• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Resiliency Pada Remaja Panti Asuhan di Yayasan "X" Kota Cirebon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Resiliency Pada Remaja Panti Asuhan di Yayasan "X" Kota Cirebon."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai Resiliency pada remaja Panti Asuhan ‘X’ di Kota Cirebon. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran resiliency pada remaja Panti Asuhan ‘X’ di Kota Cirebon. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang.

Alat ukur yang digunakan merupakan modifikasi peneliti dari Resiliency yang dikembangkan oleh Bonnie Benard (2004) yang terdiri dari 41 pernyataan. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji korelasi Spearman dengan menggunakan program SPSS 11.5 for Windows, validitas berkisar antara 0,306 – 0,883 dengan reliabilitas 0,727. Hasil penelitian diolah menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Remaja Panti Asuhan ‘X’ di Kota Cirebon diperoleh 8 remaja panti (26,7%) yang memiliki derajat resiliency tinggi, 14 remaja panti (46,7%) yang memiliki derajat resiliency sedang dan 8 remaja panti (26,7%) yang memiliki derajat resiliency rendah.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah keempat manifestasi resiliency yakni social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose memiliki derajat tinggi, sedang dan rendah sesuai dengan derajat resiliency. Akan tetapi, terdapat remaja panti dengan derajat resiliency rendah memiliki social competence yang sedang. Hal tersebut dipengaruhi oleh caring relationship dari keluarga dan sekolah.

(2)

iv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi... iv

Daftar Tabel...ix

Daftar Bagan... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Identifikasi Masalah...6

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 6

1.3.1 Maksud Penelitian...6

1.3.2 Tujuan Penelitian...7

1.4Kegunaan Penelitian... 7

1.4.1 Kegunaan Ilmiah... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis... 7

1.5Kerangka Pikir... 8

1.6Asumsi... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 15

2.1 Resiliency... 15

(3)

v Universitas Kristen Maranatha

2.1.2 Empat Manifestasi Resiliency... 15

2.1.3 Protective Factors... 20

2.1.4 Family Protective Factors... 23

2.1.4.1 Caring Relationship in Families... 24

2.1.4.2 High Expectation in Families... 25

2.1.4.3 Opportunities for Participation and Contribution in Families... 26

2.1.5 School Protective Factors ... 26

2.1.5.1 Caring Relationship in School... 27

2.1.5.2 High Expectation in School... 28

2.1.5.3 Opportunities for Participation and Contribution in School... 29

2.1.6 Community Protective Factors... 30

2.1.6.1 Caring Relationship in Community... 30

2.1.6.2 High Expectation in Community... 30

2.1.6.3 Opportunities for Participation and Contribution in Community... 31

2.2 Perkembangan Remaja... 31

2.2.1 Definisi dan Batasan Remaja... 31

2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan remaja... 32

(4)

vi Universitas Kristen Maranatha

2.2.3.1 Perubahan Biologis... 33

2.2.3.2 Perubahan Kognitif... 34

2.2.3.3 Perubahan Sosial... 35

2.2.4 Perubahan dalam Kognitif Sosial... 35

2.2.4.1 Impression Formation... 36

2.2.4.2 Social Perspective Taking... 37

2.2.4.3 Morality and Social Conventions... 38

2.3 Panti Asuhan... 38

2.3.1 Pengertian Panti Asuhan... 39

2.3.2 Anak Panti Asuhan ...39

2.3.3 Sifat Pelayanan ... 41

2.3.4 Metode Pendekatan ...42

2.3.5 Sistem Asuhan di Panti Asuhan ...43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...45

3.1 Rancangan Penelitian...45

3.2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional..46

3.2.1 Variabel Penelitian...46

3.2.2 Definisi Konseptual...46

3.2.3 Definisi Operasional...46

3.3 Alat Ukur...48

(5)

vii Universitas Kristen Maranatha

3.3.2 Prosedur Pengisian...50

3.3.3 Sistem Penilaian Kuesioner... 50

3.3.4 Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang...51

3.3.5 Uji Coba Alat Ukur... 51

3.4 Teknik Penarikan Sampel dan Populasi Sasaran... 54

3.4.1 Populasi Sasaran... 54

3.4.2 Karakteristik Populasi... 54

3.4.3 Teknik Penarikan Sampling... 54

3.5 Teknik Analisis... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...56

4.1.1 Gambaran Responden ...56

4.1.1.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

4.1.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ...57

4.1.2 Persentase Derajat Resiliency ... 57

4.1.3 Manifestasi dan Derajat Resiliency ...58

4.2 Pembahasan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...71

5.1 Kesimpulan ...71

(6)

viii Universitas Kristen Maranatha

5.2.1 Saran Teoritis ... 72

5.2.2 Saran Praktis ... 72

DAFTAR PUSTAKA... 74

(7)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.3 Protective Factor dalam lingkungan remaja ... 21

Tabel 2.2 2 Tugas-Tugas Perkembangan Remaja... 32

Tabel 3.3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Resiliency ... 48

Tabel 3.3.3 Sistem Penilaian Kuesioner ... 50

Tabel 4.1.1.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.1.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 57

