• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Kebugaran Jasmani

2.2.1. Pengertian

Aktivitas yang dilakukan seseorang memiliki ragam dan intensitas yang berbeda. Setiap orang berharap untuk dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik tanpa ada keluhan dari tubuhnya. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya kesesuaian antara syarat yang harus dipenuhi dengan ragam dan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan.

Kebugaran jasmani menurut Sadoso (1992) dalam Sinaga (2004) adalah kemampuan fungsional seseorang dalam melakukan pekerjaan sehari-hari yang relatif cukup berat untuk jangka waktu yang cukup lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan serta masih mempunyai tenaga cadangan untuk melakukan hal-hal yang mendadak, setelah selesai bekerja dapat pulih keadaan semula dalam waktu yang relatif singkat pada saat istirahat.

Kebugaran jasmani diperlukan tidak hanya oleh atlet untuk performa yang lebih baik tetapi juga untuk nonatlet untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani (Prajapati et al., 2008).

Kebugaran jasmani terbagi menjadi dua komponen yaitu kebugaran jasmani terkait kesehatan (health related component) dan kebugaran jasmani terkait kemampuan atletis (performance or skill related component). Kebugaran jasmani terkait kesehatan mencakup daya tahan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas, kekuatan otot, dan ketahanan otot. Kebugaran jasmani terkait kemampuan atletis mencakup keseimbangan, waktu reaksi, koordinasi, ketangkasan, kecepatan, dan kekuatan (ACSM, 2009).

2.2.2. Komponen kebugaran jasmani

Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :

a. Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan kardiorespirasi didefinisikan sebagai kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi untuk menyuplai oksigen selama aktivitas yang ritmik dan kontiniu (Nieman, 2011). Dengan kata lain, daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi oleh kemampuan fungsional dari jantung, pembuluh darah, dan paru-paru yang terkait selama berbagai jenis tuntutan latihan.

b. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh mengacu pada jumlah relatif lemak dalam tubuh dan jaringan tubuh yang tanpa lemak, seperti otot, tulang, dan air. Berat badan dapat dibagi menjadi dua komponen : berat dari jaringan lemak dan berat dari jaringan bebas lemak. Persen lemak tubuh (persentase dari berat total diwakili oleh berat lemak), merupakan indeks yang sering digunakan untuk menilai komposisi tubuh seseorang. Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan akumulasi dari lemak tubuh. Pria mempunyai tingkat lemak tubuh yang optimal bila persentase dari lemak tubuhnya adalah 15% atau kurang, dan dipertimbangkan obesitas apabila

persentase lemak tubuhnya 25% atau lebih. Untuk wanita, persentase lemak tubuh yang optimal adalah 23% atau dibawahnya, dan disebut obesitas apabila mencapai 33% atau di atas 33% (Nieman, 2011).

c. Kekuatan Otot

Kekuatan otot berhubungan dengan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan. Dengan kata lain, kekuatan otot merupakan kekuatan maksimal yang dapat diberikan terhadap suatu tahanan, atau jumlah kekuatan maksimal yang dapat dihasilkan dalam suatu gerakan terisolasi oleh sekelompok otot tunggal (Nieman, 2011).

d. Kelenturan

Adalah kapasitas fungsional dari persendian untuk bergerak melalui seluruh luas bidang geraknya, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh jaringan-jaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon, dan ligamen (Nieman, 2011). Kelenturan tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga.

e. Daya Tahan Otot

Daya tahan merupakan suatu kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik secara terus menerus dalam waktu yang lama dan dalam suasana aerobik. Seseorang yang mempunyai daya tahan yang baik, tidak akan merasa kelelahan yang berlebihan setelah melakukan latihan dan kondisinya pun cepat pulih kembali seperti keadaan sebelum melakukan latihan. Dengan kata lain, daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk terus melakukan suatu aktivitas tanpa merasa lelah, atau kemampuan otot untuk menyokong kontraksi otot secara submaksimal dalam suatu jangka waktu tertentu (Nieman, 2011).

