• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SISWA-SISWI SMP DAN SMK DARI PANTI ASUHAN PANGREKSO DALEM BETHLEHEM TEMANGGUNG TAHUN 2010 TENTANG PERILAKU ASERTIFNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI SISWA-SISWI SMP DAN SMK DARI PANTI ASUHAN PANGREKSO DALEM BETHLEHEM TEMANGGUNG TAHUN 2010 TENTANG PERILAKU ASERTIFNYA"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

ASERTIFNYA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Priska Wulan Oktavianti

NIM: 051114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

ASERTIFNYA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Priska Wulan Oktavianti

NIM: 051114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku... Mintalah

maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”. ( Yohanes 16:

23)

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa

dan permohonan dengan ucapan syukur ”. (Filipi 4: 6)

“Pekerjaan sekecil apapun jika dilakukan dengan sukacita akan bermanfaat”.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang memberikan karunia berlimpah pada diriku.

Keluargaku tercinta: papa, mama dan Dinda yang tidak pernah berhenti

mendukung dengan doa dan cinta.

Valentinus Pasca Ugama yang selalu mengingatkan dan memotivasiku

(6)

v

Priska Wulan Oktavianti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa-siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subyek penelitian adalah semua siswa-siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 yang berjumlah 26 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner perilaku asertif yang terdiri dari 56 item dan disusun sendiri oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah penggolongan perilaku asertif berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I, dengan kualifikasi “sangat tinggi”, “tinggi”, “cukup tinggi”, “rendah”, dan “ sangat rendah”.

(7)

vi

Priska Wulan Oktavianti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2010

This research aims to reveal the perceptions of Junior High School and Vocational High School students at Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem, Temanggung, 2010 on their assertive behaviour.

This is a descriptive research with survey method. The subject of this research is all Junior High School and Vocational High School students at Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem, Temanggung, that reaches 26 people in 2010. The researcher utilized assertive behaviour questionnaire which consists of 56 items in this research. The technique of data analysis used is assertive behaviour grouping based on Standard Reference Evaluation Type I, with some qualifications, namely “very high”, “high”, “Intermediate”, “low”, and “very low”.

(8)

vii

berkat, bimbingan dan penyertaan-Nya yang berlimpah pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. M.M. Sri Hastuti. M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman pada penulis serta memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati telah memberikan motivasi, meluangkan waktu untuk mendampingi penulis selama proses penulisan skripsi ini.

3. Panitia penguji yang memberikan kesempatan pada penulis untuk mempertanggungjawabkan skripsi ini.

(9)

viii

yang telah bersedia memberikan kesempatan dan memperlancar proses pengumpulan data.

7. Keluargaku tercinta: Papa, Mama dan Dinda, yang tidak pernah lelah memberikan motivasi, dana, nasihat, dan doa pada penulis.

8. Bapak Muhadi dan Ibu Vero sekeluarga yang banyak memberikan semangat dan dukungan pada penulis.

9. Valentinus Pasca Ugama, yang selalu mendampingi, menasihati, memotivasi penulis setiap waktu.

10. Teman-teman BK ’05 yang selalu memberikan semangat, sharing, dan persaudaraan selama masa kuliah (Sr, Miryam, Wahyu, Dhe2, Chubby, Agam, Sr. Marry, Sr. Emil, Nisa, Nopek, Vidy, Hendra, Sr. Quil, Br. Cahyo, Br Edi, Lusi,Sisil, Dian, Putri, Uday, Marsel dan semua teman kelas A dan B yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu) atas semua rasa perhatian dan persahabatan ini.

11. Keluarga besar kost Arimbi 5 (Nevi, Mba Nova, Hesti, Estu) yang telah meminjamkan motor dan laptopnya.

12. Keluarga mantan kost Bromo 2B yang telah menghilang satu persatu. 13. Sahabat-sahabatku yang nun jauh di sana: Cemplux, Nenny, Yuni, Wahyu

(10)
(11)
(12)
(13)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... x

HALAMAN PERNYATAAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Persepsi ... 8

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi 9 C. Pengertian Perilaku Asertif... 11

D. Aspek-Aspek Perilaku Asertif ... 13

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif 15 F. Manfaat Perilaku Asertif ... 17

(14)

xiii

C. Instrumen Penelitian ... 25

1. Alat Pengumpul Data ... 25

2. Uji Coba Alat ... 28

3. Validitas Instrumen ... 29

4. Reliabilitas Instrumen ... 31

D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA ... 35

1. Tahap Persiapan ... 35

2. Tahap Pelaksaan Pengumpulan Data ... 36

E. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Persepsi Siswa-Siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang Perilaku Asertifnya ... 39

B. Pembahasan ... 41

BAB V PENUTUP ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(15)

xiv

Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung Tahun 2010 ... 25 Tabel 2: Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Asertif Sesudah Revisi/ Uji Coba 26 Tabel 3: Item Instrumen yang Valid dan Tidak Valid ... 30 Tabel 4: Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas ... 31 Tabel 5: Penggolongan Perilaku Asertif Berdasarkan PAP ... 38 Tabel 6: Penggolongan Persepsi Siswa-Siswi SMP dan SMK dari

Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung

(16)

xv

Lampiran 2: Hasil Perhitungan Taraf Validitas Kuesioner Uji coba ... 61

Lampiran 3: Tabulasi Skor Belahan Data Ganjil-Genap Kuesioner Uji Coba... 68

Lampiran 4: Kuesioner Final Perilaku Asertif (Penelitian) ... 70

Lampiran 5: Tabulasi Penelitian ... 74

Lampiran 6: Persepsi Siswa-Siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung Tahun 2010 tentang Perilaku Asertifnya ... 81

Lampiran 7: Surat Ijin Uji Coba ... 82

Lampiran 8: Surat Ijin Penelitian ... 84

(17)

1

Bab ini menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Secara naluriah, semua manusia membutuhkan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial (homo socius) yang tidak pernah bisa hidup sendiri. Sebagai manusia yang tidak bisa lepas dari manusia lain, tidak ada manusia yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan kata lain, manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila kebutuhan untuk menjadi makhluk sosial tidak terpenuhi, kehidupan manusia sebagai makhluk individu akan mengalami kesulitan.

Menurut Horney “kebutuhan manusia digolongkan menjadi tiga, yaitu bergerak mendekati orang banyak untuk meraih kebutuhan akan cinta, bergerak menjauhi orang banyak untuk meraih kebutuhannya akan kebebasan dan kemandirian, dan bergerak menentang orang banyak untuk memenuhi kebutuhannya akan kekuatan’’(Ubaedy, 2008:23). Kebutuhan manusia dapat terpenuhi melalui relasi dengan orang lain. Relasi dapat terjalin dengan baik jika orang mampu berperilaku asertif.

(18)

orang lain. Orang yang asertif memiliki cara pandang yang realistis, tegas, dan obyektif. Orang yang asertif juga bersifat fleksibel sehingga dapat menjalin dan menjaga hubungan yang harmonis dengan orang di sekitarnya. Besar kemungkinan orang yang asertif akan diterima dalam pergaulannya sehari-hari. Ia tidak akan pernah menjadi korban pihak lain dan tidak akan mengorbankan orang lain demi kepentingannya.

Dewasa ini, banyak orang sulit untuk berperilaku asertif, khususnya dalam hal yang menyangkut perasaan negatifnya terhadap sesuatu atau seseorang. Orang enggan berperilaku asertif karena dalam dirinya ada rasa takut mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya dia tidak lagi disukai ataupun diterima. Selain itu alasan “untuk mempertahankan kelangsungan hubungan” juga sering menjadi alasan karena salah satu pihak tidak ingin membuat pihak lain sakit hati. Dengan keadaan seperti ini, orang dapat merasa dimanfaatkan, sehingga hubungan menjadi terganggu.

(19)

berlarut-larut, (4) kemampuan berperilaku asertif akan membantu anak Panti Asuhan untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya, memperluas wawasannya tentang lingkungan, dan tidak mudah berhenti pada sesuatu yang tidak diketahuinya (memiliki rasa keingintahuan yang tinggi).

