. Sebaliknya jika anak diremehkan, tidak dihargai, diperlakukan dengan keras, anak akan memiliki konsep diri yang negatif.

Konsep diri akan berubah sejalan dengan pertambahan usia, peningkatan pendidikan, perubahan/pergantian lingkungan hidup, pergantian atau perjumpaan dengan orang-orang yang punya pengaruh secara signifikan dalam kehidupan. Jadi konsep diri mempunyai sifat yang dinamis, artinya selalu mengalami perubahan.

C. Faktor-faktor/Aspek-Aspek Konsep Diri

Menurut Pasao (Yulianti 2002: 12) ada 10 faktor konsep diri. Faktor-faktor yang dimaksud Pasao adalah aspek-aspek konsep diri yang terdiri dari: 1. Faktor ”bukan saya”

(28)

2.Faktor emosi

Faktor emosi ini lebih mengarah pada kestabilan emosi seseorang. Kestabilan emosi menunjukkan adanya kemampuan individu untuk mengungkapkan emosionalnya secara proporsional, mampu mengendalikan emosinya dan berusaha mengolahnya sehingga mampu mengatasi kegagalan yang dialaminya, mampu berperilaku positif dalam menghadapi permasalahan yang dialami dan mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain. Cara individu mengekspresikan emosi akan dinilai orang lain. Penilaian dari orang lain menjadi dasar untuk menilai dirinya sendiri.

3. Faktor tujuan

Faktor tujuan merupakan kemampuan individu untuk menentukan tujuan hidupnya secara jelas dan mantap serta berusaha untuk mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup yang diperjuangkan adalah mencakup tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Tugas perkembangan individu ada yang dapat dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama (tujuan jangka pendek) dan ada yang pencapaiannya membutuhkan waktu yang agak lama (tujuan jangka panjang).

4. Faktor sikap

(29)

14

untuk memiliki sikap hidup yang tepat/positif terhadap diri, orang lain maupun situasi yang terjadi.

5. Faktor hubungan keluarga

Faktor hubungan keluarga merupakan hubungan antara ayah, ibu sebagai orang tua dan kakak, adik, sebagai saudara yang dapat menimbulkan rasa cinta satu sama lain karena adanya ikatan darah atau tali persaudaraan. Kondisi keluarga yang harmonis dapat menyebabkan anak memiliki konsep diri yang tinggi/positif, sedang kondisi keluarga yang tidak harmonis menyebabkan anak memiliki konsep diri yang rendah/negatif. 6. Faktor hubungan dengan teman

Faktor hubungan dengan teman yang lebih dikenal sebagai hubungan interpersonal ialah interaksi yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya. Dalam berhubungan dengan orang lain, orang lain dipandang sebagai teman biasa atau sebagai sahabat. Anak yang diterima oleh teman sebayanya akan merasa percaya diri dan lebih banyak teman, sedang anak yang kurang diterima oleh teman sebayanya akan menarik diri dari pergaulan.

7. Faktor identitas

(30)

berdasarkan nama yang dimiliki, tanggal dan tempat kelahiran, jenjang pendidikan, penampilan fisik, cara berpakaian, dan sebagainya.

8. Faktor perasaan diri

Faktor perasaan diri adalah perasaan yang dialami individu terhadap diri sendiri. Pengembangan perasaan diri pada usia remaja bersifat aktif serta partisipatif terhadap lingkungan sekitarnya. Artinya individu secara aktif dan partisipatif berusaha mengembangkan diri dengan menggunakan segala sarana yang ada di lingkungan sekitarnya. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh individu akan membentuk perasaan pada diri individu. Kalau individu memiliki perasaan tanpa arti, maka dalam dirinya akan terbentuk perasaan negatif terhadap dirinya.

9. Faktor harga diri

Faktor harga diri ialah penghargaan yang diberikan oleh individu terhadap dirinya sendiri. Harga diri tercermin dalam pemahaman dan penerimaannya terhadap dirinya sendiri.

10.Faktor kepercayaan diri

(31)

16

D. Konsep Diri Remaja

Konsep diri berkembang seiring dengan pertumbuhan yang dialami oleh individu. Menurut Gunarso (1986: 236) begitu banyak perubahan yang terjadi pada seorang anak ketika usianya mulai memasuki jenjang remaja. Masa remaja merupakan saat yang penuh dengan berbagai macam perubahan dan terkadang merupakan masa yang tersulit dalam kehidupan sebelum memasuki dunia kedewasaan.