Tabel 4.1.2 Persentase Derajat Resiliency ... 57

(8)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(9)
(10)

LAMPIRAN A

VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

1. Validitas Kategori Social Competence

No. Item Koefisien Keterangan

5 0,067 Ditolak

7 0,402 Diterima

8 0,862 Diterima

10 0,140 Ditolak

14 0,225 Ditolak

18 0,160 Ditolak

25 0,860 Diterima

26 0,883 Diterima

27 0,820 Diterima

29 0,553 Diterima

32 0,201 Ditolak

35 0,692 Diterima

38 0,432 Diterima

44 0,402 Diterima

45 0,073 Ditolak

46 0,545 Diterima

Keterangan:

(11)

2. Validitas Kategori Problem Solving

No. Item Koefisien Keterangan

1 0,017 Ditolak

2 0,391 Diterima

4 0,543 Diterima

6 -0,320 Ditolak

22 0,601 Diterima

30 0,576 Diterima

48 0,481 Diterima

53 0,467 Diterima

55 0,503 Diterima

56 0,627 Diterima

57 -0,121 Ditolak

59 0,727 Diterima

60 -0,041 Ditolak

Keterangan:

(12)

3. Validitas Kategori Autonomy

No. Item Koefisien Keterangan

(13)

4. Validitas Kategori Sense of Purpose

No. Item Koefisien Keterangan

9 0,344 Diterima

12 0,390 Diterima

13 0,532 Diterima

24 0,460 Diterima

28 0,665 Diterima

31 0,592 Diterima

36 0,571 Diterima

39 -0,204 Ditolak

42 0,687 Diterima

51 0,306 Diterima

58 0,231 Ditolak

Keterangan:

Item yang dipakai: 9 Item yang ditolak: 2

(14)
(15)

LAMPIRAN C

DATA PENUNJANG DAN KUESIONER RESILIENCY

DATA PRIBADI

Usia :

Jenis Kelamin : L / P (Lingkari salah satu) Latar belakang :

DATA PENUNJANG

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu pernyataan yang tersedia.

1. Saat saya pulang ke rumah, orangtua atau saudara saya ... untuk mendengarkan masalah yang saya hadapi.

a. Sangat perhatian b. Cukup perhatian c. Kurang perhatian d. Tidak perhatian

2. Orang tua atau saudara saya ... bahwa saya akan sukses kelak. a. Sangat yakin

b. Cukup yakin c. Kurang yakin d. Tidak yakin

3. Saat saya pulang ke rumah, orangtua atau saudara ... untuk melibatkan saya dalam pengambilan keputusan.

(16)

4. Di sekolah, guru atau teman ... pada saya ketika saya

5. Guru saya ... terhadap prestasi belajar yang saya raih. a. Sangat perhatian

b. Cukup perhatian c. Kurang perhatian d. Tidak perhatian

6. Saya ... mengikuti kegiatan di sekolah. a. Sangat senang

b. Cukup senang c. Kurang senang d. Tidak senang

7. Ibu pengasuh ... kepada saya sehingga saya dapat mengungkapkan apa yang saya rasakan.

(17)

9. Ibu pengasuh ... pada saya ketika saya mengalami masalah prestasi di sekolah.

(18)

Kuesioner RESILIENCE

Petunjuk pengisian

Dalam kuesioner ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai situasi yang anda alami dalam kehidupan sehari-hari. Jawablah setiap pernyataan dengan spontan dan jangan terlalu lama memikirkannya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam kuesioner ini karena semua individu memiliki jawaban yang khas bagi dirinya sendiri dan berbeda dengan orang lain. Jawablah pernyataan sesuai dengan diri anda. Jawaban yang anda berikan akan terjamin kerahasiaannya.

Berikanlah tanda silang (X) pada salah satu kotak dari empat kotak yang tersedia. Terdapat empat alternatif sebagai jawaban, yaitu: Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS), Kurang Sesuai (KS) dan Tidak Sesuai (TS).

Contoh:

NO Pernyataan S CS KS TS

1. Jika saya kesal pada teman, saya bisa mengungkapkannya secara langsung.

X

(19)

KETERANGAN: S: SESUAI CS: CUKUP SESUAI

KS: KURANG SESUAI TS: TIDAK SESUAI

NO PERNYATAAN S CS KS TS

1. Saya dapat memikirkan beberapa cara tertentu untuk mengatasi kesulitan.

2. Saya tidak yakin bahwa saya mampu mencapai cita-cita karena kendala dalam kehidupan saya.

3. Saya akan meminta bantuan jika saya mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu.

4. Teguran-teguran dari teman akan membuat saya tersinggung dan kesal.

5. Saya akan menghibur kakak/ adik panti yang sedang sedih meskipun saya juga sedang membuat saya tersinggung atau kesal. 10. Saya tidak akan membantu teman yang

mengalami masalah apabila saya juga sedang mengalami masalah.

