Universitas Kristen Maranatha Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana gambaran konsep diri remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang. Pemilihan sampel menggunakan metode Purposive Sampling, dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Alat ukur yang digunakan merupakan modifikasi dari kuesioner konsep diri dari William H. Fitts, 1996. Tennesse Self Concept Scale. TSCS:2, manual, second edition yang terdiri dari 82 item. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, dari uji validitas alat ukur yang telah dilakukan maka diperoleh 73 item yang valid dengan nilai validitas yang berkisar 0,311 - 0,835 dengan reliabilitas 0,8621.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 87,9% remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang memiliki konsep diri positif dan 12,1% memiliki konsep diri negatif).
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa sejalan dengan aspek-aspek konsep diri, sebagian besar remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang memiliki konsep diri positif dengan aspek Physical Self, Moral Self, Social Self, Personal Self, Family Self, dan Academic/work Self yang positif. Nampak bahwa remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang menghayati bahwa keluarga sangat berperan dalam menentukan kehidupan mereka.
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI……….………..iv
DAFTAR SKEMA ………..viii
DAFTAR TABEL……….………..…...ix
DAFTAR DIAGRAM………..…...x
DAFTAR LAMPIRAN………..………...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………..……..1
1.2 Identifikasi Masalah………..…….…….10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………..……..10
1.3.1 Maksud Penelitian………..…………10
1.3.2 Tujuan Penelitian....………...………10
1.4 Kegunaan Penelitian………..…………..11
1.4.1 Kegunaan Teoritis……….…….11
1.4.2 Kegunaan Praktis……….……..11
1.5 Kerangka Pemikiran……….………...11
Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diri……….….……….26
2.1.1 Definisi Konsep Diri……….…………..26
2.1.2 Perkembangan Konsep Diri……….…...26
2.1.2.1 Teori-teori tentang Perkembangan Konsep Diri…..28
2.1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri………..…...30
2.1.3 Pembentukan Konsep Diri……….….……33
2.1.4 Dimensi-dimensi Konsep Diri……….…….…...….33
2.1.5 Konsep Diri dan Kepribadian………..….…..38
2.1.6 Konsep Diri dan Tingkah Laku…………..……….…...38
2.1.7 Pengukuran Konsep Diri………...…..40
2.2 Remaja………..………..…...43
2.2.1 Definisi dan Batasan Remaja……….………..…...43
2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan Remaja………….…….….…...43
2.2.3 Perubahan Dasar Masa Remaja…………..…………..……..44
2.2.3.1 Perubahan biologis………..….……...44
2.2.3.2 Perubahan kognitif………..…...…...45
2.2.3.3 Perubahan sosial………....……..46
2.2.4 Perubahan dalam Kognisi Sosial……….…...……46
2.2.4.1 Impresion Formation………...………...47
Universitas Kristen Maranatha
2.2.4.3 Morality and Social Conventions………....……49
2.2.5 Perubahan dalam Konsep Diri………...……49
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………...…………58
3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ...58
3.2.1 Variabel Penelitian………...………58
3.2.2 Definisi Konseptual………...………...59
3.2.3 Definisi Operasional……...………...…………...59
3.3 Alat Ukur………...…....………61
3.3.1 Alat Ukur Konsep Diri………...……….61
3.3.1.1 Prosedur Pengisian………...…...….65
3.3.1.2 Sistem Penilaian………...….65
3.3.2 Data Pribadi dan Data Penunjang…………...…..……..66
3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ………....…..……..67
3.4.1 Validitas Alat Ukur ………...…..…67
3.4.2 Uji Reliabilitas ………..…..……67
3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling...67
3.5.1 Populasi Sasaran………..………..….…...67
3.5.2 Karakteristik Populasi………...………....…………67
Universitas Kristen Maranatha
3.6 Teknik Analisis Data ……….69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data……….70
4.2 Pembahasan………..74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………...………...…………81
5.2 Saran………...……….82
DAFTAR PUSTAKA……….………83
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 Kerangka Pikir...24
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan Remaja...43
Tabel 3.1 Tabel Alat Ukur TSCS...64
Tabel 4.1.1 Data Konsep Diri………..70
Tabel 4.1.2 Tabulasi Silang Antara Aspek Konsep Diri Dan Physical Self...71
Tabel 4.1.3 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Aspek Moral Ethical Self.71 Tabel 4.1.4 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Aspek Personal Self...72
Tabel 4.1.5 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Aspek Family Self...72
Tabel 4.1.6 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Aspek Social Self………73
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR DIAGRAM
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat Ukur Konsep Diri
Lampiran 2 Data Penunjang
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4 Kisi-kisi Alat Ukur
Lampiran 5 Data Skor Mentah Responden
Lampiran 6 Data Skor Mentah Responden Per aspek
Lampiran 7 Gambaran Responden dan Tabulasi Silang
Lampiran 1
KATA PENGANTAR
Saya mahasiswa Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang bermaksud
untuk melakukan penelitian terhadap Remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim
Piatu “X” Lembang. Penelitian ini ditunjukan dalam rangka memenuhi syarat
tugas akhir.
Agar penelitian ini dapat terlaksana, saya mengharapkan kesediaan dan
bantuan dari adik-adik untuk meluangkan waktu mengisi angket ini. Data yang
adik-adik berikan sangat bermanfaat bagi perkembangan dan penerapan ilmu
pengetahuan. Oleh karenanya saya sangat mengharapkan agar adik-adik mengisi
angket ini sebaik-baiknya, sesuai dengan kenyataan yang ada dengan
sejujur-jujurnya, sehingga dapat diperoleh data yang objektif. Untuk itu saya akan
menjaga kerahasiaan data pribadi adik-adik.
Partisipasi adik-adik sangat saya harapkan. Atas kesediaan dan bantuan
yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.
Lampiran 1
IDENTITAS
1. Nama (Initial) : ...
2. Usia : ...
3. Jenis kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Tinggal di Yayasan sejak usia: ...
5. Lama tinggal di Yayasan : ...
Lampiran 1
Petunjuk pengisian :
Pernyataan-pernyataan berikut ini membantu adik-adik menggambarkan
diri sendiri sebagaimana adik-adik melihat diri adik-adik sendiri setelah tinggal di
Yayasan. Jawablah pernyataan-pernyataan itu seakan-akan adik-adik sedang
menggambarkan diri adik-adik sebagaimana adanya. Jawablah dengan respon
pertama dengan cara memberi tanda check list ( √ ). Jangan melewati 1 nomor
pun. Bacalah setiap pernyataan baik-baik, lalu pilihlah salah satu jawaban dari 4
pilihan jawaban tersebut.
