• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesejahteraan Sosial Anak Binaan Panti Asuhan Elida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kesejahteraan Sosial Anak Binaan Panti Asuhan Elida"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK BINAAN PANTI ASUHAN

ELIDA

SKRIPSI

Diajukan oleh:

JUNIARI SINAGA

NIM: 040902053

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di hadapanTim Peguji Skripsi Departemen

Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

Hari/Tanggal : Selasa 25 Maret 2008

Waktu : 9.30-11.30 WIB

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

Tim Penguji

Ketua Penguji : Agus Suriadi, S. Sos, M. Si ( )

Reader/Penguji : Drs. Matias Siagian, M. Si ( )

Penguji II : Dra. Tuti Atika, M. SP ( )

(3)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas ilmu sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK JUNIARI SINAGA

040902053

‘‘Kesejahteraan Anak Binaan Panti Asuhan Elida’’

Masa kanak-kanak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang sehingga orang tua dilarang menelantarkan anaknya. Sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang menjadi warga yamg berguna. Selanjutnya anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara wajar. Namun demikian, pada kondisi tertentu ada kalanya keluarga atau orang tua tidak mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Salah satu penyebabnya adalah karena terbatasnya kemampuan sosial ekonomi atau dapat juga karena terjadinya keretakan dalam keluarga. Kondisi yang demikian dapat mengakibatkan anak-anak mengalami gangguan belajar dan kelainan tingkah laku seperti pemalu, malas, bandal dan sebagainya. Hal ini sering kali menyebabkan prestasi belajar mereka kurang menggembirakan, sehingga membutuhkan peran alternatif dari lembaga tertentu seperti Panti Asuhan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan sosial anak binaan panti asuhan Elida yang terletak di Jl. Flamboyan Raya IV No. 2 Tanjung Selamat, Medan terhadap anak binaannya. Penelitian ini bersifat deskriptif analisa dengan populasi sebanya 75 orang dan sampel sebanyak 31 orang. Data diperoleh dengan wawancara langsung dengan menggunakan angket pada responden dan diolah dengan menggunakan tabel tunggal.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan segenap

hati, sebab karena kasih dan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Adapun judul skripsi ini adalah : “Kesejahteraan Sosial Anak Binaan Panti

Asuhan Elida”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara

lain kepada :

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dra. Tuti Atika. M. Sp, selaku Dosen pembimbing yang membimbing dan

telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Bapak Pdt. Domianus. M. Th dan Ibu Sri Devi selaku pimpinan Panti Asuhan

Elida. Dan juga staf pegawai.

5. Teristimewa untuk kedua orang tuaku yang kukasihi dan selalu kubanggakan,

Ayahanda S. Sinaga dan Ibunda R. br Siregar, yang telah mengasuh,

membesarkan dan membina penulis dengan penuh kesabaran dan ketabahan

serta banyak memberi semangat moril dan kasih sayang, materi dan juga doa

sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi

(5)

6. Secara khusus abang, kakak dan adik-adikku (B’Lambok, B’Sinta, B’Putri,

Regen Ronald, Sarlin, K’Jojor, K’Sion, K’Sidni, teristemewa buat B’parni dan

juga buat adik-adiku yang kukasihi Nova, Rita, Ebi semangat ya dek

belajarnya kita harus bisa membanggakan orang tua kita…..! ) terimakasih

atas doa dan dukungannya.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan di Depertemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

stambuk’04 ( Rini gitoe loh, Neng Tatia, Deswita, Lusi, Betty DJ, Kristin,

Supeno, Roby. S. Sos, Klaten, Triadi, Deo, Argentina, Eda Friska and Special

kawanku Nina yang telah banyak berjuang, thanks ya)

8. Buat junior-juniorku di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial stambuk 0’5

dan stambuk 0’6 juga stambuk 0’7 yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terima kasih atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis. Ayo kamu

bisa..!

9. Buat rekan-rekan seperjuangan Sarmin Gank( K’Nety, K’Mone, K’siska,

K’Riana, k’Vera, Vina, K’Nora Dina, Gontar alias tehknisi, B,Jhon alias

B’Ganteng, Ana Caem cepat nyusul ya eda…!) terima kasih atas doa dan

semangat yang telah diberikan kepada penulis.

10.Buat kawan-kawanku yang teristemewa dan selalu kubanggakan, senasib

sepenanggungan dari awal sampai akhir kuliah di Base Camp “Siboto

Lungun” (Butet alias Eda yang banyak sekali membantu saya, Elsa, Via S.

Sos, Tere S. Sos) makasih ya atas doa dan dukungannya.

11.Terima kasih untuk semua pihak yang dengan sengaja atau tidak yang telah

(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

terbatasnya kemampuan penulis, untuk itu dengan kerendahan hati penulis membuka

diri terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dimasa yang

akan datang.

Medan, Maret 2008

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ...vi

BAB I PENDAHULUAN A. . Latar Belakang Masalah ...1

B. Perumusan Masalah ...4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...4

D. Sistematika Penulisan ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.1 Pengertian Anak ...6

A.2 Pelayanan Sosial ...7

A.3 Konsep kesejahteraan Sosial ...7

A.4 Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial ...11

B. Usaha Kesejahteraan Sosial ...14

C. Kesejahteraan Anak...16

D. Anak Binaan ...17

E. Panti Asuhan ...18

F Kerangka Pemikiran ...22

G. Bagan Kerangka Pemikiran ...23

(8)

H.2 Definisi Operasional ...25

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ...26

B. Lokasi Penelitian ...26

C. Populasi dan Sampel C.1 Popoulasi ...26

C.2 Sampel ...27

D. Tehnik Pengumpulan Data ...27

E. Tehnik Analisa Data ...28

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ...29

B. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Elida ...29

C. Susunan Pengurus PAnti Asuhan ELida ...32

D. Petugas Panti Asuhan Elida ...33

E. Gambaran Demografis Anak Binaan ...34

F. Usaha-usaha Kesejahteraan Yang Dilakukan Panti asuhan Elida Terhadap Anak Binaan ...41

F.1 Pemenuhan Kebutuhan Makanan ...41

F.2 Bidang Pendidikan ...42

F.3 Pembinaan Rohani ...42

F.4 Latihan Keterampilan ...42

F.5 Bidang seni ...43

(9)

G.2 Sumber Dana Panti Asuhan Elida ...48

BAB V ANALISA DATA

1. Identitas Responden ...50

2. Analisa Tanggapan Responden Terhadap

Kesejahteraan Anak Binaan Panti AsuhanElida ...56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...77

B. Saran ...78

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Gambaran Panti Asuhan Elida ...33

2. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Penggolongan Usia ...34

3. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Jenis Kelamin ...34

4. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Tingkat dan Jenis Pendidikan ...35

5. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Penggolongan Status ...36

6. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Suku Bangsa ...37

7. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Asal Daerah ...38

8. Jumlah Anak Binaan Berdasarkan Tahun Masuk Panti ...39

9. Daftar Inventaris Panti Asuhan Elida ...45

10. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Umur ...50

11. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...51

12. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Suku Bangsa ...51

13. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan ...52

14. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Alasan Masuk Panti ...52

15. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Orang Yang Membawa ke Panti Asuhan Elida ...53

16. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Orang Tua ...54

17. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Agama ...54

18. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua ...55

19. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variasi Menu Makanan ...56

(11)

21. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kebutuhan

Gizi Sehari-hari ...57

22. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Frekuensi Minum Susu ...57

23. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Mutu Menu Makanan ...58

24. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pemenuhan

Sandang Pangan (Akomodasi dan Makanan) ...59

25. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelatihan

Keterampilan Yang Diselenggarakan di Panti Asuhan Elida ...59

26. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelatihan

Yang Diikuti Anak Binaan ...60

27. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Bermanfaat

Tidaknya Kegiatan Keterampilan Yang Diikuti di Panti

Asuhan Elida ...61

28. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pembinaan

Rohani Yang Diikuti di Panti Asuhan Elida ...61

29. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis

Pembinaan Rohani ...62

30. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pilihan

Responden Berhubungan Dengan Kerohanian ...63

31. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap

Pimpinan dan Staf Panti Asuhan Terhadap Anak Binaan ...63

32. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pembagian

Kerja Bagi Anak Binaan di Panti Asuhan Elida ...64

33. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan yang Mengawasi

(12)

34. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Yang Dilakukan

Staf Pada Saat Anak Binaan Melakukan Tugasnya ...65

35. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan PR Diperiksa

Oleh Staf Panti ...66

36. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Mendampingi

Anak Binaan Pada Saat Belajar ...66

37. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Yang Mendampingi

Anak Pada Saat Belajar ...67

38. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Fasilitas

Pemeriksaan Kesehatan ...67

39. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Berfungsi

Atau Tidak Berfungsinya Kondisi Bangunan

(Sarana dan Prasarana di Panti Asuhan Elida ...68

40. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Lampu, Air, Dapat

Digunakan Sesuai Dengan Kebutuhan ...69

41. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jika Terjadi

Kerusakan Yang Dilakukan Oleh Pihak Panti ...69

42. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sarana

Yang Mendukung Olah Raga...70

43. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kebutuhan

Responden Tentang Pemenuhan Pendidikan Formal ...70

44. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan keinginan

Melanjutkan Pendidikan ...71

45. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pihak panti

(13)

46. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Bebas atau

Tidaknya Untuk Memilih Jurusan Dalam Pendidikan Mereka ...73

47. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sosialisasi

Dengan Lingkungan ...73

48. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Panti Asuhan

Elida Mengadakan Kegiatan Hiburan ...73

49. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Ketika Anak

Binaan Mempunyai Kesulitan/Masalah ...74

50. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Perasaan Anak

Binaan Terhadap Teman Sekamarnya ...75

51. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kemampuan

Hidup Secara Wajar ...75

(14)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas ilmu sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

ABSTRAK JUNIARI SINAGA

040902053

‘‘Kesejahteraan Anak Binaan Panti Asuhan Elida’’

Masa kanak-kanak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang sehingga orang tua dilarang menelantarkan anaknya. Sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang menjadi warga yamg berguna. Selanjutnya anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara wajar. Namun demikian, pada kondisi tertentu ada kalanya keluarga atau orang tua tidak mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Salah satu penyebabnya adalah karena terbatasnya kemampuan sosial ekonomi atau dapat juga karena terjadinya keretakan dalam keluarga. Kondisi yang demikian dapat mengakibatkan anak-anak mengalami gangguan belajar dan kelainan tingkah laku seperti pemalu, malas, bandal dan sebagainya. Hal ini sering kali menyebabkan prestasi belajar mereka kurang menggembirakan, sehingga membutuhkan peran alternatif dari lembaga tertentu seperti Panti Asuhan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan sosial anak binaan panti asuhan Elida yang terletak di Jl. Flamboyan Raya IV No. 2 Tanjung Selamat, Medan terhadap anak binaannya. Penelitian ini bersifat deskriptif analisa dengan populasi sebanya 75 orang dan sampel sebanyak 31 orang. Data diperoleh dengan wawancara langsung dengan menggunakan angket pada responden dan diolah dengan menggunakan tabel tunggal.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan generasi pewaris kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu,

keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

kepada anak-anak masa kini. Menciptakan sumber daya yang handal dan tangguh

yang dapat bersaing diperlukan strategi dan budaya yang matang, dimulai dari masa

kanak-kanak sampai masa muda. Masa tersebut merupakan masa perkembangan dan

pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Jika masa kanak-kanak

mengalami eksplotasi atau perlakuan tidak wajar dengan sendirinya pertumbuhan

anak tersebut akan terganggu yang berdampak pada perkembangan psikologinya.

Masa kanak-kanak merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang

semestinya memerlukan perhatian khusus. Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh

dan berkembang sehingga orang tua dilarang menelantarkan anaknya. Sebagaimana

diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak juga berhak

atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai

dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang menjadi warga yamg berguna.

Selanjutnya anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang

dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara

wajar.

Untuk itu setiap keluarga dalam hal ini ayah dan ibu sebagai tempat

pengasuhan dan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak haruslah memberikan

kasih sayang, memenuhi semua kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun

(16)

selama perkembangan anak pada usia lima tahun pertama kehidupannya terjadi dalam

keluarga. Orang tua khususnya ibu mempunyai peranan penting dalam pembentukan

kepribadian anak, walaupun kualitas kodrati dan kemauan anak akan ikut menentukan

proses perkembangannya. Sedang kepribadian dan perilaku orang tua sangat besar

pengaruhnya pada pembentukan pribadi anak.

Lingkungan keluarga acapkali disebut sebagai lingkungan pendidikan

informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. faktor penting

dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran

seseorang telah dewasa. Buruk dialami dalam keluarga akan buruk pula diperlihatkan

terhadap lingkungannya(Gunarsa,1993:186-187).

Namun demikian, pada kondisi tertentu ada kalanya keluarga atau orang tua

tidak mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pendidik pertama dan utama

bagi anak-anaknya. Salah satu penyebabnya adalah karena terbatasnya kemampuan

sosial ekonomi atau dapat juga karena terjadinya keretakan dalam keluarga. Kondisi

yang demikian dapat mengakibatkan anak-anak mengalami gangguan belajar dan

kelainan tingkah laku seperti pemalu, malas, bandal dan sebagainya. Hal ini sering

kali menyebabkan prestasi belajar mereka kurang menggembirakan, sehingga

membutuhkan peran alternatif dari lembaga tertentu seperti Panti Asuhan.

Masalah kesejahteraan sosial yang selalu eksis dari masa ke masa. Mereka

juga berhak memperoleh hak-hak, baik dalam sebuah keluarga maupun sebagai

warga Negara, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar ketelantaran anak

berkaitan dengan kemiskinan.jumlah penduduk miskin pada tahun 2007:37,17 juta

jiwa atau 16,58% dari 224.328 juta penduduk. sedangkan jumlah anak terlantar di

(17)

tahun, sedangkan di Sumatera Utara menurut data BPS teardapat 4.001.153 anak

terlantar.(kompas,07 juli 2007).

Dari jumlah jiwa yang dibawah garis kemiskinan dan anak terlantar tersebut

sebagian dari data yang ada merupakan kondisi keluarga (hidup dibawah garis

kemiskinan) tentu anak-anak juga banyak mengalami gizi yang rendah dan tingkat

kesehatan yang rendah pula, maka anak mengalami masalah dalam proses

perkembangannya.kondisi ini tentunya amat kontradiktif dengan bunyi pasal 2 ayat 2

UU No.4 tahun 1979 yang menegaskan bahwa anak berhak atas kesejahteraan,

perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam

keluarganya maupun dalam asuhan khusus untuk berkembang dengan wajar.

Panti Asuhan merupakan salah satu wujud partisipasi yang membantu

pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial. Di dalam panti

asuhan tersebut anak-anak terlantar diberi pelayanan kesejahteraan sosial

sebagaimana pelayanan tersebut yang seharusnya mereka dapatkan dari keluarga

mereka.

Berdasarkan hal diatas maka panti asuhan Elida hadir untuk memenuhi

kebutuhan anak-anak terlantar dan anak yatim piatu, baik kebutuhan makanan,

kebutuhan akan kesehatan, pendidikan formal, Rekreasi, dan juga kebutuhan akan

kasih sayang.

Pelayanan sosial yang dilakukan oleh panti asuhan Elida memiliki pengaruh

bagi tingkat kesejahteraan anak yang menjadi penghuni panti tersebut. Hal inilah yang

membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang kesejahteraan mereka yang penulis

(18)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang, maka yang menjadi

perumusan masalah yaitu “Bagaimanakah Kesejahteraan Anak Binaan Panti Asuhan

Elida?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesejahteraan anak

binaan di panti asuhan Elida.

