• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh dalam Panti Soaial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh dalam Panti Soaial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

CHAIRUNNISA NIM : 107054102453

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Juni 2011

(5)

i

Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet

Anak merupakan seseorang yang masih berada dalam tahap perkembangan menuju dewasa. Adanya pentahapan menunjukan anak sebagai sosok manusia dengan kelengkapan-kelengkapan dasar dalam dirinya baru mencapai kematangan hidup melalui beberapa proses seiring dengan pertambahan usianya. Oleh karena itu, anak memerlukan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa orang tua atau pengasuh pada umumnya. Salah satu lembaga yang peduli terhadap anak yaitu Panti Sosial Asuhan Anak PU 3 Tebet di bawah naungan Dinas Sosial. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pola Asuh Positif Pengasuh dan Kedisiplinan Anak Asuh Dalam Panti PSAA PU 3 Tebet.

Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yaitu dengan cara pengamatan lapangan, wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen, Adapun yang menjadi informan penelitian adalah para pengasuh, serta anak asuh yang berada di panti tersebut.

(6)

ii

Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah

SWT dari lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat

kepada kekasih-Nya, dan masih memberikan begitu banyak kenikmatan dan

karunia-Nya yang tak pernah dapat dihitung sehingga dengan izinnya penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung,

yang baik budi pekertinya, yang telah membawa kita ke alam ilmu pengetahuan

serta yang menyelamatkan umatnya di dunia dan akhirat beliau adalah nabi yang

sangat mulia hingga akhir zaman nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Halangan dan rintangan yang penulis hadapi menjadikan pelajaran

yang sangat berarti bagi penulis. Sungguh anugerah terindah yang diberikan Allah

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Semua ini

terwujud karena banyak dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

Seuntai kata penulis ucapkan terima kasih dan penulis persembahkan

segalanya khususnya kepada nenek (Hj. Maysaroh) dan orang tua bapak (Zubair)

dan ibu (Nurani) yang telah memberikan dukungan dan doa yang diberikan

kepada penulis, dan dengan ketegaran dan kesabaran hatinya dalam mengadapi

(7)

iii

penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada ;

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I,

Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Bapak Drs.

Study Rizal LK,M.A selaku Pudek III.

2. Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi Ibu Siti Napsiyah, MSW

3. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. selaku pembimbing yang dengan tulus

memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang

memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada

penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak/Ibu Pimpinan Perpustakaan Utama Dan Perpustakaan Fakultas

Yang telah membantu penulis dengan menyediakan bahan-bahan dalam

mengerjakan skripsi.

6. Bapak dan Ibu di panti serta para WBS yang telah membantu penulis

dalam memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.

7. Kakak-kakakku Syaiful Iksan S.Pdi, Arfan Bair, Silvia Maharani Dewi,

serta keponakanku (Ayyubi) yang selalu menghibur penulis di kala

(8)

iv you are my life.

9. Keluarga besar KESSOS angkatan 2007 teman terbaikku koi, wiwi, uchi,

ayu, netty, arini, serta teman-teman yang tidak penulis sebutkan

nama-namanya kalian sudah memberikan keceriaan kepada penulis dengan

indahnya persahabatan yang telah kalian berikan.

10.Dan semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah

yang akan membalas kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.

Kritik dan saran sangat paraktikan harapkan dari berbagai pihak yang

membaca laporan ini. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi praktikan

pada khususnya dan bagi para pembaca pada umunya.

Amin Ya Robbal Alamin

Jakarta, 1 Juni 2011

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II. KAJIAN TEORITIS A. Pola Asuh Positif 1. Pengertian Pengasuhan ... 15

2. Pengertian Pola Asuh Positif ... 16

3. Enam Pilar Dalam Pola Asuh Positif ... 19

4. Gaya Pengasuhan ... 22

B. Kedisiplinan 1. Pengertian Disiplin ... 24

2. Aspek Disiplin ... 26

3. Unsur-Unsur Disiplin ... 27

(10)

vi

1. Pengertian dan sejarah singkat PSAA PU 3 Tebet ... 32

2. Tugas Pokok dan Fungsi ... 33

3. Visi dan Misi ... 34

4. Sasaran Pelayanan dan Persyaratan menjadi WBS ... 35

5. Proses Pelayanan ... 36

6. Sumber dana ... 37

7. Fasilitas ... 37

B. Profil Anak-anak di PSAA PU 3 Tebet 1. Profil WBS ... 38

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Pola Asuh Positif Pengasuh Dalam Panti ... 45

1. Tumbuh kembang anak asuh ... 48

2. Kerjasama Pengasuh dengan Kedua orang tua ... 49

3. Aturan secara konsisten ... 51

4. Memahami emosi anak ... 51

5. Gaya bahasa positif ... 52

6. Pola asuh tanpa hukuman ... 53

B. Kedisiplinan Anak Asuh Dalam Panti ... 54

1. Kedisiplinan ... 54

[image:10.595.114.522.92.730.2]
(11)

vii

B. Saran-saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ……….. 62

(12)
[image:12.595.118.527.80.479.2]

viii

Tabel 1. Pengambilan informan ………. 8

Tabel 2. Data WBS berdasarkan tingkat pendidikan ………. 38

Tabel 3. Data WBS berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SLTP …………. 39

Tabel 4. Data WBS berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SLTA ………… 40

Tabel 5. Data WBS berdasarkan status keluarga ……….. 40

(13)

1

A. Latar Belakang

Masalah ketidakdisiplinan dewasa ini sedang mempengaruhi

perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia umumnya. Kenyataan

yang dapat dilihat saat ini yaitu banyak sekali anak-anak terbawa arus

pergaulan yang tidak sesuai dengan norma seperti, merokok, menyalagunakan

narkoba, melakukan pergaulan bebas, melanggar tata tertib, dan lain

sebagainya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan terhadap

kedisiplinan yang terkait dengan sikap dan akhlak.

Kedisiplinan dapat diterapakan melalui metodologi pengajaran di

lingkup sekolah, keluarga, dan lingkungan. Semua itu akan menjadi acuan

yang mendukung anak untuk dapat bersikap dengan lebih baik dan dapat

menaklukan tantangan yang berkaitan dengan lingkungan yang tidak baik.

Jika rasa keingintahuan ini dapat diarahkan ke hal positif, maka akan timbul

masa depan yang baik pada anak.

Pola asuh yang dilakukan secara positif sangat mendukung

perkembangan anak, tanpa disadari masih banyak orang tua/pengasuh yang

menerapkan pola asuh yang negatif dalam mengasuh dan mendidik anak-anak

hal ini disebabkan adanya persepsi menakut-nakuti, memarahi, mengancam,

atau membandingkan anak satu dengan yang lain. Dengan pendekatan pola

(14)

tahap perkembangn anak akan meletakkan fondasi yang kokoh untuk kebaikan

masa depan anak.1

Lingkup hubungan sosial meliputi orang-orang yang berhubungan

dengan anak-anak panti dan taraf sejauh mana hubungan itu diperbolehkan

terjalin atau didukung.2 Dalam hal ini lembaga pelayanan sosial berbasis panti

khususnya pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh, sangat

penting dalam penerapan kedisiplinan pada diri anak asuh (WBS).

Disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk

pada pengawasan, dan pengendalian. Disiplin sebagai latihan yang bertujuan

mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. Disiplin juga menjadi

sarana pendidikan. Dalam mendidik disiplin berperan untuk memengaruhi,

mendorong, mengendalikan, mengubah, membina, dan membentuk

prilaku-prilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan

diteladankan. Tidak ada hal yang lebih penting dalam manajemen diri

dibandingkan dengan kedisiplinan. Selain pentingnya menemukan arah dan

tujuan hidup yang jelas, kedisiplinan merupakan syarat mutlak untuk

mencapai impian.

Menurut Suratman dalam Hidayah (1996:12) sikap disiplin selalu ada

kaitannya dengan tiga unsur kepribadian manusia, yaitu jiwa, watak dan

perilaku. Berkenaan dengan jiwa maka disiplin itu ditentukan oleh tingkat

daya cipta, rasa dan karsa. Dalam tingkat ini disiplin mengandung aspek

1

Hanny Muchtar Darta, Six Pillars of Positive Parenting(Jakarta:Cicero Publishing,2011),h.26

2Florence Martin dan Tata Sudrajat, “Seseorang yang BergunaKualitas Pengasuhan di

(15)

manusia memenuhi sesuatu melalui pengendalian ketiga unsur kejiwaan

tersebut. Sehingga disiplin diartikan sebagai perbuatan kepatuhan yang

dilakukan dengan sadar untuk melaksanakan suatu sistem dengan sikap

menghormati, dan taat menjalankan keputusan, perintah atau aturan yang

berlaku.3

Undang-undang perlindungan anak menempatkan tanggung jawab

secara sama kepada semua pelaku: Negara, pemerintah, masyarakat,

keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap

penyelennggaraan perlindungan anak.4 Dan juga dilihat dari UUD 1945 bunyi

pasal 34 yang berbunyi : Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh

Negara5, pasal ini merupakan hak untuk mendapatkan kelayakan hidup bagi

jutaan warga miskin dan anak terlantar se-indonesia. Anak memiliki hak asasi

yang seharusnya dijamin pemenuhanya oleh negara. Pasal ini sejalan dengan

semangat dari konvensi hak anak yang ditetapkan oleh PBB.

Akar permasalahan anak terlantar dan anak jalanan adalah

ketidakberdayaan orang tua dan kebijakan Negara dan seluruh sektor yang

membuat mereka menjadi kelompok tersingkir. Dari data yang di dapat anak

terlantar dan anak jalanan dari tahun ke tahun meningkat tajam, data terakhir

menunjukan anak terlantar mencapai 5,4 juta orang, anak hampir terlantar

mencapai 12 juta orang atau ada 17 juta anak terlantar dan hampir terlantar.

Dari jumlah tersebut, 230 ribu diantaranya menjadi anak jalanan yang tersebar

di kota besar di Indonesia. Tercatat 95 persen berasal dari keluarga miskin,

3

http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan

4

UUD No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (pasal 20 & 25)

5

(16)

berpendidikan rendah, dan lingkungan masyarakat yang eksploitatuf terhadap

anak.6

Konsep pengasuhan anak di Indonesia didasarkan pada pendekatan

kesejahteraan yang mengharuskan Negara dan masyarakat untuk bekerja sama

melindungi dan mengasuh anak-anak terlantar atau anak-anak bermasalah

yang biasanya didukung oleh pelayanan pengasuhan berbasis panti.7

Walaupun demikian, masih saja ada diantara anak asuh yang

memerlukan perhatian lebih dari pengasuh, hal itu disebabkan karena

pergaulan di sekitarnya baik di lingkungan panti maupun di luar lingkungan

panti PSAA Putra Utama 3 Tebet, seperti pulang larut malam, membuang

sampah sembarangan, bolos sekolah, menunda sholat, kabur, pulang larut

malam dan sebagainya. Padahal di lingkungan panti itu sendiri hal tersebut

tidak dibenarkan, karena di dalam panti sudah tertulis peraturan untuk WBS

yang tinggal di panti, apalagi mereka adalah anak-anak yang berasal dari

keluarga tidak mampu dan terlantar.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis

tertarik untuk meneliti mengenai Pola Asuh Positif Pengasuh dan Kedisiplinan Anak Asuh Dalam Panti PSAA Putra Utama 3 Tebet”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasanya masalah yang ada, maka dalam

penulisan skripsi ini penulis membatasi pada pola asuh positif pengasuh

6

http://dinsos.jakarta.go.id/news.php/23mar2010

7

(17)

dan kedisiplinan anak asuh dalam panti pada tingkat SLTP dan SLTA

yang berada di lingkungan PSAA Putra Utama 3 Tebet. Hal ini bertujuan

untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas

selanjutnya.

2. Perumusan Masalah

Berikut ini adalah perumusan masalah penelitian yang penulis

batasi masalah tersebut pada :

a. Bagaimana pola asuh positif yang diterapkan pengasuh terhadap anak

asuh dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet?

b. Bagaimana kedisiplinan anak asuh dalam panti PSAA Putra Utama 3

Tebet?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Gambaran tentang pola asuh positif pengasuh terhadap anak asuh

dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet.

b. Gambaran kedisiplinan anak asuh kelas II SLTA dalam kehidupan

sehari-hari di panti PSAA Putra Utama 3 Tebet.

2. Manfaat dari penelitian

a. Manfaat akademis

Penulisan diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan

dokumentasi ilmiah dan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada

lembaga pendidikan serta dapat menambah wawasan bagi pembaca

(18)

b. Manfaat praktis

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi

yang berguna bagi pembaca, khususnya para pengasuh dalam

pengasuhan anak-anak di dalam panti agar melekat kedisiplinan dalam

kehidupan sehari-hari. Serta dapat memotivasi anak-anak untuk

meningkatkan kesadaranya dalam penerapan disiplin sesuai kondisi

yang ada.

D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh

adanya penerapan metode kualitatif.8

1. Macam dan Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati

atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes.

8

(19)

Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan

merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan

bertanya.9

Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan

tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan.

Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber

tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari

arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.10

Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian kualitatif

deskriptif tentang pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh

dalam panti ini bersumber dari dari data primer dan data sekunder.

Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari

sumber utama (Pengasuh dan anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak

Putra Utama 3 Tebet).

Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang

diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek

penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.

a. Observasi

9

Ibid, h. 112

10

(20)

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian

manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu

utamanya selain panca indra lainya seperti telinga, mulut dan kulit.

Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data

yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data

penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data

tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan

panca indra.11

Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan mendatangi

langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan

intern panti yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya kegiatan

yang berkenaan dalam pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan

anak asuh dalam panti.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh

sebuah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau

orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan responden

atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara.12

Adapun yang akan diwawancarai adalah, yaitu :

No. Informan Jumlah Informasi yang ingin

11

Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media group, 2005), h.134.

12

(21)

diperoleh

1. Pengasuh

3 orang terdiri dari:

 Bp. Mujiono, Aks selaku KASIE Bimbingan dan penyaluran

 Bp.Fachrizal Hamid, SH selaku Seksi

[image:21.595.149.528.79.467.2]

Identifikasi/Assesment  Ibu. Siti selaku Staf

Gambaran tentang:

 Pola pengasuhan  Kedisiplinan

anak asuh

2. Anak Asuh

3 orang terdiri dari:  Kelas 2 SMP  Kelas 1 SMK  Kelas 2 SMK

Gambaran tentang:

 Profil keluarga  Kedisiplinan  Pola pengasuhan

pengasuh

Jumlah 6 Orang

Tabel 1. Pengambilan Informan

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber

langsung tentang masalah yang akan diteliti. Wawancara ini akan

dilakukan secara bebas, tetapi tetap menggunakan pedoman

wawancara agar pertanyaan terarah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan dan pengambilan

data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dan

arsip-arsip milik Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet

atau tulisan-tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan penelitian

ini.