Menurut Pudjijogyanti (1993: 42) perubahan-perubahan pada masa remaja diawali dengan perubahan fisik yaitu berkembangnya tanda-tanda kelamin sekunder; tanda-tada kelamin sekunder ini antara lain menimbulkan perasaan aneh dan berbeda dengan orang lain. Perasaan tersebut menimbulkan ketidakpuasan dengan dirinya. Situasi ini sangat mempengaruhi pembentukan citra fisiknya yang menjadi dasar konsep diri.

E. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan

Nurwaningsih (2005) mengadakan penelitian tentang konsep diri anak Putra panti Asuhan Sancta Maria dan anak Putri Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro tahun ajaran 2004/2005. Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah anak-anak Panti Asuhan Putra dan Putri yang berumur 8-16 tahun. Jumlah populasi 43 orang yang terdiri dari 17 anak putra dan 26 anak putri. Instrumen penelitiannya adalah adaptasi ”Piers -Harris Children’s Self Concept Scale” dengan item sebanyak 80. Tehnik

(32)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 anak memiliki konsep diri sedang, 7 anak memiliki konsep diri rendah, 31 anak memiliki konsep diri sangat rendah. Tidak ada anak yang konsep dirinya berkualifikasi agak tinggi dan tinggi. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsep diri anak putra Panti Asuhan Sancta Maria dan anak putri Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro pada tahun ajaran 2004/ 2005.

Raimundawati (2005) mengadakan penelitian tentang konsep diri siswa kelas II SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta. Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah semua siswa kelas II SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2004/2005. Jumlah populasi 63 orang. Instrumen penelitiannya adalah kuesioner yang disusun penulis sendiri dengan memodifikasi kuesioner yang disusun Pasao (1973) dengan 96 butir pertanyaan. Tehnik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan I ( PAP I). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memiliki konsep diri ”sangat tinggi”, 11 orang memiliki konsep diri yang “tinggi”, 48 orang memiliki konsep diri ”kurang tinggi”, 4

orang memiliki konsep diri “rendah”, dan tidak ada siswa yang memiliki konsep diri yang “sangat rendah”.

F. Cara-cara Mengembangkan Konsep Diri Positif

1. Usaha individu yang bersangkutan

(33)

18

a. Belajar tentang diri sendiri

Setiap individu perlu belajar tentang diri sendiri. Belajar tentang diri sendiri berarti belajar dari pengalaman hidup baik berhasil atau gagal. Individu perlu menyadari bahwa pengalaman keberhasilan maupun kegagalan dapat menjadi guru yang baik untuk mengembangkan diri. b. Mengembangkan kemampuan

Setiap orang perlu mengembangkan kemampuan atau potensinya seutuhnya dan seoptimal mungkin. Dalam mengembangkan potensinya, individu perlu menyadari hal-hal yang positif dalam dirinya dan berusaha mengatasi segi-segi negatifnya.

c. Menerima diri apa adanya

Setiap pribadi perlu menyadari bahwa dirinya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Orang perlu menerima diri apa adanya. Dengan menerima diri apa adanya, seseorang tidak cepat putus asa tetapi berusaha memperbaiki, memperkembangkan dan menyempurnakan diri.

2.Usaha orang tua

(34)

a. Menerima anak apa adanya

Menerima anak apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya tanpa syarat. Dengan demikian anak juga akan dapat menerima dirinya.

b. Menunjukkan harapan yang realistis

Orang tua perlu memperlakukan anak dengan memperhatikan kondisi/ kemampuan yang dimiliki anak. Orang tua tidak dapat menuntut anak di luar kemampuannya. Misalnya orang tua selalu menuntut anaknya selalu rangking pertama di kelas. Kalau anak tidak mampu memenuhi tuntutan orang tua, anak merasa dirinya gagal atau bodoh. Harapan yang realistis akan memungkinkan anak berhasil dan konsep diri anak akan terpengaruh secara positif.

c. Tidak otoriter pada anak

Sikap otoriter pada anak dapat mengakibatkan anak merasa tidak bisa apa-apa. Maka orang tua perlu memberi kebebasan pada anak dalam mengembangkan dirinya tetapi perlu didampingi.

d. Tidak memberi label/ cap pada anak

(35)

20

3. Usaha pendidik/ konselor

Menurut Sinurat (1993: 3) ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh para pendidik khususnya konselor untuk mengembangkan konsep diri positif:

a. Menjadi konselor yang memiliki konsep diri yang positif, sehingga dapat membantu anak mengembangkan konsep diri yang positif. Dengan berbekalkan konsep diri yang positif, cara konselor memperlakukan anak akan cenderung positif.

b.Menjadi konselor yang bersikap membesarkan hati orang lain (becoming a reinforcing person).

c. Membantu anak agar sadar akan segi-segi positifnya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat mereka semakin menyadari hal-hal yang positif dalam dirinya.