Keterangan:
S= Sesuai CS= Cukup Sesuai KS= Kurang Sesuai TS= Tidak Sesuai
No. Pernyataan S CS KS TS
1. Saya adalah orang yang jujur
2. Saya adalah anggota dari sebuah keluarga panti
yang bahagia
3. Saya tidak merasa nyaman bersama orang lain
4. Matematika itu sukar bagi saya
5. Saya adalah orang yang ramah
6. Saya puas dengan kelakuan saya yang sesuai
dengan moral (norma-norma)
Lampiran 1
8. Tingkah laku saya tidak memenuhi harapan
keluarga di panti
9. Saya adalah orang yang taat menjalankan
aturan-aturan agama
10. Saya puas dengan hubungan saya dan keluarga
di panti
11. Saya bukan seperti yang saya harapkan
12. Saya mengerti keadaan keluarga di panti
dengan baik
13. Saya membenci diri saya sendiri
14. Saya merasa tidak sesehat seperti yang
seharusnya
15. Saya pandai dalam pelajaran matematika
16. Saya puas menjadi diri saya apa adanya
17. Saya mempunyai tubuh yang sehat
18. Saya menyadari bahwa saya orang yang kurang
rapi
19. Saya adalah orang yang baik hati
20. Saya mencoba melarikan diri dari masalah yang
saya hadapi
21. Saya orang yang periang
22. Saya bukanlah siapa-siapa (tidak berarti bagi
Lampiran 1
23. Keluarga saya di panti selalu menolong saya
dalam setiap masalah
24. Saya orang yang sering sakit-sakitan dan
menderita
25. Saya adalah orang yang berpenyakit
26. Saya kurang dapat menghayati ajaran-ajaran
agama yang saya pegang
27. Orang lain berpikir bahwa saya pandai
28. Saya adalah orang yang pendendam
29. Saya seorang yang tidak mampu
mengendalikan diri
30. Saya tidak dicintai oleh keluarga di panti
31. Saya merasa keluarga di panti tidak
mempercayai saya
32. Saya kurang mampu menyelesaikan tugas
dengan baik
33. Saya orang yang pemarah
34. Saya sulit berteman
35. Terkadang saya berfikir mengenai hal buruk
yang tidak mungkin saya ungkapkan
36. Kadang-kadang ketika saya kurang sehat
Lampiran 1
37. Saya tidak terlalu gemuk juga tidak terlalu
kurus
38. Saya tidak akan pernah secerdas orang lain
39. Saya suka bekerja tentang hal-hal yang
berhubungan dengan angka-angka
40. Saya seramah seperti yang saya inginkan
41. Saya menemukan kesulitan melakukan hal-hal
yang baik
42. Saya seharusnya memiliki tubuh yang lebih
menarik
43. Saya seharusnya tidak banyak berbohong
44. Saya mengalami kesulitan dalam membaca
45. Saya memperlakukan ibu yang mengasuh saya
sebaik mungkin
46. Saya mudah tersinggung oleh perkataan yang
tidak enak yang disampaikan oleh keluarga di
panti
47. Saya seharusnya lebih mencintai keluarga saya
di panti
48. Saya puas dengan perlakuan saya terhadap
orang lain
49. Saya seharusnya dapat bergaul lebih baik
Lampiran 1
50. Kadang-kadang saya ingin mencaci maki orang
lain
51. Saya merawat tubuh saya dengan baik
52. Saya berusaha untuk berhati-hati dalam
berpenampilan
53. Saya menjalankan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari
54. Kadang-kadang saya melakukan hal-hal yang
buruk/salah
55. Saya selalu dapat menempatkan diri dalam
segala situasi
56. Saya melakukan dengan baik apa yang saya
inginkan dalam melakukan pekerjaaan saya
57. Saya merasa sehat setiap saat
58. Saya benar-benar memperhatikan keluarga saya
di panti
59. Saya berusaha memahami pikiran orang lain
60. Saya lebih suka di posisi menang dibandingkan
di posisi yang kalah dalam sebuah permainan
61. Saya tidak terampil dalam permainan dan
olahraga
Lampiran 1
63. Saya tidak tahu bagaimana mengerjakan
sesuatu dengan tepat
64. Saya mengalami gangguan tidur
65. Saya sering melakukan hal yang benar
66. Saya cukup mudah untuk menyelesaikan
masalah-masalah saya
67. Saya adalah orang yang sering menyakiti orang
lain
68. Saya merasa puas akan kehidupan agama saya
69. Saya suka bertengkar dengan keluarga di panti
70. Saya dapat melihat kebaikan orang lain yang
saya temui
71. Saya mengalami kesulitan untuk berbicara
dengan orang yang tidak saya kenal
72. Saya suka menunda-nunda pekerjaan
Lampiran 2
Di bawah ini terdapat sejumlah pertanyaan mengenai keadaan pribadi adik-adik.
Cara pengisiannya adalah dengan mengisi setiap pertanyaan yang ada sesuai
dengan diri adik dengan memberi tanda silang pada setiap pilihan yang
adik-adik pilih ( X ). Apabila tidak ada pernyataan yang sesuai dengan diri adik-adik-adik-adik,
adik-adik diminta untuk menuliskan keterangan pada tempat kosong yang telah
tersedia..
1. Di lingkungan tempat tinggal, saya merasa:
a. cukup diperhatikan dan dihargai oleh teman-teman sekitar
b. terlalu dilindungi oleh teman-teman sekitar
c. tidak diperhatikan dan dihargai oleh teman-teman sekitar
d. ………...……..
2. Saya mempunyai julukan yang mengganggu diri saya dari teman-teman:
a. Ya b. Tidak
Jika ya, julukan seperti apa?...
Mengapa julukan tersebut dirasakan mengganggu?...…...
………...……….…
Lampiran 2
3. Saya mempunyai………. teman dekat
a. 1 – 3 orang
b. 4 – 6 orang
c. 7 – 10 orang
d. > 10.orang
e. Tidak mempunyai
4. Dalam berteman saya merasa:
a. Sangat mudah untuk berteman
b. Membutuhkan waktu untuk bisa akrab dengan orang lain
c. Sulit mengawali pembicaraan
d. ………..
5. Adakah masalah yang terjadi di dalam lingkungan tempat tinggal:
a. Ya ada b. Tidak ada
Jika ada, masalah seperti apa?...
Bagaimana cara mengatasinya?...
Lampiran 2
6. Di Yayasan tempat tinggal saya, saya merasa lebih dekat dengan:
a. kepala Yayasan
b. pihak-pihak Yayasan
c. ibu yang mengasuh saya
d. teman-teman
e. ………
7. Saya menggambarkan hubungan saya dengan anggota keluarga di asrama
seperti...
...
8. Di dalam rumah asrama kami:
a. mendukung dan memperhatikan satu sama lain
b. tidak peduli satu sama lain
c. bertentangan satu sama lain
d. ...
9. Dalam mendidik ibu yang mengasuh saya:
a. mengharuskan untuk mengikuti perintah tanpa memberi kesempatan untuk
mengatakan keinginan saya
b. mau mendengarkan pendapat/saran saya
c. memberikan kebebasan sepenuhnya pada saya
Lampiran 2
10.Jika saya memiliki masalah apa yang biasanya saya lakukan?...
...
Apakah ibu ikut membantu masalah tersebut?...
Menurut saya perhatian yang diberikan oleh ibu yang mengasuh saya sangat
berarti:
a. Ya b. Tidak
Jika Ya, perhatian seperti apa yang diberikan?...
