• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan konsep diri remaja panti asuhan melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode sosiodrama : penelitian tindakan bimbingan pada remaja Panti Asuhan Ghifari Turi Yogyakarta Tahun 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan konsep diri remaja panti asuhan melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode sosiodrama : penelitian tindakan bimbingan pada remaja Panti Asuhan Ghifari Turi Yogyakarta Tahun 2013."

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KONSEP DIRI REMAJA PANTI ASUHAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN

KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA (PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN PADA REMAJA PANTI

ASUHAN GHIFARI TURI YOGYAKARTA TAHUN 2013)

Widya Wulan Hapsari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan konsep diri remaja Panti Asuhan Ghifari Turi Yogyakarta dalam bimbingan kelompok menggunakan metode sosiodrama. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan pembina panti. Subjek penelitian berjumlah 17 anak Panti Asuhan Ghifari.

Penelitian terdiri dari dua siklus, setiap pertemuan dilakukan 1 x 45 menit. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pedoman observasi digunakan setiap bimbingan berlangsung, angket digunakan setiap akhir siklus. Pedoman wawancara dan catatan lapangan dibuat setiap bimbingan berlangsung. Dokumentasi dilakukan menggunakan kamera untuk mengambil gambar dan merekam tindakan.

(2)

ABSTRACT

IMPROVING THE ADOLESCENTS’ SELF-CONCEPT IN ORPHANAGE THROUGH GROUP COUNSELING BY USING

SOCIO-DRAMA METHOD (A RESEARCH ON GUIDANCE TOWARDS THE ADOLESCENTS’ OF GHIFARI ORPHANAGE TURI YOGYAKARTA IN

2013) Orphanage Turi Yogyakarta through group counseling by using socio-drama method. This study is an action research of guidance and counseling which was conducted collaboratively with the orphanage coaches. The subject is 17 adolescents who live at Ghifari Orphanage Turi Yogyakarta.

This study consists of two cycles, each meeting is carried out in 1 x 45 minutes. The data collection techniques used are observation, questionnaire, interview, field note and documentation. The observation guidance is used during the guidance and the questionnaire is used at the end of the cycle. The interview and field notes are made when the guidance is on progress. The documentation is conducted by using camera to take pictures as well as to record the event.

(3)

PANTI A

ajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

(4)

ii

PENINGKATAN KONSEP DIRI REMAJA PANTI ASUHAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN

KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA (PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN PADA REMAJA PANTI

(5)

iii

PENINGKATAN KONSEP DIRI REMAJA PANTI ASUHAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN

KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA (PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN PADA REMAJA PANTI

(6)

iv

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi, yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Januari 2014

Penulis

(7)

v

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Widya Wulan Hapsari

No Induk Mahasiswa : 091114030

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENINGKATAN KONSEP DIRI REMAJA PANTI ASUHAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA (PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN PADA REMAJA PANTI ASUHAN GHIFARI TURI YOGYAKARTA TAHUN 2013).

Beserta perangkat yang diperlukan bila ada. Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun yang memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 8 Januari 2014

Yang menyatakan

(8)

vi MOTTO

“TOO FAST TO LIVE, TOO YOUNG TO DIE”

“MAKE IT RIGHT EVERYTHING THAT I DO”

“Orang tua kita adalah anugerah terbesar di dalam sebuah

kehidupan”

“Selalu menjadi diri sendiri dan jangan pernah menjadi orang

lain meskipun mereka tampak lebih baik dari diri kita”

“Awali segala kegiatan dengan berdoa, optimis, dan yakin untuk

melakukan yang terbaik pada setiap kegiatan yang dikerjakan”

Skripsi ini kupersembahkan untuk : Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan kesehatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Orangtuaku terkasih Bapak Wijo Purnomo, BA dan Mama Diah Pancawati, S.Pd yang selalu berdoa untuk kelancaran dan keberhasilan studi ini.

Kekasihku tercinta Wiratama Rahman yang selalu mendukung dan menjadi motivasi bagiku.

(9)

vii

PENINGKATAN KONSEP DIRI REMAJA PANTI ASUHAN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN

KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA (PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN PADA REMAJA PANTI

ASUHAN GHIFARI TURI YOGYAKARTA TAHUN 2013)

Widya Wulan Hapsari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan konsep diri remaja Panti Asuhan Ghifari Turi Yogyakarta dalam bimbingan kelompok menggunakan metode sosiodrama. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan pembina panti. Subjek penelitian berjumlah 17 anak Panti Asuhan Ghifari.

Penelitian terdiri dari dua siklus, setiap pertemuan dilakukan 1 x 45 menit. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pedoman observasi digunakan setiap bimbingan berlangsung, angket digunakan setiap akhir siklus. Pedoman wawancara dan catatan lapangan dibuat setiap bimbingan berlangsung. Dokumentasi dilakukan menggunakan kamera untuk mengambil gambar dan merekam tindakan.

(10)

viii

IMPROVING THE ADOLESCENTS’ SELF-CONCEPT IN ORPHANAGE THROUGH GROUP COUNSELING BY USING

SOCIO-DRAMA METHOD (A RESEARCH ON GUIDANCE TOWARDS THE ADOLESCENTS’ OF GHIFARI ORPHANAGE TURI YOGYAKARTA IN

2013) Orphanage Turi Yogyakarta through group counseling by using socio-drama method. This study is an action research of guidance and counseling which was conducted collaboratively with the orphanage coaches. The subject is 17 adolescents who live at Ghifari Orphanage Turi Yogyakarta.

This study consists of two cycles, each meeting is carried out in 1 x 45 minutes. The data collection techniques used are observation, questionnaire, interview, field note and documentation. The observation guidance is used during the guidance and the questionnaire is used at the end of the cycle. The interview and field notes are made when the guidance is on progress. The documentation is conducted by using camera to take pictures as well as to record the event.

(11)

ix

Puji dan Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, cinta

dan hidayah, kekuatan dan dukungan serta kasih-Nya yang begitu besar pada saya

dalam proses pembuatan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir yang

menjadi syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan

dan Konseling.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah

membantu saya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si sebagai Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Dosen

Pembimbing yang tulus memberi petunjuk, bimbingan, perhatian selama

proses skripsi, dan memberikan dukungannya dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

2. Segenap Dosen dan Karyawan Bimbingan dan Konseling yang telah

banyak mendukung studi sehingga dapat menyelesaikan skripsi pada

waktunya.

3. Bapak Marwanto selaku pembina Panti Asuhan Ghifari yang telah

mengizinkan pelaksanaan penelitian dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Para anak-anak SMP Panti Asuhan Ghifari yang dengan senang hati

menerima peneliti, bekerjasama, dan memberikan bantuan dalam

(12)

x

Diah Pancawati S.Pd yang selalu memberi dukungan doa, perhatian, dan

kasih sayang selama menjalani studi di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

6. Ketiga Adikku tersayang Novian Widhi Hapsoro, Aulia Widya

Purnamasari dan Widya Adnin Wijayanti yang selalu memberikan

dukungan, doa dan kasih sayang.

7. Wiratama Rahman yang telah setia mendukung dalam doa, perhatian, dan

kasih sayangnya selama ini.

8. Teman-teman Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 yang telah

menjalin kebersamaan dan persahabatan selama saya mengikuti

perkuliahan dan segala bentuk bantuan dalam penyelesaian skripsi.