(36)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas jenis penelitian, subyek penelitian, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. “Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan” (Furchan, 2005: 447). Dengan

penelitian ini, peneliti ingin memperoleh gambaran tentang konsep diri anak asuh yang berusia remaja di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009.

B. Subyek Penelitian

(37)

22

Bandung, Papua, dll. Sebagian besar mereka beragama Katholik tetapi ada juga yang beragama Kristen dan Islam.

Panti Asuhan ini dijadikan tempat penelitian dengan pertimbangan: (1) peneliti sendiri melakukan praktek lapangan BK di Panti Asuhan ini, sehinggga peneliti sudah cukup mengenalnya, (2) adanya kebutuhan/gejala masalah yang perlu diteliti, (3) dan hasil penelitian dapat ditindaklanjuti untuk mengembangkan program pengembangan konsep diri anak asuh Panti Asuhan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang peneliti modifikasi dari skala penilaian konsep diri yang disusun oleh Pasao dengan jumlah item sebanyak 100. Modifikasi dilakukan pada rumusan beberapa kalimat karena ada beberapa item yang belum jelas rumusannya dan modifikasi pada alternatif jawaban dari 5 menjadi 4 alternatif jawaban.

(38)

diri, harga diri, dan kepercayaan diri. Item-item yang menunjukkan faktor-faktor konsep diri dalam skala penilaian konsep diri disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1

Faktor Skala Penilaian Konsep Diri

(39)

24

1. Skala penilaian konsep diri

Kuesioner yang digunakan dalam bentuk skala bertingkat dengan mengikuti prinsip-prinsip skala Likert tetapi dengan empat kategori jawaban yaitu: “amat sering atau selalu ”, “sering”, “kadang-kadang ”, dan “jarang atau tidak pernah”. Modifikasi skala Likert menjadi 4 kategori jawaban dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, yaitu karena kategori netral mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan, bisa juga diartikan netral, atau ragu-ragu (Raimundawati 2005: 31). Tersedianya jawaban netral di tengah juga menimbulkan kecenderungan memilih yang netral terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.

2.Sebaran item skala penilaian konsep diri

(40)

Tabel 2

Sebaran Item Positif dan Negatif

NO Item Positif No Item Negatif

1,2,6,7,8,11,14,15,16,20,21,24,25,26,30,

3.Skor skala penilaian konsep diri

Skor untuk pernyataan yang positif: untuk alternatif jawaban amat sering atau selalu (AS) adalah 4, untuk sering (SR) adalah 3, untuk kadang-kadang (KD) adalah 2, dan untuk jarang atau tidak pernah (TP) adalah 1. Sebaliknya untuk pernyataan yang negatif: skor alternatif jawaban amat sering atau selalu (AS) adalah 1, untuk sering (SR) adalah 2, untuk kadang-kadang (KD)

adalah 3, untuk jarang atau tidak pernah (TP) adalah 4.

4. Validitas dan Reliabilitas a.Validitas

Validitas menunjuk pada “sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang sebenarnya diukur oleh alat tersebut.” (Furchan, 2005: 293). Validitas yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity), yaitu sejauh mana item-item dalam kuesioner

mengungkap konsep diri.

(41)

26

Salle Green Hills, Marykonoll College, Universitas Philippines, SMU Don Mariano Marcos, SMU Quezon City dan SMU science Filipina (Pasao, 1973: 4). Skala penilaian konsep diri terbukti valid. Jumlah item yang disusun oleh Pasao pada mulanya 140 item. Berdasarkan hasil uji validitas item yang dilakukan terhadap 140 item kuesioner yang disusun Pasao diperoleh 110 item, dan akhirnya dipersingkat menjadi 100 item yang terdiri dari 50 item positif dan 50 item negatif. Proses perhitungan dilakukan dengan analisa komputer (program faktor SPSS) yang menghasilkan 10 faktor.

Skala penilaian konsep diri yang digunakan telah dikonsultasikan dengan beberapa ahli, dan telah diuji coba lagi validitas isinya dengan alasan bahwa subyek penelitian memiliki latar belakang yang berbeda, daerah tempat penelitian berbeda, jarak waktu antara penelitian Pasao dengan penelitian ini jauh.