3. Waktu dan Tempat

Penulis memilih PSAA Putra Utama 3 Tebet sebagai objek

penelitian atas beberapa pertimbangan dan alasan. Pertimbangan dan

(22)

penulis untuk diteliti, terlebih penulis pernah praktikum di lembaga

tersebut.

Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Panti Sosial

Asuhan Anak ( PSAA ) Putra Utama 3 Tebet yang bertempat di Jl. Tebet

Barat Raya no.100, Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan

pada bulan Maret 2011.

4. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan, dalam

hal ini subyek penelitian bisa berupa lembaga, yaitu Panti Sosial Asuhan

Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet atau orang yang diwawancarai.

Sedangkan obyek penellitianya adalah meliputi bagaimana pola

asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh dalam panti PSAA Putra

Utama 3 Tebet.

5. Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pemilihan informan.

Ada 80 anak asuh yang tinggal di dalam panti yang terdiri dari kelas 1,2,3

SLTP dan kelas 1,2,3 SLTA, dari 80 anak asuh setelah melihat data

tersebut. Dari data yang penulis dapatkan dari pengasuh ada 6 orang yang

tercatat memiliki pelanggaran paling banyak, Maka dari 6 orang tersebut

terpililah 3 orang anak asuh yang memiliki pelanggaran paling banyak

atau dikatakan kurang disiplin. Mereka adalah dari kelas 2 SMP (1 orang)

dan kelas 1 & 2 SMA masing-masing 1 orang yang akan mewakili

(23)

6. Analisis Data

Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan

menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul,

penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian

penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimana pola

asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh dalam panti.

E.Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan ini, penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai

langkah dari penyusunan skripsi yang penulis teliti agar terhindar dari

kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada

sebelum-sebelumnya. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka penulis menemukan

beberapa skripsi yang membahas tentang pola asuh dan kedisiplinan, tetapi

penulis akan memaparkan dari sudut yang berbeda, yaitu :

Skripsi Pertama13

Nama : Nur Atifah (3501401021)

Universitas : Universitas Negeri Semarang (UNES), Fakultas Ilmu Sosial

Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Antropologi.

Judul : Hubungan Tingkat Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar

Sosiologi Bagi Siswa kelas XI IPS Madrasah Aliyah Negeri

Babakan Lebaksiu Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006

13

(24)

Skripsi tersebut berisikan tentang adanya hubungan tingkat

kedisiplinan dengan prestasi belajar siswa dan ternyata hasil penelitian

tersebut menujukan 74,5% siswa memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi

dari data yang ada.

Perbedaan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada

pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh di PSAA Putra Utama 3

Tebet baik di dalam maupun di luar panti. Serta subyek dan obyek penelitian

yang berbeda judul penelitian yang tertera di atas.

Skripsi Kedua

Nama : Wiwi Anggraini (202043101182)

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Adab

dan Humaniorah Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum.

Judul : Perspektif hukum Islam dan Hukum Positif tentang

Eksistensi Ibu dalam Pengasuhan dan Perlindungan Anak

Balita.

Dari skripsi diatas, penulis menemukan perbedaan dengan penelitian

yang penulis lakukan. Jika pada literatur-literatur yang menjadi rujukan

penulis lebih menekankan pada segi pola asuh orang tua terhadap anaknya di

keluarga yang menitikberatkan pengasuhan dan perlindungan dalam bidang

agama. Maka dalam penelitian ini penulis membahas mengenai pola asuh

positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh dalam panti di PSAA Putra

(25)

Tema penelitian yang mengkhususkan pada bahasan pola asuh positif

dan kedisiplinan anak asuh dalam panti di PSAA Putra Utama 3 Tebet. Di

mana ini dapat dikatakan sebagai karya peneliti perdana, karena belum ada

peneliti sebelumnya yang membahas tema tersebut. Tema ini diharapkan

dapat menambah keilmuan dan pengetahuan bagi akademis dan praktisi yang

menaruh perhatian pada bidang pola pengasuhan positif terhadap anak

khususnya.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan

dalam penelitian ini, maka penulis mambagi sistematika penyusunan ke dalam

lima bab. Di mana masing-masing bab di bagi ke dalam sub-sub dengan

penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penulisan, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Bab ini mengemukakan tentang pengertian pengasuhan, pola asuh

positif, enam pilar dalam pola asuh positif, gaya pengasuhan,

pengertian kedisiplinan, aspek disiplin, unsur-unsur disiplin, dan

(26)

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian

yang terdiri dari latar belakang sejarah berdirinya Panti Sosial

Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet, tugas dan fungsi, visi

misi, sasaran pelayanan, proses pelayanan, sumber dana, fasilitas,

dan profil anak asuh di PSAA PU 3 Tebet.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN

Bab ini menjelaskan tentang pola asuh positif pengasuh di Panti

Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet, serta

kedisiplian anak asuh dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab penutup dari tulisan ini yang berisi tentang

[image:26.595.134.523.81.466.2]
(27)

15

A. Pola Asuh Positif

1. Pengertian pengasuhan

Pengasuhan atau mengasuh adalah menjaga dan memilihara anak

kecil, membimbing agar bisa mandiri. Pengasuhan anak ditujukan kepada

anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya

secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.1 Pengasuhan

anak tersebut, dilakukan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan

untuk itu. Dalam hal ini lembaga harus berdasarkan agama, karena anak

yang diasuh harus seagama dengan agama yang menjadi landasan lembaga

yang bersangkutan.

Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di

luar panti sosial. Perorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui

lembaga-lembaga tersebut di atas. Pengasuhan tersebut melalui bimbingan,

pemeliharaan, perawatan dan pendidikan secara berkesinambungan, serta

dengan memberikan bantuan biaya atau fasilitas lain untuk menjamin

tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun

sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut anak.2

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengasuhan anak

yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara

1

Ahmad Kamil, hukum Perlindungan dan pengangkatan anak di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 75

2

(28)

wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial merupakan cikal bakal

dari lahirnya lembaga pengakatan anak yang memiliki sifat positif bagi

masa depan anak.

2. Pengertian Pola Asuh Positif / Positive Parenting

Carol Markie – Dadds MPsycClin, Karen M.T. Turner

MPsychClin, Mathew R. Sanders, Ph.D. dalam Triple P, Positive

Parenting Program Every Parent’s Group Workbook 2002 mendifinisikan

Positive Parenting adalah pendekatan pola asuh yang bertujuan untuk

mengembangakan dan mengelola perilaku anak dengan cara membangun

dan tidak menyakitkan anak. Pola asuh ini dikembangkan berdasarkan

komunikasi yang baik dan juga perhatian yang positif untuk membantu

anak agar berkembang.3

Anak-anak yang diasuh dengan pendekatan pola asuh positif

kemungkinan besar akan berkembang dengan baik, memiliki kemampuan

baik, dan selalu merasa nyaman akan dirinya sendiri atas segala hasil yang

telah dicapainya. Pendekatan dengan pola asuh positif akan

mengembangkan kebiasaan baik yang merupakan landasan dalam

mengembangkan karakter yang positif.4

Menurut Jane Nelsen, Ed.D. dan Lisa Larson, M.A. dalam bukunya

Positive Disicipline for Working Parents berikut ini perbandingan Pola

Asuh Negatif VS Pola Asuh Positif5:

3

Hanny Muchtar Darta, Six Pillars of Positive Parenting (Jakarta:Cicero Publishing,2011),h.29

4

Ibid, h. 29

5

(29)

a. Pola Asuh Negatif

1) Melihat dan memperlakukan anak sebagai “hak milik”,

2) Berusaha untuk membentuk anak sesuai dengan keinginan orang

tua

3) Menjadi teman yang tidak menyenangkan atau menekankan kalau

orang tua tidak bisa menjadi teman bagi anak

4) Mengalah terhadap keinginan anak ataupun orang tua

5) Kontrol

6) Mencoba untuk menjadi sempurna

7) Memberikan nasihat atau menghukum

8) Sangat melindungi

9) Menghindari perasaan terutama emosi negatif

10)Membeltulkan atau mencari jalan keluar untuk anak

11)Selalu berpikir dari kacamata orang tua

12)Selalu merasa khawatir atau takut

13)Selalu merasa kesal jika anak berprilaku tidak sesuai dengan

keinginan orang tua

14)Mempunyai persepsi bahwa kecerdasan intelektual adalah faktor

utama yang akan membuat anak sukses kemudian hari.

b. Pola Asuh Positif

1) Melihat dan memperlakukan anak sebagai “ titipan ”,

2) Mengasuh dan mengembangkan anak supaya anak menjadi dirinya

(30)

3) Sangat menghormati dan mendukung anak,

4) Selalu tegas dan tetap fokus pada usaha untuk mencari faktor

penyebab dan mencari solusi,

5) Membimbing,

6) Mengajarkan dan mendidik bahwa kesalahan atau kegagalan adalah

keadaan agar kita dapat mengambil pelajaran untuk menjadi lebih

baik,

7) Melibatkan anak untuk mencari jalan keluar yang terbaik,

8) Menawarkan pengawaasan yang pada tempatnya,

9) Mengizinkan anak untuk mengekspresikan perasaan atau emosi

negatifnya,

10)Mengajarkan pelajaranya yang beguna dalam kehidupan,

11)Berusaha masuk ke dunia anak,

12)Menaruh kepercayaan dan keyakinan pada anak,

13)Berusaha agar anak belajar dari perilaku atau kejadian yang tidak

menyenangkan,

14)Memiliki persepsi bahwa kecerdasan intelektual membuat anak

sukses dan mampu dan kecerdasan emosional-lah yang membuat

anak sukses dan mampu meraih segala potensi yang ada dalam

dirinya.

Dan “pengasuhan yang baik” merupakan sebuah konsep yang

kompleks yang memiliki beberapa dimensi fundamental yang sifatnya

(31)

dipengaruhi oleh tahap perkembangan anak, kesehatan fisik dan mental

orang tua seperti: kondisi kehidupan keluarga, tingkat dukungan yang

tersedia dalam komunitas dan akses yang dimiliki keluarga terhadap

pelayanan yang ada.6

Dari penjelasan diatas penulis simpulkan bahwa pola asuh

positif/positive parenting merupakan pola asuh yang mengembangakan

dan mengelola perilaku anak dengan cara membangun dan tidak

menyakitkan anak sehingga anak dapat memiliki kemampuan baik dan

selalu merasa nyaman akan dirinya sendiri.

3. Enam Pilar Dalam Pola Asuh Positif

Ada lima pendekatan penting yang sebaiknya orang tua jalankan

dengan cara yang bijaksana dan dengan usaha terbaik, kelima pendekatan

positif adalah sebagai berikut7 :

a. Memahami dan yakin akan paradigma pola asuh,

b. Memahami redefinisi sukses bahwa semua anak adalah pemenang,

c. Menjalankan peran orang tua sesuai dengan tahap perkembangan anak,

d. Membangun hubungan positif dengan anak,

e. Memahami bahwa agar anak dapat menggali segala potensi yang ada

dalam dirinya ditentukan oleh kecerdasan holistik, emosional, spiritual,

dan intelektual.

6

Child Protection Initiative (CPI), modul Perlindungan Anak dan Good Parenting Pelatihan bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak Pengasuh dan Keluarga di Indonesia, (Bandung: Save the Chidren,2010), h. 5

7

(32)

Pendekatan di atas dapat dipelajari dan dipahami oleh orang tua

atau pengasuh agar dapat mencapai impian yang diinginkan. Selain itu

ada enam pilar dalam pengasuhan anak yang merupakan cara terbaik

dalam mengasuh anak, keenam pilar tersebut adalah sebagai berikut 8:

a. Pilar 1 : Pentingnya kerja sama yang baik antara kedua orang tua

Anak yang mendapatkan pola pengasuhan secara seimbang

dari kedua orang tuanya, anak tersebut lebih sehat, cerdas emosi,

sosial, dan intelektual, dan mampu untuk mengikuti pelajaran di

sekolah dengan baik.

b. Pilar 2 : Belaian fondasi penting dalam mengasuh anak

Berbagai penelitian menunjukan terapi pelukan bisa

menyembuhan penyakit fisik dan psikis. Orang yang dipeluk, ataupun

memeluk, merasakan adanya kekuatan cinta yang menggelilingi

mereka.

c. Pilar 3 : Terapkan aturan dan kesepakatan secara konsisten

Sebagai orang tua harus berusaha untuk menghindari agar

kerewelan anak atau temper tantrum anak tidak menjadi kebiasaan

atau digunakan sebagai alat agar keinginannya terpenuhi.

d. Pilar 4 : Pahami emosi negatif anak sejak dini

Perlu orang tua/pengasuh pahami dengan baik bahwa anak

mempunyai keinginan yang sama seperti orang dewasa pada umunya,

berusahalah dengan baik untuk memahami emosi negatif anak,

8

(33)

berikan pilihan sebagai bentuk dukungan dan biarkan anak yang

memilih.

Apapun pilihan anak harus dihargai dengan baik karena

semuanya tidak ada yang salah dan benar tapi hanya ada pilihan, yaitu

pilihan baik atau pilihan yang lebih baik.

e. Pilar 5 : Pentingnya gaya bahasa positif agar anak sehat fisik dan

emosional

Gaya bahasa merupakan rangkaian dari peryataan yang dapat

berupa komentar, tanggapan, atau masukan yang membuat seseorang

merasa bahwa dia dihargai dan merasa mampu serta semangat untuk

melakukan usaha terbaiknya.

Keadaan ini akan membuat anak merasa nyaman, dan berusaha

dengan baik serta gigih, anak merasa lingkunganya sangat mendukung

sehingga selalu merasa dekat dengan orang tua/pengasuh.

f. Pilar 6 : Pola asuh tanpa hukuman (Non-positive parenting)

Mengasuh anak bebas dari hukuman adalah mendorong anak

dalam suasana yang positif dan penuh dukungan dengan si anak yang

memilih konsekuensi dari tindakan yang telah di lakukan sehingga

anak dapat mengambil pelajaran dan berusaha untuk melakukan

(34)

Menurut Jane Nelsen Ed.D, dan Lisa Larson M.A, dalam

bukunya Positive Discipline for Working Parents, ada empat kriteria

dalam membangun disiplin yang efektif9 :

a. Apakah pendekatan yang dilakukan akan dapat membangun kedekatan

(merasa dimiliki dan diakui keberadaan anak yang bersangkutan)?

b. Apakah pendekatan yang diambil mampu untuk menunjukan kalau

kita sebagai orang tua menghargai keberadaan anak?

c. Apakah pendekatan yang kita lakukan akan efektif untuk jangka

panjang apakah sudah memperhantikan dan mempertimbangkan

perasaan, pikiran, dan kemampuan anak dalam memutuskan sesuatu?

d. Apakah pendekatan yang dilakukan orang tua dapat membantu anak

untuk mengembangkan karakter atau perilaku positif anak dan mampu

mengajarkan anak untuk mengambil pelajaran dalam kehidupanya

(menghormati, perhatian akan pihak lain, kemampuan untuk

memecahkan masalah, kemampuan untuk bekerja sama dengan baik)?