9. Temen-temenku tercinta Galih, Nasa, Florent, Jarot, Anno, Erna, Grace,

Sita, Intan, dan teman-teman Futsal Asoy Geboy terimakasih atas doa dan

dukungan kalian.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentu memiliki

banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun demikian, penulis berharap

semoga karya ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada

umumnya.

Penulis

(13)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A.Konsep Diri ... 10

1. Pengertian Konsep Diri ... 10

2. Faktor-faktor Pembentuk Konsep Diri... 12

3. Aspek-aspek Konsep Diri ... 13

4. Karakteristik Remaja yang Memiliki Konsep Diri Positif ... 14

B. Panti Asuhan ... 16

C.Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan ... 19

D.Bimbingan Kelompok ... 21

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 21

(14)

xii

4. Keuntungan-keuntungan Bimbingan Kelompok ... 27

E. Metode Sosiodrama ... 27

1. Pengertian Metode Sosiodrama ... 27

2. Unsur-unsur Drama ... 30

3. Tujuan Metode Sosiodrama ... 32

4. Kekuatan-kekuatan Sosiodrama Sebagai Startegi Peningkatan Konsep Diri Remaja ... 33

5. Langkah-langkah Penggunaan Sosiodrama Dalam Pelayanan Bimbingan Kelompok ... 34

F. Kerangka Berpikir ... 35

G.Hipotesis Tindakan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 37

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 38

C.Setting Penelitian ... 38

D.Jadwal Penelitian ... 39

E. Prosedur Penelitian ... 39

F. Teknik Pengumpulan dan Instrumen Penelitian ... 44

G.Uji Coba ... 48

H.Teknik Analisis Data ... 50

I. Indikator Keberhasilan... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Kelas ... 55

1. Pra Tindakan ... 56

a. Perencanaan ... 56

b. Pelaksanaan Pra Tindakan ... 58

c. Data Hasil Observasi dan Hasil Angket Pra Tindakan ... 63

d. Refleksi... 64

2. Siklus I ... 66

a. Perencanaan ... 67

b. Pelaksanaan Tindakan ... 68

c. Data Hasil Observasi dan Hasil Angket Siklus I... 75

d. Refleksi... 76

3. Siklus II ... 77

a. Perencanaan ... 77

b. Pelaksanaan Tindakan ... 78

c. Data Hasil Observasi dan Hasil Angket Siklus II ... 85

(15)

xiii

B. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ... 87

1. Hasil Analisis Peningkatan Capaian Skor Konsep Diri Anak ... 87

2. Hasil Analisis Data Lembar Observasi Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 93

3. Hasil Wawancara ... 99

4. Hasil Uji t ... 102

C.Pembahasan ... 103

D.Keterbatasan Penelitian ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(16)

xiv

Halaman

Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 39

Tabel 2 : Panduan Observasi Indikator Siswa ... 44

Tabel 3 : Kisi-kisi Angket Konsep Diri ... 46

Tabel 4 : Pedoman Wawancara Pembina Panti dan Siswa ... 48

Tabel 5 : Kriteria Hasil Persentase Skor Konsep Diri... 52

Tabel 6 : Kriteria Hasil Persentase Observasi Skor Konsep Diri... 53

Tabel 7 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian di Panti Asuhan Ghifari... 55

Tabel 8 : Hasil Observasi Pra Tindakan ... 64

Tabel 9 : Penggolongan Skor Konsep Diri Tahap Pra Tindakan ... 64

Tabel 10 : Analisis Hasil Observasi Sosiodrama Siklus I ... 76

Tabel 11 : Penggolongan Skor Konsep Diri Siklus I ... 76

Tabel 12 : Analisis Hasil Observasi Konsep Diri Terhadap Proses Pelaksanaan Sosiodrama Siklus II ... 86

Tabel 13 : Penggolongan Skor Konsep Diri Siklus II ... 86

Tabel 14 : Capaian Skor Perkembangan Konsep Diri ... 88

Tabel 15 : Data Hasil Obervasi Konsep Diri Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 94

Tabel 16 : Skor Hasil Observasi Konsep Diri Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II Dalam Skala 100 ... 95

Tabel 17 : Data Rekap Hasil Observasi Konsep Diri Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 96

Tabel 18 : Deskripsi Hasil Observasi Konsep Diri Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 97

(17)

xv

Halaman

Grafik 1 : Grafik Perbandingan Pra Tindakan dan Siklus I ... 90

Grafik 2 : Grafik Perbandingan Siklus I dan Siklus II ... 91

Grafik 3 : Grafik Perbandingan Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 92

Grafik 4 : Grafik Perkembangan Capaian Skor Konsep Diri Antar Siklus... 93

Grafik 5 : Grafik Perbandingan Skor Hasil Observasi Konsep Diri Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 96

(18)

xvi LAMPIRAN 1

1.1 SPB Pra Tindakan (Konsep Diri) ... 116

1.2 SPB Siklus I (Percaya Diri) ... 125

1.3 SPB Siklus II (Tanggung Jawab) ... 131

1.4 Daftar Hadir Siswa ... 137

1.5 Naskah Drama Siklus I ... 138

1.6 Naskah Drama Siklus II ... 140

LAMPIRAN 2 2.1 Lembar Observasi Konsep Diri... 146

2.2 Hasil Lembar Observasi Konsep Diri ... 147

2.3 Analisis Hasil Lembar Observasi Konsep Diri ... 152

LAMPIRAN 3 3.1 Lembar Angket Konsep Diri ... 155

3.2 Hasil Perolehan Skor Angket Konsep Diri ... 159

3.3 Analisis Hasil Angket Konsep Diri ... 161

LAMPIRAN 4 4.1 Catatan Lapangan ... 162

4.2 Dokumentasi Foto-foto Penelitian ... 167

LAMPIRAN 5 5.1 Validitas dan Reliabilitas ... 170

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Disadari atau tidak, setiap individu harus menjalani tuntutan tugas perkembangan. Hurlock (1978) mengemukakan bahwa individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Pada setiap tahap perkembangan, individu harus menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Tugas-tugas tersebut disebut juga dengan Tugas-tugas perkembangan. Selama menjalani tugas perkembangan, individu akan dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan.

(20)

menemukan jati diri tersebut, tak jarang mengalami krisis kepercayaan diri, perasaan, dan pikiran.

Hurlock (2004:207) mengemukakan masa peralihan merupakan periode dimana individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Adanya masalah yang mereka hadapi serta tuntutan tugas perkembangan yang tetap harus mereka penuhi, remaja perlu memiliki suatu pegangan yang kuat. Hal ini bertujuan agar masalah-masalah yang dihadapi tidak mempengaruhi tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Hal ini konsep diri memiliki peranan penting. Konsep diri sangat memberikan pengaruh dalam pembentukan pemikiran, perasaan, dan emosi diri remaja.

Cara pandang remaja terhadap dirinya itulah yang disebut dengan konsep diri. Konsep diri merupakan hasil refleksi dari memandang, merasakan dan pengalaman individu dalam menjalani hidupnya. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan turut menentukan cara yang bersangkutan menjalani hidupnya. Konsep diri yang positif, individu akan menjalani kehidupannya dengan baik pula. Sebaliknya, jika individu memiliki konsep diri yang negatif maka kehidupannya akan dirasakan kurang baik.

