• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Kebugaran pada Karyawan Pria di Hotel Grand Antares Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Kebugaran pada Karyawan Pria di Hotel Grand Antares Medan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah dan

Tingkat Kebugaran pada Karyawan Pria

di Hotel Grand Antares Medan

Oleh :

IRA TADIKA

090100070

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP

TEKANAN DARAH DAN TINGKAT KEBUGARAN PADA

KARYAWAN PRIA DI HOTEL GRAND ANTARES MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

”Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

IRA TADIKA

090100070

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Kebugaran pada Karyawan Pria di Hotel Grand Antares Medan

Nama : Ira Tadika NIM : 090100070

Pembimbing Penguji I

( dr. Maya Savira, M.Kes ) ( dr. T. Kemala Intan, M.Pd ) NIP : 19761119 200312 2 001 NIP : 19620424 199003 2 002

Penguji II

( dr. Muara P. Lubis, Sp.OG ) NIP : 19751023 200812 1 001

Medan, 08 Januari 2013

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang : Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah merokok menjadi masalah yang serius. Salah satu efek dari rokok adalah menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Gangguan pada sistem kardiovaskular juga berpengaruh terhadap kebugaran jasmani seseorang, dimana salah satu komponen dari kebugaran jasmani adalah kebugaran kardiopulomonal.

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara kebiasaan merokok terhadap tekanan darah dan tingkat kebugaran pada karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, dengan jumlah sampel 24 orang perokok dan 24 orang bukan perokok. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer dilakukan sebelum pengukuran Mc Ardle Step Test. Tes ini menggunakan bangku dengan ketinggian 41,3cm. Tes ini berdurasi 3 menit dengan laju naik turun bangku 24 kali/menit. Setelah responden menyelesaikan tes, dilakukan perhitungan denyut nadi radialis detik ke 6-20 pada masa pemulihan, hasil perhitungan kemudian dimasukkan ke rumus untuk mendapatkan nilai tingkat kebugaran. Analisis data dilakukan dengan program SPSS (Statistic Package for Social Science).

Hasil : Hasil dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov untuk data dalam bentuk kategorik.analisis menunjukkan nilai p < 0,05

Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah dan tingkat kebugaran.

.

(5)

ABSTRACT

Background : Smoking prevalence in developing countries including Indonesia has increased which causes smoking to become a serious problem. One of the effects of smoking is causing vasoconstriction of the blood vessels which result in the increase of blood pressure. The impacts on the cardiovascular system also affect ones’ physical fitness, in which one of the components of physical fitness is cardiopulmonary fitness.

Objective : This study was designed to analyze the relationship between the habit of smoking with the male employees’ blood pressure and physical fitness at the Grand Antares Hotel Medan.

Methods: This was an analytic study with a cross-sectional study design. The sampling technique carried out was consecutive sampling, with 24 samples were smokers, and 24 others were non-smokers. The measurement of blood pressure was using sphygmomanometer, and it was done before the Mc Ardle Step Test. This test used a 41.3 cm high bench. The test was done for a total duration of three minutes at the rate of 24 steps/minute. After completion, the counting of the radial pulse rate from the 6th to 20th seconds of the recovery period was done, the result then was incorporated into the formula to find the value of the physical fitness. The analysis of the data was performed by using the SPSS program (Statistic Package for Social Science).

Result : The results of Kolmogorov-Smirnov test showed the P value <0.05. Conclusion : There was a correlation between the habit of smoking with the blood pressure and physical fitness level.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Karya tulis ilmiah ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas serta memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, diantaranya:

1. Dosen pembimbing penulisan penelitian ini, dr. Maya Savira, M.Kes yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

2. Dosen penguji dr. T. Kemala Intan, MPd dan dr. Muara P. Lubis, Sp.OG atas seluruh arahan dan masukan pada Seminar Karya Tulis ilmiah.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Selvi Nafianti, Sp.A(K) yang telah menjadi dosen penasihat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada teman- teman 1 kelompok dosen pembimbing, yakni Mark Timotius Siahaan dan Hotasi Otana Simanjuntak yang telah banyak membantu penulis selama proses penelitian tersebut.

5. Kepada Dosen dan Staf Departemen IKK yang telah membimbing dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah dan perhitungan statistik.

(7)

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan informasi kepada para pembaca mengenai dampak yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan merokok terhadap kesehatan tubuh, sehingga dapat memberikan motivasi kepada pembaca untuk mencegah, mengurangi, ataupun berhenti dari kebiasaan merokok.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan penelitian ini.

Medan, 5 Desember 2012

Ira Tadika

(8)

DAFTAR ISI

2.1.3. Efek Rokok Terhadap Kesehatan ... 8

2.1.4. Klasifikasi Perokok ... 12

2.2. Kebugaran Jasmani ... 12

2.2.1. Pengertian Kebugaran Jasmani ... 12

2.2.2. Komponen Kebugaran Jasmani ... 13

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani ... 15

2.2.4. Pengukuran Kebugaran Jasmani ... 18

2.3. Tekanan Darah ... 21

2.3.1. Pengertian Tekanan Darah ... 21

2.3.2. Curah Jantung ... 22

2.3.3. Resistensi Perifer Total ... 22

2.3.4. Pengukuran Tekanan Darah ... 23

2.4. Hipertensi ... 24

(9)

2.4.2. Klasifikasi ... 25

2.4.3. Faktor Risiko ... 26

2.5. Hubungan Rokok Dengan Tekanan Darah dan Kebugaran ... 26

2.6. Kerangka Teori ... 28

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 29

3.1. Kerangka Konsep ... 29

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 29

3.2.1. Variabel Independen ... 29

3.2.2. Variabel Dependen ... 29

3.2.3. Definisi Operasional ... 30

3.3. Hipotesis ... 31

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 32

4.1. Jenis Penelitian ... 32

4.2.Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

4.3. Populasi dan Sampel ... 32

4.3.1. Kriteria Inklusi ... 32

4.3.2. Kriteria Eksklusi ... 32

4.4. Besar Sampel ... 33

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 34

4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1. Hasil Penelitian ... 36

5.2. Pembahasan ... 48

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

6.1. Kesimpulan ... 50

6.2. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(10)
(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII 27 Tabel 5.1. Distribusi Usia dan Kebiasaan Merokok Responden 37

Tabel 5.2. Distribusi Lama MerokokSampel 38

Tabel 5.3. Distribusi Jenis Rokok Sampel 38

Tabel 5.4. Distribusi Jenis Rokok Berdasarkan Filter dan

Non-Filter

38

Tabel 5.5. Distribusi Intensitas Olahraga Sampel 39

Tabel 5.6. Distribusi Tekanan Darah Sampel 39

Tabel 5.7. Distribusi Tingkat Kebugaran Sampel 40

Tabel 5.8. Distribusi Indeks Massa Tubuh 40

Tabel 5.9. Distribusi Kadar Gula Darah Sampel 40 Tabel 5.10. Distribusi Sampel Menurut Pendidikan Terakhir 41 Tabel 5.11. Distribusi Tekanan Darah Menurut Kebiasaan

Merokok

42

Tabel 5.12. Hubungan Tekanan Darah dengan Kebiasaan

Merokok

42

Tabel 5.13. Distribusi Tingkat Kebugaran Terhadap Kebiasaan

Merokok

43

Tabel 5.14. Hubungan Tingkat Kebugaran dengan Kebiasaan

Merokok

44

Tabel 5.15. Distribusi Tingkat Kebugaran Terhadap Kebiasaan

Berolahraga

45

Tabel 5.16. Hubungan Tingkat Kebugaran dengan Kebiasaan

Berolahraga

45

Tabel 5.17. Distribusi Tekanan Darah Terhadap Kebiasaan

Berolahraga

46

Tabel 5.18. Hubungan Tekanan Darah dengan Kebiasaan

Berolahraga

47

Tabel 5.19. Distribusi Tingkat Kebugaran Terhadap Indeks

Massa Tubuh

47

(13)
(14)