11. Bila teman saya marah pada saya, saya akan diam saja dan menunggu sampai teman saya tidak marah lagi.

(20)

13. Saya tidak suka bila orang lain meminta bantuan saya karena itu akan merepotkan saya.

14. Saya tidak tahu kalau kakak / adik panti saya sedang sedih jika mereka tidak mengatakan pada saya.

15. Saya jarang beribadah meskipun saya sedang menghadapi masa-masa sulit.

16. Saya menyalahkan keadaan ekonomi keluarga saya karena menitipkan saya ke panti asuhan.

17. Saya senang berteman dengan orang lain yang berkunjung selain teman di panti. 18. Saya berpendapat bahwa Tuhan tidak adil

kepada saya.

19. Saya merasa malu apabila masyarakat tahu bahwa saya anak panti asuhan.

20. Saya senang apabila orang lain peduli pada anak-anak panti asuhan.

21. Saya marah kepada keluarga karena telah menitipkan saya ke panti asuhan.

22. Saya yakin Tuhan akan menuntun saya

26. Saya jarang berdoa kepada Tuhan meskipun sedang menghadapi keadaan yang sangat sulit.

(21)

28. Saya enggan menceritakan masalah pribadi dengan ibu pengasuh atau teman-teman di panti.

29. Setiap menghadapi masalah, saya akan menceritakannya pada ibu pengasuh atau teman. yang dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi saya. pengasuh mengapa saya tidak diperbolehkan melakukan kegiatan di luar sekolah.

37. Saya senang memiliki ibu pengasuh yang pengertian terhadap kebutuhan saya.

38. Jika teman saya kesulitan dalam memahami suatu pelajaran, saya akan membantu sebisa saya.

39. Saya bisa tahu teman saya sedih meskipun mereka tidak menceritakannya pada saya. 40. Saya optimis bahwa saya mampu mencapai

(22)
(23)

LAMPIRAN D

TABULASI ANTARA DATA PRIMER DENGAN DATA PENUNJANG

Tabel 4.1 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Usia

USIA Resiliency TOTAL

Tinggi Sedang Rendah

13 tahun 2 1 2 5

Tabel 4.2 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Jenis Kelamin

(24)

Tabel 4.3. Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Perhatian Orangtua (Caring Relationship in Family)

Resiliensi Perhatian orangtua TOTAL

Kurang Teman di sekolah (Caring Relationship in School)

Resiliensi Perhatian dari Guru / teman di sekolah TOTAL

(25)

Tabel 4.5 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Perhatian dari Pihak Panti Asuhan (Caring Relationship in Community)

Resiliensi Perhatian Pihak Panti Asuhan TOTAL

Tidak

Tabel 4.6 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Dukungan dari Orangtua (High Expectation in Family)

Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Dukungan dari Guru / Teman di Sekolah (High Expectation in School)

Resiliensi Dukungan dari Guru / teman di Sekolah TOTAL Cukup peduli Sangat peduli

Tinggi 3 5 8

Resiliensi Dukungan dari Orangtua TOTAL

Kurang yakin Cukup yakin Sangat yakin

(26)

Tabel 4.8 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Dukungan dari Pihak Panti Asuhan (High Expectation in Community)

Resiliensi Dukungan Pihak Panti Asuhan TOTAL

Tidak

Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan bertanya kepada keluarga (Opportunities for

Participation and Contribution in Family)

(27)

Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan bertanya kepada Guru / Teman di Sekolah (Opportunities for Participation and Contribution in School)

Tabel 4.11 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan bertanya kepada Pihak Panti Asuhan (Opportunities for Participation and Contribution in Community)

Resiliensi Kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan bertanya kepada pihak Panti Asuhan

TOTAL

Resiliensi Kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan bertanya kepada Guru / Teman di Sekolah

TOTAL

Cukup senang Sangat senang

(28)

LAMPIRAN E

PROFIL PANTI ASUHAN DI YAYASAN ‘X’ KOTA CIREBON

1. Riwayat Berdiri

Yayasan ‘X’ Kota Cirebon didirikan pada hari senin tanggal 9 Februari 1959 dengan Akte Notaris No.17 tahun 1959. Yayasan yang memiliki luas tanah 4.880 m2yang berlokasi di Jalan Dr. W.S Cirebon ini didirikan berdasarkan pertimbangan antara lain karena banyaknya permasalahan kesejahteraan sosial khususnya anak yatim / yatim piatu dan terlantar dalam Wilayah Cirebon dan sekitarnya. Oleh karena itu, pada tahun 1959 tersebut tokoh masyarakat yang mempunyai minat di bidang pekerjaan sosial dalam bentuk Yayasan yang dapat menyantun anak yatim / yatim piatu dan anak terlantar, dalam upaya membantu usaha-usaha Pemerintah pada bidang sosial.

2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari Panti Asuhan di Yayasan ‘X’ Kota Cirebon adalah membantu Pemerintah dalam menanggulangi masalah-masalah kesejahteraan sosial khususnya anak yatim / yatim piatu dan anak terlantar, agar mereka dapat memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana layaknya manusia-manusia Indonesia lainnya.

Tujuan dari Panti Asuhan di Yayasan ‘X’ Kota Cirebon adalah berusaha memberikan bantuan atau bimbingan kepada anak yatim / yatim piatu dan anak terlantar dengan cara:

(29)

2. Mengembangkan dan mempertinggi nilai pendidikan dan kebudayaan dalam arti luas, sehingga mereka menjadi manusia yang berguna, hidup mandiri.

3. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi dari Panti Asuhan di Yayasan ‘X’ Kota Cirebon adalah: 1. Sebagai sarana pusat pembinaan dan pelayanan sosial yang memberikan

fasilitas pelayanan sosial, terhadap anak santunan.

2. Sebagai sarana pusat kegiatan untuk mengembangkan dan mempertinggi nilai pendidikan dan kebudayaan sehingga mereka kelak menjadi insan-insan yang berguna.

4. Tujuan dan Hakekat Pelayanan

Tujuan pelayanan adalah mengadakan / menyelenggarakan penyantunan sosial bagi anak yatim / yatim piatu dan anak terlantar, yang berfungsi memberikan pelayanan pengganti dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial anak sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan.

(30)

5. Sasaran Pelayanan

Anak santunan yang diterima di Panti Asuhan di Yayasan ‘X’ Kota Cirebon harus memiliki persyaratan formal yang harus dipenuhi, sebelum mereka diterima sebagai anak santunan. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

1. Anak yatim / yatim piatu dan anak terlantar yang dinyatakan oleh Surat Keterangan dari Desa / Kelurahan setempat.

2. Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan oleh Surat Keterangan dari dokter.

3. Usia sekolah dasar (6-13 tahun) 4. Mengisi formulir yang disediakan.

5. Pas foto hitam putih ukuran 3x4 cm (2 buah)

6. Sanggup mentaati segala ketentuan dan tata tertib yang telah dibuat oleh pengurus.

7. Surat pernyataan dari orangtua / wali yang sanggup menerima kembali anak santunan apabila sudah tamat SLTA (formulir disediakan).

6. Program Kerja

Yayasan ‘X’ Kota Cirebon memiliki program kerja yang terbagi ke dalam dua bagian sebagai berikut:

A. Program jangka pendek:

(31)

2. Membuat kegiatan usaha ekonomis produktif dibidang peternakan seperti ternak ayam dan kambing.

3. Meningkatkan disiplin belajar anak santunan. 4. Meningkatkan ketertiban administrasi. B. Program jangka panjang

1. Memisahkan asrama laki-laki dan perempuan dengan cara membangun asrama yang baru.

2. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait serta dengan para pengusaha, dalam rangka membantu penyaluran anak asuh ke sektor lapangan kerja.

(32)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada remaja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ann I. Alriksson-Schmidt, MA, MSPH, Jan Wallander, PhD dan Fred Biasini, PhD bahwa intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup pada remaja dengan mobility disability difokuskan dengan mengurangi stres hidup dan mengembangkan resilience dalam perbaikan

sumber secara personal dan sosial yang seragam

(www.jpepsy.oxfordjournals.org).

(33)

2 Universitas Kristen Maranatha Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan orang lain. Hubungan antar manusia ini terjadi dalam keluarga, masyarakat, sekolah, maupun lingkungan bermain. Dalam menjalin hubungan, individu perlu melakukan penyesuaian dengan lingkungan sesuai situasi dan lingkungan tempat individu tersebut tumbuh dan berkembang. Begitu pun dengan individu yang tinggal di panti asuhan.

(34)

3 Universitas Kristen Maranatha orang tua. Kebanyakan anak-anak ditempatkan di panti asuhan oleh keluarganya yang mengalami kesulitan ekonomi dan juga secara sosial dalam konteks tertentu, dengan tujuan untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan. (www.depsos.go.id)

Kenyataannya, kebanyakan panti asuhan tidak memberikan 'pengasuhan' sama sekali, melainkan menyediakan akses pendidikan. Secara eksplisit, hal ini tertera dalam pendekatan pengasuhan, pelayanan yang diberikan, dan sumberdaya yang diberikan oleh panti asuhan. Hampir tidak ada asesmen tentang adanya kebutuhan pengasuhan anak-anak baik sebelum, selama, maupun selepas mereka meninggalkan panti asuhan. Kriteria seleksi anak-anak dan praktek rekrutmen sangat mirip di hampir semua panti asuhan yang diakses dan mereka fokus kepada anak-anak usia sekolah, keluarga miskin, keluarga yang kurang beruntung dan yang terlalu tua 'untuk mengasuh sendiri'. Faktanya, 'pengasuhan' di panti asuhan ditemukan sangat kurang. Hampir semua fokus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kolektif, khususnya kebutuhan materi sehari-hari sementara kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak tidak dipertimbangkan. Sekali anak-anak memasuki panti asuhan, mereka diharapkan untuk tinggal di sana sampai lulus dari SMA kecuali mereka melanggar peraturan atau tidak berprestasi di sekolah (www.depsos.go.id).

(35)

4 Universitas Kristen Maranatha yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai yang diharapkan (Profil Panti Asuhan di Yayasan “X” Kota Cirebon).

Panti Asuhan di Yayasan “X” Kota Cirebon memiliki sistem asrama dimana remaja panti laki-laki maupun perempuan tinggal bersama dalam teritori berbeda. Selain itu, panti asuhan terdiri dari seorang pengasuh dengan puluhan anak. Jumlah tersebut berkurang dikarenakan adanya anak panti yang telah melakukan pelanggaran berat seperti remaja putra masuk ke kamar remaja putri berulang kali dimana dalam panti asuhan tersebut asrama putra dan putri dipisahkan. Jenis pola pengasuhan yang diterapkan di panti asuhan adalah ibu pengasuh tidak diperbolehkannya memarahi anak-anak panti secara keras namun ibu pengasuh akan memberikan sanksi pada anak panti yang melakukan pelanggaran misalnya pulang ke rumah tanpa pamit.