Dari penjelasan di atas penulis simpulkan bahwa enam pilar

pola asuh positif merupakan hal yang sangat penting dalam usaha

membesarkan anak sehingga sang anak menjadi sesorang yang dapat

membawa perubahan positif di lingkungannya.

4. Gaya Pengasuhan

Walaupun masalah spesifik yang dihadapi pengasuh berubah ketika

anak tumbuh besar, pada setiap tingkatan usia, orang tua/ pengasuh

9

(35)

mengahadapi berbagai pilihan tentang seberapa besar mereka harus

merespon kebutuhan anak, seberapa besar kendali yang harus diterapkan,

dan bagimana menerapkanya.

Menurut penelitian Diana Baumrind (1971) ada empat jenis gaya

pengasuhan10:

a. Pengasuhan otoritarian

Pengasuhan otoritarian adalah gaya yang membatasi dan

menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan

orang tua dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka.

Gaya pengasuhan ini biasanya mengakibatkan perilaku anak

yang tidak kompeten secara sosial.

b. Pengasuhan otoritatif

Pengasuhan otoritatif adalah gaya ini mendorong anak untuk

mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan

mereka.

Gaya pengasuhan ini biasanya mengakibatkan perilaku anak

yang kompeten secara sosial.

c. Pengasuhan yang mengabaikan

Pegasuhan yang mengabaikan adalah gaya di mana orang tua

sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang memiliki orang

tua yang mengabaikan merasa aspek lain kehidupan orang tua lebih

penting daripada diri mereka.

10

(36)

Gaya pengasuhan ini biasanya mengakibatkan inkompetensi

sosial anak, terutama kurangnya pengendalian diri.

d. Pengasuhan yang menuruti

Pengasuhan yang menuruti adalah gaya pengasuhan di mana

orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut

atau mengontrol mereka. Gaya pengasuhan ini biasanya mengakibatkan

inkompetensi sosial anak, terutama kurangnya pengendalian diri.

Keempat klasifikasi pengasuhan (otoritatif, otoritarian, menuruti,

mengabaikan) melibatkan kombinasi antara penerimaan dan sikap

responsif di satu sisi serta tuntutan dan kendali di sisi lain.11Contohnya

pengasuhan otoritatif menggabungkan sikap menerima/rensposif dan

mununtut/mengontrol.

Jadi, gaya pengasuhan Baumrind sangat berpengaruh karena orang

tua pada umumnya tidak boleh menghukum atau menjauh, mereka harus

menentapkan aturan bagi anak dan menyayangi mereka.

B. Kedisiplinan

1. Pengertian Disiplin

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal dari

latin “Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar.

Sedangkan istilah bahasa inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti: 1)

Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasa diri, 2) Latihan

membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai

11

(37)

kemampuan mental atau karakter moral, 3) Hukuman yang diberikan

untuk melatih atau memperbaiki, 4) Kumpulan atau sistem-sistem

peraturan-peraturan bagi tingkah laku.12

Dalam bahasa Indonesia istilah disiplin kerap kali terkait dan

menyatu dalam istilah tata tertib dan ketertiban. Kedisiplinan atau suatu

kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku

yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan

dan atau ketertiban.13

Arti sebenarnya dari Disiplin14

Diagram 1. Bagan arti sebenarnya disiplin

Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

kedisiplinan adalah sikap seorang yang menunjukan ketaatan atau

12

Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Prilaku Dan Prestasi Sisiwa, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,2004), h.20.

13

Soegeng Prijodarminto, Disiplin kiat menuju sukses, (Jakarta: Pradya Paramita, 2004), h. 23

14

Child Protection Initiative (CPI), modul Perlindungan Anak dan Good Parenting Pelatihan bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak Pengasuh dan Keluarga di Indonesia, h. 6

Disiplin

Terjadi secara terus menerus saat orang

tua dan anakberinteraksi

Sama dengan mengajar

Sifat ramah, menghargai dan sensitive supaya

(38)

kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ada dan dilakukan

dengan senang hati dan atas kesadaran diri. Artinya keadaan tertib dimana

anak tergabung dalam pelayanan panti harus tunduk pada peraturan atau

tata tertib panti yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati.

2. Aspek disiplin

Konsep disiplin merupakan aspek dari perkembangan moral yang

dapat terjadi pada masa anak maupun remaja. Konsep disiplin merupakan

penentu bagi anak maupun remaja untuk dapat mempelajari atau

menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang mana yang benar dan mana

yang salah sehingga anak dapat memiliki fondasi yang kuat untuk dapat

menentukan sikapnya.

Sesuai dengan perkembangan usia pada anak dan remaja, untuk

selanjutnya konsep disiplin dengan pemaksaan dapat dikurangi dan pada

akhirnya menjadi penegakan disiplin secara demokratis. Disiplin pada

anak maupun remaja perlu diterapkan, karena pemahaman akan berbagai

aturan unsur pendisiplinan akan berpengaruh besar terhadap pola perilaku,

pola sikap, maupun perkembangan kepribadian.

Aspek disiplin mencakup atas15 :

a. Disiplin otoriter

Merupakan suatu konsep disiplin yang memiliki sifat

konvensional. Konsep ini mengajarkan pada anak maupun remaja

15

(39)

untuk mematuhi berbagai aturan tanpa memberikan penjelasan

terlebih dahulu.

Artinya, orang tua atau pengasuh memberikan

peraturan-peraturan pada anak dan anak harus mematuhinya.

b. Disiplin yang lemah

Filosofi yang mendasari penegakan disiplin yang lemah

sebagai proses dari adanya disiplin otoriter adalah bahwa anak

maupun remaja akan berprilaku secara sosial setelah memahami efek

dari prilaku yang ditampilkannya. Artinya, anak akan belajar

bagaimana berprilaku dari setiap akibat perbuatanya itu sendiri.

c. Disiplin demokratis

Pada konteks ini baik anak maupun remaja diberikan

kesempatan untuk mendapatkan penjelasan akan suatu peraturan yang

harus dipatuhinya serta memiliki hak untuk memberikan penilaian

akan peraturan tersebut.

Artinya, menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa

aturan-aturan di buat dan memperoleh kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menggap bahwa aturan

itu tidak adil.

3. Unsur-unsur disiplin

Unsur-unsur disiplin meliputi tiga hal, yaitu : 1) sikap mental

(mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau

(40)

2) pemahaman yang baik mengenai sistim peraturan perilaku, norma,

criteria dan standar yang sedemikian rupa, 3) sikap kelakuan secara wajar,

menunjukan kesungguhan hati untuk menaati segala hal secara cermat dan

tertib.16

Disiplin itu lahir dan berkembang dari sikap seseorang di dalam

sistem nilai yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur pokok

yang membentuk disiplin, 1) sikap yang ada pada diri manusia dan sistem

nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Unsur tersebut merupakan

unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi

terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran.

Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang

berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman dan penuntunan bagi kelakuan

manusia.