C.2. Manfaat penelitian

1. Bagi penulis dan pembaca, dapat menambah atau memperluas khasanah ilmu

pengetahuan dalam menganalisa persoalan yang berhubungan dengan masalah

kesejahteraan sosial.

2. Bagi pihak panti asuhan Elida dapat dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan, dalam mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan

(19)

D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah

objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan

definisi operasional.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan rentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

dan sample penelitian, tehnik pengumpula data serta tehnik analisa

data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang sejarah dan gambaran tentang lokasi

penelitian yang dapat digunakan memperkuat ilmiah.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan

pembahasannya.

BAB VI PENUTUP

Bab inji berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atas

penelitian yang telah dilaksanakan.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.1 Pengertian Anak

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21(dua puluh satu) dan

belum pernah kawin. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa yang

dipersiapkan untuk dapat menggantikan para pendahulunya. Oleh sebab itu, agar

setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka perlu mendapatkan

kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik

secara rohani, jasmani, maupun sosial.

Didalam UU RI No. 23 Tahun 2002 pasal 1 Tentang Perlindungan Anak

disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak

yang ada di dalam kandungan. Sedangkan menurut UU Kesejahteraan Anak di dalam

pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang berusia 21 tahun atau

anak yang belum menikah.

Anak adalah manusia yang masih kecil, dan bukan pula orang yang disebut

dewasa. Didalam kehidupannya anak patut memiliki kesejahteraan yaitu suatu tata

kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan kehidupan secara wajar, baik

secara jasmani maupun secara rohani dan sosial. Anak merupakan harapan bangsa dan

orang tua akan selalu berusaha agar anak mereka menjadi apa yang diinginkan dengan

memberikan seluruhnya yang ada pada orang tua, yang akan diberikan kepada

(21)

A.2 Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial dalam arti sempit, adalah bantuan yang diberikan pada

orang-orang miskin, pada orang-orang-orang-orang terlantar, yang terkena bencana alam, serta

bantuan-bantuan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang-orang kurang mampu secara

ekonomi. Pelayanan sosial terdiri dari dua kata pelayanan dan sosial. Pelayanan

berarti pemberian bantuan atau pertolongan bagi anak-anak terlantar, keluarga miskin,

cacat, tuna susila dan sebagainya.

Kemudian Alfred J. Khan (Sumarnugroho, 1987:72) mengemukakan

pendapatnya tentang pelayanan sosial sebagai program-program yang dilakukan tanpa

mempertimbangkan kriteria pasar umtuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam

penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan

kesejahteraan, untuk meningkatkan kehidupan bermasyarakat, serta kemampuan

menjangkau dan menggunakan pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada, dan

membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran.

A.3 Konsep Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan kalau diartikan secara harfiah mengandung makna yang luas

dan mencakup berbagai segi pandangan atau ukuran-ukuran tertentu tentang suatu hal

yang menjadi ciri utama dari pengertian tersebut. Kesejahteraan bermula dari kata

sejahtera, berawalan kata ke dan berakhiran kata an. Sejahtera berarti aman sentosa, makmur, atau selamat, artinya terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran.

Istilah ‘sosial’ berasal dari kata bahasa latin ; socius yang berarti kawan atau

teman. Manusia lahir dengan apa adanya, kemudian memulai hidup saling berkawan

dan saling membina kesetiakawanan. Menurut Dr. J. A. Ponsioen, dikutip T.

(22)

1. Sosial diartikan sebagai suatu indikasi daripada kehidupan bersama mahluk

manusia, umpamanya dalam kebersamaan rasa, berfikir, bertindak, dan dalam

hubungan antar manusia

2. Istilah sosial pada abad ke 19 mempunyai konotasi yang berbeda, lebih

sentimental dan karena itu menjadi agak kabur seperti beberapa istilah yang

agak serupa yang dikaitkan dengan persoalan kemiskinan dan ketelantaran

orang (misalnya; pekerjaan sosial, pelayanan sosial, aksi sosial). Meskipun

demikian dari konotasi ini kemudian berkembang dalam segala arah yang

bersangkut paut dengan pembaharuan masyarakat yang bertujuan

menanggulangi kemiskinan dan keterlantaran.

Kesejahteraan sosial dewasa ini lebih ditujukan guna mencapai produktivitas

yang maksimum, setiap masyarakat perlu mengembangkan cara-cara meningkatkan

kemampuan, melindungi mayarakat dari gangguan-gangguan dan masalah-masalah

yang dapat mengurangi dan merusak kemampuan yangs telah dimilki. Melihat

konsepsi kesejahteraan sosial, perlu didapat pemahaman. Oleh karena itu, beberapa

definisi atau pengertian tentang kesejahteraan sosial dapat dikemukakan sebagai

berikut :

1. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kesejahteraan sosial sebagai

suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik fisik, mental, maupun sosial, dan

tidak hanya perbaikan-perbaikan penyakit-penyakit sosial tertentu saja. Dan

ini merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan membantu

penyesuaian timbal-balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial

mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui tehnik-tehnik dan

metode-metode dengan maksud supaya memungkinkan individu-individu,

(23)

masalah dan penyesuaian diri mereka terhadap pola-pola masyarakat, serta

melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial

2. Arthur Dunham mengemukakan kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang

usaha manusia, dimana didalamnya terdapat berbagai macam badan dan usaha

sosial yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial pada

bidang-bidang kehidupan keluarga anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu

senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial.

Pelayanan kesejahteraan sosial memberikan perhatian utama terhadap

individu, kelompok, komunitas dan kesatuan-kesatuan pendukung yang lebih

luas.

3. Walter Friedlander “ Social welfare is the organize system of social servicesand institutions, designed to aid individuals and group to attain satisfying standartds of life and health”. (kesejahteraan sosial merupakan suatu sistem yang terorganisasi dari intitusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai stabdar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan).

4. Menurut UU No.6 Tahun 1974 kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan

dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa

keselamatan, kesusialaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan

bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,

keluarga, serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak azasi serta

kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

Kesejahteraan sosial mencakup berbagai tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Dimana berbagai usaha dilakukan dan

dikembangkan agar dapat meningkatkan taraf hidup manusia, baik di bidang fisik,

(24)

Yang termasuk kesejahteraan sosial adalah peraturan perundangan, program,

tunjangan, dan pelayanan yang menjamin dan memperkuat untuk memenuhi

kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjamin kesetentraman

dalam masyarakat. (Elizabet Wickended)

Pengertian yang dikembangkan oleh Pre-confrence Working Committee For

the . International Confrence of social Welfare Kesejahteraan sosial sebagai suatu

gerakan yang global

“Social Welfare is all the organized social arrangement which have as their direct ang primary objective the well being of people in social context. It includes the range of polices and sevices with various espects of people live-their income. Security, health, housing, education, recreation, cultural, ect.

(Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang teroganisir dan

mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan

konteks sosialnya. Didalamnya termasuk unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti

luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti pendapatan,

jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi budaya, dan lain

sebagainya).