……….…
Lampiran 3
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Item Nilai Validitas Keterangan Item Nilai Validitas Keterangan
1 0,062 tidak dipakai 42 0,309 dipakai
12 0,2 tidak dipakai 53 0,355 dipakai
13 0,444 dipakai 54 0,312 dipakai
Lampiran 4
Tabel Kisi-kisi Alat Ukur
Aspek Item Positif Item Negatif
Physical identity
17. Saya mempunyai tubuh yang sehat 24. Saya orang yang sering sakit-sakitan dan
menderita
25. Saya adalah orang yang berpenyakit
Moral ethical identity
1. Saya adalah orang yang jujur
9. Saya adalah orang yang taat menjalankan aturan-
aturan agama
19. Saya adalah orang yang baik hati
26. Saya kurang dapat menghayati ajaran-ajaran
agama yang saya pegang
33. Saya orang yang pemarah
67. Saya adalah orang yang sering menyakiti orang
lain
Personal identity
21. Saya orang yang periang
73. Saya dapat mengendalikan diri
22. Saya bukanlah siapa-siapa (tidak berarti bagi
orang lain)
28. Saya adalah orang yang pendendam
29. Saya seorang yang tidak mampu
Lampiran 4
Family identity
2. Saya adalah anggota dari sebuah keluarga panti
yang bahagia
23. Keluarga saya di panti selalu menolong saya
dalam setiap masalah
30. Saya tidak dicintai oleh keluarga di panti
31.Saya merasa keluarga di panti tidak
mempercayai saya
Social identity 5. Saya adalah orang yang ramah 34. Saya sulit berteman
Academic/work identity
15. Saya pandai dalam pelajaran matematika
39. Saya suka bekerja tentang hal-hal yang
berhubungan dengan angka-angka
4. Matematika itu sukar bagi saya
38. Saya tidak akan pernah secerdas orang lain
Physical judging
37. Saya tidak terlalu gemuk juga tidak terlalu kurus
57. Saya merasa sehat setiap saat
62. Saya terlihat baik sebagaimana adanya
14. Saya merasa tidak sesehat seperti yang
seharusnya
18. Saya menyadari bahwa saya orang yang
kurang rapi
36. Kadang-kadang ketika saya kurang sehat
(berperasaan tidak enak), saya merasa jengkel
42. Saya seharusnya memiliki tubuh yang lebih
Lampiran 4
Moral ethical judging
6. Saya puas dengan kelakuan saya yang sesuai
dengan moral (norma-norma)
68. Saya merasa puas akan kehidupan agama saya
35. Terkadang saya berfikir mengenai hal buruk
yang tidak mungkin saya ungkapkan
43. Saya seharusnya tidak banyak berbohong
Personal judging
16.Saya puas menjadi diri saya apa adanya
60.Saya lebih suka di posisi menang dibandingkan di
posisi yang kalah dalam sebuah permainan
11. Saya bukan seperti yang saya harapkan
13. Saya membenci diri saya sendiri
Family judging
10.Saya puas dengan hubungan saya dan keluarga di
panti
12.Saya mengerti keadaan keluarga di panti dengan
baik
46. Saya mudah tersinggung oleh perkataan yang
tidak enak yang disampaikan oleh keluarga di
panti
47. Saya seharusnya lebih mencintai keluarga saya
di panti
Social judging
40. Saya seramah seperti yang saya inginkan
48. Saya puas dengan perlakuan saya terhadap orang
lain
49. Saya seharusnya dapat bergaul lebih baik
Lampiran 4
Academic/work judging
27. Orang lain berpikir bahwa saya pandai 7. Saya tidak sepandai orang lain di sekitar saya
Physical behavior
51.Saya merawat tubuh saya dengan baik
52.Saya berusaha untuk berhati-hati dalam
berpenampilan
61. Saya tidak terampil dalam permainan dan
olahraga
64. Saya mengalami gangguan tidur
Moral ethical behavior
53. Saya menjalankan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari
65.Saya sering melakukan hal yang benar
41.Saya menemukan kesulitan melakukan hal-hal
yang baik
54.Kadang-kadang saya melakukan hal-hal yang
buruk/salah
Personal behavior
55.Saya selalu dapat menempatkan diri dalam segala
situasi
66.Saya cukup mudah untuk menyelesaikan
masalah-masalah saya
20.Saya mencoba melarikan diri dari masalah yang
saya hadapi
50.Kadang-kadang saya ingin mencaci maki orang
lain
Family behavior
45.Saya memperlakukan ibu yang mengasuh saya
sebaik mungkin
8.Tingkah laku saya tidak memenuhi harapan
Lampiran 4
58.Saya benar-benar memperhatikan keluarga saya di
panti
69.Saya suka bertengkar dengan keluarga di panti
Social behavior
59. Saya berusaha memahami pikiran orang lain
70. Saya dapat melihat kebaikan orang lain yang saya
temui
3. Saya tidak merasa nyaman bersama orang lain
71. Saya mengalami kesulitan untuk berbicara
dengan orang yang tidak saya kenal
Academic/work behavior
56. Saya melakukan dengan baik apa yang saya
inginkan dalam melakukan pekerjaaan saya
32. Saya kurang mampu menyelesaikan tugas
dengan baik
44. Saya mengalami kesulitan dalam membaca
63. Saya tidak tahu bagaimana mengerjakan
sesuatu dengan tepat
Lampiran 7
1.1 Gambaran Responden
1.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 14 42,4% Perempuan 19 57,5%
Total 33 100%
Tabel 1.1.1 Jenis Kelamin Responden
1.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase 10-13 tahun 15 45,5% 14-18 tahun 18 54,5%
Total 33 100% Tabel 1.1.2 Usia Responden
1.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Tinggal di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang
Lamanya Tinggal di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang
Frekuensi Persentase
< 1 tahun 1 3,0%
1-2 tahun 4 12,1%
3-4 tahun 2 6,1%
5-6 tahun 6 18,2%
> 6 tahun 20 60,6%
Total 33 100%
Lampiran 7
2.2 Tabulasi Silang
2.2.1 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Jenis Kelamin
Tabel 2.2.1 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Jenis Kelamin
2.2.2 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Lamanya Tinggal di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang
Tabel 2.2.2 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Lamanya Tinggal di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang
2.2.3 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Usia
Tabel 2.2.3 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Usia Jenis Kelamin Konsep Diri Total
Positif Negatif Yatim Piatu “X” Lembang
Lampiran 7
2.2.4 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Lingkungan Sosial Konsep Diri
Faktor
Konsep Diri
Total + -
Lingkungan Sosial
+ 26 2 28
92,9% 7,1% 100%
- 3 2 5
60% 40% 100% Tabel 2.2.4 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Lingkungan Sosial
2.2.5 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Situasi Keluarga Konsep Diri
Faktor
Konsep Diri
Total + -
Situasi Keluarga
+ 27 2 29
93,1% 6,9% 100%
- 2 2 4
Lampiran 8
PROFIL YAYASAN “X” LEMBANG
Deskripsi Yayasan “X” Lembang
Yayasan “X” Lembang pertama kali didirikan oleh Hermann Gmeiner pada tahun 1949 di kota Imst, Austria, dengan tujuan untuk menolong anak-anak
yang membutuhkan bantuan, anak-anak yang telah kehilangan tempat tinggal, rasa
aman, dan keluarganya, yang disebabkan oleh meletusnya Perang Dunia II.
Yayasan “X” Lembang adalah sebuah organisasi sosial independen non-pemerintah yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pengasuhan anak jangka
panjang berbasis keluarga. Konsep Yayasan “X” Lembang adalah membantu,
mengasuh dan memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak yatim piatu dan
kurang beruntung, yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama dan ras.
Kami memberikan kasih sayang melalui rumah tinggal, keluarga, dan kehidupan
yang memadai agar kelak mereka memiliki kehidupan yang mandiri. Saat ini
terdapat 5 Yayasan “X” yang terletak di Lembang, Semarang, Jakarta, Bali dan
Flores. 3 Yayasan “X” yang sedang dalam proses pendirian adalah Yayasan “X”
Lampiran 8
Visi Yayasan “X” Indonesia
Setiap Anak Dibesarkan dalam Keluarga dengan Kasih Sayang, Rasa Dihargai, dan Rasa Aman. Keluarga adalah jantung masyarakat. Di dalam sebuah keluarga, setiap anak dilindungi dan merasakan menjadi bagian dari
keluarga. Di sini, anak-anak belajar tentang nilai, saling berbagi tanggung jawab
dan membentuk hubungan yang langgeng sepanjang hidup.
• Setiap anak tumbuh dalam kasih sayang dan cinta
Melalui cinta serta rasa diterima, luka-luka batin disembuhkan dan rasa
percaya diri, baik kepada diri sendiri maupun orang lain, dibangun. Dengan
keyakinan diri ini, setiap anak dapat mengenal dan mengembangkan
bakatnya.
• Setiap anak tumbuh dalam rasa dihargai
Suara setiap anak didengar dan diperhatikan secara serius. Mereka turut ambil
bagian dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan
mereka dan dibimbing untuk mengambil peranan utama dalam perkembangan
diri mereka sendiri, sehingga mereka tumbuh dengan rasa dihargai dan
bermartabat sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
• Setiap anak tumbuh dalam rasa aman
Anak-anak dilindungi dari perlakuan kejam, ditelantarkan dan eksploitasi,
dan diselamatkan dari bencana alam dan perang. Mereka memiliki tempat
berlindung, makanan, mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Lampiran 8
Misi Yayasan “X” Indonesia
Mendirikan Keluarga bagi Anak yang Kurang Beruntung, Membantu
Mereka Membentuk Masa Depannya, dan Memberi Mereka Kesempatan Untuk
Berkembang dalam Masyarakat.
• Kami membangun keluarga-keluarga bagi anak-anak yang kurang
beruntung
Kami memberikan kesempatan bagi anak-anak yatim piatu, kurang beruntung
atau yang keluarganya tidak mampu mengasuh mereka, untuk membangun
hubungan yang langgeng dalam sebuah keluarga. Pendekatan melalui
keluarga di Yayasan “X” ini didasarkan pada empat prinsip, yaitu: setiap anak
membutuhkan seorang Ibu, dan tumbuh secara alamiah dengan kakak dan
adik, di dalam rumah mereka sendiri, dan di dalam lingkungan desa yang
mendukungnya
IBU : Setiap anak memiliki Ibu Asuh tetap
Dalam keluarga, Ibu Asuh berperan sebagai kepala keluarga yang
menjalankan kegiatan rumah tangga bersama anak-anaknya secara mandiri,
membangun hubungan yang mesra dengan setiap anak yang dipercayakan
kepadanya, memberikan rasa aman, kasih sayang dan keseimbangan yang
Lampiran 8
KAKAK ADIK : Ikatan Keluarga tumbuh secara alamiah
Anak laki-laki dan perempuan dari berbagai tingkat usia hidup bersama-sama
sebagaimana layaknya kakak beradik, dan saudara sekandung yang tinggal
dalam keluarga yang sama. Anak-anak ini dan Ibu Asuh mereka membangun
ikatan emosional yang sangat kuat seumur hidup.