Perpaduan antara sikap dengan sistim nilai budaya yang menjadi

pengarah dan pedoman dalam mewujudkan sikap mental berupa perbuatan

atau tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola atau kepribadian

yang menunjukan perilaku disiplin atau tidak disiplin.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin

Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks,

karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya. Ditinjau

dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang

cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh

16

(41)

dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang, kecenderungan

tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana

pengoptimalannya.

Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka

agar manusia memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan

aturan maka perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui

berbagai bentuk penanaman disiplin dan kepatuhan. Upaya-upaya tersebut

baik melalui pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan

yang mengatur tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan

penghargaan bagi pelaku dan pengawasan.

Ada dua faktor penyebab timbul suatu tingkah laku disiplin yaitu

kebijaksanaan aturan itu sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai

itu sendiri.17

Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama anak

berbeda-beda. Ada anak yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada siswa

yang mempunyai kedisiplinan rendah. Tinggi dan rendahnya kedisiplinan

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dalam diri

maupun yang berasal dari luar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut, antara

lain yaitu18: 1) anak itu sendiri, 2) sikap pendidik, 3) lingkungan, dan 4)

tujuan.

17

Subari, Supervisi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara,1994), h. 166

18

(42)

Faktor anak itu sendiri memengaruhi kedisiplinan anak yang

bersangkutan. Oleh karena itu, dalam mananamkan kedisiplinan faktor

anak harus diperhatikan, mengingat anak memiliki potensi dan kepribadian

yang berbeda antara yang satu dan yang lain. Pemahaman terhadap

individu anak secara cermat dan tepat akan berpengaruh terhadap

keberhasilan penanaman kedisiplinan.

Selain faktor anak, sikap pendidik juga mempengaruhi kedisiplinan

anak. Sikap pendidik yang bersikap baik, penuh kasih sayang,

memungkinkan keberhasilan penanaman kedisiplinan pada anak. Hal ini

dimungkinkan karena pada hakikatnya anak cenderung lebih patuh kepada

pendidik yang bersikap baik. Sebaliknya, sikap pendidik yang kasar, keras,

tidak peduli, dan kurang wibawa akan berdampak terhadap kegagalan

penanaman kedisiplinan di panti.

Di samping itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi kedisiplinan

seseorang. Bahwa situasi lingkungan akan mempengaruhi proses dan hasil

pendidikan, situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis, lingkungan

teknis, dan lingkungan sosiokultural. Lingkungan fisis berupa lingkungan

panti, keluarga dan masyarakat. Lingkungan teknis berupa fasilitas atau

sarana prasarana yang bersifat kebendaan, dan lingkungan sosiokultural

berupa lingkungan antar individu yang mengacu kepada budaya sosial

masyarakat tertentu. Ketiga lingkungan tersebut juga mempengaruhi

(43)

Selain ketiga faktor di atas, faktor tujuan juga berpengaruh

terhadap kedisiplinan seseorang. Tujuan yang dimaksud di sini adalah

tujuan yang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan. Agar penanaman

kedisipllinan kepada anak asuh dapat berhasil, maka tujuan tersebut harus

ditetapkan dengan jelas, termasuk penentuan kiteria pencapaian tujuan

(44)

32

[image:44.612.109.538.59.485.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 3 TEBET

A. Gambaran Lembaga

1. Pengertian dan Sejarah Singkat PSAA “ Putra Utama 03 “

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) putra utama 03 Tebet adalah salah

satu unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Bina Mental Spiritual dan

kesejahteraan Sosial propinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas memberikan

pelayanan kesejahteraan kepada anak terlantar. Panti Sosial Asuhan Anak

(PSAA) Putra Utama 03 Tebet didirikan pada tahun 1999 yang saat itu

bernama Panti Sosial taman Penitipan Anak (PSTPA) Bina Insan Nusantara

sebagai salah satu unit pelaksanaan teknis kanwil Depsos Propinsi DKI

Jakarta.

Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara menjadi

UPT Dinas Sosial Propinsi Dki Jakarta yang kemudian beruah menjadi Panti

Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun

2000 tentang bentuk susunan organisasi dewan perwakilan Rakyat Daerah

propinsi DKI Jakarta dan keputusan Gubernurpropinsi daerah khusus ibukota

Jakarta nomor 41 tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Mental

(45)

Sosial berubah menjadi Dinas Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial

Propinsi DKI Jakarta.

Selanjutnya dengan keluarnya keputusan Gubernur propinsi DKI

Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan dinas bintal dan kesos prop. DKI

Jakarta, maka sejak tanggal 13 November 2002 nama PSAA Balita tunas

bangsa berubah menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet.1

2. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Tugas pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah :

Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan social anak

terlantar yang meliputi identifikasi dan assesmen, bimbingan dan

penyaluran serta bina lanjut.

b. Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah :

1) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,

identifikasi, motivasi, dan seleksi;

2) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi

dan penempatan dalam panti;

3) Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan social;

4) Pelaksanaan assesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan

pemahaman masalah dan potensi;

1

(46)

5) Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan

mental, social, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan;

6) Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga,

masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta pelaksanaan

penyaluran dan bantuan kemandirian;

7) Pelaksanaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi,

pemantapan, dan terminasi.

3. VISI & MISI a. VISI

Panti Sosial asuhan anak putra utama 3 tebet mempunyai visi

Terentasnya anak terlantar yatim/piatu/yatim piatu dan berasal dari

keluarga tidak mampu di provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan yang

layak dan normatif2.

b. MISI

Adapun Misi panti sosial asuhan anak putra utama 3 tebet, yaitu :

a. Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap anak

yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di lingkungan

masyarakat.

b. Membentuk anak yang mengalami keterlantaran agar dapat tumbuh

kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani,

maupun sosial.

2

(47)

c. Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

yatim/piatu/yatim piatu terlantar kedalam kehidupan yang layak,

normatif, dan manusiawi.

4. Sasaran Pelayanan dan Persyaratan menjadi Warga Binaan Sosial di PSAA Putra utama 3 Tebet

Sasaran pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak putra utama 3 tebet

adalah anak terlantar usia 13 s/d 18 tahun yang karena suatu sebab orang

tuanya tidak dapat mencukupi kebutuhanya secara wajar baik jasmani maupun

rohani maupun sosial.

Sedangkan untuk menjadi warga binaan PSAA memiliki beberapa

persyaratan, yaitu sebagai berikut :

a. anak usia 13 tahun s/d 18 tahun (khusus wanita);

b. surat keterangan tidak mampu Rt/Rw, Lurah setempat;

c. surat keteranagn sehat dari dokter/ puskesmas;

d. foto copy KTP orang tua/ wali (domisili DKI Jakarta)

e. pas foto 4x6 = 2 lembar, 2x3 = 2 lembar

f. memiliki ijasah/ rapot terakhir;

g. bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra

(48)

5. Proses Pelayanan

Tahap I : Penerimaan

a. identifikasi

b. assesmen

c. penerimaan

Tahap II :Pelaksanaan Kegiatan

a. perawatan

b. pemeliharaan

c. pembinaan fisik

d. pembinaan kesehatan

e. bimbingan mental dan sosial

f. pendidikan

g. pendidikan keterampilan

Tahap III :Resosialisasi

a. bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga

b. bimbingan kerja

Tahap IV :Penyaluran

b. keluarga

c. kerja

Tahap V :Bina lanjut

(49)

b. pembinaan dalam rangka kelangsungan kerja eks

WBS

Tahap VI : Terminasi

a. Pemutusan hubungan bila eks WBS sudah dapat

hidup mandiri.