Sehingga beberapa definisi diatas dapat ditarik pokok pikiran bahwa

kesejahteraan sosial itu adalah suatu kondisi atau keadaan yang sejahtera fisik, sosial,

maupun mentalnya yang bertujuan untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera

dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan

juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya dengan cara meningkatkan

meningkatkan kemampuan individu, untuk memecahkan masalahnya dalam rangka

(25)

A.4 Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sebagai sistem mempunyai tujuan dan fungsi-fungsi,

(Nurdin, 1989:32), tujuannya adalah :

a. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar

kehidupan pokok; sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi

sosial yang baik dengan lingkungannya.

b. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik, apakah itu kepada masyarakat di

lingkungannya, misalnya menggali sumber-sumber daya, meningkatkan, dan

mengembangkan taraf hidup yang memuaskan

Leonard Scneiderman, berdasarkan rumusan atau pendapat PBB dan beberapa

ahli bidang kesejahteraan sosial secara terperinci menguraikan tujuan-tujuan sistem

kesejahteraan sosial.

a. System maintenance (sistem pemeliharaan)

Tujuan kesejahteraan sosial mencakup pemeliharaan dan menjaga

kesinambungan atau kelangsungan keberadaan serta nilai-nilai sosial

b. System control

Tujuannya adalah mengadakan kontrol secara efektif terhadap perilaku

yang tidak sesuai atau menyimpang dari nilai-nilai sosial yang ada.

Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan kegiatan :

1) Intensifikasi fungsi-fungsi pemeliharaan, berupa kompensasi,

resosialisasi, dan penyadaran terhadap kelompok-kelompok

penduduk yang berperilaku menyimpang agar supaya dapat

mengembangkan pengawasan diri

2) Menggunakan prosedur-prosedur hukum dan

(26)

perilaku yang menyimpang; misalnya kerusakan dan

kemunduran mental, kelalaian, dan kekejaman orang tua,

pencegahan tindakan bunuh diri, kriminal.

c. System change (sistem perubahan)

Tujuan ini adalah mengadakan perubahan ke arah perkembangan suatu

sistem yang lebih efektif bagi anggota masyarakat. Dalam hal ini

sistem kesejahteraan sosial merupakan suatu alat untuk menghilangkan

hambatan-hambatan terhadap terwujudnya :

1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan secara penuh dan

lebih adil

2) Distribusi sumber-smber yang lebih adil dan merata

3) Penggunaan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam

struktur sistem secara lebih banyak dan lebih adil

Memperhatikan ketiga tujuan di atas, pelaksanaannya dapat dilihat pada

program-program kesejahteraan sosial, misalnya program-program pengembangan

masyarakat, ketenagakerjaan, kesehatan, kesejahteraan keluarga, kesejahteraan anak

yang semuanya bertujuan untuk mencapai sasaran pemeliharaan, kontrol, dan

perubahan.

Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial adalah mengorganisasi dari adanya

disorganisasi. Pengertian reorganisasi mempunyai ukuran yang luas dan mendalam

sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mencakup pemulihan serta pemberian

peranan-peranan baru

Pada dasarnya fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk

menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan

(27)

yang negatif terhadap pembanguan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu

mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1) Fungsi Penyembuhan (Curative)

Kesejahteraan sosial melaksanakan fungsi penyembuhan bila di dalamnya

tercakup sekumpulan kegiatan yang ditujukan untuk menghilangkan

kondisi-kondisi, ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial agar orang yang

mengalami masalah tersebut dapat berfungsi secara normal kembali di dalam

masyarakat.

2) Fungsi Pencegahan (Preventive)

Kesejahteraan sosial yang bersifat pencegahan ditujukan untuk memperkuat

keluarga, kelompok-kelompok dan kesatuan-kesatuan masyarakat agar jangan

sampai timbul masalah-masalah sosial yang baru. Di samping itu juga

diuahakan pencegahan tingkah laku peroangan yang abnormal.

3) Fungsi pengembangan (Development)

Kegiatan kesejahteraan sosial yang bersifat pengembangan tujuan-tujuan dan

orientasinya untuk memberikan sumbangan langsung bagi proses

pembangunan. Dalam hal ini kesejahteraan sosial bertindak sebagai suatu

unsur pelaksana perubahan (Change agent), yaitu membantu peningkatan

proses perubahan sosial berencana. Perubahan ini dapat mempengaruhi

struktur dan fungsi-fungsi keluarga serta masyarakat, sehingga perlu disiapkan

untuk memperoleh dan melaksanakan peranan-peranan serta tanggung jawab

yang baru.

4) Fungsi penunjang (Suppotive)

Kegiatan kesejahteraan sosial yang bersifat penembangan tujuan-tujuan dan

(28)

pembangunan. Dalam hal ini kesejahteraan sosil bertindak sebagai suatu unsur

pelaksana perubahan (change agent), yaitu membantu peningkatan proses

perubahan sosial berencana.

B. Usaha Kesejahteraan Sosial

Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai

kegiatan yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah

yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat

diarahkan pada individu; keluarga; kelompok; ataupun komunitas. Berdasarkan hal di

atas dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklah bermakna bila tidak

diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata menyangkut

kesejahteraan masyarakat.

Dari terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kesejahteraan sosial seharusnya

merupakan upaya yang konkret (nyata) baik ia bersifat langsung (direct service)

ataupun tidak langsung (indirect service), sehingga apa yang dilakukan dapat

dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menangani masalah

ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan bukan sekedar program,

pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya menghidupi

organisasinya sendiri ataupun menjadikan sebagai “panggung” untuk sekedar

mengekspresikan penampilan diri person dalam suatu lembaga.

Menurut Thelma Lee Mendoza, ada tiga tujuan utama yang terkait dengan

kesejahteraan sosial (yang pada umumnya berhubungan dengan upaya memperoleh

sumber dana yang sangat tebatas.), yaitu :

1. Tujuan yang bersifat Kemanusiaan dan Keadilan Sosial (Humanitorian and

Social Justice Goals). Berdasarkan tujuan ini, usaha kesejahteraan sosial

(29)

mendapat perhatian; kelompok yang paling mempunyai ketergantungan;

kelompok yang paling ditelantarkan; ataupun kelompok yang tidak mampu

untuk menolong dirinya sendiri, dan menjadikan mereka kelompok sasaran

dalam kaitan dengan upaya menjembatani sumber daya yang langka.

2. Tujuan yang terkait dengan Pengendalian Sosial (Social Control Goal). Tujuan

ini berdasarkan pemahaman bahwa kelompok yang tidak diuntungkan;

kekurangan; ataupun tidak terpenuhinya kebutuhannya dapat melakukan

“serangan” (baik secara individu maupun kelompok) terhadap masyarakat

(terutama yang sudah mapan).

3. Tujuan yang terkait dengan Pembangunan Ekonomi (Economic Development

Goal). Tujuan pembangunan ekonomi memprioritaskan pada

program-program yang dirancang untuk meningkatkan produksi barang dan pelayanan

yang dapat diberikan, ataupun berbagai sumber daya yang lain yang dapat

memberikan sumbangan terhadap pembangunan ekonomi (Rukminto Adi,

Isbandi, 1994:6-9)

Usaha Kesejahteraan Sosial yang baik dan bermanfaat mengandung ciri-ciri khas :

(a). Relevan: pelayanan atau bantuan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan

warga masyarakat yang menjadi sasaran/penyandang masalah.

(b). Konsisten: dilaksanakan secara terus menerus sampai terpecahkan masalah

yang dialami oleh sasaran.

(c). Aksesibel: pelayanan atau bantuan yang disediakan dapat dijangkau dan

digunakan oleh sasaran.

(d).Partisipasif: ketertiban semua terkait, termasuk sasaran, dalam pelaksanaan

(30)

C. Kesejahteraan Anak

Anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin

pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara jasmani, rohani, maupun

sosial. Sementara usaha kesejahteraan anak adalah kesejahteraan sosial yang

ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya

kebutuhan anak-anak. (UU Kesejahteraan Anak No. 6 Tahun 1974)

Dalam hal ini anak yang perlu mendapatkan perhatian adalah anak yang tidak

mempunyai orang tua dan ibu kandung dan anak yang tidak mampu karena suatu

sebab tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik secara rohani, jasmani,

sosial dengan wajar. Dalam pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial dapat dilakukan

melalui 5 bidang praktek pekerjaan sosial (Sumarnogroho, 1987: 78) yaitu :

1. Usaha kesejahteraan anak

2. Usaha bimbingan kesejahteraan keluarga

3. Usaha kesejahteraan lanjut usia

4. Usaha Kesejahteraan para cacat

5. usaha kesejahteraan umum

Berdasarkan Undang-undang nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan pokok

kesejahteraan sosial bahwa, setiap warga Negara berhak atas taraf sosial yang

sebaik-baiknya, maka kesejahteraan anak merupakan hal yang perlu mendapat perhatian,

karena masih banyak anak-anak yang tidak dapat menikmati masa kanak-kanaknya

yang menyenangkan karena kondisi yang dihadapinya dan keadaan orang tuanya.

