• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA ASUH PENGASUH DENGAN PERTUMBUHAN TINGGI BADAN ANAK DI PANTI ASUHAN TARBIYATUL YATIM SEMARANG TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN POLA ASUH PENGASUH DENGAN PERTUMBUHAN TINGGI BADAN ANAK DI PANTI ASUHAN TARBIYATUL YATIM SEMARANG TAHUN 2017"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH PENGASUH DENGAN PERTUMBUHAN TINGGI BADAN ANAK DI PANTI ASUHAN TARBIYATUL YATIM SEMARANG

TAHUN 2017

Anom Dwi Prakoso*), Vilda Ana Veria**)

*) Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro

**) Staff Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

ABSTRAK

Latar Belakang: Stunting atau pendek merupakan masalah pertumbuhan tinggi badan yang di Indonesia prevalensinya 37,6% dari total anak menderita stunting.

Penyebabnya adalah fasilitas pelayanan kesehatan, faktor ekonomi, pekerjaan, budaya, pendidikan, asupan zat gizi, berat badan saat lahir, tinggi badan lahir, penyakit Infeksi pada anak dan lain-lain. Tujuan penlitian ini adalah menganalisa hubungan antara pola asuh dengan pertumbuhan tinggi badan anak di Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim Semarang tahun 2017.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross sectional. Populasi dalam penelitian ini.adalah seluruh anak panti asuhan yang berjumlah 64 anak. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 48 anak usia 6-18 tahun atau usia sekolah dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner yang diolah dengan spss menggunakan uji statistik rank spearman.

Hasil: Hasil statistik menunjukkan pola penanganan saat sakit tergolong baik (85,7%), pola pemantauan pertumbuhan tergolong kurang (91,7%) dan pola pmberian makan tergolong cukup (87,5%). Sedangkan uji hubungan pada variabel pola penanganan saat sakit menujukkan adanya hubungan antara pola penanganan saat sakit (p 0,000) dan pola pemberian makan (p 0,000) dengan pertumbuhan tinggi badan anak. Sedangkan variabel pola pemantauan petumbuhan tidak ada hubungan dengan pertumbuhan tinggi badan anak.

Saran: Berdasarkan hasil penelitian itu maka sebaiknya dilakukan edukasi kepada pengasuh tentang pola penanganan saat sakit, pola pemantauan pertumbuhan, pola pemberian makan yang tepat pada anak panti asuhan.

Kata kunci : stunting, pertumbuhan anak, pola penanganan saat sakit, pola pemantauan pertumbuhan, pola pemberian makan

(2)

PENDAHULUAN

Pola adalah bentuk, cara atau susunan untuk melakukan seseuatu hal.

Sedangkan Mengasuh adalah membina interaksi dan komunikasi secara terus menerus dan penuh perhatian untuk menciptakan suatu keadaan harmonis. Jadi pola asuh adalah gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.1 Sedangkan pertumbuhan berasal dari kata “tumbuh” yang pertambahan dalam ukuran, besar pada organ atau fisik secara sempurna.2 Secara etimologis pertumbuhan adalah hasil matangnya suatu proses dari fungsi-fungsi organ atau fisik yang berjalan secara normal pada anak dengan kondisi sehat dalam kurun waktu tertentu.3

Pola pengasuhan anak tidak selalu hanya didapatkan dari lingkungan keluarga, tetapi bisa didapatkan dari sebuah lembaga yang menyediakan jasa pengasuhan dari tenaga professional ataupun didapatkan dari lembaga kesejahteraan anak bagi anak-anak yang tidak memiliki keluarga yang utuh atau permasalahan lainnya.4 Beberapa contoh dari pola asuh misalnya yaitu pola penanganan orangtua atau pengasuh saat anak sakit, pola pemantauan pertumbuhan anak, pola pemberian makanan dan lain-lain.5Pola pengasuhan yang baik diharapkan agar anak dapat berkembang secara jasmani maupun rohani. Konsep pengasuhan anak meliputi pengajaran, pembujukan dan pengganjaran (penghargaan dan hukuman).4

Terdapat banyak permasalahan pertumbuhan di Indonesia misalnya stunting atau pendek, kurus, obesitas dan lain-lain. Pada kasus pertumbuhan tinggi badan anak, masih banyak anak di Indonesia yang tergolong pendek dan sangat pendek.