Sejauh ini penulis mendapat kesan bahwa anak-anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung lebih sering menyimpan dan takut mengutarakan perasaan negatifnya pada warga yang lain (anak, ibu pengasuh dan suster pembimbing). Anak-anak cenderung diam dan menutupi perasaan negatifnya. Kesan ini penulis dapatkan ketika melakukan Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling di komunitas Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tanggal 14 Juli-18 Agustus tahun 2009.

Sebagian besar anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung menginjak masa remaja. Pada masa remaja, anak mengalami masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Hurlock (1994) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa ketegangan emosi tinggi sebagai akibat dari perubahan fisik termasuk kelenjarnya. Amarahnya misalnya terungkap dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengkritik orang yang menyebabkan marah. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab anak mengalami masalah pribadi dan konflik kelompok.

(20)

orang lain. Dalam rangka berinteraksi dengan orang lain inilah anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung pun perlu berlatih dan membiasakan diri berperilaku asertif.

Mengingat pentingnya kemampuan berperilaku asertif, maka perlu diketahui kemampuan anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung dalam berperilaku asertif. Ideal sebenarnya kalau diamati dan diukur kemampuan mereka dalam berperilaku asertif. Tetapi karena keterbatasan peneliti, penelitian ini difokuskan pada pendapat, keyakinan atau persepsi mereka tentang kemampuannya berperilaku asertif. Dengan mengetahui persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung mengenai perilaku asertifnya, dapat dirumuskan berbagai upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan perilaku asertif.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya. Pertanyaan yang dijawab adalah:

(21)

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya.

D. Manfaat

Hasil penulisan ini dapat berguna bagi: 1. Manfaat Teoretis

Memberikan gambaran mengenai persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya dan meningkatkan pemahaman tentang perilaku asertif.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi pihak Panti Asuhan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak Pembina di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung mengenai perilaku asertif anak Panti Asuhan dan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan bahan pendampingan terhadap anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung.

b. Bagi siswa-siswi SMP dan SMK Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung

(22)

c. Bagi peneliti sebagai calon konselor

Peneliti dapat mengembangkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.

E. Definisi Operasional

1. Persepsi adalah pendapat atau keyakinan dan penilaian seseorang terhadap suatu objek baik orang, benda, peristiwa, tingkah laku atau hal lain yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Yang menjadi objek persepsi dalam penelitian ini perilaku asertif anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010.

2. Perilaku asertif adalah tingkah laku mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia, memperjuangkan kepentingannya sendiri, mengekspresikan perasaan dan pikiran secara terbuka, mempertahankan hak-hak pribadi dan menghargai orang lain, seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan.

(23)
(24)

8

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, pengertian perilaku asertif, aspek-aspek perilaku asertif, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif, manfaat perilaku asertif, dan tinjauan penelitian lain yang relevan.

A. Pengertian Persepsi

(25)

individu menyadari yang diinderanya itu. Dengan persepsi individu akan menyadari keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan, pendapat dan penilaian seseorang terhadap suatu obyek baik orang, benda, peristiwa, tingkah laku atau hal lain yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tanggapan, pendapat, atau penilaian tersebut diawali dengan proses seseorang menerima rangsang lewat indera yang kemudian dikelompokkan dan diinterpretasikan, sehingga orang yang bersangkutan menyadari dan memahami rangsang yang diterimanya.

B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Persepsi

Menurut Irwanto, dkk (1988) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

1. Perhatian yang selektif

(26)

semakin besar kesadarannya akan rangsang itu dan semakin besar pula kemungkinan orang yang bersangkutan menanggapinya. Semakin kecil perhatian seseorang, semakin kecil kesadarannya akan rangsang yang bersangkutan dan semakin kecil pula kemungkinan individu untuk menanggapinya.

2. Sifat-sifat rangsang

Rangsang yang bergerak akan lebih menarik perhatian bagi seseorang daripada rangsang yang diam. Seseorang akan menaruh perhatian pada rangsang yang ukurannya lebih besar daripada rangsang yang ukurannya kecil. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian seseorang adalah rangsang yang berlatar belakang kontras daripada yang berlatar belakang biasa. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian adalah rangsang yang intensitas rangsangnya paling kuat.

3. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Persepsi juga ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai bagi seseorang dan sesuai dengan kebutuhannya. Nilai yang dianut dan kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi. Walaupun rangsang yang dihadirkan pada dua orang sama, namun persepsi yang terjadi bisa jadi berbeda karena perbedaan nilai dan kebutuhannya.

4. Pengalaman terdahulu

(27)

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan dunianya.

C. Pengertian Perilaku Asertif

Sebagai makhluk yang tidak pernah dapat lepas berhubungan dengan orang lain, manusia menjalin komunikasi dalam kehidupan sehari-hari untuk menjalin relasi. Kebutuhan untuk berelasi tersebut ditunjukkan dalam bentuk komunikasi. Agar komunikasi dapat berjalan efektif, orang perlu mampu berperilaku asertif.

Asertif berasal dari kata asing to assert yang artinya mengatakan dengan tegas. Menurut Cawwod (1997: 13), perilaku asertif adalah ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak pribadi tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Adams dan Lenz (1995: 28) menyatakan bahwa berprilaku asertif berarti mengerti apa yang seseorang lakukan dan inginkan, menjelaskannya/mengungkapkannya pada orang lain, berusaha untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri sambil tetap menunjukkan hormat kepada orang lain. Taumbmann (l976) (Iriani:

http://rumah-optima.com), menyatakan bahwa perilaku asertif adalah suatu

pernyataan atau pengungkapan tentang perasaan, keinginan dan kebutuhan pribadi kepada orang lain dengan penuh percaya diri..

(28)

peristiwa tertentu. Menurut Connie Podesta (Ubaedy, 2008:102), berperilaku asertif adalah menjelaskan diri kita dengan cara yang tidak mengganggu orang lain.

Stein dan Howard (2004:91), mengatakan bahwa orang yang asertif mampu mempertahankan pendapat sambil sekaligus tetap menghormati pandapat orang lain dan peka terhadap kebutuhannya. Orang yang asertif mampu bergaul dengan jujur dan langsung, apa adanya dan meminta bantuan pada orang lain bila membutuhkan. Orang yang asertif bersedia bekerja sama dan membantu orang lain yang membutuhkan. Orang yang asertif juga mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain dengan cara yang memuaskan kedua belah pihak.

Asertivitas adalah gaya dan model komunikasi yang sehat. Dengan menjadi asertif, kita memandang bahwa orang lain memiliki hak dan kebutuhan yang sama dengan diri kita. Oleh karena itu, orang yang asertif tidak hanya bertindak untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Menurut Hia (2004:10), asertivitas dapat membantu orang untuk berpikir positif tentang dirinya sendiri sebagai orang yang berharga dan menghargai serta menerima orang lain sebagaimana adanya. Asertivitas menunjukkan adanya kepercayaan diri dan rasa nyaman dalam mengekspresikan diri.

(29)

mengekspresikan perasaan dan pikiran secara terbuka, mempertahankan hak-hak pribadi dan menghormati hak-hak-hak-hak dan kebutuhan orang lain.

D. Aspek-Aspek Perilaku Asertif

Alberti dan Emmons (1986:26) mengemukakan aspek-aspek yang terdapat dalam perilaku asertif, yaitu:

1. Mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia.

Orang yang asertif adalah orang yang mampu menempatkan kedua belah pihak secara setara. Orang yang asertif mengembangkan kesetaraan dalam hubungan interpersonal sehingga pihak yang bersangkutan berdiri di atas dasar yang sama. Orang yang asertif beranggapan bahwa setiap orang mempunyai derajat yang sama, meskipun dalam hal tertentu memiliki kelebihan. Orang asertif dapat memahami kelebihannya dan kelebihan orang lain secara wajar. Mereka tidak merasa rendah diri karena kekurangannya dan tidak meremehkan orang lain karena kekurangannya. 2. Memperjuangkan kepentingannya sendiri.