(42)

Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberikan skor pada setiap item dan mentabulasi data uji coba (tabulasi skor dapat dilihat pada lampiran 1).

Selanjutnya, proses perhitungan dilakukan dengan computer melalui program SPSS. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap 100 item kuesioner diperoleh 85 item yang taraf validitasnya > 0,30. Rekapitulasi hasil perhitungan validitas taraf validitas item kuesioner dapat dilihat pada tabel 3, sedangkan hasil perhitungan taraf validitas item kuesioner dapat dilihat pada lampiran 2.

(43)

28

bahasa untuk memperbaiki kalimat dalam setiap item sehingga isinya lebih mudah ditangkap. Setelah item-item diperbaiki, peneliti konsultasi lagi kepada dosen pembimbing dan selanjutnya dilaksanakan penelitian ke Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung.

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur menunjuk pada “derajat keajekan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya” (Furchan, 1982: 310). Derajat

keajegan ditunjuk oleh koefisien realibilitas. Reliabilitas antara lain ditentukan oleh keadaan sampel dan jumlah item. Semakin banyak item, semakin luas wilayah pengukuran dan diharapkan memberikan hasil yang dipercaya.

(44)

Untuk menghitung taraf reliabilitas kuesioner, peneliti menempuh

langkah-langkah-langkah seperti yang dirumuskan Masidjo (1995: 218-219) sebagai berikut:

(1) Memberi skor pada tiap-tiap item dan mentabulasi data uji coba. (2) Skor-skor yang berasal dari item-item yang bernomor ganjil dimasukkan

dalam belahan pertama (X) dan item-item bernomor genap dikelompokkan dalam belahan kedua (Y). Skor-skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan dan akhirnya diperoleh skor total untuk belahan pertama dan skor total belahan kedua. (3) Skor total belahan pertama dikorelasikan dengan skor total belahan kedua.

Dalam menganalisis taraf reliabilitas, metode belah dua menggunakan dua rumus. Rumus pertama adalah rumus dari Pearson, yaitu teknik korelasi Product-Moment, kemudian hasil dari rumus tersebut dimasukkan ke dalam

rumus formula dari Spearman-Brown.

Langkah 1. Menghitung koefisien korelasi. Skor-skor belahan gasal- belahan genap dengan teknik Korelasi Product Moment.

r

xy = koefisien reliabilitas bagian gasal dan genap N = jumlah responden

(45)

30

(46)

Koefisien realibilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 s/d 1,00 (Masidjo, 1995: 209). Berdasarkan hasil perhitungan dan setelah dikoreksi dengan rumus Spearman-Brown, maka diperoleh koefisien sebesar 0,91. Dengan demikian koefisien reliabilitas kuesioner tngkat konsep diri anak asuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009 adalah sangat tinggi (≥0,91-1,00). Maka dapat disimpulkan bahwa alat penelitian yang digunakan adalah sangat reliabel.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data diawali dengan mengadakan uji coba instrumen. Uji coba kuesioner bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas instrumen sebelum alat tersebut dikenakan kepada responden penelitian yang sesungguhnya.

1. Tahap persiapan

a. Penyusunan kuesioner

(47)

32

Setelah alat selesai direvisi, peneliti menghubungi pembimbing untuk mengkomunikasikan alat yang telah dimodifikasi

oleh peneliti untuk diujicobakan. b. Uji coba kuesioner

Uji coba kuesioner bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen sebelum alat tersebut dikenakan kepada responden penelitian yang sesungguhnya dan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap kalimat yang digunakan.

Uji coba kuesioner dilakukan di Panti Asuhan Putri Brayat Pinuji Boro dan Panti Asuhan Putra Sancta Maria Boro. Untuk kepentingan tersebut peneliti menghubungi Pemimpin kedua Panti Asuhan tersebut. Uji coba kuesioner dilaksanakan pada hari Rabu, 01 April 2009 pkl 16.00-16.30 untuk Panti Asuhan Putra; sedang untuk Panti Asuhan Putri pada pukul 17.00-17.30. Sebelumnya peneliti memberikan penjelasan kepada anak-anak tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian kuesioner. Pelaksanaan uji coba berjalan lancar dan tertib.

2. Tahap Perlaksanaan

(48)

dilakukan dalam 2 kelompok dengan waktu yang berbeda karena anak-anak SMP dan SD sedang ujian sehingga harus menyesuaikan waktu dengan mereka.

Pada waktu pelaksanaan peneliti datang ke Panti Asuhan Betlehem Pangrekso Dalem Temanggung. Jumlah subyek penelitiaan adalah 35 anak, terdiri dari 18 remaja putri dan 17 remaja putra.