(21)

mendapatkan kasih sayang atau binaan dari orang tua. Ada anak yang sejak kecil tidak mempunyai orang tua, atau tidak mempunyai orang tua yang utuh, atau diantara mereka keadaan orang tuanya tidak memungkinkan untuk memberikan pembinaan dan pemeliharaan kepada anaknya karena keterbatasan materi atau biaya, maka biasanya anak-anak tersebut akan dibina di panti asuhan.

Pusat penelitian kependudukan (2009), panti asuhan adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat yang bertujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan kehidupan sosial yang dapat berfungsi sosial. Panti asuhan dapat menggantikan sementara fungsi keluarga dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi anak, baik fisik, mental dan sosial, bila orang tua yang pertama-tama memberikan pembinaan pada anak sudah tidak ada, tidak diketahui adanya atau nyata-nyata tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Maka peran dari lembaga panti asuhan sangat penting karena di dalam panti asuhan, anak akan dibina dan diajarkan berbagai macam hal yang menyangkut dengan kepribadian anak.

(22)

panti asuhan, bertemu dengan orang yang sama setiap harinya dan bagaimana remaja tersebut dapat menjaga sikapnya selama tinggal di panti asuhan. Pandangan yang dimiliki, akan menentukan bagaimana remaja akan bertindak dalam kehidupannya kelak, pengalaman yang didapatkan atau yang mereka alami itu akan mempengaruhi konsep diri remaja.

Remaja kadang menjadi malu, kurang percaya diri, tidak berani untuk tampil didepan umum karena dengan latar belakang yang mereka miliki, sehingga kadang menjadi sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu terkait dengan permasalahan yang dialami remaja mengenai konsep diri, jika tidak segera ditangani maka akan menimbulkan berbagai macam dampak terkait dengan konsep diri negatif seperti permasalahan akademis, sosial, dan pribadi. Oleh karena itu, anak-anak di panti asuhan membutuhkan bantuan layanan bimbingan dan konseling dalam mengembangkan konsep diri mereka di panti asuhan.

(23)

konselor harus dengan sepenuh hati dan bersabar dalam melaksanakan bimbingan. Terlihat dari waktu dalam melakukan pelayanan, dikarenakan pembimbing harus bisa menyesuaikan dengan jadwal kegiatan yang sudah dibentuk di panti asuhan. Adanya waktu khusus untuk melakukan kegiatan dimana anak dikembangkan kepribadiannya melalui layanan bimbingan kelompok.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat observasi, remaja di Panti Asuhan Ghifari sebagian besar memiliki konsep diri negatif, misalnya saja bersikap pesimis yang meragukan kemampuannya sendiri, tidak percaya diri, malu untuk berbicara dan kurang memperhatikan ketika peneliti sedang berbicara. Bahkan ketika peneliti menanyakan kepada pembina panti dengan hasil pengamatan yang peneliti analisis, memang begitu keadaan remaja yang tinggal di panti asuhan. Banyak dari mereka yang tidak menyukai dan menghormati diri sendiri, mudah terpengaruh oleh bujukan dari luar seperti tidak menghargai ketika peneliti sedang menjelaskan, merasa aneh dan asing terhadap diri sendiri sehingga sulit bergaul. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengetahui dan memperbaiki konsep diri remaja di Panti Asuhan Ghifari Turi Yogyakarta adalah dengan melakukan penelitian tindakan bimbingan di panti asuhan tersebut.

(24)

asuhan diharapkan mampu mendemonstrasikan masalah-masalah yang terkait dengan konsep diri mereka. Endraswara (2011: 11), drama adalah seni cerita dalam percakapan dan akting tokoh. Drama membutuhkan penggarapan tokoh yang mendalam dan penuh pertimbangan. Yang digarap adalah akting, agar memukau penonton. Aristoteles (Brahim, 1968: 52) menyatakan bahwa drama adalah “a representation of an action”. Action, adalah tindakan yang kelak menjadi akting. Drama pasti

ada akting. Drama itu terjadi “a play”, artinya permainan atau lakon. Jadi ciri utama drama harus ada lakon dan akting. Permainan penuh dengan sandi dan simbol, yang menyimpan kisah dari awal hingga akhir. Daya simpan kisah ini yang menjadi daya tarik drama. Drama yang terlalu mudah ditebak, justru kurang menarik.

Sosiodrama ini adalah metode atau cara yang digunakan pembimbing agar mampu mengajak remaja yang tinggal di panti asuhan tersebut bisa mengekspresikan gambaran dirinya secara optimal. Metode sosiodrama bertujuan agar peserta mampu mengolah kemampuan dirinya yang masih kurang, terkait dengan konsep diri yang ada didalam diri mereka.

(25)

Sosiodrama (Penelitian Tindakan Bimbingan Pada Remaja Panti Asuhan Ghifari Turi Yogyakarta Tahun 2013)”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah konsep diri remaja panti asuhan dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode sosiodrama ?

2. Bagaimanakah peningkatan skor-skor konsep diri antar siklus dalam penelitian ini ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan konsep diri remaja panti asuhan melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan metode sosiodrama. 2. Mengukur peningkatan konsep diri remaja antar siklus dalam

(26)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak : 1. Manfaat Teoritis :

Mampu memberikan sumbangan terhadap tambahan pengetahuan bidang pendidikan khususnya dalam peningkatan kualitas pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) dengan penerapan metode sosidorama yang semakin inovatif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Remaja Panti asuhan

1) Membantu mereka untuk lebih optimal dan mengembangkan konsep dirinya.

2) Membangkitkan niat/kesadaran siswa untuk mengusahakan perubahan/perbaikan sikap, perilaku, nilai-nilai ke arah yang lebih baik (membentuk konsep diri yang lebih baik). 3) Meningkatkan aktivitas remaja dalam mengikuti layanan

bimbingan kelompok. b. Bagi Peneliti

1) Peneliti mendapat kesempatan untuk berlatih dan mengasah keterampilan melalui penerapan penelitian tindakan bimbingan konseling sehingga dapat memperbaiki kinerja pelayanan bimbingan kelompok.

(27)

meningkatkan gairah peserta layanan dalam mengikuti penyajian layanan bimbingan kelompok.

c. Bagi Pengasuh

Peneliti berharap dari penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pihak panti asuhan, terutama pengasuh panti asuhan tentang pentingnya konsep diri pada remaja panti asuhan sehingga dapat digunakan untuk perkembangan diri remaja panti asuhan.

E. Definisi Operasional

1. Konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang dirinya sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain yang ditandai dengan keberanian untuk tampil.

2. Metode sosiodrama adalah upaya memecahkan masalah yang terjadi pada siswa dalam konteks hubungan sosial dengan teman sebayanya yang dengan cara mendramakan masalah-masalah yang terjadi melalui drama.

(28)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Dalam bab dijelaskan pengertian konsep diri, faktor-faktor pembentuk konsep diri, aspek-aspek konsep diri, karakteristik remaja yang memiliki konsep diri positif, panti asuhan, konsep diri remaja di panti asuhan, bimbingan kelompok, metode sosiodrama, kerangka pikir, dan hipotesis tindakan.

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Hurlock, 1978). Menurut Brook (Rakhmat, 1985) mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi mengenai diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis, yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Dari kedua definisi tersebut dapat dikatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh interaksinya dengan orang lain.

(29)

berpikir dan berkeyakinan gagal, hal ini sama saja dengan mempersiapkan kegagalan dalam dirinya.