Dari jumlah semua balita yaitu 23 juta balita, sekitar 7,6 juta anak balita yang tergolong stunting (35,6%). 18,5% tergolong sangat pendek dan 17,1% tergolong pendek.6 Pada hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 dapat diketahui jika prevalensi stunting di Indonesia mencapai angka 37,2 %, tahun 2010 yaitu (35,6%) dan tahun 2007 sebesar (36,8%).7 Di Jawa Tengah jumlah keseluruhan kasusnya tergolong tinggi yaitu sebesar 33,6%. Sebesar 17% tergolong pendek dan 16,9% sangat pendek. Jika dilihat dari hasil yang terdap di profil kesehatan kota Semarang pada tahun 2011 jumlah kasus balita stunting sebesar 20,66%, dan jumlah kasus tertinggi yaitu Kecamatan Semarang Timur sebesar 40,16%.8

(3)

Stunting disebabkan oleh berbagai macam faktor, faktor tak langsung dan faktor langsung. Faktor tak langsung misalnya dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kesehatan , faktor ekonomi, pekerjaan, dan budaya, pendidikan. Sedangkan pada faktor langsung misalnya ditentukan oleh berat badan lahir dan penyakit. dan asupan makanan. Faktor sosial ekonomi saling terkait antara satu dengan lainnya dalam hal asupan zat gizi, berat badan saat lahir, panjang badan/ tinggi badan lahir dan penyakit Infeksi pada anak.9

Stunting pada anak-anak yang sudah parah akan mengakibatkan kekurangan dalam jangka panjang terkait tumbuh kembang fisik dan mentalnya, sehingga mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengikuti pelajaran di sekolah secara optimal dibandingkan anak-anak yang memiliki tinggi badan normal.10 Stunting pada anak dibawah lima tahun merupakan faktor risiko terhadap meningkatnya angka kematian, menurunnya kemampuan kognitif anak dan perkembangan motorik rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang.8 Stunting pada anak usia 2 tahun memiliki hubungan yang signifikan dengan rendahnya kecerdasan kognitif pada anak.9

Berdasarkan hasil pengambilan data awal oleh peneliti yang dilaksanakan di Panti Asuhan Tarbiyatul Semarang pada 29 anak ditemukan 7 anak pendek (<-2 -

>3 SD) dan untuk anak sangat pendek(≤3 SD) tidak ditemukan sama sekali. Anak yang mengalami stunting terbanyak adalah anak usia SD atau usia antara 6 tahun sampai umur 12 tahun. Berdasarkan hal ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan antara pola asuh dengan pertumbuhan tinggi badan anak ?”

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional.11 Karena pada penelitian ini akan menganalisa hubungan antara pola asuh pengasuh dengan pertumbuhan anak di Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim Semarang . Populasi penelitian ini adalah seluruh anak di panti asuhan dengan total populasi 64 anak di Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim Semarang.

Sedangkan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi

(4)

yaitu anak usia sekolah dengan rentang usia 6-18 tahun.11 Didapat hasil dari sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sejumlah 48 anak. Instrumen penelitian pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa lembar kuesioner yang biasaya digunakan dalam angket dan dalam wawancara sebagai pedoman berstruktur. Serta menggunakan microtoa untuk mengukur tinggi badan yang kemudian hasilnya dihitung menggunakan WHO Antro Plus untuk mengetahui nilai z-score untuk menilai kategori apakah termasuk stunting atau normal. Berdasarkan hasil uji bivariat data berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan uji korelasi Rank Spearman.11

HASIL PENELITIAN A. Uji Univariat

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden

Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim tahun 2017 tentang Pola penanganan Saat Sakit

No Pertanyaan Ya Tidak

∑ % ∑ %

1 Apakah pengasuh memberikan penanganan pertama (mengkompres saat panas, membuat larutan oralit dll) saat Anda sakit?

48 100 0 0

2 Apakah pengasuh membelikan obat di Warung/ Apotek untuk penanganan awal saat Anda sakit?

47 97,9 1 2,1

3 Apakah pengasuh menghibur Anda saat sakit?

48 100 0 0

4 Apakah jika Anda sakit, pengasuh langsung membawa ke fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas/ Rumah Sakit/

Dokter)?

46 95,8 2 4,2

5 Apakah pengasuh menyediakan kotak obat dan peralatan p3k di Panti Asuhan?

48 100 0 0

6 Apakah pengasuh kurang memperhatikan kebersihan (Higienitas) makanan saat Anda sakit?

5 10,4 43 89,6

7 Apakah pengasuh enggan menyuruh anda untuk beristirahat lebih saat anda sakit?

8 16,7 40 83,3

(5)

8 Apakah pengasuh enggan mengingatkan minum obat teratur saat Anda sakit?

8 16,7 40 83,3

Sumber : Data Primer 2017

Dari tabel 3.4 dari jawaban responden tentang pertanyaan pola penanganan saat sakit diketahui semua responden setuju atau menjawab

“YA “ pengasuh meberikan penanganan pertama saat sakit, menghibur saat sakit, dan menyediakan kotak obat dan kotak p3k di panti asuhan. Tetapi terdapat 1 responden yang tidak setuju atau menjawab “Tidak” jika pengasuh membelikan obat di warung atau di apotek untuk penangan awal saat sakit dan masih terdapat 2 responden yang tidak setuju atau menjawab “Tidak”

jika pengasuh membawa ke fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas/

Rumah Sakit/ Dokter) saat responden sakit. Pada pertanyaan negatif terdapat 5 responden yang setuju atau menjawab “Ya” jika pengasuh kurang memperhatikan higienitas atau kebersihan makanan sedangkan terdapat 8 responden yang setuju atau menjawab “Ya” jika pengasuh enggan menyuruh responden beristirahat lebih saat sakit dan enggan mengingatkan minum obat saat responden sakit.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Kategori Responden

Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim tahun 2017 tentang Pola penanganan Saat Sakit

Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim

Kategori Penanganan Saat Sakit

Baik Cukup Kurang

% % %

39 81,3 5 10,4 4 8,3

Sumber : Data Primer 2017

Sesuai hasil uji statistik, diketahui 39 atau 81,3% responden menyatakan pola penanganan saat sakit di Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim tergolong baik.

(6)

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden

Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim tahun 2017 tentang Pola Pemantauan Pertumbuhan

Sumber : Data Primer 2017

Dari tabel 3.5 dari jawaban responden tentang pertanyaan pola pemantauan pertumbuhan diketahui 44 responden tidak setuju atau menjawab “Tidak“ jika pengasuh pernah melakukan pengukuran tinggi badan dan pernah melakukan berat badan. Sedangkan semua atau 48 responden tidak setuju atau menjawab “Tidak“ jika pengasuh melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan responden dalam kurun waktu 1 tahun belakangan. Tetapi pada pertanyaan negatif terdapat 5 responden yang setuju atau menjawab “Ya” jika anak yang pendek kurang mendapat perhatian lebih dari pengasuh. Sedangkan semua atau 48 responden tidak

No Pertanyaan Ya Tidak

% %

1 Apakah pengasuh pernah melakukan pengukuran tinggi badan kepada Anda sampai saat ini?

4 8,3 44 91,7

2 Apakah pengasuh pernah melakukan pengukuran berat badan kepada Anda sampai saat ini?

4 8,3 44 91,7

3 Apakah dalam waktu setahun ini pengasuh melakukan pengukuran tinggi badan kepada Anda?

0 0 48 100

4 Apakah dalam waktu setahun ini pengasuh melakukan pengukuran berat badan kepada Anda?

0 0 48 100

5 Apakah pengasuh pernah mengukur lingkar

lengan anda? 0 0 48 100

6 Apakah dalam waktu setahun pengasuh

pernah mengukur lingkar lengan anda? 0 0 48 100 7 Apakah anak yang tergolong pendek kurang

mendapat perhatian lebih dari pengasuh? 5 10,4 43 89,6 8 Apakah pengasuh enggan menyuruh anda

untuk beristirahat lebih saat sakit 0 0 48 100 9 Apakah pengasuh enggan memberi perhatian

lebih pada Anak panti yang tergolong balita ( Anak umur di bawah Lima Tahun)?

0 0 48 100

(7)

setuju atau menjawab “Tidak“ jika pengasuh enggan menyuruh anda untuk beristirahat lebih saat sakit, sedangkan semua responden tidak setuju atau menjawab “Tidak” jika pengasuh enggan memberi perhatian lebih pada Anak panti yang tergolong balita ( Anak Umur di Bawah Lima Tahun).

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Kategori Responden

Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim tahun 2017 tentang Pola Pemantauan Pertumbuhan

Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim

Kategori Pola Pemantauan Pertumbuhan

Baik Cukup Kurang

% % %

0 0 4 8,3 44 91,7

Sumber : Data Primer 2017

Sesuai hasil uji statistik, diketahui 44 atau 91,7% responden menyatakan pola pemantauan pertumbuhan di Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim tergolong kurang.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden

Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim tahun 2017 tentang Pola Pemberian Makan

No Pertanyaan Ya Tidak

% %

1 Apakah Pengasuh menerapkan pola makan pada Anda yang dalam sehari terdiri dari 3 kali makan utama (pagi, siang dan malam) serta 2 kali makanan selingan?

41 85,4 7 14,6

2 Apakah Pengasuh menerapkan pemberian makanan untuk Anda yang dilakukan secara teratur sesuai dengan jadwal makan?

48 100 0 0

3 Apakah Pengasuh dibantu oleh anggota/

pengasuh yang lain dalam memberikan makanan kepada anak?

48 100 0 0

4 Apakah Pengasuh memberikan makanan yang nilai gizinya baik meskipun Anda tidak menyukainya?

48 100 0 0

5 Apakah pengasuh memberikan susu atau makanan selingan kepada Anda dekat dengan waktu makan utama?

47 97,9 1 2,1

6 Apakah Pengasuh membiarkan Anda mengambil makanan sendiri walaupun sering tumpah dan berceceran?

47 97,9 1 2,1

(8)

7 Apakah pengasuh membiarkan Anda walaupun tidak menghabiskan porsi makanan yang di siapkan?

1 2,1 47 97,9

8 Apakah Pengasuh membiarkan anda tanpa pengawasan dan pendampingan ketika Anda makan?

47 97,9 1 2,1

Sumber : Data Primer 2017

Dari tabel 3.6 dari jawaban responden tentang pertanyaan pola pemberian saat sakit diketahui 7 responden setuju atau menjawab “YA “jika pengasuh menerapkan pola makan pada responden yang dalam sehari terdiri dari 3 kali makan utama (pagi, siang dan malam) serta 2 kali makanan selingan. Sedangkan semua responden atau 48 anak tidak setuju atau menjawab “Tidak“ jika pengasuh menerapkan pemberian makanan untuk responden yang dilakukan secara teratur sesuai dengan jadwal makan, pengasuh dibantu oleh anggota/ pengasuh yang lain dalam memberikan makanan kepada anak dan pengasuh memberikan makanan yang nilai gizinya baik meskipun Anda tidak menyukainya. Berbeda dengan pertanyaan sebelumnya, terdapat 1 responden yang tidak setuju atau menjawab “Tidak”

jika pengasuh memberikan susu atau makanan selingan kepada Anda dekat dengan waktu makan utama. Pada pertanyaan negatif terdapat 47 responden yang setuju atau menjawab “Ya” jika pengasuh membiarkan responden mengambil makanan sendiri walaupun sering tumpah dan berceceran. Sedangkan hanya 1 responden yang setuju atau menjawab “Ya”

jika pengasuh membiarkan responden walaupun tidak menghabiskan porsi makanan yang di siapkan dan terdapat 47 responden yang setuju atau menjawab “Ya” jika pengasuh membiarkan responden tanpa pengawasan dan pendampingan ketika responden makan.

(9)

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Kategori Responden

Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim tahun 2017 tentang Pola Pemberian Makan Panti Asuhan

Tarbiyatul Yatim

Kategori Pola Pemberian Makan

Baik Cukup Kurang

% % %

0 0 42 87,5 6 12,5

Sumber : Data Primer 2017

Sesuai hasil uji statistik, diketahui 44 atau 91,7% responden menyatakan pola pemantauan pertumbuhan di Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim tergolong kurang.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Kategori Responden

Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim tahun 2017 tentang Pertumbuhan Tinggi Badan Anak

Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim

Pertumbuhan TB Anak

Normal Stunting Stunting Berat

∑ % ∑ % ∑ %

41 85.4 6 12.5 1 2.1

Sumber : Data Primer 2017

Sesuai hasil uji statistik, diketahui 41 atau 85,4 % anak tergolong normal, 6 atau 12,5% anak tergolong stunting dan hanya 1 atau 2,1% tergolong stunting berat.

B. Uji Bivariat

Tabel 4.11

Hasil uji hubungan antara Pola penanganan Saat Sakit dengan Pertumbuhan Tinggi Badan anak.

Pola penanganan saat sakit

Normal Stunting Stunting Berat

Total

P-value

F % F % F % %

Baik 38 97,4 1 2,6 0 0,0 100

0,000

Cukup 2 40,0 2 40,0 1 20,0 100

Kurang 1 25,0 3 7,5 0 0,0 100

Sumber : Data Primer 2017

(10)

Berdasarkan hasil uji rank spearmen, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola penangan saat sakit dengan pertumbuhanTB anak karena nilai significancy atau P value <0,05

Tabel 4.12

Hasil uji hubungan antara Pola Pemantauan Pertumbuhan dengan Pertumbuhan Tinggi Badan anak.

Pola pemantauan pertumbuhan

Normal Stunting Stunting Berat

Total

P-value

F % F % F % %

Baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 100

1,000

Cukup 4 100 0 0,0 0 0,0 100

Kurang 37 84,1 6 13,6 1 2,3 100

Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan hasil uji rank spearman, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pola pemantauan pertumbuhan dengan pertumbuhan TB anak karena nilai significancy atau P value >0,05

Tabel 4.13

Hasil uji hubungan antara Pola Pemberian Makan dengan Pertumbuhan Tinggi Badan anak.

Pola pemberian makan

Normal Stunting Stunting Berat

Total

P-value

F % F % F % %

Baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 100

0,000

Cukup 40 95,2 2 4,8 0 0,0 100

Kurang 1 16,7 4 66,7 1 16,7 100

Sumber : Data Primer 2017

Berdasarkan hasil uji ranks spearman, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara, pola pemberian makan dengan pertumbuhan TB anak karena nilai significancy atau P value <0,05

PEMBAHASAN

A. Hubungan Pola Penanganan Saat Sakit dengan Pertumbuhan Tinggi Badan Anak

Pertumbuhan berasal dari kata “tumbuh” yang pertambahan dalam ukuran, besar pada organ atau fisik secara sempurna. Secara etimologis pertumbuhan

(11)

adalah hasil matangnya suatu proses dari fungsi-fungsi organ atau fisik yang berjalan secara normal pada anak dengan kondisi sehat dalam kurun waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi faktor genetik (jenis kelamin, ras, rambut, warna mata), faktor asupan (makanan, buah, sayur,vitamin), dan faktor lingkungan (fisik, sosial, keluarga).12

Berdasarkan hasil penelitian di Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim Semarang pada pola asuh pengasuh terkait penangan saat anak panti sakit, hasil uji hubungan antara pola penanganan saat sakit dengan pertumbuhan tinggi badan anak menggunakan uji statistik rank spearman diketahui P-value = 0,000. Dari hasil P-value dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola penangan saat sakit dengan pertumbuhan tinggi badan anak karena karena nilai significancy atau P-value <0,05. Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agus Triwinarto dkk tentang pengaruh pola asuh terhadap pertumbuhan bayi, pada variabel perawatan kesehatan menunjukkan hasil adanya pengaruh perawatan kesahatan terhadap pertumbuhan bayi dengan nilai significancy 0,001.13 Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Bayu Dwi Welasasih dan R. Bambang Wirjatmadi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan status gizi balita stunting, pada variabel perawatan kesahatan,lama sakit dan frekuensi sakit menunjukkan hasil adanya pengaruh perawatan kesahatan terhadap pertumbuhan bayi dengan nilai significancy atau P-value <0,05.13

B. Hubungan Pola Pemantauan Pertumbuhan dengan Pertumbuhan Tinggi Badan Anak

Pertumbuhan anak merupakan salah satu indikator derajat kesehatan atau kesejaheraan suatu Negara. Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor genetik , asupan makanan yang masuk maupun lingkungan sang anak yang sedikit banyak akan menentukan pertumbuhan dari seorang anak.14

Berdasarkan hasil uji hubungan antara pola pemantauan pertumbuhan dengan pertumbuhan tinggi badan anak menggunakan uji statistik rank spearmandiketahui p-value = 0,400. Dari hasil P-value dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pola penangan saat sakit dengan pertumbuhan tinggi

(12)

badan anak karena karena nilai significancy atau P-value >0,05. Tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian Tripitasari tentang hubungan pola asuh ibu dengan praktik pemberian asi dan pemantauan balita pada suku anak dalam ungai teras Kabupapaten Musi Rawas Sumatera Selatan yang menunjukkan adanya hubungan pemantauan pertumbuhan balita dengan pola asuh ibu dengan nilai significancy atau P< 0,005.15

Praktik pemantauan pertumbuhan balita penting dilakukan oleh seorang ibu atau pengasuh guna menentukan asupan makanan dan gizi yang masuk kepada sang anak dan sebagai evaluasi bagi pengasuh apakah asupan makanan dan gizi yang selama ini dimasukkan sesuai atau tidak. Umumnya ibu atau pengasuh hanya melihat secara kasat mata memantau pertumbuhan anak hanya dengan kebiasaan kemauan anak untuk makan, kemampuan untuk beraktivitas da nasal tidak terlalu kurus atau pendek saja. Dengan memantau secara langsung dengan melihat tanpa mengukur dan mecatat tinggi badan. berat badan tentu sulit menilai grafik pertumbuhan sang anak yang selanjutnya dapat segra diteliti apa sebabnya yang menghambat pertumbuhan anak untuk diambil tindakan penanggulangan secepat mungkin.15

C. Hubungan Pola Pemberian Makan dengan Pertumbuhan Tinggi Badan Anak

Pertumbuhan anak merupakan salah satu indikator derajat kesehatan atau kesejaheraan suatu Negara. Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor genetik , asupan makanan yang masuk maupun lingkungan sang anak yang sedikit banyak akan menentukan pertumbuhan dari seorang anak.14

Berdasarkan hasil uji hubungan antara pola pemberian makan dengan pertumbuhan tinggi badan anak menggunakan uji statistik rank separman diketahui P-value =0,000. Dari hasil P-value dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola penangan saat sakit dengan pertumbuhan tinggi badan anak karena karena nilai significancy atau P-value <0,05. Tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fivy Melva Diana tentang hubungan pola asuh dengan status gizi anak batita di kecamatan kuranji kelurahan pasar ambacang kota padang tahun 2004 , pada pemberian makan menunjukkan hasil

(13)

tidak adanya hubungan antara pola asuh pemberian makan dengan status gizi anak batita dengan nilai significancy >0,05.16

Frekuensi makanan setiap hari pada kelompok anak yang tergolong stunting atau stunting berat sebagian besar dengan frekuensi adalah 3 kali sehari tanpa ada pemberian makanan selingan dan dengan komposisi menu yang terdiri dari makanan pokok + lauk + sayur. Jika di lihat dari segi kualitas maka menu harian yang dikonsumsi oleh kelompok balita stunting kurang lengkap karena tidak dilakukan pemberian susu atau makanan selingan dekat dengan waktu makan utama atau makan pokok..Dikatakan makanan tersebut berkualitas baik jika menu harian memberikan komposisi menu yang bergizi, berimbang dan bervariasi sesuai dengan kebutuhannya. Adanya menu yang memadai baik secara kualitas dan kuantitas akan sangat menunjang tumbuh kembangnya. Hal ini disebabkan karena balita merupakan kelompok rawan gizi sehingga jenis makanan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan tubuh anak dan daya cerna. Untuk menghindari anak kekurangan satu atau lebih zat gizi, maka diupayakan untuk memberikan jenis makanan yang lebih variatif dan cukup nilai gizinya. Pemilihan jenis makanan anak harus pula diperhatikan kualitas dan daya gunanya dalam tubuh, mengingat makanan balita sepenuhnya bergantung pada yang diberi oleh pengasuh.16

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil serta pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik anak di Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim Semarang menurut umur rata-rata berumur 13 tahun dan terbanyak yaitu berumur 12 tahun sejumlah 10 anak. Jenis kelamin yang mendominasi adalah perempuan dengan 28 anak atau 58,3% dari total 48 anak. Sedangkan untuk pendidikan mayoritas anak disana sedang mengenyam bangku sekolah dasar sebanyak 25 anak atau 52,1%.

(14)

2. Pada Pola Asuh Pengasuh Penanganan Saat Sakit, 39 dari 48 responden atau anak panti setuju jika pola penanganan saat sakit yang dilakukan oleh pengasuh tergolong “baik” dengan presentase 81,3%.

3. Pada Pola Asuh Pengasuh Pemantauan Pertumbuhan 44 dari 48 responden atau anak panti setuju jika pola penanganan saat sakit yang dilakukan oleh pengasuh tergolong “baik” dengan presentase 91,7%.

4. Pada Pola Asuh Pengasuh Pemberian Makan, 42 dari 48 responden atau anak panti setuju jika pola penanganan saat sakit yang dilakukan oleh pengasuh tergolong “kurang “dengan presentase 87,5%.

5. Ada hubungan antara pola penanganan saat sakit dengan pertumbuhan tinggi badan anak dengan nilai significancy 0,000

6. Tidak ada hubungan antara pola pemantauan pertumbuhan dengan pertumbuhan tinggi badan anak dengan nilai significancy 1,000

7. Ada hubungan antara pola pemberian makan dengan pertumbuhan tinggi badan anak dengan nilai significancy 0,000

B. Saran

1. Sebaiknya dilakukan edukasi tentang pola pemantauan pertumbuhan pada anak kepada pengasuh Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim supaya diadakan pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan secara rutin dan berkala.

2. Sebaiknya dilakukan edukasi kepada pengasuh Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim supaya lebih memperhatikan pertumbuhan tinggi badan pada anak yang tergolong pendek untuk mengoptimalkan tinggi badan sang anak.

3. Sebaiknya dilakukan edukasi tentang pola pemberian makanan yang baik kepada pengasuh Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim agar memberikan makanan selingan berupa biskuit atau makanan ringan yang bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.

4. Sebaiknya dilakukan edukasi kepada pengasuh Panti Asuhan Tarbiyatul Yatim agar tidak membiarkan anak di panti asuhan mengambil makanan sendiri walaupun sering tumpah dan berceceran terutama yang umurnya masih kecil dan berusaha melakukan pengawasan dan pendampingan ketika

(15)

anak-anak di panti asuhan sebagai bentuk perhatian dan kasih saying terutama pada anak yang susah makan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuniartiningtyas F. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Kepribadian dengan Perilaku Bullying di Sekolah Pada Siswa SMP. 2013.

2. Ikalor A. Pertumbuhan dan Perkembangan. Jurnal Gizi ; Vol III ; No 7 : 1-6.

2013

3. Arief Y.S. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Departement-Unair.

Jurnal Kesehatan Masyarakat ; Vol II ; No 23 ; 37-47. 2009

4. Sugianto. Pola Pengasuhan di Panti Asuhan Darul Hadlanah Nadhlatul Ulama’. Salatiga. 2012

5. Oktari L. Gambaran Pola Konsumsi Anak Stunting di SDN 064994 Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan. Sumatera Utara. 2015.

6. Kemenkes RI. Situasi Balita Pendek. Indonesia. 2016

7. Millennium Challenge Account – Indonesia. Stunting dan Masa Depan Indonesia. Jakarta. 2013

8. Kukuh E.K. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur). Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Vol 2 ; No 4 ; 523-530. 2013.

9. Yenni P. Faktor dan Dampak Stunting Pada Kehidupan Balita (Balita Pendek). Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol X ; No 2 ; 130-138.

2015

10. Wanda L, Ani M, et.al. Faktor Resiko Stunting Pada Anak Umur 6-24 Bulan di Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam. Aceh. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 3 ; No 1 ; 37-45. 2014

11. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2012

12. Kartika V, et al, Pola Pemberian Makan Anak dan hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak pada keluarga miskin dan tidak miskin. Bogor. 2000

(16)

13. Welas B.D, Wirjatmadi R.B. Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita stunting di desa Kembangan Kecamatan Kebomas. Gresik.

Vol VIII ; No 3 ; 99-104. 2012

14. Eddy Fadlyana. Pemantauan Pertumbuhan Anak. 2016

“http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pemantauan- pertumbuhan-anak

15. Dian Tripitasari. Hubungan pola asuh ibu dengan praktik pemberian asi dan pemantauan balita pada suku anak dalam ungai teras.Kabupapaten Musi Rawas. Sumatera Selatan. Jurnal Gizi. Vol IX ; No 13 ; 39-47. 2009

16. Diana M, V. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak Batita di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang. Padang. Jurnal Gizi. Vol VI ; No 13 ; 53-57. 2004

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan senyawa genistein dalam menggantikan estradiol untuk berikatan dengan reseptor estrogen dan untuk menentukan

Merupakan suatu jenis komputer yang bisa digunakan untuk mengolah data yang bersifat kuantitatif (sangat banyak jumlahnya). Komputer Hibrid

disebabkan oleh suatu error (misalnya divided by zero atau invalid memory access), atau permintaan khusus dari user program yg menyebabkan.. dibutuhkannya

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Dalam account payable procedure, catatan utang adalah berupa kartu utang yang di selenggarakan untuk tiap kreditur, yang memperlihatkan catatan mengenai nomor faktur dari

September2012, dengan ini mengumumkan Penyedia Barang Pengadaan Langsung untuk paket pekerjaan : Pekerjaan Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih Rumah Jabatan

Pada saat ini, PPNI Jawa Tengah sedang berupaya agar semua perawat dipermudah dalam mendapatkan STR (surat tanda registrasi) khusus bagi perawat yang baru