• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Konsep Diri Remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu "X" Lembang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Konsep Diri Remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu "X" Lembang."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana gambaran konsep diri remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang. Pemilihan sampel menggunakan metode Purposive Sampling, dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Alat ukur yang digunakan merupakan modifikasi dari kuesioner konsep diri dari William H. Fitts, 1996. Tennesse Self Concept Scale. TSCS:2, manual, second edition yang terdiri dari 82 item. Berdasarkan pengolahan data secara statistik, dari uji validitas alat ukur yang telah dilakukan maka diperoleh 73 item yang valid dengan nilai validitas yang berkisar 0,311 - 0,835 dengan reliabilitas 0,8621.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 87,9% remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang memiliki konsep diri positif dan 12,1% memiliki konsep diri negatif).

Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa sejalan dengan aspek-aspek konsep diri, sebagian besar remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang memiliki konsep diri positif dengan aspek Physical Self, Moral Self, Social Self, Personal Self, Family Self, dan Academic/work Self yang positif. Nampak bahwa remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang menghayati bahwa keluarga sangat berperan dalam menentukan kehidupan mereka.

(2)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI……….………..iv

DAFTAR SKEMA ………..viii

DAFTAR TABEL……….………..…...ix

DAFTAR DIAGRAM………..…...x

DAFTAR LAMPIRAN………..………...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………..……..1

1.2 Identifikasi Masalah………..…….…….10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………..……..10

1.3.1 Maksud Penelitian………..…………10

1.3.2 Tujuan Penelitian....………...………10

1.4 Kegunaan Penelitian………..…………..11

1.4.1 Kegunaan Teoritis……….…….11

1.4.2 Kegunaan Praktis……….……..11

1.5 Kerangka Pemikiran……….………...11

(3)

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diri……….….……….26

2.1.1 Definisi Konsep Diri……….…………..26

2.1.2 Perkembangan Konsep Diri……….…...26

2.1.2.1 Teori-teori tentang Perkembangan Konsep Diri…..28

2.1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri………..…...30

2.1.3 Pembentukan Konsep Diri……….….……33

2.1.4 Dimensi-dimensi Konsep Diri……….…….…...….33

2.1.5 Konsep Diri dan Kepribadian………..….…..38

2.1.6 Konsep Diri dan Tingkah Laku…………..……….…...38

2.1.7 Pengukuran Konsep Diri………...…..40

2.2 Remaja………..………..…...43

2.2.1 Definisi dan Batasan Remaja……….………..…...43

2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan Remaja………….…….….…...43

2.2.3 Perubahan Dasar Masa Remaja…………..…………..……..44

2.2.3.1 Perubahan biologis………..….……...44

2.2.3.2 Perubahan kognitif………..…...…...45

2.2.3.3 Perubahan sosial………....……..46

2.2.4 Perubahan dalam Kognisi Sosial……….…...……46

2.2.4.1 Impresion Formation………...………...47

(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.2.4.3 Morality and Social Conventions………....……49

2.2.5 Perubahan dalam Konsep Diri………...……49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………...…………58

3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ...58

3.2.1 Variabel Penelitian………...………58

3.2.2 Definisi Konseptual………...………...59

3.2.3 Definisi Operasional……...………...…………...59

3.3 Alat Ukur………...…....………61

3.3.1 Alat Ukur Konsep Diri………...……….61

3.3.1.1 Prosedur Pengisian………...…...….65

3.3.1.2 Sistem Penilaian………...….65

3.3.2 Data Pribadi dan Data Penunjang…………...…..……..66

3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ………....…..……..67

3.4.1 Validitas Alat Ukur ………...…..…67

3.4.2 Uji Reliabilitas ………..…..……67

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling...67

3.5.1 Populasi Sasaran………..………..….…...67

3.5.2 Karakteristik Populasi………...………....…………67

(5)

Universitas Kristen Maranatha

3.6 Teknik Analisis Data ……….69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data……….70

4.2 Pembahasan………..74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………...………...…………81

5.2 Saran………...……….82

DAFTAR PUSTAKA……….………83

(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Kerangka Pikir...24

(7)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan Remaja...43

Tabel 3.1 Tabel Alat Ukur TSCS...64

Tabel 4.1.1 Data Konsep Diri………..70

Tabel 4.1.2 Tabulasi Silang Antara Aspek Konsep Diri Dan Physical Self...71

Tabel 4.1.3 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Aspek Moral Ethical Self.71 Tabel 4.1.4 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Aspek Personal Self...72

Tabel 4.1.5 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Aspek Family Self...72

Tabel 4.1.6 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Aspek Social Self………73

(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR DIAGRAM

(9)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat Ukur Konsep Diri

Lampiran 2 Data Penunjang

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 4 Kisi-kisi Alat Ukur

Lampiran 5 Data Skor Mentah Responden

Lampiran 6 Data Skor Mentah Responden Per aspek

Lampiran 7 Gambaran Responden dan Tabulasi Silang

(10)

Lampiran 1

KATA PENGANTAR

Saya mahasiswa Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang bermaksud

untuk melakukan penelitian terhadap Remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim

Piatu “X” Lembang. Penelitian ini ditunjukan dalam rangka memenuhi syarat

tugas akhir.

Agar penelitian ini dapat terlaksana, saya mengharapkan kesediaan dan

bantuan dari adik-adik untuk meluangkan waktu mengisi angket ini. Data yang

adik-adik berikan sangat bermanfaat bagi perkembangan dan penerapan ilmu

pengetahuan. Oleh karenanya saya sangat mengharapkan agar adik-adik mengisi

angket ini sebaik-baiknya, sesuai dengan kenyataan yang ada dengan

sejujur-jujurnya, sehingga dapat diperoleh data yang objektif. Untuk itu saya akan

menjaga kerahasiaan data pribadi adik-adik.

Partisipasi adik-adik sangat saya harapkan. Atas kesediaan dan bantuan

yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.

(11)

Lampiran 1

IDENTITAS

1. Nama (Initial) : ...

2. Usia : ...

3. Jenis kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

4. Tinggal di Yayasan sejak usia: ...

5. Lama tinggal di Yayasan : ...

(12)

Lampiran 1

Petunjuk pengisian :

Pernyataan-pernyataan berikut ini membantu adik-adik menggambarkan

diri sendiri sebagaimana adik-adik melihat diri adik-adik sendiri setelah tinggal di

Yayasan. Jawablah pernyataan-pernyataan itu seakan-akan adik-adik sedang

menggambarkan diri adik-adik sebagaimana adanya. Jawablah dengan respon

pertama dengan cara memberi tanda check list ( √ ). Jangan melewati 1 nomor

pun. Bacalah setiap pernyataan baik-baik, lalu pilihlah salah satu jawaban dari 4

pilihan jawaban tersebut.

Keterangan:

S= Sesuai CS= Cukup Sesuai KS= Kurang Sesuai TS= Tidak Sesuai

No. Pernyataan S CS KS TS

1. Saya adalah orang yang jujur

2. Saya adalah anggota dari sebuah keluarga panti

yang bahagia

3. Saya tidak merasa nyaman bersama orang lain

4. Matematika itu sukar bagi saya

5. Saya adalah orang yang ramah

6. Saya puas dengan kelakuan saya yang sesuai

dengan moral (norma-norma)

(13)

Lampiran 1

8. Tingkah laku saya tidak memenuhi harapan

keluarga di panti

9. Saya adalah orang yang taat menjalankan

aturan-aturan agama

10. Saya puas dengan hubungan saya dan keluarga

di panti

11. Saya bukan seperti yang saya harapkan

12. Saya mengerti keadaan keluarga di panti

dengan baik

13. Saya membenci diri saya sendiri

14. Saya merasa tidak sesehat seperti yang

seharusnya

15. Saya pandai dalam pelajaran matematika

16. Saya puas menjadi diri saya apa adanya

17. Saya mempunyai tubuh yang sehat

18. Saya menyadari bahwa saya orang yang kurang

rapi

19. Saya adalah orang yang baik hati

20. Saya mencoba melarikan diri dari masalah yang

saya hadapi

21. Saya orang yang periang

22. Saya bukanlah siapa-siapa (tidak berarti bagi

(14)