DAFTAR SINGKATAN

ACSM American College of Sports Medicine

ACSPFT Asian Commitee on the Standardization of Physical Fitness Test

BaP Benzo(a)Pyrene

CO Karbon Monoksida

FK USU Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

HDL High Density Lipoprotein

JNC Joint National Committee

Hb Hemoglobin

ISH International Society of Hypertension

LDL Low Density Lipoprotein

MoH Ministry of Health

NCI National Cancer Institute

PAI-1 Prothrombin Activator Inhibitor-1

PPM Parts Per Million

PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronis

SKRT Survei Kesehatan Rumah Tangga

SPSS Statistic Package for the Social Sciences

TSNAs Tobacco-specific N-nitrosamines

VO2max Ambilan Oksigen Maksimal

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian

Lampiran 4. Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 5. Tabel SPSS

Lampiran6. Ethical Clearance

Lampiran7. Surat Izin Penelitian

(16)

ABSTRAK

Latar Belakang : Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah merokok menjadi masalah yang serius. Salah satu efek dari rokok adalah menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Gangguan pada sistem kardiovaskular juga berpengaruh terhadap kebugaran jasmani seseorang, dimana salah satu komponen dari kebugaran jasmani adalah kebugaran kardiopulomonal.

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara kebiasaan merokok terhadap tekanan darah dan tingkat kebugaran pada karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, dengan jumlah sampel 24 orang perokok dan 24 orang bukan perokok. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer dilakukan sebelum pengukuran Mc Ardle Step Test. Tes ini menggunakan bangku dengan ketinggian 41,3cm. Tes ini berdurasi 3 menit dengan laju naik turun bangku 24 kali/menit. Setelah responden menyelesaikan tes, dilakukan perhitungan denyut nadi radialis detik ke 6-20 pada masa pemulihan, hasil perhitungan kemudian dimasukkan ke rumus untuk mendapatkan nilai tingkat kebugaran. Analisis data dilakukan dengan program SPSS (Statistic Package for Social Science).

Hasil : Hasil dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov untuk data dalam bentuk kategorik.analisis menunjukkan nilai p < 0,05

Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah dan tingkat kebugaran.

.

(17)

ABSTRACT

Background : Smoking prevalence in developing countries including Indonesia has increased which causes smoking to become a serious problem. One of the effects of smoking is causing vasoconstriction of the blood vessels which result in the increase of blood pressure. The impacts on the cardiovascular system also affect ones’ physical fitness, in which one of the components of physical fitness is cardiopulmonary fitness.

Objective : This study was designed to analyze the relationship between the habit of smoking with the male employees’ blood pressure and physical fitness at the Grand Antares Hotel Medan.

Methods: This was an analytic study with a cross-sectional study design. The sampling technique carried out was consecutive sampling, with 24 samples were smokers, and 24 others were non-smokers. The measurement of blood pressure was using sphygmomanometer, and it was done before the Mc Ardle Step Test. This test used a 41.3 cm high bench. The test was done for a total duration of three minutes at the rate of 24 steps/minute. After completion, the counting of the radial pulse rate from the 6th to 20th seconds of the recovery period was done, the result then was incorporated into the formula to find the value of the physical fitness. The analysis of the data was performed by using the SPSS program (Statistic Package for Social Science).

Result : The results of Kolmogorov-Smirnov test showed the P value <0.05. Conclusion : There was a correlation between the habit of smoking with the blood pressure and physical fitness level.

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hal yang tidak bisa diabaikan oleh setiap umat manusia karena peranannya yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup seseorang serta dalam menjalani aktivitas dan pekerjaan sehari-hari dengan optimal. Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pola hidup seseorang. Menurut Adrian (2001), pola hidup adalah suatu cara atau kegiatan sehari-hari yang dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan dan minum untuk menjaga tubuh tetap sehat. Pola hidup yang sehat seperti olahraga teratur, konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang cukup mempunyai dampak yang bagus bagi kesehatan. Sedangkan pola hidup yang tidak sehat seperti gaya hidup sedentary (kurang aktivitas), kurang tidur dan kebiasaan merokok dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan.

Kebugaran jasmani pada hakikatnya merupakan suatu kondisi tubuh yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari atau adaptasi terhadap pembebanan fisik yang diberikan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, sehingga tubuh masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang maupun mengatasi beban kerja tambahan (Utari, 2007). Jadi, semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang, maka kebugaran jasmaninya pun akan semakin baik pula.

(19)

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskular antara lain : usia, jenis kelamin, genetik, kebiasaan olahraga, status gizi, kebiasaan merokok, dan kadar hemoglobin (Budiasih, 2011). Adapun yang termasuk ke dalam faktor yang tidak dapat diubah seperti usia dan jenis kelamin, sedangkan faktor yang dapat diubah seperti kebiasaan olahraga dan merokok.

Terdapat berbagai variasi tes uji latih kebugaran jasmani untuk menetapkan tingkat kebugaran jasmani seseorang. Beberapa tes yang sering dipergunakan adalah Treadmill dan ergometer sepeda, tes ACSPFT (Asian Commitee on the Standardization of Physical Fitness Test), dan step test (Budiasih, 2011).

Step test merupakan salah satu jenis pengukuran tingkat kebugaran seseorang, antara lain adalah metode Mc Ardle Step Test atau Queens College Step Test yang menggunakan tinggi bangku 41,3 cm (Ashok, 2008).

Di Indonesia hasil pengukuran tingkat kesegaran jasmani yang dilakukan oleh pusat kesegaran jasmani di 22 propinsi pada tahun 2005 terhadap 7685 orang pelajar dan mahasiswa, hasilnya adalah 38,4 % mempunyai tingkat kesegaran jasmani kurang dan kurang sekali, 9,53 % baik dan baik sekali, sedangkan sisanya dinyatakan sedang (Susilowati, 2007).

Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi serius. Data epidemiologi global menunjukkan bahwa rokok membunuh lebih dari lima juta orang di dunia setiap tahunnya akibat penyakit kanker paru, penyakit jantung maupun penyakit lain terkait rokok. Diperkirakan pada tahun 2030, angka kematian dapat mencapai lebih dari delapan juta orang per tahun (WHO, 2008).

(20)

besar antara pria dan wanita dimana 65,3% pria di Indonesia yang berusia di atas 15 tahun merokok dan hanya sekitar 5% wanita yang merokok.

Kerusakan pada berbagai macam sistem organ dapat disebabkan oleh berbagai macam zat toksik, iritan dan radikal bebas yang ada dalam asap rokok. Berbagai zat dalam asap rokok ini dapat mempercepat progresivitas proses penuaan intrinsik melalui akumulasi kerusakan seiring berjalannya waktu dan menimbulkan berbagai macam penyakit atau gangguan terkait proses penuaan, misalnya penyakit jantung koroner, stroke, osteoporosis, kanker, penyakit paru obstruktif, serta mempercepat proses skin aging berupa munculnya garis-garis keriput, dan meningkatnya proses degradasi kolagen. Dari efek rokok pada berbagai sistem organ tersebut, angka mortalitas terbesar adalah akibat penyakit pada sistem kardiovaskular, yaitu sebesar 37%, penyakit kanker sebesar 28% dan akibat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), yaitu sebesar 26% (Wijaya, 2011).

Salah satu kandungan dalam rokok, nikotin, menginduksi pelepasan katekolamin dari kelenjar adrenal dan melalu mekanisme inilah rokok mengubah fungsi sistem kardiovaskular dengan meningkatkan denyut jantung, resistensi vaskular, volume sekuncup, tekanan darah, curah jantung, kontraksi miokard. Terdapat beberapa mekanisme yang menyebabkan kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (Saareks, 2000).