RUMAH : Setiap keluarga menciptakan suasana rumah yang nyaman
Rumah merupakan tempat tinggal, lengkap dengan keadaannya yang unik,
ritme serta rutinitasnya masing-masing. Di bawah atap rumah ini, anak-anak
benar-benar menikmati rasa aman dan rasa memiliki. Mereka tumbuh dan
belajar bersama-sama, saling berbagi tanggung jawab dan kegembiraan serta
kesedihan.
DESA : Keluarga merupakan bagian dari masyarakat
Keluarga tinggal bersama, membentuk lingkungan desa yang mendukung
anak-anak menikmati kegembiraan masa kanak-kanak. Mereka juga hidup
sebagai anggota yang berintegrasi dan memberikan sumbangsih bagi
masyarakat setempat.
• Kami membantu mereka membentuk masa depannya sendiri
Kami memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk hidup sesuai dengan
budaya dan agama yang mereka anut dan untuk menjadi anggota masyarakat
yang aktif. Membantu anak-anak untuk mengenali dan mengekspresikan
anak-Lampiran 8
anak menerima pendidikan dan latihan ketrampilan yang mereka perlukan
untuk dapat menjadi anggota masyarakat yang berhasil dan berguna.
• Kami memberi mereka kesempatan untuk berkembang dalam
masyarakat
Kami berbagi dalam kehidupan bermasyarakat dan merespon perkembangan
kebutuhan masyarakat bagi anak-anak dan remaja pada usia yang rawan.
Kami menyediakan fasilitas dan program-program yang bertujuan untuk
memperkuat ikatan kekeluargaan dan mencegah penelantaran anak-anak.
Kami bekerja sama dengan anggota masyarakat dalam penyediaan pendidikan
dan pelayanan kesehatan, serta merespon keadaan darurat.
Yayasan “X” adalah mitra yang dapat diandalkan
Sejak tahun 1949 kami telah membangun pondasi kepercayaan dengan
para donatur, kalangan pemerintahan dan rekanan lain yang mendukung misi
kami. Tanggung jawab kami yang terbesar adalah memberikan jaminan
kesejahteraan bagi anak-anak dengan jalan memastikan pemberian standar
pengasuhan yang tinggi. Dalam pelaksanaan pengasuhan ini, kami berkomitmen
untuk menggunakan seluruh dana dan sumber daya secara bijaksana, didasari oleh
rasa saling menghargai dan bertanggung jawab. Sejak awal didirikan Yayasan “X”
Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu
berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu
berinteraksi dengan orang lain. Hubungan antar manusia ini terjadi dalam
keluarga, masyarakat, sekolah, maupun lingkungan bermain. Dalam menjalin
hubungan, individu perlu melakukan penyesuaian dengan
lingkungan-lingkungannya sesuai situasi dan lingkungan tempat individu tersebut tumbuh dan
berkembang.
Berdasarkan lingkungan tempat berinteraksi dan dibesarkan itu, individu
akan memiliki pengalaman dan penghayatan tersendiri, termasuk konsep diri.
Konsep diri terbentuk melalui proses panjang yang bahkan telah bermula sejak
individu dilahirkan. Di lingkungan keluarga, individu akan membandingkan
keberadaan dirinya dengan saudara-saudara yang lainnya. Lalu konsep tentang
bagaimana perannya, aspirasi-aspirasinya banyak ditentukan atas dasar didikan
ataupun tekanan dan harapan yang datang dari orang tuanya. Setelah anak
bertambah besar, ia mempunyai hubungan yang lebih luas, yang tidak hanya
terbatas pada hubungannya dalam lingkungan keluarga. Mempunyai lebih banyak
Universitas Kristen Maranatha lebih banyak pengalaman. Akhirnya, anak akan memperoleh suatu konsep dalam
dirinya yang baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan
tempat tinggalnya. Melalui interaksi individu dengan lingkungannya, individu
akan semakin mengenal dirinya berdasarkan reaksi dan penilaian yang diberikan
orang lain pada dirinya. Saat individu mengenali, memahami bahkan dapat
menentukan tingkah laku apa yang akan dilakukan maka dari situlah muncul yang
dinamakan suatu konsep diri.
Keluarga merupakan agen yang paling berpengaruh terhadap terbentuknya
konsep diri seseorang. Keluarga adalah lingkungan awal seseorang pertama kali
berinteraksi. Dari keluarga, seseorang memperoleh dasar konsep tentang dirinya,
yang akan semakin berkembang sejalan dengan meluasnya interaksi. Remaja yang
tinggal bersama orangtua dan anggota keluarga dalam suatu lingkungan keluarga,
memiliki kesempatan luas untuk mendapatkan, merasakan dan mengalami bentuk
perlakuan berupa perhatian dan kasih sayang. Dalam pergaulan dengan teman
sebaya, remaja yang tinggal bersama dalam keluarga yang utuh memiliki
pengetahuan dasar yang kuat tentang suatu relasi interpersonal (Benson, Sharma
dan Roehlkeparatin, 1994).
Tidak semua remaja mampu memenuhi tuntutan dan harapan akan
kebutuhan fisik seperti misalnya remaja dapat merawat kesehatan tubuhnya,
berpenampilan menarik maupun dalam hal psikis seperti halnya remaja mampu
mengendalikan dan mengontrol emosinya. Dapat dilihat juga bahwa remaja
terkadang kurang mendapatkan kasih sayang dari salah satu atau kedua
Universitas Kristen Maranatha kesibukan kedua orangtua ataupun perceraian sehingga mereka terabaikan.
Perceraian, kematian atau lemahnya perekonomian keluarga menyebabkan remaja
tidak dapat dididik dan diasuh selayaknya oleh lingkungan keluarga. Kondisi ini
menjadikan remaja yatim, piatu, yatim piatu, fakir miskin atau anak tertelantar,
seringkali dititipkan di lembaga sosial untuk diasuh dan dididik. Salah satu
lembaga sosial yang dimaksud yaitu Panti Asuhan. Panti Asuhan merupakan
alternatif tempat pengasuhan bagi mereka yang keluarganya kurang mampu secara
ekonomi serta mereka yang sudah tidak memiliki sanak keluarga untuk merawat,
mendidik dan membesarkannya.
Kekhasan dari Yayasan Panti Asuhan “X” Lembang adalah suatu panti
asuhan yang berbentuk keluarga. Setiap keluarga memiliki sebuah rumah sendiri,
lengkap dengan ruang keluarga, kamar tidur dan dapur. Rumah ini merupakan
tempat tinggal permanen bagi setiap anak panti. Yayasan Panti Asuhan “X”
Lembang memiliki 15 rumah keluarga yang terdiri atas lima rumah Muslim, lima
rumah Katholik dan lima rumah Protestan. Meskipun pembagian rumah tersebut
berdasarkan agama, namun bukan dimaksudkan untuk membeda-bedakan agama
atau diskriminasi, melainkan agar penyaluran dan pembinaan agama lebih mudah
diterapkan kepada setiap anaknya.
Yayasan Panti Asuhan “X” Lembang adalah sebuah organisasi sosial
independen non-pemerintah yang melayani anak-anak dengan pola pengasuhan
jangka panjang berbasis keluarga. Konsep Yayasan Panti Asuhan “X” ini adalah
Universitas Kristen Maranatha piatu dan anak-anak yang kurang beruntung, berasal dari berbagai latar belakang
suku, agama dan ras.