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Setiap orang mempunyai tingkat kebugaran yang berbeda-beda. Semua kegiatan fisik memerlukan suatu tingkat kebugaran jasmani yang didukung oleh faal tubuh, di lain pihak latihan pembebanan fisik tertentu akan mengubah faal tubuh seseorang yang selanjutnya akan mengubah tingkat kebugaran seseorang.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebugaran jasmani (Cahyati, 2004) :

a. Kesehatan badan, misalnya penyakit menular dan penyakit kronis.

b. Keadaan gizi, misalnya kekurangan salah satu atau berbagai jenis zat gizi (khususnya protein), serta zat gizi yang tidak adekuat.

c. Latihan fisik, misalnya usia seseorang mulai latihan, frekuensi latihan. d. Faktor keturunan, misalnya bentuk antopometri badan dan kelainan

kongenital.

Faktor fisiologis yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskular antara lain :

1. Keturunan (genetik)

Kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2 max), 93,4% ditentukan oleh faktor genetik yang berperan antara lain pada kapasitas jantung, paru, sel darah merah, dan hemoglobin (Hb).Kemampuan yang dimiliki oleh keturunan tertentu diduga terkait dengan jumlah mitokondria yang dimilikinya. Orang kulit berwarna dari suku Afrika memiliki jumlah mitikondria yang lebih banyak, sehingga meningkatkan kemampuan sel menyediakan energi, sehingga orang tersebut tidak mudah merasa lelah (Budiasih,2002).

2. Usia

Mulai anak-anak sampai usia 20 tahun, daya tahan kardiovaskular meningkat, mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun dan setelah itu berbanding terbalik dengan usia. Hal ini disebabkan karena menurunnya faal organ trasnport dan utilisasi oksigen yang terjadi akibat bertambahnya usia (Cahyati, 2004).

3. Jenis Kelamin

Sampai usia pubertas tidak ada perbedaan daya tahan kardiovaskular antara pria dan wanita. Setelah usia tersebut, nilai daya tahan kardiovaskular pada wanita lebih rendah 15-25% dari pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan maksimal kekuatan otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, jumlah hemoglobin, kapasitas paru, dan sebagainya (Cahyati, 2004).

4. Aktivitas Fisik

Istirahat di tempat tidur selama tiga minggu akan menurunkan daya tahan kardiovaskular sebanyak 17-27%. Efek latihan aerobik selama 8 minggu setelah istirahat tersebut memperlihatkan peningkatan daya tahan kardiovaskular 62% dari nilai akibat istirahat. Apabila dibandingkan dengan keadaan sebelum istirahat di tempat tidur, maka nilai peningkatan adalah 18%. Macam aktivitas seseorang akan mempengaruhi baik buruknya nilai daya tahan kardiovaskular yang dimiliki (Cahyati, 2004).

5. Status Gizi

Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut. Sedangkan zat gizi sendiri diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Daya tahan tubuh akan berada dalam keadaan optimal bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70%). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar (Budiasih, 2002).

6. Merokok

Kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kebugaran jasmani, karena di dalam rokok terdapat bermacam-macam zat yang merugikan tubuh, yaitu karbon monoksida, nikotin, tar, dan beberapa zat lainnya.

Sitepoe (2000) berpendapat bahwa rokok bukanlah sebagai penyebab suatu penyakit, namun dapat memicu suatu jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Penyakit-penyakit yang terpicu karena merokok antara lain adalah sebagai berikut :

a. Merokok dan saluran pernapasan : merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru, baik bersifat kronis dan obstruktif, misalnya bronkitis dan emfisema. Sekitar 85% dari penderita ini disebabkan oleh rokok.

b. Merokok dan darah : karbon monoksida akan menyingkirkan hemoglobin yang akan digunakan untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Pengikatan O2 oleh karbon monoksida lebih kuat 200-300 kali mengikat hemoglobin. Dengan demikian, kemampuan hemoglobin akan merosot.

c. Merokok dan sistem kardiovaskular : nikotin dari rokok itu dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur. Karbon monoksida di dalam darah mengubah pembuluh darah itu agar lebih gampang dimasuki oleh kolesterol dan lemak, sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan.

Derajat berat merokok dapat dinilai dengan menggunakan indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan lama merokok dalam tahun:

a. Ringan : 0-200 b. Sedang : 201-600 c. Berat : >600

Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Budiasih, 2002).

2.2.5. Pengukuran kebugaran jasmani

Pengukuran daya tahan kardiorespirasi dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Untuk tes lapangan biasanya berupa uji tampilan (performance

test), sedangkan untuk tes laboratorium berupa uji latih (exercise test). Tiga macam bentuk uji latih untuk mengukur dan menilai kebugaran jasmani dari segi kemampuan fungsi jantung dan pernafasan yaitu : uji naik turun bangku (Steps Test), uji dengan ergometer sepeda (Ergocycle Test), dan uji dengan jentera (Treadmill Test) )[Rusip, 2006; Cahyati, 2004] .