(21)

pernah merokok setiap hari pada kelompok hipertensi ditemukan lebih tinggi (4,9%) daripada kelompok kontrol (2,6%), dan risiko perilaku pernah merokok ini secara bermakna ditemukan sebesar 1,11 kali dibandingkan yang tidak pernah merokok (Rahajeng & Tuminah, 2009).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Talukder et al. (2010), pemberian paparan asap rokok terhadap hewan percobaan selama 16 minggu menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik. Dan terjadi peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi lagi pada hewan percobaan yang diberi paparan asap rokok selama 32 minggu. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulkeflie (2010), pada mahasiswa laki-laki yang merokok diatas 10 batang per hari menunjukkan risiko yang lebih besar mengalami peningkatan tekanan darah dibandingkan dengan mahasiswa yang merokok dibawah 10 batang per hari.

Menurut JNC VII 2003, tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas 18 tahun dikatakan normal apabila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg. Diklasifikasikan sebagai prehipertensi apabila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg, hipertensi stadium I apabila tekanan darah sitolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg, dan diklasifikasikan sebagai hipertensi stadium II apabila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥100 mmHg. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan

sphygmomanometer.

(22)

Berdasarkan alasan di atas, maka peneliti bermaksud untuk melihat adakah pengaruh kebiasaan merokok terhadap tekanan darah dan tingkat kebugaran jasmani pada karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah: Bagaimana pengaruh kebiasaan merokok terhadap tekanan darah dan tingkat kebugaran jasmani pada karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap tekanan darah dan tingkat kebugaran jasmani pada karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan.

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui adakah perbedaan tingkat kebugaran antara karyawan yang mempunyai kebiasaan merokok dengan karyawan yang bukan perokok.

b. Mengetahui adakah peningkatan hasil pengukuran tekanan darah pada karyawan yang mempunyai kebiasaan merokok.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat :

a. Menambah pengetahuan atau informasi tentang pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan merokok terhadap kesehatan kardiovaskular ataupun tubuh.

b. Memberi pemahaman atau motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya upaya pencegahan bahaya merokok.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rokok

Rokok adalah gulungan tembakau yang bersalut daun nipah, kertas dan sebagainya. Merokok adalah suatu kata kerja yang berarti melakukan kegiatan atau aktivitas mengisap rokok, sedangkan perokok adalah orang yang suka merokok (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2009).

2.1.1. Definisi Rokok

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Sitepoe, 2000).

2.1.2. Kandungan Rokok

Semua bahan yang terkandung dalam rokok akan ikut terbakar saat rokok dibakar, dan akan membentuk bahan kimia hasil pembakaran. Terkandung sekitar 4000 bahan kimia didalam asap rokok. Dimana terdiri dari dua fase yaitu fase partikulat dan fase gas. Fase partikulat terdiri dari nikotin, nitrosamin dan N- nitrosonornikotin, logam berat, polisiklik hidrokarbon, dan karsinogenik amin. Sedangkan fase gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, benzena, amonia, formaldehid, hidrosianida, dan lain-lain (Sitepoe, 2000).

(24)

a. Nikotin

Nikotin terdapat dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar. Dampak toksis dari nikotin terhadap tubuh dapat meliputi berbagai sistem, diantaranya sistem persarafan, metabolik, dan paling besar pengaruhnya pada sistem kardiovaskular.

Dampak rokok terhadap sistem metabolik antara lain dengan meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas dan kolesterol LDL. Sedangkan terhadap sistem kardiovaskular antara lain dengan meningkatkan tekanan darah, denyut jantung dan agregasi sel trombosit. Selain itu, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer (Sitepoe, 2000).

b. Gas Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon.

Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) yang dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Bila terus menerus berlangsung akan mempengaruhi sistem saraf pusat (Sitepoe, 2000).

c. Tar

(25)

2.1.3. Efek rokok terhadap kesehatan

Menurut Report of the NCI Expert Committee of Smoking and Tobacco Control Monograph No.7, adapun efek yang dapat ditimbulkan rokok terhadap kesehatan, antara lain :

a. Penyakit kardiovaskular

Merokok merupakan salah satu kontribusi utama terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit aterosklerosis lain dari sistem sirkulasi. Ateroslerosis adalah sebuah penyakit kronis yang dapat mempengaruhi pembuluh darah arteri pada setiap bagian tubuh. Bentuk aterosklerosis yang paling penting di Amerika adalah aterosklerosis koroner. Manifestasinya yang meliputi angina, serangan jantung, gagal jantung, dan sudden death, dideskripsikan dalam istilah penyakit jantung koroner. Aterosklerosis yang melibatkan arteri yang menyuplai darah ke otak adalah bentuk dari penyakit serebrovaskular. Aterosklerosis yang melibatkan arteri-arteri pada anggota gerak disebut penyakit vaskular perifer.

Dalam banyak studi epidemiologi terhadap jutaan orang, merokok ditemukan dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke, penyakit vaskular perifer, dan lesi aterosklerotik lain.

(26)

Asap rokok tampaknya meningkatkan proses aterosklerosis melalui beberapa mekanisme, antara lain :

1. Merokok mempengaruhi metabolisme dari kolesterol. Pada pengamatan berulang terhadap perokok menunjukkan bahwa perokok mempunyai kadar kolesterol HDL (high-density lipoprotein) yang lebih rendah, dan berhenti merokok meningkatkan kadar kolesterol HDL. Pada percobaan terhadap hewan, asap rokok dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan transpor dari partikel kolesterol LDL (low-density lipoprotein) menyeberangi dinding arteri dan penumpukan plak kolesterol.

2. Merokok juga dapat mempengaruhi sistem pembekuan darah, termasuk agregrasi trombosit pada lapisan dinding pembuluh darah arteri dan pembentukan dari bekuan darah yang memblok arteri yang mengalami penyempitan. Acrolein

pada asap rokok mungkin berperan pada efek agregrasi trombosit.

3. Asap rokok juga dapat menyebabkan spasme dari pembuluh darah arteri koroner.

Sudah banyak komponen dari asap rokok yang ditemukan terlibat dalam berkembangnya penyakit aterosklerosis. Nikotin, komponen psikoaktif utama dalam asap rokok, menyebabkan perubahan kuat pada denyut jantung dan sirkulasi darah. Nikotin juga mengakibatkan kerusakan pada lapisan arteri. Karbon monoksida dalam asap rokok berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga mengurangi kapasitas membawa oksigen dari darah.

Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), seperti 7,12-dimethylbenz(a,h)anthracene dan benzo(a)pyrene (BaP), telah dibuktikan mempercepat berkembangnya aterosklerosis pada percobaan terhadap hewan. Hal ini menghasilkan pemikiran bahwa kerusakan sel dan proliferasi sel (hiperplasia) dapat berperan dalam berkembangya plak. Hydrogen cyanide, nitrogen oxides,

(27)

b. Penyakit Paru

Merokok merupakan penyebab utama dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Merokok menyebabkan 84% kematian pada pria yang disebabkan PPOK dan 79% pada wanita. PPOK merupakan sebuah penyakit yang berkembang secara lambat yang disebabkan trauma berulang terhadap paru selama bertahun-tahun. Pada tahun-tahun awal setelah mulai merokok, orang mungkin melaporkan tidak ada timbulnya gejala. Akan tetapi, walaupun pada stadium yang awal, uji pernapasan seringkali dapat mendeteksi kelainan pada jalur pernapasan terminal dari paru, dan kelainan ini sudah diamati pada studi otopsi dari perokok muda yang meninggal secara tiba-tiba.

Untuk perokok yang berusia 20-an, sudah ditemukan hubungan antara sejauh mana uji paru abnormal dengan jumlah rokok yang dihisap per hari. Dalam suatu survei secara random, dari 17-60% perokok dewasa yang berusia dibawah 55 tahun mempunyai disfungsi ringan jalur pernapasan yang dapat terdeteksi. Selama dua dekade atau lebih lamanya merokok, konstelasi dari perubahan kronis fungsi pernapasan berkembang. Kerusakan kronis dari paru ini, antara lain : hipersekresi mukus dengan batuk kronis dan berdahak; penebalan dan penyempitan jalur pernapasan; emfisema, yaitu, dilatasi abnormal dari ruang udara pada akhir pohon pernapasan, dengan destruksi dari dinding yang melapisi kantung udara, yang menyebabkan bertambahnya obstruksi aliran udara. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kerusakan bermakna pada sistem pernapasan, kecacatan, dan kematian. Secara umum, fungsi pernapasan menurun dengan bertambahnya paparan asap rokok.