Dalam setiap kelompok masyarakat, remaja tumbuh dari anak-anak yang belum matang menjadi seorang dewasa yang matang. Remaja merupakan masa dimana individu mengalami transisi secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Steinberg, Laurence. 2002).

(36)

5 Universitas Kristen Maranatha Perubahan yang dialami remaja panti adalah beberapa remaja panti mengungkapkan sebelumnya mereka mudah marah atau malas membantu orangtua dan sekarang mereka dilatih untuk terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah dan bekerja bersama dengan remaja panti lainnya. Ketika mereka pulang ke rumah, mereka menjadi terbiasa membantu orangtuanya. Dalam menghadapi masalah, remaja panti bisa meminta bantuan keluarganya saat tinggal di rumah namun sekarang remaja panti harus menghadapinya seorang diri misalnya perasaan malu dalam dirinya. Saat liburan sekolah, beberapa remaja memilih untuk tinggal di panti asuhan dan sebagian kembali ke rumah. Oleh karena itu, mereka memiliki kemampuan bertahan yang berbeda.

Resiliency adalah kemampuan daya tahan seseorang dalam menghadapi

suatu hambatan atau rintangan yang secara terus menerus ada dalam kehidupannya (Benard, 2004). Menurut Benard, resiliency memiliki empat manisfestasi, yang pertama social competence. Dengan social competence, remaja panti asuhan diharapkan akan mampu berelasi secara baik dengan lingkungannya. Kedua, problem solving menunjukkan bagaimana remaja panti asuhan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Ketiga, autonomy menunjukkan remaja panti asuhan diharapkan memiliki kemandirian dan kontrol terhadap lingkungan. Manifestasi yang keempat adalah sense of future and bright future, remaja panti asuhan memiliki keyakinan untuk dapat melewati berbagai rintangan yang harus dihadapi dalam menjalani kehidupannya.

(37)

6 Universitas Kristen Maranatha kemampuan individu untuk membentuk suatu hubungan yang positif (social competence), 60% remaja panti asuhan mengungkapkan bahwa mereka senang

berteman dengan orang lain selain dengan teman di panti. Beberapa remaja mengungkapkan terkadang mereka malu dengan keadaan mereka tetapi mereka senang bisa mengenal teman baru. Selain itu, 40% dari mereka merasa kesulitan untuk berteman dengan orang lain selain dengan teman di panti. Sebagian besar mengaku merasa tidak nyaman jika bersama orang lain yang tidak dikenalnya.

Dalam mengatasi masalahnya (problem solving), 70% remaja panti asuhan mengungkapkan mereka lebih sering mengatasi masalah seorang diri meskipun terkadang meminta bantuan pada teman dekatnya di panti misalnya saat berselisih dengan teman satu panti. Mereka akan mencoba berbagai cara untuk berbaikan. Jika tidak bisa mereka akan meminta bantuan teman dekatnya di panti sedangkan 30% mengungkapkan mereka jarang melakukan sesuatu saat mengatasi masalahnya. Saat berselisih dengan teman di panti, mereka lebih memilih untuk diam saja.

(38)

7 Universitas Kristen Maranatha Dalam hal mampu untuk mengarahkan diri pada tujuan/masa depan, bersikap optimistik, kreatif, menghayati makna dan koherensi diri (sense of purpose and bright future), 20% remaja panti asuhan mengungkapkan mereka

memiliki cita-cita setelah keluar dari panti asuhan. Sebagian besar bercita-cita untuk membuat usaha sendiri sedangkan 80% remaja panti asuhan lainnya belum memiliki harapan akan masa depannya setelah keluar dari panti asuhan.

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana resiliency pada remaja Panti Asuhan di Yayasan “X” Kota Cirebon.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran resiliency pada remaja Panti Asuhan di Yayasan “X” Kota Cirebon.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian:

(39)

8 Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian:

Penelitian ini dibuat bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliency pada remaja Panti Asuhan di Yayasan “X” Kota Cirebon yang ditinjau dari keempat manifestasi resiliency yaitu social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat:

1. Menjadi bahan acuan untuk penelitian sejenisnya bagi peneliti lain yang tertarik menggali lebih jauh mengenai resiliency.

2. Memberikan informasi tambahan bagi ilmu psikologi mengenai resiliency pada remaja panti asuhan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan:

(40)

9 Universitas Kristen Maranatha 2. Memberi informasi mengenai pengasuhan berbasis keluarga pada ibu pengasuh Panti Asuhan di Yayasan „X‟ Kota Cirebon.

3. Memberi informasi kepada keluarga remaja Panti Asuhan di Yayasan „X‟ Kota Cirebon untuk mendukung anaknya dalam menjalani kehidupan di panti meskipun hidup terpisah dari keluarga.