A. Uji naik turun bangku (Step Test)

Step test yang digunakan oleh penulis berupa Mc Ardle Step Test ataupun yang dikenal dengan Queen’s College Step Test yang prosedurnya berupa:

1. Alat yang digunakan a. stopwatch, formulir tes

b. metronome, untuk mengatur irama langkah c. bangku tes yang tingginya adalah 41,3 cm

2. Pelaksanaan

a. Partsipan melakukan latihan irama langkah naik turun bangku terlebih dahulu sebelum tes

b. Suhu kamar 23˚- 25˚C

c. Pada saat tanda “mulai” diberikan, partisipan menempatkan salah satu kakinya di atas bangku tepat pada suatu detikan metronom yang sekaligus merupakan tanda permulaan test. Pada detikan metronome kedua, partisipan menempatkan kedua kakinya penuh di atas bangku sehingga partisipan berdiri tegak di atas bangku. Pada detikan ketiga, partisipan turun dan menurunkan dulu kakinya yang pertama kali naik tadi. Pada detikan keempat, kakinya yang kedua diturunkan pula, sehingga partisipan sekarang berdiri lagi tegak di atas lantai. Demikian seterusnya sambil mengikuti irama metronome yang telah terpasang pada frekuensi 96 x per

menit untuk pria dan frekuensi 88 x per menit untuk wanita atau kecepatan naik turun 24 x per menit untuk pria dan 22 x per menit untuk wanita d. Lamanya naik turun bangku 3 menit

e. Apabila partisipan keluar dari irama, maka diberikan peringatan agar kembali mengikuti irama metronome

f. Setelah tes selesai, subjek diminta untuk berhenti, kemudian denyut nadi arteri radialis dihitung selama 15 detik

g. Jumlah nadi selama 15 detik tersebut kemudian dikalikan 4 untuk mendapat jumlah nadi per menit.

3. Perhitungan Besar VO2 max diketahui dengan rumus (Ashok, 2008): Untuk laki-laki: VO2 max = 111,33 – (0,42 x HR)

Untuk perempuan: VO2 max = 65,81 – (0,1847 x HR) HR = Heart rate

4. Interpretasi

Tabel 2.1. Klasifikasi VO2maxberdasarkan Pulsasi Nadi Radialis (kali/menit)

Jenis kelamin

Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Laki-laki <121 121-148 149-156 157-162 >162

Perempuan <129 129-158 159-166 167-170 >170

Tabel 2.2. Klasifikasi Nilai VO2max

Jenis kelamin

Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Laki-laki >46,5 42,5-46,4 36,5-42,4 33-36,4 <33 Perempuan >37 33-36,9 29-32,9 23,6-28,9 <23,6 Sumber: Heywood, 1998

5. Indikasi Penghentian Mc Ardle Step Test, antara lain : a. Permintaan dari subjek untuk berhenti.

b. Kegagalan sistem monitor.

c. Terdapat tanda-tanda gangguan kardiovaskular, seperti: nyeri dada (angina) yang progresif, takikardia ventrikel, aritmia jantung ataupun bradikardia yang tidak sesuai dan tidak dapat dijelaskan.

d. Kepala terasa ringan, bingung, ataksia, pucat, sianosis, mual atau adanya tanda-tanda dari insufisiensi sirkulasi perifer yang serius.

B. Uji dengan Ergometer Sepeda (Ergocycle Test)

Ergocycle Test yaitu tes mengayuh sepeda ergometer yang dipergunakan untuk menilai tingkat kebugaran jasmani berdasarkan kemampuan aerobik (kemampuan menghirup oksigen) seseorang. Pelaksanaan tes ini dibedakan menjadi dua model pembebanan, yaitu pembebanan submaksimal dan pembebanan maksimal.

C. Uji dengan Jentera (Treadmill Test)

Treadmill Test (tes dengan jentera) adalah tes kebugaran jasmani dengan menggunakan jentera yang dapat diatur kecepatan dan kemiringannya. Tes ini bertujuan untuk mengukur kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2 max) untuk meggambarkan derajat kebugaran jasmani.

Tekanan darah arteri rata-rata = curah jantung x resistensi perifer total

Dokumen terkait