Asap rokok menghasilkan perubahan patologis dari paru dengan beberapa mekanisme yang berbeda, antara lain :

(28)

2. Merokok juga menginduksi kelainan pada sitem inflamasi dan sistem imun dalam paru. Asap rokok menyebakan sel-sel inflamasi untuk menghasilkan enzim bernama elastase, yang menghancurkan elastin, sebuah protein yang penting dalam melapisi dinding elastik dari kantung udara. Selain itu, oksidan-oksidan yang berada dalam asap rokok juga dapat menginaktivasi enzim protektif seperti

alpha,-antitrypsin, yang menghambat kerja destruktif dari elastase.

Banyak kandungan kimia organik maupun inorganik pada asap rokok yang membantu dalam proses toksisitas terhadap sistem respirasi, termasuk

hydrocarbons, aldehydes, ketones, organic acids, phenols, cyanides, acrolein, and nitrogen oxides. Beberapa komponen berperan dalam terbentuknya hipersekresi mukus kronis pada jalur pernapasan sentral, sedangkan lainnya lebih berperan dalam menimbulkan kelainan pada jalur pernapasan dan emfisema pada kantung udara perifer. Oksidator pada asap rokok menginhibisi enzim yang melindungi dari destruksi elastin paru.

c. Kanker

Merokok dapat menyebabkan kanker paru, esofagus, laring, rongga mulut, kandung kemih, dan pankreas pada perokok pria dan wanita. Merokok juga dilaporkan dapat meningkatkan risiko terkena kanker ginjal, hati, anus, penis, leher rahim, dan beberapa bentuk leukimia akut. Banyak studi epidemiologi selama bertahun-tahun menemukan bahwa risiko dari pria dan wanita perokok menderita kanker meningkat bersamaan dengan jumlah rokok per hari, lamanya merokok, dan onset merokok yang awal. Berhenti merokok menurunkan risiko terkena kanker secara perlahan, walaupun risiko yang tinggi tetap persisten selama pengamatan dari dua puluh tahun lamanya berhenti merokok.

(29)

TSNAs (Tobacco-specific N-nitrosamines) dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker paru, laring, esofagus, dan pankreas, sedangkan 4-aminobiphenyl dan

arylamine tertentu dapat menyebabkan kanker kandung kemih. Benzene dalam asap rokok mungkin mempunyai peranan dalam terjadinya leukimia yang diinduksi oleh rokok.

2.1.4. Klasifikasi Perokok Berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap

Menurut Bustan (2007), jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

a. Perokok Ringan : apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.

b. Perokok Sedang : apabila menghisap 10-20 batang per hari.

c. Perokok Berat : apabila menghisap lebih dari 20 batang.

2.2. Kebugaran Jasmani

2.2.1. Pengertian

Aktivitas yang dilakukan seseorang memiliki ragam dan intensitas yang berbeda. Setiap orang berharap untuk dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik tanpa ada keluhan dari tubuhnya. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya kesesuaian antara syarat yang harus dipenuhi dengan ragam dan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan.

(30)

Kebugaran jasmani diperlukan tidak hanya oleh atlet untuk performa yang lebih baik tetapi juga untuk nonatlet untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani (Prajapati et al., 2008).

Kebugaran jasmani terbagi menjadi dua komponen yaitu kebugaran jasmani terkait kesehatan (health related component) dan kebugaran jasmani terkait kemampuan atletis (performance or skill related component). Kebugaran jasmani terkait kesehatan mencakup daya tahan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas, kekuatan otot, dan ketahanan otot. Kebugaran jasmani terkait kemampuan atletis mencakup keseimbangan, waktu reaksi, koordinasi, ketangkasan, kecepatan, dan kekuatan (ACSM, 2009).

2.2.2. Komponen kebugaran jasmani

Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :

a. Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan kardiorespirasi didefinisikan sebagai kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi untuk menyuplai oksigen selama aktivitas yang ritmik dan kontiniu (Nieman, 2011). Dengan kata lain, daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi oleh kemampuan fungsional dari jantung, pembuluh darah, dan paru-paru yang terkait selama berbagai jenis tuntutan latihan.

b. Komposisi Tubuh

(31)

persentase lemak tubuhnya 25% atau lebih. Untuk wanita, persentase lemak tubuh yang optimal adalah 23% atau dibawahnya, dan disebut obesitas apabila mencapai 33% atau di atas 33% (Nieman, 2011).

c. Kekuatan Otot

Kekuatan otot berhubungan dengan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan. Dengan kata lain, kekuatan otot merupakan kekuatan maksimal yang dapat diberikan terhadap suatu tahanan, atau jumlah kekuatan maksimal yang dapat dihasilkan dalam suatu gerakan terisolasi oleh sekelompok otot tunggal (Nieman, 2011).

d. Kelenturan

Adalah kapasitas fungsional dari persendian untuk bergerak melalui seluruh luas bidang geraknya, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh jaringan-jaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon, dan ligamen (Nieman, 2011). Kelenturan tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga.

e. Daya Tahan Otot

(32)

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Setiap orang mempunyai tingkat kebugaran yang berbeda-beda. Semua kegiatan fisik memerlukan suatu tingkat kebugaran jasmani yang didukung oleh faal tubuh, di lain pihak latihan pembebanan fisik tertentu akan mengubah faal tubuh seseorang yang selanjutnya akan mengubah tingkat kebugaran seseorang.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebugaran jasmani (Cahyati, 2004) :

a. Kesehatan badan, misalnya penyakit menular dan penyakit kronis.

b. Keadaan gizi, misalnya kekurangan salah satu atau berbagai jenis zat gizi (khususnya protein), serta zat gizi yang tidak adekuat.

c. Latihan fisik, misalnya usia seseorang mulai latihan, frekuensi latihan. d. Faktor keturunan, misalnya bentuk antopometri badan dan kelainan

kongenital.

Faktor fisiologis yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskular antara lain :

1. Keturunan (genetik)

Kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2 max), 93,4% ditentukan oleh

faktor genetik yang berperan antara lain pada kapasitas jantung, paru, sel darah merah, dan hemoglobin (Hb).Kemampuan yang dimiliki oleh keturunan tertentu diduga terkait dengan jumlah mitokondria yang dimilikinya. Orang kulit berwarna dari suku Afrika memiliki jumlah mitikondria yang lebih banyak, sehingga meningkatkan kemampuan sel menyediakan energi, sehingga orang tersebut tidak mudah merasa lelah (Budiasih,2002).

2. Usia

(33)

3. Jenis Kelamin

Sampai usia pubertas tidak ada perbedaan daya tahan kardiovaskular antara pria dan wanita. Setelah usia tersebut, nilai daya tahan kardiovaskular pada wanita lebih rendah 15-25% dari pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan maksimal kekuatan otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, jumlah hemoglobin, kapasitas paru, dan sebagainya (Cahyati, 2004).

4. Aktivitas Fisik

Istirahat di tempat tidur selama tiga minggu akan menurunkan daya tahan kardiovaskular sebanyak 17-27%. Efek latihan aerobik selama 8 minggu setelah istirahat tersebut memperlihatkan peningkatan daya tahan kardiovaskular 62% dari nilai akibat istirahat. Apabila dibandingkan dengan keadaan sebelum istirahat di tempat tidur, maka nilai peningkatan adalah 18%. Macam aktivitas seseorang akan mempengaruhi baik buruknya nilai daya tahan kardiovaskular yang dimiliki (Cahyati, 2004).