1.5Kerangka Pemikiran

Dalam setiap kelompok masyarakat, remaja tumbuh dari anak-anak yang belum matang menjadi seorang dewasa yang matang. Remaja merupakan masa dimana individu mengalami transisi secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Steinberg, Laurence. 2002). Pada saat remaja panti asuhan berusaha untuk menjalin kehidupannya di panti asuhan, mereka mengalami tekanan dari dalam diri seperti perasaan malu terhadap keadaan dirinya.

Kemampuan untuk beradaptasi dengan baik di tengah situasi yang menekan dan banyak halangan serta rintangan disebut juga resiliency (Benard, 2004). Secara umum, individu yang resilient dapat digambarkan melalui empat manifestasi yaitu social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose and bright future (Benard, 2004).

Social competence merujuk pada kemampuan remaja panti untuk mampu

(41)

10 Universitas Kristen Maranatha memunculkan respon positif dari orang lain walaupun orang tersebut mengetahui identitas mereka. Remaja panti juga dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungannya ketika menghadapi suatu masalah. Mereka mampu menangani permasalahan yang terjadi pada diri mereka dan lingkungannya, memiliki kesediaan untuk peduli terhadap perasaan dan perspektif orang lain dimana mereka dapat mendengarkan pendapat yang disampaikan orang lain. Selain itu, mereka dapat membantu orang lain sesuai dengan kebutuhan serta bersedia memaafkan keluarga yang telah membawa mereka ke panti asuhan. Beberapa remaja panti merasa senang ketika orang lain berkunjung karena ia akan mendapatkan ilmu baru dari orang tersebut namun sebagian besar merasa kurang nyaman dengan orang lain yang tidak dikenalnya.

Problem solving merujuk pada kemampuan remaja panti asuhan untuk dapat merencanakan beragam hal yang positif terhadap keadaan hidup mereka, mereka dapat melihat alternatif dengan mencari solusi ketika menghadapi suatu permasalahan. Selain itu, mereka dapat mengenali sumber-sumber dukungan dari keluarga, komunitas dan sekolah sebagai tempat untuk berbagi, berinisiatif mencari bantuan dan kesempatan serta memanfaatkannya untuk mengatasi, menganalisis masalah dan mencari solusi yang tepat. Ketika remaja panti mengalami kesulitan belajar, remaja panti seringkali meminta bantuan pada temannya di panti untuk mengajarkan dia.

Autonomy merujuk pada kemampuan remaja panti untuk memiliki

(42)

11 Universitas Kristen Maranatha mengendalikan pelaksanaan tugas dengan baik. Mereka memiliki belief bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti rasa bersyukur akan keadaan hidupnya, memiliki kompetensi dalam mencoba atau melakukan sesuatu, mampu melepaskan diri dari pengaruh buruk lingkungan dan mampu menolak pesan negatif dari lingkungan. Mereka juga mampu merefleksikan diri dengan mampu melakukan aktivitas dengan baik meskipun sedang mengalami hal yang kurang menyenangkan dan memiliki rasa humor seperti bercanda dengan teman satu panti. Beberapa remaja panti mengungkapkan tidak merasa malu dengan keadaan dirinya meskipun masyarakat mengetahui identitas dirinya.

A sense of purpose and bright future merujuk pada kemampuan remaja

panti untuk mengarahkan diri pada tujuan/masa depan, mampu mempertahankan motivasi dalam mencapai tujuan, mereka memiliki hobi yang dapat menghibur saat menghadapi kesulitan, mereka mengembangkan imajinasi yang positif. Selain itu, mereka juga memiliki makna diri yang positif dan keyakinan religius yang membuat mereka optimistik dan memiliki harapan. Sebagian besar remaja panti mengungkapkan mereka belum menentukan pekerjaan apa yang akan dilakukannya setelah lulus sekolah kelak tetapi beberapa telah memiliki cita-cita yang ingin dicapainya.

(43)

12 Universitas Kristen Maranatha relationships, high expectation, dan opportunities for participation and

contribution yang diberikan oleh keluarga, sekolah dan komunitas (Benard, 2004).

Caring relationship meliputi dukungan kasih sayang, perhatian dan

kepedulian yang diberikan oleh orang lain terhadap individu. High expectation meliputi harapan yang positif dari orang lain terhadap diri individu. Opportunities for participation and contribution meliputi adanya kesempatan bagi individu

untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang menarik dan menantang (Benard, 2004).

Caring relationship dalam keluarga ditunjukkan dengan adanya hubungan

yang erat antara anggota keluarga dengan remaja Panti Asuhan di Yayasan „X‟ Kota Cirebon berupa kepedulian keluarga untuk berkunjung ke panti. High expectation dalam keluarga berupa adanya harapan yang positif yang diberikan

anggota keluarga terhadap remaja Panti Asuhan di Yayasan „X‟ Kota Cirebon seperti remaja dapat bersekolah dengan baik. Selain itu, pada opportunities for participation and contribution dalam keluarga ditunjukkan dengan adanya

kesempatan remaja Panti Asuhan „X‟ Kota Cirebon untuk mengambil keputusan

serta mengatasi permasalahannya seorang diri.