Ahli lain Atwater (Desmita, 2011) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Menurut (Tim musyawarah guru BK Provinsi DKI jakarta, 2010) dikatakan bahwa konsep diri bukan sesuatu yang bersifat mati dan statis. Konsep diri terbentuk dan berubah karena interaksi dengan lingkungan dan wawasan yang dimilikinya. Apabila individu berinteraksi dengan lingkungan secara positif dan berwawasan positif, maka hal itu akan membentuk konsep diri secara positif, demikian pula sebaliknya. Konsep diri memiliki 3 unsur yaitu :

a. Pengetahuan terhadap diri sendiri adalah wawasan terhadap dirinya, kelebihan, dan kekurangannya dalam segala aspek. Contoh : nama saya Hani, tinggi badan 167 cm, saya senang bermain musik, menyukai bahasa Inggris dan pemalu.

b. Penghargaan terhadap diri sendiri (diri ideal) ialah harapan terhadap diri secara ideal di masa yang akan datang. Contohnya, saya ingin menjadi orang yang jujur, takwa, dan menjadi pengusaha.

(30)

2. Faktor-faktor pembentuk Konsep Diri

a. Orang tua

Orang penting bagi seorang anak adalah orang tua dan saudara-saudaranya yang tinggal serumah. Mereka adalah orang-orang yang pertama-tama menanggapi perilaku anak, sehingga secara perlahan-lahan terbentuklah konsep diri anak. Segala sanjungan, senyuman, pujian, dan penghargaan akan menyebabkan penilaian positif terhadap diri seseorang. Sedangkan ejekan, cemoohan, dan hardikan akan menyebabkan penilaian yang negatif terhadap dirinya.

Konsep diri yang tinggi pada anak dapat tercipta apabila kondisi keluarga ditandai dengan adanya integrasi dan tenggang rasa yang tinggi antar anggota keluarga. Kondisi keluarga yang demikian dapat membuat anak menjadi lebih percaya dalam membentuk seluruh aspek dalam dirinya, karena ia memiliki model yang dapat dipercaya. Dari sana individu belajar menjadi tegas dan efektif dalam memecahkan masalah, tingkat kecemasan mereka menjadi berkurang dan menjadi lebih bersikap positif serta realistis dalam memandang lingkungan dan dirinya.

b. Peranan Faktor Sosial

(31)

individu dipengaruhi oleh faktor sosial. Adanya pengaruh faktor sosial terhadap perkembangan konsep diri individu telah dibuktikan oleh Rosenberg (Pudjijogyanti, 1998).

Dijelaskan bahwa perkembangan konsep diri tidak terlepas dari pengaruh status sosial, agama dan ras. Dijelaskan bahwa individu yang berstatus sosial tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang berstatus sosial rendah.

c. Belajar

Konsep diri merupakan produk belajar. Proses belajar ini terjadi setiap hari dan umumnya tidak disadari oleh individu. Belajar di sini diartikan sebagai perubahan psikologis yang relatif permanen yang terjadi sebagai konsekuensi dari pengalaman (Hilgard dan Bower, dalam Calhoun, 1990). Seorang anak yang pendek, melalui pengalamannya dipanggil “udang” oleh teman-temannya, akan tahu bahwa pendek bukanlah sifat yang dihargai (paling tidak bagi anak laki-laki) dan oleh karena itu meragukan harga dirinya

3. Aspek-aspek Konsep Diri

Agustiani (2006: 139-141), membagi konsep diri dalam beberapa aspek-aspek seperti berikut ini :

a. Aspek Fisik

(32)

pentingnya tubuh, dan perasaan gengsi di hadapan orang lain yang disebabkan oleh keadaan fisiknya.

b. Aspek Psikologis

Aspek ini meliputi penilaian individu terhadap keadaan psikis dirinya, seperti perasaan mengenai kemampuan atau ketidakmampuannya. Peranan tersebut akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri dan harga dirinya.

c. Aspek Moral

Aspek moral merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah dalam kehidupan individu atau seseorang dalam memandang nilai etika moral bagi dirinya, seperti kejujuran, tanggungjawab atas kegagalan yang dialaminya, religiusitas serta perilakunya (nilai-nilai hidup yang dijalaninya).

d. Aspek Sosial

Aspek ini meliputi kemampuan individu dalam berhubungan dengan dunia diluar dirinya seperti perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosial dengan orang lain secara umum, yaitu mencakup hubungan antara individu dengan keluarga dan individu dengan lingkungan.

4. Karakteristik Remaja yang Memiliki Konsep Diri Positif

(33)

terhadap diri individu. Respon di sini adalah persepsi orang tua atau orang-orang terdekat dalam memandang diri seseorang-orang. Jika seorang-orang anak memperoleh perlakuan yang positif, maka ia akan mengembangkan konsep diri yang positif pula. Individu juga tidak akan ragu untuk dapat membuka diri dan menerima masukan dari luar sehingga konsep dirinya menjadi lebih dekat pada kenyataan.

(34)

dan menjalani kehidupan secara efektif, baik untuk keberadaan dirinya maupun orang-orang lain di sekitarnya.

B. Panti Asuhan

Remaja di panti asuhan berarti semua anak asuh yang tergolong dalam masa remaja yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah tempat pelayanan sosial yang memberikan perlindungan dan pembinaan kesejahteraan sosial bagi anak yatim, anak dari keluarga kurang mampu dan terlantar, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, bakat, dan kemampuan serta ketrampilan.

Panti asuhan adalah suatu Lembaga Usaha Kesejahteraan Sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai yang diharapkan sebagai bagian generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

(35)

keluarga tak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam pemenuhan kebutuhan anak, yang kemudian menyebabkan keterlantaran pada anak. Beberapa penyebab keterlantaran anak, antara lain:

1. Orang tua meninggal dan atau tidak ada sanak keluarga yang merawatnya sehingga anak menjadi yatim piatu.

2. Orang tua tidak mampu (sangat miskin) sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan minimal anak-anaknya.

3. Orang tua tidak dapat dan tidak sanggup melaksanakan fungsinya dengan baik atau dengan wajar dalam waktu relatif lama misalnya menderita penyakit kronis dan lain-lain.” (BKPA: Pedoman Panti Asuhan, 1979). Menurut Bab 1, pasal 1 undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, definisi anak terlantar adalah sebagai berikut:

”Anak terlantar adalah anak yang karena sesuatu sebab orang tuanya tidak dapat menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial”.

Ciri-ciri anak terlantar adalah: Pertama, kurang kasih sayang dan bimbingan dari orang tua; kedua, lingkungan keluarga kurang membantu perkembangannya, ketiga, kurang pendidikan dan pengetahuan; keempat kurang bermain; kelima, kurang adanya kepastian tentang hari esok dan lain-lain (BPAS, 1986: 111).

(36)

menggantikan fungsi keluarga guna pemenuhan kebutuhan anak, baik secara jasmani, rohani, maupun sosial. Panti asuhan adalah rumah, tempat untuk memelihara, merawat, mengasuh anak-anak yang berasal dari latar belakang status sosial bermasalah (yatim, piatu, yatim piatu, terlantar, miskin, keluarga retak dan orang tua sakit).

Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan panti asuhan bukan hanya menyantuni, akan tetapi juga berfungsi sebagai pengganti orang tua yang tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya. Selain itu, panti asuhan juga memberikan pelayanan dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah pengembangan pribadi yang wajar dan kemampuan ketrampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat. Umumnya anak-anak yang tinggal di panti asuhan adalah:

1. Anak yatim, piatu dan yatim piatu terlantar.

2. Anak terlantar yang keluarganya mengalami perpecahan, sehingga tidak memungkinkan anak dapat berkembang secara wajar baik jasmani, rohani, maupun sosial.