6. Sumber Dana

Dana operasional Panti Sosial Asuhan Anak putra utama 3 Tebet

berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta, setiap tahun panti mengajukan anggaran yanbg di perlukan panti.

Karena PSAA merupakan panti dibawah naungan Pemerintah DKI Jakarta dan

anggaran tersebut tertuang dalam Dokumen Pelaksanan Anggaran ( DPA).

PSAA juga menerima sumbangan dari masyarakat berbagai macam

profesi tetapi tidak secara rutin hanya sesekali saja, semua itu diketahui dan

disetujui oleh Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.3

7. Fasilitas

1. Luas tanah : 5.100 M2

2. Taman/halaman : 1.000 M2

3. Ruang Komputer : 1 Lokal

4. Ruang Asrama : 5 Lokal

5. Ruang keterampilan : 2 Lokal

6. Ruang makan dan dapur : 2 Lokal

3

(50)

7. Aula ruangan pertemuan : 1 Lokal

8. Musollah : 1 Lokal

9. lapangan olahraga : Bulutangkis, Tenis meja, basket, volly ball

B. Profil Anak-Anak Di PSAA 1. Profil WBS

Dari hasil observasi yang dilakukan, berikut ini penulis masukkan ke dalam

table berdasarkan tingkat pendidikan, berdasarkan penyebaran sekolah, dan

berdasarkan status keluarga. Terlihat berdasarkan tingkat pendidikan bahwa lebih

banyak WBS yang duduk di tingkat SLTA yaitu 60 WBS dibandingkan dari

tingkat SLTP yaitu 20 WBS.

Berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SLTP lebih banyak WBS sekolah

di SLTP DCB PALAD, sedangkan penyebaran sekolah tingkat SLTA yaitu SMK

PANCASILA. Dan berdasarkan dari status keluarga terlihat lebih banyak orang

tua tidak mampu yang menitipkan anaknya di Panti.

NO. TINGKAT PENDIDIKAN

KELAS

KET

1 2 3

1 SLTP 7 9 4 20

2 SLTA 14 25 21 60

[image:50.612.115.541.52.412.2]

JUMLAH 80

[image:50.612.149.518.526.670.2]
(51)

NO. NAMA SEKOLAH

KELAS

KET

1 2 3

1. SLTPN 3 3 3 1

2 SLTPN 33 1

3 SLTP DCB PALAD 4 5

4 SLTP.N 15 2 1

[image:51.612.153.532.53.702.2]

JUMLAH 7 5 8 20

Tabel. 3 : Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SLTP

NO. NAMA SEKOLAH

KELAS

KET.

1 2 3

1 SMKN 08 - - 1

2 SMKN 47 - - 1

3 SMKN 31 - - 2

4 SMKN 40 - - 3

5 SMKN 07 - - 1

6 SMKN 50 - - 1

7 SMKN 56 - - 2

8 SMK PANCASILA 7 13 3

(52)

10 SMA N 55 - - 1

11 SMA N 79 1 - -

12 SMK TIRTA SARI - - 1

JUMLAH 14 25 21 60

Tabel. 4 : Data Wbs Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SLTA

NO. STATUS KELUARGA KETERANGAN

1 ORANG TUA TIDAK MAMPU 51 ORANG

2 YATIM 9 ORANG

3 PIATU 4 ORANG

4 YATIM PIATU 6 ORANG

5 KELUARGA RETAK 5 ORANG

[image:52.612.151.540.56.525.2]

6 ANAK TERLANTAR 5 ORANG

(53)

41

Pada Bab ini penulis akan membahas tentang pola asuh positif pengasuh

dan kedisiplinan anak asuh dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet. Dengan

menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil observasi, wawancara catatan

lapangan dan dokumentasi dengan teori-teori yang telah dijelasakan pada Bab II.

Dari hasil penelitian, penulis menemukan beberapa hal mengenai pola asuh positif

pengasuh dalam panti dan kedisiplinan anak asuh dalam panti PSAA Putra Utama

3 Tebet, baik dari segi subyeknya maupun dari segi obyek penelitian sebagai

upaya yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet untuk

anak asuh yang tinggal di dalam panti tersebut.

Sebelumnya penulis akan terlebih dahulu membahas tiga informan yang

akan menjadi sumber dari skripsi ini. Yaitu tiga anak yang tercatat mempunyai

pelanggaran paling banyak (kurang disiplin) yang berada di PSAA Putra Utama 3

Tebet yang ketiganya sudah memasuki bangku sekolah SLTP dan SLTA. Di

dalam panti sebutan untuk anak asuh adalah Warga Binaan Sosial (WBS) untuk

itu dalam penulisan pada profil informan anak asuh berikut ini akan di tulis

dengan sebutan WBS.

1. WBS “ S ”

Tanggal Lahir : Jakarta, 19 November 1996

Tahun Masuk Panti : 2009

(54)

Fisik Badan : Tinggi sedang, Rambut Hitam Lurus,

Kulit Sawo Matang, penglihatan dan

pendengaran normal.

Psikis : Sopan, Memiliki Sikap manja, labil dan

mudah terpengaruh

Nama Ayah : Rusdi

Nama Ibu : Puji Prihatin

Pekerjaan Ayah : Buruh

Pekerjaan Ibu : Baby suster

Riwayat hidup WBS :

“S” adalah anak pertama dari 6 bersaudara saat ini S berusia 15

tahun dan sekarang duduk di kelas VIII SMP. Sebelumnya S pernah berada

di panti Kelender. Menurut data yang dimiliki pihak panti S berada di panti

karena dititipkan oleh ibunya, hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi

yang tidak menentu. Ibu S pernah meninggalkan anak-anak dan suaminya

untuk bekerja sebagai TKW mengurus lansia di Hongkong tahun 2004.

Kemudian tahun 2005 ibunya kembali ke Indonesia dan bekerja di

Kalimantan untuk pekerjaan yang sama. Tahun 2006 ibu S dipulangkan ke

Jakarta karena diketahui mengidap penyakit paru-paru. Terakhir ibu S

sempat bekerja di Batu Ceper Permai mengurus lansia juga dan ayah S pergi

ke Aceh untuk bekerja sebagai koki atau tukang masak. Belakangan

(55)

tidak kembali ke Aceh lagi.1 Saat ibu S menitipkan S di panti S mau dengan

senang hati.

2. WBS “ T ”

Tanggal Lahir : Jakarta, 8 mei 1995

Tahun Masuk Panti : 2008

Umur : 16 Tahun

Fisik Badan : Tinggi sedang, berbadan gemuk, Rambut

Hitam, Kulit Sawo Matang, penglihatan dan

pendengaran normal.

Psikis : Pendiam, Memiliki Sikap Lebih Dewasa

di bandingkan dengan teman-temannya,

mudah terpengaruh

Nama Ayah : Jeami

Nama Ibu : Rohaya

Pekerjaan Ayah : Buruh

Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga

Riwayat hidup WBS :

“T” adalah anak pertama dari 2 bersaudara saat ini T berusia 16

tahun dan duduk di bangku kelas I SMK. T berada di panti disebabkan

karena kondisi ekonomi yang kurang mampu. Ayah T yang bekerja sebagai

buruh bangunan dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga membuat T

dititipkan di panti agar dapat mendapatkan biaya pendidikan di panti ini.

1

(56)

Pendapatan ayah T belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga

T. Saat di titipkan di panti T mau dengan sendirinya.2

3. WBS “ H “

Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Febuari 1995

Tahun Masuk Panti : 2009

Umur : 16 Tahun

Fisik Badan : Tinggi sedang, berbadan sedang, rambut

hitam ikal, kulit sawo matang, penglihatan

dan pendengaran normal.