Yayasan ini memberikan kasih sayang melalui rumah tempat tinggal,
keluarga asuh, dan kehidupan yang memadai agar kelak mereka memiliki
kehidupan yang mandiri. Pimpinan Yayasan atau orang dewasa di lingkungan ini
menjadi orangtua pengganti, sehubungan dengan tidak berfungsinya orangtua
yang mendidik dan mengasuh anak. Setiap anak memiliki Ibu Asuh tetap yang
mengemban peran keibuannya dengan menyayangi, memperhatikan, dan membahagiakannya sebagaimana layaknya seorang ibu kandung. Dalam rumah di Yayasan, ibu asuh berperan sebagai kepala keluarga yang menjalankan kegiatan
rumah tangga bersama anak-anaknya secara mandiri, membangun hubungan yang
harmonis dengan setiap anak yang dipercayakan kepadanya, memberikan rasa
aman, kasih sayang dan keseimbangan yang diperlukan oleh setiap anak. Anak
laki-laki dan perempuan dari berbagai tingkat usia hidup bersama-sama
sebagaimana layaknya kakak beradik, dan saudara sekandung tinggal dalam
keluarga yang sama. Anak-anak dan ibu asuh membangun ikatan emosional yang
sangat kuat seumur hidup. Setiap keluarga menciptakan suasana rumah yang
nyaman. Rumah merupakan tempat tinggal, lengkap dengan keadaannya yang unik, ritme serta rutinitasnya masing-masing. Di bawah atap rumah ini, anak-anak
benar-benar menikmati rasa aman dan rasa memiliki. Mereka tumbuh dan belajar
bersama-sama, saling berbagi tanggung jawab dan kegembiraan serta kesedihan
Universitas Kristen Maranatha Mereka yang tinggal di Yayasan “X” mendapatkan kasih sayang dan
perhatian dari ibu asuhnya, kepala pimpinan Yayasan juga pihak-pihak lain di
Yayasan, tetapi perhatian ibu asuh tersebut tidak dapat terpusat pada satu anak
saja, masih banyak anak lain yang harus ia perhatikan. Jadi anak cenderung
menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari teman
sepantinya. Jika teman-temannya memberikan sikap yang positif, maka anak akan
merasa dirinya cukup berharga seperti memiliki kesadaran akan diri dan lebih
menerima kenyataan diri kehilangan salah satu/kedua orangtuanya serta tetap
dapat bertindak dalam berbagai situasi kehidupan kearah yang positif sehingga
tumbuhlah konsep diri yang positif.
Konsep diri penting dimiliki bagi seseorang karena konsep diri ini akan
menentukan bagaimana seseorang bertindak dalam berbagai situasi kehidupan
Fitts (1971), seperti seorang individu jika berinteraksi dengan lingkungannya ia tahu bagaimana kemampuan bersosialisasinya yaitu berusaha untuk beradaptasi
dengan lingkungan tersebut. Melalui pemahaman mengenai konsep diri maka
remaja mampu menilai akan kemampuan yang dimilikinya dan lebih percaya diri
dalam bertindak atau berperilaku dalam menyesuaikan diri di lingkungan. Remaja
yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan
daripada kegagalan, akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang
lebih besar yang akhirnya memberikan konsep diri yang lebih baik. Konsep diri
perkembangannya sejak individu mulai memiliki kemampuan untuk
mempersepsikan dan membedakan dirinya dengan orang lain, atau dimulai dari
Universitas Kristen Maranatha Pada awal masa remaja anak laki-laki dan perempuan sudah memahami
mengenai kekuatan dan kelemahannya, dan mereka menilai kekuatan dan
kelemahannya ini sesuai dengan teman-teman mereka. Banyak remaja
menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai
kepribadian yang “ideal”. Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran
yang ideal ini dan mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian
mereka. Konsep diri akan ditampilkan melalui perilaku, misalnya dapat berpikir
optimistis, mempunyai penilaian akan masa depannya bahwa dirinya akan sukses,
merasa diterima, berharga dan dicintai oleh lingkungan sekitar terhadap kehadiran
dirinya serta mampu menilai dirinya secara objektif. Jadi jika remaja tersebut
masuk dalam suatu situasi tertentu maka lingkungan akan menerima dirinya
sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang, terdapat remaja panti
yang mempersepsikan dirinya bangga dan puas atas kemampuan dalam
mengerjakan tugasnya meskipun telah ditinggal orangtua. Di sisi lain, ada juga
yang menunjukkan sikap kurang mampu memahami diri sendiri dan bertingkah
laku menghindar dari lingkungan. Ada remaja panti yang memandang bahwa
keadaan fisiknya kurang mendapatkan perawatan sehingga menjadi rendah diri
dan malas untuk bergaul. Selain itu, di antara mereka ada yang
mempermasalahkan keadaan fisik yang kurang sempurna sampai mengatakan
“sudah kami anak panti, tubuhku seperti ini”.
Terdapat remaja panti yang merasa bahwa dirinya malas untuk
Universitas Kristen Maranatha itu ada juga yang cenderung menyesal atas keadaan atau jalan hidupnya yang
harus dilalui tanpa kehadiran kedua orangtua, dan menyalahkan Tuhan karena
keadaannya itu. Adapun salah satu diantara mereka mampu menjalin hubungan
harmonis dengan keluarga dan saudara-saudaranya tetapi ada juga remaja panti
yang cenderung menarik diri sehingga membuatnya sulit berinteraksi. Setiap kali
mereka menghadapi suatu kegagalan, ada juga diantara mereka enggan untuk
memperbaikinya dan cenderung bersikap pesimis. Bahkan diantara mereka
berkata “buat apa aku hidup”, mereka seperti tidak berdaya dalam menghadapi
kenyataan hidup yang mereka jalani sekarang ini. Hal ini sebenarnya dapat
diperbaiki apabila ada kesadaran diri, dukungan sosial, kemampuan membuat
penilaian yang realistik mengenai kekuatan dan kelemahannya sehingga akan
berdampak positif bagi perkembangan konsep diri individu yang bersangkutan.
Konsep diri adalah keseluruhan kesadaran atau persepsi tentang diri yang
diobservasi, dialami dan dinilai oleh individu yang bersangkutan. Diri yang
dilihat, dipersepsikan dan dialami oleh seseorang itulah yang kemudian menjadi
konsep diri orang tersebut. Rogers, (dalam Fitts 1971) menambahkan bahwa
pada umumnya mereka yang memiliki konsep diri positif dapat mengatur dan
mengarahkan diri, flexibel atau mampu menyesuaikan diri terhadap situasi. Fitts
membagi konsep diri kedalam dua dimensi pokok, yaitu dimensi internal dan
dimensi eksternal. Dimensi internal terdiri atas Identity Self, Judging Self, dan
Universitas Kristen Maranatha menyatu. Aspek-aspeknya membentuk 18 kombinasi dan dapat dilihat melalui
perilaku yang ditunjukkan remaja panti dilihat melalui Physical identity, Physical
judging, Physical behavior, Moral ethical identity, Moral ethical judging, Moral ethical behavior, Personal identity, Personal judging, Personal behavior, Family identity, Family judging, Family behavior, Social identity, Social judging, Social behavior, Academic/work identity, Academic/work judging dan Academic/work behavior.
Remaja panti mempersepsikan bahwa dirinya mempunyai tubuh yang
sehat meskipun telah ditinggal oleh orangtua (Physical identity), remaja panti
menyadari bahwa dirinya orang yang sehat (Physical judging), remaja panti juga
berusaha untuk berhati-hati dalam menjaga kesehatan tubuhnya (Physical
behavior). Remaja panti mempersepsikan bahwa dirinya orang yang taat dalam menjalankan aturan-aturan agama (Moral ethical identity), juga merasa puas akan
kehidupan agamanya (Moral ethical judging), dapat menjalankan ajaran agama
dalam kehidupan sehari-hari (Moral ethical behavior). Remaja panti
mempersepsikan bahwa dirinya dapat mengendalikan diri (Personal identity),
merasa puas menjadi diri apa adanya (Personal judging), selalu dapat
menempatkan diri dalam segala situasi (Personal behavior). Remaja panti ada
juga yang mempersepsikan bahwa dirinya tidak dicintai oleh keluarga di panti
(Family identity), mereka menghayati seharusnya lebih mencintai keluarganya di panti (Family judging), berusaha untuk memperhatikan keluarga saya di panti
Universitas Kristen Maranatha lain (Social judging), mereka juga berusaha memahami pikiran orang lain (Social
behavior). Diantara mereka mempersepsikan bahwa dirinya tidak akan pernah secerdas orang lain (Academic/work identity), mereka menghayati tidak sepandai
orang lain di sekitarnya (Academic/work judging) dan diantara mereka pun ada
yang mengalami kesulitan dalam membaca (Academic/work behavior).