Usaha kesejahteraan anak sebagai pembinaan pertumbuhan dan perkembangan secara

wajar bagi anak yang akan menentukan keutuhan pribadi anak dalam menyonsong

masa depannya untuk manusia dewasa yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri

(31)

a) Bantuan sosial untuk anak-anak terlantar baik melalui panti maupun

luar panti

b) Rehabilitasi dan pendidikan anak cacat (cacat fisik, indera maupun

mental)

c) Perawatan anak-anak yang mengalami gangguan emosional

d) Sistem usaha keluarga (foster home care)

e) Adopsi anak perwalian

f) Bimbingan anak

g) Perkumpulan dan kegiatan untuk mengisi waktu senggang termasuk

rekreasi serta bermain (play group)

D. Anak Binaan

Anak binaan yaitu anak yang diberi biaya pendidikan oleh seseorang dan

bantuan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani, dan sosialnya.

Anak binaan yang dimaksud disini yaitu anak yang telah mencapai umur 8 tahun

tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah kawin yang berdasarkan keputusan

pengadilan diserahkan pada Negara yang dididik dan ditempatkan pada panti asuhan

Elida (Dirjen Hukum & Perundang-undangan, 1995 : Bab I)

Yang menjadi pola pembinaan yaitu :

1. Macam pembinaan

a. Pembinaan penyuluhan hokum

b. Pembinaan penyuluhan rohani

c. Pembinaan penyuluhan jasmani

d. Pembinaan bimbingan bakat

(32)

2. Tujuan dan kejelasan pola pembinaan

3. manfaat pola pembinaan

4. pelaksanaannya

5. sumber-sumber yang digunakan.

E. Panti Asuhan

Panti asuhan atau kesataun kerja yang merupakan prasarana dan sarana yang

memberikan pelayanan sosial berdasarkan profesi pekerjaan sosial dan lembaga

kesejahteraan sosial yang bergerak dalam bidang kesejahteraan anak, terutama

bimbingan sosial dan pelayanan untuk anak-anak. Panti asuhan juga merupakan

tempat merawat serta mendidik anak-anak terlantar dan kurang mampu dalam

pendidikannya, sehingga mereka itu diharapkan dapat menolong dirinya sendiri serta

berfungsi dalam masyarakat. Sebagai panti sosial, menurut M. Fadil Nurdin panti

asuhan merupakan perwujudan fungsi-fungsi kesejahteraan sosial yang melahirkan

bentuk-bentuk pelayanan sosial yang bervariasi. Penanganan kesejahteraan anak-anak

terlantar dari sistem panti ini adalah pelayanan yang dilakukan dalam panti asuahan

dimana panti asuhan berfungsi sebagai lembaga subsitusi keluarga yaitu keluarga

pengganti untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak terlantar

yang dikenal dengan anak-anak binaan.

Usaha-usaha kesejahteraan yang diberikan pada panti asuhan berupa

peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan pendidikan dan keterampilan

anak binaan, pemenuhan kebutuhan rohani, sosial, dan kesehatan, keterampilan

sehingga anak-anak binaan tersebut diharapklan dapat mengembangkan pribadi,

potensi, kemampuan dan minatnya secara optimal, sehingga panti asuhan sebagai

lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab memberikan

(33)

dan sosial mereka agar pertumbuhan daan perkembangnnya dapat sesuai dengan

tingkat usianya.

Fungsi panti asuhan :

1. Fungsi perlindungan

fungsi panti asuhan disini adalah untuk menghindarkan anak dari

keterlantaran, perlakuan kekejaman atau semena-mena dari orang tua atau

Walinya.

2. Fungsi pendidikan

Panti asuhan berfungsi untuk membimbing, mengembangkan kepribadian

anak binaan secara wajar melalui berbagai keahlian tehnik dan penggunaan

fasilitas-fasilitas sosial demi tercapainya pertumbuhan dan perkembangan

fisik, rohani dan sosial anak binaan.

3. Fungsi pengembangan

Untuk mengembangkan kemampuan atau potensi anak binaan sesuai dengan

situasi dan kondisi lingkungan yang baik, sehingga kelak anak tesebut dapat

menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggung jawab

terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.

4. Fungsi pencegahan

Menghindarkan anak binaan dari pola tingkah laku sosial anak binaan yang

bersifat buruk atau negatif.

5. Fungsi perawatan

Merawat anak-anak binaan dengan kasih sayang sebagaimana orang tua.

Pelayanan panti asuhan disini merupakan wujud dari fungsi lembaga

kesejahteraan sosial dalam menangani masalah kesejahteraan anak, khususnya

(34)

Sebagai lembaga sosial panti asuhan mempunyai tugas pokok seperti yang

dijelaskan pasal 4 ayat 1 Keputusan Menteri Sosil RI. No HUK 3.3.8/239 Tahun 1974

yakni :

1. Mempersiapkan mereka yang dilayani sedemikian rupa, sehingga menjadi

manusia yang sadar akan tanggung jawab dan berdaya guna, baik dalam

kedudukan sebagai anggota masyarakat.

2. Mengembangkan potensi yang terdapat pada mereka yang dilayani secara

berencana dan terarah, sehingga mereka dapat menjalankan fungsi sosial

mereka.

3. Menghindari terdapatnya jurang pemisah dalam hubungan pergaulan antara

mereka yang dilayani dengan mayarakat sekeliling dengan cara

menciptakan/mengadakan modus-modus yang bersegi pendekatan

pribadi/sosial yang efektif dan efisien.

4. Menciptakan suasana hubungan yang serasi, baik antar mereka yang dilayani.

Maupun dengan para pengasuhnya sehingga tercipta suasana kekeluargaan.

5. Mengusahakan penyaluran dan penempatan terhadap warga panti sosial

keberbagai lapangan kerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.

6. Memberikan motivasi kepada lingkungan masyarakat, untuk dapat lebih

meningkatkan usaha-usaha praktis kesejahteraan sosial keluarga dan

(35)

Dijelaskan pula dengan peraturan panti asuhan yaitu pada pasal 3 dalam

Keputusan Menteri Sosial RI. 3.3.8/239 Tahun 1974.

1. Panti sosial berfungsi sebagai sarana dan prasarana pembinaan kegiatan

sosial berdaya guna, efektif dan efisien serta bermanfaat bagi yang

bersangkutan maupun masyarakat pada umumnya.

2. Panti sosial juga merupakan kegiatan kesejahteraan sosial bagi masyarakat

(36)

F. Kerangka Pemikiran

Di Indonesia semakin banyak terjadi masalah sosial yang mengakibatkan

bertambahnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial, dimana salah satunya

adalah anak-anak menjadi terlantar. Anak terlantar atau tidak mampu adalah anak

yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan

anak tidak dapat dipenuhi dengan wajar. Yang termasuk anak terlantar adalah anak

yatim, piatu, lainnya seperti keluarga yang tidak mampu yang mengalami hambatan

dalam memenuhi kebutuhan baik jasmanai, rohani, dan sosial.

Dalam usaha memelihara anak terlantar maka salah satunya dengan melalui

panti asuhan, karena panti asuhan merupakan lembaga sosial yang berfungsi sebagai

pengganti fungsi keluarga. Oleh karena itu panti asuhan Elida mengasuh dan

membina anak-anak terlantar tersebut, sehingga anak-anak terlantar tersebut tidak lagi

merasa kekurangan akan kebutuhannya baik jasmani maupun rohani.