Proses pengumpulan data dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Peneliti meminta anak-anak untuk berkumpul di aula.

b. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya penelitian

c. Peneliti membagikan kuesioner kepada anak-anak yang telah dipersiapkan sebelumnya.

d. Peneliti menjelaskan petunjuk, kemudian responden diberi kesempatan untuk bertanya bila ada hal-hal yang belum jelas.

e. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk menuliskan identitas, kemudian mengisi kuesioner yang telah diterima. Selama mengisi kuesioner responden diberi kesempatan untuk bertanya bila ada kalimat yang tidak dimengerti.

f. Peneliti meminta responden untuk mengumpulkan lembaran kuesioner yang sudah selesai diisi.

(49)

34

dipahami maksudnya. Waktu pengisian kuesioner berlangsung 25-30 menit. Setelah data terkumpul peneliti mengolah data tersebut.

E. Teknik Analisis Data

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I sebagai dasar menggolongkan kualifikasi konsep diri ( sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi). PAP adalah suatu penilaian yang membandingkan perolehan skor individu dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya atau suatu skor yang idealnya dicapai oleh individu. PAP disebut juga penilaian patokan mutlak atau penilaian patokan absolut. Penilaian ini diorientasikan pada suatu standar yang absolut, tanpa menghubungkannya dengan kelompok tertentu. PAP I menetapkan batas pencapaian minimum pada persentil 65 %. Persentil 65 % juga sering disebut persentil maksimal karena passing score pada persentil 65 % dianggap merupakan batas penguasaan kompetensi minimal yang sudah tinggi.

Rumus penilaian Acuan Patokan I (PAP I) yang dikemukakan Masidjo (1995: 153) sebagai dasar penggolongan tinggi rendahnya skor konsep diri disajikan dalam tabel 5. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Menggolongkan konsep diri berdasarkan Penilaian Acuan Patokan

(50)

adalah 3, untuk kadang-kadang adalah 2, dan untuk jarang atau tidak pernah adalah 1. Sebaliknya untuk pernyataan yang negatif: skor

alternatif jawaban amat sering atau selalu adalah 1, untuk sering adalah 2, untuk kadang-kadang adalah 3, untuk jarang atau tidak pernah adalah 4.

b. Membuat tabulasi skor dari item-item kuesioner dan menghitung skor masing-masing responden. Tabulasi skor penelitian dapat dilihat pada lampiran 4.

c. Menggolongkan kualifikasi konsep diri dari seluruh responden berdasarkan PAP. Rumus penilaian Acuan Patokan I (PAP I) yang dikemukakan Masidjo (1995: 153) sebagai dasar penggolongan tinggi rendahnya skor konsep diri disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5

Penggolongan Tingkat Konsep Diri Berdasarkan PAP I Tingkat Konsep diri Kualifikasi

90%-100% Sangat Tinggi

80%-89% Tinggi

65%-79% Cukup

55%-64% Rendah

Dibawah 55% Sangat rendah

(51)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat jawaban atas masalah penelitian: “Bagaimanakah konsep diri anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009?” Penyajian hasil penelitian dilanjutkan dengan pembahasan.

A. Konsep Diri Anak Asuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem

Temanggung tahun 2008/2009

Tingkat konsep diri dihitung dengan menggunakan perhitungan Penilaian Acuan Patokan tipe I. Penilaian Acuan Patokan tipe I menetapkan bahwa untuk mendapatkan kualifikasi cukup tinggi, responden minimal harus mendapat skor sebanyak 65 % dari skor ideal atau total skor. Penggolongan tingkat konsep diri anak asuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009 dapat dilihat pada tabel 6, sedang deskripsi konsep diri anak asuh dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 6

Penggolongan Tingkat Konsep Diri Anak Asuh Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung Tahun 2008/2009

Rumus PAP I Rentang skor Frekuensi Presentase Kualifikasi

90%-100% 353-400 0 0 Sangat tinggi

80%-89% 320-352 5 14% Tinggi

65%-79% 270-319 25 71% Cukup

55%-64% 235-269 4 12% Rendah

(52)

Dari tabel 8 tampak bahwa tidak ada anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2008, yang memperoleh kualifikasi “sangat tinggi” dalam konsep diri, 5 anak (14%) memiliki konsep diri “tinggi”, 25 anak (71%) memiliki konsep diri “cukup”, 4 anak (12%) memiliki konsep diri “rendah” dan 1 anak (3%) memiliki konsep diri “sangat rendah”.