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang
remaja panti serta pengurus Yayasan diperoleh gambaran, 40% remaja panti
mempersepsikan dirinya mampu menerima keadaan secara realistis dan
menyadari akan kemampuan atau kelebihan yang dimilikinya. Mereka
mempersepsikan bahwa dirinya memiliki prestasi yang dapat dibanggakan,
merasa puas atas kemampuan yang dimilikinya, dan menilai dirinya sering terlibat
dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. Hal-hal tersebut menunjukkan
adanya konsep diri yang positif dalam diri mereka. Sedangkan 60% remaja panti,
mempersepsikan bahwa dirinya lemah, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
menarik, tidak disukai, mempersepsikan bahwa dirinya tidak mampu, baik itu
mengerjakan persoalan ataupun dalam menghadapi kehidupan, menilai diri
sebagai orang yang gagal dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan dan
menyalahkan diri sendiri bila mengalami kegagalan memiliki prestasi yang kurang
memuaskan. Merasa rendah diri dibandingkan dengan teman-temannya, bahkan
diantara mereka ada yang menyembunyikan identitas dirinya sebagai anak panti
sehingga membuat mereka menarik diri. Hal-hal tersebut menandakan adanya
Universitas Kristen Maranatha Dengan keadaan merasa dirinya tidak nyaman, lemah, menilai diri orang
yang gagal, maka hubungan mereka menjadi terganggu karena merasa tidak sesuai
dengan keadaan ideal pada umumnya. Remaja panti yang demikian lebih memilih
untuk menghindari lingkungan sosialnya yang mereka anggap tidak sesuai, tetapi
di dalam yayasan mereka merasa nyaman karena mereka memiliki persamaan
nasib. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti ingin melihat bagaimana
gambaran konsep diri remaja di Yayasan Panti Asuhan “X” Lembang.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui:
Bagaimana gambaran konsep diri remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim
Piatu “X” Lembang
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai
konsep diri remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang.
1.3.2Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
konsep diri beserta aspek-aspeknya pada remaja di Yayasan Panti Asuhan
Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
• Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
dalam bidang Psikologi Perkembangan mengenai konsep diri pada
remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang.
• Sebagai sumbangan informasi atau ide kepada peneliti lain yang tertarik
untuk menggali lebih jauh tentang konsep diri.
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Memberikan informasi mengenai konsep diri bagi para remaja panti
sehingga dapat menjadi masukan dan diharapkan juga remaja panti dapat
melihat hal-hal positif dalam dirinya yang dapat dikembangkan
walaupun mereka tinggal di yayasan panti asuhan.
• Memberikan informasi bagi orangtua, khususnya ibu asuhnya di
Yayasan Panti Asuhan “X” Lembang dan secara umum bagi Yayasan
Panti Asuhan Yatim Piatu lainnya tentang konsep diri agar dapat
membantu proses pembinaan khususnya bagi remaja di Yayasan Panti
Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang.
1.5 Kerangka Pikir
Pada masa anak-anak konsep diri yang dimiliki seseorang biasanya
berbeda dengan konsep yang dimilikinya ketika memasuki usia remajanya.
Universitas Kristen Maranatha atas imajinasi-imajinasi tertentu dalam dirinya. Menurut John Hill (dalam
Steinberg, 2002), ada tiga ciri perkembangan remaja yang membuat masa ini menjadi penting dan istimewa, yaitu dimulainya masa pubertas, berkembangnya
kemampuan berpikir yang lebih kompleks, dan transisi memasuki peran baru
dalam masyarakat. Berkembangnya individu secara intelektual ingin mendapat
pengakuan, membuat mereka membayangkan dirinya secara lebih kompleks dan
berbeda. Para remaja jauh lebih mampu daripada anak-anak dalam berpikir
tentang konsep abstrak dan lebih lancar dalam mengolah informasi yang banyak.
Keunggulan intelektual ini mempengaruhi cara individu bersikap. Dibandingkan
dengan anak-anak, yang cenderung menunjukkan jati diri dengan cara relatif
sederhana dan seadanya, remaja cenderung menggunakan sikap pribadi yang lebih
kompleks, abstrak dan psikologis Harter, 1999 (dalam Steinberg, 2002).
Dilihat dari perkembangan kognitifnya, kemampuan berpikir remaja
menjadi lebih kompleks dibandingkan pada masa kanak-kanak. Remaja lebih
mampu berpikir sesuatu yang abstrak dan hipotesis. Remaja mampu berpikir lebih
baik daripada anak-anak sebagai ganti pembatasan pikiran terhadap hal-hal yang
nyata. Remaja mulai berpikir mengenai proses berpikir itu sendiri (Keating, 1990
dalam Steinberg, 2002). Dalam perubahan kognisi sosial seperti aktivitas berpikir termasuk berpikir mengenai orang-orang, hubungan sosial dan institusi
sosial. Bukanlah hal yang sukar untuk remaja menggunakan pemikiran tentang
kemungkinan-kemungkinan dan berpikir dalam berbagai dimensi dan abstrak.
Bila dibandingkan dengan anak-anak, remaja memiliki konsep pengertian
Universitas Kristen Maranatha organisasi sosial yang lebih kompleks dan mampu menggambarkan sesuatu yang
dipikirkan orang lain dengan lebih akurat (Lapsey, 1989 dalam Steinberg, 2002).
Konsep diri menetap di akhir masa remaja namun masih dapat mengalami
revisi atau perkembangan akibat pengalaman, aktualisasi diri, dan kompetensi.
Konsep diri individu merupakan struktur kognitif yang terdiri atas berbagai
kognisi mengenai diri individu dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan diri
individu. Kognisi tersebut dinamakan isi dari konsep diri (Engel dalam Fitts
1971). Fitts (1971) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan kesadaran atau persepsi tentang diri yang diobservasi, dialami dan dinilai oleh
individu yang bersangkutan. Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis,
artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam
jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan
situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil
mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja
saat itu ia menjadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinannya yang
positif, ia berusaha memperbaiki nilai.
Fitts membagi konsep diri ke dalam dua dimensi pokok, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Dimensi internal terdiri atas Identity Self, Judging
Self, dan Behavior Self. Pertama, diri sebagai objek (Identity Self) yaitu bagian dimensi internal dari diri yang merupakan konsep diri yang paling mendasar.
Konsep ini mempertanyakan “siapa saya?” yang di dalamnya tercakup label-label
atau simbol-simbol yang diberikan pada diri oleh individu yang bersangkutan
Universitas Kristen Maranatha Kedua, diri sebagai pengamat dan penilai (Judging Self) yaitu manusia
cenderung untuk memberikan penilaian terhadap apa yang dipersepsikan.
Selanjutnya, diri penilai ini lebih berperan menentukan apakah tindakan seseorang
akan ditampilkan. Diri penilai pada seseorang menentukan kepuasan seseorang
akan dirinya dan seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Ketiga dari dimensi
internal, diri sebagai pelaku (Behavior Self) yaitu persepsi seseorang terhadap
tingkah lakunya atau caranya bertindak.
Dimensi kedua yaitu dimensi eksternal adalah persepsi yang timbul
sebagai akibat interaksi individu dengan dunia luarnya, khususnya dalam
hubungan interpersonal. Diri eksternal terdiri atas Physical Self, Moral Self,
Personal Self, Family Self, Social Self, dan Academic/work Self. Pertama, diri fisik (Physical Self) menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan fisik, kesehatan,
penampilan diri dan gerak motoriknya. Kedua diri moral-etika (Moral-Ethical
Self), hal ini menyangkut persepsi seseorang tentang dirinya ditinjau dari standar pertimbangan nilai-nilai moral dan etika yang meliputi batasan baik dan buruk,
dan kepuasan seseorang dalam hubungannya dengan Tuhan. Ketiga diri personal
(Personal Self) merupakan perasaan individu terhadap nilai-nilai pribadi, terlepas
dari keadaan fisik dan hubungannya dengan orang lain dan sejauhmana merasa
adekuat sebagai pribadi. Keempat diri keluarga (Family Self) merupakan perasaan
dan harga diri individu sebagai anggota keluarga dan teman-teman dekatnya.