(30)

3. Mengekspresikan perasaan secara terbuka.

Orang yang asertif mampu mengekspresikan perasaan-perasaan mereka secara terbuka tanpa merasa cemas atau bersalah, baik perasaan yang positif maupun perasaan yang negatif. Orang yang asertif juga berani mengutarakan pendapatnya dengan jelas dan tepat. Perilaku asertif ditandai dengan adanya ekspresi yang jelas dan langsung. Orang yang asertif dapat mengungkapkan seluruh isi pikiran, perasaan, keyakinan dan nilai-nilai, serta kebutuhan kepada orang lain dengan spontan dan apa adanya.

4. Mempertahankan hak-hak pribadi.

Orang asertif berani mengatakan “tidak” untuk hal-hal yang merugikan atau tidak sesuai dengan keinginannya. Bila kita dapat mengatakan “tidak” secara bijak dan cerdik, kita dapat menciptakan hal yang kita inginkan, melindungi hal yang berharga bagi kita, dan mengubah hal yang tidak berfungsi, (Ury, 2007:33). Ia juga berani mengatakan “ya” secara terus terang untuk hal-hal yang sesuai dengan kepentingannya beserta alasannya mengatakan “ya”. Ia berani menanggapi kritik atau hinaan, serta mengekspresikan atau mempertahankan pendapat yang dianggapnya benar.

5. Menghargai orang lain.

  Orang yang asertif selalu berusaha menghargai orang lain karena

(31)

komunikasi yang menyenangkan orang lain, seperti tidak mengancam, tidak melukai, dan tidak menguasai orang lain. Orang asertif mengungkapkan dirinya dengan tetap berlaku adil dan hormat terhadap orang lain. Ia memenuhi kebutuhannya tanpa merugikan orang lain. Orang yang asertif bersedia memberikan bantuan pada orang lain.

E. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Asertif

Faktor-faktor yang menghambat perilaku asertif menurut Alberti dan Emmons (2002:7) adalah:

1. Banyak orang tidak percaya bahwa mereka memiliki hak untuk bersikap asertif.

2. Banyak orang sangat cemas atau takut untuk bersikap asertif.

3. Banyak orang kurang terampil dalam mengekspesikan diri secara efektif. Aaron Beck (Alberti dan Emmons, 2002: 96-98) menjabarkan bahwa beberapa pola pikir yang menghambat orang berperilaku asertif, yaitu:

1. Kecenderungan untuk berpikir kurang baik terhadap diri sendiri. (Konsep diri yang negatif)

2. Kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah.

3. Sudut pandang egosentris tentang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. 4. Keyakinan bahwa hidup ini kalau tidak begini, pasti begitu.

(32)

Tingkat asertivitas yang dimiliki individu berbeda dengan individu yang lain. Menurut Rathus (Setyafi: www.setyafi.multiply.com), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat asertivitas yaitu:

1. Jenis kelamin

Sejak anak-anak, pendidikan laki-laki dan perempuan telah dibedakan di masyarakat. Sejak kecil anak laki-laki telah dibiasakan berperilaku tegas dan kompetitif. Masyarakat mengajarkan bahwa asertif kurang sesuai untuk anak perempuan. Oleh karena itu tampak bahwa perempuan lebih bersikap pasif terutama terhadap hal-hal yang kurang berkenan di hatinya. Anak laki-laki tampak lebih asertif dibandingkan dengan perempuan. 2. Kepribadian

Dalam interaksi sosial, orang yang memiliki gambaran kepribadian yang positif akan berperilaku aktif. Orang yang berperilaku aktif adalah orang yang secara spontan mengutarakan apa yang ada pada dirinya, sehingga ia dapat dikatakan mampu berperilaku asertif. Sebaliknya, orang yang memiliki gambaran kepribadian yang negatif akan merasa malu, minder dan tidak bisa mengungkapkan dirinya secara penuh. Orang yang memiliki gambaran kepribadian yang negatif dapat dikatakan tidak dapat berperilaku asertif.

3. Inteligensi

(33)

intelegensi tinggi akan lebih asertif dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi rendah.

4. Kebudayaan

Perbedaan kebudayaan dengan berbagai macam tradisi mempengaruhi perilaku orang yang tinggal di dalamnya. Misalnya: budaya Jawa cenderung mengekang perilaku asertif. Budaya Jawa sangat menjunjung tinggi prinsip hormat dan prinsip kerukunan. Orang Jawa merasa sungkan apabila mengutarakan pendapat dan perasaannya pada orang lain, terutama perasaan negatif dan pendapat yang tidak sejalan dengan banyak orang untuk menghindari pertentangan. Hal ini mengakibatkan orang menjadi tidak jujur dengan perasaan dan keinginannya sendiri.

F. Manfaat Perilaku Asertif

Manfaat perilaku asertif menurut Adams dan Lenz (1995:29-33), yaitu: 1. Memahami diri sendiri

Perilaku asertif dapat membantu orang untuk menyampaikan ide kepada orang lain. Orang akan mengenali dirinya dengan cara bertindak lebih konkret sesuai apa yang dirasakan dan mampu mengungkapkan kebutuhannya pada orang lain, sehingga terbuka banyak kesempatan baginya untuk mengembangkan dirinya.

2. Hidup dalam kekinian

(34)

masa lalu dan masa yang akan datang. Orang yang asertif senantiasa berjuang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan kebutuhannya yang mengganggu.

3. Kebutuhan pokok dapat terpenuhi

Apabila orang mengetahui kebutuhan dan keinginan kita, ia akan lebih mampu dan bersedia bekerja sama dengan kita serta membantu memenuhi kebutuhan kita. Perilaku asertif memungkinkan kita memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok pada saat bantuan dan kerja sama dengan orang lain diperlukan.

4. Menjadi pribadi yang lebih menarik

Perilaku asertif akan membuat orang mampu memahami dirinya, sehingga ia merasa lebih percaya diri dalam menunjukkan kemampuannya. Orang akan lebih berani menampilkan diri apa adanya sehingga tidak perlu berpura-pura untuk menampilkan diri agar terlihat menarik.

5. Harga diri bertambah

Perilaku asertif dapat membantu orang untuk berani bersikap jujur dan terbuka terhadap orang lain, khususnya tentang ide-ide dan pokok-pokok persoalan penting bagi dirinya. Semakin berhasil berprilaku asertif, harga diri dan kepercayaan diri akan terus bertambah.

6. Mendorong orang lain untuk berperilaku asertif

(35)

timbulnya kesalahpahaman. Dengan semakin terbuka dan semakin mengenali dirinya, orang semakin lebih bertanggungjawab atas hidup dan pemenuhan kebutuhannya yang penting.

7. Mencegah terjadinya keretakan hubungan

Perilaku asertif membantu orang untuk terbuka pada perasaan dan keinginannya dan mampu mengungkapkannya pada orang lain.

Menurut Stein dan Howard, ada beberapa manfaat perilaku asertif (Stein,2004:100), yaitu:

1. Sikap asertif membuka kemungkinan baru dan bisa membuat orang memperoleh banyak teman dan mempengaruhi orang lain, sehingga orang mampu membina hubungan yang lebih akrab dan lebih jujur dengan orang lain.

2. Dengan berperilaku asertif, orang lain akan merasa dihargai dan diterima, bukan diremehkan.

3. Berperilaku asertif berarti kita harus selalu memikirkan orang lain dan reaksi mereka.

Menurut Jay (2005: 95-105), manfaat bersikap asertif adalah:

1. Mampu mengekspresikan perasaan tanpa harus berkonfrontasi. Tidak ada pengekangan perasaan yang berlebihan, frustrasi, dan stres yang diakibatkan oleh sikap submisif (kepatuhan).

(36)

3. Belajar mengemukakan ide, sehingga dapat mengemukakan pandangan dan perasaan dengan lebih mendalam.

4. Memperoleh penghargaan diri atas ide-ide yang dikeluarkan.

5. Mendapat reputasi sebagai orang yang enak diajak bekerja sama, sehingga orang lain ingin terus menjaga hubungan.

6. Mendapatkan rasa hormat dari orang lain, sehingga hubungannya dengan orang lain juga akan semakin baik.

7. Berani mengatakan “tidak” pada orang lain, sehingga merasa tidak direpotkan oleh orang lain.

Dari beberapa manfaat yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat perilaku asertif adalah:

1. Orang mampu bersikap jujur pada dirinya sendiri dalam mengungkapkan perasaan, pendapat, dan keinginannya tanpa ada rasa cemas.