Di dalam panti asuhan Elida. Anak-anak terlantar mendapat pelayanan sosial

yang bertujuan untuk membina dan meningkatkan kehidupan anak-anak terlantar.

Adapun usaha-usaha kesejahteraan yang dilakukan oleh panti asuhan Elida terhadap

anak-anak binaan Elida yang meliputi: peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok,

peningkatan pendidikan keterampilan anak binaan, pemenuhan kebutuhan rohani,

(37)

G. Bagan Kerangka Pemikiraan

Anak-anak Terlantar

Panti Asuhan Elida

Usaha-usaha Kesejahteraan yang dilakukan berupa :

1. Peningkatan pemenuhan

kebutuhan pokok

2. Peningkatan pendidikan dan

keterampilan anak binaan

3. pemenuhan kebutuhan rohani,

sosial, dan kesehatan

kesejahteraan Yang dicapai :

1. Kebutuhan sandang pangan

terpenuhi

2. memperoleh pendidikan

3. kebutuhan fisik dan phisikis terpenuhi

4. sosialisasi dengan lingkungan

(38)

H. Definisi Konsep dan Definisi Operasional H.1 Definisi konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk mengambarkan secara

abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat

penelitian (Singarimbun, 1989 : 33). Konsep penelitian diperlukan untuk menghindari

salah pengertian tentang arti konsep yang digunakan dalam penelitian.

Batasan-batasan konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kesejahteraan anak binaan yaitu, suatu tata kehidupan dan penghidupan anak

yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik

secara jasmani, rohani, dan sosial, termasuk pendidikan, kesehatan, dan semua

kebutuhan anak binaan. anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak

terlantar dan kurang mampu.

2. Anak binaan yaitu, anak yang mempunyai masalah sosial yaitu anak-anak

terlantar dan anak yatim piatu.

3. Pelayanan sosial yaitu, bantuan yang diberikan pada orang-orang miskin, pada

orang-orang terlantar, yang terkena bencana alam serta bantuan-bantuan

lainnya yang ditujukan untuk membantu orang-orang kurang mampu secara

ekonomi.

4. Panti asuhan yaitu, lembaga sosial yang memberikan pelayanan sebagai

tempat merawat serta mendidik anak-anak terlantar dan kurang mampu dalam

pendidikannya, sehingga mereka dapat menolong dirinya sendiri. Dalam hal

(39)

H.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana

cara untuk mengukur variabel (Singarimbun, 1989 :46). Adapun variabel yang akan

diteliti antara lain Kesejahteraan, diukur dengan:

1. Terperhatikan kebutuhan sandang pangan.

2. Keterampilan.

3. Terperhatikan kebutuhan fisik dan phisikis.

4. Memperoleh pendidikan.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisa yang

bertujuan untuk memberikan gambaran atau melukiskan kenyataan yang ada tentang

masyarakat atau kelompok orang tertentu di lapangan secara analisis yang prosesnya

meliputi penguraian hasil observasi dari suatu gejala yang diteliti atau lebih ( Irawan,

2004 : 35). Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tingkat

kesejahteraan yang diberikan oleh yayasan panti asuhan Elida terhadap anak

binaannya.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dipanti asuhan Elida, yang berlokasi di Jl.

Flamboyan Raya IV No. 2, Tanjung Selamat. Kecamatan Medan Tuntungan, alasan

penulis dalam memilih panti asuhan ini adalah karena panti asuhan ini merupakan

panti asuhan yang tidak membatasi kesempatan untuk menolong anak-anak terlantar

yang berasal dari latar belakang (adat, suku) yang berbeda dan berlandaskan kasih.

C. Populasi dan Sampel C.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai atau peristiwa sebagai

sumber data. Yang dimiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi,

1998:141). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan anak-anak binaan yang

ada dipanti asuhan Elida yaitu sebanyak 75 orang, yang terdiri dari : anak usia belum

(41)

sebanyak 9 orang, SMA sebanyak 1 orang, anak yang tidak bersekolah sebanyak 2

orang.

C.2. Sampel

Menurut Prof. Dr. Suharsini Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti (Arikunto,1997: 109). Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah purposive sampling, dalam tehnik ini, siapa yang akan diambil sebagai

anggota sampel diserahkan pada pertimbangan-pertimbangan pengumpul data yang

menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian (Soehartono, 2004:63).

Maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki peneliti terhadap

kondisi anak binaan panti asuhan Elida yang tidaksama, maka yang menjadi sampel

penelitian adalah batasan usia 10 tahun ke atas sebanyak 31 orang. Dimana anak SD

sebanyak 21 orang, SMP sebanyak 9 orang, SMA sebanyak 1 orang, dan staf panti

sebagai key informan atau sebagai pelengkap data. Adapun alasannya karena mereka

inilah yang dianggap mampu untuk memberikan jawaban untuk mengisi bahan

pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan peneliti nantinya, sedangkan

sebagian lagi anak binaan tidak ikut menjadi sampel dikarenakan, pada usia belum

sekolah sampai pada TK, SD dan juga yang tidak bersekolah belum mampu

memahami dan menangkap dengan tepat secara psikologi, juga belum mampu

berbahasa Indonesia dengan baik.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini akan

menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku, jurnal, karya ilmiah dan bentuk

(42)

2. Studi Lapangan

yaitu pengumulan data yang diperoleh dari kegiatan secara langsung di lapangan,

tehnik penelitian lapangan ditempuh dengan cara :

a. Observasi, yaitu mengamati objek yang diteliti secara langsung dengan

mengadakan pencatatan seperlunya dengan kondisi yang dihadapi secara

objektif.

b. Wawancara, yaitu mendapatkan dan mengumpulkan data, berdialog secara

langsung dengan anak panti asuhan.

c. Kuesioner, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran angket yang berisikan

pertannyaan yang diajukan secara tertulis.

E. Tehnik Analisa Data

Dalam penelitian ini, tehnik analisa data yang digunakan adalah tehnik analisa

deskriptif kuantitatif dengan cara mentabulasi data yang berhasil dijaring keterangan

yang diperoleh dari responden. Data yang didapat akan dipaparkan dan dianalisa

dengan menggunakan tabel tunggal, selanjutnya diberi keterangan sesuai dengan

(43)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah salah satu lembaga sosial

yang khusus menangani anak-anak terlantar, anak yatim, anak yatim piatu dan

prasejahtera, yang tidak mempunyai kesempatan memadai untuk bertumbuh dan

berkembang secara wajar, karena keadaan dimana salah satu atau kedua orang tuanya

meninggal dunia, perceraian dan kemiskinanan sehingga tidak dapat menjalankan

fungsi sosial sebagaimana mestinya.

Lembaga ini merupakan lembaga/yayasan Kristen yang berlokasi di Jalan

Flamboyan Raya IV A No. 2 Tanjung Selamat, Medan.

B. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Elida

Panti Asuhan Elida berdiri pada bulan Januari 1990, dengan cikal bakal 3

orang anak terlantar abang beradik yang diserahkan oleh seorang yang tidak dikenal

kepada bapak Pdt. Domianus dan Sarah Devi yang mana pada saat itu baru menikah

kira-kira 2 minggu. Dalam keadaan yang masih bingung, keluarga ini tetap merawat

ketiga anak itu dengan baik. Kemudian pada hari-hari berikutnya ada saja anak-anak

yang terlantar diserahkan kepada keluarga hamba Tuhan ini oleh seseorang yang

berbeda, dan asal daerah yang berbeda-beda, sehingga pada usia pernikahan mereka

baru 3 bulan keluarga ini sudah memiliki 15 orang anak yatim dan anak terlantar.