3. Anak terlantar yang keluarganya dalam waktu relatif lama tidak mampu melaksanakan fungsi dan peranan sosialnya secara wajar.

(37)

secara utuh dengan cara memanusiakan manusia, panti asuhan melalui para pengasuh mencoba untuk membentuk anak asuhnya dalam menghadapi pendapat masyarakat yang memandang bahwa anak panti asuhan memiliki kelas yang lebih rendah dan minder. Peranan seorang pengasuh, mencerminkan tanggung jawab pengasuh untuk menghidupkan seluruh sumber daya yang ada di panti asuhan. Pada umumnya panti asuhan memberikan penanaman nilai-nilai kepercayaan diri agar bisa menerima kondisi dirinya dan mengatasi rasa minder dan rendah dirinya. (Pusat Penelitian Kependudukan, UNS. 2009).

C. Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan

(38)

mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dikarenakan adanya perasaan tidak mampu dan berharga dalam diri, serta memandang negatif terhadap diri dan hidupnya. Kesemuanya itu akan menyebabkan tidak tercapainya makna hidup.

Juriana (2000) mengemukakan, adanya konsep diri dalam kenyataannya penting diperlukan dalam memaknai kehidupan, memberikan pemahaman bahwa untuk menghargai diri sendiri, hal yang paling utama yang harus dilakukan yaitu seseorang harus dapat lebih mengenal dirinya, baik mengenai kekurangan dan kelebihan diri, serta keunikan diri sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Setelah seseorang mengenal dirinya dengan baik, orang tersebut akan dapat menentukan cara yang tepat untuk mengatasi dan mengembangkan potensi dirinya. Potensi diri seseorang apabila dikembangkan akan dapat meraih kesuksesan.

(39)

mencapai apa yang semula mereka cita-citakan, sehingga pada akhirnya mereka akan kehilangan kebermaknaan hidupnya.

Menemukan dan memperoleh kebermaknaan hidup bagi remaja di panti asuhan sangatlah penting. Hal ini diharapkan dapat memberikan kebahagiaan dan arahan ketika menghadapi segala kesulitan hidup. Frankl (Bastaman, 2007) mengartikan makna hidup yaitu hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang sehingga layak dijadikan tujuan utama dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia.

D. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Dalam bimbingan dan konseling terdapat berbagai teknik yang dapat digunakan konselor dalam membantu perkembangan individu. Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (Winkel & Sri Hastuti, 2004: 565).

(40)

intensif satu sama lain. Pada waktu berkumpul, saling tergantung dalam proses bekerja sama, dan mendapat kepuasan pribadi dari interaksi psikologis dengan anggota-anggota yang tergabung dalam satuan itu. Menurut Juntika (2006: 23), bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial. Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kecil (2-6 orang), kelompok sedang (7-12 orang), dan kelompok besar (13-20 orang) ataupun kelas (20-40 orang). Pemberian informasi dalam bimbingan kelompok terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelsaikan tugas, serta meraih masa depan dalam studi, akrier, ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri.

(41)

mengalami masalah. Suasana kelompok, yaitu antarhubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi wahana dimana masing-masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalahnya tersebut. Dari segi lain, kesempatan mengemukakan pendapat, tanggapan, dan berbagai reaksi juga dapat menjadi peluang yang sangat berharga bagi perorangan yang bersangkutan. Perkembangan yang akan timbul didalam kelompok itulah yang nantinya akan menjadi isi dan mewarnai kehidupan kelompok tersebut.

(42)

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Kelompok

Tujuan bimbingan kelompok menurut Winkel & Sri Hastuti (2004: 547) adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan. Selain itu, bimbingan kelompok bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat peserta didik. Menurut Prayitno dan Amti (1994) bahwa tujuan bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga menembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk :

1. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan teman-temannya.

2. Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok.

3. Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama temanteman dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada umumnya.

4. Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.

(43)

6. Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial.

7. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.

Tujuan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh (Prayitno, 1995: 178) adalah:

1. Mampu berbicara di depan orang banyak.

2. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan, dan lain sebagainya kepada orang banyak.

3. Belajar menghargai pendapat orang lain.

4. Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.

5. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif).

6. Dapat bertenggang rasa.

7. Menjadi akrab satu sama lainnya.

8. Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama.

Winkel (1991: 110) fungsi dari layanan bimbingan kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Memberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan memberikan tanggapan tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitar.

(44)

3. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan sendiri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok.

4. Menyusun progran-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap sesuatu hal yang buruk dan memberikan dukungan terhadap sesuatu hal yang baik.

5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana apa yang mereka programkan semula.

3. Asas-asas Bimbingan Kelompok

Asas-asas yang ada dalam layanan bimbingan kelompok diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Asas kerahasiaan : para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain.

b. Asas keterbukaan : para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.

c. Asas kesukarelaan : semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok.

(45)

4. Keuntungan-keuntungan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok memiliki beberapa keuntungan seperti pada berikut ini :

a. Anak bermasalah dapat mengenal dirinya melalui teman-teman kelompok. Anak dibantu yang lain dalam menemukan dirinya dan sebaliknya, anak dapat membantu kawannya untuk menemukan dirinya. b. Sikap-sikap positif anak dapat dikembangkan seperti toleransi, saling menghargai, kerjasama, tanggungjawab, disiplin, kreativitas, dan sikap-sikap kelompok lainnya.

c. Dapat menghilangkan beban-beban moril seperti malu, penakut dan sifat-sifat egoistis, agresif, manja, dan sebagainya.

d. Dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan emosi, konflik-konflik, kekecewaan-kekecewaan, curiga-mencurigai, iri hati, dan sebagainya. e. Dapat mengembangkan gairah hidup dalam melakukan tugas, suka

menolong, disiplin, dan sikap-sikap lainnya.

E. Metode Sosiodrama

1. Pengertian Metode Sosiodrama

(46)

Wina (2006: 160) mengatakan bahwa sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia, seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.

Winkel (1991: 107), sosiodrama adalah salah satu problem yang kerap dihadapi oleh murid dalam pergaulan sehari-hari diperankan/dimainkan oleh beberapa murid dengan tujuan untuk bersama-sama mencari penyelsaiannya. Sosiodrama dapat diselenggarakan dalam pelajaran bimbingan atau dalam home room, semua murid dilibatkan secara aktif dengan mendiskusikan masalahanya atau dengan memegang salah satu peran dalam drama (role playing). Kegiatan sosiodrama merupakan suatu dramatisasi dari konflik-konflik yang biasanya timbul dalam pergaulan sehari-hari, melalui dramatisasi ini para pemain memproyeksikan sikap, perasaan, dan tingkah laku yang diperankan. Dengan demikian mereka menjadi lebih sadar akan “bagaimanakah perasaan orang lain”.

(47)

kehidupan masyarakat sosial. Sosiodrama adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial.