2. Orang mampu membina hubungan yang harmonis dengan orang lain. 3. Orang merasa lebih dihargai, dicintai, dan diterima dalam

hubungannya dengan orang lain.

4. Orang lebih peka terhadap kebutuhannya dan kebutuhan orang lain dan berusaha untuk memenuhinya tanpa merugikan orang lain.

5. Orang mampu bersikap tegas dalam menghadapi hal-hal yang tidak sesuai dengan keyakinannya.

(37)

G. Perilaku Asertif Siswa-Siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan

Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010

Hurlock (1994: 207) mengutarakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan. Lima perubahan yang dialami pada masa remaja yaitu, perubahan emosional, perubahan tubuh, perubahan minat dan peran, perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, perubahan minat dan pola perilaku, dan menginginkan kebebasan.

Masa remaja dianggap sebagai masa ketegangan, pada masa ini remaja mengalami perubahan emosional. Pada masa ini belum ada kestabilan emosional, ketidakstabilan ini membawa dampak pada perubahan perilaku remaja. Remaja cenderung berperilaku negatif, seperti mengancam, mudah marah, mudah menangis, dan menyindir orang lain.

(38)

H. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan

Hariyanti (2001) mengadakan penelitian tentang asertivitas para mahasiswa keperawatan St. Vincentius a Paulo Surabaya tahun 2001. Jenis penelitian adalah pebelitian deskriptif. Jumlah populasi penelitian ini adalah 177 orang yang terdiri dari seluruh mahasiswa akademi keperawatan St. Vincentius a Paulo Surabaya tahun 2001 yang berusia 19-21 tahun. Alat pengumpul data adalah kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah perilaku asertif mahasiswa akademi keperawatan St. Vincentius a Paulo Surabaya tahun 2000/2001 perlu ditingkatkan.

Ngindang (2002) mengadakan penelitian tentang tingkat asertivitas anak kelas I SMP-III SMU/K dari Panti Asuhan Sancta Maria Boro Kalibawang Yogyakarta tahun ajaran 2001/2002. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Jumlah populasi adalah 43 anak yang berada pada rentang usia 13-19 tahun. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal perilaku asertif tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak Panti Asuhan Sancta Maria Boro Yogyakarta tahun 2001/2002 yang bersuku Jawa dan yang bersuku non-Jawa. Kemampuan mereka dalam perilaku asertif perlu ditingkatkan. Dalam pelatihan asertivitas tidak perlu dipisahkan anak yang bersuku Jawa dan yang bersuku non-Jawa.

(39)

penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Jumlah populasi penelitian ini adalah 60 orang, yang terdiri dari para suster yunior dan medior SCMM Indonesia yang berusia maksimal 56 tahun. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini adalah asertivitas sebagian besar suster yunior dan medior SCMM Indonesia tahun 2004 yang berdomisili di Sumatera Utara belum tinggi dan perlu ditingkatkan. Da Santo (2004) mengadakan penelitian tentang tingkat komunikasi asertif para suster medior Congregation Imitationis Jesu (CIJ) tahun 2004 dan implikasinya terhadap program pelatihan asertivitas. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 70 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah komunikasi asertif sebagian besar suster medior CIJ tahun 2004 belum tinggi dan perlu ditingkatkan.

(40)

24

pengumpul data, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. A. Jenis Penelitian

          Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode

survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 1982:415) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya.

B. Subjek Penelitian

(41)

Tabel 1

Rincian Siswa-Siswi SMP dan SMK Panti Asuhan Pangrekso Dalem

Bethlehem Temanggung Tahun 2010

Tingkat Jumlah SMP 18 SMK 10

Total 28

C. Instrumen Penelitian

1. Alat Pengumpul Data

Data tentang persepsi perilaku asertif anak Panti Asuhan diperoleh melalui kuesioner dalam bentuk skala asertivitas. Kuesioner yang digunakan disusun oleh peneliti dan telah dikonsultasikan pada dosen pembimbing skripsi dan ahli bahasa untuk mengkoreksi tata bahasa dan melihat kesesuaian butir-butir kuesioner dengan aspek-aspek perilaku asertif. Skala perilaku asertif ini terdiri dari item favorable dan item

(42)

Tabel 2

Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Asertif Sesudah Revisi/Uji Coba

No. Aspek-Aspek Perilaku Asertif Pernyataan Positif

Pernyataan Negatif

I Mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia

1,6,12,20,35, 39,45,52,53,55 (10) 2,13,26,46, 47 (5) 15

II Memperjuangkan kepentingannya sendiri 3,7,21,27,36, 40,48,49 ( 8) 14,28,41,56 (4) 12

III Mengungkapkan perasaan dan pikiran secara terbuka

8,15,17,22,30,54 (6)

4,16,29 (3)

9

IV Mempertahankan hak-hak pribadi 24,31 (2)

9,23,32 (3)

5

V Menghargai orang lain 10,18,25,33,37,3 8,43,44,50, 51 (10) 5,11,19,34, 42 (5) 15

∑ 56

Di bawah ini peneliti menyajikan beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen penelitian:

a. Penentuan Skor

Penentuan skor dilakukan sebagai berikut:

1) Untuk pernyataan positif (favorable), skor untuk jawaban sangat sering (SS)=4, sering (S)=3, jarang (J)=2, dan sangat jarang (SJ)=1 2) Untuk pernyataan negatif (unfavorable), skor untuk jawaban sangat

(43)

b. Aspek-Aspek Perilaku Asertif

Aspek-aspek perilaku asertif yang diungkap dalam instrumen penelitian adalah:

1) Mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia. Indikatornya:

a) Menempatkan kedua belah pihak secara setara. b) Memahami kelebihan orang lain secara wajar. c) Memahami kekurangan orang lain.

d) Mengakui dan menerima kekurangannya. e) Memahami kelebihannya.

2) Memperjuangkan kepentingannya sendiri. Indikatornya:

a) Mampu membuat keputusan bagi dirinya sendiri. b) Memulai hubungan lebih dulu dengan orang lain. c) Memahami dirinya sendiri.

d) Menetapkan tujuan dan berusaha untuk mencapainya. 3) Mengekspresikan perasaan dan pikiran secara terbuka.

Indikatornya:

a) Berani memberikan pendapat.

b) Mengatakan pikiran dan perasaan dengan jujur.

(44)

4) Mempertahankan hak-hak pribadi. Indikatornya:

a) Berani berkata “tidak”. b) Berani menanggapi kritik.

c) Mempertahankan pendapat yang dianggapnya benar. 5) Menghargai orang lain.

Indikatornya:

a) Menghargai orang lain sebagai pribadi. b) Berlaku adil dan hormat terhadap orang lain.

c) Mengembangkan komunikasi yang menyenangkan bagi orang lain.

d) Bersedia memberikan bantuan pada orang lain jika dibutuhkan. 2. Uji Coba Alat

(45)

Dalem Bethlehem Temanggung. Secara umum, siswa-siswi yang tinggal di Panti Asuhan adalah siswa-siswi yang sudah tidak memiliki orang tua (yatim, piatu, yatim-piatu) dan siswa-siswi yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Kuesioner uji coba terdapat pada lampiran 1.

3. Validitas Instrumen

Untuk melihat tingkat validitas instrumen penelitian ini, ditempuh prosedur uji analisis validitas isi. Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauhmana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek dalam kerangka konsep (Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989: 128). Dalam penelitian ini yang diukur adalah persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya. Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisa item-item tersebut adalah teknik korelasi Product-Moment dari Pearson. Rumus teknik Product-Moment dari Pearson adalah:

xy

r

=

(

)(

)

(

)

{

}

{

(

)

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan:

r xy =koefisien korelasi validitas item

X =skor item tertentu yang akan diuji validitasnya

Y = skor total aspek yang memuat item yang akan diuji validitasnya N =jumlah responden

(46)

item diperoleh 55 item yang valid dan 29 item yang tidak valid. Widoyoko (2009: 143), mengatakan bahwa harga kritik untuk validitas

butir instrumen adalah 0,3. Apabila

r

xy lebih besar atau sama dengan 0,3, maka butir tersebut dikatakan valid. Sebaliknya, apabila

xy

r

lebih kecil dari 0,3 maka butir tersebut tidak valid. Adapun item yang valid dan item tidak valid tertera pada tabel 3. Hasil perhitungan taraf validitas kuesioner uji coba terdapat pada lampiran 2.

