• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI

ASUHAN YATIM PIATU

Oleh:

AMELIA DESTARI SONNY ANDRIANTO

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2005

(2)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI

ASUHAN YATIM PIATU

Oleh:

AMELIA DESTARI SONNY ANDRIANTO

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2005

(3)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________

Dosen Pembimbing

(Sonny Andrianto, S.Psi., M.Si.)

(4)

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI

ASUHAN YATIM PIATU

Amelia Destari Sonny Andrianto

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara kemandirian dengan asertivitas pada remaja yang tinggal di panti asuhan yatim piatu.

Subjek penelitian ini berjumlah 60 orang remaja yang tinggal di panti asuhan. 31 orang remaja yang tinggal di Panti Asuhan Yatim Putra Muhammadiyah Yogyakarta dan 29 remaja yang tinggal di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta yang berusia antara 11 sampai dengan 24 tahun dan belum menikah.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kemandirian dengan asertivitas pada remaja yang tinggal di panti asuhan yatim piatu. korelasi product moment dari pearson menunjukkan nilai r= 0,603;

p= 0,000 (p<0,001) maka dari hasil tersebut menunjukkan hipotesis diterima, yaitu bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan asertivitas pada remaja yang tinggal di panti asuhan yatim piatu.

Kata kunci: Asertivititas dan Kemandirian

(5)

A. Pengantar

Masa depan suatu bangsa sebagian besar akan ditentukan oleh generasi muda. Generasi muda dalam hal ini adalah anggota masyarakat yang tergolong dalam kategori remaja. Remaja sendiri sedang berada dalam masa transisi yakni masa dimana seorang remaja berada ditengah-tengah antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Menurut Santosa (1999), permasalahan remaja yang sebenarnya bersumber pada pencarian identitas diri yang sering menyebabkan mereka sulit untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. Sehingga kadang kala remaja mempunyai perilaku yang sulit untuk diatur, mudah sekali terpengaruh oleh teman sebaya dan lingkungan, sehingga remaja mudah ikut-ikutan dengan apa yang dilakukan oleh teman dan lingkungannya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Hurlock (1980), dan Erikson (Hall

& Lindzey, 1993) bahwa masa remaja merupakan tahap pencarian indentitas dan sebagai ambang masa dewasa.

Banyak remaja yang melakukan hal-hal yang akhirnya mempengaruhi masa depan dan jalan hidupnya hanya karena terbawa pengaruh teman dan lingkungan. Mereka yang dipengaruhi oleh teman sebaya dan kondisi lingkungan tentunya tidak mempunyai sikap asertif yang tinggi terhadap diri mereka sendiri.

Penelitian yang dilakukan sebagai cerminan bahwa remaja kurang memiliki perilaku asertif oleh Family and Consumer Science di Ohio Amerika Serikat, menunjukkan fakta bahwa kebanyakan remaja memulai merokok karena dipengaruhi oleh temannya, terutama sahabat yang sudah lebih dahulu merokok.

Remaja yang bergaul erat dengan teman sebayanya yang merokok atau terbiasa dengan lingkungan yang merokok akan lebih mudah untuk ikut-ikutan merokok,

(6)

terutama bila remaja tadi rentan terhadap tekanan teman sebaya (Gorman, 1996).

Begitu pula dengan sikap asertif pada remaja yang tinggal di panti asuhan yang terlihat masih kurang. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan beberapa remaja yang tinggal di salah satu panti asuhan dapat diketahui bahwa belum memiliki tingkat asertivitas yang cukup. Hal tersebut tampak ketika anak asuh belum berani secara langsung untuk mengemukakan pendapatnya dan keinginannya kepada pengasuhnya. Langkah yang dilakukan anak asuh biasanya adalah bercerita mencurahkan isi hatinya kepada temannya yang lain, itupun hanya kepada teman akrabnya. Dilingkungan panti asuhan, hanya beberapa saja yang berani berpendapat secara langsung kepada pengasuh ataupun di depan umum. Sedangkan menurut Sholeh (Kedaulatan Rakyat, 25 Maret 2004), pengasuh Panti Asuhan Yatim Piatu Mubarrot Yapitu di dusun Wanujoyo Srimartani Piyungan Bantul mengatakan bahwa anak-anak yang hidup di panti asuhan yatim piatu Yapitu juga mudah terpengaruh oleh teman, sebagai contoh adalah ada salah satu anak di panti asuhan yang suka minum-minuman beralkohol tinggi kemudian mengakibatkan anak-anak yang lain ikut meniru perbuatan temannya. Berdasarkan hasil observasi pada salah satu panti asuhan putri, bahwa anak-anak yang tinggal di panti asuhan tersebut selalu menuruti dengan segera perintah pengurus panti maupun kakak-kakak asuh yang lebih tua. Dengan kata lain lingkungan mempunyai peranan yang besar dalam pembentukan kepribadian, baik itu di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