Lampiran 1

23. Keluarga saya di panti selalu menolong saya

dalam setiap masalah

24. Saya orang yang sering sakit-sakitan dan

menderita

25. Saya adalah orang yang berpenyakit

26. Saya kurang dapat menghayati ajaran-ajaran

agama yang saya pegang

27. Orang lain berpikir bahwa saya pandai

28. Saya adalah orang yang pendendam

29. Saya seorang yang tidak mampu

mengendalikan diri

30. Saya tidak dicintai oleh keluarga di panti

31. Saya merasa keluarga di panti tidak

mempercayai saya

32. Saya kurang mampu menyelesaikan tugas

dengan baik

33. Saya orang yang pemarah

34. Saya sulit berteman

35. Terkadang saya berfikir mengenai hal buruk

yang tidak mungkin saya ungkapkan

36. Kadang-kadang ketika saya kurang sehat

(15)

Lampiran 1

37. Saya tidak terlalu gemuk juga tidak terlalu

kurus

38. Saya tidak akan pernah secerdas orang lain

39. Saya suka bekerja tentang hal-hal yang

berhubungan dengan angka-angka

40. Saya seramah seperti yang saya inginkan

41. Saya menemukan kesulitan melakukan hal-hal

yang baik

42. Saya seharusnya memiliki tubuh yang lebih

menarik

43. Saya seharusnya tidak banyak berbohong

44. Saya mengalami kesulitan dalam membaca

45. Saya memperlakukan ibu yang mengasuh saya

sebaik mungkin

46. Saya mudah tersinggung oleh perkataan yang

tidak enak yang disampaikan oleh keluarga di

panti

47. Saya seharusnya lebih mencintai keluarga saya

di panti

48. Saya puas dengan perlakuan saya terhadap

orang lain

49. Saya seharusnya dapat bergaul lebih baik

(16)

Lampiran 1

50. Kadang-kadang saya ingin mencaci maki orang

lain

51. Saya merawat tubuh saya dengan baik

52. Saya berusaha untuk berhati-hati dalam

berpenampilan

53. Saya menjalankan ajaran agama dalam

kehidupan sehari-hari

54. Kadang-kadang saya melakukan hal-hal yang

buruk/salah

55. Saya selalu dapat menempatkan diri dalam

segala situasi

56. Saya melakukan dengan baik apa yang saya

inginkan dalam melakukan pekerjaaan saya

57. Saya merasa sehat setiap saat

58. Saya benar-benar memperhatikan keluarga saya

di panti

59. Saya berusaha memahami pikiran orang lain

60. Saya lebih suka di posisi menang dibandingkan

di posisi yang kalah dalam sebuah permainan

61. Saya tidak terampil dalam permainan dan

olahraga

(17)

Lampiran 1

63. Saya tidak tahu bagaimana mengerjakan

sesuatu dengan tepat

64. Saya mengalami gangguan tidur

65. Saya sering melakukan hal yang benar

66. Saya cukup mudah untuk menyelesaikan

masalah-masalah saya

67. Saya adalah orang yang sering menyakiti orang

lain

68. Saya merasa puas akan kehidupan agama saya

69. Saya suka bertengkar dengan keluarga di panti

70. Saya dapat melihat kebaikan orang lain yang

saya temui

71. Saya mengalami kesulitan untuk berbicara

dengan orang yang tidak saya kenal

72. Saya suka menunda-nunda pekerjaan

(18)

Lampiran 2

Di bawah ini terdapat sejumlah pertanyaan mengenai keadaan pribadi adik-adik.

Cara pengisiannya adalah dengan mengisi setiap pertanyaan yang ada sesuai

dengan diri adik dengan memberi tanda silang pada setiap pilihan yang

adik-adik pilih ( X ). Apabila tidak ada pernyataan yang sesuai dengan diri adik-adik-adik-adik,

adik-adik diminta untuk menuliskan keterangan pada tempat kosong yang telah

tersedia..

1. Di lingkungan tempat tinggal, saya merasa:

a. cukup diperhatikan dan dihargai oleh teman-teman sekitar

b. terlalu dilindungi oleh teman-teman sekitar

c. tidak diperhatikan dan dihargai oleh teman-teman sekitar

d. ………...……..

2. Saya mempunyai julukan yang mengganggu diri saya dari teman-teman:

a. Ya b. Tidak

Jika ya, julukan seperti apa?...

Mengapa julukan tersebut dirasakan mengganggu?...…...

………...……….…

(19)

Lampiran 2

3. Saya mempunyai………. teman dekat

a. 1 – 3 orang

b. 4 – 6 orang

c. 7 – 10 orang

d. > 10.orang

e. Tidak mempunyai

4. Dalam berteman saya merasa:

a. Sangat mudah untuk berteman

b. Membutuhkan waktu untuk bisa akrab dengan orang lain

c. Sulit mengawali pembicaraan

d. ………..

5. Adakah masalah yang terjadi di dalam lingkungan tempat tinggal:

a. Ya ada b. Tidak ada

Jika ada, masalah seperti apa?...

Bagaimana cara mengatasinya?...

(20)

Lampiran 2

6. Di Yayasan tempat tinggal saya, saya merasa lebih dekat dengan:

a. kepala Yayasan

b. pihak-pihak Yayasan

c. ibu yang mengasuh saya

d. teman-teman

e. ………

7. Saya menggambarkan hubungan saya dengan anggota keluarga di asrama

seperti...

...

8. Di dalam rumah asrama kami:

a. mendukung dan memperhatikan satu sama lain

b. tidak peduli satu sama lain

c. bertentangan satu sama lain

d. ...

9. Dalam mendidik ibu yang mengasuh saya:

a. mengharuskan untuk mengikuti perintah tanpa memberi kesempatan untuk

mengatakan keinginan saya

b. mau mendengarkan pendapat/saran saya

c. memberikan kebebasan sepenuhnya pada saya

(21)

Lampiran 2

10.Jika saya memiliki masalah apa yang biasanya saya lakukan?...

...

Apakah ibu ikut membantu masalah tersebut?...

Menurut saya perhatian yang diberikan oleh ibu yang mengasuh saya sangat

berarti:

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, perhatian seperti apa yang diberikan?...

……….…

(22)

Lampiran 3

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Item Nilai Validitas Keterangan Item Nilai Validitas Keterangan

1 0,062 tidak dipakai 42 0,309 dipakai

12 0,2 tidak dipakai 53 0,355 dipakai

13 0,444 dipakai 54 0,312 dipakai

(23)

Lampiran 4

Tabel Kisi-kisi Alat Ukur

Aspek Item Positif Item Negatif

Physical identity

17. Saya mempunyai tubuh yang sehat 24. Saya orang yang sering sakit-sakitan dan

menderita

25. Saya adalah orang yang berpenyakit

Moral ethical identity

1. Saya adalah orang yang jujur

9. Saya adalah orang yang taat menjalankan aturan-

aturan agama

19. Saya adalah orang yang baik hati

26. Saya kurang dapat menghayati ajaran-ajaran

agama yang saya pegang

33. Saya orang yang pemarah

67. Saya adalah orang yang sering menyakiti orang

lain

Personal identity

21. Saya orang yang periang

73. Saya dapat mengendalikan diri

22. Saya bukanlah siapa-siapa (tidak berarti bagi

orang lain)

28. Saya adalah orang yang pendendam

29. Saya seorang yang tidak mampu

(24)

Lampiran 4

Family identity

2. Saya adalah anggota dari sebuah keluarga panti

yang bahagia

23. Keluarga saya di panti selalu menolong saya

dalam setiap masalah

30. Saya tidak dicintai oleh keluarga di panti

31.Saya merasa keluarga di panti tidak

mempercayai saya

Social identity 5. Saya adalah orang yang ramah 34. Saya sulit berteman

Academic/work identity

15. Saya pandai dalam pelajaran matematika

39. Saya suka bekerja tentang hal-hal yang

berhubungan dengan angka-angka

4. Matematika itu sukar bagi saya

38. Saya tidak akan pernah secerdas orang lain

Physical judging

37. Saya tidak terlalu gemuk juga tidak terlalu kurus

57. Saya merasa sehat setiap saat

62. Saya terlihat baik sebagaimana adanya

14. Saya merasa tidak sesehat seperti yang

seharusnya

18. Saya menyadari bahwa saya orang yang

kurang rapi

36. Kadang-kadang ketika saya kurang sehat

(berperasaan tidak enak), saya merasa jengkel

42. Saya seharusnya memiliki tubuh yang lebih

(25)

Lampiran 4

Moral ethical judging

6. Saya puas dengan kelakuan saya yang sesuai

dengan moral (norma-norma)