Tabel 3

Item Instrumen yang Valid dan Tidak Valid

No. Aspek-Aspek Perilaku Asertif Jumlah Item

yang Valid

Jumlah Item

yang Tidak

Valid

I Mengembangkan kesetaraan dalam

hubungan antar manusia.

15 7 22

II Memperjuangkan kepentingannya

sendiri.

13 4 17

III Mengekspresikan perasaan dan

pikiran secara terbuka.

7 7 14

IV Mempertahankan hak-hak pribadi. 6 8 14

V Menghargai orang lain. 14 13 17

(47)

4. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989: 140). Bila suatu alat ukur misalnya dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu pengukur dalam mengukur gejala yang sama.

Pengukuran tingkat reliabilitas instrumen ditempuh dengan metode belah dua (split-half method). Metode belah dua yang dipakai berdasarkan urutan nomor item. Item yang bernomor gasal menjadi belahan pertama dan item bernomor genap menjadi belahan kedua. Daftar indeks korelasi reliabilitas disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4

Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifiasi

0,91- 1,00 Sangat Tinggi

0,71- 0,90 Tinggi

0,41- 0,70 Cukup Tinggi

0,21- 0,40 Rendah

(48)

Langkah kerja untuk melihat tingkat reliabilitas adalah sebagai berikut (Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989: 143):

a. Menyajikan alat pengukur kepada responden, kemudian dihitung validitas itemnya.

b. Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan, yaitu belah dua gasal-genap.

c. Mencari skor untuk masing-masing item pada tiap belahan lalu dijumlahkan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor total, yaitu skor total belahan pertama dan skor total belahan kedua.

d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dan belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi Pearson.-Product Moment. Teknik korelasi Product-Moment Pearson, dengan rumus:

xy

r

=

(

)(

)

(

)

{

}

{

(

)

}

− 2 2 2

2 X N Y Y X N Y X XY N Keterangan:

r xy =koefisien relasi validitas item X =skor item tertentu yang akan diuji

Y = skor total aspek yang memuat item yang akan diuji validitasnya

(49)

X = 5.409

Y = 5.323

X² = 657.379

Y² = 636.739

XY = 646134

N = 45

  Hasil perhitungan uji reliabilitas kuesioner adalah:

xy r

= _____ 45 x 646 134 – (5409 x 5323)__________ √{(45 x 657379)-(5409)²}{(45 x 636739)-(5323)²}

r xy = ___________29076030-28792107_________

√29582055-2957281 √28653255-28334329

r

xy = ____283923_____ √323774 x√318926

r

xy = ______283923________ 569889463 x 567353362

r

xy = 283923_ = 0,882 3218367175

e. Mengkoreksi hasil koefisien korelasi dengan menggunakan rumus Spearman-Brown. Rumusnya yaitu:

= 2 x rxy

r ττ 1 + rxy Keterangan rumus: rtt =koefisien reabilitas

(50)

Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen dalam uji coba item-item Spearman-Brown adalah:

ττ

r

= 2 x 0,882 1 + 0,882

r ττ = 1764 = 0,937 1882

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi metode Belah Dua (Split Half Method) dengan menggunakan rumus Product-Moment Pearson dan melakukan koreksi dengan menggunakan rumus Spearman-Brown diperoleh koefisien sebesar 0,937. Hal ini menandakan bahwa reliabilitas kuesioner perilaku asertif yang diujicobakan dalam penelitian ini termasuk sangat tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kuesioner perilaku asertif yang digunakan adalah reliabel. Tabulasi skor-skor belahan data genap-ganjil kuesioner uji coba terdapat pada lampiran 3.

(51)

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Mempelajari buku-buku tentang perilaku asertif untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

b. Menyusun kuesioner dengan mengikuti beberapa langkah, yaitu: 1) Peneliti menetapkan dan mendefinisikan variabel penelitian, yaitu

persepsi siswa-siswi SMP dan SMK Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 terhadap perilaku asertifnya.

2) Peneliti menjabarkan variabel persepsi persepsi siswa-siswi SMP dan SMK Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 terhadap perilaku asertifnya tersebut ke dalam indikator-indikatornya.

3) Peneliti menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator dari perilaku asertif menurut persepsi siswa-siswi SMP dan SMK Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010.

c. Mengkonsultasikan kuesioner dengan dosen pembimbing dan ahli bahasa.

(52)

e. Menghubungi Pimpinan Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung untuk meminta ijin mengadakan penelitian pada siswa-siswi SMP dan SMK tahun 2010.

f. Melaksanakan penelitian di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung.

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data

Kuesioner yang telah diujicobakan dipergunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Penelitian dilaksanakan pada siswa-siswi SMP dan SMK Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 pada tanggal 17 April 2010 selama 1 hari. Jumlah siswa-siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung sebanyak 28 siswa. Namun, pada saat pelaksanaan penelitian, ada 2 siswa yang tidak dapat mengikuti dikarenakan sedang PKL (Praktek Kerja Lapangan) di luar kota sehingga subyek penelitian ini adalah 26 orang. Data tabulasi penelitian dapat dilihat pada lampiran 5.

(53)

E. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini digunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I sebagai acuan atau dasar dalam menggolongkan persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung (sangat rendah, cukup tinggi, tinggi, dan sangat tinggi). PAP tipe I menetapkan batas pencapaian minimum untuk setiap kualifikasi. PAP adalah suatu penilaian yang membandingkan perolehan skor individu dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu skor yang seharusnya atau idealnya dicapai oleh individu. PAP menetapkan batas pencapaian minimum pada persentil 65 %. PAP dipilih sebagai acuan atau dasar penggolongan persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tentang perilaku asertifnya dalam penelitian ini karena yang ingin diketahui adalah sesuatu yang ideal /yang seharusnya.

Di bawah ini peneliti menjelaskan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah dan menganalisis data, yaitu:

1. Menggolongkan persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung berdasarkan PAP.

(54)

b. Membuat tabulasi skor dari item-item kuesioner dan menghitung jumlah skor masing-masing responden.

c. Menggolongkan kualifikasi persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tentang perilaku asertifnya dari seluruh responden berdasarkan PAP tipe I.

2. Mendeskripsikan persepsi anak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya. Penggolongan perilaku asertif berdasarkan PAP disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5

Penggolongan Perilaku Asertif Berdasarkan PAP

Tingkat Perilaku Asertif Siswa

Menurut Persepsi Siswa

Kualifikasi

90%-100% Sangat Tinggi

80%-89% Tinggi

65%-79% Cukup Tinggi

55%-64% Rendah

(55)

39

dan SMK di Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 tentang perilaku asertifnya. Penyajian hasil penelitian dilanjutkan dengan pembahasan.

A. Persepsi Siswa-Siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem

Bethlehem Temanggung Tahun 2010 tentang Perilaku Asertifnya

(56)

Tabel 6

Penggolongan Persepsi Siswa-Siswi SMP dan SMK dari Panti

Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung Tahun 2010

tentang Perilaku Asertifnya

Rumus PAP Tipe I

Rentang Skor

Frekuensi Persentase (%)

Kualifikasi

90%-100% 201-224 1 4% Sangat Tinggi

80%-89% 179-200 7 26,92% Tinggi

65%-79% 145-178 15 57,69% Cukup Tinggi

55%-64% 123-144 3 11,53% Rendah

Di bawah 55% 0-122 0 0% Sangat Rendah

Tabel 6 memperlihatkan bahwa:

1. Siswa yang berpendapat bahwa perilaku asertifnya sangat tinggi ada 1 siswa (4%).

2. Siswa yang berpendapat bahwa perilaku asertifnya tinggi ada 7 orang (26,92%).

3. Siswa yang berpendapat bahwa perilaku asertifnya cukup tinggi ada 15 orang (57,69%).

4. Siswa yang berpendapat bahwa perilaku asertifnya rendah ada 3 orang (11,53%).

5. Siswa yang berpendapat bahwa perilaku asertifnya sangat rendah tidak ada (0%).

(57)

seharusnya adalah perilaku asertif mereka sangat tinggi atau tinggi. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku asertif siswa-siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung masih kurang ideal atau kurang tinggi dan perlu ditingkatkan.