Psikis : Cuek, memiliki sikap manja, mudah

terpengaruh teman.

Nama Ayah : Syaromi Siregar

Nama Ibu : Siti Muntamah

Pekerjaan Ayah : Pedagang

Pekerjaan Ibu : Pembantu rumah tangga

Riwayat hidup WBS :

H adalah anak kedua dari 7 bersaudara saat ini H berusia 16 tahun

dan duduk di bangku kelas II SMK. Ayah H yang bekerja sebagai pedagang

agar-agar keliling tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ibu

H yang bekerja sebgai pembantu rumah tangga dan yang tidak menentu

apabila ada panggilan ibu H baru bekerja. Pendapatan ayah H berasal dari

hasil berjualan agar keliling tidak menentu. Karena keaadan orang tua yang

2

(57)

tidak mampu inilah dan anak-anak yang masih sekolah orang tua

memutuskan H dititipkan ke panti untuk menjamin kehidupan dan

pendidikannya. Saat itu awalnya kakak H yang ditawarkan untuk masuk ke

panti, kemudian ayah H mengurus surat buat kakak H, dan akhirnya anak

ditawarkan oleh saudara dari ayahnya lalu menceritakan kehidupan di panti

itu enak kemudian H ditawari terlebih dahulu mau atau tidak tinggal di

panti. Kemudian H mau dengan senang hati.3

A. Pola Asuh Positif Pengasuh Dalam Panti

Pola asuh positif merupakan pola asuh yang tidak dilandasi dengan

hukuman atau kekerasan yang tidak menyakitkan anak sehingga anak dapat

memiliki kemampuan baik dan selalu merasa nyaman akan dirinya sendiri.

Pola asuh yang dilakukan secara positif sangat mendukung

perkembangan anak. Apabila kita memiliki persepsi atau keyakinan positif

akan kemampuan anak, selanjutnya apa yang kita pikirkan tentang anak akan

selalu positif. Dari pikiran yang berusaha untuk positif akan mendorong kita

untuk selalu berkomunikasi secara positif dengan anak4.

Ketika orang tua/pengasuh dapat berkomunikasi secara positif dengan

anak, maka anak akan merespon secara baik dan mau bekerja sama dan selalu

berusaha dengan baik. Dengan demikian, anak merasa nyaman, mampu

membuat pilihan dan menerapkan kebiasaan baru yang sangat baik untuk

menggali segala potensi yang ada di dalam dirinya. Penjelasan ini juga

3

Observasi

4

(58)

diperkuat oleh Bapak Fachrizal Hamid, SH selaku seksi identifikasi/assesment

beliau mengatakan tentang pola asuh positif :

“ Pola asuh positif adalah bagaimana kita bisa mengasuh anak dengan

pendekatan-pendekatan dengan perasaan agar (anak) benar-benar bisa

memanfaatkan waktu di panti untuk masa depan mereka dan keluarganya “5

Selain itu, ada lima pendekatan penting yang sebaiknya pengasuh

jalankan dengan cara yang bijaksana dan dengan usaha terbaik, kelima

pendekatan positif adalah sebagai berikut6 :

1. Memahami dan yakin akan paradigma pola asuh

2. Memahami redefinisi sukses bahwa semua anak adalah pemenang

3. Menjalankan peran orang tua sesuai dengan tahap perkembangan anak

4. Membangun hubungan positif dengan anak

5. Memahami bahwa agar anak dapat menggali segala potensi yang ada

dalam dirinya ditentukan oleh kecerdasan holistik, emosional, spiritual,

dan intelektual.

Hal tersebut juga dijelaskan oleh Bapak Mujiono bahwa :

“ Pengasuhan secara positif dapat memberikan rasa tanggung jawab

kepada anak asuh agar anak bisa lebih mandiri dan melatih rasa tanggung jawab yang besar agar anak juga mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa memiliki di panti dan bisa disebut pola asuh secara kekeluargaan, seperti : melatih disiplin terhadap anak, dan anak dapat menggali potensi dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah discheduleoleh panti ”7

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Siti selaku Staf

tentang pola asuh positif :

5

Wawancara Pribadi dengan Bapak Fachrizal Hamid, SH selaku seksi identifikasi/assesment, tanggal 20 mei 2011 pukul:15.10 Wib.

6

Hanny Muchtar Darta, Six Pillars of Positive Parenting, h.27

7

(59)

“ Pola asuh positif sama dengan pola asuh yang mendidik agar anak dapat disiplin dan mandiri “8

Dari teori yang di jelaskan pada bab II bahwa pengasuhan yang baik

merupakan sebuah konsep yang kompleks yang memiliki beberapa dimensi

fundamental yang sifatnya universal bagi semua keluarga, tetapi juga

mempunyai dimensi unik yang dipengaruhi oleh tahap perkembangan anak,

kesehatan fisik dan mental orang tua seperti: kondisi kehidupan keluarga,

tingkat dukungan yang tersedia dalam komunitas dan akses yang dimiliki

keluarga terhadap pelayanan yang ada.9

Ekologi pengasuhan anak10

8

Wawancara pribadi dengan Ibu Siti selaku staff, tanggal 19 mei 2011 pukul 14.57 Wib

9

Child Protection Initiative (CPI), modul Perlindungan Anak dan Good Parenting Pelatihan bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak Pengasuh dan Keluarga di Indonesia, (Bandung: Save the Chidren,2010), h. 5

10

Ibid, h. 5

Masyarakat

Komunitas

Keluarga

(60)

1. Tumbuh kembang anak asuh

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penu

Gambar

GAMBARAN  UMUM  LEMBAGA PSAA PU 3 TEBET
Tabel 1. Pengambilan informan ……………………………………………….    8
Gambaran tentang:
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
+5

Referensi

Dokumen terkait

Jawab: “ mengembangkan apa yang berada di dalam diri anak, Setiap anak pastinya memiliki potensi tetapi bagaimana cara kita sebagai pengasuh panti melihat potensi, bakat

Dilihat dari keterbatasan panti asuhan dalam mengimplementasikan hal- hal yang menyangkut kesejahteraan anak yang kemungkinan besar berpengaruh pada proses tumbuh

Sedangkan Pola asuh otoriter yang diterapkan oleh pengasuh terhadap anak usia dini di Panti Asuhan Samsah Kudus terbatas pada hal-hal yang sifatnya prinsip dan mempunyai

pengasuh dalam membentuk sikap positif anak didik di Panti Asuhan Aisyiyah Pekanbaru berjalan dengan baik, peran komunikasi interpersonal pengasuh dalam membentuk

Dari hasil penelitian tentang Pola Bimbingan Orang Tua Asuh dalam Menanamkan Kedisiplinan Anak di Panti Asuhan Yatim Piatu Rohadi Kaliwungu Kendal yang penulis lakukan,

HAMBATAN YANG DlALAMl PENGASUH DALAM MEMBlMBlNG ANAK ASUH PADA PANTI ASUHAN MUHAMMADIYAH I AlSYlYAHI. DALAM DAERAH

Responden di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Jakarta Selatan berdasarkan hasil penelitian berada pada tingkat self esteem sedang pada aspek

Bab IV Analisis Implementasi Pola Asuh Anak dan Dampak Pola Asuh Anak pada Panti Asuhan Ittihadul Inayah Ponorogo Perspektif Hadanah, pada bab ini merupakan inti dari penelitian, karena