68. Saya merasa puas akan kehidupan agama saya

35. Terkadang saya berfikir mengenai hal buruk

yang tidak mungkin saya ungkapkan

43. Saya seharusnya tidak banyak berbohong

Personal judging

16.Saya puas menjadi diri saya apa adanya

60.Saya lebih suka di posisi menang dibandingkan di

posisi yang kalah dalam sebuah permainan

11. Saya bukan seperti yang saya harapkan

13. Saya membenci diri saya sendiri

Family judging

10.Saya puas dengan hubungan saya dan keluarga di

panti

12.Saya mengerti keadaan keluarga di panti dengan

baik

46. Saya mudah tersinggung oleh perkataan yang

tidak enak yang disampaikan oleh keluarga di

panti

47. Saya seharusnya lebih mencintai keluarga saya

di panti

Social judging

40. Saya seramah seperti yang saya inginkan

48. Saya puas dengan perlakuan saya terhadap orang

lain

49. Saya seharusnya dapat bergaul lebih baik

(26)

Lampiran 4

Academic/work judging

27. Orang lain berpikir bahwa saya pandai 7. Saya tidak sepandai orang lain di sekitar saya

Physical behavior

51.Saya merawat tubuh saya dengan baik

52.Saya berusaha untuk berhati-hati dalam

berpenampilan

61. Saya tidak terampil dalam permainan dan

olahraga

64. Saya mengalami gangguan tidur

Moral ethical behavior

53. Saya menjalankan ajaran agama dalam kehidupan

sehari-hari

65.Saya sering melakukan hal yang benar

41.Saya menemukan kesulitan melakukan hal-hal

yang baik

54.Kadang-kadang saya melakukan hal-hal yang

buruk/salah

Personal behavior

55.Saya selalu dapat menempatkan diri dalam segala

situasi

66.Saya cukup mudah untuk menyelesaikan

masalah-masalah saya

20.Saya mencoba melarikan diri dari masalah yang

saya hadapi

50.Kadang-kadang saya ingin mencaci maki orang

lain

Family behavior

45.Saya memperlakukan ibu yang mengasuh saya

sebaik mungkin

8.Tingkah laku saya tidak memenuhi harapan

(27)

Lampiran 4

58.Saya benar-benar memperhatikan keluarga saya di

panti

69.Saya suka bertengkar dengan keluarga di panti

Social behavior

59. Saya berusaha memahami pikiran orang lain

70. Saya dapat melihat kebaikan orang lain yang saya

temui

3. Saya tidak merasa nyaman bersama orang lain

71. Saya mengalami kesulitan untuk berbicara

dengan orang yang tidak saya kenal

Academic/work behavior

56. Saya melakukan dengan baik apa yang saya

inginkan dalam melakukan pekerjaaan saya

32. Saya kurang mampu menyelesaikan tugas

dengan baik

44. Saya mengalami kesulitan dalam membaca

63. Saya tidak tahu bagaimana mengerjakan

sesuatu dengan tepat

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

Lampiran 7

1.1 Gambaran Responden

1.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 14 42,4% Perempuan 19 57,5%

Total 33 100%

Tabel 1.1.1 Jenis Kelamin Responden

1.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase 10-13 tahun 15 45,5% 14-18 tahun 18 54,5%

Total 33 100% Tabel 1.1.2 Usia Responden

1.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Tinggal di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang

Lamanya Tinggal di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang

Frekuensi Persentase

< 1 tahun 1 3,0%

1-2 tahun 4 12,1%

3-4 tahun 2 6,1%

5-6 tahun 6 18,2%

> 6 tahun 20 60,6%

Total 33 100%

(37)

Lampiran 7

2.2 Tabulasi Silang

2.2.1 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Jenis Kelamin

Tabel 2.2.1 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Jenis Kelamin

2.2.2 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Lamanya Tinggal di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang

Tabel 2.2.2 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Lamanya Tinggal di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang

2.2.3 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Usia

Tabel 2.2.3 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Usia Jenis Kelamin Konsep Diri Total

Positif Negatif Yatim Piatu “X” Lembang

(38)

Lampiran 7

2.2.4 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Lingkungan Sosial Konsep Diri

Faktor

Konsep Diri

Total + -

Lingkungan Sosial

+ 26 2 28

92,9% 7,1% 100%

- 3 2 5

60% 40% 100% Tabel 2.2.4 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Lingkungan Sosial

2.2.5 Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Situasi Keluarga Konsep Diri

Faktor

Konsep Diri

Total + -

Situasi Keluarga

+ 27 2 29

93,1% 6,9% 100%

- 2 2 4

(39)

Lampiran 8

PROFIL YAYASAN “X” LEMBANG

Deskripsi Yayasan “X” Lembang

Yayasan “X” Lembang pertama kali didirikan oleh Hermann Gmeiner pada tahun 1949 di kota Imst, Austria, dengan tujuan untuk menolong anak-anak

yang membutuhkan bantuan, anak-anak yang telah kehilangan tempat tinggal, rasa

aman, dan keluarganya, yang disebabkan oleh meletusnya Perang Dunia II.

Yayasan “X” Lembang adalah sebuah organisasi sosial independen non-pemerintah yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pengasuhan anak jangka

panjang berbasis keluarga. Konsep Yayasan “X” Lembang adalah membantu,

mengasuh dan memberi masa depan yang cerah bagi anak-anak yatim piatu dan

kurang beruntung, yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama dan ras.

Kami memberikan kasih sayang melalui rumah tinggal, keluarga, dan kehidupan

yang memadai agar kelak mereka memiliki kehidupan yang mandiri. Saat ini

terdapat 5 Yayasan “X” yang terletak di Lembang, Semarang, Jakarta, Bali dan

Flores. 3 Yayasan “X” yang sedang dalam proses pendirian adalah Yayasan “X”

(40)

Lampiran 8

Visi Yayasan “X” Indonesia

Setiap Anak Dibesarkan dalam Keluarga dengan Kasih Sayang, Rasa Dihargai, dan Rasa Aman. Keluarga adalah jantung masyarakat. Di dalam sebuah keluarga, setiap anak dilindungi dan merasakan menjadi bagian dari

keluarga. Di sini, anak-anak belajar tentang nilai, saling berbagi tanggung jawab

dan membentuk hubungan yang langgeng sepanjang hidup.

Setiap anak tumbuh dalam kasih sayang dan cinta

Melalui cinta serta rasa diterima, luka-luka batin disembuhkan dan rasa

percaya diri, baik kepada diri sendiri maupun orang lain, dibangun. Dengan

keyakinan diri ini, setiap anak dapat mengenal dan mengembangkan

bakatnya.

Setiap anak tumbuh dalam rasa dihargai

Suara setiap anak didengar dan diperhatikan secara serius. Mereka turut ambil

bagian dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan

mereka dan dibimbing untuk mengambil peranan utama dalam perkembangan

diri mereka sendiri, sehingga mereka tumbuh dengan rasa dihargai dan

bermartabat sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Setiap anak tumbuh dalam rasa aman

Anak-anak dilindungi dari perlakuan kejam, ditelantarkan dan eksploitasi,

dan diselamatkan dari bencana alam dan perang. Mereka memiliki tempat

berlindung, makanan, mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan.

(41)

Lampiran 8

Misi Yayasan “X” Indonesia

Mendirikan Keluarga bagi Anak yang Kurang Beruntung, Membantu

Mereka Membentuk Masa Depannya, dan Memberi Mereka Kesempatan Untuk

Berkembang dalam Masyarakat.

Kami membangun keluarga-keluarga bagi anak-anak yang kurang

beruntung

Kami memberikan kesempatan bagi anak-anak yatim piatu, kurang beruntung

atau yang keluarganya tidak mampu mengasuh mereka, untuk membangun

hubungan yang langgeng dalam sebuah keluarga. Pendekatan melalui

keluarga di Yayasan “X” ini didasarkan pada empat prinsip, yaitu: setiap anak

membutuhkan seorang Ibu, dan tumbuh secara alamiah dengan kakak dan

adik, di dalam rumah mereka sendiri, dan di dalam lingkungan desa yang

mendukungnya

IBU : Setiap anak memiliki Ibu Asuh tetap

Dalam keluarga, Ibu Asuh berperan sebagai kepala keluarga yang

menjalankan kegiatan rumah tangga bersama anak-anaknya secara mandiri,

membangun hubungan yang mesra dengan setiap anak yang dipercayakan

kepadanya, memberikan rasa aman, kasih sayang dan keseimbangan yang

(42)

Lampiran 8

KAKAK ADIK : Ikatan Keluarga tumbuh secara alamiah

Anak laki-laki dan perempuan dari berbagai tingkat usia hidup bersama-sama

sebagaimana layaknya kakak beradik, dan saudara sekandung yang tinggal

dalam keluarga yang sama. Anak-anak ini dan Ibu Asuh mereka membangun

ikatan emosional yang sangat kuat seumur hidup.

RUMAH : Setiap keluarga menciptakan suasana rumah yang nyaman

Rumah merupakan tempat tinggal, lengkap dengan keadaannya yang unik,

ritme serta rutinitasnya masing-masing. Di bawah atap rumah ini, anak-anak

benar-benar menikmati rasa aman dan rasa memiliki. Mereka tumbuh dan

belajar bersama-sama, saling berbagi tanggung jawab dan kegembiraan serta

kesedihan.

DESA : Keluarga merupakan bagian dari masyarakat

Keluarga tinggal bersama, membentuk lingkungan desa yang mendukung

anak-anak menikmati kegembiraan masa kanak-kanak. Mereka juga hidup

sebagai anggota yang berintegrasi dan memberikan sumbangsih bagi

masyarakat setempat.

Kami membantu mereka membentuk masa depannya sendiri

Kami memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk hidup sesuai dengan

budaya dan agama yang mereka anut dan untuk menjadi anggota masyarakat

yang aktif. Membantu anak-anak untuk mengenali dan mengekspresikan

(43)

anak-Lampiran 8

anak menerima pendidikan dan latihan ketrampilan yang mereka perlukan

untuk dapat menjadi anggota masyarakat yang berhasil dan berguna.

Kami memberi mereka kesempatan untuk berkembang dalam

masyarakat

Kami berbagi dalam kehidupan bermasyarakat dan merespon perkembangan

kebutuhan masyarakat bagi anak-anak dan remaja pada usia yang rawan.

Kami menyediakan fasilitas dan program-program yang bertujuan untuk

memperkuat ikatan kekeluargaan dan mencegah penelantaran anak-anak.

Kami bekerja sama dengan anggota masyarakat dalam penyediaan pendidikan

dan pelayanan kesehatan, serta merespon keadaan darurat.

Yayasan “X” adalah mitra yang dapat diandalkan

Sejak tahun 1949 kami telah membangun pondasi kepercayaan dengan

para donatur, kalangan pemerintahan dan rekanan lain yang mendukung misi

kami. Tanggung jawab kami yang terbesar adalah memberikan jaminan

kesejahteraan bagi anak-anak dengan jalan memastikan pemberian standar

pengasuhan yang tinggi. Dalam pelaksanaan pengasuhan ini, kami berkomitmen

untuk menggunakan seluruh dana dan sumber daya secara bijaksana, didasari oleh

rasa saling menghargai dan bertanggung jawab. Sejak awal didirikan Yayasan “X”

(44)

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu

berinteraksi dengan orang lain. Hubungan antar manusia ini terjadi dalam

keluarga, masyarakat, sekolah, maupun lingkungan bermain. Dalam menjalin

hubungan, individu perlu melakukan penyesuaian dengan

lingkungan-lingkungannya sesuai situasi dan lingkungan tempat individu tersebut tumbuh dan

berkembang.

Berdasarkan lingkungan tempat berinteraksi dan dibesarkan itu, individu

akan memiliki pengalaman dan penghayatan tersendiri, termasuk konsep diri.

Konsep diri terbentuk melalui proses panjang yang bahkan telah bermula sejak

individu dilahirkan. Di lingkungan keluarga, individu akan membandingkan

keberadaan dirinya dengan saudara-saudara yang lainnya. Lalu konsep tentang

bagaimana perannya, aspirasi-aspirasinya banyak ditentukan atas dasar didikan

ataupun tekanan dan harapan yang datang dari orang tuanya. Setelah anak

bertambah besar, ia mempunyai hubungan yang lebih luas, yang tidak hanya

terbatas pada hubungannya dalam lingkungan keluarga. Mempunyai lebih banyak

(45)

Universitas Kristen Maranatha lebih banyak pengalaman. Akhirnya, anak akan memperoleh suatu konsep dalam

dirinya yang baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan

tempat tinggalnya. Melalui interaksi individu dengan lingkungannya, individu

akan semakin mengenal dirinya berdasarkan reaksi dan penilaian yang diberikan

orang lain pada dirinya. Saat individu mengenali, memahami bahkan dapat

menentukan tingkah laku apa yang akan dilakukan maka dari situlah muncul yang

dinamakan suatu konsep diri.

Keluarga merupakan agen yang paling berpengaruh terhadap terbentuknya

konsep diri seseorang. Keluarga adalah lingkungan awal seseorang pertama kali

berinteraksi. Dari keluarga, seseorang memperoleh dasar konsep tentang dirinya,

yang akan semakin berkembang sejalan dengan meluasnya interaksi. Remaja yang

tinggal bersama orangtua dan anggota keluarga dalam suatu lingkungan keluarga,

memiliki kesempatan luas untuk mendapatkan, merasakan dan mengalami bentuk

perlakuan berupa perhatian dan kasih sayang. Dalam pergaulan dengan teman

sebaya, remaja yang tinggal bersama dalam keluarga yang utuh memiliki

pengetahuan dasar yang kuat tentang suatu relasi interpersonal (Benson, Sharma

dan Roehlkeparatin, 1994).

Tidak semua remaja mampu memenuhi tuntutan dan harapan akan

kebutuhan fisik seperti misalnya remaja dapat merawat kesehatan tubuhnya,

berpenampilan menarik maupun dalam hal psikis seperti halnya remaja mampu

mengendalikan dan mengontrol emosinya. Dapat dilihat juga bahwa remaja

terkadang kurang mendapatkan kasih sayang dari salah satu atau kedua

(46)

Universitas Kristen Maranatha kesibukan kedua orangtua ataupun perceraian sehingga mereka terabaikan.

Perceraian, kematian atau lemahnya perekonomian keluarga menyebabkan remaja

tidak dapat dididik dan diasuh selayaknya oleh lingkungan keluarga. Kondisi ini

menjadikan remaja yatim, piatu, yatim piatu, fakir miskin atau anak tertelantar,

seringkali dititipkan di lembaga sosial untuk diasuh dan dididik. Salah satu

lembaga sosial yang dimaksud yaitu Panti Asuhan. Panti Asuhan merupakan

alternatif tempat pengasuhan bagi mereka yang keluarganya kurang mampu secara

ekonomi serta mereka yang sudah tidak memiliki sanak keluarga untuk merawat,

mendidik dan membesarkannya.

Kekhasan dari Yayasan Panti Asuhan “X” Lembang adalah suatu panti

asuhan yang berbentuk keluarga. Setiap keluarga memiliki sebuah rumah sendiri,

lengkap dengan ruang keluarga, kamar tidur dan dapur. Rumah ini merupakan

tempat tinggal permanen bagi setiap anak panti. Yayasan Panti Asuhan “X”

Lembang memiliki 15 rumah keluarga yang terdiri atas lima rumah Muslim, lima

rumah Katholik dan lima rumah Protestan. Meskipun pembagian rumah tersebut

berdasarkan agama, namun bukan dimaksudkan untuk membeda-bedakan agama

atau diskriminasi, melainkan agar penyaluran dan pembinaan agama lebih mudah

diterapkan kepada setiap anaknya.

Yayasan Panti Asuhan “X” Lembang adalah sebuah organisasi sosial

independen non-pemerintah yang melayani anak-anak dengan pola pengasuhan

jangka panjang berbasis keluarga. Konsep Yayasan Panti Asuhan “X” ini adalah

(47)

Universitas Kristen Maranatha piatu dan anak-anak yang kurang beruntung, berasal dari berbagai latar belakang

suku, agama dan ras.