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa-siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 yang memiliki persepsi bahwa perilaku asertifnya “sangat tinggi” ada 1 orang (4%), siswa yang memiliki persepsi bahwa perilaku asertifnya “tinggi” ada 7 orang (26,92%), siswa yang memiliki persepsi bahwa perilaku asertifnya “cukup” ada 15 orang (57,69%), dan siswa yang memiliki persepsi bahwa perilaku asertifnya “rendah” ada 3 orang (11,53%). Kategori “sangat tinggi” dan “tinggi” dianggap telah mencapai tingkat yang diidealkan. Sedangkan kategori cukup, rendah dan sangat rendah dianggap belum mencapai tingkat yang diidealkan Untuk membatasi pembahasan sekaligus menghindari pengulangan yang tidak perlu, maka pembahasan kategori “sangat tinggi” dan “tinggi” disatukan dan pembahasan kategori “cukup” dan “rendah” disatukan.

(58)

pendapat dengan jelas dan langsung pada orang lain, 5) dan mengembangkan komunikasi yang menyenangkan dengan orang lain.

Tingginya perilaku asertif siswa disebabkan oleh dua faktor.

Pertama, kepercayaan diri siswa. Siswa yang memiliki kepercayaan diri mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga ia mampu menunjukkan dirinya tanpa merasa cemas. Siswa yang percaya diri biasanya mampu mengungkapkan perasaan dan pendapatnya secara terbuka dan apa adanya. Semakin tinggi rasa percaya diri anak, semakin tinggi pula perilaku asertifnya.

Kedua, pola pengasuhan di panti asuhan. Pola pengasuhan yang baik di panti asuhan akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sinurat (1993: 2), yang mengatakan bahwa “sikap seseorang terhadap dirinya sangat dipengaruhi oleh cara tokoh-tokoh yang signifikan (significant other) memperlakukannya, terutama pada masa anak/mudanya”. Pola pengasuhan yang demokratis akan membawa dampak yang baik bagi anak, anak dapat merasa dihargai, dicintai, dan diterima. Apabila anak merasa dihargai, dicintai dan diterima oleh pengasuh, maka anak akan dapat mengekspresikan perasaan dan pendapatnya dengan terbuka dan tanpa rasa takut. Pengasuh yang bisa menjadi “sahabat” bagi siswa biasanya memberikan rasa nyaman pada siswa untuk berperilaku asertif.

Ada beberapa keuntungan jika siswa memiliki perilaku asertif.

(59)

membantu siswa untuk mengenali dirinya, memahami keinginan dan kebutuhannya. Dengan berperilaku asertif, siswa mampu mengungkapkan keinginan, perasaan dan kebutuhannya pada orang lain. Semakin tinggi perilaku asertif siswa, semakin tinggi pula pemahamannya terhadap dirinya sendiri.

Kedua, perilaku asertif akan menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa. Perilaku asertif akan membantu siswa untuk menampilkan dirinya pada orang lain. Siswa yang asertif akan merasa dirinya dihargai oleh orang lain, sehingga akan memiliki kepercayaan diri untuk melakukan hal-hal yang berdasarkan inisiatif sendiri tanpa merasa ditekan. Orang lain merasa nyaman untuk bergaul dengan siswa yang memiliki kepercayaan diri.

Ketiga, perilaku asertif akan membantu siswa untuk membina hubungan yang harmonis dengan orang lain. Dengan berperilaku asertif, siswa dapat menyelesaikan konfliknya dengan orang lain dan mencegah terjadi salah-paham, sehingga keretakan hubungan dapat dicegah. Perilaku asertif akan membantu siswa berani mengungkapkan perasaan dan keinginannya pada orang lain. Dengan demikian, orang lain pun mengetahui apa yang dirasakan dan diinginkan siswa yang bersangkutan.

(60)

khawatir dengan keputusan yang telah dibuatnya, 4) kurang mampu bertindak sesuai dengan suara hati, 5) dan bersikap memerintah terhadap orang yang usianya lebih muda darinya.

Rendahnya perilaku asertif siswa kemungkinan disebabkan oleh faktor kebudayaan. Berdasarkan data diri penghuni Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berasal dari latar belakang budaya Jawa. Dalam berkomunikasi, budaya Jawa memiliki beberapa hal yang dianut, seperti menghindari pertentangan dengan perkataan dan perbuatan, permintaan atau tawaran dari orang tidak boleh langsung ditolak, dan tidak menonjolkan diri. Hal ini sangat bertentangan dengan hal-hal yang dianut pada perilaku asertif, seperti siswa yang asertif adalah siswa yang berani menolak tawaran atau permintaan yang tidak sesuai dengan dirinya, siswa yang asertif berani menampilkan kelebihannya pada orang lain, dan siswa asertif berani menegur orang lain yang berbuat kesalahan.

(61)

Untuk meningkatkan perilaku asertif pada siswa, perlu dilakukan berbagai upaya dari pihak yang signifikan, misalnya pembina panti asuhan, ibu pengasuh, orang tua siswa, dan warga panti asuhan.

1. Upaya yang dapat dilakukan oleh pembina panti asuhan yaitu, mengadakan pembinaan atau pertemuan rutin di panti asuhan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar dapat mengembangkan dirinya.

2. Upaya yang dapat dilakukan oleh ibu pengasuh adalah; mengadakan evaluasi rutin dengan siswi di unit masing-masing agar siswa-siswi memiliki kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya. Hasil dari pertemuan dapat dituliskan pada buku pribadi siswa dan disampaikan oleh ibu pengasuh kepada pembina panti asuhan pada saat PEPAK (Perkembangan Anak) yang dilaksanakan setiap minggu ketiga. Ibu pengasuh juga dapat melibatkan siswa-siswi dalam membuat keputusan di unit masing-masing (seperti, pembagian tugas di unit, dan penentuan sanksi apabila tidak mengerjakan tugas di unit).

(62)
(63)

47

Dalam bab ini disajikan kesimpulan dan saran untuk berbagai pihak. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari hasil penelitian. Bagian saran memuat saran untuk pihak panti asuhan dan peneliti lain.

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagian besar siswa-siswi SMP dan SMK dari Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung tahun 2010 berpendapat bahwa perilaku asertifnya masih kurang tinggi dan perlu ditingkatkan.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan saran bagi bererapa pihak:

1. Pihak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung

Setiap pihak Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung hendaknya menyadari pentingnya perilaku asertif bagi siswa. Hendaknya ada kerja sama yang baik di antara pimpinan, pengasuh dan orang tua siswa Panti Asuhan Pangrekso Dalem Bethlehem Temanggung untuk menumbuhkan dan meningkatkan perilaku asertif siswa, antara lain dengan memberikan pelatihan mengenai asertivitas.

2. Peneliti Lain

(64)

yang lain. Pernyataan-pernyataan dalam item-item kuesioner hendaknya dijabarkan lebih sederhana agar lebih mudah dipahami oleh responden.

b. Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian selain menggunakan kuesioner tertutup sebaiknya juga menggunakan kuesioner terbuka, wawancara dan observasi agar informasi yang dikumpulkan semakin lengkap.