Caring relationship dalam sekolah ditunjukkan dengan adanya perhatian

(44)

13 Universitas Kristen Maranatha Selain itu, opportunities for participation and contribution dalam sekolah ditunjukkan dengan adanya kesempatan remaja Panti Asuhan di Yayasan „X‟ Kota Cirebon untuk bertanya dan mengemukakan pendapat pada pengajar.

Caring relationships dalam komunitas ditunjukkan dengan kepedulian dan

perhatian yang diberikan oleh panti asuhan seperti pemenuhan kebutuhan bagi remaja Panti Asuhan di Yayasan „X‟ Kota Cirebon. Adanya high expectation dalam komunitas ditunjukkan dengan memberikan harapan dan motivasi yang positif sesuai kemampuan. Selain itu, opportunities for participation and contribution dalam komunitas ditunjukkan dengan adanya kesempatan remaja

Panti Asuhan di Yayasan „X‟ Kota Cirebon untuk ikut serta dalam kegiatan yang diadakan oleh panti asuhan.

Bagi remaja Panti Asuhan di Yayasan „X‟ Kota Cirebon yang memperoleh caring relationship, high expectation dan opportunities for participation and

contribution tinggi dari keluarga, sekolah dan komunitas maka mereka akan

mampu untuk beradaptasi secara positif dengan lingkungannya. Bagi remaja panti yang memperoleh caring relationship, high expectation dan opportunities for participation and contribution sedang dari keluarga, sekolah dan komunitas maka

mereka cukup mampu beradaptasi secara positif terhadap lingkungannya. Sedangkan, bagi remaja Panti Asuhan di Yayasan „X‟ Kota Cirebon yang memperoleh caring relationships, high expectation dan opportunities for participation and contribution rendah dari keluarga, sekolah dan komunitas maka

(45)

14 Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan dengan bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Skema 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Remaja Panti Asuhan „X‟ - Caring Relationship

(46)

15 Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

Resiliency pada remaja yang tinggal di Panti Asuhan di Yayasan “X” Kota

Cirebon dapat berbeda-beda.

 Semakin tinggi resiliency yang dimiliki oleh remaja panti maka remaja

tersebut mampu untuk menghadapi tekanan yang ada dan memiliki kekuatan dalam menjalani berbagai situasi yang ada.

 Semakin rendah resiliency yang dimiliki oleh remaja panti maka remaja

tersebut kurang mampu untuk menghadapi tekanan yang ada sehingga memiliki kemungkinan sulit beradaptasi dengan lingkungannya secara positif.

 Apabila derajat resiliency yang dimiliki remaja panti berada di sedang maka remaja tersebut pada cukup mampu untuk menghadapi tekanan yang ada dan memiliki kekuatan dalam berbagai situasi yang ada.

Protective factors melalui keluarga, sekolah dan komunitas mempengaruhi

(47)

74 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil kesimpulan terhadap 30 remaja Panti Asuhan di Yayasan ‘X’ Kota Cirebon, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebanyak 26,7% remaja Panti Asuhan di Yayasan ‘X’ Kota Cirebon memiliki derajat resiliency tinggi dan memiliki manifestasi tinggi pada social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose.

2. Sebanyak 46,7% remaja Panti Asuhan di Yayasan ‘X’Kota Cirebon memiliki derajat resiliency sedang dan memiliki manifestasi sedang pada social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose.

3. Sebanyak 26,7% remaja Panti Asuhan di Yayasan ‘X’Kota Cirebon memiliki derajat resiliency rendah dan memiliki manifestasi rendah pada social competence, problem solving, autonomy dan sense of purpose. Akan tetapi, 37,5% remaja panti asuhan yang memiliki

(48)

75 Universitas Kristen Maranatha

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti mengajukan beberapa saran yaitu:

5.2.1 Saran Teoritis

Bagi peneliti lain yang ingin meneliti topik resiliency sebaiknya menggambarkan derajat resiliency lebih jelas supaya peneliti mendapatkan gambaran dinamika responden yang lebih akurat.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi pengurus panti asuhan agar lebih memperhatikan dalam pengasuhan dan perkembangan studi anak-anak di panti asuhan.

2. Bagi orangtua / wali dapat meluangkan waktu untuk berkumpul dan berkunjung ke panti asuhan supaya terjalin komunikasi yang baik antara remaja dan keluarga.

3. Bagi ibu pengasuh agar membimbing dan mendukung remaja panti asuhan yang memiliki derajat resiliency rendah tetapi memiliki social competence sedang agar terbentuk penyesuaian diri yang

(49)

76 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. 1997. Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman.

Barber, B. & Olsen, J. 1997. Socialization in context: Connection, regulation, and autonomy in the family, school, and neighborhood, and with peers. Journal of Adolescent Research, 12, 287 – 315.

Beardslee, W. 1997. Prevention and the clinical encounter. American Journal of Orthopsychiatry, 68, 521 – 533.

Beardslee, W. & Podoresfky, D. 1988. Resilient adolescents whose parents have serious affective and other psychiatric disorders: The importance of self-understanding and relationship. American Journal of Psychiatry, 145, 63 – 69.

Benard, Bonnie. 2004. Resiliency; What We Have Learned. New York: WestEd.