Kosep diri dari kebanyakan anak asuh (71%) tergolong cukup. Kategori cukup peneliti pandang sebagai kurang tinggi, masih agak negatif. Yang ideal adalah tingggi atau sangat tinggi. Karena itu peneliti menyimpulkan bahwa konsep diri anak asuh yang berusia remaja di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009 masih kurang tinggi dan perlu ditingkatkan.

B. Pembahasan

Pada bagian ini peneliti mau membahas dampak/akibat, sebab-sebab, dan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsep diri.

Anak asuh yang memiliki konsep diri tinggi/positif ada 5 anak. Anak asuh yang memiliki konsep diri yang tinggi atau positif antara lain cenderung: (1) memiliki rasa percaya diri yang tinggi, (2) menghargai diri sendiri dan orang lain, (3) berani berpendapat, (4) optimis dan memiliki tujuan-tujuan yang realistis, (5) memiliki motivasi yang tinggi untuk mengaktualisasikan diri, (6) mampu berelasi dengan orang lain dan cepat menyesuaikan diri.

(53)

38

beberapa orang tua anak masih memberikan perhatian bagi anak-anak dengan menelpon, mengunjungi dan memberikan keperluan pribadi. Perhatian orang tua dan keluarga yang lain sangat berarti bagi mereka sehingga dapat sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri yang positif.

Faktor kedua adalah penerimaan diri anak asuh. Anak asuh yang mampu menerima keadaan dirinya dan melihat segi-segi positif dari pengalamannya akan lebih berkembang konsep dirinya.

Faktor ketiga adalah relasi dengan teman-teman Panti. Kemampuan bergaul dengan teman-teman sepanti sangat mempengaruhi perkembangan konsep diri yang positif bagi anak-anak. Mereka diharapkan mampu menyesuaiakan diri dengan teman, bisa bekerja sama, rela membantu teman, menghargai teman, dll. Faktor keempat adalah kemampuan intelektual dan bakat-bakat yang dimiliki.

Anak yang memiliki kemampuan intelektual yang cukup dan bakat-bakat yang menonjol akan memiliki konsep diri yang positif karena mereka merasa bahwa dirinya berharga. Anak-anak yang menggunakan kesempatan dengan baik untuk mengembangkan dirinya memiliki konsep diri positif. Misalnya di Panti Asuhan Pangrekso Dalem ada beberapa anak yang bisa main gitar karena rajin latihan, maka anak-anak tersebut konsep dirinya lebih berkembang.

(54)

dan untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu, pembahasan mengenai tingkat konsep diri cukup, rendah dan sangat rendah, disatukan. Ketiganya dianggap kurang tinggi/negatif.

Anak asuh yang memiliki konsep diri kurang tinggi/negatif antara lain cenderung: (1) kurang percaya diri sehingga ragu untuk bertindak, (2) kurang menghargai diri sendiri dan orang lain (3) sulit bergaul dan lambat dalam menyesuakan diri, (3) cepat tersinggung, (4) bersikap pesimis dan tujuan hidupnya kurang jelas, (5) kemauan untuk mengembangkan minat dan bakat rendah.

Faktor pertama yang kiranya menyebabkan anak asuh memiliki konsep diri kurang tinggi/ negatif adalah keluarga. Pada umumnya mereka berasal dari keluarga yang kurang harmonis dan kurang mampu secara ekonomis. Keadaan yang demikian dapat mempengaruhi konsep diri anak secara negatif

Faktor kedua adalah kurang adanya pendampingan yang memadai. Para pengasuh pada umumnya belum memiliki bekal yang cukup untuk mendampingi anak-anak, sehingga seringkali melakukan tindakan yang kurang tepat terhadap anak-anak, kurang memberi pendampingan dengan baik, dan waktu untuk berbicara secara pribadi dengan anak hampir tidak ada.

(55)

40

Faktor keempat yang kiranya juga berpengaruh adalah kurang seriusnya anak-anak mengembangkan bakat dan minatnya, sehingga kurang banyak hal-hal yang dapat berpengaruh positif pada konsep dirinya.

(56)

41

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran untuk berbagai pihak. Bagian kesimpulan merupakan rangkuman hasil penelitian dan hasil pembahasan, serta merupakan jawaban terhadap masalah yang dikemukanan. Bagian saran memuat saran-saran berdasarkan hasil penelitian dan ditujukan pada pengelola Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung, para pengasuh dan peneliti lain.