(65)

49

Alberti, Robert. E, dan Michael L Emmons. 1986. Your Perfect Right a Guide to Assertive Living. Jakarta: Impact

---. 2002. Your Perfect Right a Guide to Assertive Living: Panduan Praktis Hidup Lebih Ekspresif dan Jujur pada Diri Sendiri. Ursula G. Buditjahya (pen). Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Cawood, Diana. 1997. Manajer yang Asertif: Terampil Mengelola Orang dan Efektif dalam Komunikasi. Bern Hidayat (pen). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Da Santo, Maria Agnes. 2005. Deskripsi Tingkat Komunikasi Asertif Para Suster Medior Congregatio Imitationis Jesu (CIJ) Tahun 2004 dan Implikasinya terhadap Program Pelatihan Asertivitas. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Furchan, A. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hariyanti. 2001. Studi tentang Asertivitas Para Mahasiswa Akademi Keperawatan St. Vincentius a Paulo Surabaya Tahun Ajaran 2001/2002. Skripsi. Yogyakarta” Universitas Sanata Dharma

(66)

(SCMM) di Sumetera Utara Provinsi Indonesia Tahun 2004. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Hurlock. E. B. 1994. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Iriani LNH, Niken. 2009. Perilaku Asertif. [Online]. Tersedia: http://rumah-optima.com [14 Sepetember 2009] 

Irwanto,dkk. (1988). Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia

Jay, Ros. 2005. How to Manage Your Boss. Sigit Purwanto (Pen). Bagaimana Menyikapi Bos Anda. Jakarta: Erlangga

Ngindang, Prudentiana. 2002. Deskripsi Tingkat Asertivitas Anak Panti Asuhan Sancta Maria Boro Kalibawang Yogyakarta Tahun Ajaran 2001/2002. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Rakhmat, Jalaludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Redong, Christina. 2006. Persepsi Siswa-Siswi SMK Panti Asuhan Thomas Ngawen Gunung Kidul Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006 tentang Ketrampilan Asertifnya dan Implikasinya terhadap Program Bimbingan Kelompok. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Setyafi. 2009. Assertive Training. [Online]. Tersedia: www.setyafi.multiply.com

(67)

Singarimbun, Mari dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)

Sinurat, R.H. Dj. 1993. Konsep Diri dan Pengembangannya. Yogyakarta: Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Stein, Steven J, Ph. D dan Howard E. Book. M.D. 2004. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Trinanda Rainy dan Yudhi Martanto (Pen). Bandung: PT Mizan Pustaka

Ubaedy, An. 2008. Interpersonal Skill: Bagaimana Anda Membangun, Mempertahankan, dan Mengatasi Konflik Hubungan. Jakarta: Bee Media Indonesia

Ury, William. 2007. The Power of Positive No: Kekuatan Kata Tidak. Jakarta: Ufuk Press

Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

(68)

menjawab pernyataan-pernyataan dalam kuesioner ini. Tujuan kuesioner ini adalah untuk mengetahui pandangan Anda sebagai siswa yang tinggal di panti asuhan. Informasi yang Anda berikan akan diolah dan hasilnya akan digunakan untuk mengembangkan program pendampingan di panti asuhan.

Kuesioner ini bersifat rahasia. Oleh karena itu, saya mengharapkan Anda menjawabnya secara jujur, sesuai dengan pengalaman Anda sendiri. Nama tidak perlu ditulis.

Atas bantuan Anda saya ucapkan terima kasih.

Petunjuk

Bacalah masing-masing pernyataan berikut dengan teliti. Lalu tentukanlah seberapa sering Anda mengalami hal yang dimaksudkan dengan pernyataan yang bersangkutan dalam hidup sehari-hari. Berikan tanda centang (√) pada kolom alternatif jawaban yang telah disediakan. Alternatif jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut:

SS : Sangat Sering

S : Sering

J : Jarang

SJ : Sangat Jarang

Identitas Diri

Jenis Kelamin :

Kelas : (SMP*/SMA*)

Umur :

(69)

berhasil.

2. Saya ingin terlihat paling hebat di antara teman-teman yang lain.

3. Saya merasa tersinggung bila dikritik oleh orang yang lebih muda dari saya.

4. Saya memperlakukan orang lain sama seperti saya memperlakukan diri sendiri.

5. Saya mampu menerima resiko dari setiap keputusan yang sudah saya ambil.

6. Saya selalu meminta bantuan pada orang lain ketika akan membuat keputusan.

7. Saya merasa cemas dan gugup bila ingin memberikan pendapat di hadapan orang banyak.

8. Saya berani mengusulkan pendapat bila diperlukan.

9. Saya mengatakan terus terang jika saya tidak bisa membantu.

10. Saya mengalami kesulitan mengatakan tidak pada permintaan orang lain yang sebenarnya ingin saya tolak.

11. Saya memberikan kesempatan pada orang lain untuk berpendapat tanpa membentak atau mengkritik.

(70)

13. Saya menerima orang lain apa adanya. 14. Saya mampu membuat keputusan dengan

tepat saat dibutuhkan

15. Saya merasa pendapat saya selalu salah dan tidak disetujui banyak orang.

16. Saya berani mengakui kesalahan saya pada orang lain secara langsung dan jujur. 17. Saya selalu mengikuti kemauan orang lain

karena saya takut dia tersinggung. 18. Saya merasa bersalah ketika menolak

permintaan orang lain.

19. Saya mendengarkan dengan cermat ketika orang lain sedang berbicara.

20. Saya memaksa orang lain untuk mengikuti kemauan saya.

21. Saya mau membantu orang lain tanpa pamrih.

22. Saya merasa iri melihat orang lain berhasil atau mendapat pujian.

23. Saya merasa khawatir dengan keputusan yang saya buat.

24. Saya berani menyapa terlebih dahulu orang yang baru saya kenal.

(71)

26. Apabila terganggu dengan perkataan atau tindakan orang lain, saya berani

memberitahukannya pada orang yang bersangkutan dengan terus terang.

27. Saya merasa yakin ketika akan berkata tidak. 28. Saya menganggap kritik sebagai ungkapan

ketidaksukaan orang lain pada saya. 29. Saya memberi pujian pada orang lain yang

berhasil melakukan sesuatu.

30. Apabila terjadi perselisihan, saya cenderung meyalahkan orang lain.

31. Saya berani mengungkapkan kekaguman kepada orang lain atas keberhasilannya. 32. Saya merasa khawatir jika orang lain merasa

keberatan bila saya meminta bantuannya. 33. Ketika sedang berbicara dengan orang yang

baru saya kenal, saya tidak berani menatap matanya.

34. Saya berani memulai pembicaraan dengan orang yang belum saya kenal.

35. Saya mampu mengutarakan pendapat saya dengan jelas dan tepat.

36. Saya berpura-pura ramah pada orang yang membuat saya jengkel.

(72)

38. Saya berani mempertahankan pendapat yang menurut saya benar walaupun orang lain tidak setuju.

39. Saya mampu bersikap hormat pada orang lain, baik yang usianya lebih muda maupun lebih tua.

40. Saya memusuhi orang lain yang telah melukai perasaan saya.

41. Saya mengejek orang lain ketika ia tidak mampu menyelesaikan tugasnya. 42. Saya percaya bahwa orang lain bisa

menyelesaikan pekerjaannya.

43. Saya menydari apa yang sedang saya rasakan.

44. Saya mengalami kesulitan mentaati jadwal yang sudah saya buat.

45. Saya merasa canggung untuk memberikan pujian pada orang lain.

46. Saya mampu mengungkapkan perasaan saya secara terus terang.

47. Saya dapat menerima kritik dari orang lain. 48. Saya memaksa orang lain untuk sependapat dengan saya dalam hal-hal yang saya anggap benar.

(73)

50. Saya mengharapkan imbalan ketika membantu orang lain.

51. Saya takut apabila orang lain mengetahui kekurangan saya.

52. Saya berani bertanya apabila saya merasa ada yang belum jelas.

53. Saya menginginkan orang lain menyapa terlebih dahulu.

54. Saya menyadari apa yang sedang saya inginkan.

55. Saya merasa takut merepotkan orang lain jika saya meminta sesuatu yang saya butuhkan.

56. Saya merasa malu untuk meminta bantuan orang lain.

57. Saya berani menegur orang lain yang melakukan kesalahan.

58. Saya berusaha mempertahankan pendapat saya meskipun pendapat saya salah.

59. Saya mengucapkan terima kasih pada orang lain yang telah berbuat baik pada saya. 60. Saya bersikap sopan ketika berhadapan

dengan orang yang lebih tua.

61. Saya mendengarkan orang lain ketika ia menceritakan masalahnya.

(74)

kegiatan yang saya lakukan.

64. Saya cenderung menunda pekerjaan yang seharusnya saya lakukan.

65. Saya menceritakan perasaan saya pada orang yang saya percayai.

66. Saya berani dan merasa nyaman dalam mengungkapkan ketidakpuasan saya pada teman.

67. Saya merasa senang apabila dikritik oleh orang lain.

68. Saya merasa puas bila dapat menguasai orang lain.

69. Saya berani meminta maaf apabila melakukan kesalahan.

70. Saya bersedia menawarkan bantuan pada orang lain meskipun tidak diminta.

71. Saya memberikan dukungan pada orang lain yang merasa putus asa.

72. Saya merasa sombong bila dapat

menyelesaikan tugas saya dengan baik. 73. Saya mampu menghadapi dan

menyelesaikan masalah saya dengan cara saya sendiri.

(75)

75. Saya mengharapkan orang lain mengetahui keinginan saya meskipun saya tidak

mengungkapkannya.

76. Saya menggunakan waktu dengan baik.

77. Saya merencanakan kegiatan sehari-hari yang perlu

saya lakukan.

78. Apabila saya melihat orang lain mengalami kesulitan, saya siap membantunya sesuai dengan kemampuan saya.

79. Saya bersedia menawarkan bantuan pada orang lain yang membutuhkan.

80. Saya menghibur orang lain yang sedang sedih.

81. Saya merasa senang bila dapat membantu orang lain.

82. Saya melakukan apa saja yang saya anggap benar tanpa takut dicela.

83. Saya mampu bekerja sama dengan siapapun untuk kepentingan bersama.

84. Saya merasa yakin dapat menyelesaikan tugas saya dengan baik.

         

(76)

Correlation

VAR00001 VAR00002 VAR00001 Pearson Correlation 1 .882(**) Sig. (2-tailed) .000

N 45 45

VAR00002 Pearson Correlation .882(**) 1 Sig. (2-tailed) .000

N 45 45

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Cronbach's

Alpha

on Standardized

(77)

2. Saya ingin terlihat paling hebat di antara teman-teman yang lain.

.077

Tidak Valid

3. Saya merasa tersinggung bila dikritik oleh orang yang lebih muda dari saya.

.549

Valid

4. Saya memperlakukan orang lain sama seperti saya memperlakukan diri sendiri.

.171

Tidak Valid

5. Saya mampu menerima resiko dari setiap keputusan yang sudah saya ambil.

.432

Valid

6. Saya selalu meminta bantuan pada orang lain ketika akan membuat keputusan.

.146

Tidak Valid

7. Saya merasa cemas dan gugup bila ingin memberikan pendapat di hadapan orang banyak.

.379

Valid

8. Saya berani mengusulkan pendapat bila diperlukan.

.224

Tidak Valid

9. Saya mengatakan terus terang jika saya tidak bisa membantu.

.159

Tidak Valid

10. Saya mengalami kesulitan mengatakan tidak pada permintaan orang lain yang sebenarnya ingin saya tolak.

.219

Tidak Valid

11. Saya memberikan kesempatan pada orang lain untuk berpendapat tanpa membentak atau mengkritik.

.046

Tidak Valid

12. Saya bersikap memerintah terhadap orang yang usianya lebih muda dari saya.

.334

Valid
(78)

16. Saya berani mengakui kesalahan saya pada orang lain secara langsung dan jujur.

.526

Valid

17. Saya selalu mengikuti kemauan orang lain karena saya takut dia tersinggung.

.374

Valid

18. Saya merasa bersalah ketika menolak permintaan orang lain.

.219

Tidak Valid

19. Saya mendengarkan dengan cermat ketika orang lain sedang berbicara.

.431

Valid

20. Saya memaksa orang lain untuk mengikuti kemauan saya.

.398

Valid

21. Saya mau membantu orang lain tanpa pamrih.

.636

Valid

22. Saya merasa iri melihat orang lain berhasil atau mendapat pujian.

.440

Valid

23. Saya merasa khawatir dengan keputusan yang saya buat.

.316

Valid

24. Saya berani menyapa terlebih dahulu orang yang baru saya kenal.

.401

Valid

25. Saya merasa kesulitan untuk

mengungkapkan pendapat saya.

.650

(79)

27. Saya merasa yakin ketika akan berkata tidak.

.148

Tidak Valid

28. Saya menganggap kritik sebagai

ungkapan ketidaksukaan orang lain pada saya.

.024

Tidak Valid

29. Saya memberi pujian pada orang lain yang berhasil melakukan sesuatu.

.334

Valid

30. Apabila terjadi perselisihan, saya cenderung meyalahkan orang lain.

.572

Tidak Valid

31. Saya berani mengungkapkan kekaguman kepada orang lain atas keberhasilannya.

.495

Valid

32. Saya merasa khawatir jika orang lain merasa keberatan bila saya meminta bantuannya.

.232

Tidak Valid

33. Ketika sedang berbicara dengan orang yang baru saya kenal, saya tidak berani menatap matanya.

-.030

Tidak Valid

34. Saya berani memulai pembicaraan dengan orang yang belum saya kenal.

.519

Valid

35. Saya mampu mengutarakan pendapat saya dengan jelas dan tepat.

.487

Valid

36. Saya berpura-pura ramah pada orang yang membuat saya jengkel.

.077

Tidak Valid

37. Saya merasa tersinggung bila orang lain

mengkritik saya.

.498

(80)

lain, baik yang usianya lebih muda maupun lebih tua.

.531

40. Saya memusuhi orang lain yang telah melukai perasaan saya.

.252

Tidak Valid

41. Saya mengejek orang lain ketika ia tidak mampu menyelesaikan tugasnya.

.563

Valid

42. Saya percaya bahwa orang lain bisa menyelesaikan pekerjaannya.

.189

Tidak Valid

43. Saya menydari apa yang sedang saya rasakan.

.433

Valid

44. Saya mengalami kesulitan mentaati jadwal yang sudah saya buat.

.301

Valid

45. Saya merasa canggung untuk memberikan pujian pada orang lain.

.556

Valid

46. Saya mampu mengungkapkan perasaan saya secara terus terang.

.527

Valid

47. Saya dapat menerima kritik dari orang lain.

.571

Valid

48. Saya memaksa orang lain untuk sependapat dengan saya dalam hal-hal yang saya anggap benar.

.303

Valid

49. Saya memberikan bantuan pada siapa

saja yang membutuhkan.

.511

Valid

50. Saya mengharapkan imbalan ketika membantu orang lain.

(81)

53. Saya menginginkan orang lain menyapa terlebih dahulu.

.299

Tidak Valid

54. Saya menyadari apa yang sedang saya inginkan.

.373

Valid

55. Saya merasa takut merepotkan orang lain jika saya meminta sesuatu yang saya butuhkan.

-.022

Tidak Valid

56. Saya merasa malu untuk meminta bantuan orang lain.

.053

Tidak Valid

57. Saya berani menegur orang lain yang melakukan kesalahan.

.192

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang Persepsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Kebijakan.. Rcmunerasi ini terwujud berawal dari keprihatinan penulis akan situasi dan kondisi

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kulikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang telah diperoleh dalam

1. Dari hasil analisa penelitian menujukkan bahwa proses penyelesaian kasus tindak pidana penganiayaan dalam sengketa tanah di Gampong Ujong Tanoh, Kecamatan Kota

Our results suggest that, consistent with cognitive evaluation theory, the intrinsic motivation of lenders to provide capital is undermined when entrepreneurs focus on future

Dari hasil perhitungan kedalaman pemancangan pada saat kondisi air normal diperoleh Daktual = 3,001 m, dengan tipe turap yang dapat digunakan adalah tipe PS-28 b.. Dari

Guru digalakkan merancang aktiviti yang dapat melibatkan murid secara aktif bagi menjana pemikiran secara analitis, kritis, inovatif dan kreatif di samping

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Program ini bermanfaat bagi para pelatih dan pembina dalam mempersiapkan perencanaan dan pengelolaan pembinaan prestasi untuk menghadapi multi event olahraga dengan