Kelima diri sosial (Social Self) yaitu bagian diri ini merupakan penilaian individu
Universitas Kristen Maranatha lebih luas. Keenam adalah diri Academic/work Self yaitu penilaian yang berkaitan
dengan penilaian keterampilan dan prestasi akademik.
Dimensi internal dan dimensi eksternal berinteraksi menjadi satu
keseluruhan yang dinamis dan menyatu. Aspek-aspeknya membentuk 18
kombinasi yaitu Physical identity, Physical judging, Physical behavior, Moral
ethical identity, Moral ethical judging, Moral ethical behavior, Personal identity, Personal judging, Personal behavior, Family identity, Family judging, Family behavior, Social identity, Social judging, Social behavior, Academic/work identity, Academic/work judging dan Academic/work behavior.
Physical identity merupakan persepsi mengenai gambaran remaja panti terhadap keadaan dirinya secara fisik. Remaja panti yang memiliki physical
identity yang positif mempersepsikan bahwa dirinya mempunyai tubuh yang sehat meskipun telah ditinggal oleh orangtua sebaliknya yang negatif mempersepsikan
bahwa dirinya orang yang sakit-sakitan. Physical judging merupakan persepsi
mengenai penilaian remaja panti terhadap penampilan dirinya yang akan
menentukan kepuasan seseorang akan dirinya dan seberapa jauh seseorang akan
menerima dirinya. Remaja panti dengan physical judging positif menyadari bahwa
dirinya orang yang sehat sedangkan yang negatif menyadari bahwa dirinya orang
yang kurang rapi. Physical behavior merupakan persepsi mengenai perilaku
remaja panti terhadap apa yang dilakukan untuk menjaga penampilan dan
kesehatan. Remaja panti dengan physical behavior yang positif berusaha untuk
berhati-hati dalam menjaga kesehatan tubuhnya sebaliknya untuk yang negatif
Universitas Kristen Maranatha piatu “X” Lembang telah mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak ke
masa remaja. Ia akan menghayati bahwa penampilan fisik merupakan hal yang
penting untuk remaja. Selain itu bila ibu asuh dan teman-temannya memberikan
perhatian, maka remaja panti akan menghayati gambaran fisiknya seperti tubuh
saya menarik kemudian, ia akan menilai mengenai penampilan dirinya dengan
mempertanyakan apakah saya seseorang yang berpenampilan menarik yang
selanjutnya ia ingin menjaga penampilan dan kesehatan fisiknya. Remaja panti
yang mempersepsi bahwa dirinya lebih menerima dan berusaha merawat keadaan
fisiknya karena didukung juga oleh ibu asuh dan teman-temannya menunjukkan
konsep diri yang cenderung positif. Sedangkan remaja panti yang mempersepsi
keadaan fisiknya seperti tubuhnya kurang mendapatkan perawatan, dapat menjadi
rendah diri dan malas untuk bergaul hal tersebut menunjukkan konsep diri yang
cenderung negatif.
Moral ethical identity merupakan persepsi mengenai gambaran remaja panti terhadap nilai-nilai moral dan etika yang dipegangnya. Remaja panti dengan
moral ethical identity positif mempersepsikan bahwa dirinya orang yang taat dalam menjalankan aturan-aturan agama sebaliknya yang negatif mempersepsikan
bahwa dirinya kurang dapat menghayati ajaran-ajaran agama. Moral ethical
judging merupakan persepsi mengenai penilaian remaja panti terhadap nilai-nilai moral dan etika yang dipegangnya, yang akan menentukan seberapa jauh
seseorang akan menerima dirinya. Ada juga remaja panti dengan moral ethical
Universitas Kristen Maranatha persepsi mengenai perilaku remaja panti terhadap apa yang diri lakukan untuk
menjaga nilai-nilai moral dan etika yang dipegangnya. Remaja panti moral ethical
behavior yang positif dapat menjalankan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sebaliknya yang negatif sering melakukan hal-hal yang buruk. Remaja panti
akan menghayati bahwa nilai-nilai moral penting untuk ia pegang. Selain itu bila
ibu asuh dan teman-temannya memberikan contoh nilai-nilai moral, maka remaja
panti akan menghayati gambaran nilai-nilai moral dan etika yang ia pegang
kemudian, akan menilai moral yang dimilikinya, selanjutnya berusaha
memperbaiki semua perbuatan yang dianggapnya salah atau tidak baik. Remaja
yang berada di yayasan yatim piatu ”X” Lembang yang mempersepsi bahwa
dirinya dapat menunjukkan sikap berusaha mengambil hikmah dari musibah yang
dialaminya cenderung menunjukkan konsep diri yang positif, sedangkan remaja
panti yang mempersepsi bahwa dirinya tidak diajarkan mengenai nilai-nilai moral
dan etika oleh ibu asuh atau lingkungan sekitarnya serta kurang memahami akan
pentingnya nilai-nilai moral dan etika cenderung akan memiliki konsep diri yang
negatif.
Personal identity merupakan persepsi mengenai gambaran remaja panti terhadap keadaan kepribadiannya. Remaja panti dengan personal identity positif
mempersepsikan bahwa dirinya dapat mengendalikan diri sebaliknya yang negatif
mempersepsikan bahwa dirinya tidak mampu mengendalikan diri dalam
kehidupan sehari-hari. Personal judging merupakan persepsi mengenai penilaian
remaja panti terhadap keadaan kepribadiannya yang akan menentukan kepuasan
Universitas Kristen Maranatha Remaja panti dengan personal judging positif merasa puas menjadi diri apa
adanya sebaliknya yang negatif membenci terhadap dirinya sendiri. Personal
behavior merupakan persepsi mengenai perilaku remaja panti terhadap apa yang ia lakukan untuk dapat mengendalikan dirinya. Remaja panti dengan personal
behavior positif selalu dapat menempatkan diri dalam segala situasi sebaliknya yang negatif mencoba melarikan diri dari setiap masalah. Remaja panti akan
menghayati bahwa keadaan kepribadian merupakan hal yang penting. Selain itu
bila ibu asuh dan teman-temannya turut memperhatikannya, maka remaja panti
akan menghayati gambaran kepribadiannya kemudian, ia akan menilai mengenai
pribadinya yang selanjutnya ia ingin dapat mengendalikan diri dan menjaga dalam
segala situasi. Remaja yang berada di yayasan yatim piatu ”X” Lembang yang
mempersepsi bahwa dirinya dapat menunjukkan kelebihannya dan mengimbangi
kekurangan dirinya, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan cenderung
memiliki konsep diri positif, sebaliknya remaja yang berada di yayasan yatim
piatu ”X” Lembang yang sulit menerima kekurangan diri setelah ditinggal oleh
orangtuanya cenderung memiliki konsep diri negatif.
Family identity merupakan persepsi mengenai gambaran remaja panti terhadap dirinya sebagai anggota keluarga. Remaja panti dengan family identity
positif mempersepsikan bahwa dirinya merupakan anggota dari sebuah keluarga
yang bahagia sebaliknya ada juga yang mempersepsikan bahwa dirinya tidak
dicintai oleh keluarga di panti. Family judging merupakan persepsi mengenai
penilaian remaja panti terhadap dirinya sebagai anggota keluarga yang akan
Universitas Kristen Maranatha menerima dirinya. Mereka dengan family judging positif menghayati bahwa
dirinya puas dengan hubungan saya dan keluarga di panti sebaliknya yang negatif
seharusnya lebih mencintai keluarganya. Family behavior merupakan persepsi
mengenai perilaku remaja panti terhadap apa yang diri lakukan untuk mencintai
dan menjaga keluarganya. Remaja panti dengan family behavior positif berusaha
untuk memperhatikan keluarga di panti sebaliknya ada juga yang mempersepsikan
bahwa tingkah lakunya tidak memenuhi harapan keluarga di panti. Remaja panti
akan menghayati bahwa dirinya sebagai suatu anggota keluarga itu merupakan hal
yang penting. Selain itu bila ibu asuh dan teman-temannya menerima dirinya
sebagai anggota suatu keluarga, maka remaja panti akan menghayati dirinya
sebagai anggota suatu keluarga di asrama kemudian, ia akan menilai dirinya
diterima sebagai anggota keluarga selanjutnya ia ingin mencintai dan menjaga
keluarganya. Remaja yang berada di yayasan yatim piatu “X” Lembang yang
mempersepsi bahwa dirinya dapat menjalin hubungan harmonis dengan keluarga
dan saudara-saudaranya, juga merasa dirinya tetap berharga dalam keluarga
walaupun memiliki banyak kekurangan cenderung menunjukkan konsep diri
positif. Sedangkan remaja panti yang mempersepsi bahwa dirinya kurang
menciptakan, membina hubungan yang harmonis, cenderung menarik diri bahkan
menjauhi keluarganya, dan merasa malu menjadi bagian dari keluarganya
cenderung memiliki konsep diri negatif.