(7)

Asertivitas merupakan ketrampilan sosial yang sangat bermanfaat dalam pengembangan diri seseorang. Didalam pengembangannya, asertivitas sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang dialami individu dalam lingkungan sepanjang hidupnya yang berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu budaya dan lingkungan yang melingkupi dimana seorang individu berkembang akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan asertivitasnya (Reputrawati, 1996).

Asertivitas merupakan potensi seseorang untuk menyatakan diri secara terus terang tanpa adanya kecemasan atas reaksi orang lain. Pribadi yang asertif adalah pribadi yang mampu mengungkapkan dirinya apa adanya tanpa ditutup- tutupi, mampu menyatakan pendapat dan pikirannya sendiri, mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif, serta mampu mengutarakan maksud dan keinginannya dalam suatu komunikasi yang aktif dan terus terang tanpa perasaan cemas atas resiko apapun yang diterima sebagai akibat dari keterusterangannnya, karena ia merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Orang yang asertif cenderung mengungkapkan dirinya secara aktif dan terus terang namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional tanpa maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan dan merugikan orang lain. Tiap individu mempunyai tingkat asertivitas yang tidak sama dalam menghadapi suatu kondisi. Ada individu yang mampu bersikap asertif, tetapi ada pula yang tidak mampu bersikap asertif.

(8)

Seorang anak yatim, yatim piatu ataupun anak terlantar terpaksa hidup dalam sebuah panti asuhan. Panti Asuhan sendiri merupakan sebuah lembaga yang sangat populer untuk membantu perkembangan anak-anak yang tidak mempunyai keluarga ataupun yang tidak dapat tinggal bersama keluarganya.

Panti asuhan ini berperan sebagai pengganti keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak dalam proses perkembangan. Anak yang tinggal di panti asuhan juga mendapatkan kebutuhan fisik dan psikis; tetapi terutama kebutuhan psikis, yaitu baik berupa pemberian kasih sayang, perasaan aman dan sebagainya.

Tetapi tentunya pemberian kebutuhan psikis tersebut tidaklah sama dengan anak yang hidup bersama dengan orang tua sendiri terutama dalam hal kemandirian.

Remaja di panti asuhan membutuhkan tingkat kemandirian yang bagus agar tidak memiliki sifat ketergantungan kepada pengasuhnya. Sehingga ketika keluar dari panti asuhan dapat melngsungkan dan mempertahankan kehidupannya secara mandiri. Selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan jika tidak direspon dengan tepat bisa mengakibatkan dampak yang tidak menguntungkan terhadap perkembangan psikologis remaja pada masa mendatang (Mu’tadin, 2002). Hal ini diperkuat oleh pendapat Conger (Hirmaningsih, 2001) yang mengayatakan bahwa kegagalan mencapai masa remaja akan menimbulkan kesulitan dalam sebagian besar bagian kehidupan, seperti kesulitan untuk mencapai hubungan teman sebaya atau hubungan sexual yang matang, bimbingan kejuruan atau pengertian identitas. Menurut Nuryoto (Yunita, 1999), kemandirian merupakan salah satu kemampuan psikologis terus berkembang sampai akhir masa remaja, sejalan dengan bertambahnya usia dan pengalaman-pengalaman yang didapat

(9)

sepanjang hidupnya, individu yang memiliki kemandirian yang kuat akan mampu menghadapi masalah yang kompleks dan berani menghadapai berbagai tantangan hidup, sehingga akan menjadi orang yang tangguh dan tidak mudah terombang-ambingkan oleh keadaan. Menurut Mu’tadin (2002), mandiri atau sering juga disebut berdiri di atas kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta dapat bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.

Mu’tadin (2002) juga menyebutkan bahwa kemandirian merupakan perilaku mandiri dalam berbagai macam situasi di lingkungannya sendiri, sehingga mampu berpikir dan bertindak sendiri. Kemampuan berpikir dan bertindak tersebut salah satunya dapat ditunjukkan dalam hal bersikap asertif.

Individu yang asertif akan mampu bertindak sesuai dengan yang diinginkan, membela haknya dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain (Guntoro, 2002).

B. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, data dianalisis secara kuantitatif dengan statistik.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa statistik dapat mewujudkan kesimpulan (generalisasi) penelitian dengan mempertimbangkan faktor kesahihan. Dalam penelitian ini digunakan analisis korelasi product moment dari Pearson dengan modul SPSS 12.0 for windows. Analisis menggunakan korelasi product moment dari Pearson karena metode analisis ini mengkorelasikan dua variabel, yaitu tingkat kemandirian dan asertivitas pada remaja yang tinggal di panti asuhan yatim piatu, yang datanya interval. Pengujian ini melihat apakah ada hubungan

(10)

antara kemandirian dengan asertivitas pada remaja yang tinggal di panti asuhan yatim piatu.

C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek

Deskripsi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tebel 1

Deskripsi subjek penelitian berdasarkan tempat penelitian No Tempat penelitian Jumlah

1. Panti Asuhan Yatim Putra Muhammadiyah Yogyakarta 31 2. Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Yogyakarta 29 Jumlah 60 2. Deskripsi Data Penelitian

Kategori berdasarkan sebaran hipotetik yaitu nilai maksimal dikurangi nilai minimal, sehingga diperoleh perkiraan besarnya standar hipotetik skor empiris yang terdapat pada satu standar deviasi.

Tabel 2

Deskripsi data penelitian

Empirik Hipotetik Variabel

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD Asertivitas 64 125 91,78 10,309 33 132 82,5 16,5 Kemandirian 62 101 78,78 7,567 27 108 67,5 13,5

Sebaran hipotetik dari skor asertivitas dan skor kemandirian dapat diuraikan untuk mengetahui keadaan subjek penelitian yang berdasarkan pada kategorisasi standar deviasi, maka dapat dilihat pada tabel berikut:

(11)

Tabel 3

Kriteria kategorisasi skala asertivitas

Skor Kategorisasi Frekuensi %

X < 52,8 Sangat Rendah 0 0%

52,8 = X = 72,6 Rendah 2 3,33% 72,6 < X = 92,4 Sedang 33 55%

92,4 < X = 112,2 Tinggi 23 38,34% X > 112,2 Sangat Tinggi 2 3,33% 60 100%

Sebaran hipotetik pada skor asertivitas diketahui nilai sangat rendah X<52,8 dan nilai sangat tinggi X>112,2. Luas jarak sebarannya adalah 125–64= 61, sehingga setiap satuan standar deviasinya bernilai 10,309 dan mean teoritisnya 91,78. Hasil pengolahan yang ditunjukkan pada tabel diatas terlihat bahwa dari keseluruhan jumlah subjek yaitu 60 orang, mayoritas subjek berada pada tingkat sedang, yaitu 38,34%. Tabel 4 Kriteria kategorisasi skala kemandirian Skor Kategorisasi Frekuensi % X < 43.2 Sangat Rendah 0 0%

43,2 = X =,59,4 Rendah 0 0%

59,4 < X = 75,6 Sedang 21 35%

75,6 < X = 91,8 Tinggi 36 60%

X > 91,8 Sangat Tinggi 3 5%

60 100%

Sebaran hipotetik pada skor asertivitas diketahui nilai sangat rendah X<43,2 dan nilai sangat tinggi X>91,8. Luas jarak sebarannya adalah 101–62=

39, sehingga setiap satuan standar deviasinya bernilai 7,567 dan mean teoritisnya 78,78. Hasil pengolahan yang ditunjukkan pada tabel diatas terlihat bahwa dari keseluruhan jumlah subjek yaitu 60 orang, mayoritas subjek berada pada tingkat tinggi, yaitu 60%.

(12)

3. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan sebelum analisis data penelitian atau uji hipotesis yang mana uji normalitas merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan nilai korelasi mean (hubungan antara dua variabel) agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan menggunakan program komputer SPSS 12,0 dengan statistik teknik Kolmogorov Smirnov Test. Variabel asertivitas menunjukkan K-SZ = 0,632 ; p = 0,820 ( p>0,05 ) dan variabel kemandirian menunjukkan K-SZ = 0,738; p = 0,647 ( p>0,05 ). Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kedua alat ukur tersebut memiliki sebaran normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dipakai untuk mengetahui apakah hubungan antara kemandirian dengan asertivitas pada pola garis linier atau tidak. Skor yang diperoleh antara kemandirian dengan asertivitas menunjukkan hubungan yang linier, F = 37,489; p = 0,000 (p<0,05).

4. Uji Hipotesis

Hubungan antara kemandirian dengan asertivitas pada remaja yang tinggal di panti asuhan yatim piatu dapat diketahui dengan cara uji hipotesis.