Chess, S. 1989. Defying the voice of doom. In T. Dugan & R. Coles (Eds.), The child in our time: Studies in the development of resiliency (pp. 179 – 199). New York: Bruner / Mazel.

Coontz, S. 1992. The way we never were: American families and the nostalgia trap. New York: Basic Books.

(50)

77 Universitas Kristen Maranatha Felner, R. 2000. Educational reform as ecologically based prevention and

promotion: The Project on High Performance Learning Communities. In D. Cicchetti, J. Rappaport, I. Sandler, & R. Weissberg (Eds.), The promotion of wellness in children and adolescents (pp. 271 – 307). Washington, DC: Child Welfare League Association Press.

Hattie, J., Marsh, H., Neill, J., & Richards, G. 1997. Adventure education and Outward Bound: Out-of-class experiences that make a lasting difference. Review of Educational Research, 67, 43 – 87.

Higgins, G. 1994. Resilient adults: Overcoming a cruel past. San Fransisco: Jossey-Bass.

Kerlinger, Fred N. 2000. Foundation of Behavioral Research: Fourth Edition. United States of America: Harcourt College Publishers.

Larson, R. 2000. Toward a psychology of positive youth development. American Psychologist, 55, 170 – 183.

Lefcourt, H. 2001. Humor: The psychology of living buoyantly. New York: Plenum.

Masten, A. & Coastworth, D. 1998. The development of competence in favorable and unfavorable environments: Lessons from research on successful children. American Psychologist, 53, 205 – 220.

Masten, A. & Reed, M. 2002. Resilience in development. In C. Snyder & S. Lopez (Eds.), Handbook of positive psychology (pp. 74 – 88). New York: Oxford University Press.

(51)

78 Universitas Kristen Maranatha Sandler, I. 2001. Quality and ecology of adversity as common mechanisms of risk

and resilience. American Journal of Community Psychology, 29, 19 – 61.

Schor, I. 1993. Education is politics: Paulo Freire’s critical pedagogy. In P. McLaren & P. Leonard (Eds.), Paula Freire: A Critical Encounter (pp. 25-35). London: Routledge.

Schorr, L. 1988. Within our reach: Breaking the cycle of disadvantage. New York: Anchor Books.

Steinberg, L. 2000. The family at adolescence: Transition and transformation. Journal of Adolescent Health, 27, 170 – 178.

Steinberg, Laurence D. 2002. Adolescence Sixth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies. Inc.

Vaillant, G. 2002. Aging well: Surprising guideposts to a happier life from the landmark harvard study of adults development. Boston: Little, Brown, and Company.

Wallerstein, N. 1992. Powerlessness, empowerment, and health: Implications for health promotion programs. American Journal of Health Promotion, 6, 197 – 205.

(52)

79 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

http://www.cyc-net.org/cyc-online/cycol-1101-jewitt.html

http://jurnalkapaiedisi43-paper1.blogspot.com/2006/12/proses-intersubjektivitas-pengungsi.html

www.depsos.go.id

www.jpepsy.oxfordjournals.org

www.jpo.sagepub.com

Fakultas Psikologi. 2007. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Nasir Ph.D, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Wati, Camelia. 2006. Metodologi Penelitian Lanjutan: Suatu Studi Deskriptif

Mengenai Adversity Quotient (AQ) pada Remaja Yatim Piatu Di Panti Asuhan ‘X’

Gambar

Tabel 4.2 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Jenis Kelamin
Tabel 4.3. Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Perhatian Orangtua (Caring Relationship in Family)
Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Resiliency dengan Dukungan dari Guru / Teman di Sekolah (High Expectation in School)
Tabel 4.8 Tabulasi Silang antara ResiliencyPanti Asuhan ( dengan Dukungan dari Pihak High Expectation in Community)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya pengguna ingin mengetahui bahasa Madura atau bahasa lain di pulau Jawa dari sebuah kata bahasa Sunda, maka pengguna dapat langsung memasukkan kata dalam

Pembelajaran berjalan dengan lancer, yang diawali dengan presentasi kelompok yang bertugas dalam menjadi pemateri, kemudian ada sesi tanya jawab sekaligus diluruskan oleh

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia,komputer,teknologi informasi dan prosedur kerja), ada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna simbolik yang terdapat dalam tradisi “Rebo Bontong” (1) Ongsongan, bermakna pemberian persembahan kepada penjaga lautan

Namun demikian, dari hasil analisis dengan kopling sebagai salah satu tumpuan menunjukkan bahwa kekakuan kopling tidak signifikan mempengaruhi kekakuan spindel

suhu pada reservoir suhu rendahnya adalah…. Kuat lensa objektif sebuah teropong bintang yaitu 1 dioptri, sedangkan lensa okulernya 20 dioptri. Teropong digunakan untuk

Bila kita berpuasa karena Allah dan dengan sungguh-sungguh dan tidak mengharapkan sesuatu atau untuk kepentingan duniawi maka kita akan dijauhkan dari neraka dan diampuni

Sihombing (2015) juga membenarkan hal tersebut dengan menunjukkan hasil analisa penelitian menggunakan uji statistik wilcoxon Signed Rank Test pada kecemasan sebelum