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: tidak ada anak (0%) yang memiliki konsep diri “sangat tinggi”, 5 anak (14%) memiliki konsep diri “tinggi”, 25 anak (71%) memiliki konsep diri “cukup”, 4 anak (12%) memiliki konsep diri “rendah”, dan 1 anak (3%) memiliki konsep diri “sangat rendah”.

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah konsep diri anak asuh usia remaja Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2008/2009 masih belum setinggi yang diharapkan atau masih kurang tinggi dan perlu ditingkatkan.

B. Saran

(57)

42

1. Pengelola Panti Asuhan

a. Pengelola Panti Asuhan hendaknya memberikan kesempatan kepada para pengasuh untuk meningkatkan profesionalitasnya antara lain dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan pengembangan kepribadian anak, mengikuti pelatihan untuk pendampingan anak dan pengembangan konsep diri anak, studi banding ke Panti Asuhan lain. b. Pengelola Panti Asuhan mempertegas kembali pelaksanaan latihan

pengembangan bakat dan minat anak sesuai dengan rencana.

c. Pengelola Panti Asuhan perlu berusaha menyediakan tenaga konselor yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang perlu untuk pengembangan konsep diri anak.

2. Para Pengasuh

a. Para pengasuh Panti Asuhan hendaknya mengembangkan wawasannya dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan pengembangan kepribadian anak, khususnya pengembangan konsep diri positif.

(58)

3. Peneliti lain

a. Dalam mengadaptasi instrumen Skala Penilaian Konsep Diri hendaknya berkonsultasi dengan para ahli di bidang Psikologi, Bahasa Indonesia dan Budaya, Bimbingan dan Konseling agar pernyataan item sesuai untuk anak asuh usia remaja di Panti Asuhan serta sesuai dengan budaya Indonesia, dan agar isi masing-masing item sejalan dengan alternatif jawaban. Item no. 24 (saya senang berolahraga) lebih menunjukkan minat. Lebih baik diubah misalnya menjadi: “Saya berolahraga secukupnya untuk menjaga kesehatan saya.”

b. Mengembangkan penelitian-penelitian lain yang relevan untuk semakin memahami konsep diri anak asuh di Panti Asuhan dan mengembangkannya.

c. Baik kalau diadakan penelitian mengenai persepsi anak asuh di Panti Asuhan tentang:

1) Perlakuan yang dialami anak asuh dari para pengasuh

2) Persepsi para pengasuh Panti Asuhan tentang pengasuhan anak yang baik

(59)

44

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Burns, R.B. (1993). Konsep Diri. Jakarta: Archan

Centi, P.J. ( 2006). Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta: Kanisius

Furchan, Arief, H. (2005). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gunarso, S. (1986). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT.BPK. Gunung Mulia

Hurlock, E.B. (2002). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Masidjo. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius

Nurwaningsih, M.D. (2005). Deskripsi Konsep Diri Anak Putra di Panti Asuhan Sancta Maria dan Anak Putri di Panti Asuhan Brayat Pinuji

Boro Tahun Ajaran 2004/2005 Menurut “Piers-Harris Children’s Self

Concept Scale” dan Implikasinya Pada Usulan Program Bimbingan

Kelompok. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma. (Skripsi)

Pasao. (1979). Self Concept Rating Scale. Manila, Philipines: Counselor Recording and Test

(60)

Raimundawati, V. (2005). Deskripsi Tingkat Konsep Diri Siswa Kelas II SMA Stella Duce Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2004/2005 dan

Implikasinya Terhadap Usulan Program Bimbingan Klasikal. (Skripsi)

Yogyakarta: Program Sarjana S1 Universitas Sanata Dharma

Sinurat, R.H.Dj. (1993). Konsep Diri dan Pengembangannya. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma

Surya, H. (2007). Percaya Diri itu Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Susana,T. Dkk. (2006). Konsep Diri Positif Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius

Thantawy, R. (2005). Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Grasindo

Yulianti, I.S. (2002). Deskripsi Tingkat Konsep Diri siswa Kelas I Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Yogyakarta Rumpun akuntansi dan

Manajemen tahun ajaran 2000/2001 Menurut Skala Penilaian Konsep

Diri Pasao. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma. (Skripsi)

(61)
(62)

Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

(63)

31 1 2 2 2 3 2 2 2 4 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2

(64)
(65)

2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 4 2 2 3 2

(66)
(67)

3 3 2 2 3 4 3 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 1 4 4 3 3

184 162 140 180 172 201 143 158 156 180 166 187 168 208 204 143 164 188 173 183 156 178 180 142 146 176 193 164 141 164 160 207 186 172