Hasil analisis data dengan menggunakan Korelasi Product Moment Pearson pada komputer SPSS 12,0 diperoleh bahwa r = 0,603 ; p = 0,000 ( p ‹ 0,01 ). Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kemandirian dengan asertivitas pada remaja yang tinggal di panti asuhan yatim piatu diterima.

(13)

Sedangkan nilai r² = 0,363. Hal ini berarti bahwa sumbangan kemandirian terhadap tingkat asertivitas sebesar 36,3%.

Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan asertivitas pada remaja yang tinggal di Panti Asuhan Yatim Piatu.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data penelitian didapat nilai r=0,603 dengan p= 0,000, menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan aserivitas pada remaja yang tinggal di panti asuhan yatim piatu. Dengan begitu, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara kemandirian dengan asertivitas pada remaja yang tinggal di panti asuhan yatim piatu ternyata terbukti dalam penelitian ini, dengan taraf signifikasi yang tinggi (p<0,001). Semakin tinggi tingkat kemandirian maka semakin tinggi pula tingkat asertivitasnya.

Nilai r²=0,363. Hal ini berarti bahwa sumbangan kemandirian terhadap tingkat asertivitas sebesar 36,3%, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Faktor-faktor tersebut adalah pola asuh, jenis pekerjaan, faktor sosial ekonomi dan inteligensi, harga diri, jenis kelamin, latar belakang budaya dan kemandirian.

Kemandirian merupakan perilaku dimana seseorang berusaha untuk mengatur diri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, bebas dalam mengambil keputusan, bebas untuk mengerjakan tugas dan mengatasi masalah yang dihadapi, serta memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Kepercayaan diri tersebut merupakan salah satu perilaku asertif yang dapat ditumbuhkan agar individu mampu dan berani mengemukakan pendapat.

(14)

Menurut Stein dan Book (2003) perilaku asertif adalah ketegasan dan keberanian dalam menyatakan pendapat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa rata-rata tingkat asertivitas remaja yang tinggal di panti asuhan termasuk tinggi, hal tersebut juga didukung pula dengan tingkat kemandirian yang tinggi. Artinya kemandirian sangat berperan dalam menumbuhkan perilaku asertif. Remaja di panti asuhan memang memiliki tuntutan untuk berperilaku secara mandiri, tidak tergantung kepada pengasuhnya karena pengasuh juga mendidik serta mengasuh setiap anak didiknya agar mandiri, terutama dalam hal kelangsungan hidup.

Menurut Hilman (2002) kemandirian dipengaruhi oleh pola asuh.

Pengasuhan remaja yang dilaksanakan dalam panti asuhan lebih dititik beratkan pada cara-cara demokratis meskipun dengan tidak melupakan cara atau pola asuh yang lainnya. Pola asuh juga sangat berperan dalam menentukan perkembangan perilaku seseorang, terutama dalam perilaku asertif. Haris (Reputrawati, 1996) mengungkapkan bahwa kualitas perilaku asertif sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa kanak-kanaknya.

Perilaku asertif dapat meningkatkan harga diri pada remaja, sehingga remaja berani dan percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Menurut Bloom (Reputrawati, 1996) antara harga diri dengan asertivitas mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan mampu untuk berperilaku asertif dan kemammpuannya dalam berperilaku asertif akan menaikkan harga dirinya.

Selain hal tersebut, asertivitas juga dipengaruhi oleh budaya. Penelitian Riyanti (Astuti, 2002) membuktikan bahwa mahasiswa Suku Batak lebih asertif

(15)

dibandingkan mahasiswa Suku Jawa. Hal ini disebabkan karena mahasiswa Suku Jawa terpengaruh oleh budaya Jawa yang mengutamakan kerukunan, prinsip hormat dan tidak mau menonjolkan diri sehingga orang Jawa menjadi tidak jujur dalam menyatakan emosinya, berbelit-belit dalam komunikasi dan tidak spontan dalam mengekspresikan diri. Sedangkan budaya Batak menekankan kesamaan antara manusia sehingga orang Batak tidak merasa dirinya lebih rendah dari orang lain, oleh karena itu mereka merasa bebas mengekspresikan perasaan dan keinginannya.

Tingginya hubungan antara tingkat asertivitas dengan tingkat kemandirian dikarenakan adanya overlap pada alat ukur. Aspek skala kemandirian yaitu aspek adanya kontrol dari dalam pada aitemnya tumpang tindih dengan skala asertivitas. Kelemahan yang lainnya adalah penyebaran alat ukurr penelitian dititipkan kepada pengasuh panti, sehingga peneliti tidak bisa mengontrol pada saat proses pengisian skala.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, yaitu ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan asertivitas pada remaja yang tinggal di Panti Asuhan Yatim Piatu. Artinya semakin tinggi tingkat kemandirian maka semakin tinggi pula tingkat asertivitas.

F. Saran

Berdasarkan proses yang telah dilakukan dalam penelitian ini serta berdasarkan hasil yang dicapai, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

(16)

1. Saran kepada Panti Asuhan

Remaja yang asertif setelah terjun ke masyarakat adalah merupakan salah satu tujuan dari pelayanan panti, agar remaja panti setelah terjun kemasyarakat dapat menghadapi tantangan jaman di era globalisasi. Untuk itu peneliti memberikan saran kepada pihak panti agar melakukan pendalaman kepada anak asuh agar dapat menumbuhkan perilaku asertif pada anak asuh. Misalnya dengan cara memberi kesempatan anak asuh untuk mengungkapkan apa yang anak asuh ingin ungkapkan tanpa adanya rasa malu.

2. Saran kepada anak asuh

Remaja pada era globalisasi seperti sekarng ini harus mampu untuk menghadapi tantangan jaman. Oleh karena itu penulis memberikan saran agar perilaku asertif senantiasa selalu dilatih dan dibentuk sejak usia dini.

Yaitu dengan cara bersikap tegas dalam pendirian, jujur terhadap diri sendiri maupun jujur kepada orang lain, selalu bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan, mengenal dirinya sendiri, dan juga dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

3. Saran kepada peneliti selanjutnya

Ada baiknya peneliti berikutnya menyertakan variabel kontrol penelitian dalam mengukur hubungan kemandirian dengan asertivitas pada remaja yang tinggal di panti asuhan yatim piatu, misalnya dengan menyertakan variabel kontrol jenis kelamin, pola asuh, inteligensi, dan harga diri.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P. 2002. Hubungan Antara Kemandirian Dan Asertivitas Istri Dengan Kekerasan Terhadap Istri. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Dod. 2004. Panti Asuhan Yapitu Dihuni 50 Orang. Kedaulatan Rakyat.25.03.04.

Gorman, L. 1996. Teen Tobacco Use. http://www.ohioline.osu.12.03.05

Guntoro. 2002. Asertifkah kita?. http://www.glorianet.com.16.10.02

Hall, C.S. & Lindzey, G. 1993. Psikologi Kepribadian 1: Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius. Editor: A. Supratiknya.

Hilman. 2002. Kemandirian Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan ditinjau dari Persepsi Pelayanan Sosial dan Dukungan Sosial. Tesis (Tidak Diterbitkan).

Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Hirmaningsih. 2001. Kemandirian Remaja Akhir ditinjau dari Harga Diri Dan Sikap Sadar Gender. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mu’tadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja.

http://www.e-psikologi.com.25.6.2002.

Reputrawati, A. 1996. Hubungan Antara Asertivitas Dengan Kreativitas Pada Remaja SMA Suku Jawa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Santosa, J.S. 1999. Peran Orang Tua Dalam Mengajarkan Asertivitas Pada Remaja. Anima Indonesian Psychological Journal,Vol.15, 1, 83-91.

Stein, S.J & Book, H.E. 2003. Ledakan EQ. Bandung: Kaifa.

Yunita, R. S. 1999. Kemandirian Dan Motivasi Berprestasi Pada Anak Penderita Asma Dan Bukan Penderita Asma. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

(18)

IDENTITAS PENULIS Nama : Amelia Destari

Alamat : Kledokan No.33 (B.36-37) CT XIX - Yogyakarta No. Telp : 0815 680 5162

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:

Bahan Alginat merupakan bahan yang sering dipakai untuk bahan cetak gigi, setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan pesawat CT-Scan diperoleh bahwa bahan ini

[r]

Analisis statistik deskriptif menggunakan microsoft excel untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil angket validasi yang diisi oleh validator dari segi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna simbolik yang terdapat dalam tradisi “Rebo Bontong” (1) Ongsongan, bermakna pemberian persembahan kepada penjaga lautan

Literasi media dalam kajian ini didefinisikan sebagai satu set perspektif merangkumi pengetahuan, emosi dan kemahiran yang digunakan secara aktif oleh pengguna

( market-based view ); (4) Masukan bagi konsumen jasa pendidikan tinggi swasta sebagai bahan evaluasi apakah keinginan mereka ( voice of the customers ) telah

Pembelajaran berjalan dengan lancer, yang diawali dengan presentasi kelompok yang bertugas dalam menjadi pemateri, kemudian ada sesi tanya jawab sekaligus diluruskan oleh