Social identity merupakan persepsi mengenai gambaran remaja panti terhadap dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Remaja panti
teman-Universitas Kristen Maranatha teman di lingkungan sekitarnya sedangkan ada juga yang sulit berteman. Social
judging merupakan persepsi mengenai penilaian remaja panti terhadap dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungan yang akan menentukan kepuasan seseorang
akan dirinya dan seberapa jauh seseorang akan menerima dirinya. Diantara
mereka dengan social judging positif merasa puas dengan perlakuannya terhadap
orang lain sebaliknya yang negatif seharusnya dapat bergaul lebih baik dengan
orang lain Social behavior merupakan persepsi mengenai perilaku remaja panti
terhadap apa yang ia lakukan untuk mampu memahami orang lain dan
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Mereka juga dengan social behavior
positif berusaha memahami pikiran orang lain sedangkan yang negatif merasa
tidak nyaman dengan orang lain. Remaja panti akan menghayati dirinya dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosial. Selain itu bila ibu asuh dan
teman-temannya mendukung untuk bergabung dan menyuruhnya untuk tidak mengurung
diri, maka remaja panti akan menghayati dirinya sebagai bagian dari
lingkungannya kemudian, ia akan menilai mengenai seberapa jauh kedudukan
dirinya dalam lingkungan sosialnya yang selanjutnya ia ingin dapat memahami
orang lain dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Remaja panti yang
mempersepsi bahwa dirinya tidak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan
lingkungannya cenderung menunjukkan konsep diri positif, sebaliknya remaja
panti yang rendah diri dan membuatnya sulit berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya cenderung memiliki konsep diri negatif.
Universitas Kristen Maranatha academic/work identity negatif mempersepsikan bahwa dirinya tidak akan pernah
secerdas orang lain sedangkan yang positif mempersepsikan dirinya dapat lebih
pintar dari orang lain. Academic/work judging merupakan persepsi mengenai
penilaian remaja panti terhadap kemampuan dirinya dalam bidang akademik yang
akan menentukan kepuasan seseorang akan dirinya dan seberapa jauh seseorang
akan menerima dirinya. Mereka dengan academic/work judging negatif
menghayati tidak sepandai orang lain di sekitarnya sedangkan yang positif
menghayati dapat lebih pandai dari orang lain. Academic/work behavior
merupakan persepsi mengenai perilaku remaja panti terhadap apa yang ia lakukan
untuk menyesuaikan diri dalam bidang akademik. Diantara mereka pun dengan
academic/work behavior negatif ada yang kurang mampu menyelesaikan tugas dengan baik sebaliknya yang positif dapat melakukan pekerjaan dengan baik.
Remaja panti akan menghayati kemampuan dirinya dalam bidang akademik
adalah sesuatu yang penting. Selain itu bila ibu asuh dan teman-temannya
mendukung dan memberikan penghargaan, maka remaja panti akan menghayati
dirinya mampu dalam bidang akademik kemudian, ia akan menilai mengenai
seberapa jauh dirinya mampu dalam bidang akademik yang selanjutnya
mempersepsikan ingin dapat menyesuaikan diri dan meningkatkan prestasi dalam
bidang akademik. Remaja yang berada di yayasan yatim piatu “X” Lembang yang
mempersepsi bahwa dirinya yakin akan kemampuannya dalam mengerjakan
tugas-tugas sekolahnya menunjukkan konsep diri positif. Sedangkan bagi remaja
panti yang mempersepsikan kurang yakin diri dan tidak mampu dalam
Universitas Kristen Maranatha Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu pertama konsep diri
individu berhubungan erat dengan usia individu Grand (dalam Fitts, 1966)
dalam arti semakin banyak label atau simbol yang memberi gambaran tentang
dirinya. Perasaan yang diungkapkan seseorang tentang dirinya cenderung
bertambah sejalan dengan bertambahnya usia. Perasaaan tentang diri seseorang
sepertinya merefleksikan perubahan-perubahan perkembangan selama masa
dewasa. Sikap diri seseorang memang mengalami perubahan pada tingkat tertentu
sejalan dengan pertambahan usia. Sejalan dengan pertambahan usia akan
menambah pengetahuan individu tentang dirinya, sehingga ia dapat melengkapi
keterangan dirinya.
Kedua, situasi keluarga atau kehidupan orangtua berhubungan dengan
pembentukan konsep diri Livingstone (dalam Fitts, 1965). Orangtua yang
memiliki konsep diri yang positif dan sehat cenderung mempunyai anak dengan
konsep diri yang positif pula. Orangtua yang menciptakan lingkungan yang aman
dalam bentuk kasih sayang, perhatian serta penghargaan terhadap anak maka
konsep diri anak akan menjadi lebih kuat sehingga tambahan reinforcement dari
orang lain yang berarti akan lebih memperkuat konsep diri mereka. Peran
keluarga sangatlah penting karena dari keluargalah seseorang memperoleh
pengalaman mengenai perasaan adekuat dan inadekuat, perasaan diterima atau
ditolak serta penanaman nilai-nilai dan harapan serta identifikasi anak-anak.
Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan dasar dari
konsep diri yang akan mengarahkan segala tingkah laku seseorang di kemudian
Universitas Kristen Maranatha Ketiga lingkungan sosial dimana anak itu tinggal, dalam arti penyesuaian
diri di sekolah/kampus, hubungan dengan teman-teman, kemampuan untuk
menangkap pelajaran juga berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri.
Melalui interaksi individu dengan lingkungannya, individu akan semakin
mengenal dirinya melalui reaksi dan penilaian yang diberikan orang lain padanya.
Interaksi individu dengan lingkungannya akan menambah pengetahuan individu
tentang dirinya.
Konsep diri seseorang akan ditampilkan melalui perilakunya, dengan
perkataan lain tingkah laku individu akan sesuai dengan cara individu memandang
dirinya sendiri, tentu hal itu juga mempengaruhi karakteristik kepribadiannya
seperti yang diungkapkan oleh Combs dan Snygg (dalam Fitts, 1971) bahwa
seseorang yang memiliki konsep diri yang positif akan menampilkan pola
kepribadian yang ditandai oleh rasa percaya diri, berpikir optimis, merasa
diterima, berharga dan dicintai serta mampu menilai dirinya secara objektif.
Selain itu Rogers (dalam Fitts, 1971) menambahkan bahwa pada umumnya
mereka yang memiliki konsep diri positif dapat mengatur dan mengarahkan diri,
flexibel atau mampu menyesuaikan diri terhadap situasi. Individu dengan konsep diri yang positif akan menampilkan kepribadian yang hangat dan terbuka terhadap
hubungan dengan dunia luar Vargas (dalam Fitts 1971). Sebaliknya seseorang
yang memiliki konsep diri negatif cenderung memandang kehidupannya secara
negatif. Mereka menunjukan sikap negatif dan kurang terbuka dalam berinteraksi
Universitas Kristen Maranatha Secara singkat kerangka pikir ini dapat digambarkan dalam skema sebagai
berikut:
Skema 1.1 Kerangka Pemikiran Eksternal
self Family self Social self
Universitas Kristen Maranatha I.6 Asumsi
1. Konsep diri tidak dibawa oleh individu sejak lahir melainkan dipengaruhi
oleh usia, situasi keluarga atau kehidupan orang tua, dan lingkungan
sosial.
2. Konsep diri pada remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X”
Lembang ini terdiri atas dimensi internal (Identity Self, Behavioral Self,
Judging Self) dan dimensi eksternalnya (Physical Self, Moral Ethical Self, Personal Self, Family Self, Social Self, dan Academic/work self ). Dimensi internal dan dimensi eksternal berinteraksi menjadi satu keseluruhan yang
dinamis dan menyatu.
3. Remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang dapat