(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

55

No Item

Corrected Item-Total Correlation

Koefisien Korelasi

Item Total Keputusan

84 0.537 0,30 VALID

85 0.489 0,30 VALID

86 0.325 0,30 VALID

87 0.410 0,30 VALID

88 0.337 0,30 VALID

89 0.484 0,30 VALID

90 0.428 0.30 VALID

91 0.493 0,30 VALID

92 0.468 0,30 VALID

93 0.417 0,30 VALID

94 0.358 0.30 VALID

95 0.502 0,30 VALID

96 0.457 0,30 VALID

97 0.400 0,30 VALID

98 0.376 0,30 VALID

99 0.416 0,30 VALID

(74)

Reliability

Warnings

The determinant of the covariance matrix is zero or approximately zero. Statistics based

on its inverse matrix cannot be computed and they are displayed as system missing

values.

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 60 100.0

Excludeda 0 .0

Total 60 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

(75)
(76)
(77)
(78)

No No. Anak Skor yang dicapai Skor Maksimal Kategori Kategori Posisi Skor

1 15 352 400 88% Tinggi 80%<X<89%

2 32 333 400 83,25% Tinggi 80%<X<89%

3 35 323 400 80,75% Tinggi 80%<X<89%

4 31 322 400 80,5% Tinggi 80%<X<89%

5 7 320 400 80% Tinggi 80%<X<89%

6 18 318 400 79,5% Cukup 65%<x<79%

7 22 313 400 78,25% Cukup 65%<x<79%

8 13 313 400 78,25% Cukup 65%<x<79%

9 3 311 400 77,75% Cukup 65%<x<79%

10 5 307 400 76,75% Cukup 65%<x<79%

11 33 305 400 76,25% Cukup 65%<x<79%

12 14 301 400 75,25% Cukup 65%<x<79%

13 26 300 400 75% Cukup 65%<x<79%

14 16 299 400 74,75% Cukup 65%<x<79%

15 10 297 400 74,25% Cukup 65%<x<79%

16 17 294 400 73,50% Cukup 65%<x<79%

17 8 292 400 73% Cukup 65%<x<79%

18 20 291 400 72,75% Cukup 65%<x<79%

19 29 290 400 72,50% Cukup 65%<x<79%

20 6 289 400 72,25% Cukup 65%<x<79%

21 9 288 400 72% Cukup 65%<x<79%

22 25 288 400 72% Cukup 65%<x<79%

23 34 284 400 71% Cukup 65%<x<79%

24 19 284 400 71% Cukup 65%<x<79%

25 12 282 400 70,50% Cukup 65%<x<79%

26 21 278 400 69,50% Cukup 65%<x<79%

27 11 277 400 69,25% Cukup 65%<x<79%

28 23 277 400 69,25% Cukup 65%<x<79%

29 28 271 400 67,75% Cukup 65%<x<79%

30 24 270 400 67,50% Cukup 65%<x<79%

31 1 259 400 ,64,75% Rendah 55%<x<64%

32 2 241 400 60,25% Rendah 55%<x<64%

33 27 239 400 59,75% Rendah 55%<x<64%

34 30 235 400 58,75% Rendah 55%<x<64%

35 4 218 400 54,50% Sangat RendahDibawah 55%

(79)
(80)
(81)
(82)

Gambar

Tabel 1  Faktor Skala Penilaian Konsep Diri
Tabel 2 Sebaran Item Positif dan Negatif
Tabel 3
Tabel 4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan melalui peran penerimaan diri dan dukungan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) tingkat dukungan sosial pada remaja asuh di Panti Asuhan Sinar Melati Sleman Yogyakarta, 2) tingkat efikasi diri dalam

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana gambaran konsep diri remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang. Pemilihan sampel menggunakan metode

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam upaya mencapai tujuan penelitian ini, yaitu untuk meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan, maka penulis melakukan penelitian

HUBUNGAN KOMPONEN KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA AWAL (12-16 tahun) DI PANTI.. ASUHAN AISYIYAH CABANG AMPANG

Berdasarkan hasil penelitian Peranan Panti Asuhan Dalam Melaksanakan Fungsi Pengganti Keluarga Anak Asuh di UPTD Panti Sosial Asuhan Anak Harapan Kota Samarinda

Berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah tentang perbedaan konsep diri remaja sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok yang ada di Panti Asuhan

Sebaliknya bagi remaja panti asuhan baik asrama maupun cottage yang tidak memiliki kedekatan dengan orangtua asuh maupun teman sebaya akan cenderung merasa kesulitan untuk mendapatkan