Metode sosiodrama dalam penelitian ini, didefinisikan sebagai suatu teknik bimbingan dan konseling dimana guru pembimbing memberikan kesempatan keapada siswa untuk melakukan kegiatan memerankan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam masalah-masalah sosial yang menghambat atau yang menyebabkan konsep diri menjadi rendah. Selain itu dengan menggunakan metode sosiodrama siswa mampu melihat keadaan dirinya, kemampuan yang dimilikinya serta memahami dirinya. Metode sosiodrama merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga siswa bisa mengenali tokohnya.

Engkoswara (1984: 60-62) menyatakan langkah-langkah sosiodrama adalah sebagai berikut :

a. Persiapan

Persiapan sosiodrama terdiri dari menentukan pokok atau masalah sosial yang akan disosiodramakan, mempersiapkan pemilihan pelaku, mempersiapkan para pelaku dan penonton.

b. Pelaksanaaan

(48)

yang dimilikinya. Pembimbing mengawasi dan memberikan kebebasan para pemain dan menjaga ketertiban. Pelaksanaan sosiodrama tidak perlu selesai. Hal ini bermanfaat untuk kemudian diteruskan untuk dipikirkan kemungkinannya oleh anak-anak lainnya.

c. Tindak lanjut

Sosiodrama sebagai metode mengajar tidak berakhir pada pelaksanaan dramatisasi melainkan ada tindak lanjut berupa tanya jawab, diskusi, untuk memecahkan masalah. Bahkan siswa lain bisa disuruh untuk memainkan kembali jika dramatisasi dirasa kurang baik.

Jadi diketahui bahwa dalam melaksanakan sosiodrama perlu memperhatikan suasana kelompok dan langkah-langkah yang akan dilakukan agar diskusi kelompok dapat berjalan secara efektif.

2. Unsur-unsur Drama

Brahim (1968: 59-73) menyatakan bahwa unsur-unsur yang ada dalam drama adalah sebagai berikut :

a. Lakon Drama

(49)

b. Laku (Action)

Plot adalah situasi, insiden, dan laku. Situasi adalah suatu keadaan dari suatu peristiwa. Tiap-tiap momen dalam drama adalah situasi-situasi. Situasi dapat menjadi suatu insiden jika ada gerakan. Jadi insiden itu terjadi karena ada gerakan, adanya tindakan di dalam situasi yaitu laku.

c. Pelaku

Suatu lakon selalu berhubungan dengan manusia-manusia yang ikut berkepentingan di dalam lakon, yaitu pelaku-pelaku. Pelaku-pelaku dalam sebuah lakon adalah manusia-manusia yang diciptakan oleh pengarang.

d. Wawankata (dialog)

Disamping dengan laku, plot drama juga tumbuh berkembang, malah sebagian besar dalam wawankata. Wawankata merupakan pencerta utama bagi laku, bahkan keduanya saling berhubungan. Laku dan wawankata bersama-sama mengembangkan plot, bahkan laku akan menjadi jelas jika bersama-sama ditampilkan dengan kata-kata yang diucapkan oleh pelaku yang bersangkutan.

e. Bagian-bagian plot

(50)

umum adalah pertentangan antara tokoh dalam perilaku. Pertentangan itu merupakan bahan dan tulang punggung drama.

3. Tujuan Metode Sosiodrama

Tujuan menggunakan metode sosiodrama ini adalah :

a. Siswa berani mengungkapkan pendapatnya secara lisan.

Tidak sedikit remaja yang tinggal di panti asuhan masih ragu untuk mengungkapkan pendapatnya secarta lisan. Remaja bisa menjadi pasif dalam segala kegiatan yang diadakan oleh panti asuhan sendiri. Remaja cenderung diam dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya jika tidak dipancing terlebih dahulu, untuk itu melalui permainan peran ini diharapkan remaja sudah berani untuk mengungkapkan pendapatnya secara lisan.

b. Memupuk kerjasama diantara para siswa

Kerja sama yang terjalin antar remaja yang tinggal di panti asuhan diharapkan mampu membuat hubungan antar remaja itu menjadi baik sehingga perilaku mereka juga bisa menjadi semakin lebih baik. c. Siswa menunjukkan sikap berani dalam memerankan tokoh yang

diperankan.

Remaja tidak lagi malu untuk berani tampil dalam memerankan tokoh yang akan dijalankannya. Siswa berani mengekspresikan segala sesuatu yang diperankannya.

(51)

Siswa atau remaja mampu memberikan tanggapannya dalam jalannya sosiodrama ini. Karena melalui sosiodrama inilah peneliti mampu melihat kemampuan siswa dalam mengekspresikan segala sesuatu yang menghambat dirinya, seperti rasa malu dan kurang percaya diri. Sehingga di akhir lakon dimana remaja memerankan tokoh yang sesuai dengan karakternya, remaja mampu memberikan tanggapan yang positif.

e. Melatih berinteraksi dengan orang lain.

Remaja diharapkan mampu melatih kemampuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Siswa mampu menjalin hubungan yang baik, siswa tidak lagi malu dalam bergaul dan minder untuk bergaul dengan banyak orang.

4. Kekuatan-kekuatan Sosiodrama sebagai Strategi Peningkatan

Konsep Diri Remaja

Berikut ini merupakan kelebihan dari metode pembelajaran sosiodrama : a. Berkesan dan tahan lama dalam ingatan siswa (peserta layanan). b. Sangat menarik bagi peserta layanan sehingga keadaan aula panti

asuhan menjadi dinamis dan antusias.

c. Mengembangkan kreativitas peserta layanan (dengan peran yang dimainkan anak dapat berfantasi).

d. Memupuk kerjasama antar peserta layanan.

(52)

5. Langkah-langkah Penggunaan Sosiodrama dalam Pelayanan

Bimbingan Kelompok

Winkel (2004: 571), sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Sosiodrama bersifat kegiatan pedagogik dan bertujuan membantu baik pihak peran maupun para penyaksi untuk lebih menyadari seluk beluk pergaulan sosial dan membantu mereka meningkatkan kemampuan bergaul dengan orang lain secara wajar dan sehat. Oleh karena itu, sosiodrama merupakan kegiatan yang dapat sangat cocok untuk membantu banyak orang muda dalam meningkatkan perkembangan sosialnya. Untuk menggunakan sosiodrama dalam kegiatan bimbingan kelompok, seorang konselor harus berpegang pada pola prosedural yang pada dasarnya adalah sebagai berikut :

a. Mengkaji persoalan sehingga dapat diuraikan dalam situasi naskah. Situasi itu harus cocok untuk disandiwarakan dan mudah dipahami. b. Mempersiapkan beberapa adegan dalam naskah drama yang akan

dibawakan oleh pemain.

c. Menentukan pemain yang akan membawakan adegan dalam drama dan membagikan naskah drama yang telah selesai dibuat.

(53)

e. Setelah drama selesai, para pemain berkumpul untuk mendiskusikan apa yang dirasa kurang dan apa yang dirasakan selama bermain drama.

F. Kerangka Pikir

(54)

sosial dalam pergaulan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu proses dari pembentukan konsep diri anak. Melalui layanan bimbingan kelompok dapat menjadi dasar untuk bisa mengembangkan konsep diri peserta layanan yang tinggal di panti asuhan dengan menggunakan metode sosiodrama.

Remaja yang telah bermain sosiodrama diharapkan dapat lebih terbuka dalam mengungkapkan pikiran atau pandangan mengenai permasalahan sosial yang dihadapi, misalnya kesenjangan sosial dan rendahnya konsep diri, dapat pula mengungkapkan perasaan sedih, senang, marah atau bahagia, dapat berbagi pengalaman dengan remaja lain tanpa malu sehingga mampu meningkatkan konsep diri mereka menjadi lebih baik.

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut :

(55)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis penelitian, subjek dan obyek penelitian, setting penelitian, jadwal kegiatan, prosedur penelitian, teknik pengumpulan dan instrumen penelitian, uji coba, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Penelitian tindakan bimbingan dan konseling merupakan bentuk suatu kajian yang bersifat reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi praktik pembelajaran/bimbingan yang telah dilakukan. Penelitian ini dapat dilaksanakan jika pembimbing sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses layanan bimbingan kelompok yang dihadapi di kelas.

(56)

B. Subjek dan Obyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah remaja SMP usia 11-14 tahun Panti Asuhan Ghifari yang terdiri dari 7 laki-laki dan 10 perempuan. Obyek dalam penelitian ini adalah peningkatan konsep diri melalui pelaksanaan proses dan hasil layanan bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama.

C. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Ghifari yang beralamatkan di Relokasi Pelem Girikerto Turi Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian tahun 2013 dimulai bulan Mei 2013 sampai dengan bulan Juni 2013.

3. Konteks Penelitian

(57)

konsep diri yang dimiliki anak tersebut bisa meningkat dan tidak lagi malu-malu. Peran mitra kolaboratif juga sangat diperlukan dikarenakan mitra kolaboratif yang akan menjadi observer untuk mengamati gerak gerik para lakon (peserta layanan) dalam drama.

D. Jadwal Kegiatan

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Jadwal Kegiatan Penelitian

E. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan ini dilakukan sebanyak 2 siklus pada materi layanan bimbingan kelompok. Siklus pertama menyampaikan layanan bimbingan yang bertujuan membangkitkan konsep diri remaja dengan menggunakan metode sosiodrama, siklus kedua menggunakan

(58)

metode sosiodrama yang lebih meningkatkan dan membangkitkan konsep diri remaja panti asuhan.

Prosedur kerja dalam penelitian tindakan ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tahap-tahap penelitian tersebut dimunculkan dalam setiap siklus. Sebelum masuk ke siklus I, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu.

Setelah melakukan observasi dan telah menentukan subyek yang akan diteliti, peneliti melakukan 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya agar peforma pementasan sosiodrama yang dihasilkan dapat maksmial. Selanjutnya secara rinci prosedur penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dijabarkan sebagai berikut.

Siklus I

1. Perencanaan (Planing)

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dengan topik Percaya Diri.

(59)

d. Menyusun dan mempersiapkan angket/skala untuk mengukur capaian skor konsep diri remaja panti asuhan dalam proses bimbingan ketika menggunakan metode sosiodrama.(lembar angket/skala terlampir).

2. Pelaksanaan tindakan (Action)

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama sesuai dengan rencana bimbingan yang telah dipersiapkan. Sebelum proses tindakan bimbingan dengan menggunakan metode sosiodrama dilakukan, siswa diberikan suatu angket untuk mengukur konsep diri awal subjek atau partisipan.

3. Observasi

Observasi dilakukan ketika peneliti melaksanakan tindakan. Peneliti juga sebagai observer melakukan pengamatan terhadap tindakan yang diterapkan peneliti. Peneliti mengamati respon remaja terhadap penerapan bimbingan siklus I. Observasi dilaksanakan bersama dengan kegiatan bimbingan di panti asuhan (di aula).

(60)

4. Refleksi

Refleksi merupakan tahap pengolahan batin dan pengalaman, kejadian-kejadian positif dan negatif, perasaan-perasaan puas dan tidak puas yang dialami selama berlangsungnya proses tindakan bimbingan dan konseling. Refleksi pada siklus I dilengkapi dengan panduan hasil analisis data dan masukan-masukan yang diberikan mitra kolaboratif atau pengamat.

Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang terjadi tindakan bimbingan pada siklus I. 1. Perencanaan (Planing)

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) dengan topik Tanggung Jawab.

b. Mempersiapkan lembar observasi kegiatan bimbingan dan lembar catatan lapangan.

c. Menyiapkan lembar evaluasi untuk evaluasi siklus II.

(61)

2. Pelaksanaan (Action)

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok dengan metode sosiodrama sesuai dengan rencana bimbingan yang telah dipersiapkan. Pada Pelaksanaan siklus II ini, anak-anak sudah mulai mengerti dan memahami cara mempraktekkan drama yang diberikan oleh peneliti. Bahkan pada hasil angketnya menunjukkan peningkatan konsep diri yang baik pada masing-masing anak.

3. Observasi

Observasi dilakukan ketika peneliti melaksanakan tindakan. Pada observasi di siklus II ini terjadi peningkatan hasil observasi yang telah peneliti analisi. Adanya peningkatan yang terjadi pada setiap observasi yang dilakukan oleh mitra kolaboratif, yang kemudian di analisis oleh peneliti.

4. Refleksi

(62)

F. Teknik Pengumpulan dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa :

1. Lembar observasi kegiatan bimbingan

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui keterlaksanaan bimbingan sebelum dilakukan tindakan bimbingan, dan juga observasi dilakukan di setiap siklus, di mana peneliti melakukan pengamatan langsung di dalam kelas (khususnya di panti asuhan). Observasi tersebut dilakukan dengan melihat dan mengamati sendiri proses bimbingan kelompok dengan menggunakan metode sosiodrama. Berikut ini adalah lembar observasi yang digunakan :

Tabel 2

Panduan Observasi Indikator Siswa

No Situasi yang diamati Nama-nama siswa yang diamati

R Y A A K S I T N M S L S E A R S

A. Respon Siswa

1 Mendengarkan arahan materi yang disampaikan

2 Berani mengungkapkan pendapatnya

3 Mampu berbaur dengan teman-temannya

4 Tampil percaya diri

5 Terampil dalam berdiskusi

B. Situasi Dalam Sosiodrama

6 Memerankan peran sesuai dengan karakter tokoh dalam naskah

7 Adanya interaksi antar siswa

8 Kerjasama antar anggota

9 Antusias dalam mengikuti sosiodrama

10 Keaktifan dalam berdiskusi

(63)

Keterangan mengenai kualifikasi penilaian masing-masing anak yang diamati sebagai berikut ini :

Baik : 3 Cukup : 2 Kurang : 1

2. Angket/kuesioner

Angket/kuesioner adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan secara khusus dan digunakan untuk menggali keterangan atau informasi sebagaimana dibutuhkan. Angket/kuesioner yang digunakan ini untuk mengukur capaian skor konsep diri setiap kali selesai tindakan bimbingan dengan menggunakan metode sosiodrama yang diterapkan di panti asuhan. Angket disusun dalam bentuk skala berjumlah 20 butir pernyataan. Masing-masing pernyataan terdapat 3 pilihan respon dan pedoman penskoran butir, yaitu Setuju (S) = 3, Kurang Setuju (KS) = 2, dan Tidak Setuju (TS) = 1. Siswa mengisi angket dengan memberikan tanda √ (check list) sesuai kondisi yang dialami siswa terhadap setiap pernyataan.

(64)

Tabel 3

1. Aspek Fisik 1.1 Siswa mampu menerima penampilan fisik yang

percaya diri yang baik di dalam kelompok

(65)

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil observasi, angket, dan wawancara. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian berupa hasil kerja siswa selama kegiatan berlangsung serta foto-foto kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan proses bimbingan. Dokumentasi dilakukan untuk melihat catatan-catatan yang dilakukan dalam penelitian. Dokumen yang digunakan berupa SPB, daftar nama siswa, foto-foto kegiatan dan skrip atau naskah sosiodrama.

4. Pedoman wawancara

(66)

Tabel 4

Pedoman Wawancara Pembina Panti dan Siswa Siswa

1. Bagaimana perasaan anda dengan bimbingan hari ini ? 2. Apakah Anda mengalami kesulitan selama bimbingan

berlangsung ?

3. Bagaimana tanggapan Anda mengenai angket yang harus Anda isi setelah selesai bimbingan dilaksanakan ?

4. Manfaat apa saja yang Anda peroleh selama bimbingan menggunakan metode sosiodrama ini ?

5. Apakah penting dengan diadakannya bimbingan dengan menggunakan metode sosiodrama ini ?

Pembina Panti Asuhan Ghifari

1. Menurut bapak, bagaimana tanggapan bapak terhadap bimbingan yang dilaksanakan setiap hari rabu ini ? 2. Bagaimana kondisi anak-anak, saat peneliti memberikan

bimbingan menggunakan metode sosiodrama ?

3. Menurut bapak, anak-anak yang mengikuti bimbingan menggunakan metode sosiodrama apakah ada peningkatan rasa (lebih percaya diri, berani, dan tidak malu)

4. Apa saja yang harus diperbaiki untuk peneliti melakukan tindakan berikutnya saat bimbingan?

5. Menurut bapak, bagaimana reaksi anak-anak saat diberikan bimbingan menggunakan metode sosiodrama ?

5. Catatan lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang tejadi selama proses bimbingan kelompok berlangsung.

G. Uji Coba

(67)

Arikunto, 2002: 143). Baik tidaknya alat ukur yang digunakan harus dianalisis setelah uji coba instrumen, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data.

1. Validitas butir atau item

Sugiyono (2004: 121), valid berarti dapat digunakan untuk mengukur yang sebenarnya diukur. Validitas item memiliki pengertian bahwa sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Dengan kata lain sebuah item memiliki validitas yang tinggi sjika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total ( Suharsimi Arikunto, 2006: 168).

Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut.

r

xy= N

XY

- ∑

X

Y

√(

N∑X2 – (∑X)2)(N∑Y2 – (∑Y)2

)

Keterangan :

rxy = koefisien validitas butir

x = skor masing-masing butir y = skor total semua siswa N = jumlah siswa

Setelah memperoleh harga dengan rumus korelasi product moment di atas kemudian dikonsultasikan dengan tabel harga kritik rxy

(68)

jika rxy ≥ rtabel, maka item tersebut dikatakan valid sebaliknya jika rxy

< rtabel, maka item tersebut dikatakan tidak valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas berarti alat ukur yang menunjuk pada ketepatan dan kemantapan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap suatu subyek penelitian. Suatu intrument dikatakan reliabel jika instrumen tersebut mempunyai ketepatan hasil walaupun digunakan berulang-ulang. Maksudnya intrument tersebut akan memberikan hasil yang sama. Cara mencari relibilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 misalnya angket atau soal bentuk uraian (Suharsimi Arikunto, 2006: 196) adalah hanya menghitung reliabilitas menggunakan rumus alpha, yaitu :

r

ii =

[

n

]

(

1

- )

n-1

di mana : r ii = koefisien reliabilitas

n = banyaknya item yang valid = jumlah varians skor item = jumlah varians skor total

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul berupa hasil observasi, hasil wawancara, angket, catatan lapangan, dan dokumentasi bimbingan. Data yang

(69)

diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan dan hambatan-hambatan yang terjadi selama bimbingan kelompok. Analisis data dilakukan sejak data diperoleh dari hasil observasi. Hal ini bermanfaat untuk bahan pertimbangan dalam membuat rencana perbaikan bimbingan pada siklus berikutnya. Lebih rinci, analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Data Kuesioner

(70)

Tabel 5

Kriteria Hasil Persentase Skor Konsep Diri

Kriteria Skor Kategori

Capain Skor Makna

X< -1,5σ Sangat Rendah Cukup Negatif -1,5σ < X < - 0,5σ Rendah Kurang Positif - 0,5σ < X < + 0,5σ Sedang Cukup Positif + 0,5σ< X< +1,5σ Tinggi Positif +1,5σ < X Sangat Tinggi Sangat Positif

Keterangan :

X maximum teoritik : Rata-rata skor total tinggi X minimum teoritik : Rata-rata skor total rendah σ : Standar deviasi yaitu luas jarak

rentang yang dibagi dalam 6 satuan M : Mean teoritik yaitu rata-rata teoritis

dari skor maximum dan minimum b. Analisis Data Observasi dan Catatan Lapangan

(71)

anak dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok. Untuk siklus, persentase diperoleh dari rata-rata persentase konsep diri anak pada tiap pertemuan bimbingan. Ini berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, maka dalam menghitung persentase skor hasil observasi digunakan cara sebagai berikut:

q = r x100% t

q = persentase skor hasil observasi konsep diri

r = jumlah keseluruhan skor yang dipeoleh

t = skor maksimal

Selanjutnya persentase skor hasil observasi konsep diri dianalisis sesuai dengan pedoman kriteria observasi konsep diri anak sebagai berikut:

Tabel 6

Kriteria Hasil Persentase Skor Observasi Konsep Diri

(Ridwan, 2007: 15)

q = persentase kriteria skor hasil observasi motivasi siswa

Persentase Yang Diperoleh Keterangan

85% ≤ ≤ 100% Sangat Tinggi 70% ≤ < 85% Tinggi 55% ≤ < 70% Sedang 40% ≤ < 55% Rendah

(72)

Selain pedoman observasi, digunakan juga catatan lapangan untuk melengkapi catatan hasil observasi dalam mendiskripsikan hasil pengamatan tentang aktivitas siswa dalam kegiatan layanan bimbingan.

c. Analisis data hasil wawancara

Data hasil wawancara dianalisis dengan mendiskripsikan atau merangkum hasil wawancara dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang digunakan.

I. Indikator Keberhasilan

Gambar

Grafik 5 : Grafik Perbandingan Skor Hasil Observasi Konsep Diri
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 2 Panduan Observasi Indikator Siswa
Tabel 3 Kisi-kisi Angket Konsep Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil temuan: Pertama , bahwa mekanisme nomor urut bertentangan dengan norma-norma atau dengan makna substantif kedaulatan dan persamaan hak bagi rakyat yang

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Analisis Kesalahan Siswa Berdasarkan Kategori Kesalahan Menurut Watson Dalam Menyelesaikan Permasalahan Statistika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Genteng; Nanik Mujayanti,

[r]

Khusus untuk calon peserta yang mengajukan permohonan tugas belajar secara mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, menyampaikan bukti kelulusan seleksi yang

Pembelajaran berjalan dengan lancer, yang diawali dengan presentasi kelompok yang bertugas dalam menjadi pemateri, kemudian ada sesi tanya jawab sekaligus diluruskan oleh

This study aims to find out (1) the stages of developing accounting learning media using macrome dia flash 8 to improve students’ interest in adjustment journal

a. Membuat rencana pembelajaran terbatas dengan bimbingan oleh guru kelas atau pamong dan dosen pembimbing sesuai materi yang diberikan guru pamong. Mahasiswa