Yayasan ini memberikan kasih sayang melalui rumah tempat tinggal,

keluarga asuh, dan kehidupan yang memadai agar kelak mereka memiliki

kehidupan yang mandiri. Pimpinan Yayasan atau orang dewasa di lingkungan ini

menjadi orangtua pengganti, sehubungan dengan tidak berfungsinya orangtua

yang mendidik dan mengasuh anak. Setiap anak memiliki Ibu Asuh tetap yang

mengemban peran keibuannya dengan menyayangi, memperhatikan, dan membahagiakannya sebagaimana layaknya seorang ibu kandung. Dalam rumah di Yayasan, ibu asuh berperan sebagai kepala keluarga yang menjalankan kegiatan

rumah tangga bersama anak-anaknya secara mandiri, membangun hubungan yang

harmonis dengan setiap anak yang dipercayakan kepadanya, memberikan rasa

aman, kasih sayang dan keseimbangan yang diperlukan oleh setiap anak. Anak

laki-laki dan perempuan dari berbagai tingkat usia hidup bersama-sama

sebagaimana layaknya kakak beradik, dan saudara sekandung tinggal dalam

keluarga yang sama. Anak-anak dan ibu asuh membangun ikatan emosional yang

sangat kuat seumur hidup. Setiap keluarga menciptakan suasana rumah yang

nyaman. Rumah merupakan tempat tinggal, lengkap dengan keadaannya yang unik, ritme serta rutinitasnya masing-masing. Di bawah atap rumah ini, anak-anak

benar-benar menikmati rasa aman dan rasa memiliki. Mereka tumbuh dan belajar

bersama-sama, saling berbagi tanggung jawab dan kegembiraan serta kesedihan

(48)

Universitas Kristen Maranatha Mereka yang tinggal di Yayasan “X” mendapatkan kasih sayang dan

perhatian dari ibu asuhnya, kepala pimpinan Yayasan juga pihak-pihak lain di

Yayasan, tetapi perhatian ibu asuh tersebut tidak dapat terpusat pada satu anak

saja, masih banyak anak lain yang harus ia perhatikan. Jadi anak cenderung

menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari teman

sepantinya. Jika teman-temannya memberikan sikap yang positif, maka anak akan

merasa dirinya cukup berharga seperti memiliki kesadaran akan diri dan lebih

menerima kenyataan diri kehilangan salah satu/kedua orangtuanya serta tetap

dapat bertindak dalam berbagai situasi kehidupan kearah yang positif sehingga

tumbuhlah konsep diri yang positif.

Konsep diri penting dimiliki bagi seseorang karena konsep diri ini akan

menentukan bagaimana seseorang bertindak dalam berbagai situasi kehidupan

Fitts (1971), seperti seorang individu jika berinteraksi dengan lingkungannya ia tahu bagaimana kemampuan bersosialisasinya yaitu berusaha untuk beradaptasi

dengan lingkungan tersebut. Melalui pemahaman mengenai konsep diri maka

remaja mampu menilai akan kemampuan yang dimilikinya dan lebih percaya diri

dalam bertindak atau berperilaku dalam menyesuaikan diri di lingkungan. Remaja

yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan

daripada kegagalan, akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang

lebih besar yang akhirnya memberikan konsep diri yang lebih baik. Konsep diri

perkembangannya sejak individu mulai memiliki kemampuan untuk

mempersepsikan dan membedakan dirinya dengan orang lain, atau dimulai dari

(49)

Universitas Kristen Maranatha Pada awal masa remaja anak laki-laki dan perempuan sudah memahami

mengenai kekuatan dan kelemahannya, dan mereka menilai kekuatan dan

kelemahannya ini sesuai dengan teman-teman mereka. Banyak remaja

menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai

kepribadian yang “ideal”. Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran

yang ideal ini dan mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian

mereka. Konsep diri akan ditampilkan melalui perilaku, misalnya dapat berpikir

optimistis, mempunyai penilaian akan masa depannya bahwa dirinya akan sukses,

merasa diterima, berharga dan dicintai oleh lingkungan sekitar terhadap kehadiran

dirinya serta mampu menilai dirinya secara objektif. Jadi jika remaja tersebut

masuk dalam suatu situasi tertentu maka lingkungan akan menerima dirinya

sebagai bagian dari kelompok tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 orang, terdapat remaja panti

yang mempersepsikan dirinya bangga dan puas atas kemampuan dalam

mengerjakan tugasnya meskipun telah ditinggal orangtua. Di sisi lain, ada juga

yang menunjukkan sikap kurang mampu memahami diri sendiri dan bertingkah

laku menghindar dari lingkungan. Ada remaja panti yang memandang bahwa

keadaan fisiknya kurang mendapatkan perawatan sehingga menjadi rendah diri

dan malas untuk bergaul. Selain itu, di antara mereka ada yang

mempermasalahkan keadaan fisik yang kurang sempurna sampai mengatakan

“sudah kami anak panti, tubuhku seperti ini”.

Terdapat remaja panti yang merasa bahwa dirinya malas untuk

(50)

Universitas Kristen Maranatha itu ada juga yang cenderung menyesal atas keadaan atau jalan hidupnya yang

harus dilalui tanpa kehadiran kedua orangtua, dan menyalahkan Tuhan karena

keadaannya itu. Adapun salah satu diantara mereka mampu menjalin hubungan

harmonis dengan keluarga dan saudara-saudaranya tetapi ada juga remaja panti

yang cenderung menarik diri sehingga membuatnya sulit berinteraksi. Setiap kali

mereka menghadapi suatu kegagalan, ada juga diantara mereka enggan untuk

memperbaikinya dan cenderung bersikap pesimis. Bahkan diantara mereka

berkata “buat apa aku hidup”, mereka seperti tidak berdaya dalam menghadapi

kenyataan hidup yang mereka jalani sekarang ini. Hal ini sebenarnya dapat

diperbaiki apabila ada kesadaran diri, dukungan sosial, kemampuan membuat

penilaian yang realistik mengenai kekuatan dan kelemahannya sehingga akan

berdampak positif bagi perkembangan konsep diri individu yang bersangkutan.

Konsep diri adalah keseluruhan kesadaran atau persepsi tentang diri yang

diobservasi, dialami dan dinilai oleh individu yang bersangkutan. Diri yang

dilihat, dipersepsikan dan dialami oleh seseorang itulah yang kemudian menjadi

konsep diri orang tersebut. Rogers, (dalam Fitts 1971) menambahkan bahwa

pada umumnya mereka yang memiliki konsep diri positif dapat mengatur dan

mengarahkan diri, flexibel atau mampu menyesuaikan diri terhadap situasi. Fitts

membagi konsep diri kedalam dua dimensi pokok, yaitu dimensi internal dan

dimensi eksternal. Dimensi internal terdiri atas Identity Self, Judging Self, dan

(51)

Universitas Kristen Maranatha menyatu. Aspek-aspeknya membentuk 18 kombinasi dan dapat dilihat melalui

perilaku yang ditunjukkan remaja panti dilihat melalui Physical identity, Physical

judging, Physical behavior, Moral ethical identity, Moral ethical judging, Moral ethical behavior, Personal identity, Personal judging, Personal behavior, Family identity, Family judging, Family behavior, Social identity, Social judging, Social behavior, Academic/work identity, Academic/work judging dan Academic/work behavior.

Remaja panti mempersepsikan bahwa dirinya mempunyai tubuh yang

sehat meskipun telah ditinggal oleh orangtua (Physical identity), remaja panti

menyadari bahwa dirinya orang yang sehat (Physical judging), remaja panti juga

berusaha untuk berhati-hati dalam menjaga kesehatan tubuhnya (Physical

behavior). Remaja panti mempersepsikan bahwa dirinya orang yang taat dalam menjalankan aturan-aturan agama (Moral ethical identity), juga merasa puas akan

kehidupan agamanya (Moral ethical judging), dapat menjalankan ajaran agama

dalam kehidupan sehari-hari (Moral ethical behavior). Remaja panti

mempersepsikan bahwa dirinya dapat mengendalikan diri (Personal identity),

merasa puas menjadi diri apa adanya (Personal judging), selalu dapat

menempatkan diri dalam segala situasi (Personal behavior). Remaja panti ada

juga yang mempersepsikan bahwa dirinya tidak dicintai oleh keluarga di panti

(Family identity), mereka menghayati seharusnya lebih mencintai keluarganya di panti (Family judging), berusaha untuk memperhatikan keluarga saya di panti

(52)

Universitas Kristen Maranatha lain (Social judging), mereka juga berusaha memahami pikiran orang lain (Social

behavior). Diantara mereka mempersepsikan bahwa dirinya tidak akan pernah secerdas orang lain (Academic/work identity), mereka menghayati tidak sepandai

orang lain di sekitarnya (Academic/work judging) dan diantara mereka pun ada

yang mengalami kesulitan dalam membaca (Academic/work behavior).

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang

remaja panti serta pengurus Yayasan diperoleh gambaran, 40% remaja panti

mempersepsikan dirinya mampu menerima keadaan secara realistis dan

menyadari akan kemampuan atau kelebihan yang dimilikinya. Mereka

mempersepsikan bahwa dirinya memiliki prestasi yang dapat dibanggakan,

merasa puas atas kemampuan yang dimilikinya, dan menilai dirinya sering terlibat

dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. Hal-hal tersebut menunjukkan

adanya konsep diri yang positif dalam diri mereka. Sedangkan 60% remaja panti,

mempersepsikan bahwa dirinya lemah, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak

menarik, tidak disukai, mempersepsikan bahwa dirinya tidak mampu, baik itu

mengerjakan persoalan ataupun dalam menghadapi kehidupan, menilai diri

sebagai orang yang gagal dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan dan

menyalahkan diri sendiri bila mengalami kegagalan memiliki prestasi yang kurang

memuaskan. Merasa rendah diri dibandingkan dengan teman-temannya, bahkan

diantara mereka ada yang menyembunyikan identitas dirinya sebagai anak panti

sehingga membuat mereka menarik diri. Hal-hal tersebut menandakan adanya

(53)

Universitas Kristen Maranatha Dengan keadaan merasa dirinya tidak nyaman, lemah, menilai diri orang

yang gagal, maka hubungan mereka menjadi terganggu karena merasa tidak sesuai

dengan keadaan ideal pada umumnya. Remaja panti yang demikian lebih memilih

untuk menghindari lingkungan sosialnya yang mereka anggap tidak sesuai, tetapi

di dalam yayasan mereka merasa nyaman karena mereka memiliki persamaan

nasib. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti ingin melihat bagaimana

gambaran konsep diri remaja di Yayasan Panti Asuhan “X” Lembang.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui:

Bagaimana gambaran konsep diri remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim

Piatu “X” Lembang

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai

konsep diri remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang.

1.3.2Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai

konsep diri beserta aspek-aspeknya pada remaja di Yayasan Panti Asuhan

(54)

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

• Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi

dalam bidang Psikologi Perkembangan mengenai konsep diri pada

remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang.

• Sebagai sumbangan informasi atau ide kepada peneliti lain yang tertarik

untuk menggali lebih jauh tentang konsep diri.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Memberikan informasi mengenai konsep diri bagi para remaja panti

sehingga dapat menjadi masukan dan diharapkan juga remaja panti dapat

melihat hal-hal positif dalam dirinya yang dapat dikembangkan

walaupun mereka tinggal di yayasan panti asuhan.

• Memberikan informasi bagi orangtua, khususnya ibu asuhnya di

Yayasan Panti Asuhan “X” Lembang dan secara umum bagi Yayasan

Panti Asuhan Yatim Piatu lainnya tentang konsep diri agar dapat

membantu proses pembinaan khususnya bagi remaja di Yayasan Panti

Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang.

1.5 Kerangka Pikir

Pada masa anak-anak konsep diri yang dimiliki seseorang biasanya

berbeda dengan konsep yang dimilikinya ketika memasuki usia remajanya.

(55)

Universitas Kristen Maranatha atas imajinasi-imajinasi tertentu dalam dirinya. Menurut John Hill (dalam

Steinberg, 2002), ada tiga ciri perkembangan remaja yang membuat masa ini menjadi penting dan istimewa, yaitu dimulainya masa pubertas, berkembangnya

kemampuan berpikir yang lebih kompleks, dan transisi memasuki peran baru

dalam masyarakat. Berkembangnya individu secara intelektual ingin mendapat

pengakuan, membuat mereka membayangkan dirinya secara lebih kompleks dan

berbeda. Para remaja jauh lebih mampu daripada anak-anak dalam berpikir

tentang konsep abstrak dan lebih lancar dalam mengolah informasi yang banyak.

Keunggulan intelektual ini mempengaruhi cara individu bersikap. Dibandingkan

dengan anak-anak, yang cenderung menunjukkan jati diri dengan cara relatif

sederhana dan seadanya, remaja cenderung menggunakan sikap pribadi yang lebih

kompleks, abstrak dan psikologis Harter, 1999 (dalam Steinberg, 2002).

Dilihat dari perkembangan kognitifnya, kemampuan berpikir remaja

menjadi lebih kompleks dibandingkan pada masa kanak-kanak. Remaja lebih

mampu berpikir sesuatu yang abstrak dan hipotesis. Remaja mampu berpikir lebih

baik daripada anak-anak sebagai ganti pembatasan pikiran terhadap hal-hal yang

nyata. Remaja mulai berpikir mengenai proses berpikir itu sendiri (Keating, 1990

dalam Steinberg, 2002). Dalam perubahan kognisi sosial seperti aktivitas berpikir termasuk berpikir mengenai orang-orang, hubungan sosial dan institusi

sosial. Bukanlah hal yang sukar untuk remaja menggunakan pemikiran tentang

kemungkinan-kemungkinan dan berpikir dalam berbagai dimensi dan abstrak.

Bila dibandingkan dengan anak-anak, remaja memiliki konsep pengertian

(56)

Universitas Kristen Maranatha organisasi sosial yang lebih kompleks dan mampu menggambarkan sesuatu yang

dipikirkan orang lain dengan lebih akurat (Lapsey, 1989 dalam Steinberg, 2002).

Konsep diri menetap di akhir masa remaja namun masih dapat mengalami

revisi atau perkembangan akibat pengalaman, aktualisasi diri, dan kompetensi.

Konsep diri individu merupakan struktur kognitif yang terdiri atas berbagai

kognisi mengenai diri individu dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan diri

individu. Kognisi tersebut dinamakan isi dari konsep diri (Engel dalam Fitts

1971). Fitts (1971) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan kesadaran atau persepsi tentang diri yang diobservasi, dialami dan dinilai oleh

individu yang bersangkutan. Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis,

artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam

jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan

situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil

mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja

saat itu ia menjadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinannya yang

positif, ia berusaha memperbaiki nilai.

Fitts membagi konsep diri ke dalam dua dimensi pokok, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Dimensi internal terdiri atas Identity Self, Judging

Self, dan Behavior Self. Pertama, diri sebagai objek (Identity Self) yaitu bagian dimensi internal dari diri yang merupakan konsep diri yang paling mendasar.

Konsep ini mempertanyakan “siapa saya?” yang di dalamnya tercakup label-label

atau simbol-simbol yang diberikan pada diri oleh individu yang bersangkutan

(57)

Universitas Kristen Maranatha Kedua, diri sebagai pengamat dan penilai (Judging Self) yaitu manusia

cenderung untuk memberikan penilaian terhadap apa yang dipersepsikan.

Selanjutnya, diri penilai ini lebih berperan menentukan apakah tindakan seseorang

akan ditampilkan. Diri penilai pada seseorang menentukan kepuasan seseorang

akan dirinya dan seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Ketiga dari dimensi

internal, diri sebagai pelaku (Behavior Self) yaitu persepsi seseorang terhadap

tingkah lakunya atau caranya bertindak.

Dimensi kedua yaitu dimensi eksternal adalah persepsi yang timbul

sebagai akibat interaksi individu dengan dunia luarnya, khususnya dalam

hubungan interpersonal. Diri eksternal terdiri atas Physical Self, Moral Self,

Personal Self, Family Self, Social Self, dan Academic/work Self. Pertama, diri fisik (Physical Self) menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan fisik, kesehatan,

penampilan diri dan gerak motoriknya. Kedua diri moral-etika (Moral-Ethical

Self), hal ini menyangkut persepsi seseorang tentang dirinya ditinjau dari standar pertimbangan nilai-nilai moral dan etika yang meliputi batasan baik dan buruk,

dan kepuasan seseorang dalam hubungannya dengan Tuhan. Ketiga diri personal

(Personal Self) merupakan perasaan individu terhadap nilai-nilai pribadi, terlepas

dari keadaan fisik dan hubungannya dengan orang lain dan sejauhmana merasa

adekuat sebagai pribadi. Keempat diri keluarga (Family Self) merupakan perasaan

dan harga diri individu sebagai anggota keluarga dan teman-teman dekatnya.

Kelima diri sosial (Social Self) yaitu bagian diri ini merupakan penilaian individu

(58)

Universitas Kristen Maranatha lebih luas. Keenam adalah diri Academic/work Self yaitu penilaian yang berkaitan

dengan penilaian keterampilan dan prestasi akademik.

Dimensi internal dan dimensi eksternal berinteraksi menjadi satu

keseluruhan yang dinamis dan menyatu. Aspek-aspeknya membentuk 18

kombinasi yaitu Physical identity, Physical judging, Physical behavior, Moral

ethical identity, Moral ethical judging, Moral ethical behavior, Personal identity, Personal judging, Personal behavior, Family identity, Family judging, Family behavior, Social identity, Social judging, Social behavior, Academic/work identity, Academic/work judging dan Academic/work behavior.

Physical identity merupakan persepsi mengenai gambaran remaja panti terhadap keadaan dirinya secara fisik. Remaja panti yang memiliki physical

identity yang positif mempersepsikan bahwa dirinya mempunyai tubuh yang sehat meskipun telah ditinggal oleh orangtua sebaliknya yang negatif mempersepsikan

bahwa dirinya orang yang sakit-sakitan. Physical judging merupakan persepsi

mengenai penilaian remaja panti terhadap penampilan dirinya yang akan

menentukan kepuasan seseorang akan dirinya dan seberapa jauh seseorang akan

menerima dirinya. Remaja panti dengan physical judging positif menyadari bahwa

dirinya orang yang sehat sedangkan yang negatif menyadari bahwa dirinya orang

yang kurang rapi. Physical behavior merupakan persepsi mengenai perilaku

remaja panti terhadap apa yang dilakukan untuk menjaga penampilan dan

kesehatan. Remaja panti dengan physical behavior yang positif berusaha untuk

berhati-hati dalam menjaga kesehatan tubuhnya sebaliknya untuk yang negatif

(59)

Universitas Kristen Maranatha piatu “X” Lembang telah mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak ke

masa remaja. Ia akan menghayati bahwa penampilan fisik merupakan hal yang

penting untuk remaja. Selain itu bila ibu asuh dan teman-temannya memberikan

perhatian, maka remaja panti akan menghayati gambaran fisiknya seperti tubuh

saya menarik kemudian, ia akan menilai mengenai penampilan dirinya dengan

mempertanyakan apakah saya seseorang yang berpenampilan menarik yang

selanjutnya ia ingin menjaga penampilan dan kesehatan fisiknya. Remaja panti

yang mempersepsi bahwa dirinya lebih menerima dan berusaha merawat keadaan

fisiknya karena didukung juga oleh ibu asuh dan teman-temannya menunjukkan

konsep diri yang cenderung positif. Sedangkan remaja panti yang mempersepsi

keadaan fisiknya seperti tubuhnya kurang mendapatkan perawatan, dapat menjadi

rendah diri dan malas untuk bergaul hal tersebut menunjukkan konsep diri yang

cenderung negatif.

Moral ethical identity merupakan persepsi mengenai gambaran remaja panti terhadap nilai-nilai moral dan etika yang dipegangnya. Remaja panti dengan

moral ethical identity positif mempersepsikan bahwa dirinya orang yang taat dalam menjalankan aturan-aturan agama sebaliknya yang negatif mempersepsikan

bahwa dirinya kurang dapat menghayati ajaran-ajaran agama. Moral ethical

judging merupakan persepsi mengenai penilaian remaja panti terhadap nilai-nilai moral dan etika yang dipegangnya, yang akan menentukan seberapa jauh

seseorang akan menerima dirinya. Ada juga remaja panti dengan moral ethical

(60)

Universitas Kristen Maranatha persepsi mengenai perilaku remaja panti terhadap apa yang diri lakukan untuk

menjaga nilai-nilai moral dan etika yang dipegangnya. Remaja panti moral ethical

behavior yang positif dapat menjalankan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sebaliknya yang negatif sering melakukan hal-hal yang buruk. Remaja panti

akan menghayati bahwa nilai-nilai moral penting untuk ia pegang. Selain itu bila

ibu asuh dan teman-temannya memberikan contoh nilai-nilai moral, maka remaja

panti akan menghayati gambaran nilai-nilai moral dan etika yang ia pegang

kemudian, akan menilai moral yang dimilikinya, selanjutnya berusaha

memperbaiki semua perbuatan yang dianggapnya salah atau tidak baik. Remaja

yang berada di yayasan yatim piatu ”X” Lembang yang mempersepsi bahwa

dirinya dapat menunjukkan sikap berusaha mengambil hikmah dari musibah yang

dialaminya cenderung menunjukkan konsep diri yang positif, sedangkan remaja

panti yang mempersepsi bahwa dirinya tidak diajarkan mengenai nilai-nilai moral

dan etika oleh ibu asuh atau lingkungan sekitarnya serta kurang memahami akan

pentingnya nilai-nilai moral dan etika cenderung akan memiliki konsep diri yang

negatif.

Personal identity merupakan persepsi mengenai gambaran remaja panti terhadap keadaan kepribadiannya. Remaja panti dengan personal identity positif

mempersepsikan bahwa dirinya dapat mengendalikan diri sebaliknya yang negatif

mempersepsikan bahwa dirinya tidak mampu mengendalikan diri dalam

kehidupan sehari-hari. Personal judging merupakan persepsi mengenai penilaian

remaja panti terhadap keadaan kepribadiannya yang akan menentukan kepuasan

(61)

Universitas Kristen Maranatha Remaja panti dengan personal judging positif merasa puas menjadi diri apa

adanya sebaliknya yang negatif membenci terhadap dirinya sendiri. Personal

behavior merupakan persepsi mengenai perilaku remaja panti terhadap apa yang ia lakukan untuk dapat mengendalikan dirinya. Remaja panti dengan personal

behavior positif selalu dapat menempatkan diri dalam segala situasi sebaliknya yang negatif mencoba melarikan diri dari setiap masalah. Remaja panti akan

menghayati bahwa keadaan kepribadian merupakan hal yang penting. Selain itu

bila ibu asuh dan teman-temannya turut memperhatikannya, maka remaja panti

akan menghayati gambaran kepribadiannya kemudian, ia akan menilai mengenai

pribadinya yang selanjutnya ia ingin dapat mengendalikan diri dan menjaga dalam

segala situasi. Remaja yang berada di yayasan yatim piatu ”X” Lembang yang

mempersepsi bahwa dirinya dapat menunjukkan kelebihannya dan mengimbangi

kekurangan dirinya, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan cenderung

memiliki konsep diri positif, sebaliknya remaja yang berada di yayasan yatim

piatu ”X” Lembang yang sulit menerima kekurangan diri setelah ditinggal oleh

orangtuanya cenderung memiliki konsep diri negatif.

Family identity merupakan persepsi mengenai gambaran remaja panti terhadap dirinya sebagai anggota keluarga. Remaja panti dengan family identity

positif mempersepsikan bahwa dirinya merupakan anggota dari sebuah keluarga

yang bahagia sebaliknya ada juga yang mempersepsikan bahwa dirinya tidak

dicintai oleh keluarga di panti. Family judging merupakan persepsi mengenai

penilaian remaja panti terhadap dirinya sebagai anggota keluarga yang akan

(62)

Universitas Kristen Maranatha menerima dirinya. Mereka dengan family judging positif menghayati bahwa

dirinya puas dengan hubungan saya dan keluarga di panti sebaliknya yang negatif

seharusnya lebih mencintai keluarganya. Family behavior merupakan persepsi

mengenai perilaku remaja panti terhadap apa yang diri lakukan untuk mencintai

dan menjaga keluarganya. Remaja panti dengan family behavior positif berusaha

untuk memperhatikan keluarga di panti sebaliknya ada juga yang mempersepsikan

bahwa tingkah lakunya tidak memenuhi harapan keluarga di panti. Remaja panti

akan menghayati bahwa dirinya sebagai suatu anggota keluarga itu merupakan hal

yang penting. Selain itu bila ibu asuh dan teman-temannya menerima dirinya

sebagai anggota suatu keluarga, maka remaja panti akan menghayati dirinya

sebagai anggota suatu keluarga di asrama kemudian, ia akan menilai dirinya

diterima sebagai anggota keluarga selanjutnya ia ingin mencintai dan menjaga

keluarganya. Remaja yang berada di yayasan yatim piatu “X” Lembang yang

mempersepsi bahwa dirinya dapat menjalin hubungan harmonis dengan keluarga

dan saudara-saudaranya, juga merasa dirinya tetap berharga dalam keluarga

walaupun memiliki banyak kekurangan cenderung menunjukkan konsep diri

positif. Sedangkan remaja panti yang mempersepsi bahwa dirinya kurang

menciptakan, membina hubungan yang harmonis, cenderung menarik diri bahkan

menjauhi keluarganya, dan merasa malu menjadi bagian dari keluarganya

cenderung memiliki konsep diri negatif.

Social identity merupakan persepsi mengenai gambaran remaja panti terhadap dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Remaja panti

(63)

teman-Universitas Kristen Maranatha teman di lingkungan sekitarnya sedangkan ada juga yang sulit berteman. Social

judging merupakan persepsi mengenai penilaian remaja panti terhadap dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungan yang akan menentukan kepuasan seseorang

akan dirinya dan seberapa jauh seseorang akan menerima dirinya. Diantara

mereka dengan social judging positif merasa puas dengan perlakuannya terhadap

orang lain sebaliknya yang negatif seharusnya dapat bergaul lebih baik dengan

orang lain Social behavior merupakan persepsi mengenai perilaku remaja panti

terhadap apa yang ia lakukan untuk mampu memahami orang lain dan

menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Mereka juga dengan social behavior

positif berusaha memahami pikiran orang lain sedangkan yang negatif merasa

tidak nyaman dengan orang lain. Remaja panti akan menghayati dirinya dalam

berinteraksi dengan lingkungan sosial. Selain itu bila ibu asuh dan

teman-temannya mendukung untuk bergabung dan menyuruhnya untuk tidak mengurung

diri, maka remaja panti akan menghayati dirinya sebagai bagian dari

lingkungannya kemudian, ia akan menilai mengenai seberapa jauh kedudukan

dirinya dalam lingkungan sosialnya yang selanjutnya ia ingin dapat memahami

orang lain dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Remaja panti yang

mempersepsi bahwa dirinya tidak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan

lingkungannya cenderung menunjukkan konsep diri positif, sebaliknya remaja

panti yang rendah diri dan membuatnya sulit berinteraksi dengan lingkungan

sekitarnya cenderung memiliki konsep diri negatif.

(64)

Universitas Kristen Maranatha academic/work identity negatif mempersepsikan bahwa dirinya tidak akan pernah

secerdas orang lain sedangkan yang positif mempersepsikan dirinya dapat lebih

pintar dari orang lain. Academic/work judging merupakan persepsi mengenai

penilaian remaja panti terhadap kemampuan dirinya dalam bidang akademik yang

akan menentukan kepuasan seseorang akan dirinya dan seberapa jauh seseorang

akan menerima dirinya. Mereka dengan academic/work judging negatif

menghayati tidak sepandai orang lain di sekitarnya sedangkan yang positif

menghayati dapat lebih pandai dari orang lain. Academic/work behavior

merupakan persepsi mengenai perilaku remaja panti terhadap apa yang ia lakukan

untuk menyesuaikan diri dalam bidang akademik. Diantara mereka pun dengan

academic/work behavior negatif ada yang kurang mampu menyelesaikan tugas dengan baik sebaliknya yang positif dapat melakukan pekerjaan dengan baik.

Remaja panti akan menghayati kemampuan dirinya dalam bidang akademik

adalah sesuatu yang penting. Selain itu bila ibu asuh dan teman-temannya

mendukung dan memberikan penghargaan, maka remaja panti akan menghayati

dirinya mampu dalam bidang akademik kemudian, ia akan menilai mengenai

seberapa jauh dirinya mampu dalam bidang akademik yang selanjutnya

mempersepsikan ingin dapat menyesuaikan diri dan meningkatkan prestasi dalam

bidang akademik. Remaja yang berada di yayasan yatim piatu “X” Lembang yang

mempersepsi bahwa dirinya yakin akan kemampuannya dalam mengerjakan

tugas-tugas sekolahnya menunjukkan konsep diri positif. Sedangkan bagi remaja

panti yang mempersepsikan kurang yakin diri dan tidak mampu dalam

(65)

Universitas Kristen Maranatha Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu pertama konsep diri

individu berhubungan erat dengan usia individu Grand (dalam Fitts, 1966)

dalam arti semakin banyak label atau simbol yang memberi gambaran tentang

dirinya. Perasaan yang diungkapkan seseorang tentang dirinya cenderung

bertambah sejalan dengan bertambahnya usia. Perasaaan tentang diri seseorang

sepertinya merefleksikan perubahan-perubahan perkembangan selama masa

dewasa. Sikap diri seseorang memang mengalami perubahan pada tingkat tertentu

sejalan dengan pertambahan usia. Sejalan dengan pertambahan usia akan

menambah pengetahuan individu tentang dirinya, sehingga ia dapat melengkapi

keterangan dirinya.

Kedua, situasi keluarga atau kehidupan orangtua berhubungan dengan

pembentukan konsep diri Livingstone (dalam Fitts, 1965). Orangtua yang

memiliki konsep diri yang positif dan sehat cenderung mempunyai anak dengan

konsep diri yang positif pula. Orangtua yang menciptakan lingkungan yang aman

dalam bentuk kasih sayang, perhatian serta penghargaan terhadap anak maka

konsep diri anak akan menjadi lebih kuat sehingga tambahan reinforcement dari

orang lain yang berarti akan lebih memperkuat konsep diri mereka. Peran

keluarga sangatlah penting karena dari keluargalah seseorang memperoleh

pengalaman mengenai perasaan adekuat dan inadekuat, perasaan diterima atau

ditolak serta penanaman nilai-nilai dan harapan serta identifikasi anak-anak.

Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan dasar dari

konsep diri yang akan mengarahkan segala tingkah laku seseorang di kemudian

(66)

Universitas Kristen Maranatha Ketiga lingkungan sosial dimana anak itu tinggal, dalam arti penyesuaian

diri di sekolah/kampus, hubungan dengan teman-teman, kemampuan untuk

menangkap pelajaran juga berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri.

Melalui interaksi individu dengan lingkungannya, individu akan semakin

mengenal dirinya melalui reaksi dan penilaian yang diberikan orang lain padanya.

Interaksi individu dengan lingkungannya akan menambah pengetahuan individu

tentang dirinya.

Konsep diri seseorang akan ditampilkan melalui perilakunya, dengan

perkataan lain tingkah laku individu akan sesuai dengan cara individu memandang

dirinya sendiri, tentu hal itu juga mempengaruhi karakteristik kepribadiannya

seperti yang diungkapkan oleh Combs dan Snygg (dalam Fitts, 1971) bahwa

seseorang yang memiliki konsep diri yang positif akan menampilkan pola

kepribadian yang ditandai oleh rasa percaya diri, berpikir optimis, merasa

diterima, berharga dan dicintai serta mampu menilai dirinya secara objektif.

Selain itu Rogers (dalam Fitts, 1971) menambahkan bahwa pada umumnya

mereka yang memiliki konsep diri positif dapat mengatur dan mengarahkan diri,

flexibel atau mampu menyesuaikan diri terhadap situasi. Individu dengan konsep diri yang positif akan menampilkan kepribadian yang hangat dan terbuka terhadap

hubungan dengan dunia luar Vargas (dalam Fitts 1971). Sebaliknya seseorang

yang memiliki konsep diri negatif cenderung memandang kehidupannya secara

negatif. Mereka menunjukan sikap negatif dan kurang terbuka dalam berinteraksi

(67)

Universitas Kristen Maranatha Secara singkat kerangka pikir ini dapat digambarkan dalam skema sebagai

berikut:

Skema 1.1 Kerangka Pemikiran Eksternal

self Family self Social self

(68)

Universitas Kristen Maranatha I.6 Asumsi

1. Konsep diri tidak dibawa oleh individu sejak lahir melainkan dipengaruhi

oleh usia, situasi keluarga atau kehidupan orang tua, dan lingkungan

sosial.

2. Konsep diri pada remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X”

Lembang ini terdiri atas dimensi internal (Identity Self, Behavioral Self,

Judging Self) dan dimensi eksternalnya (Physical Self, Moral Ethical Self, Personal Self, Family Self, Social Self, dan Academic/work self ). Dimensi internal dan dimensi eksternal berinteraksi menjadi satu keseluruhan yang

dinamis dan menyatu.

3. Remaja di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang dapat

Gambar

Tabel Kisi-kisi Alat Ukur
Tabel 1.1.3  Lamanya Tinggal di Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu “X” Lembang
Tabel 2.2.1  Tabulasi Silang Antara Konsep Diri Dan Jenis Kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna simbolik yang terdapat dalam tradisi “Rebo Bontong” (1) Ongsongan, bermakna pemberian persembahan kepada penjaga lautan

Penelitian tentang Persepsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Kebijakan.. Rcmunerasi ini terwujud berawal dari keprihatinan penulis akan situasi dan kondisi

Iringan Ayak-ayak Slendro Pathet Nem , iringan suwuk , lalu tampil Guwarsa dan Guwarsi dari gawang kiri dengan iringan Sendhon Pananggalan Slendro Nem lalu dilanjutkan

From the results of this study have 5 hypothesis H1: Service Quality significant positive effect on satisfaction, H2: Quality Service a significant positive

Bila kita berpuasa karena Allah dan dengan sungguh-sungguh dan tidak mengharapkan sesuatu atau untuk kepentingan duniawi maka kita akan dijauhkan dari neraka dan diampuni

Sedangkan disebut setengah penganggur sukarela jika penduduk bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 35 jam seminggu tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia

( market-based view ); (4) Masukan bagi konsumen jasa pendidikan tinggi swasta sebagai bahan evaluasi apakah keinginan mereka ( voice of the customers ) telah

Pembelajaran berjalan dengan lancer, yang diawali dengan presentasi kelompok yang bertugas dalam menjadi pemateri, kemudian ada sesi tanya jawab sekaligus diluruskan oleh