5. Status Gizi

Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut. Sedangkan zat gizi sendiri diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Daya tahan tubuh akan berada dalam keadaan optimal bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70%). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar (Budiasih, 2002).

6. Merokok

(34)

Sitepoe (2000) berpendapat bahwa rokok bukanlah sebagai penyebab suatu penyakit, namun dapat memicu suatu jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Penyakit-penyakit yang terpicu karena merokok antara lain adalah sebagai berikut :

a. Merokok dan saluran pernapasan : merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru, baik bersifat kronis dan obstruktif, misalnya bronkitis dan emfisema. Sekitar 85% dari penderita ini disebabkan oleh rokok.

b. Merokok dan darah : karbon monoksida akan menyingkirkan hemoglobin yang akan digunakan untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Pengikatan O2 oleh karbon monoksida lebih kuat 200-300

kali mengikat hemoglobin. Dengan demikian, kemampuan hemoglobin akan merosot.

c. Merokok dan sistem kardiovaskular : nikotin dari rokok itu dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur. Karbon monoksida di dalam darah mengubah pembuluh darah itu agar lebih gampang dimasuki oleh kolesterol dan lemak, sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan.

Derajat berat merokok dapat dinilai dengan menggunakan indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan lama merokok dalam tahun:

a. Ringan : 0-200 b. Sedang : 201-600 c. Berat : >600

(35)

2.2.5. Pengukuran kebugaran jasmani

Pengukuran daya tahan kardiorespirasi dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Untuk tes lapangan biasanya berupa uji tampilan (performance

test), sedangkan untuk tes laboratorium berupa uji latih (exercise test). Tiga macam bentuk uji latih untuk mengukur dan menilai kebugaran jasmani dari segi kemampuan fungsi jantung dan pernafasan yaitu : uji naik turun bangku (Steps Test), uji dengan ergometer sepeda (Ergocycle Test), dan uji dengan jentera (Treadmill Test) )[Rusip, 2006; Cahyati, 2004] .

A. Uji naik turun bangku (Step Test)

Step test yang digunakan oleh penulis berupa Mc Ardle Step Test ataupun yang dikenal dengan Queen’s College Step Test yang prosedurnya berupa:

1. Alat yang digunakan a. stopwatch, formulir tes

b. metronome, untuk mengatur irama langkah c. bangku tes yang tingginya adalah 41,3 cm

2. Pelaksanaan

a. Partsipan melakukan latihan irama langkah naik turun bangku terlebih dahulu sebelum tes

b. Suhu kamar 23˚- 25˚C

(36)

menit untuk pria dan frekuensi 88 x per menit untuk wanita atau kecepatan naik turun 24 x per menit untuk pria dan 22 x per menit untuk wanita d. Lamanya naik turun bangku 3 menit

e. Apabila partisipan keluar dari irama, maka diberikan peringatan agar kembali mengikuti irama metronome

f. Setelah tes selesai, subjek diminta untuk berhenti, kemudian denyut nadi arteri radialis dihitung selama 15 detik

g. Jumlah nadi selama 15 detik tersebut kemudian dikalikan 4 untuk mendapat jumlah nadi per menit.

3. Perhitungan Besar VO2 max diketahui dengan rumus (Ashok, 2008):

Untuk laki-laki: VO2 max = 111,33 – (0,42 x HR)

Untuk perempuan: VO2 max = 65,81 – (0,1847 x HR)

HR = Heart rate

4. Interpretasi

Tabel 2.1. Klasifikasi VO2maxberdasarkan Pulsasi Nadi Radialis (kali/menit)

Jenis kelamin

Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Laki-laki <121 121-148 149-156 157-162 >162

Perempuan <129 129-158 159-166 167-170 >170

(37)

Tabel 2.2. Klasifikasi Nilai VO2max

Laki-laki >46,5

42,5-46,4

36,5-42,4 33-36,4 <33

Perempuan >37 33-36,9 29-32,9 23,6-28,9 <23,6

Sumber: Heywood, 1998

5. Indikasi Penghentian Mc Ardle Step Test, antara lain : a. Permintaan dari subjek untuk berhenti.

b. Kegagalan sistem monitor.

c. Terdapat tanda-tanda gangguan kardiovaskular, seperti: nyeri dada (angina) yang progresif, takikardia ventrikel, aritmia jantung ataupun bradikardia yang tidak sesuai dan tidak dapat dijelaskan.

d. Kepala terasa ringan, bingung, ataksia, pucat, sianosis, mual atau adanya tanda-tanda dari insufisiensi sirkulasi perifer yang serius.

B. Uji dengan Ergometer Sepeda (Ergocycle Test)

Ergocycle Test yaitu tes mengayuh sepeda ergometer yang dipergunakan untuk menilai tingkat kebugaran jasmani berdasarkan kemampuan aerobik (kemampuan menghirup oksigen) seseorang. Pelaksanaan tes ini dibedakan menjadi dua model pembebanan, yaitu pembebanan submaksimal dan pembebanan maksimal.

C. Uji dengan Jentera (Treadmill Test)

Treadmill Test (tes dengan jentera) adalah tes kebugaran jasmani dengan menggunakan jentera yang dapat diatur kecepatan dan kemiringannya. Tes ini bertujuan untuk mengukur kapasitas aerobik maksimal seseorang (VO2 max)

(38)

Tekanan darah arteri rata-rata = curah jantung x resistensi perifer total

2.3. Tekanan Darah

2.3.1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan hidrostatik yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah (Tortora, 2009). Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran darah yang adekuaat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus (Sherwood, 2001).

Tekanan darah sistolik adalah tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol (kontraksi ventrikel), dan tekanan darah diastolik adalah tekanan minimum di dalam arteri sewaktu darah mengalir ke luar pembuluh di hilir ketika diastol (relaksasi ventrikel).

(39)

Curah Jantung (ml/menit) = volume sekuncup x denyut jantung

2.3.2. Curah Jantung

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa dari ventrikel kiri (atau ventrikel kanan) ke dalam aorta (trunkus pulmonal) per menit.

Kecepatan denyut jantung ditentukan oleh pengaruh saraf otonom, sedangkan volume sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan aktivitas simpatis. Aliran balik vena (venous return) mengacu kepada volume darah yang memasuki tiap-tiap atrium per menit (Sherwood, 2001). Sebagian besar gaya pendorong yang ditimbulkan oleh jantung pada darah telah hilang pada saat darah mencapai sistem vena karena adanya friksi di sepanjang perjalanan darah, terutama ketika darah melalui arteriol yang memiliki resistensi tinggi. Pada saat darah memasuki sistem vena, tekanan rata-rata hanya sekitar 17 mmHg. Namun, karena tekanan atrium mendekati 0 mmHg, masih terdapat gaya yang kecil tetapi adekuat untuk mendorong darah mengalir melintasi sistem vena yang memiliki jari-jari besar dan resistensi rendah.

Selain tekanan pendorong yang ditimbulkan oleh kontraksi jantung, terdapat lima faktor lain yang meningkatkan aliran balik vena : vasokonstriksi vena yang diinduksi oleh saraf simpatis, aktivitas pernapasan, aktivitas otot rangka, efek katup vena, dan efek penghisapan oleh jantung (cardiac suction effect).

2.3.3. Resistensi Perifer Total/ Resistensi Vaskular Sistemik

Resistensi vaskular adalah ukuran hambatan terhadap aliran darah melalui suatu pembuluh yang ditimbulkan oleh friksi (gesekan) antara cairan yang mengalir dan dinding pembuluh yang stasioner (Sherwood, 2001).

Ada tiga hal yang mempengaruhi resistensi vaskular, yaitu :

(40)

Viskositas mengacu kepada friksi yang timbul antara molekul suatu cairan sewaktu mereka bergesekan satu sama lain selama cairan mengalir. Semakin besar viskositas darah, semakin besar resistensi terhadap aliran. Akibatnya, terjadi peningkatan tekanan darah. Viskositas darah ditentukan oleh dua faktor: konsentrasi protein plasma dan, yang lebih penting, jumlah sel darah merah yang beredar.

b. Ukuran/jari-jari pembuluh darah

Karena darah “menggesek” lapisan pembuluh darah sewaktu mengalir, semakin besar luas permukaan yang berkontak dengan darah, semakin besar resistensi terhadap aliran. Luas permukaan ditentukan oleh panjang(L) dan jari-jari (r) pembuluh. Karena panjang pembuluh di dalam tubuh konstan, penentu utama resistensi terhadap aliran adalah jari-jari pembuluh. Cairan mengalir lebih deras melalui pembuluh berukuran besar daripada melalui pembuluh yang berukuran lebih kecil, karena di pembuluh berukuran kecil, darah dengan volume tertentu, berkontak dengan lebih banyak permukaan daripada di pembuluh besar, sehingga resistensi meningkat. Dengan demikian, semakin kecil ukuran dari lumen pembuluh darah, semakin besar resistensinya terhadap aliran darah. Resistensi berbanding terbalik dengan jari-jari pembuluh darah. (R ≈ 1/r4) c. Panjang pembuluh darah total

Resistensi dari aliran darah ketika melewati sebuah pembuluh berbanding lurus dengan panjang dari pembuluh darah tersebut. Semakin panjang pembuluh darah, semakin besar resistensinya (Sherwood, 2001; Tortora, 2009).

2.3.4. Pengukuran tekanan darah

(41)

Sebaiknya pasien dibiarkan duduk tenang di kursi selama lebih kurang lima menit sebelum pemeriksaan. Hindari konsumsi kopi, rokok, dan latihan setidaknya 30 menit sebelum pengukuran karena semua hal tersebut dapat meningkatkan tekanan darah dari nilai sebenarnya.

Beberapa langkah yang dilakukan pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan sfigmomanometer air raksa :

1. Pasanglah manset pada lengan atas , dengan batas bawah manset 2 - 3 cm dari lipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat di atas denyutan arteri di lipat siku (arteri brakialis).

2. Rabalah pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri radialis)

3. Pompalah manset hingga pulsasi arteri radialis menghilang/tidak teraba. Pompakan ± 30 mmHg lagi.

4. Pasang stetoskop pada telinga dan letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis.

5. Bukalah katup manset dan tekanan manset dibiarkan menurun perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik.

6. Bila bunyi pertama terdengar, ingatlah dan catatlah sebagai tekanan sistolik.

7. Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai tekanan diastolik.

8. Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian lepaskan manset.

2.4. Hipertensi

2.4.1. Definisi

(42)

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskular dan kematian. Hipertensi mempercepat proses terjadinya aterosklerosis pada arteri-arteri di jantung, otak, dan ginjal, yang juga mengakibatkan peningkatan beban kerja dari jantung. Dengan demikian, pasien yang menderita hipertensi berisiko untuk mengalami infark miokardium, stroke, gagal ginjal dan gagal jantung kongestif (Julian, D.G., Cowan, J.C., McLenachan, J.M., 2005).

2.4.2. Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah menurut Seventh Report of the Joint National Committee of Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)

Tabel 2.3. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah

Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120 - 139 atau 80 - 89

Hipertensi Derajat 1 140 – 159 atau 90 - 99

Hipertensi Derajat 2 > 160 atau > 100

Sumber: The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), 2003.

(43)

2.4.3. Faktor Risiko

Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi primer, antara lain (Julian, D.G., Cowan, J.C., McLenachan, J.M., 2005) :

1. Genetik.

2. Konsumsi garam yang berlebihan. 3. Obesitas.

4. Konsumsi lemak jenuh yang tinggi. 5. Merokok.

6. Konsumsi alkohol yang tinggi. 7. Aktivitas fisik yang kurang. 8. Perubahan hormonal

2.5.Hubungan merokok dengan tekanan darah dan kebugaran jasmani

Curah jantung dan resistensi perifer total merupakan dua penentu utama yang mempengaruhi tekanan darah. Maka berbagai faktor yang terlibat dalam mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer total akan mempengaruhi tekanan darah (Sherwood, 2001). Salah satunya adalah kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok.

(44)

Selain hal di atas, merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya akan menghisap CO (karbon monoksida) yang bersifat merugikan. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) 200-300 kali lebih kuat dibanding oksigen Akibatnya, sel darah merah akan kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2

(oksigen) yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkannya yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Dari gambaran diatas baik nikotin maupun gas karbon monoksida memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah dan menyumbatnya sekaligus.

(45)

2.6. Kerangka Teori

Komponen-komponen

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Efek

Efek terhadap kesehatan :

- Kanker - Penyakit paru

(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

variabel independen variabel dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1. Variabel

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel satu dengan yang lainnya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel tergantung atau variabel dependen, dan variabel bebas atau variabel independen. Dalam penelitian ini :

a. Adapun variabel-variabel independen, antara lain:

1. Karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan yang merokok

2. Karyawan pria di Hotel Grand Antres Medan yang tidak merokok

b. Adapun variabel-variabel dependen, antara lain: Perokok

Tingkat Kebugaran dan Tekanan darah

(47)

1. Tingkat kebugaran karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan.

2. Tekanan darah karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan.

3.2.2. Definisi Operasional

a. Perokok

1. Definisi : sampel yang aktif menghisap rokok minimal 10 batang per hari.

2. Cara ukur : wawancara

3. Hasil ukur : perokok dan bukan perokok

4. Skala ukur : nominal

b. Tingkat Kebugaran Jasmani

1. Definisi : Jumlah skor hasil tes kebugaran jasmani dengan menggunakan metode Mc Ardle Step test.

2. Cara ukur : pengukuran dengan metode Mc Ardle Step Test dengan menggunakan bangku 41,3 cm, kemudian melakukan perhitungan dengan rumus:

Untuk laki-laki: VO2 max = 111,33 – (0,42 x HR)

Untuk perempuan: VO2 max = 65,81 – (0,1847 x HR)

HR = Heart rate

3. Alat ukur : stopwatch, metronome, bangku 41,3 cm 4. Hasil ukur :

Klasifikasi VO2max berdasarkan Pulsasi Nadi Radialis (kali/menit) Jenis

kelamin

Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Laki-laki <121 121-148 149-156 157-162 >162

(48)

Klasifikasi Nilai VO2max

Jenis kelamin

Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Laki-laki >46,5 42,5-46,4 36,5-42,4 33-36,4 <33

Perempuan >37 33-36,9 29-32,9 23,6-28,9 <23,6

5. Skala ukur : ordinal

c. Tekanan Darah

1. Definisi : Tekanan darah adalah tekanan hidrostatik yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah.

2. Cara ukur : pengkuran tekanan darah dilakukan pada posisi duduk, kemudian melakukan pemasangan manset pada lengan atas responden, dan mencatat hasil yang didengar dengan menggunakan stetoskop.

3. Alat ukur :sphygmomanometer dan stetoskop

4. Hasil ukur : normal apabila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg; prehipertensi apabila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg, hipertensi stadium I apabila tekanan darah sitolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg, dan diklasifikasikan sebagai hipertensi stadium II apabila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥100 mmHg.

5. Skala ukur : ordinal

3.3. Hipotesis

(49)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik yaitu survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko atau faktor efek. Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh). Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan desain cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara merokok dengan tingkat kebugaran dan tekanan darah pada karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini memerlukan waktu selama 8 minggu di antara bulan Agustus hingga September 2012. Penelitian ini dilaksanakan di Hotel Grand Antares yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja No. 328, Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan di Hotel Grand Antares Medan.

4.3.2. Sampel Penelitian

(50)

a. Kriteria Inklusi

1. Karyawan di Hotel Grand Antares Medan yang berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 18-35 tahun.

2. Untuk variabel perokok dipilih yang sudah merokok minimal 10 batang rokok per hari (perokok sedang).

3. Responden tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan (seperti obat flu,dll).

4. Responden tidak minum kopi sebelum percobaan. 5. Responden yang kooperatif.

6. Responden mengerti dan paham apa yang akan dilakukan terhadapnya. b. Kriteria Eksklusi

1. Individu yang menderita penyakit kardiovaskular, penyakit gangguan hormonal, dan penyakit-penyakit kronik lainnya.

2. Individu yang tidak sehat saat akan dilakukan penelitian. 3. Individu yang tidak bersedia mengikuti penelitian.

4.4. Besar Sampel

Sampel penelitian adalah karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan yang perokok dan bukan perokok. Untuk teknik pengambilan sampel digunakan teknik consecutive sampling, dimana sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria penelitian, sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (Notoadmojo, 2005).

(51)

Keterangan:

n : besar sampel minimum

Zα : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

Zβ : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu

P2 : perkiraan proporsi di populasi

Q2 : 1-P2

P1 : proporsi di populasi

Q1 : 1-P1

P1-P2 : perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi

P : proporsi total = 2

2 1 P

P +

Q : 1-P

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga nilai Zα= 1,64, dan kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ= 0,84. Proporsi di populasi (P1) = 0,65 ( dari data prevalensi perokok berjenis kelamin laki-laki di provinsi Sumatera Utara tahun 2007), dan perkiraan proporsi di populasi (P2) = 0,3. Maka sampel minimal yang diperlukan adalah 24 orang pada setiap kelompok.

4.5. Metode Pengumpulan Data

(52)

(nama, umur, alamat, status pernikahan, agama, dan pendidikan terakhir) dan diwawancara sesuai dengan daftar pertanyaan pada kuesioner untuk menyingkirkan sampel yang memenuhi faktor-faktor eksklusi serta untuk menanyakan apakah responden menderita penyakit jantung atau penyakit lainnya. Untuk sampel perokok, ditanyakan sudah berapa lama merokok dan apakah jumlah rokok per hari memenuhi kriteria inklusi, yaitu minimal sampel merokok 10 batang per hari. Setelah didapati jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi, sampel diberi penjelasan mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan, dan pengumpulan data dimulai dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menghitung indeks massa tubuh, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah pada posisi duduk dengan menggunakan sphygmomanometer raksa dan juga stetoskop merek Litmann. Setelah itu, sampel diberi instruksi mengenai pengukuran tingkat kebugaran dengan metode Mc Ardle Step Test, dimana sampel diminta untuk naik turun bangku setinggi 41,3 cm selama 3 menit dengan laju 24 langkah per menit, atau dapat mendengarkan bunyi metronome yang telah disediakan sebagai pedoman kecepatan naik turun bangku.Setelah tes selesai, sampel dipersilahkan untuk istirahat dan dilakukan perhitungan nadi detik ke 6-20, dimana hasilnya akan dikali empat dan dimasukkan ke dalam rumus untuk mendapatkan nilai tingkat kebugaran.Hasil dan data yang diperoleh dicatat dalam kertas kuesioner yang juga digunakan untuk wawancara.

4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran akan ditabulasi untuk kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for the Social Sciences (SPSS).

Data kemudian dianalisis melalui perhitungan statistik untuk melakukan uji hipotesis dengan metode uji Chi-Square. Metode ini dipilih karena baik variabel bebas (perokok dan bukan perokok) dan variabel terikat (tekanan darah dan tingkat kebugaran) merupakan data dengan skala kategorik.

(53)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Hotel Grand Antares Medan. Hotel Grand Antares adalah hotel berbintang empat yang berlokasi di tempat yang ideal yaitu di jantung kota Medan yaitu di Jl. Sisingamangaraja No. 328, Medan. Pegambilan data penelitian dilakukan selama dua hari. Ruangan yang dipakai untuk pelaksanaan penelitian merupakan ruang rapat yang terletak di lantai dua Hotel Grand Antares yang bernama Saturnus. Di dalam ruangan telah disediakan meja maupun kursi yang diperlukan yakni meja untuk pengisian kuesioner maupun pengambilan data penelitian dan kursi tunggu untuk sampel yang belum sampai gilirannya.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan pria Hotel Grand Antares Medan. Karyawan yang bersedia menjadi sampel juga harus memenuhi kriteria inklusi, salah satunya yaitu separuh dari responden merupakan karyawan yang mempunyai kebiasaan merokok diatas 10 batang per hari dan separuhnya adalah karyawan yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Sampel terdiri daripada 48 orang karyawan pria. Sampel yang mengikuti penelitian ini juga telah mengikuti syarat yang telah ditetapkan yaitu tidak mengkonsumsi obat-obatan (seperti obat flu, obat batuk, dll) sebelumnya serta tidak mempunyai riwayat penyakit lainnya.

a. Usia dan Kebiasaan Merokok

(54)

Tabel 5.1. Distribusi Usia dan Kebiasaan Merokok Responden

Riwayat Perokok

Umur Perokok Bukan Perokok Persentase

18 0 (0%) 2 (4,15%) 4,15%

19 1 (2,1%) 4 (8,35%) 10,45%

20 0 (0%) 1 (2,1%) 2,1%

21 0 (0%) 5 (10,4%) 10,4%

22 3 (6,25%) 0 (0%) 6,25%

23 1 (2,1%) 2 (4,15%) 6,25%

24 1 (2,1%) 0 (0%) 2,1%

26 1 (2,1%) 0 (0%) 2,1%

27 2 (4,15%) 1 (2,1%) 6,25%

28 2 (4,15%) 2 (4,15%) 8,3%

29 2 (4,15%) 1 (2,1%) 6,25%

31 0 (0%) 1 (2,1%) 2,1%

32 3 (6,25%) 3 (6,25%) 12,5%

33 2 (4,15%) 2 (4,15%) 8,3%

34 1 (2,1%) 0 (0%) 2,1%

35 5 (10,4%) 0 (0%) 10,4%

Total 24 (50%) 24 (50%) 48 (100%)

b. Lama Merokok

(55)

Tabel 5.2. Distribusi Lama Merokok Sampel

Frekuensi %

Tidak Merokok 24 50

1-5 tahun 8 16,7

6-10 tahun 8 16,7

>10 tahun 8 16,7

Total 48 100

Hasil menunjukkan bahwa dari kelompok sampel yang lama merokoknya 1-5 tahun adalah berjumlah 8 orang (16,7%), 6-10 tahun berjumlah 8 orang (16,7%), dan yang diatas 10 tahun juga berjumlah 8 orang (16,7%).

c. Jenis Rokok Berdasarkan Bahan Dasar

Tabel 5.3. Distribusi Jenis Rokok Sampel

Frekuensi %

Rokok Kretek 13 27,1

Rokok Putih 11 22,9

Tidak Merokok 24 50

Total 48 100

Dari hasil diatas, terdapat 13 (27,1%) sampel yang menggunakan rokok kretek, dan 11 (22.9%) sampel lainnya yang merokok menggunakan rokok putih.

d. Jenis Rokok Berdasarkan Filter dengan Non-Filter

Tabel 5.4. Distribusi Jenis Rokok Berdasarkan Filter dan Non-Filter

Frekuensi %

Filter 22 45,8

Non-Filter 2 4,2

Tidak Merokok 24 50

Total 48 100

(56)

e. Kebiasaan Olahraga

Tabel 5.5. Distribusi Intensitas Olahraga Sampel

Frekuensi %

Tidak Olahraga 29 60,4

Intensitas Ringan 7 14,6

Intensitas Sedang 10 20,8

Intensitas Berat 2 4,2

Total 48 100

Hasil menunjukkan bahwa sampel yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga berjumlah 29 orang (60,4%), sampel yang mempunyai kebiasaan berolahraga dengan intensitas ringan berjumlah 7 orang (14,6%), sampel yang mempunyai kebiasaan berolahraga dengan intensitas sedang adalah 10 orang (20,8%), dan sampel yang mempunyai kebiasaan berolahraga dengan intensitas berat adalah 2 orang (4,2%).

f. Tekanan Darah

Tabel 5.6. Distribusi Tekanan Darah Sampel

Frekuensi %

Normal 11 22,9

Pre-Hipertensi 23 47,9

Hipertensi Stage1 12 25

Hipertensi Stage2 2 4,2

Total 48 100

(57)

g. Tingkat Kebugaran

Tabel 5.7. Distribusi Tingkat Kebugaran Sampel

Frekuensi %

Sangat Baik 4 8,3

Baik 22 45,8

Cukup 12 25

Kurang 5 10,4

Sangat Kurang 5 10,4

Total 48 100

Dari hasil yang didapatkan, sampel dengan tingkat kebugaran baik merupakan jumlah yang terbanyak dari seluruhnya, yaitu sebanyak 22 orang (45,8%), diikuti dengan urutan kedua yaitu sampel yang memiliki tingkat kebugaran cukup, yakni sebanyak 12 orang (25%).

h. Indeks Massa Tubuh

Tabel 5.8. Distribusi Indeks Massa Tubuh

Frekuensi %

BB Kurang 4 8,3

BB Lebih 22 45,8

BB Normal 22 45,8

Total 48 100

Tabel 5.8. diatas menunjukkan bahwa sebanyak 22 (45,8%) samepl mempunyai berat badan normal, 4 (8,3%) sampel mempunyai berat badan kurang, dan sebanyak 22 (45,8%) sampel mempunyai berat badan lebih.

i. Kadar Gula Darah

Tabel 5.9. Distribusi Kadar Gula Darah Sampel

Frekuensi %

Normal 40 83,3

Meninggi 8 16,7

(58)

Hasil pengambilan kadar gula darah sewaktu menunjukkan sebanyak 40 (83,3%) sampel mempunyai nilai kadar gula darah sewaktu normal (<140 mg/dl), dan sebanyak 8 (16,7%) sampel mempunyai nilai kadar gula darah sewaktu yang melebihi batas normal.

j. Pendidikan

Tabel 5.10. Distribusi Sampel Menurut Pendidikan Terakhir

Frekuensi %

SMA 40 83,3

DIPLOMA 5 10,4

S-1 3 6,2

Total 48 100

Dari hasil diatas, sebanyak 40 (83,3%) sampel mempunyai pendidikan terakhir berupa SMA, sebanyak 5 (10,4%) sampel mempunyai gelar diploma, dan sebanyak 3 (6,2%) sampel mempunyai gelar S-1.

5.1.3. Hasil Analisis Statistik

a. Hubungan Tekanan Darah dengan Kebiasaan Merokok

(59)

Tabel 5.11. Distribusi Tekanan Darah Menurut Kebiasaan Merokok

Tekanan Darah Total

Normal

Tabel ini tidak dapat diuji hipotesisnya dengan menggunakan Chi-Square, karena terdapat 2 sel yang nilai expected count-nya dibawah 5 atau sebanyak 25%, mengingat uji Chi-Square untuk tabel berukuran lebih besar dari 2x2 hanya dapat digunakan bila tidak lebih dari 20% expected count bernilai kurang dari 5 dan masing-masing sel bernilai 1 atau lebih. Uji hipotesis juga tidak dapat menggunakan Fisher’s Exact Test karena tes tersebut hanya digunakan untuk tabel berukuran 2x2. Maka sebagai gantinya digunakan uji hipotesis Kolmogorov-Smirnov Z (Dahlan, 2009).

Tabel 5.12. Hubungan Tekanan Darah dengan Kebiasaan Merokok

Tekanan

(60)

Hasil uji hipotesis dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p yang lebih kecil dari derajat kepercayaan yang ditentukan yaitu p < 0,05 (p = 0,031) menyebabkan ditolaknya hipotesis nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan merokok terhadap tekanan darah.

b. Hubungan Tingkat Kebugaran dengan Kebiasaan Merokok

Dari hasil dibawah, sebanyak 2 (4,2%) sampel yang merokok mempunyai tingkat kebugaran sangat baik, 8 (16,7%) sampel yang merokok mempunyai tingkat kebugaran baik, 4 (8,3%) sampel yang merokok mempunyai tingkat kebugaran cukup, dan masing-masing 5 (10,4%) sampel yang merokok mempunyai tingkat kebugaran kurang dan sangat kurang.

Tabel 5.13. Distribusi Tingkat Kebugaran Terhadap Kebiasaan Merokok

TIngkat Kebugaran Total

Sangat

(61)

mengingat uji Chi-Square untuk tabel berukuran lebih besar dari 2x2 hanya dapat digunakan bila tidak lebih dari 20% expected count bernilai kurang dari 5 dan masing-masing sel bernilai 1 atau lebih. Uji hipotesis juga tidak dapat menggunakan Fisher’s Exact Test karena tes tersebut hanya digunakan untuk tabel berukuran 2x2. Maka sebagai gantinya digunakan uji hipotesis Kolmogorov-Smirnov Z.

Tabel 5.14. Hubungan Tingkat Kebugaran dengan Kebiasaan Merokok

Tingkat Kebugaran

Most Extreme Differences

Absolute .417

Positive .000

Negative -.417

Kolmogorov-Smirnov Z 1.443

Asymp. Sig. (2-tailed) .031

Hasil uji hipotesis dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p yang lebih kecil dari derajat kepercayaan yang ditentukan yaitu p < 0,05 (p = 0,031) menyebabkan ditolaknya hipotesis nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan merokok terhadap tingkat kebugaran.

c. Hubungan Antara Kebiasaan Berolahraga Terhadap Tingkat Kebugaran

(62)

Tabel 5.15. Distribusi Tingkat Kebugaran Terhadap Kebiasaan Berolahraga

Tingkat Kebugaran Total

Sangat

Tabel ini tidak dapat diuji hipotesisnya dengan menggunakan Chi-Square, karena terdapat 7 sel yang nilai expected count-nya dibawah 5 atau sebanyak 70%, mengingat uji Chi-Square untuk tabel berukuran lebih besar dari 2x2 hanya dapat digunakan bila tidak lebih dari 20% expected count bernilai kurang dari 5 dan masing-masing sel bernilai 1 atau lebih. Uji hipotesis juga tidak dapat menggunakan Fisher’s Exact Test karena tes tersebut hanya digunakan untuk tabel berukuran 2x2. Maka sebagai gantinya digunakan uji hipotesis Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 5.16. Hubungan Tingkat Kebugaran dengan Kebiasaan Berolahraga

Tingkat

Kolmogorov-Smirnov Z 1.390

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi VO2maxberdasarkan Pulsasi Nadi Radialis (kali/menit)
Tabel 2.2. Klasifikasi Nilai VO2max
Tabel 2.3. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII
Tabel 5.1. Distribusi Usia dan Kebiasaan Merokok Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena lain yang terjadi adalah seringnya dilakukan seminar-seminar yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang bertujuan untuk pengembangan karir dan meningkatnya

Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar kinestetik individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik, ditandai ciri-ciri peri- laku berdiri dekat ketika

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah menentukan prevalensi Zoothamnium penaei, menganalisis respon imun (THC dan DHC) dan menentukan tingkat

Bertitik tolak pada tujuan pendidikan Nasional serta dengan memperhatikan kendala yang dihadapi untuk mencapai tujuan, kami berupaya untuk mengotimalkan program Rehabilitasi 8

Dengan kata lain, strategi tersebut dapat digunakan sebagai sebuah strategi dalam mengajarkan fisika pada pokok bahasan gelombang bunyiuntuk meningkatkan pemahaman

Dari uraian di atas dapat diambil hipotesis dalam penelitian ini bahwa hubungan kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan adalah kualitas pelayanan mempunyai

buka file yang bernama user.blade.php lalu hapus semua text yang ada di file tersebut lalu di file tersebut lalu tambahkan code seperti gambar di bawah ini untuk menampilkan

Variabel kualitas produk, kepuasan pelanggan, hambatan beralih dan kepercayaan merek mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap retensi pelanggan, karena