Dengan semakin banyaknya jumlah anak yang datang pada keluarga ini,

mengakibatkan mereka semakin bingung untuk merawatnya dan bertanya-tanya

(44)

Domianus tahu bahwa ini nazar yang pernah ia janjikan kepada tuhan ketika ia masih

anak-anak. Bapak Pdt. Domianus berjanji “jika aku nanti menjadi orang yang

berhasil, Aku akan menolong setiap orang yang tidak mampu yang sama seperti aku”.

Bapak Pdt. Domianus adalah seorang anak yatim yang tinggal dengan ibunya yang

selalu merasakan kesusahan dan kesedihan. Tetapi didalam kesusahan dan

kesedihannya, ia merasakan bahwa Tuhan selalu menolong keluarganya melalui

orang-orang yang ada disekitarnya. Sehingga dengan pertolongan dari orang lain

terutama dalam hal biaya pendidikan serta kerja keras dan semangat yang dimiliki,

Bapak ini terus berjuang untuk belajar dengan maksimal memanfaatkan waktu serta

fasilitas yang ada. Usaha dan kerja kerasnya tidak sia-sia karena pada akhirnya dia

menjadi orang yang berhasil, mampu untuk mencukupi semua kebutuhan

keluarganya, bahkan mereka dapat merawat setiap anak-anak yang diserahkan kepada

mereka, membiayai pendidikan anak binaan dan memenuhi kebutuhan pokok

anak-anak binaan tersebut.

Meskipun dengan susah payah keluarga hamba Tuhan ini merawat anak-anak

setiap harinya, tetapi Tuhan selalu membuktikan kuasa dan anugrah-Nya. Tuhan

senantiasa memberikan dan menyediakan jalan keluar untuk setiap kebutuhan

anak-anak setiap harinya. Sehingga keluarga ini menyadari bahwa merawat anak-anak-anak-anak

yatim dan terlantar adalah beban dan panggilan Tuhan bagi mereka. Dengan melihat

ini Bapak Pdt. Domnianus mendirikan Panti Asuhan Elida, yang telah terdaftar pada

tanggal 6 Oktober 1990 di pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan Dinas

Sosial Cabang Medan mengeluarkan surat izin dengan nomor 467-6/1471 (Brosur

(45)

Adapun yang menjadi Misi dan Visi panti asuhan Elida adalah sebagai

berikut:

VISI:

Panti asuhan Elida ingin menjadi panti asuhan yang dipercaya di

linggkungannya dan mempunyai kemampuan finansial untuk mendidik,

menanamkan kasih dan memberikan kehidupan yang layak bagi anak binaan

MISI:

1. Sebagai rumah asuh bagi setiap anak yatim piatu dengan didikan iman

kristiani yang terbuka bagi setiap anak yatim piatu di seluruh Indonesia.

2. Menanamkan kasih kepada Kristus dan kepada sesama manusia dan peka

terhadap lingkungan.

3. Memberikan kehidupan yang layak kepada anak binaan sebagaimana orang

tua terhadap anak kandungnya.

4. Memberikan pendidikan dan keahlian khusus untuk mempersiapkan mereka

sebagai manusia yang mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan

kehidupan manusia manusia dan lingkungannya di seluruh dunia.

E : Evangelistic(Penginjilan) L : Life (Kehidupan)

I : Inpiration (Insipirasi) D : Deliverance (Kelepasan) A : Amen (Amin)

Jadi Elida dapat disimpulkan sebagai panti asuhan yang memiliki inspirasi

(46)

C. SUSUNAN PENGURUS PANTI ASUHAN ELIDA Pimpinan : Pdt. Domianus S.Th

Ketua panti : Pdt. Domianus S. Th

Sekretaris : Titus Dachi Bendahara : Ev.Sarah Devi

Adapun tugas masing-masing jabatan pada sturuktur organisasi panti asuhan

Elida adalah sebagai berikut :

Pimpinan panti : Bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan operasional

panti asuhan Elida .

Ketua panti : Bertanggung jawab atas semua yang berhubungan dengan

panti asuhan dan seluruh kebutuhan anak-anak.

Sekretaris panti : Mendata anak asuh yang masuk panti Asuhan Elida

a.Mendata keadaan anak asuh di dalam panti Asuhan.

b.Mempersiapkan anak binaan yang nantinya akan

dikembalikan ke masyarakat.

c.Menyusun program yang akan dilaksanakan untuk

mempersiapkan kemajuan anak panti.

d.Menerima tamu yang dating ke panti asuhan.

e.Menerima dan mencatat surat yang masuk dan surat keluar.

Bendahara panti : Mencatat semua pendapatan dan pengeluaran untuk kebutuhan

(47)

D. PETUGAS PANTI ASUHAN ELIDA

Tabel 1. Gambaran Petugas Panti Asuhan Elida

No Nama Jabatan umur Pendidikan Lama

bekerja 1 Pdt. Domianus

S.Th

Pimpinan 43 tahun Sarjana

Theologi

17 tahun

2 Ev. Sarah Devi 34 tahun Sekolah

penginjil

17 tahun

3 Titus Dachi Sekretaris 1 23 tahun P. Tinggi 4 tahun

4 Erni Pengasuh 19 tahun SLTA 3 bulan

5 Bernike Pengasuh 21 tahun SLTA 3 bulan

6 Josua Pengasuh 25 tahun SLTA 2 tahun

7 N. karo-karo supir 48 tahun SLTA 2 tahun

8 Perma Juru masak 45 tahun SLTA 3 tahun

9 Sandi Ben Keamanan 42 tahun SLTA 4 tahun

(48)

E. Gambaran Demografis Anak Binaan 1. Jumlah Anak Binaan

Tabel 2. Berdasarkan Penggolongan Usia

Penghuni (anak binaan) panti asuhan Elida Tanjung Selamat-Medan berjumlah

75 orang, dan didominasi oleh anak-anak yang berusia 11-15 tahun yaitu sebanyak 40

orang dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :

No Usia Jumlah

Sumber data : kantor Panti Asuhan Elida Medan, 2007 Tabel 3. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah anak binaan panti asuhan Elida sebanyak 75 orang, laki-laki 50 orang

dan perempuan 25 orang. Dapat dilihat melalui tabel di bawah ini, bahwa penghuni

panti didominasi oleh laki-laki, yaitu sebanyak 50 orang.

No Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-laki 50 orang

2 Perempuan 25 orang

Total 75 orang

(49)

Tabel 4. Berdasarkan Tingkat dan Jenis Pendidikan

Anak-anak yang berada di panti asuhan Elida yang telah memasuki usia

sekolah, disekolahkan pada berbagai tingkat pendidikan meskipun sebagian besar

masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Hal ini disebabkan karena setiap anak binaan

yang ada di Elida harus dididik terlebih dahulu sebelum memasuki Sekolah Dasar

maka, mereka yang masih duduk di bangku SD sementara usianya seharusnya sudah

mengecap pendidikan SMP. Dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

No Tingkat dan Jenis Pendidikan Jumlah 1

(50)

Tabel 5. Berdasarkan Penggolongan Status

Anak binaan yang ditampung di panti asuhan Elida Medan, adalah anak yatim,

piatu, yatim piatu, anak terlantar dan anak yang berasal dari keluarga yang

ekonominya lemah (prasejahtera). Sebagian besar dari mereka masih memiliki orang

tua namun keadaan mereka tidak memungkinkan untuk merawat dan membesarkan

anaknya. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan anak dengan layak, seperti

terlihat pada tabel di bawah ini :

No Status Jumlah

1

2

3

4

5

Yatim

Piatu

Yatim Piatu

Prasejahtera

Terlantar

14

13

9

39

-

Total

75 orang

(51)

Tabel 6. Berdasarkan Suku Bangsa

Anak binaan panti asuhan Elida berasal dari berbagai suku, ada yang berasal

dari suku Nias, Mentawai, Batak Karo, Batak Toba, Pakpak Dairi, Aceh. tetapi yang

mayoritas adalah suku Nias. Ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :

No Etnis/Suku bangsa Jumlah

1

2

3

4

5

6

Nias

Mentawai

Batak Karo

Batak Toba

Pakpak

Aceh

56 orang

12 orang

4 orang

2 orang

1 orang

1 orang

Total 75 orang

(52)

Tabel 7. Berdasarkan Asal Daerah

Anak binaan yang ada di panti asuhan Elida mayoritas berasal dari pulau Nias

dan yang paling sedikit dari Banda Aceh, Medan dan Pakpak Dairi. Ini dapat dilihat

melalui tabel di bawah ini :

No Asal Daerah Jumlah

1

2

3

4

5

6

Nias

Mentawai

Kab. Karo

Banda Aceh

Pakpak Dairi

Kodya Medan

56 orang

12 orang

5 orang

1 orang

1 orang

2 orang

Total 75 orang

(53)

Tabel 8. Berdasarkan Tahun Masuk Panti

Anak-anak yang berada dipanti asuhan Elida jika dilihat dari tahun masuk ke

panti asuhan bervariasi mulai dari tahun 2001-2007 tetapi didominasi oleh anak

binaan yang masuk ke panti pada tahun 2005 sebanyak 23 orang. ini dapat dilihat

melalui tabel di bawah ini :

No Tahun Masuk Panti Jumlah

Sumber data : Kantor Panti Asuhan Elida Medan, 2007

Adapun yang menjadi syarat yang harus dipenuhi sebelum menjadi anak

binaan pada panti asuhan Elida adalah sebagai berikut :

1. Berusia antara 4-10 tahun.

2. Memiliki identitas yang jelas (dibuktikan dengan adanya syarat lahir/akta

kelahiran).

(54)

4. Rekomendasi dari lurah atau camat tempat dimana berdomisili sebelumnya.

5. Wali anak (sipengantar) membuat surat pernyataan diatas segel atas

penyerahan anak kepada panti asuhan Elida.

6. Setiap anak binaan wajib diperhatikan oleh pihak keluarganya untuk urusan

sekolah.

7. Diijinkan memberikan sesuatu kepada anak binaan berupa benda, kecuali uang

bagi anak kecil.

8. Membesuk anak 2 bulan sekali selama 2 jam.

9. Bagi keluarga anak binaan tidak boleh menginap dipanti.

Adapun kegiatan sehari-hari anak-anak binaan yang ada di panti asuhan Elida

adalah sebagai berikut :

Pagi (05.00 WIB) Bangun pagi, doa pagi, mengerjakan tugas rutin seperti

membersihkan kamar tidur dan serapan.

(07.00 WIB) Berangkat ke sekolah.

(13.15 WIB) Pulang dari sekolah kemudian kumpul di aula untuk

kebaktian siang sebelum makan siang, bagi anak yang

bertugas membagi nasi langsung menuju ruang makan

untuk mempersiapkan segala sesuatunya termasuk

menyusun kursi

Siang (14.00 WIB) Makan siang

(15.00 WIB) Melaksanakan/mengerjakan tugas yang sudah dibagi

oleh staf panti seperti membersihkan dapur, kamar

mandi, aula, ruang makan, halaman panti dan

(55)

dengan jadwal masing-masing yang sudah ditentukan

oleh staf panti.

(16.00 WIB) Bermain bersama dan mandi sore

Sore (17.00 WIB) Kebaktian sore

Malam (19.00 WIB) Makan malam, belajar dan tidur

F. Usaha-usaha kesejahteraan Yang Dilakukan panti Asuhan Elida Terhadap Anak Binaan

Panti asuhan Elida sebagai suatu badan atau lembaga sosial, yang bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteran anak-anak binaan. Adapun usaha kesejahteraan

yang dilakukan yaitu : pemenuhan kebutuhan pokok, pendidikan dan keterampilan

anak binaan, pemenuhan kebutuhan rohani, sosial, dan kesehatan.

F.1. Pemenuhan kebutuhan pokok

Panti asuhan Elida sebagai lembaga subtitusi keluarga yang melaksanakan

peran orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak, terutama dalam hal pemenuhan

kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam hal memenuhi kebutuhan ini sesuai

dengan wawancara dengan pihak panti. Panti asuhan Elida tidak mengalami kesulitan

karena para donatur yang datang ke panti ini disamping memberi bantuan dalam

bentuk uang, juga memberikan bantuan berupa sandang, pangan. Diluar kebutuhan

sandang, pangan, dan tempat tinggal anak-anak yang ada di panti ini sangat

membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari pihak panti asuhan karena kebutuhan

(56)

F.2 Bidang Pendidikan

Dalam hal ini bidang pendidikan yang penulis maksudkan adalah bidang

pendidikan formal anak binaan kecuali mereka yang belum memasuki usia sekolah.

Anak binaan yang berada di panti asuhan Elida ini dimasukkan keberbagai jenis

sekolah dan tingkatan pendidikan yang sesuai dengan usianya, dimulai dari TK

hingga ke perguruan Tinggi bagi yang ingin melanjutkan pendidikan mereka di

bidang keagamaan/kerohanian.

F.3 Pembinaan Rohani

Panti asuhan Elida sebagai lembaga yang berada di bawah suatu naungan satu

agama, yakni Kristen maka pembinaan rohani yang diterapkan bagi anak-anak binaan

yang ada di panti ini adalah ajaran Kristen yaitu kharismatik. Pembinaan ini

diterapkan melalui kebaktian yang dilaksanakan3 x sehari yakni saat teduh pada pagi

hari pada pukul 05.00 WIB dan kebaktian pada siang hari sebelum makan siang pada

pukul 13.30 WIB dan kebaktian sore hari pada pukul 17.00WIB serta adanya doa

kelompok yang dilakukan secara bergantian pada sore hari. Kebaktian ini meliputi :

acara menyanyikan lagu pujian penyembahan, berdoa bersama dan pembacaan alkitab

dan renungan firman Tuhan.

Anak-anak yang berada di panti Asuhan ini secara bergiliran bertugas

memimpin pujian yang diawasi oleh staf panti. Namun pada saat tertentu, kebaktian

dan renungan Firman Tuhan langsung dibawakan oleh Ibu pimpinan panti asuhan

yaitu Ev. Sarah Devi.

F.4. Latihan keterampilan

Pelatihan keterampilan yang diberikan oleh panti asuhan Elida adalah

mengikutsertakan anak binaan dalam hal kegiatan bermain musik. Dengan demikian

Gambar

Tabel 2. Berdasarkan Penggolongan Usia
Tabel 4. Berdasarkan Tingkat dan Jenis Pendidikan
Tabel 5. Berdasarkan Penggolongan Status
Tabel 7. Berdasarkan Asal Daerah
+7

Referensi

Dokumen terkait

di panti asuhan mereka akan memperoleh kehidupan yang lebih layak baik. dari segi pemenuhan kebutuhan jasmani maupun

tentang pembinaan keagamaan di Panti Sosial Asuhan Anak Al Kau ṡ ar Lembang. Adapun yang dijadikan subjek penelitian ini adalah sebagai berikut :. a) Pimpinan Panti Sosial Asuhan

“Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak telantar dengan

Strategi yang dilakukan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) terhadap pembinaan sikap mental anak di Panti Asuhan Mega Mulia Kabupaten Gowa adalah Program

Perbedaan Self-Acceptance (Penerimaan Diri) Pada Anak Panti Asuhan Ditinjau Dari Segi Usia.. Fakultas Psikologi

Dengan demikian panti asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan fisik, mental, dan

Sehubungan dengan pendekatan teori yang dibangun maka secara konseptual yang dimaksud dengan peranan panti asuhan dalam membina kemandirian anak di Panti Sosial

Sedangkan, Menurut Depsos RI (2004: 4), Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan